• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT St. ELISABETH MEDAN

TAHUN 2004-2007

SKRIPSI

Oleh :

BERLIANA SITUMEANG NIM. 041000311

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT St. ELISABETH MEDAN

TAHUN 2004-2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BERLIANA SITUMEANG NIM. 041000311

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT St. ELISABETH MEDAN

TAHUN 2004-2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : BERLIANA SITUMEANG

NIM. 041000311

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 November 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, MKes drh. Hiswani, MKes NIP. 390009523 NIP. 132084988

Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH Drs. Jemadi, MKes NIP. 130318031 NIP. 131996168

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan

(4)

ABSTRAK

Kanker paru pada saat ini merupakan salah satu penyakit keganasan yang tersering di dunia. Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2007, dalam 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 6 dengan proporsi sebesar 5,66%

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 114 penderita (total sampling).

Hasil penelitian diperoleh proporsi penderita kanker paru yang tertinggi adalah berusia ≥ 40 tahun 94,7%; laki-laki 86%; batak 85,1%; Kristen (Protestan dan Katolik) 82,5%; wiraswasta 25,4%; kawin 93,9%; Kota Medan 51,8%; sesak napas 64%; derajat III 38,6%; terapi simtomatis 90,4%; lama rawatan rata-rata 6,70 hari; dan pulang berobat jalan 57,9%.

Ada perbedaan proporsi usia berdasarkan jenis kelamin penderita kanker paru (p=0,003). Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat kanker paru (p=0,978), lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,654).

Diharapkan pada pihak RS St. Elisabeth Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan guna menurunkan angka CFR khususnya CFR penderita kanker paru dan melengkapi pencatatan dalam rekam medis khususnya yang berkaitan dengan kanker paru seperti, suku/etnik, pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, keluhan utama, dan derajat kanker serta menambahkan variabel pendidikan dan status merokok.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Berliana Situmeang

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Karang/17 November 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah anggota keluarga : 4 (empat) orang

Alamat rumah : JL. W. Monginsidi Gg. Nuri No. 29 Pengajaran Bandar Lampung

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1992-1998 : SD Kristen Dharmawiyata Tanjung Karang Tahun 1998-2001 : SLTP Xaverius I Teluk Betung

Tahun 2001-2004 : SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Tahun 2004-2008 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT ORGANISASI

Tahun 2006-2007 :Anggota Komisi Pemuridan Campus Ministry Student

Influencer (CM-SI)-USU

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas kasih karunia dan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua yang terkasih Ayahanda J. Situmeang dan Ibunda N. Hutagalung yang telah membesarkan dengan penuh pengorbanan, mendidik, membimbing, memberi masukan dan motivasi, serta mendukung dalam doa sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu drh. Rasmaliah, MKes selaku Dosen Pembimbing I, kepada Ibu drh. Hiswani, MKes selaku Dosen Pembimbing II, kepada Bapak dr. Achsan Harahap, MPH selaku Dosen Pembanding I dan kepada Bapak Drs. Jemadi, MKes selaku Dosen Pembanding II yang telah membimbing dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

(7)

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

5. Bapak dr. Bungaran Sihombing, SpU selaku Direktur Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

6. Kakak dan abang staff LPMI, Kak Helen, Kak Risma, Kak Eva, Mas Kristian, Kak Elpina, terimakasih atas bantuan, dorongan, nasehat, dan doa kepada penulis. 7. Adik2 binaku : Lilis dan Gabesri serta teman-teman sepelayanan dalam Campus

Ministry Student Influencer (CMSI) yang tidak dapat disebutkan satu per satu,

terimakasih atas kasih persaudaraan yang tulus dan kerjasama tim yang baik. 8. Adikku terkasih, Jufrezer Situmeang, dan sepupuku terkasih Megaria Hutabarat,

dan Norman J. Hutabarat, serta seluruh keluarga besar terimakasih atas kasih sayang, pengertian, dan doa.

9. Sahabat penulis, Nurmaya, Renova, Rista, Rugun, Sumisan, dan Bang David, SKM, terimakasih atas kebersamaan yang terjalin dalam suka duka, semangat, bantuan, dan dukungan doa.

10.Lamriama, Marlina, Veni, Laya, Betty, Jayanti, Icut, Eka, Efrika, Martalena, Gifani, dan teman-teman peminatan Epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan canda tawa. 11.Sastro Rie, Lamhot, Kak Asnaria, Kak Augustina, Kak Iche, Iswan, Imanuel,

(8)

12.Kak Vera Anita, SKM, Citra, Rolina, Intan, Meina, Rini, Efi, dan teman-teman penghuni Asrama Putri Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan dorongan semangat.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan moril maupun material, penulis ucapkan terimakasih. Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, November 2008 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.3.1. Tujuan Umum... 4

1.3.2. Tujuan Khusus... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kanker Paru ... 6

2.1.1. Jenis Kanker Paru... 7

2.1.2. Derajat Kanker Paru... 8

2.2. Epidemiologi... 10

2.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang... 10

2.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat ... 11

2.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu ... 12

2.3. Determinan... 12

2.3.1. Pengaruh Penyakit Lain/Predisposisi Kanker Paru... 12

2.3.2. Pengaruh Genetik dan Status Imunologi ... 13

2.3.3. Rokok... 13

2.3.4. Polusi Udara ... 16

2.3.5. Pencemaran Karena Pekerjaan ... 16

2.3.6. Diet... 18

2.4. Gejala Klinik... 18

2.4.1. Gejala Intrapulmoner ... 18

2.4.2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner ... 19

2.4.3. Gejala Ekstrapulmonal Non Metastatik... 19

2.4.4. Gejala Ekstratorasik Metastatik ... 19

2.5. Diagnosis... 19

2.5.1. Anamnesis ... 19

2.5.2. Pemeriksaan Fisik ... 19

2.5.3. Radiologi ... 20

2.5.4. Sitologi... 21

2.5.5. Bronkoskopi ... 21

(10)

2.5.7. Torakoskopi... 22

2.5.8. Mediastinoskopi ... 22

2.5.9. Torakotomi ... 23

2.6. Penatalaksanaan Kanker Paru ... 23

2.6.1. Pembedahan... 23

2.6.2. Kemoterapi ... 24

2.6.3. Radiasi ... 24

2.7. Pencegahan ... 25

2.7.1. Pencegahan Primordial ... 25

2.7.2. Pencegahan Primer... 25

2.7.3. Pencegahan Sekunder ... 27

2.7.4. Pencegahan Tertier... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 29

3.2. Definisi Operasional... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2. Waktu Penelitian ... 33

4.3. Populasi dan Sampel ... 33

4.3.1. Populasi... 33

4.3.2. Sampel ... 33

4.4. Metode Pengumpulan Data... 34

4.5. Teknik Analisa Data... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Profil Rumah Sakit St. Elisabeth Medan ... 35

5.1.1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit St. Elisabeth... 35

5.1.2. Visi ... 35

5.1.3. Misi ... 36

5.1.4. Pelayanan Medis ... 36

5.2. Sosiodemografi Penderita Kanker Paru ... 37

5.3. Keluhan Utama ... 40

5.4. Derajat Kanker Paru ... 41

5.5. Penatalaksanaan Kanker Paru ... 42

5.6. Lama Rawatan Rata-rata ... 42

5.7. Keadaan Sewaktu Pulang... 43

5.8. CFR Penderita Kanker Paru Tahun 2004-2007 ... 44

5.9. Analisa Statistik... 45

5.9.1. Usia Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

5.9.2. Penatalaksanaan Kanker Berdasarkan Derajat Kanker... 46

(11)

5.9.4. Lama Rawatan rata-rata Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang ... 48

5.9.5. Derajat Kanker Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 49

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Sosiodemografi Penderita Kanker Paru ... 50

6.1.1. Usia ... 50

6.1.2. Jenis Kelamin ... 51

6.1.3. Suku/Etnik ... 52

6.1.4. Agama... 53

6.1.5. Pekerjaan ... 54

6.1.6. Status Perkawinan ... 55

6.1.7. Tempat Tinggal ... 56

6.2. Keluhan Utama... 57

6.3. Derajat Kanker Paru ... 59

6.4. Penatalaksanaan Kanker ... 60

6.5. Lama Rawatan Rata-rata ... 61

6.6. Keadaan Sewaktu Pulang... 62

6.7. CFR Penderita Kanker Paru Tahun 2004-2007... 63

6.8. Analisa Statistik... 64

6.8.1. Usia Berdasarkan Jenis Kelamin... 64

6.8.2. Penatalaksanaan Kanker Berdasarkan Derajat Kanker.... 66

6.8.3. Lama Rawatan rata-rata Berdasarkan Derajat kanker ... 67

6.8.4. Lama Rawatan rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 68

6.8.5. Derajat Kanker Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 69

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 70

7.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master data Lampiran 2 : Output SPSS

Lampiran 3 : Kombinasi Keluhan Utama Penderita Kanker Paru Lampiran 4 : Karakteristik Penderita Kanker Paru Yang Meninggal Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Risiko Kematian Karena Kanker Paru Berdasarkan Umur Mulai

Merokok ... 14

Tabel 2.2. Risiko Kematian Karena Kanker Paru Pada Mantan Perokok ... 15

Tabel 2.3. Pembagian Penyakit Paru Akibat Kerja ... 16

Tabel 2.4. Jenis Pekerjaan yang dapat Menimbulkan Kanker Saluran Napas... 17

Tabel 5.1.Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS. St. Elisabeth Medan Tahun

2004-2007 ... 37

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS. St. Elisabeth Medan Tahun

2004-2007 ... 40

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Derajat Kanker Paru di RS. St. Elisabeth Medan Tahun

2004-2007 ... 41

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Kanker Paru di RS. St. Elisabeth

Medan Tahun 2004-2007 ... 42

Tabel 5.5. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di

RS. St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 42 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS. St. Elisabeth

MedanTahun 2004-2007 ... 43 Tabel 5.7. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Kanker Paru Tahun 2004-2007 ... 44

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di RS. St. Elisabeth Medan Tahun

2004-2007 ... 45 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Kanker Berdasarkan Derajat

Kanker Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di RS. St.

(13)

Tabel 5.10. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Kanker Paru Pada Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di RS. St. Elisabeth

Medan Tahun 2004-2007 ... 47 Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada

Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di RS. St. Elisabeth

Medan Tahun 2004-2007 ... 48

Tabel 5.12.Distribusi Proporsi Derajat Kanker Paru Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Pada Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Di

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kanker Paru... 6 Gambar 6.1. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Usia di RS St.

Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 50 Gambar 6.2. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Jenis Kelamin di RS

St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 51 Gambar 6.3. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Suku/Etnik di RS St.

Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 52 Gambar 6.4. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Agama di RS St.

Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 53 Gambar 6.5. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Pekerjaan di RS St.

Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 54 Gambar 6.6. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Status Perkawinan di

RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 55 Gambar 6.7. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Tempat Tinggal di

RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 56 Gambar 6.8. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Keluhan Utama di

RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 57 Gambar 6.9. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Derajat Kanker Paru

di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 59 Gambar 6.10. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Penatalaksanaan

Kanker Paru di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 60 Gambar 6.11. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 62 Gambar 6.12. CFR Penderita Kanker Paru Tahun 2004-2007 ... 63 Gambar 6.13. Proporsi Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Kanker Paru

di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007 ... 64 Gambar 6.14. Proporsi Penatalaksanaan Kanker Berdasarkan Derajat Kanker

(15)

Tahun 2004-2007... 66 Gambar 6.14. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Kanker Paru di RS

St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 67 Gambar 6.15. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di

RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007... 68 Gambar 6.16. Proporsi Derajat Kanker Penderita Kanker Paru Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun

(16)

ABSTRAK

Kanker paru pada saat ini merupakan salah satu penyakit keganasan yang tersering di dunia. Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2007, dalam 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 6 dengan proporsi sebesar 5,66%

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 114 penderita (total sampling).

Hasil penelitian diperoleh proporsi penderita kanker paru yang tertinggi adalah berusia ≥ 40 tahun 94,7%; laki-laki 86%; batak 85,1%; Kristen (Protestan dan Katolik) 82,5%; wiraswasta 25,4%; kawin 93,9%; Kota Medan 51,8%; sesak napas 64%; derajat III 38,6%; terapi simtomatis 90,4%; lama rawatan rata-rata 6,70 hari; dan pulang berobat jalan 57,9%.

Ada perbedaan proporsi usia berdasarkan jenis kelamin penderita kanker paru (p=0,003). Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat kanker paru (p=0,978), lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,654).

Diharapkan pada pihak RS St. Elisabeth Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan guna menurunkan angka CFR khususnya CFR penderita kanker paru dan melengkapi pencatatan dalam rekam medis khususnya yang berkaitan dengan kanker paru seperti, suku/etnik, pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, keluhan utama, dan derajat kanker serta menambahkan variabel pendidikan dan status merokok.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.1

Negara Indonesia yang sedang berkembang dari negara agraris menuju negara industri membawa perubahan pada pola penyakit dan non penyakit (gaya hidup, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain). Perubahan pola penyakit yang dimaksud ialah perubahanpola penyebab kematian tertinggi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM). Frekuensi PTM seperti kanker, penyakit jantung, hipertensi, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain, cenderung akan meningkat. Hal ini disebabkan peningkatan sosial ekonomi, gaya hidup, dan angka harapan hidup yang makin meningkat.2 Laporan United Nations Development program (UNDP) 2001 menyebutkan bahwa usia harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65,6 tahun pada tahun 2000 menjadi 65,8 tahun pada tahun 2001.3

(18)

tercatat PMR kanker semakin meningkat, dari 4,8% pada tahun 1992 menjadi 5% pada tahun 1995 dan meningkat lagi menjadi 6% pada tahun 2001.5 Survei Kanker Global 2002 di Indonesia menunjukkan insiden kanker paru mencapai 28 per 100.000 penduduk, kanker payudara 26 per 100.000 penduduk, kanker colorectum 23 per 100.000 penduduk, kanker leher rahim 16 per 100.000 penduduk dan kanker hati 13 per 100.000 penduduk.6

Kanker paru pada saat ini merupakan salah satu penyakit keganasan yang tersering di dunia.7 WHO World Health Report 2000, menyebutkan PMR kanker paru pada tahun 1999 di seluruh dunia sebesar 2,1%.8 Menurut WHO (2006), kanker paru menyebabkan 1,3 juta kematian per tahun dari 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2005 (PMR) 2,24%.4 Di Amerika pada tahun 1998, ditemukan sebanyak 171.000 penderita kanker paru dan yang meninggal sebanyak 160.000 penderita dengan Case Fatality Rate (CFR) 93,5 %, sedangkan di Inggris ditemukan sebanyak 45.000 penderita dan yang meninggal sebanyak 40.000 penderita (CFR = 88,8 %).9 Di Malaysia pada tahun 1998, Cause Spesifik Death Rates (CSDR) kanker paru sebesar 4,2 per 100.000 penduduk. Di Singapura pada tahun 2000, CSDR kanker paru sebesar 27,5 per 100.000 penduduk. Di Brunei Darussalam pada tahun 2001, CSDR kanker paru sebesar 11,4 per 100.000 penduduk. Di Jepang pada tahun 2001, CSDR kanker paru sebesar 43,7 per 100.000 penduduk.10

(19)

dan alat rongga dalam lainnya pada pasien rawat inap tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 3 dari 5 peringkat utama dengan CFR sebesar 14,03%.11

Pada tahun 1998 di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, kanker paru menduduki urutan ke 3 setelah kanker payudara dan leher rahim.12 Penelitian Jusuf dkk (2001) di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta sejak tahun 1993-1997, jumlah pasien kanker paru rawat inap sebanyak 541 orang.13 Pada tahun 2000-2002 di RSUP H. Adam Malik Medan ditemukan pasien kanker paru rawat inap sebanyak 178 orang.14

Pada tahun 1999-2003 di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan ditemukan pasien kanker paru rawat inap sebanyak 137 orang.15 Hasil survei awal dari bagian rekam medik di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007, ditemukan 114 pasien kanker paru rawat inap. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita kanker paru yang rawat inap di Rumah Sakit tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007.

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(20)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan sosiodemografi (usia, jenis kelamin, suku/etnik, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan keluhan utama.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan derajat kanker paru.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan penatalaksanaan kanker paru.

e. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita kanker paru rawat inap. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan

keadaan sewaktu pulang.

g. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi usia berdasarkan jenis kelamin penderita kanker paru.

h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi penatalaksanaan kanker berdasarkan derajat kanker penderita kanker paru.

i. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat kanker paru. j. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu

pulang.

(21)

l. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) penderita kanker paru tahun 2004-2007

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit St. Elisabeth Medan untuk peningkatan pelayanan pemeriksaan kanker paru, pengobatan, dan penyediaan fasilitas perawatan bagi penderita.

1.4.2. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya tentang penyakit kanker paru.

BAB 2

(22)

l. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) penderita kanker paru tahun 2004-2007

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit St. Elisabeth Medan untuk peningkatan pelayanan pemeriksaan kanker paru, pengobatan, dan penyediaan fasilitas perawatan bagi penderita.

1.4.2. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya tentang penyakit kanker paru.

BAB 2

(23)

2.1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari epitel kelenjar mukosa bronkus. Kanker paru cenderung menyebar luas, memperluas massa yang tidak teratur daripada invasi terbatas dalam parenkim paru. Penyebaran seperti itu menghasilkan atelektasis pada perbatasan parenkim.16

Kolaps terjadi ketika tekanan eksternal dari tumor melebihi tekanan udara di dalam terminal jalan arus udara. Banyak tumor-tumor di sekeliling menyerbu ke dinding kavitas toraks. Prognosis kanker paru tidak baik. Metastasis sering terjadi dan menyebar luas, khususnya meliputi otak, node limfa, tulang dan hepar.16

Gambar 2.1. Kanker Paru.17

Sumber : Album Patologi Anatomi

2.1.1. Jenis Kanker Paru

(24)

1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)

a. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge intraseluler. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma in situ.12 Karsinoma sel skuamosa biasanya meningkat pada segmen bronkus dan menyebar secara lokal yang menyebabkan obstruksi bronkial.18

b. Adenokarsinoma berciri khas dengan bentuk formasi glandular dan kecendrungan ke arah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelloma.12 Adenokarsinoma paru biasanya terletak pada paru bagian perifer dan menyebar ke otak, tulang, hati, dan bagian paru lainnya.18

c. Karsinoma sel besar, ini suatu subtipe yang gambaran histologisnya dibuat secara ekslusion. Karsinoma sel besar tidak mempunyai gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular. Sel bersifat anaplastik, tak berdiferensiasi, biasanya disertai oleh infiltrasi sel neutrofil.12 Kanker paru sel besar mulai keluar sebagai tumor perifer yang besar yang menyebar secara lokal sebelum bermetastasis.18

(25)

Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali/tanpa nucleoli. Disebut juga karsinoma sel oat karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum. Sel kecil ini cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh darah.12 SCLC meliputi sel oat, sel heksagonal, sel kanker limfositik, dan spindel.18

2.1.2. Derajat Kanker Paru19

Penetapan derajat kanker paru menggunakan sistem TNM yang telah direvisi pada tahun 1996. Pada sistem ini, T menggambarkan tumor primer, N menggambarkan keterlibatan nodul, dan M menggambarkan adanya metastase jauh.

Derajat Kanker Paru Jenis NSCLC Sistem TNM

Derajat T N M

0 Tis

IA T1 N0 M0

IB T2 N0 M0

IIA T1 N1 M0

IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

IIIA T3 N1 M0

T1-3 N2 M0

IIIB T4 N0-2 M0

T1-4 N3 M0

IV Ada Ada M1

(26)

Tumor Primer (T)

T0 = Tidak ada bukti tumor primer Tis = Karsinoma In Situ

T1 = Tumor ≤ 3 cm pada penampakan, dikelilingi oleh pleura paru atau visera dan tanpa bukti invasi proksimal ke lobus bronkus pada bronkoskopi. T2 = Tumor > 3 cm pada penampakannya, atau tumor dengan ukuran berapa saja

yang melibatkan bronkus utama, menginvasi pleura visceral, atau berhubungan dengan atelektasis atau infeksi pneumonia obstruktif yang meluas ke region hilus. Segala sesuatu yang berhubungan dengan atelektasis atau obstruksi infeksi harus terlibat kurang dari seluruh paru. T3 = Tumor dengan ukuran berapa saja yang mengadakan pelebaran langsung ke

dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinal, atau perikardium parietal; atau tumor pada bronkus utama < 2 cm jaraknya dengan karina tanpa melibatkan karina; atau atelektasis atau obstruksi infeksi paru dari seluruh paru.

T4 = Tumor dengan ukuran berapa saja dengan invasi mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, vertebra, atau karina, atau dengan efusi pleura ganas atau pericardia; atau dengan nodul tumor satelit dalam sisi yang sama dari lobus paru yang mengandung tumor primer. Nodus Limfe Regional (N)

N0 = Tidak ada penilaian adanya nodus limfe regional.

(27)

N2 = Metastasis ke sisi yang sama nodus limfe regional dan/ atau nodus limfe subkarina.

N3 = Metastasis ke kontralateral nodus limfe mediastinal, nodus limfe hilus kontralateral, ipsilateral (sisi yang sama) atau kontralateral skaleus atau nodus limfe supraklavikuler.

Metastasis Jauh (M)

M0 = Tidak ada metastasis. M1 = Ada metastasis jauh.

Kanker paru jenis SCLC tidak ditetapkan berdasarkan sistem TNM. Derajat kanker paru jenis Small Cell Lung Cancer (SCLC), yaitu :

1. Limited (terbatas) = tumor terbatas pada satu hemitoraks dan hilus, mediastinal,

dan nodus supraklafikuler)

2. Extensive (meluas) = menyebar ke bagian yang lebih jauh.

2.2. Epidemiologi

2.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Orang

(28)

insidens kanker paru pada laki-laki sebesar 81,2 per 100.000 penduduk, sedangkan pada perempuan sebesar 52,3 per 100.000 penduduk.21

Pada tahun 1993-1997 di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, ditemukan 89% penderita kanker paru berusia ≥ 40 tahun.13 Pada tahun 2001 di Amerika, kebanyakan kasus terjadi antara usia 50 hingga 70 tahun, kurang dari 5% pasien kanker paru berusia < 40 tahun.19 Pada 1 April-31 Juli 2002 di RSUP H. Adam Malik ditemukan semua kanker paru berusia ≥ 40 tahun dan yang terbanyak berusia 60-69 tahun dengan proporsi sebesar 44,7%.9 Di negara industri, usia terkena kanker paru ≥ 40 tahun, terbanyak pada umur 55-75 tahun dengan rata-rata 65 tahun.22

2.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat

Kanker paru merupakan jenis kanker paru yang cukup sering ditemukan. Insidens kanker paru di negara-negara industri umumnya lebih tinggi dibandingkan negara berkembang.23

Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di Amerika tahun 1993 dilaporkan sebanyak 173.000 kasus/tahun,12 pada tahun 2001 terdapat 180.000 kasus kanker paru.19 Di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2001, kanker paru menempati urutan keempat yang terbanyak ditemukan. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi kasus kanker paru di Indonesia belum diketahui dengan pasti, tetapi klinik tumor dan paru di Rumah sakit merasakan peningkatannya. Di negara berkembang lain dilaporkan insidensinya naik dengan cepat, antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi 30 % rokok dunia.12

(29)

Insidens kanker paru terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1982 angka kematian di Amerika sebanyak 200.000 orang/tahun sedangkan di Inggris sebanyak 300.000 orang/tahun. Angka tersebut meningkat 2 kali setiap tahunnya.22

2.3. Determinan

Menurut Carr dan Hoyle (1988) yang dikutip Wilson (1995), ditemukan bahwa faktor merokok memegang peranan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap dari orang lain, risiko untuk mendapatkan kanker paru meningkat 2 kali. Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan rokok.25

Kanker paru merupakan suatu penyakit akibat kerja, dari berbagai bahaya industri, yang paling penting adalah asbes. Risiko kanker paru di antara para pekerja yang terpapar asbes 10 kali lebih besar dari masyarakat umum yang tidak terpapar. Risiko kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium diperbesar kalau orang tersebut merokok. Dua faktor yang dapat pula berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kanker paru adalah diet dan genetik.25

2.3.1. Pengaruh Penyakit Lain/Predisposisi Kanker Paru

Tuberculosa (TB) banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi kanker paru melalui mekanisme hyperplasia metaplasi. Karsinoma In Situ dari kanker paru diduga timbul sebagai akibat adanya jaringan parut TB.24

(30)

Perokok yang mempunyai keluarga yang menderita kanker mempunyai risiko 30-40 kali lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok yang tidak mempunyai keluarga yang menderita kanker. Ini berarti ada kontrol genetik yang bertanggung jawab untuk terjadinya kanker paru. Gen autosom Mendelion mempunyai interaksi dengan rokok untuk menyebabkan penyakit pada usia dini.7 Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yaitu : proto

oncogen, tumor supressor gene, gene encoding enzyme.12

Status imunologis penderita yang dipantau dari respon imun seluler menunjukkan adanya korelasi antara derajat diferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan, serta prognosis. Penderita yang anergi pada umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.24

2.3.3. Rokok

Penyakit kronis dan kematian dini akibat merokok banyak terjadi terutama di negara maju akan tetapi sekarang dengan cepat wabah ini berpindah ke negara berkembang. Bila pada tahun 2000 hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok, maka pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 7 dari 10 orang yang meninggal karena merokok. Hal ini diperkirakan akan terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Diestimasikan pada tahun 2030 mendatang, 10 juta orang akan meninggal setiap tahunnya karena merokok.26

(31)

kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali oleh pajanan pasif dalam waktu lama dengan asap rokok.27

Risiko timbulnya kanker paru pada perokok dihubungkan dengan : a. Jumlah rokok yang dihisap setiap hari

b. Usia mulai merokok c. Lama berhenti merokok22

Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap tiap hari dengan besar risiko terjadinya kanker paru pada perokok.

Dalam jangka panjang (10-20 tahun) merokok : a. 1-10 batang/hari meningkatkan risiko 15 kali b. 20-30 batang/hari meningkatkan risiko 40-50 kali c. 40-50 batang/hari meningkatkan risiko 70-80 kali.24

Usia mulai merokok sebelum 15 tahun akan memberikan risiko kanker paru jauh lebih tinggi dibandingkan apabila merokok setelah umur 25 tahun.22

Tabel 2.1.Risiko Kematian Karena Kanker Paru Berdasarkan Umur Mulai Merokok

Risiko Umur mulai merokok

Laki-laki Perempuan

15 tahun 16,8 2,5

15-19 tahun 14,7 5

20-24 tahun 10,1 3,4

25+ tahun 4,1 2,3

[image:31.595.109.513.536.618.2]
(32)
[image:32.595.112.513.252.394.2]

batang sehari apabila menghentikan merokok selama 1 tahun akan memberikan risiko kanker paru yang akan lebih tinggi dibandingkan dengan perokok yang sudah 9 tahun atau lebih berhenti merokok, sehingga menghentikan merokok secepat mungkin adalah lebih baik.22

Tabel 2.2. Risiko Kematian Karena Kanker Paru Pada Mantan Perokok Jumlah batang

rokok/hari

Tahun sejak merokok

terakhir Risiko

1 tahun 7,1

1-4 tahun 3,3

5-9 tahun 1,3

1-19 batang/hari

9 tahun 0,9

1 tahun 17,1

1-4 tahun 10,1

5-9 tahun 6,5

20+ batang/hari

9 tahun 1,8

Faktor merokok yang menyebabkan kanker paru tergantung pada :22 a. Dalamnya menghisap rokok

b. Tiap rokok dihisap berapa kali c. Berapa lama rokok melekat di bibir

d. Berapa lama dinyalakan kembali rokok yang telah dimatikan e. Panjang puntung rokok yang tersisa.

Risiko terjadi kanker paru perokok filter lebih rendah dibandingkan dengan perokok non filter, hal ini mungkin disebabkan pengurangan kadar larutan nikotin pada rokok filter 22

(33)

Meningkatnya insidens kanker paru di daerah perkotaan menunjukkan bahwa polusi memegang peranan sebagai faktor penyebab sangat banyaknya variasi gas-gas dan partikel-partikel padat yang mencemari atmosfer perkotaan.7,22

Selain itu, ada beberapa penyebab yang diketahui memberi kontribusi terjadinya kanker paru yaitu, asap kompor atau kayu bakar di waktu memasak, tungku pembakaran batubara sebagai penghangat udara dan asap daging yang digoreng dengan suhu tinggi yang merupakan sumber amin heterosiklik, karsinogen untuk beberapa organ termasuk paru.7

2.3.5. Pencemaran Karena Pekerjaan

[image:33.595.107.523.494.601.2]

Kanker paru merupakan salah satu dari jenis penyakit paru akibat kerja. Definisi penyakit paru akibat kerja adalah penyakit/kerusakan paru disebabkan oleh debu/asap/gas berbahaya yang terhirup oleh pekerja di tempat pekerjaan mereka. Berbagai jenis penyakit paru dapat terjadi tergantung jenis paparannya. 28

Tabel. 2.3. Pembagian Penyakit Paru Akibat Kerja28

No Penyakit Paru Kerja Jenis Paparan

1 Penyakit paru interstitial Asbestosis, silicosis, berylliosis, pneumonitis hipersensitif, pneumoconiosis batubara

2 Edema paru Inhalasi asap gas toksik akut (NO2, khlorin)

3 Penyakit pleura Asbes

4 Bronkhitis Debu tepung, debu berat (pekerja tambang batubara) 5 Asma Garam platina, tepung formalin, debu kapas

6 Kanker paru Uranium, asbes, kromnikel, klormetil eter

(34)
[image:34.595.110.531.143.302.2]

Tabel. 2.4. Jenis Pekerjaan yang dapat Menimbulkan Kanker Saluran Napas28

No Zat penyebab Jenis Pekerjaan Jenis Kanker

1 Asbes Tambang, menenun Kanker paru,

mesotelioma serosa 2 Radio aktif Tambang uranium, logam, hematite,

flourspair

Kanker paru

3 Gas Mustard Pabrik Kanker paru

4 Arsen Penyulingan logam Kanker paru

5 Nikel Penyulingan Kanker paru

6 Khrom Ekstraksi, produksi dan pigmen Kanker paru

7 Halo eter Industri kimia Kanker paru

8 Belum diketahui Karbonisasi batubara Kanker paru

9 Belum diketahui Percetakan Kanker paru

Macam-macam bahan pertambangan maupun industri merupakan penyebab terjadinya kanker paru :22

1. Asbestosis

Penyebab kanker paru karena paparan asbes mencapai 6-10 kali dari penduduk pada umumnya dan perokok sigaret mempunyai risiko tinggi apabila juga terpajan asbes. Suatu penelitian menemukan 13,8% karsinoma epidermoid karena asbes.

2. Bahan Radioaktif

Uranium dan fluorosphor memberikan insidens kanker paru sebesar 4 kali dan 29 kali dibandingkan insidens pada penduduk pada umumnya.

(35)

2.3.6. Diet12

Menurut Zulkifli (2003), rendahnya konsumsi beta karoten, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.

2.4. Gejala Klinik

Manifestasi kanker paru beraneka ragam, secara garis besar dapat dibagi atas : 2.4.1. Gejala Intrapulmoner24

Disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi karena adanya gangguan pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga memudahkan terjadinya radang berulang. Gejalanya ialah batuk  2 minggu yang terdapat pada 70-90% kasus. Batuk darah akibat ulserasi terdapat 6-51% kasus. Selain itu, gejala lainnya ialah nyeri dada terdapat 42-67% kasus, sesak napas didapatkan pada 58% kasus.

2.4.2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner24

Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak struktur di dalam mediastinum dengan gejala antara lain paralise diafragma, sindrom Horner, disfagi, sesak, gangguan fungsional, dan lain-lain.

2.4.3. Gejala Ekstrapulmonal Non Metastasik19

Gejalanya yaitu manifestasi neuromuskuler, manifestasi endokrin metabolik, manifestasi jaringan ikat tulang, manifestasi vaskuler dan hematologik.

(36)

Kanker paru adalah satu-satunya tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat menyebar hampir ke semua organ, terutama otak, hati dan tulang.24 Gejala ekstratorasik metastatik ditemukan pada hasil autopsi lebih dari 50% pasien Karsinoma Epidermoid, 80% pasien Adeno Karsinoma serta Karsinoma Sel Besar dan lebih dari 95% pasien Kanker Sel Kecil.27

2.5. Diagnosis 2.5.1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti, merupakan kunci untuk diagnosis yang tepat. Selain gejala klinik yang telah disebutkan di atas, beberapa faktor perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru seperti faktor usia, kebiasaan merokok, adanya riwayat kanker dalam keluarga, dan terpajan zat karsinogen atau terpajan jamur dan infeksi yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.12

2.5.2. Pemeriksaan Fisik

(37)

terkena). Sindrom Pancoast (komplikasi neurovascular dari tumor sulkus paru superior), kelumpuhan nervus laryngeal berulang dengan suara serak, kelumpuhan nervus phrenicus dengan paralisis hemidiafragma, dan metastasis ke kulit terlihat kurang dari 5% dari kasus-kasus yang ada.19

2.5.3. Radiologi

1. Foto dada secara posterior anterior (PA) dan lateral adalah pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Studi dari Mayo Clinic

USA menemukan 61% tumor paru terdeteksi dalam pemeriksaan rutin dengan

foto dada biasa.12

2. Pemeriksaan Computer Tomograph dan Magnetik Resonance Imaging

a. Pemeriksaan Computer Tomograph

Pemeriksaan CT Scan pada dada lebih sensitif daripada pemeriksaan foto dada biasa karena dapat mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimum 3 mm. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan screening kedua setelah foto dada biasa.12

CT Scan dapat memperlihatkan hubungan kanker paru dengan dinding

toraks, bronkus, dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan jelas. CT Scan penting pada penderajatan NSCLC pra operasi.29

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

(38)

Keuntungan pemeriksaan ini adalah dalam penentuan tingkat (staging) kanker paru. Untuk melukiskan pembuluh darah dalam mediastinum dan hilus, diperlukan pemberian bahan kontras intravena. Potongan koronal, sagital dan aksial, memberikan gambaran anatomi detail yang lebih baik pada daerah-daerah yang sukar dilihat dengan tomografi komputer, misalnya di apeks paru, jendela aortiko-pulmonal dan di regio supradiafragma.29

2.5.4. Sitologi

Keberhasilan untuk menegakkan diagnosa kanker paru dari pemeriksaan sitologi sputum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu cara memperoleh spesimen dan jenis tumor dan lokalisasi tumor.24

Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan

screening untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan

pada aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.12

Hasil sitologi sputum lebih tinggi bila kanker letaknya sentral, lobus bawah, dan kanker jenis sel besar.9

2.5.5. Bronkoskopi12

(39)

Tumor yang letaknya di sentral tidak sulit melakukan pemeriksaan bronkoskopi. Akan tetapi pada tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.

2.5.6. Biopsi Trans Torakal (TTB)12

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran

 2 cm. Komplikasi pneumotoraks dapat mencapai 20-25% dan hemoptisis sampai

20%. Dengan persiapan yang lebih baik, komplikasi ini bisa diperkecil. Hasil pemeriksaan akan lebih baik bila ada tuntunan CT Scan, USG atau fluroskopi. Biopsi terhadap kelenjar getah bening yang teraba, dapat dilakukan secara Daniel’s biopsy yakni pada kelenjar-kelenjar getah bening supraklavikular skaleneus.

2.5.7. Torakoskopi12

Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi daripada cara membuta (blind) untuk tumor yang letaknya di permukaan pleura viseralis dengan cara Video Assisted Thoracoscopy. Hasil biopsi yang diperoleh sensitivitas dan spesivisitasnya dapat mencapai 100% sedangkan komplikasi yang terjadi amat kecil.

2.5.8. Mediastinoskopi12

(40)

2.5.9. Torakotomi

Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.12

Pemeriksaan invasif (bronkoskopi, transtorakal biopsi, torakotomi) pada kanker paru memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan non invasif. Akan tetapi, pada penderita yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan invasif, fasilitas invasif tidak ada, atau biaya tidak ada, maka, pemeriksaan sputum non invasif merupakan tindakan pilihan untuk mendiagnosis kanker paru.9

2.6. Penatalaksanaan Kanker Paru18

Penanganannya bervariasi tergantung pada jenis kanker dan derajat kanker itu sendiri.

2.6.1. Pembedahan

Pembedahan tetap menjadi pilihan penanganan dan harapan terbaik terhadap penyembuhan pada NSCLC. Berbagai pilihan pembedahan tersedia meliputi fototerapi laser untuk kanker kecil superfisial (permukaan) melalui bronkoskopi. Untuk tumor-tumor besar, lobektomi (pengangkatan satu lobus paru), reseksi desakan (pengangkatan desakan paru atau bagian yang membesar saja), segmentektomi (pengangkatan segmen dari paru), atau pneumotektomi (pengangkatan seluruh jaringan paru) mungkin dilakukan jika penyakit terlokalisasi.

(41)

beberapa daerah lain, pembedahan mungkin dapat dilakukan, ini biasanya dikuti dengan tindakan kemoterapi lanjutan.

2.6.2. Kemoterapi

Kemoterapi mungkin digunakan untuk meningkatkan frekuensi respons pada penyakit fase akhir, tetapi tampaknya tidak untuk meningkatkan atau memperbaiki ketahanan hidup. Regimen kemoterapi kombinasi biasanya menggunakan dasar platinum. Agen kemoterapi tambahan yang digunakan dalam NSCLC meliputi siklosfosfamid (cytoxan), karboplatindoxorubisin (Adriamycin), Etoposide (VP-16), mitomisin, vinkristin, atau vinblastin.

Kemoterapi adalah pilihan yang lebih umum pada SCLC dan sepertinya dapat untuk memperbaiki atau meningkatkan angka hidup atau menurunkan angka kesakitan dan kematian. Kombinasi yang paling umum digunakan meliputi CAV, siklofosfamid (cytoxan), doxorubin (Adriamycin), vinkristin dan ICE, ifosfamid, sisplatin, dan etoposid.

2.6.3. Radiasi

(42)

Radiasi kranial secara profilaksis untuk mencegah atau memperlambat peristiwa metastase otak dalam SCLC, masih kontroversial. Pada penyakit fase akhir, radiasi dan kemoterapi mungkin digunakan untuk paliatif gejala yang ada.

2.7. Pencegahan

2.7.1. Pencegahan Primordial

Indonesia merupakan satu negara peserta Framework Convention On Tobacco

Control (FCTC) dan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003

yang melarang merokok di tempat ibadah, sarana kesehatan dan pendidikan, tempat anak-anak beraktifitas dan kendaraan umum. Namun, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan penegakan hukum dalam pengendalian rokok masih lemah.30

Pendidikan kesehatan di sekolah menjadi sangat penting karena perokok biasanya mulai merokok sejak di bangku sekolah. Pembicaraan pada murid jangan terlalu menggantungkan pada bahaya-bahaya merokok dari sudut kesehatan, yang sering kurang diperhatikan para murid. Sebaiknya, ada larangan yang tegas untuk merokok di lingkungan sekolah, dan tidak hanya berlaku pada murid tetapi juga pada guru.26

2.7.2. Pencegahan Primer

Gerakan anti merokok sangat sulit bila hanya ditegakkan dengan promosi anti merokok, tetapi harus didasari tekad perokok sendiri dibantu dukungan dari lingkungan.26

(43)

masyarakat luas yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat dengan menggunakan berbagai media yang ada misalnya bila di pedesaan dibuat suatu leaflet dengan gambar-gambar yang menarik.26

Cara yang digunakan menyampaikan pesan hendaknya tidak menggurui, tetapi dipilih cara lain yang bervariasi, seperti memakai kelompok musik atau artis terkenal dengan memasukkan pesan-pesan tentang bahaya merokok di tengah-tengah konser mereka. Pada umumnya penggemar musik atau artis tersebut terutama pada para kaum muda akan meniru tingkah laku idolanya.26

Kegiatan pendidikan kesehatan hendaknya dilakukan terus menerus sepanjang tahun, dan dapat juga memanfaatkan momen-momen khusus. WHO telah menetapkan setiap tanggal 31 Mei sebagai “Hari Tanpa Tembakau” (World No

Tobacco Day) sejak tahun 1988. Pada tanggal tersebut diharapkan agar para perokok

berhenti merokok secara sukarela selama sehari sebagai langkah awal untuk menghentikan kebiasaannya.26

Bank Dunia menyarankan pada negara yang berkembang untuk mengatasi wabah perokok dengan meningkatkan pajak rokok, menerbitkan dan menyebarluaskan informasi tentang dampak merokok terhadap kesehatan, membuat label peringatan merokok, larangan iklan dan promosi rokok, membatasi orang merokok di tempat kerja/ tempat umum, dan memperluas akses pada terapi pengganti nikotin dan terapi pengganti merokok lainnya.26

(44)

2.7.3. Pencegahan Sekunder27

Pencegahan sekunder kanker paru dapat dilakukan dengan penemuan dini penderita melalui screening atau penapisan. Penapisan individu dengan risiko tinggi (laki-laki berusia > 45 tahun, merokok 40 batang atau lebih setiap hari) untuk kanker paru dengan sitologi sputum dan rontgen paru.

Setelah tanda, gejala atau hasil pemeriksaan penapisan menunjukkan penyakit kanker paru, juga harus menentukan diagnosis jaringan keganasan, tipe sel secara histologi dan menentukan derajat penyakitnya agar pasien mendapat terapi/penatalaksanaan yang tepat.Penatalaksanaan kanker paru, yaitu : pembedahan, kemoterapi, dan radiasi dapat memperbaiki prognosis dan memperpanjang harapan hidup.

2.7.4. Pencegahan Tertier23

Terapi suportif pada kanker paru sangat penting, terutama pada kanker paru derajat lanjut. Adapun modalitas terapi yang dilakukan pada pasien kanker paru membutuhkan status performans yang baik untuk mencapai respon yang baik. Pengobatan radiasi dan sitostatika juga sering memberikan efek samping yang sangat mengganggu. Selain itu, walaupun beberapa studi melaporkan bahwa beberapa protokol pengobatan telah memberikan respon yang berbeda makna, tetapi angka ketahanan hidup pasien kanker paru terutama derajat lanjut masih rendah karena itu terapi untuk mencapai kualitas hidup yang baik sangat penting.

(45)

diberikan pada pasien yang menunjukkan gejala-gejala yang diakibatkan desakan tumor atau penyebaran tumor.

Nyeri merupakan masalah yang sering dialami oleh pasien kanker paru derajat terminal. Meskipun nyeri kanker tidak selalu dapat dihilangkan dengan tuntas, pengobatan yang baik akan mengurangi rasa nyeri pada sebagian besar pasien.

Penanganan nyeri kanker memerlukan kerjasama tim yaitu, antara dokter, tenaga kesehatan, pasien, keluarga atau orang yang merawat pasien di rumah dan penyedia layanan kesehatan. Untuk menangani nyeri kanker diperlukan sebuah tim dokter yang terdiri dari berbagai bidang spesialisasi. Agar kerjasama berlangsung dengan baik maka semua pihak harus mendapatkan informasi dan pemahaman yang cukup mengenai nyeri kanker.

Prinsip pengobatan terhadap nyeri kanker, pengobatan terhadap penyebab utama dari rasa nyeri menaikkan ambang rasa nyeri atau memutuskan jalur rasa nyeri dengan obat analgesik.

(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita Kanker Paru adalah penderita yang dinyatakan menderita kanker paru berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam rekam medis. 3.2.2. Sosiodemografi penderita kanker paru dibedakan atas:

a. Usia adalah lamanya hidup penderita kanker paru yang dihitung berdasarkan tahun sejak penderita itu lahir sesuai dengan yang tertulis di rekam medis yang dikategorikan atas:19

1. < 40 tahun 2. ≥ 40 tahun

Karakteristik Penderita Kanker Paru 1. Sosiodemografi :

Usia

Jenis Kelamin Suku/Etnik Agama Pendidikan Pekerjaan

Status Perkawinan Tempat tinggal 2. Keluhan Utama 3. Derajat Kanker Paru

4. Penatalaksanaan Kanker Paru 5. Lama Rawatan

(47)

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita kanker paru yang tercatat dalam rekam medis, yang dibedakan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku/etnik adalah suku atau etnik yang melekat pada diri penderita kanker paru sesuai yang tercatat dalam rekam medis, yang dibedakan atas:

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Padang 5. Tiong Hoa 6. India

7. Tidak tercatat

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita kanker paru yang tercatat dalam rekam medis, yang dibedakan atas:

1. Islam

2. Kristen (Protestan dan Katolik) 3. Hindu

4. Budha 5. Sikh

e. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal penderita kanker paru yang tercatat dalam rekam medis, yang dibedakan atas:

1. SD/Tidak Sekolah 2. SLTA

3. SLTP 4. Akademi/PT

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita kanker paru yang tercatat dalam rekam medis, yang dibedakan atas:

(48)

4. Petani

5. IRT/Tidak Bekerja 6. Tidak tercatat

g. Status Perkawinan adalah predikat yang dimiliki penderita kanker paru berdasarkan pernikahan sesuai yang tercatat dalam rekam medis yang dibedakan atas:

1. Kawin 2. Tidak Kawin 3. Tidak tercatat

h. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita kanker paru tinggal menetap sesuai yang tercatat dalam rekam medis, yang dibedakan atas: 1. Kota Medan

2. Luar Kota Medan 3. Tidak tercatat

3.2.3. Keluhan Utama adalah jenis keluhan yang dirasakan penderita kanker paru yang menyebabkan datang berobat dan dirawat inap sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medis dan disesuaikan dengan tinjauan pustaka, yaitu:19

1. Sesak Napas 2. Batuk

3. Badan lemah/kelumpuhan 4. Nyeri dada

5. Batuk darah

3.2.4. Derajat Kanker Paru adalah derajat keparahan penderita kanker paru yang telah memberikan keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi, sesuai dengan yang tercatat dalam rekam medis dan disesuaikan dengan tinjauan pustaka, yaitu:18

(49)

4. Derajat IV = setiap T dan N dengan M1 5. Tidak tercatat

3.2.5. Penatalaksanaan Kanker Paru adalah tindakan pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker paru yang tercatat dalam rekam medis, yang digolongkan atas:31

1. Kemoterapi 2. Radioterapi 3. Terapi Simtomatis

3.2.6. Lama Rawatan adalah lamanya penderita kanker paru yang dirawat inap di rumah sakit dimulai dari hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan menurut catatan pada rekam medis penderita tahun 2004-2007 dalam nilai rata-rata.

3.2.7. Keadaan Sewaktu Pulang adalah keadaan si penderita sewaktu keluar dari Rumah Sakit, yang dibedakan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case

series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan. Pemilihan lokasi ini atas dasar adanya kasus kanker paru, tersedianya fasilitas pemeriksaan dan penatalaksanaan kanker paru.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-November 2008, dimulai dari survei awal, bimbingan proposal, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data, penulisan skripsi sampai dengan ujian skripsi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah data semua penderita kanker paru yang dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 sebanyak 114 penderita. 4.3.2. Sampel

(51)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder penderita kanker paru yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007, kemudian dicatat dan ditabulasi sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan, diolah dengan bantuan komputer program Statistical

Product And Service Solutions (SPSS), data dianalisa secara deskriptif kemudian

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Profil Rumah Sakit St. Elisabeth Medan32

5.1.1. Sejarah berdirinya Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

Pada tahun 1922 Mgr. Mathias Brans, pemimpin misi Ofm-Cap ingin mengembangkan, mengobati dengan pelayanan sosial khusus dalam bidang kesehatan. Untuk rencana tersebut, beliau meminta tenaga dari Belanda, melalui Mgr. Petrus Hopmans, dengan memilih Kongregasi FSE di Breda. Pilihan ini dirasa sangat tepat, karena Suster-suster FSE sudah berpengalaman dalam merawat orang-orang sakit (RS). Kongregasi ini dianggap mampu, baik financial, maupun relasional (kesatuan dengan induk), sumber daya manusianya (SDM).

Dari pihak Kongregasi juga menanggapi dengan baik dan bersedia diutus dan berangkat ke Indonesia sebagai missionaris, maka pada tanggal 29 September 1925 Kongregasi FSE hadir di Indonesia-Medan dengan 4 orang Suster. Pada tanggal 11 Februari 1929 Rumah Sakit St. Elisabeth dibangun (peletakan batu pertama) dan rumah Suster di Jl. Imam Bonjol. Pada tanggal 19 November 1930 Rumah Sakit St. Elisabeth diresmikan, dengan semboyan “Dibalik penderitaan ada rahmat”.

Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit dengan Kelas Madya tipe B. 5.1.2. Visi

(53)

5.1.3. Misi

Meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber daya manusia yang professional, sarana & prasarana yang memadai dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.

5.1.4. Pelayanan Medis

I. Praktek dokter umum/spesialis :

Umum, Radiologi, Kardiologi, THT, Gigi/Mulut, Bedah Syaraf, Neurologi, Anak, Paru, Orthopedi, Kebidanan, Bedah Umum.

II. Penunjang Medis :

Rontgen, Laboratorium, Unit BKIA, Farmasi (rawat jalan dan rawat inap), Unit Electro Encephato Gram (EEG), Hemodialisis (HD), Unit Fisiotherapy, Unit EKG, Unit Endoscopy.

5.2. Sosiodemografi Penderita Kanker Paru

(54)
[image:54.595.109.516.185.557.2]

suku/etnik, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS. St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

No Sosiodemografi f %

1 Usia (tahun) < 40 ≥ 40

6 108

5,3 94,7

Jumlah 114 100

2 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 98 16 86,0 14,0

Jumlah 114 100

3 Suku/etnik Batak Jawa Melayu Padang Tiong Hoa India Tidak tercatat 97 4 1 1 9 1 1 85 3,5 0,9 0,9 7,9 0,9 0,9

Jumlah 114 100

4 Agama Islam

Kristen (Protestan dan Katolik) Budha Sikh 12 94 7 1 10,5 82,5 6,1 0,9

Jumlah 114 100

No. Sosiodemografi f %

6 Pekerjaan

(55)

Jumlah 114 100 7 Status Perkawinan

Kawin Tidak Kawin Tidak tercatat

107 4 3

93,9 3,5 2,6

Jumlah 114 100

8 Tempat tinggal Kota Medan Luar Kota Medan Tidak tercatat

59 54 1

51,8 47,3 0,9

Jumlah 114 100

Berdasarkan tabel 5.1. di atas dapat dilihat proporsi penderita kanker paru berdasarkan usia yang tertinggi yaitu ≥ 40 tahun 94,7% (108 orang) dan yang terendah yaitu < 40 tahun 5,3% (6 orang). Proporsi penderita kanker paru berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi yaitu laki-laki 86% (98 orang) dan yang terendah yaitu perempuan 14% (16 orang). Proporsi penderita kanker paru berdasarkan suku/etnik yang tertinggi yaitu Batak 85% (97 orang), kemudian Tiong Hoa 7,9% (9 orang), disusul Jawa 3,5% (4 orang), dan yang terendah yaitu Melayu, Padang, India masing-masing 0,9% (1 orang), dan tidak tercatat 0,9% (1 orang). Proporsi penderita kanker paru berdasarkan agama yang tertinggi yaitu Kristen (Protestan dan Katolik) 82,5% (94 orang), kemudian Islam 10,5% (12 orang), disusul Budha 6,1% (7 orang), dan yang terendah yaitu Sikh 0,9% (1 orang). Proporsi penderita kanker paru berdasarkan pendidikan tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di rekam medik.

(56)

disusul Petani 23,7% (27 orang), PNS/Polri/Pensiunan 21,9% (25 orang), dan yang terendah yaitu Pegawai Swasta/Pensiunan 3,5% (4 orang), serta tidak tercatat 0,9% (1 orang). Proporsi penderita kanker paru berdasarkan status perkawinan yang tertinggi yaitu kawin 93,9% (107 orang), tidak kawin 3,5% (4 orang), dan tidak tercatat 2,6% (3 orang). Proporsi penderita berdasarkan tempat tinggal yang tertinggi yaitu Kota Medan 51,8% (59 orang), luar Kota Medan 47,3% (54 orang), dan tidak tercatat 0,9% (1 orang).

5.3. Keluhan Utama

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan keluhan utama di RS St. Elisabeth

(57)
[image:57.595.115.494.119.272.2]

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

Jumlah

No Keluhan Utama f %

f %

1 2 3 4 5 Sesak nafas Batuk Badan lemah/kelumpuhan Nyeri dada Batuk darah 73 43 27 18 13 64 37,7 23,7 15,8 11,4 114 114 114 114 114 100 100 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.2. di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker paru berdasarkan keluhan utama yang tertinggi yaitu sesak nafas 64% (73 orang), batuk 37,7% (43 orang), badan lemah/kelumpuhan 23,7% (27 orang), nyeri dada 15,8% (18 orang), dan batuk darah 11,4% (13 orang). Kombinasi keluhan utama penderita kanker paru yang dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada lampiran 3.

5.4. Derajat Kanker Paru

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan derajat kanker paru di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap

Berdasarkan Derajat Kanker Paru di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

(58)

1 2 3 4 5

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV Tidak tercatat

6 2 44 22 40

5,3 1,7 38,6 19,3 35,1

Jumlah 114 100

Berdasarkan tabel 5.3. di atas dapat dilihat proporsi penderita kanker paru berdasarkan derajat kanker paru tercatat yang tertinggi yaitu derajat III 38,6% (44 orang), tidak tercatat 35,1% (40 orang), derajat IV 19,3% (22 orang), derajat I 5,3% (6 orang), dan derajat II 1,7% (2 orang).

5.5. Penatalaksanaan Kanker Paru

[image:58.595.108.516.117.203.2]

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan penatalaksanaan kanker paru di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Kanker Paru di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

No Penatalaksanaan Kanker Paru f %

1 2 3

Kemoterapi Radioterapi Terapi Simtomatis

10 1 103

8,8 0,9 90,3

(59)

Berdasarkan tabel 5.4. di atas dapat dilihat proporsi penderita kanker paru berdasarkan penatalaksanaan kanker paru yang tertinggi yaitu terapi simtomatis 90,3% (103 orang), kemoterapi 8,8% (10 orang), dan radioterapi 0,9% (1 orang). 5.6. Lama Rawatan Rata-rata

[image:59.595.112.515.304.418.2]

Lama rawatan rata-rata penderita kanker paru di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di RS. St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

Lama Rawatan Rata-rata (hari) Mean

SD 95% Confidence Interval (CI)

Coefisien of Variation

Minimum Maximum

6,70 5,125 5,75-7,65 76,49% 1 23

Berdasarkan tabel 5.5. di atas dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita kanker paru yang dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 adalah 6,70 hari, Standar Deviasi (SD) sebesar 5,125 dan nilai dari Coefisien of Variation sebesar 76,49% menunjukkan bahwa lama rawatan

penderita kanker paru bervariasi dimana lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 23 hari.

5.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita kanker paru berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RS St.Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap

(60)

No Keadaan Sewaktu Pulang f % 1

2 3

PBJ PAPS Meninggal

66 25 23

57,9 21,9 20,2

Jumlah 114 100

Berdasarkan tabel 5.6. di atas dapat dilihat proporsi penderita kanker paru berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi yaitu PBJ 57,9% (66 orang), PAPS 21,9% (25 orang), dan meninggal 20,2% (23 orang).

5.8. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Kanker Paru Tahun 2004-2007

[image:60.595.111.513.119.203.2]

CFR penderita kanker paru tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.7. CFR Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap Berdasarkan Tahun Di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

No. Tahun Jumlah Penderita Jumlah Kematian CFR 1

2 3 4

2004 2005 2006 2007

24 orang 26 orang 34 orang 30 orang

3 orang 3 orang 9 orang 8 orang

(61)

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa CFR penderita kanker paru tertinggi adalah pada tahun 2007 yaitu 26,66%, kemudian tahun 2006 yaitu 26,47%, disusul tahun 2004 yaitu 12,5%, dan tahun 2005 yaitu 11,54%

5.9. Analisa Statistik

5.9.1. Usia Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:61.595.114.515.511.634.2]

Proporsi usia berdasarkan jenis kelamin penderita kanker paru di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Kanker Paru Yang Dirawat Inap di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

Usia (tahun) Jumlah

< 40 ≥ 40

No Jenis Kelamin

f % f % f %

1 2

Laki-laki Perempuan

2 4

2 25

96 12

98 75

98 16

100 100 χ2

=14,541 df=1 p=0,003

(62)

16 orang

Gambar

Gambar 2.1. Kanker Paru.Sumber : Album Patologi Anatomi
Tabel 2.1.Risiko Kematian Karena Kanker Paru Berdasarkan Umur Mulai  Merokok
Tabel 2.2. Risiko Kematian Karena Kanker Paru Pada Mantan Perokok
Tabel. 2.3. Pembagian Penyakit Paru Akibat Kerja28
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Reward Pegawai pada Universitas Muria Kudus Berbasis Web” telah dilaksanakan dengan menganalisa permasalahan yang ada

3.3 Mengenal teks buku harian tentang kegiatan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

Dari apa yang dikatakan saya melihat bahwa Leo XIII beranggapan bahwa perbedaan dalam masyarakat itu adalah kenyataan kodrati yang harus diterima, termasuk dalam hal ini

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC

Universitas Sumatera Utara... Universitas

[r]

Penelitian lanjutan ini penting dilakukan untuk mencari, mengetahui dan membandingkan kemampuan bakteri Bacillus subtilis yang pernah diteliti pada penelitian

Hal yang akan dilakukan dalam proses rebranding ini adalah membuat logo sebagai identitas diri dari Tjay Tat, kemasan, membuka booth di mall, dan juga membuat media