• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENULIS AKSARA JAWA ANAK KELAS III SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN MENULIS AKSARA JAWA ANAK KELAS III SEKOLAH DASAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK KELAS III SEKOLAH DASAR

LEARNING TO WRITE JAVA SCRIPT

FOR THE THIRD GRADE OF ELEMENTARY STUDENT Sutarsih

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Jalan Elang Raya No.1, Mangunharjo, Tembalang, Semarang 80238, Jawa Tengah, Indonesia Telepon (024) 76744357, Faksimile (024) 463656

Pos-el: sutabindeku@gmail.com

Naskah diterima: 11 April 2015; direvisi: 23 Mei 2015; disetujui: 29 Mei 2015

Abstrak

Salah satu keterampilan berbahasa Jawa yang harus dikuasai oleh setiap siswa kelas III sekolah dasar di Jawa Tengah adalah menulis aksara Jawa. Bagi sebagian besar siswa kelas III sekolah dasar, keterampilan menulis aksara Jawa tersebut sangat sulit untuk dikuasai. Hal itu diduga disebabkan oleh materi menulis aksara Jawa dianggap sebagai materi baru bagi mereka. Selain itu, ada kesulitan tersendiri bagi siswa dalam membentuk aksara Jawa dan menuliskan kata-kata atau kalimat dalam bahasa Jawa ke dalam bentuk aksara Jawa. Pembelajaran menulis aksara Jawa bagi anak kelas III sekolah dasar perlu diteliti agar dapat mengetahui kesulitan para siswa tersebut dan cara mengatasinya. Metode dan teknik yang dipergunakan adalah metode pembelajaran dengan teknik menulis menggunakan peta aksara. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa siswa kelas III sekolah dasar dapat dengan tepat, benar, mudah, dan menyenangkan menulis aksara Jawa. Teknik peta aksara merupakan cara tepat untuk mengajar siswa kelas III sekolah dasar menulis aksara Jawa.

Kata kunci: menulis, aksara Jawa, pembelajaran, peta aksara

Abstract

One of the Java language skills that must be mastered by every elementary school third grade students in Central Java is writing Java script. Most of the third grade students of elementary school, writing skills Java script is very difficult. It was thought that it is caused by the Java script written material is considered as a new material for them. In addition, there are problems for students in formatting Java script and writing the word or phrase in the Java language in the form of Java script. Learning to write Java script for the third grade of primary school children need to be investigated in order to determine any difficulties experienced by these students and how to overcome them. The method and technic used is the method of learning and writing technic using script map. The result shows that the children of primary school third grade can write Java script easily, correctly, and fun. Technic of map script is the correct way to teach the children of primary school third grade to write Java script.

(2)

PENDAHULUAN

Pembelajaran menulis menggunakan aksara Jawa adalah salah satu pembelajaran materi keterampilan berbahasa yang wajib diajarkan kepada siswa kelas III sekolah dasar di Jawa Tengah. Sesuai dengan kurikulum Bahasa Jawa yang berlaku, keterampilan menulis dengan menggunakan aksara Jawa tersebut mulai diajarkan di kelas III sekolah dasar. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa Jawa, menulis dengan menggunakan aksara Jawa merupakan tantangan tersendiri bagi siswa. Meskipun tinggal di Jawa Tengah, menulis dengan menggunakan aksara Jawa merupakan hal terbaru bagi mereka. Meskipun di tingkatan kelas sebelumnya, kelas I sampai dengan kelas II, mereka telah memeroleh materi berupa pembelajaran Bahasa Jawa, menulis dengan menggunakan aksara Jawa merupakan hal yang baru diperoleh di kelas III. Oleh karena itu, muncul keluhan, baik dari guru maupun siswa kelas III sekolah dasar bahwa pembelajaran menulis aksara Jawa tidak dapat mencapai hasil maksimal.

Meskipun materi menulis aksara Jawa sulit dikuasai oleh siswa, bukan berarti bahwa materi tersebut layak untuk diabaikan dan dihindarkan dalam kegiatan pembelajaran. Justru hal itu merupakan tantangan tersendiri bagi guru dan siswa untuk mengatasinya. Guru harus mampu menemukan cara yang tepat mengajarkan menulis dengan menggunakan aksara Jawa kepada siswa. Sebaliknya, siswa membutuhkan cara cepat dan mudah menulis dengan menggunakan aksara Jawa. Dengan ditemukannya cara cepat dan mudah menulis menggunakan aksara Jawa dalam penelitian ini, siswa akan mampu menulis secara tepat kata-kata atau kalimat dalam bahasa Jawa dengan menggunakan aksara Jawa. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran menulis dengan menggunakan aksara Jawa bukan lagi merupakan kendala dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa. Sementara itu, bagi

guru, kemampuan siswa menulis menggunakan aksara Jawa menunjang ketuntasan pembelajaran Bahasa Jawa.

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apa kesulitan siswa dalam menulis menggunakan aksara Jawa; dan (2) Bagaimana cara mengatasi kesulitan siswa menulis menggunakan aksara Jawa. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kesulitan yang dihadapai siswa dalam menulis dengan menggunakan aksara Jawa, dan (2) menemukan cara cepat dan mudah mengatasi kesulitan siswa menulis dengan menggunakan aksara Jawa. Manfaat yang diharapkan adalah dengan penelitian ini diperoleh alternatif bagi guru siswa dalam belajar menulis menggunakan aksara Jawa secara cepat dan mudah. Selain itu, hasil belajar menulis aksara Jawa beroleh ketuntasan.

Bahasa Jawa merupakan salah satu mulok dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/ SMK, bahkan di Provinsi Jawa Tengah menjadi mulok wajib bagi semua jenjang pendidikan. (Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, 2010:2). Khusus mengenai menulis dengan menggunakan aksara Jawa sesuai dengan Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Jawa: Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa/ Madrasah Ibtidaiyah Provinsi Jawa Tengah pada bagian kompetensi inti ke-3 tertulis “memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat bermain dan diuraikan dalam kompetensi dasar butir ke-3.4 yang tertulis “memahami huruf Jawa legena (lengkap 20 huruf).” Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (2014:9) materi menulis dengan menggunakan aksara Jawa baru diajarkan kepada siswa kelas III di semester II. Aksara Jawa memiliki keunikan dibandingkan dengan

(3)

aksara latin. Dalam aksara Jawa ada dua huruf yang hampir sama dilihat dari persamaan bunyi, yaitu aksara d dengan dh dan aksara t dengan th. Ada juga huruf yang memiliki persamaan bentuk, yaitu aksara ha dengan la, aksara na dengan da, aksara ca dengan sa, aksara wa dengan pa, aksara nya dengan pa, dan aksara tha dengan nga.

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Penelitian mengenai menulis aksara Jawa telah dilakukan meskipun belum banyak, diantaranya oleh Agustina, Sri Suwarno, dan Umi Proboyekti (2011), Kartikasari dan Gesang Kristianto Nugroho (2012), dan Hayoko dan Bambang Eka Purnama (2013). Hasil penelitian Agustina, Sri Suwarno, dan Umi Proboyekti (2011) adalah jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan metode LVQ akan mampu mengenali pola dengan lebih baik jika pola yang ingin dikenali sebelumnya telah dilatih dengan metode LVQ dibandingkan dengan pola baru yang belum pernah dilatih dengan menggunakan LVQ. Hal itu dapat dilihat dari persentase pengenalan data baru yang hanya 47.5% dengan target 20 aksara Jawa dibandingkan dengan data yang telah dilatih sebesar 82.5% dengan target 20 aksara Jawa. Jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan metode LVQ ternyata tidak mampu mengenali pola aksara Jawa dengan baik karena dengan melihat rata-rata tingkat akurasi pengenalannya di bawah 50% atau hanya 46.5%. Proses pengenalan ini tidak berjalan dengan baik karena beberapa hal yang mempengaruhi proses pengenalan aksara Jawa, yaitu (a) banyaknya target yang pada akhirnya mempengaruhi perhitungan bobot, ketika bobot terus di-update untuk memperoleh bobot akhir dan (b) adanya aksara Jawa yang memiliki bentuk unik dan terkadang terdapat aksara yang mirip juga mempengaruhi proses pelatihan sehingga berpengaruh pula pada proses pengenalan aksara Jawa. Perbedaan penelitian

Agustina, Sri Suwarno, dan Umi Proboyekti (2011) dengan penelitian ini adalah penelitian Agustina, Sri Suwarno, dan Umi Proboyekti (2011) menggunakan jaringan syaraf tiruan, sementara penelitian ini menggunakan syaraf asli siswa. Adapun persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti 20 aksara Jawa legena.

Penelitian Kartikasari dan Gesang Kristianto Nugroho (2012) menghasilkan media pembelajaran yang menggunakan teknologi berbasis komputer. Penggunaan media tersebut dalam proses pembelajaran dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada mata pelajaran Bahasa Jawa dengan pokok bahasan aksara Jawa, siswa dituntut untuk mampu menguasai materi, yakni dengan kompetensi dasar berupa membaca serta menulis aksara Jawa dengan baik dan benar. Dengan banyaknya konsep yang harus diserap serta proses pembelajaran yang digunakan masih bersifat klasikal menyebabkan siswa bosan dengan pembelajaran di kelas serta guru harus seringkali mengulangi materi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu media pembelajaran Interaktif Aksara Jawa bagi Sekolah Menengah Pertama agar dapat membantu para pengajar untuk bisa lebih mudah dan efektif dalam melakukan proses mengajar selain dapat digunakan sebagai sarana belajar sendiri. Perbedaan penelitian Kartikasari dan Gesang Kristianto Nugroho (2012) dengan penelitian ini adalah penelitian Kartikasari dan Gesang Kristianto Nugroho (2012) menghasilkan media pembelajaran yang menggunakan teknologi berbasis komputer, sementara penelitian ini menggunakan media berupa peta aksara. Adapun persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti aksara Jawa.

Hasil penelitian Hayoko dan Bambang Eka Purnama (2013) adalah terciptanya program pembelajaran Aksara Jawa untuk Sekolah Dasar Negeri 2 Gunan berbasis multimedia interaktif

(4)

yang dihasilkan dengan bantuan Adobe Flash CS5.5. Program pembelajaran tersebut dapat dijalankan pada komputer mana pun dengan performance yang berbeda-beda. Setelah diujikan program pembelajaran ini layak digunakan sebagai alat bantu pembelajaran Aksara Jawa. Perbedaan penelitian Hayoko dan Bambang Eka Purnama (2013) dengan penelitian ini adalah penelitian Hayoko dan Bambang Eka Purnama (2013) menghasilkan program pembelajaran Aksara Jawa berbasis multimedia interaktif yang dihasilkan dengan bantuan Adobe Flash CS5.5, sementara penelitian ini menggunakan media berupa peta aksara. Adapun persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti aksara Jawa.

B a h a s a J a w a s e c a r a d i a k r o n i s berkembang dari bahasa Jawa Kuno. Bahasa Jawa Kuno berkembang dari bahasa Jawa Kuno Purba. Bahasa Jawa atau bahasa Jawa Baru banyak mendapat pengaruh kosakata bahasa Arab, dipakai sebagai wahana, baik lisan maupun tertulis dalam suasana kebudayaan Islam-Jawa. Dalam suasana itu ragam tulis bahasa Jawa tidak hanya ditulis dengan huruf Jawa dan huruf Latin saja, tetapi juga ditulis dengan huruf Arab (Wedhawati dkk., 2010:1). Berpijak dari pandangan secara diakronis tersebut, ragam tulis mengenal aksara Arab Melayu, aksara Arab Jawi, dan aksara Jawa Palsu. Aksara Arab Melayu adalah aksara Arab yang dipergunakan untuk menulis kata berbahasa Melayu. Aksara Arab Jawi adalah aksara arab untuk menulis kata berbahasa Jawa. Aksara Jawa Palsu adalah jenis aksara yang sekarang berkembang di media komputer, yaitu tulisan bahasa Indonesia yang dibentuk dengan aksara Jawa. Khusus untuk huruf Jawa Palsu itu, banyak digunakan oleh seniman kaligrafi untuk menuliskan sesuatu dengan tujuan komersil untuk lebih menarik dan indah.

Berawal dari cerita sejarah aksara Jawa

yang berupa legenda, hanacaraka berasal dari aksara Brahmi yang asalnya dari Hindustan. Di negeri Hindustan tersebut terdapat bermacam-macam aksara, salah satunya adalah aksara Pallawa yang berasal dari India bagian selatan. Dinamakan aksara Pallawa karena berasal dari nama salah satu kerajaan di India, yaitu Kerajaan Pallawa. Di Nusantara terdapat bukti sejarah berupa Prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur, ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa. Aksara Pallawa ini menjadi induk dari semua aksara yang ada di Nusantara, antara lain: aksara Hanacaraka, aksara Rencong (aksara Kaganga), Surat Batak, Aksara Makasar, dan Aksara Baybayin (Hartati dalam Rohmadi dan Lili Hartono, 2011:192). Aksara Hanacaraka itulah yang selanjutnya dikenal dengan sebutan aksara Jawa.

Salah satu keterampilan berbahasa, ter-masuk dalam memanfaatkan huruf yang harus dikuasai oleh anak sekolah dasar kelas rendah adalah menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tersebut tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik berulangkali dan teratur (Tarigan, 1986:4). Selanjutnya, Suparno dan Mohamad Yunus (2009:13) menyatakan menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Berdasarkan paparan para ahli mengenai keterampilan menulis tersebut, diketahui bahwa untuk menjadikan siswa sekolah dasar kelas rendah terampil menulis perlu diberikan latihan dan praktik menulis aksara Jawa. Keterampilan menulis aksara Jawa tidak datang dengan sendirinya, perlu belajar dan tidak langsung jadi. Untuk dapat terampil menulis Jawa, siswa

(5)

harus diajak berulangkali latihan dan praktik menulis melalui beberapa tahapan sederhana.

Kemampuan siswa sekolah dasar kelas rendah dalam memahami bahasa tulis sebagai wadah, alat, dan media untuk mengungkapkan isi jiwa serta pengalaman merupakan aspek berbahasa yang paling rumit. Hal itu disebabkan kemampuan menulis aksara Jawa menghendaki penguasaan siswa terhadap berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa Jawa yang akan menjadi isi tulisan yang dibuat. Oleh karena itu, dalam menulis aksara Jawa, seorang siswa sekolah dasar kelas rendahan yang sedang belajar menulis aksara Jawa harus mengenal dan memahami setiap huruf yang dipergunakan untuk membentuk tulisan.

Menurut Nurudin (2010:39), asas me-nulis yang baik adalah kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan penegasan. Dari keenam indikator tersebut, digunakan indikator ketepatan (keajegan tulisan) dan kejelasan (bentuk tulisan). Ketepatan (keajegan tulisan) dan kejelasan (bentuk tulisan) diperlukan agar tidak terjadi salah huruf dan salah tulis. Dengan memahami bentuk setiap huruf dan kegunaan huruf membentuk kata, seorang penulis terhindar dari kesalahan menulis kata atau meletakkan huruf.

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011:250), dalam menilai tulisan terdapat beberapa kriteria, antara lain kualitas dan ruang lingkup isi, oranisasi dan penyajian isi, komposisi, kohesi dan koherensi, gaya dan bentuk bahasa, mekanik, kerapian tulisan, kebersihan, dan respons afektif pengajar terhadap karya tulis. Dari kesembilan indikator tersebut, digunakan indikator kerapian tulisan, sedangkan indikator kecepatan (dikutip dari buku Sardiman, 2011:93). Oleh karena itu, indikator keterampilan menulis aksara Jawa oleh siswa sekolah dasar kelas rendahan adalah keajegan tulisan, bentuk tulisan, kerapian tulisan, dan kecepatan menulis.

METODE PENELITIAN

Data dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran menulis aksara Jawa yang disampaikan guru Bahasa Jawa Kelas III SD di Kota Semarang. Materi pembelajaran yang disampaikan berupa aksara Jawa legena (lengkap 20 huruf). Selain peneliti sendiri sebagai instrumen pengumpulan data (Sugiyono 2008:307), peneliti membekali diri dengan instrumen berupa angket dan pedoman obsevasi untuk menangkap keseluruhan situasi penelitian. Angket tersebut merupakan angket terbuka terdiri atas identitas, daftar isian angket, dan daftar pertanyaan. Kedua angket tersebut situasi awal dibagi menjadi tiga bagian, yaitu identitas, daftar isian angket, dan pertanyaan. Analisis data dilakukan untuk menemukan data kesulitan menulis dengan menggunakan aksara Jawa. Data berupa pengelompokan aksara yang sulit ditulis dan penyebabnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan untuk membedakan aksara yang memiliki kesamaan bunyi dan aksara yang memiliki kesamaan bentuk. Siswa sering salah menuliskan aksara Jawa yang memiliki kesamaan bunyi dan memiliki kesamaan bentuk tersebut. Kesulitan lainnya yang dihadapi oleh siswa adalah menuliskan aksara yang memiliki kesamaan bunyi dan aksara yang memiliki kesamaan bentuk apabila soal yang diberikan oleh guru dilakukan secara lisan dengan metode dikte. Apabila soal yang diberikan oleh guru diberikan secara tertulis, siswa tinggal mengingat aksara mana yang dipergunakan untuk membentuk tulisan.

Sebelum melaksanakan cara cepat mengajarkan menulis aksara Jawa kepada siswa, guru memperkenalkan dahulu aksara apa saja yang ada dalam aksara Jawa. Berikut ini aksara pokok yang terdaftar di dalam carakan (hanacaraka) yang dikenal dengan aksara Jawa legena.

(6)

Dengan berpedoman pada deret aksara Jawa carakan disepakati bahwa ada empat deret aksara Jawa. Setiap deret aksara Jawa tersebut terdiri atas lima aksara. Deretan aksara Jawa tersebut disepakati dengan menyebutnya sebagai peta aksara. Dengan peta aksara tersebut diketahui bahwa aksara ha merupakan aksara pertama dalam deret pertama. Aksara da merupakan aksara pertama dalam deret kedua. Aksara pa merupakan aksara pertama dalam deret ketiga. Aksara ma merupakan aksara pertama dalam deret keempat. Diketahui pula bahwa aksara ka merupakan aksara kelima dalam deret pertama. Aksara la merupakan aksara kelima dalam deret kedua. Aksara nya merupakan aksara kelima dalam deret ketiga. Aksara nga merupakan aksara kelima dalam deret keempat.

Langkah pertama untuk memudahkan siswa memahami peta aksara adalah dengan mengajak siswa bermain membuat peta aksara. Mula-mula siswa diperlihatkan aksara apa saja yang ada di dalam deret aksara. Selanjutnya siswa diminta untuk menghapalkan aksara apa saja yang ada di dalam setiap deret.

Setelah mengenal aksara setiap deret dalam peta aksara, siswa diminta untuk mengatur potongan setiap aksara Jawa yang dibuat oleh guru sehingga membentuk peta aksara. Cara mengatur potongan peta aksara sebanyak empat deret tersebut mula-mula dilakukan secara berkelompok dan bergantian. Langkah berikutnya, siswa diminta untuk mengatur potongan peta aksara secara perorangan. Langkah pertama tersebut bertujuan agar siswa mengenal aksara Jawa dan letaknya dalam deretan peta aksara.

Langkah kedua setelah siswa diajak membuat dan memahami peta aksara adalah membuat pola aksara. Pola aksara adalah membuat bentuk setiap aksara dalam peta aksara dari titik-titik. Titik-titik tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk aksara Jawa. Pola aksara tersebut dibuat dengan ukuran yang agak besar sehingga memudahkan siswa untuk melihat dengan jelas. Tentu saja pola aksara tersebut tetap disertai dengan nama dalam huruf Latin. Hal itu harus dilakukan untuk membantu siswa mengingat bentuk dan nama aksara Jawa dalam pola tersebut. Selanjutnya

(7)

guru memberikan contoh membentuk pola aksara tersebut menjadi aksara Jawa, yaitu dengan menggabungkan titik-titik pembentuk pola dengan membuat garis sehingga seluruh pola membentuk aksara Jawa yang utuh. Selanjutnya siswa membuat pola aksara sendiri sesuai dengan petunjuk guru. Langkah kedua ini harus dilakukan berulang-ulang sehingga siswa mampu menulis aksara Jawa dengan benar.

Langkah ketiga adalah berlatih menulis aksara Jawa membentuk kata. Sebagai langkah awal berlatih menulis kata, siswa diajak menulis kata, tetapi tidak dengan kata-kata yang kompleks. Meskipun demikian, kata sederhana yang dimaksud haruslah kata dengan suku kata terbuka. Oleh karena itu, kata sederhana yang diterapkan di pelatihan awal adalah kata yang terdiri atas dua sukukata terbuka, misalnya kata hana, cara, kaya, sala, data, baka, thawa, jaya, nyapa, gama, dan dhana. Latihan menulis kata sederhana itu juga harus dilakukan berulang kali sebelum akhirnya dilanjutkan dengan menulis kata sederhana dengan suku terbuka terdiri atas tiga suku kata, misalnya caraka, sagala, jayanya, bathanga, tawadha, dan magatha. Latihan pun ditingkatkan setelah siswa dianggap menguasai sampai akhirnya diajari menulis dengan kata sederhana suku tertutup dan aksara swara dengan menggunakan sandhangan dan seterusnya.

Yang perlu diingat oleh guru Bahasa Jawa adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Dengan mengikuti naluri anak-anak sekolah dasar, cara mengajarkan menulis dengan aksara Jawa secara cepat dan mudah tersebut dilakukan seperti permainan. Permainan tersebut juga harus melibatkan siswa untuk berperan aktif. Dengan begitu, siswa akan memeroleh pengalaman belajar yang menyenangkan, sadar, dan terarah.

SIMPULAN

Kesulitan yang dihadapi siswa kelas III saat belajar menulis dengan aksara Jawa adalah mengenali bunyi dan menghapalkan bentuk aksara Jawa. Kesulitan selanjutnya yang dialami oleh siswa kelas III dalam menulis aksara Jawa adalah menulis berdasarkan soal yang diberikan oleh guru secara lisan dengan menggunakan metode dikte. Dengan menggunakan peta aksara, siswa cepat mengenal dan menghapal aksara Jawa. Selanjutnya, siswa lebih cepat dan mudah menulis menggunakan aksara Jawa dan melakukannya dengan ringan hati karena menyenangkan.

SARAN

Peta aksara sebaiknya diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, baik menulis aksara Jawa maupun menulis aksara lainnya yang merupakan materi baru yang harus dikuasai oleh siswa. Peta aksara dapat diterapkan oleh guru dan orang tua untuk melatih anak didik mereka menguasai aksara. Setiap menghasilkan metode, teknik, atau media pembelajaran seharusnya diupayakan sebagai cara mudah, cepat, dan menyenangkan bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Alfa Ceria, Sri Suwarno, dan Umi Proboyekti. 2011. “Pengenalan Aksara Jawa Menggunakan Learning Vector Quantization (LVQ)”. Volume 7, No. 1, hlm. 11—16. Dalam Jurnal Informatika. Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Kurikulum 2013 Muatan Lokal Bahasa Jawa: Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa/Madrasah Ibtidaiyah Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

(8)

Ekowati, Venny Indria. 2004. Perubahan Sistem Pembelajaran Aksara Jawa. Online: http://www.google.com. Diakses pada tanggal 10 November 2014.

Haryoko, Trisno dan Bambang Eka Purnama. 2013. “Pembuatan Media Pembelajaran Aksara Jawa pada Sekolah Dasar Negeri 2 Gunan Wonogiri Kelas VI”. Dalam Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi. Volume 4, No. 4., hlm. 59—65. Semarang: LPPM STMIK Provisi Semarang.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2011. S t r a t e g i P e m b e l a j a r a n B a h a s a . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kartikasari, Dewi dan Gesang Kristianto Nugroho. 2012. “Media Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Bahasa Jawa Pokok Bahasan Aksara Jawa Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo”. Volume 9, No. 2, hlm. 21—25. Dalam Journal Sentra Penelitian Engineering & Edukasi. Asosiasi Profesi Multimedia Indonesia.

Nurudin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press.

Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang: Kemendiknas.

Rohmadi, Muhammad, dan Lili Hartono. 2011. Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa: Teori dan Pembelajarannya. Surakarta: Pelangi Press.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada. S u p a r n o d a n M o h a m a d Yu n u s . 2 0 0 7 .

Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wedhawati, Wiwin Esti Siti Nurlina, Edi Setiyanto, Marsono, Restu Sukesti, dan I. Praptomo Baryadi. 2010. Tata Bahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Siwabessy telah ber- operasi secara rutin pada daya tinggi, akan tetapi pada saat beroperasi dengan waktu yang lama adanya perbedaan suhu masuk dan keluar

Perubahan iklim global telah dan akan memberikan dampak nyata pada kehidupan di wilayah pesisir dan laut. Dampak yang paling nyata sudah

5.3 Hubungan Antara Sistem Transitivitas dengan Kekuatan Retorika dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack

Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris juga diatur tentang kewajiban Notaris untuk melekatkan lembaran berisi sidik jari penghadap dalam Minuta Akta, hal ini dilakukan

Kemandirian Energi High Low Low High Coal to chemical Solar PV Concentrated Panel - PV Energi Angin Hydro Mini hydro Ocean Energy Biodiesel Geothermal..

Dari perbandingan hasil forecasting yakni perbandingan MAD, MSD dan MAPE yang diperoleh dari ke-5 metode peramalan, metode proyeksi tren dengan regresi dinilai paling baik

- Direktur perusahaan hadir langsung , apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan ,

Produksi tahu masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana yang sebagian dibuat oleh para pengrajin sendiri dan dalam skala industri rumah tangga atau industri kecil,