• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS ANAK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS ANAK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS ANAK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2010-2014

Rolentina Simanullang1, Sori Muda Sarumpaet2, Rasmaliah2 1

Mahasiswa Peminatan FKM USU 2

Staff Pengajar FKM USU

Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

Meningitis is one of infection diseases that can not be preventing yet and still becomes a problem in developing country. In Indonesia, cases of death because of Meningitis for every ages with the 17th position ( 0,8%) and for baby at the age 9-11 month (9,3%). In Medan there were 102 cases of Meningitis of children in 2006-2010.

The purpose of this study with case series design is to analyze the characteristics of the children patients with Meningitis who were hospitalized in St. Elisabeth hospitals in 2010-2014. The population of research was 89.

The result of this study reveals that the highest proportion based on age group <5 years old (60,7%); male (56,2%), with sex ratio 1,3; is parents occupation entrepreneur (23,6%); Batak (78,7); Christian (58,2%); out of Medan (58,4%); the history of Tuberculosis (18%); unconscious (74,2%); Serous Meningitis (64,0%); fever (52,8%); lethargy (74,2%); own expense (96,6%); average length of treatment was 8,57 days; recovery (37,1%); dead patient of Meningitis (CFR= 59,1%).The result of Chi-square test, reveals that the male was significant than female (χ2=5,000, p=0,025, 50 people vs 39 people); the average duration of Serous Meningitis treatment was significantly longer than Purulent Meningitis (t=-2,883, p=0,006, 10,39 days vs 5,34 days).

It is suggested to parents who have babies and under five-year-old children to pay attention with environmental cleanness around the children to decrease the source of contagion and pay attention to nutrition to increase immunity.. To St. Elisabeth Hospital, it is expected to complete the medical record, especially things related to Meningitis for children; for instance, the previous history of disease.

Key words : Meningitis, Characteristic, St. Elisabeth Hospital

Pendahuluan

Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan, kemandirian, adil dan merata, serta pengutaman dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin (Kemenkes RI, 2009).

Anak merupakan generasi penerus bangsa, oleh karena itu anak perlu mendapatkan perhatian dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk menciptakan anak yang sehat baik fisik

maupun mental sejak dini.Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak perlu disesuaikan dengan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional dari anak serta mempertimbangkan latar belakang budaya dan keluarga.Keadaan sakit pada anak dapat mempengaruhi keadaan fisiologis dan psikologis dari anak tersebut (Markam S, 1992).Salah satu penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada anak adalah Meningitis.

Meningitis merupakan masalah medis yang serius serta membutuhkan

(2)

2 pengenalan dan penanganan segera untuk mencegah kematian. Meningitis masih merupakan infeksi yang menakutkan karena menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang (WHO, 2003). Mortalitas Meningitis mencapai 5-10% dan morbiditas jangka panjang yang berupa sekuel neurologis mencapai 50% (Rogiet, 2010) dan di Indonesia diperkirakan mortalitas Meningitis pada anak sekitar 18-40% dengan angka disabilitas berkisar antara 30-50% (Saharsodan Adayati, 2000). WHO (2003) memperkirakan (dikutip dari Hom et al., 2001) bahwa Meningitis bacterial menyerang 426.000 anak dan 85.000 dilaporkan meninggal dunia (CFR = 19,9 %). Angka kejadian Meningitis menduduki urutan ke 9 dan 10 pola penyakit di 8 rumah sakit pendidikan di Indonesia.

Bakteri penyebab Meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia, dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis, 38% penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1 kasus per 100.000 populasi,dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19 tahun. Meningitisyang disebabkan Steptococcus pneumoniae angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak < 2 tahun dan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.

Berdasarkan penelitian Saharsodan Hidayati (2000) menyatakan bahwa angka kematian Meningoensefalitis di RSUD Dr. Soetomo pada tahun 1981 di Jakarta sekitar 41,8%, di Surabaya pada tahun 1993-1998 adalah sebesar 13-18%, dan menurut Purwitosari (2007) di Yogyakarta sekitar 30,6%.

Laporan WHO 2005 (dikutip dari Swierzewski, S) pada tahun 1996

menyatakan bahwa Afrika mangalami wabah Meningitis yang tercatat sebagai epidemik terbesar dalam sejarah dengan jumlah penderita lebih dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian (CFR=10%). Sejak terjadinya wabah tersebut hingga tahun 2002 ditemukan 223.000 kasus baru, daerah yang terkena dampak adalah Burkina Faso, Chad, Ethiopia dan Nigeria. Pada tahun 2002, wabah Meningitis terjadi di daerah Burkina Faso dan Ethiopia dengan Insidens Rate 65%.

WHO (2009), menyebutkan pada tahun 2009, Afrika melaporkan 78.416 kasus Meningitis dengan jumlah kematian 4.053 (CFR=5,2%). Di negara-negara berkembang seperti Gambia (2009), diperkirakan 2% dari semua anak usia < 5 tahun meninggal karena kasus Meningitis.

Berdasarkan laporan Balitbangkes (2008) di Indonesia, Meningitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria. Meningitis merupakan penyakit menular pada semua umur dengan proporsi 3,2%. Sedangkan proporsi Meningitis merupakan penyebab kematian bayi umur 29 hari- 11 bulan dengan urutan ketiga yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%). Proporsi meningitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima Sitorus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2004 tercatat 130 kasus Meningitis dan 37 mengalami kematian (CFR=28,46%); jumlah penderita Meningitis Purulenta 32 kasus (24,6%), sedangkan penderita Meningitis Serosa 98 kasus (75,4%), dan penderita yang paling banyak yaitu usia 0-5 tahun sebanyak 0-58 kasus (44,6%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shinta di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2006-2010 terdapat 102 jumlah kasus Meningitis pada anak dan 43 kasus yang mengalami kematian (CFR = 42,16%); jumlah penderita Meningitis

(3)

3 Purulenta 44 kasus (43,1%), sedangkan penderita Meningitis Serosa 58 kasus (56,9%), dan penderita paling banyak yaitu usia 0-<5 tahun sebanyak 60 kasus (58,8%).

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth bahwa jumlah penderita Meningitis anak pada tahun 2010-2014 adalah 89 orang.Berdasarkan uraian latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita Meningitis anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2010-2014.

Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita Meningitis anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2014.

Tujuan Penelitian

Mengetahui karakteristik penderita Meningitis anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2014.

Tujuan khusus penelitian ini adalah: Mengetahui disitribusi proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan sosiodemografi yang meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua, suku, agama, dan tempat tinggal; keadaan sewaktu datang; riwayat penyakit sebelumnya; klasifikasi meningitis; gejala; tanda neurologis; sumber biaya; Mengetahui lama rawatan rata-rata; keadaan sewaktu pulang; umur berdasarkan klasifikasi Meningitis; jenis kelamin berdasarkan klasifikasi Meningitis; gejala berdasarkan klasifikasi Meningitis; klasifikasi Meningitis berdasarkan tanda neurologis; Mengetahui lama rawatan berdasarkan klasifikasi Meningitis; klasifikasi Meningitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Manfaat Penelitian

Sebagai informasi dan bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan untuk

meningkatkanpelayanan kesehatan bagi penderita Meningitis. Sebagai sarana dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Meningitis dan penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU serta sebagai bahan masukan atau referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian mengenai Meningitis.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif menggunakan desain case series.Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakit Elisabeth Medan.Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juli 2015.Populasi penelitian ini adalah semua anak yang berusia (0-14 tahun) yang menderita Meningitis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2010-2014. Besar sampel sama dengan besar populasi (total sampling).

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder,.Data diolah menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) kemudian dianalisis dengan uji chi-square dan t-test.

Hasil dan Pembahasan

Distribusi proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan orangtua, suku, agama dan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Sosiodemografi yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 No Sosio Demografi f % 1. Umur (tahun) < 5 ≥5 – 14 54 35 60,7 39,3 2. Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan 50 39 56,2 43,8

(4)

4 3. Pekerjaan Orangtua

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga (IRT) Karyawan Swasta Petani/Buruh Lain-lain 12 25 14 21 11 6 13,5 28,1 15,7 23,6 12,4 6,7 4. Suku Batak Melayu Jawa Nias Minang 70 2 11 4 2 78,7 2,2 12,4 4,5 2,2 5. Agama Islam Kristen Khatolik 24 52 13 27,0 58,4 14,6 6. Tempat Tinggal Kota Medan Luar kota Medan

37 52 41,6 58,4 Total 89 100, 0 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan umur tertinggi adalah pada kelompok umur <5 tahun (60,7%). Ng Menurut Harsono (2003) Meningitis dapat terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering pada usia< 5 tahun, karena pada kelompok umur ini daya tahan tubuh masih rendah sehingga sangat rentan tehadap pengaruh lingkungan dan penyakit infeksi.

Berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuandengan sex ratio = 1,3.Bayi laki-laki memiliki insidensi lebih tinggi terkena Meningitis dan sepsis neonatorum oleh gram negatif

dibandingkan bayi

perempuan.Penyebabnya adalah peran faktor sex-linked pada kerentanan penjamu terhadap infeksi.

Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan pekerjaan orang tua dapat juga dilihat dalam tabel 1 yang tertinggi adalah wiraswasta yaitu 25 orang (28,1%), pekerjaan orang tua lain-lain yaitu (6,7%) diantaranya adalah dokter, sopir, serta

bidan dan proporsi terendah adalah yang bekerja sebagai bidan yaitu 1 orang (1,1%). Sementara proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan suku tertinggi adalah suku Batak (78,7%), dan yang terendah adalah suku Minang yaitu (2,2%).

Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan agama yang tertinggi adalah agama Kristen (58,4%), proporsi agama Islam adalah 24 orang (27,0%) dan yang terendah adalah proporsi agama Khatolik yaitu (14,6%). Proporsi penderita Meningtis anak berdasarkan tempat tinggal yang paling tinggi adalah berasal dari luar kota Medan (58,4%) dan yang berasal dari kota Medan (41,6%). Penderita yang berasal dari luar kota Medan merupakan rujukan dari rumah sakit daerah seperti Pematang Siantar, Toba Samosir, Aceh, Humbang Hasundutan, Langkat, Kaban Jahe, Nias, Dairi, Sibolga, Riau, Padang Sidempuan, Balige, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah.

Distribusi proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Penyakit Sebelumnya f % Pneumonia 10 11,2 Sinusitis 10 11,2 Pharyngitis 9 10,1 Bronchitis 9 10,1 Tb paru 27 30,3 Lain lain 13 14,6 Tidak ada 11 12,5 Total 89 100,0

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa penderita Meningitis anak berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya yang paling tinggi adalah Tb Paru (30,3%), yang tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya

(5)

5 (12,5%) sedangkan riwayat penyakit lain-lain (14,6%) dimana yang termasuk didalamnya adalah, kejang demam, suspek encephalitis, febris dan sepsis neonatorum, hydrocephalus dan cedera otak.

Distribusi proporsi penderita Meningitis berdasarkan keadaan sewaktu datang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Datang di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Keadaan Sewaktu Datang f % Sadar 23 25,8 Tidak Sadar 66 74,2 Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan keadaan sewaktu datang tertinggi adalah yang tidak sadar diri yaitu (74,2%) dan yang terendah adalah yang sadar (25,8%).Menurut Jay Turen (2006) perubahan tingkat kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien penderita Meningitis.Hal ini disebabkan infeksi yang menyerang system saraf motorik (otak) sehingga penderita mengalami penurunan kesadaran.

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan klasifikasi Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Klasifikasi Meningitis f % Meningitis Purulenta 32 36,0 Meningitis Serosa 57 64,0 Total 89 100,0

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Meningtis anak

berdasarkan klasifikasi Meningitis yang paling tinggi adalah penderita Meningitis Serosa (64,0%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus D (2005) di RS St. Elisabeth Medan dengan desain case series yang menemukan bahwa proporsi penderita Meningitis serosa adalah (75,4%).

Meningitis serosa biasanya menyerang anak-anak dan dewasa muda (12-18 tahun).Meningitis ini dapat terjadi saat anak-anak menderita campak, gondongan (mumps) atau penyakit infeksi lainnya.Mycobacterium tuberculose merupaka penyebab tersering Menigitis serosa ini, sehingga Meningitis serosa lebih banyak ditemukan di Negara berkembang dimana prevalensi TB Paru masih tinggi (Harsono, 2003).

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan gejala Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Gejala yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Gejala f % Demam 47 52,8 Muntah 12 13,5 Kejang 26 29,2 Diare 4 4,5 Total 89 100,0

Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa penderita Meningitis anak berdasarkan gejala yang tertinggi adalah demam yaitu 47 orang (52,8%), yang mengalami kejang adalah 26 orang (29,2%), dan terendah adalah diare yaitu 4 orang (4,5%).Diare biasanya terjadi pada neonatus yang diakibatkan oleh keburukan bayi minum ASI (Air Susu Ibu).

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan tanda

(6)

6 neurologis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Tanda Neurologis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Hasil Pemeriksaan (n=89) f % Kuku kuduk (+) 62 69,7 Kernig (+) 19 21,3 Brudzinski (+) 27 30,3 Letargi 66 74,2 Fontanella Mencembung 6 6,7 Dari tabel6 di atas dapat dilihat bahwa penderita Meningitis anak berdasarkan hasil pemeriksaan rangsangan neurologis atau tanda neurologis yang tertinggi adalah letargi yaitu 66 orang (74,2%), Kaku kuduk (+) yaitu 62 orang (69,7%) dan yang terendah adalah tanda fontanella mencembung yaitu 6 orang (6,7%). Tanda neurologis dapat diketahui melalui pemeriksaan dokter, yaitu dengan pemeriksaan pungsi lumbal, maupun dengan pemeriksaan fisik.

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7. Distribusi Proporsi Penderita

Meningitis Anak Berdasarkan Sumber Biaya yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014

Sumber Biaya f %

Biaya sendiri 86 96,6

Bukan biaya sendiri 3 3,4

Total 89 100,0

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa penderita Meningitis anak berdasarkan sumber biaya lebih banyak yang menggunakan biaya sendiri yaitu 86 orang (96,6%) dan yang bukan menggunakan biaya sendiri hanya 3 orang (3,4%). Penderita Meningitis anak yang bukan menggunakan biaya sendiri yaitu berasal dari asuransi perusahan.

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan lama rawatan

rata-rata dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningitis Pada Anak yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2010-2014

Lama Rawatan Rata-Rata (hari)

X 8,57

SD 8,373

95% CI 6,81-10,34

Min 1

Max 40

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita Meningitis anak adalah 8,57 hari atau 9 hari. SD (Standar Deviasi) adalah 8,373 hari dengan lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 40 hari. Pada Galat Pendugaan (GP) dengan menggunakan Confidence Interval 95% didapatkan lama rawatan rata-rata selama 6,81 hari-10,34 hari.

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Proporsi Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014

Keadaan Sewaktu Pulang f % Pulang Berobat Jalan (PBJ) 48 54,0 Pualang Atas Permintaan

Sendiri (PAPS) 19 21,3

Pulang Meninggal (PM) 22 24,7

Total 89 100,0

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa penderita Meningitis anak berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang paling tinggi adalah pulang berobat jalan (PBJ) yaitu 48 orang (54,0%), kemudian di ikuti dengan pulang meninggal (PM) yaitu 22 orang (24,7%) dan yang terendah adalah pulang atas permintaan sendiri (PAPS) yaitu 19

(7)

7 orang (21,3%) dengan CFR (Case Fatality Rate) 22 orang (24,7%). Penderita Meningitis yang PAPS biasanya karena pindah rumah sakit.

Menurut Juwono (1993) penderita Meningitis yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan darurat (tidak sadar) memiliki resiko kematian yang lebih tinggi bisa mencapai 50%.

Distribusi proporsi umur berdasarkan klasifikasi Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 10.Distribusi Proporsi Umur Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Klasifikasi Meningitis Umur (tahun) Jumlah < 5 ≥5 – 14 f % f % f % M. Purulenta 23 71,9 9 28,1 32 100,0 M. Serosa 31 54,4 26 45,6 57 100,0 χ2 = 2,627 df = 1 p=0,105

Pada tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita Meningitis Puruleta lebih tinggi pada kelompok umur <5 tahun (71,9%) dan pada kelompok umur ≥5 – 14 tahun (28,1%). Proporsi penderita Meningitis Serosa juga lebih tinggi pada kelompok umur <5 tahun (54,4%) dan pada kelompok umur ≥5-14 tahun (45,6%).

Dari analisa statistic uji Chi-square dioperoleh nilai p>0,05.Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan klasifikasi meningitis.

Distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11.Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita

Meningitis Anak

Berdasarkan Klasifikasi Meningitis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Klasifikasi Meningitis Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Peremp uan f % f % f % M. Purulenta 23 71, 9 9 28, 1 32 100, 0 M. Serosa 27 47, 4 3 0 52, 6 57 100, 0 χ2=5,000 df=1 p=0,025

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa penderita Meningitis Purulenta lebih tinggi pada laki-laki yaitu23 orang (71,9%) dan terendah pada perempuan yaitu 9 orang (28,1%) sedangkan penderitaMeningitis Serosa lebih tinggi pada perempuan 30 orang (52,6%) dan terendah laki-laki ada 27 orang (47,4%).

Dari hasil analisa statistik uji Chi-square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan klasifikasi Meningitis.

Distribusi proporsi gejala subjektif berdasarkan klasifikasi Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 12.Distribusi Proporsi Gejala Subjektif Berdasarkan Klasifikasi Meningitis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014

Klasifi kasi Menin gitis Gejala Subjektif Demam Munta h Kejan g Diare Total f % f % f % f % f % M. Purule nta 20 62, 5 4 12, 5 7 21, 9 1 3,1 32 100, 0 M. Serosa 27 47, 4 8 14, 0 19 33, 3 3 5,3 57 100, 0

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa penderita Meningitis Purulenta lebih banyak yang mengalami gejala subjektif demam yaitu 20 orang (62,5%), yang

(8)

8 mengalami kejang adalah 7 orang (21,9%) dan yang paling sedikit adalah yang mengalami diare yaitu 1 orang (3,1%). Proporsi penderita Meningitis Serosa juga lebih banyak yang mengalami demam yaitu 27 orang (47,4%), yang mengalami kejang adalah 19 orang (33,3%) dan yang paling sedikit adalah yang mengalami diare yaitu 3 orang (5,3 %).

Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat 3 sel (37,5%) yang mempunyai expected count <5sehingga analisa statistik tidak dapat dilakukan.

Distribusi proporsi klasifikasi Menimgitis berdasarkan tanda neurologis dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 13.Distribusi Proporsi Klasifikasi

Meningitis Berdasarkan Tanda Neurologis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Tanda Neurologis M. Purulenta (n=32) M. Serosa (n=57) f % f % Kaku kuduk (+) 23 71,9 39 68,3 Kernig (+) 6 18,8 13 22,8 Brudzinski (+) 12 37,5 15 26,3 Letargi 24 75,0 42 73,7 F. Cembung 2 6,3 4 7,0

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa proporsi penderita Meningitis Purulenta lebih banyak yang mengalami letargi yaitu 24 orang (75,0%), kaku kuduk (+) 23 orang (71,9%) sedangkan yang paling sedikit adalah mengalami fontanella mencembung yaitu 2 orang (6,3%). Proporsi penderita Meningitis Serosa lebih banyak yang mengalami letargi yaitu 42 orang (73,3%), kaku kuduk (+) 39 orang (68,3%), dan yang terendah adalah fontanella mencembung yaitu 4 orang (7,0%).

Dari hasil analisa statistic uji Chi-sqare diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara proporsi tanda

neurologis berdasarkan kalsifikasi Meningitis.

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan klasifikasi Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 14. Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Meningitis Anak Berdasarkan Klasifikasi Meningitis yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Klasifikasi

Meningitis

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) f X SD M. Purulenta 32 5,34 4,817 M. Serosa 57 10,39 9,382 t= -2,833 df=87 p=0,006

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa dari seluruh penderita meningitis anak terdapat 32 orang penderita Meningitis Purulenta dengan lama rawatan rata-rata 5,34 (5 hari) dan 57 orang penderita Meningitis Serosa dengan lama rawatan rata-rata 10,39 (10 hari).

Lama perawatan Meningitis Serosa berhubungan dengan penyebabnya yaitu bakteri tubekolosa sehingga membutuhkan lama rawatan lebih lama untuk meringankan kondisi penderita yang mengalami gizi buruk maupun penyakit infeksi seperti tuberkulosis.Menurut Markam (1992), Meningitis Purulenta merupakan perawatan pasien koma, dan perawatannya membutuhkan waktu 10 hari atau minal 7 hari berbeda dengan Meningitis Serosa yang membutuhkan waktu lebih lama dalam masa pemulihan penderita.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan bermakna Meningitis Serosa

(9)

9 lebih lama di rawat dari Meningiti Purulenta.

Distribusi proporsi penderita Mengitis anak berdasarkan klasifikasi Meningitis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 15.Distribusi Proporsi Klasifikasi Meningitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang di Rawat Inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010-2014 Keadaan Sewaktu Pulang M.Purule nta M. Serosa Jumlah f % f % f % PBJ 15 31,3 33 68, 8 48 100, 0 PAPS 8 42,1 11 57, 9 19 100, 0 PM 9 40,9 13 59, 1 22 100, 0 χ2 =1,008 df=2 p=0,604 Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa proporsi penderita Meningitis anak yang Pulang Berobat Jalan (PBJ) lebih tinggi pada Meningitis Serosa yaitu 33 orang (68,8%) daripada penderita Meningitis Purulenta 15 orang (36,4%); Proporsi penderita Meningitis yang PAPS juga lebih tinggi pada Meningitis Serosa 11 orang (57,9%) dan pada Meningitis Purulenta adalah 8 orang (42,1%). Pulang Meninggal (PM) juga menunjukkan pada Meningitis Serosa lebih tinggi 13 orang (59,1%) daripada Meningitis Purulenta 9 orang (40,9%).

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05.Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan klasifikasi Meningitis.

Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan sosiodemografi proporsi tertinggi adalah kelompok umur <5 tahun (60,7%), umur termuda penderita Meningitis ini adalah 1 haridan umur tertua umur 14 tahun; jenis kelamin laki-laki (56,2%) dengan sex ratio =1,3; pekerjaan orang tua wiraswasta (28,1%); suku Batak (78,8%); agama Kristen (58,4%) dan tempat tinggal, yang berasal dari luar kota Medan yaitu (58,4%).

b. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya, tertinggi penderita Tb Paru (30,3%).

c. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan keadaan sewaktu datang tertinggi adalah yang datang dalam keadaan tidak sadar yaitu (74,2%). d. Proporsi penderita Meningitis anak

berdasarkan klasifikasi Meningitis, tertinggi Meningitis Serosa (64%). e. Proporsi penderita Meningitis anak

berdasarkan gejala tertinggi demam (52,8%), kejang (29,2%) dan yang terendah adalah yang diare (4,5%). f. Proporsi penderita Meningitis anak

berdasarkan tanda neurologis, tertinggi adalah yang mengalami letargi (74,2%) dan yang terendah mengalami fontenella mencembung (6,7%).

g. Proporsi penderita Menigitis anak berdasarkan sumber biaya lebih banyak yang menggunakan biaya sendiri yaitu 86 orang (96,6%).

h. Lama rawatan rata-rata penderita Meningitis anak adalah 8,57 hari (9 hari).

i. Proporsi penderita Meningitis anak berdasarkan keadaan sewaktu pulang lebih banyak yang pulang berobat jalan (PBJ) yaitu 48 orang (54%) dan yang pulang meninggal dunia (PM) ada 22 orang (CFR= 24,7%).

j. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan klasifikasi Meningitis diperoleh nilai p=0,105.

(10)

10 k. Ada perbedaan bermakna antara

proporsi jenis kelamin beradasarkan klasifikasi Meningitis diperoleh nilai p=0,025.

l. Uji Chi-Square tidak dapat dilakukan untuk mengetahui proporsi keluhan utama berdasarkan klasifikasi Meningitis karena expected count < 5 lebih dari 37,5%.

m. Tidak ada perbedaan bermakna antara tanda neurologis berdasarkan klasifikasi Meningitis (p>0,05).

n. Ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan klasifikasi Meningitis dengan nilai p=0,025.

o. Tidak ada perbedaan bermakna antara keadaan sewaktu pulang berdasarkan klasifikasi Meningitis nilai p=0,531.

2. Saran

a. Kepada orang tua yang memiliki anak bayi, balita supaya lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar anak untuk mengurangi sumber penularan Meningitis dan untuk mencegah terjadinya Meningitis Serosa sebaiknya anak tidak terpapar pada penderita TB Paru serta jika anak sudah pernah menderita Meningitis sebaiknya memperhatkan asupan makanan yang dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Kepada pihak RS St. Elisabeth Medan, diharapkan untuk melengkapi pencatatan berkas rekam medik khususnya yang berkaitan dengan Menigitis anak seperti riwayat penyakit sebelumnya.

Daftar Pustaka

Balitbangkes Departemen Kesehatan RI

2008. Riskesdas

2007.http://www.k4health.org/syste m/files/laporanNasional%20Riskesd as%202007.pdf

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita

Selekta Neurologi.

2URL:http://www.uum.edu.my/medi c/meningitis.html

Kemenkes RI., 2009. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta.

Markam, s.,1992. Penununtun Neurologi. Koordinator Pendidikan Dokter. Ahli Syaraf Bagian Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas, Jakarta.

Sitorus, D. 2005. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elibeth Medan Tahun 2000-2004. Skripsi FKM USU, Medan.

Shinta. 2011. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang Dirawat Inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2006-2010. Skripsi FKM USU, Medan.

Swierzewski, S,. 2005. Meningitis, Insidens and Prevalence.

http://www.neurologychannel.com/ meningtis/incidences.html.

Tureen, Jay. 2006. Dalam Buku Ajar Pediatri Rudolph.Vol I. EGC. Jakarta. WHO., 2009. Maningococcal, Staphylocococcal and Streptococcal Infections. http://www.who.int./vaccine_researc h/documents/Meningo20091103.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 17 ayat (2) huruf g angka 2) huruf a) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Berdasarkan hasil analisis data secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam mengenal huruf hijaiyah melalui metode bermain pada anak usia 4-5 tahun di

baik, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. 2) Guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara. profesional, karena guru dapat menilai, merefleksi

Hal ini menunjukkan bahwa variabel Lokasi (X1), Merchandise (X2), Harga (X3), Promosi (X4), Atmosfer Dalam Gerai (X5), dan Retail Service (X6) memiliki pengaruh yang

Kimia Farma Plant Medan untuk mendapatkan jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis dan biaya total persediaan yang minimum..

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Biaya pakan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama

[r]