BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Mengenal Kotamadya Pematangsiantar
2.1.1. Sejarah Kota Pematangsiantar
Kota Pematangsiantar yang kini menjadi daerah asal yang ditakuti di
Indonesia ini, ternyata menyimpan banyak cerita. Kota yang telah dibangun jauh
hari sebelum Belanda datang ini, dulunya berbentuk kerajaan, yakni Kerajaan
Siantar, yang dipimpin oleh dinasti Damanik, dengan Raja Sangnaualuh sebagai
pewaris terakhirnya. Berkedudukan di pulau Holing, kerajaan ini terbagi atas
beberapa daerah yang kelaka akan menjadi daerah hukum.
1. Pulau Holing, pusat dari kerajaan Siantar, kelak berubah menjadi
Kampung Pematang.
2. Siantar Bayu yang kemudian berubah menjadi Kampung Pusat Kota.
3. Suhi Kahean dibagi menjadi beberapa daerah hukum, yaitu Kampung
Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.
4. Suhi Bah Bosar juga menjadi daerah hukum yang terbilang luas, yaitu
Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.
Hingga saat ini, yang menjadi persoalan adalah masalah penetapan hari
lahi
lahir Raja Sangnawaluh sebagai hari jadi Siantar, namun bila dikritisi lagi, Siantar
telah tergabung di Kerajaan Maropat yang berdiri pada abad 13 Masehi, dan Raja
Sangnawaluh adalah Raja Ketujuh Siantar yang kemudian menandatangani
Perjanjian Pendek dengan Belanda yang berbuntut pada penguasaan Belanda atas
Siantar. Hingga kini, Hari Jadi Siantar diperingati setiap 24 April, terhitung sejak
tahun 1871.
Pematangsiantar telah berulangkali berganti bentuk, dalam artian,
beberapa kali mengalami penggantian form. Pada tahun 1907, sejak controleur
Belanda dipindahkan ke Siantar dari Perdagangan, Siantar ramai dikunjungi oleh
pendatang baru, termasuk orang Cina, yang mendiami Kampung Melayu dan
Timbang Galung. Warga Siantar harus berbangga hati, sebab ternyata, sejak 1917,
kerajaan ini telah diberikan hak otonom dan mempunyai Dewan, dan berubah
menjadi Geemente. Namun kedatangan Jepang ke Siantar, kemudian
menghapuskan system Dewan dan mengganti menjadi Siantar Estate. Pasca
kemerdekaan, Siantar berubah menjadi Kota Kabupaten Simalungun yang
dipimpin rangkap oleh bupati Simalungun.
Berdasarkan UU No.1/ 1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan
dengan keluarnya Undang-undang No.18/ 1965 berubah menjadi Kota, dan
dengan keluarnya Undang-undang No. 5/ 1974 tentang-Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar
sampai sekarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 Kota Daerah
29 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 12,48 km² yang peresmiannya
dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.
Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
• Kecamatan Siantar Barat
• Kecamatan Siantar Timur
• Kecamatan Siantar Utara
• Kecamatan Siantar Selatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1986 tanggal 10 Maret
1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah
kecamatan, dimana 9 desa/Kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk
menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri
dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 km²
Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
• Kecamatan Siantar Barat
• Kecamatan Siantar Timur
• Kecamatan Siantar Utara
• Kecamatan Siantar Selatan
• Kecamatan Siantar Marihat
Selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 1994, dikeluarkan kesepakatan bersama
Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dan
Kabupaten Simalungun. Adapun hasil kesepakatan tersebut adalah wilayah Kota
Pematangsiantar menjadi seluas 79,9706 km². Pada tahun 2007, diterbitkan 5
Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar
yaitu:
Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan
Siantar Sitalasari
Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan
Siantar Marimbun
Peraturan Daerah No.7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan
Bah Sorma
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kelurahan Tanjung Tongah, Nagapitu dan Tanjung Pinggir
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tetang Pembentukan
Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong
Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur
Dibangun secara klasik, Siantar, dilihat secara rumus secara geografis,
menurut walikota Hulman Sitorus, terbilang sulit untuk membangun industri.
Namun, hal ini tidak membatasi kota tua ini untuk berkembang dan maju. Kota
menjadi transit wisata –untuk mencapai Danau Toba, maka dari Medan harus
melalui kota ini.
Ditinjau dari kenyamanan, kota ini terbilang cukup aman, nyaman dan
tertib, melihat masyarakat yang berasal dari berbagai lapisan social dan agama,
namun hidup berdampingan dalam damai. Agaknya kerukunan ini sudah diwarisi
sejak kota ini masih berbentuk kerajaan, mengingat bahwa Raja Sangnawaluh
adalah sosok yang menghargai pluralisme, dan beliau tersebut adalah seorang
Muslim pula.
Kota yang dibangun secara klasik ini, kini telah menjelma menjadi kota
yang memiliki banyak kemajuan, yang dipengaruhi oleh populasi yang terdapat di
dalamnya yang kian bertambah. Kini, kota
mempersiapkan seabrek perbaikan di berbagai struktur, demi kemajuan kota.
2.1.2. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Kota Pematangsiantar secara geografis berada di bagian tengah Sumatera
Utara, terletak pada garis 2° 53’ 20” Lintang Utara (LU) dan 99° 1’ 00” - 99° 6’
35” Bujur Timur (BT) pada peta bumi. (Peta orientasi Kota Pematangsiantar dapat
dilihat pada Peta 2.1.2). Kondisi topografi dan morfologi (kelerengan) yang ada
di Kota Pematangsiantar hanya terdiri dari 2 morfologi yaitu datar dan landai
sehingga dapat dikatakan relatif datar secara keseluruhan. Curah hujan rata-rata
Kota Pematangsiantar pada tahun 2010 sebesar 269,08 mm/tahun dengan jumlah
Berdasarkan kondisi eksisting Kota Pematangsiantar, Wilayah Kota
Pematangsiantar dialiri oleh banyak sungai yang merupakan sumber air bagi
penduduk untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, seperti sumber air baku, irigasi
pertanian, MCK maupun kebutuhan lainnya. Pola aliran sungai di wilayah Kota
Pematangsiantar pada umumnya didominasi oleh pola aliran dendritik. Namun
demikian, pada beberapa bagian, terutama di bagian selatan wilayah ini tampak
pola aliran trelis. Pola aliran ini pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi di
samping jenis batuan dan topografi permukaan di daerah aliran.
Tabel 1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
No Nama Sungai Kecamatan Klasifikasi Lintasan
1 Bah Bolon seluruh
wilayah Kota Besar Seluruh Kecamatan
2 Bah Kapul Siantar
Sitalasari Besar
Kec. Siantar Sitalasari dan Kec.Martoba
3 Bah
Sibarang-barang
Siantar
Marimbun Besar
Kec.Siantar Selatan, Kec.Siantar Marimbun
4 Bah
Sigulang-gulang Siantar Utara Besar
Kec.Siantar Martoba, Kec. Siantar Utara, Kec. Siantar Siantar Barat
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032
Selain adanya sungai, di dalam suatu wilayah juga terdapat DAS (Daerah
Aliran Sungai) ataupun WAS (Wilayah Aliran Sungai). DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang terdapat di Kota Pematangsiantar adalah DAS Bah Bolon. DAS
(Daerah Aliran Sungai) ini pada dasarnya tidak hanya terdapat atau melalui Kota
sungai yang terdapat di beberapa wilayah kabupaten di Sumatera Utara, yaitu
Sungai Kuala Tanjung, Sungai Suka, Sungai Kiri, dan Sungai Bah Bolon.
Secara Administratif, Kota Pematangsiantar terletak di bagian tengah
Propinsi Sumatera Utara dan dikelilingi Wilayah Kabupaten Simalungun. Kota
Pematangsiantar terbagi atas 8 kecamatan dan 53 kelurahan dimana pusat
pemerintahan terletak di Kecamatan Proklamasi. Luas wilayah administrasi Kota
Pematangsiantar adalah 79,971 km2, yang terdiri dari 344RW dan 1.033RT.
KecamatanSitalasari merupakan kecamatan terluas dengan luas sekitar 22,723
km2 atau sekitar 28,41 % luas Kota Pematangsiantar.
Tabel 2 Luas Wilayah Per Kecamatan dan Kelurahan
No Kecamatan
Luas
(Km²)
Kelurahan
Luas
(Km²)
Persentase
(%)
1 Siantar Marihat 7,825
1. Sukamaju 20,30
9,78
2. Pardamean 8,10
3. Sukaraja 171,00
4. BP. Nauli 233,52
5. Suka Makmur 36,70
6. Parhorasan Nauli 30,40
7. Mekar Nauli 282,48
2
Siantar Marimbun 18,006
1. Simarimbun 612,04
22,52
2. Nagahuta 259,60
3. Pematang
Marihat 162,80
5. Nagahuta Timur 147,40
6. Marihat Jaya 239,00
3 Siantar Selatan 2,020
1. Aek Nauli 27,00
2,53
2. Martimbang 49,50
3. Kristen 37,50
4. Toba 28,00
5. Karo 33,50
6. Simalungun 26,50
4 Siantar Barat 3,205
1. Sipinggol-pinggol 37,00
4,01
2. Teladan 36,00
3. Dwikora 25,50
4. Proklamasi 38,50
5. Timbang Galung 37,50
6. Simarito 42,00
7. Banjar 36,00
8. Bantan 68,00
5 Siantar Utara 3,650
1. Martoba 32,00
4,56
2. Melayu 37,00
3. Baru 25,00
4. Sukadame 51,00
5. Bane 117,00
6. Sigulang-Gulang 58,00
7. Kahean 45,00
6 Siantar Timur 4,520
1. Kebun Sayur 37,50
5,65
2. Tomuan 91,00
4. Siopat Suhu 187,00
5. Merdeka 23,00
6. Pardomuan 25,50
7. Asuhan 46,00
7 Siantar Martoba 18,022
1. Sumber Jaya 222,60
22,45
2. Nagapita 115,55
3. Pondok Sayur 293,90
4. Tambun Nabolon 383,00
5. Nagapitu 67,25
6. Tanjung Pinggir 504,50
7. Tanjung Tongah 215,40
8 Siantar Sitalasari
22,723
1. Bah Kapul 356,55
28,41
2. Gurilla 953,30
3. Setia Negara 464,00
4. Bukit Sofa 87,20
5. Bah Sorma 411,25
Jumlah 79,971 100
Sumber : Pematangsiantar dalam Angka 2013
2.1.3. Demografi
Penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2012 mencapai 234.698 jiwa
yang tersebar pada 8 (delapan) kecamatan, dimana Kecamatan Siantar Utara
merupakan kawasan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan 46.423
jiwa, sementara Kecamatan Siantar Marimbun merupakan kawasan dengan
jumlah penduduk terkecil, yaitu 14.642 jiwa. Adapun kepadatan penduduk
Timur yaitu masing-masing 12.719 jiwa/km2, 10.915 jiwa/km2 serta 8.508
jiwa/km2. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan perdagangan dan jasa
terkonsentrasi di ketiga kecamatan tersebut sedangkan di sisi lain
kecamatan-kecamatan yang mengalami kepadatan penduduk sedang dan rendah merupakan
area yang didominasi oleh permukiman maupun pertanian. Dari segi jenis
kelamin, penduduk berjenis kelamin perempuan di Kota Pematangsiantar pada
tahun 2010 berjumlah 120.137 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 114.561
jiwa (sex ratio sebesar 95,36).Untuk mendapatkan gambaran keadaan wilayah
perencanaan pada masa mendatang diperlukan proyeksi jumlah dan kepadatan
penduduk sehingga dapat memperkirakan kebutuhan sarana dan prasarana. jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk (per kecamatan) dalam proyeksi 5 tahun ke
depan dapat ditampilkan pada tabel berikut ini
Tabel 3 Jumlah Penduduk & KepadatanPenduduk Tahun 2012-2017
No Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/km2)
2012 2017 2012 2017
1 Siantar Marihat 7.825 18.797 19.135 2.402 2.445
2
Siantar
Marimbun 18.006 12.745 12.267 708 681
4 Siantar Barat 3.205 46.525 50.435 14.516 15.736
5 Siantar Utara 3.650 49.305 53.736 13.508 14.722
6 Siantar Timur 4.520 42.254 45.692 9.348 10.109
7 Siantar Martoba 18.022 26.948 27.077 1.495 1.580
8
Siantar
Sitalasari 22.723 22.127 22.007 974 1.018
T o t a l 79.791 239.654 252.003 2.997 3.151
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032
Tabel 4 KOMPOSISI MENURUT ETNIS PENDUDUK
NO SUKU 1990 2000 2010
1 Batak Toba 46,38 % 50,12 % 38,51 %
2 Simalungun 15 % 9,10 % 5,11 %
3 Karo 1,30 % 3,11 % 2,44 %
4 Mandailing 5 % 3,15 % 5,03 %
5 Jawa 20,07 % 16, 27 % 27,73 %
6 Tionghoa/Cina 10,06 % 14,23 % 13,87 %
7 Dan Lain-lain 2,19 % 4,08 % 7,67 %
Sumber : Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 2010
Perbandinagnjumlahpendudukberdasarkanetnismenunjukkanjumlahpendu
dukberdasarkan agama berkisar 48% agama Islam dan 49% agama Kristen serta
2.1.4 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pematangsiantar atas
dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 4.163.437,74 juta rupiah dengan
kontribusi terbesar diberikan oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu
sebesar 34,02 %. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan sumbangan
terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,02 %.
PDRB Kota Pematangsiantar atas dasar harga konstan tahun 2000 pada
tahun 2010 sebesar 2.038.9241,45 juta rupiah atau naik sekitar 112.625,8 juta
rupiah. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk Kota
Pematangsiantar pada tahun 2010 sebesar 17.739.554 rupiah (meningkat sebesar
10,82 % dari tahun 2009).
Tabel 5 Realisasi APBD Tahun 2009-2011 (Jutaan Rupiah)
No Anggaran 2009 2010 2011
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
23.591.866.659,- 24.087.112,659 43.648.351.200,-
2 Dana Perimbangan 374.850.253.516,- 367.202.506,315 428.443.002.065,-
3 Lain-lain Pendapatan
yang sah
72.686.502.473,- 66.646.848,476 108.950.519.508,-
B Belanja
1 Belanja Tidak
Langsung
334.914.333,90
2 Belanja Langsung 149.482.133,90
Jumlah Belanja 458.837.652,30 484.396.467,50
Surplus/Defisit
Anggaran 34.239.542,61 -26.460.000,05
Sumber : Pematangsiantar dalam Angka 2013
Tabel 6 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk
Tahun 2009 -2011
No Sub Sektor/SKPD 2009 2010 2011
1 Air Limbah
1,520,531,485 694,404,425.00 750,903,992
2 Air Bersih
894,297,635 1,133,210,075.00 818,557,212
3 Sanitasi Lain
915,298,935 3,286,632,996.00 6,972,265,357
4 Sumber Daya Air
1,676,628,200 2,855,489,214.00 1,381,903,250
5 Aspek PHBS
(Pelatihan, sosialisasi, komunikasi,
pendampingan) 288,220,000 270,000,000.00 -
6 Lintas Sektor
83,195,635 54,033,575.00 51,251,932
7 Total Belanja Sanitasi
(A-F)
5,378,171,890
8 Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD Murni (bukan pendamping)
1,966,342,770 5,501,455,785 8,825,671,743
9 Total Belanja APBD 487,196,000,000 484,336,000,000 606,538,000,000
10 Proporsi Belanja Modal
Sanitasi terhadap Belanja Total (H/Ix100%)
0.40 1.14 1.46
11 Jumlah Penduduk 250,997 234,698
12 Belanja Modal Sanitasi
per Penduduk (G/K)
21,427 35,338
Sumber : Pematangsiantar dalam Angka 2013
2.1.5 Tata Ruang Wilayah
Dalam RTRW Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032 ditetapkan bahwa
tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar adalah mewujudkan Kota
Pematangsiantar sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa bagi wilayah tengah
Propinsi Sumatera Utara dengan didukung sektor pendidikan, kesehatan, dan
pariwisata dalam ruang kota yang aman, nyaman dan produktif secara
berkelanjutan.
Berdasarkan tujuan penataan ruang tersebut maka dirumuskan kebijakan
dan strategi perwujudan tata ruang yang diturunkan ke dalam penetapan hirarkhi
kompleks fungsinya sebagai pusat pelayanan dan semakin rendah hierarkhinya
maka semakin kecil fungsi pusat pelayanannya.
Hierarki pusat-pusat kegiatan di Kota Pematangsiantar berdasarkan peran
dan fungsinya secara ketataruanganan dapat diperlihatkan pada tabel 7
Tabel 7 Hierarkhi Kota, Peran dan Fungsinya
No Hirarki Pusat
Kegiatan Kelurahan Peran dan Fungsi
1 Pusat Pelayanan
Kota (PPK)
Kel. Melayu, Kel. Dwikora, Kel. Proklamasi, Kel. Simalungun, Kel. Baru, Kel. Sukadame
• Perdagangan dan jasa skala regional
• Pelayanan kesehatan skala regional
• Simpul transportasi regional • Perkantoran
• Perumahan kepadatan tinggi
2 Tanjung Pinggir dan sebagian Kelurahan Tanjung Tongah
• Pusat perdagangan skala kota, • Simpul transportasi regional
• Pendidikan menengah
• Pelayanan kesehatan
• Perumahan kepadatan rendah –
sedang Siantar Sitalasari dan sebagian Kelurahan Tanjung Pinggir
• Perdagangan dan jasa
• Pendidikan menengah dan tinggi
• Pelayanan kesehatan
• Perumahan kepadatan rendah –
sedang Kelurahan Bah Sorma dan sebagian Kelurahan Bah Kapul
• Perumahan kepadatan
rendah-sedang
• Pendidikan menengah dan tinggi
• Perdagangan
5
• Perdagangan skala kota • Perkantoran
• Pendidikan menengah dan tinggi
• Pelayanan kesehatan
• Perumahan kepadatan
rendah-sedang
Kelurahan Siopat Suhu
• Perdagangan dan jasa • Perkantoran
• Pendidikan menengah dan tinggi
• Pelayanan kesehatan
• Perumahan kepadatan sedang –
tinggi
• Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan
8
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 2
Kelurahan Nagapita • Pendidikan dasar, perdagangan
skala kelurahan, pelayanan kesehatan Tanjung Pinggir dan sebagian Kelurahan Pondok Sayur
• Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan
10
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 4
Kelurahan Gurilla • Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan
kesehatan
11
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 5
Kawasan USI, sebagian Kelurahan Bah Kapul dan sebagian Kelurahan Bukit Sofa
• Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan Kelurahan Setia Negara dan sebagian Kelurahan Sipinggol-pinggol
• Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan
13
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 7
Kelurahan Simarimbun • Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan
14
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 8
Sebagian Kelurahan Marihat Jaya, sebagian Kelurahan Pematang Marihat, dan sebagian Kelurahan Sukaraja
• Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan
15
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) 9
Lapangan Bola Atas, sebagian Kel.
Pardamean, Kel. Sukamaju, Kel. Toba
• Pendidikan dasar, perdagangan skala kelurahan, pelayanan kesehatan
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032
Berdasarkan tabel 2.1.5 di atas, secara keseluruhan hierarkhi pusat
kegiatan di Kota Pematangsiantar dapat diperlihatkan pada Peta Rencana Struktur
2.1.6 Sosial dan Budaya
Pada tahun 1970-an Kota Pematangsiantar mendapat predikat sebagai kota
pendidikan di Propinsi Sumatera Utara. Dari tahun ketahun jumlah sekolah semakin
meningkat mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini
diharapkan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM yang tersedia untuk
memajukan Kota Pematangsiantar ke arah yang lebih baik.
Faktor pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat Kota
Pematangsiantar sehingga setiap orang tua mengharapkan anaknya untuk melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi. Selain ke Perguruan Tinggi di luar kota, minat untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Pematangsiantarpun cukup tinggi. Hal ini terlihat
dengan jumlah Perguruan Tinggi yang ada semakin bertambah dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010 terdapat 17 Perguruan Tinggi yang terdiri dari 2 Universitas, 6
Sekolah Tinggi dan 9 Akademi, dimana jumlah mahasiswanya secara keseluruhan
sebanyak 15.379 orang dan Dosen yang mengajar sebanyak 740 orang.
Tabel 8 Jumlah Perguruan Tinggi (PT) Tahun 2011
No Jenis Perguruan Tinggi (PT)
Jumlah PT
Jumlah
Mahasiswa Dosen
1 Universitas 2 10.593 262
2 Sekolah Tinggi 6 1.524 184
3 Istitut 0 0 0
4 Akademi 9 3.262 294
Total 17 15.379 740
Dari segi kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Kota Pematangsiantar
pada tahun 2011 mencapai 29.850 jiwa atau sekitar 11,08 % dari jumlah penduduk
yang ada atau setara dengan 7.148 Pra Keluarga Sejahtera. Pembangunan sektor
kesehatan di Kota Pematangsiantar telah berhasil menyediakan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan masyarakat. Pada periode tahun 2010 ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan di Kota Pematangsiantar terdiri atas 7 (tujuh) buah rumah sakit
dari berbagai kategori dengan jumlah kapasitas keseluruhan 664 tempat tidur (TT).
Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen
Saragih, dengan kapasitas 220 TT, yang dilayani oleh 25 orang dokter umum, 9 orang
dokter gigi dan 26 orang dokter spesialis.
Rumah sakit yang tersebar di berbagai kecamatan tersebut dibantu oleh
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskesmas Pembantu (Pustu), Balai
Pengobatan Umum (BPU) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Berikut tabel sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kota Pematangsiantar :
Tabel 9 Sarana dan Prasarana Kesehatan, Tahun 2010
No
Jenis Sarana dan Prasarana Kesehatan
Jumlah
(Unit)
1 Rumah Sakit Umum 1
2 Rumah Sakit Swasta 6
3 Puskesmas 17
5 BPU (Balai Pengobatan Umum) Swasta 19
6 Posyandu 241
7 Apotek 29
8 Klinik Keluarga Berencana 39
Sumber : Pematangsiantar dalam Angka, 2011
Kelembagaan Pemerintah Daerah
Secara institusi dan organisasi pemerintahan Kota Pematangsiantar terdiri
atas14 Dinasdan 15Lembaga Teknis daerah. Dasar keberadaan dinas yang ada di
Kota Pematangsiantar adalah Peraturan Daerah No 3Tahun 2010 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Dinas-Dinas Daerah,
dimana didalam Peraturan Daerah ini dinas-dinas yang ada di lingkungan Kota
Pematangsiantar adalah:
1. Dinas Pendidikan;
2. Dinas Kesehatan;
3. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja;
4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;
5. Dinas Bina Marga dan Pengairan;
6. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman;
7. Dinas Koperasi dan Usaha Mikrokecil dan Menengah;
8. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
10. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
11. Dinas Pertanian dan Peternakan;
12. Dinas Pasar;
13. Dinas Kebersihan;
14. Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
Sedangkan berdasar pada Peraturan Daerah No 4 tahun 2010 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Lembaga Teknis Daerah,
maka Lembaga Teknis Daerah yang ada di Kota Pematangsiantar terdiri dari:
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
b. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
c. Badan Lingkungan Hidup
d. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
e. Badan Penelitian, Pengembangan dan Keluarga Berencana
f. Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah
g. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
h. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
i. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
j. Kantor Satuan Polisi dan Pamong Praja
k. Inspektorat
l. Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) dr Djasamen Saragih