• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung."

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

Oleh: Isabela Anjani NIM : 108114164

INTISARI

Dislipidemia merupakan abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada abdomen, yang berhubungan dengan dislipidemia dan dapat ditandai dengan peningkatan rasio kadar LDL/HDL. Dislipidemia yang terjadi dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler. Obesitas sentral dapat diketahui dengan pengukuran antropometri, seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah 90 penyandang diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan

meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, kadar LDL, dan kadar HDL. Analisis data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif

Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan, serta uji korelasi Pearson dan Spearman

dengan taraf kepercayaan 95%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,127; p=0,462) dan korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah pada responden wanita (r=0,246; p=0,073). Terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,304; p=0,072) dan wanita (r=0,260; p=0,058).

(2)

ABSTRACT

Dyslipidemia is a common abnormality in type 2 diabetes mellitus patients. Central obesity is a condition with fat accumulation in abdomen, associated with dyslipidemia and increase in LDL-c/HDL-c ratio. Dyslipidemia can lead to risk increment in macrovascular complication. Waist circumference and waist-to-hip ratio is a simple anthropometric method that can be used to know the occurrence of central obesity. The aim of this study is to measure the correlation between waist circumference and waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung.

This study is an analytic observational with cross-sectional study design. Those involved were 90 type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung. Non-random and Purposive sampling technique was used to collect the sample of the study. Waist circumference, hip circumference, LDL levels, and HDL levels were measured. Data was analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney and t independent sample test, followed by Pearson and Spearman correlation test with 95% confidence interval.

The conclusion of this study is an insignificant positive correlation with very weak strength between waist circumference to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.127; p=0.462) and insignificant positive correlation with weak strength in women (r=0.246; p=0.073). This study showed insignificant positive correlation with weak strength between waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.304; p=0.072) and women (r=0.260; p=0.058).

(3)

i

KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Isabela Anjani NIM : 108114164

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

The size of your success is measured by the strength of your

desire, the size of your dream, and how you handle

disappointment along the way. –

Robert Kiyosaki

Whatever you d

o, whether in word or deed, do it all in the name

of the

Lord Jesus, giving thanks to God the Father through Him.

(Colossians 3:17)

(7)

v

(8)

vi

(9)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang atas berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya yang tidak berkesudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung” dan memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala

bimbingan dan motivasi bagi penulis. Terima kasih atas kesabaran dan waktu

yang telah disediakan untuk membimbing dan mendampingi penulis dari awal

hingga akhir penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. Dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si.,

Apt. Selaku dosen penguji. Terima kasih atas bimbingan dan masukan yang

membangun untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

(10)

viii

4. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung beserta seluruh dokter,

perawat, dan staf yang telah bersedia bekerja sama dan banyak membantu

selama pengambilan data untuk skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

6. Papa (Drs. Oktavianus Zainuddin Mulyoputro, B.E., S.E.) dan Mama (Dra.

Maria Indang Susilawati) atas seluruh dukungan, baik moril maupun materiil,

doa, motivasi, dan kasih sayang selama ini, hingga proses penyusunan skripsi

dari awal hingga akhir.

7. Kakak (Theodorus Yoga Mahendraputra, S.T.) dan adik (Ignatia Rosalia Kirana)

atas doa dan motivasinya. Terima kasih karena telah menjadi sumber semangat

penulis selama ini, terutama dalam proses penyusunan skripsi.

8. Sahabat terbaik dan teman seperjuangan, Gissela Haryuningtiyas dan Rita Della

Valentini, yang telah menyediakan waktu untuk membantu dan bertukar pikiran

dalam proses penyusunan skripsi ini. Beserta teman-teman seperjuangan, Reza

Pahlevi Adisaputra, Yeni Natalia Susanti, Ni Putu Padmaningsih, Gabriela

Indria Putri, Liliany Inamtri Ludji, Ines Permata Putri, Djanuar Davidzon Pah,

Francisca Devi Permata, Oswaldine Heraolia, Paulina Ambarsari, dan Jonas,

atas kebersamaan dan perjuangan selama penyusunan skripsi.

9. Teman-teman Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

khususnya kelas FKK B 2010, atas kebersamaan dan dukungan dari awal

(11)

ix

10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Waktu, bimbingan, dan dukungan

kalian sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini

masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka

terhadap kritik dan saran dari pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari pembaca yang dapat menjadi pembelajaran bagi penulis

sehingga menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan

berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 15 November 2013

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

INTISARI ... xxv

ABSTRACT ... xxvi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 5

2. Keaslian penelitian... 5

(13)

xi

B.Tujuan Penelitian ... 9

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 10

A.Diabetes Melitus ... 10

B.Diabetes Melitus Tipe 2 ... 11

C.Obesitas ... 12

1. Obesitas sentral ... 12

2. Obesitas perifer ... 13

D.Sindroma Metabolik ... 13

E. Obesitas, Dislipidemia, dan Komplikasi Makrovaskuler pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 ... 15

F. Kolesterol ... 19

1. Low-Density Lipoprotein (LDL)... 19

2. High-Density Lipoprotein (HDL) ... 20

G.Rasio Kadar LDL/HDL ... 21

H.Antropometri ... 22

1. Lingkar Pinggang... 22

2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 23

I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung ... 24

J. Landasan Teori ... 25

K.Hipotesis ... 26

(14)

xii

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27

B.Variabel Penelitian ... 27

1. Variabel bebas ... 27

2. Variabel tergantung ... 27

3. Variabel pengacau ... 28

C.Definisi Operasional ... 28

D.Responden Penelitian ... 29

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

G.Teknik Pengambilan Sampel ... 33

H.Instrumen Penelitian ... 33

I. Tata Cara Penelitian ... 34

1. Observasi awal ... 34

2. Permohonan ijin dan kerja sama ... 34

3. Pembuatan informed consent dan leaflet ... 35

4. Pencarian calon responden ... 36

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 37

6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri ... 37

7. Pembagian hasil pemeriksaan ... 38

8. Pengolahan data ... 38

J. Analisis data secara statistik ... 38

(15)

xiii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A.Profil Karakteristik Responden Penelitian ... 41

1. Usia ... 42

2. Lingkar Pinggang... 42

3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 43

4. Kadar LDL ... 45

5. Kadar HDL ... 46

6. Rasio Kadar LDL/HDL ... 47

B.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 48

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 49

2. Perbandingan rerata kadar HDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 50

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 51

C.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 52

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90... 52

(16)

xiv

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden pria pada RLPP<0,90

dan RLPP≥0,90 ... 54

D.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 55

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden wanita pada LP<80 cm dan LP≥80

cm ... 55

2. Perbandingan rerata kadar HDL responden wanita pada LP<80 cm dan LP≥80

cm ... 56

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden wanita pada LP<80 cm

dan LP≥80 cm ... 57

E. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 58

1. Perbandingan rerata kadar LDL responden wanita pada RLPP<0,85 dan

RLPP≥0,85... 58

2. Perbandingan rerata kadar HDL responden wanita pada RLPP<0,85

RLPP≥0,85... 59

3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 60

F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap

Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Pria ... 61

1. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar

(17)

xv

2. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar

HDL pada responden pria ... 64

3. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden pria ... 67

G.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Wanita ... 70

1. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar LDL pada responden wanita ... 70

2. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HDL pada responden wanita ... 73

3. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden wanita ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 91

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 11

Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik ... 14

Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL ... 20

Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL ... 21

Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL ... 21

Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis ... 23

Tabel VII. Panduan Hasil Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi... 40

Tabel VIII. Profil Karakteristik Responden Pria dan Wanita ... 41

Tabel IX. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 49

Tabel X. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 50

Tabel XI. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 51

Tabel XII. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 52

Tabel XIII. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 53

(19)

xvii

Tabel XV. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada LP<80 cm

dan LP≥80 cm ... 55

Tabel XVI. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanita pada LP<80 cm

dan LP≥80 cm ... 56

Tabel XVII. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 57

Tabel XVIII. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 59

Tabel XIX. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanita pada RLPP<0,85

dan RLPP≥0,85 ... 59

Tabel XX. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 60

Tabel XXI. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 63

Tabel XXII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HDL Responden Pria ... 65

Tabel XXIII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria ... 69

Tabel XXIV. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar LDL Responden Wanita .. 72

Tabel XXV. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 74

Tabel XXVI. Korelasi LP dan RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas. ... 19

Gambar 2. Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang ... 22

Gambar 3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul... 23

Gambar 4. Skema Responden Penelitian ... 30

Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar LDL Responden Pria 63 Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 63

Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar HDL Responden Pria 66 Gambar 8. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar HDL Responden Pria ... 66

Gambar 9. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 69

Gambar 10. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 69

Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 72

Gambar 12. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 72

Gambar 13. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 75

(21)

xix

Gambar 15. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

Responden Wanita... 77

Gambar 16. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ... 92

Lampiran 2. Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 93

Lampiran 3. Informed Consent ... 94

Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 95

Lampiran 5. Leaflet ... 96

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 98

Lampiran 7. Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul ... 99

Lampiran 8. Validasi Instrumen Pengukuran... 100

Lampiran 9. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Pria ... 101

Lampiran 10. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 102

Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Pria

... 103

Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Wanita

... 104

Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Responden Pria ... 105

Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Responden Wanita ... 106

Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria... 107

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita ... 108

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria ... 109

(23)

xxi

Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria ... 111

Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita... 112

Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria pada

LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 113

Lampiran 22. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 114

Lampiran 23. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria pada

LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 115

Lampiran 24. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Wanita pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 116

Lampiran 25. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 117

Lampiran 26. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 118

Lampiran 27. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria pada

RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 119

Lampiran 28. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 120

Lampiran 29. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria pada

(24)

xxii

Lampiran 30. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Wanita pada

RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85. ... 122

Lampiran 31. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 123

Lampiran 32. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 124

Lampiran 33. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada LP<90 cm

dan LP≥90 cm ... 125

Lampiran 34. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada LP<80

cm dan LP≥80 cm ... 125

Lampiran 35. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada LP<90

cm dan LP≥90 cm ... 126

Lampiran 36. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanitaa pada

LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 126

Lampiran 37. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria

pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 127

Lampiran 38. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita

pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 127

Lampiran 39. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada

RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 128

Lampiran 40. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada

(25)

xxiii

Lampiran 41. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada

RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 129

Lampiran 42. Uji Perbandingan Kadar HDL Responden Wanita pada RLPP<0,85

dan RLPP≥0,85 ... 129

Lampiran 43. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria

pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 130

Lampiran 44. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita

pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 130

Lampiran 45. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 131

Lampiran 46. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 132

Lampiran 47. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Kadar HDL Responden Pria... 133

Lampiran 48. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap Kadar HDL

Responden Wanita ... 134

Lampiran 49. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 134

Lampiran 50. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria

(26)

xxiv

Lampiran 51. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden

Wanita... 136

Lampiran 52. Lama Durasi Menyandang Diabetes Melitus Tipe 2 ... 137

(27)

xxv

INTISARI

Dislipidemia merupakan abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada abdomen, yang berhubungan dengan dislipidemia dan dapat ditandai dengan peningkatan rasio kadar LDL/HDL. Dislipidemia yang terjadi dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler. Obesitas sentral dapat diketahui dengan pengukuran antropometri, seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah 90 penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan

meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, kadar LDL, dan kadar HDL. Analisis data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif

Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan, serta uji korelasi Pearson dan Spearman

dengan taraf kepercayaan 95%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,127; p=0,462) dan korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah pada responden wanita (r=0,246; p=0,073). Terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,304; p=0,072) dan wanita (r=0,260; p=0,058).

Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, lingkar pinggang, rasio lingkar

(28)

xxvi

ABSTRACT

Dyslipidemia is a common abnormality in type 2 diabetes mellitus patients. Central obesity is a condition with fat accumulation in abdomen, associated with dyslipidemia and increase in LDL-c/HDL-c ratio. Dyslipidemia can lead to risk increment in macrovascular complication. Waist circumference and waist-to-hip ratio is a simple anthropometric method that can be used to know the occurrence of central obesity. The aim of this study is to measure the correlation between waist circumference and waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung.

This study is an analytic observational with cross-sectional study design. Those involved were 90 type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung. Non-random and Purposive sampling technique was used to collect the sample of the study. Waist circumference, hip circumference, LDL levels, and HDL levels were measured. Data was analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney and t independent sample test, followed by Pearson and Spearman correlation test with 95% confidence interval.

The conclusion of this study is an insignificant positive correlation with very weak strength between waist circumference to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.127; p=0.462) and insignificant positive correlation with weak strength in women (r=0.246; p=0.073). This study showed insignificant positive correlation with weak strength between waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.304; p=0.072) and women (r=0.260; p=0.058).

(29)

1

BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat

memproduksi hormon insulin dalam jumlah cukup atau insulin di dalam tubuh tidak

dapat digunakan secara efektif, yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah.

Pada tahun 2011, 366 juta orang di dunia mengidap diabetes melitus dan akan

meningkat hingga 552 juta orang di tahun 2030. Indonesia di tahun 2011

menduduki ranking ke-10 dari negara dengan jumlah orang dengan penyakit

diabetes melitus terbanyak (usia 20-79 tahun) yaitu sebesar 7,3 juta orang, dan

perkiraan di tahun 2030 akan meningkat sampai 11,8 juta orang. Prevalensi diabetes

melitus di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7% (Badan

Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2007). Diabetes melitus tipe 2 merupakan

bentuk penyakit diabetes yang paling umum. Hanya 5-10% dari penyandang

diabetes merupakan diabetes melitus tipe 1, sedangkan sisanya adalah diabetes

melitus tipe 2 (Jafar, 2004).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor risiko kejadian sindroma

metabolik dengan abnormalitas seperti dislipidemia dan dapat berkembang menjadi

cardiovascular disease (CVD). Sindroma metabolik merupakan sekelompok faktor

risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya CVD, meliputi obesitas

yang disertai dengan dislipidemia, hiperglikemia, atau hipertensi. Pada diabetes

melitus tipe 2 terjadi abnormalitas metabolisme lipid yang dapat menyebabkan

(30)

meningkatkan risiko perkembangan CVD. Berdasarkan penelitian Soewondo,

Soegondo, Suastika, Pranoto, Soeatmadji, dan Tjokroprawiro (2010) di beberapa

daerah di Indonesia pada 1390 penyandang diabetes melitus tipe 2, 60%

diantaranya mengalami kejadian dislipidemia. Hasil penelitian Khan, Yasmeen,

Ahmed, Iqbal, dan Uttra (2011) di Pakistan, 80% dari 150 penyandang diabetes

melitus tipe 2 mengalami dislipidemia. Dislipidemia yang terjadi pada penyandang

diabetes melitus tipe 2 berperan penting dalam menyebabkan aterosklerosis dan

dapat meningkatkan risiko CVD (Garg dan Grundy, 1990, cit., Tangvarasittichai,

Poonsub, dan Tangvarasittichai 2010). Aterosklerosis merupakan bentuk

komplikasi dan penyebab kematian paling umum pada penyandang diabetes melitus

(Calder dan Alexander, 2000, cit., Guthrie dan Guthrie, 2004).

Dislipidemia pada penyandang diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan

meningkatnya kadar trigliserida (TG), penurunan kadar High Density Lipoprotein

(HDL), serta peningkatan small-denseLow Density Lipoprotein (LDL). Rasio kadar LDL/HDL merupakan prediktor CVD yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan

kadar LDL atau HDL saja. Rasio kadar LDL/HDL menunjukkan lalu lintas

kolesterol masuk dan keluar dari arterial intima dibandingkan jalur tunggal di mana

hanya dilakukan pengukuran kadar LDL atau HDL saja. Rasio kadar LDL/HDL

merupakan rasio yang lebih spesifik apabila dibandingkan dengan rasio kadar

kolesterol total/HDL karena kolesterol total merupakan jumlah dari HDL, LDL, dan

VLDL. Rasio kadar LDL/HDL merupakan pengukuran yang paling kuat terhadap

(31)

Menurut Russel-Jones (2008), 80-90% penyandang diabetes melitus tipe

2 mengalami obesitas. Salah satu jenis obesitas yaitu pada daerah perut, yang lebih

sering disebut dengan obesitas sentral. Hasil penelitian Bakari dan Onyemelukwe

(2005) di Nigeria pada 40 pasien diabetes melitus tipe 2, 95% diantaranya

mengalami obesitas sentral. Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas

sentral dapat meningkatkan terjadinya lipolisis yang menyebabkan peningkatan

dalam produksi glukosa di hati dan keluaran kolesterol Very Low Density

Lipoprotein (VLDL). Hal ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan

trigliserida, penurunan kadar HDL, dan peningkatan kadar LDL (Xavier, 2004, cit., Rai dan Jeganthan, 2012). Obesitas berhubungan kuat dengan kejadian dislipidemia

(National Health and Nutrition Examination Survey, 2000, cit., Shah, Devrajani,

Devrajani, dan Bibi, 2010).

Antropometri merupakan pengukuran yang dapat digunakan untuk

mengetahui kejadian obesitas sentral. Pengukuran dalam antropometri yang dapat

menggambarkan obesitas sentral yaitu lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul (World Health Organization, 2008). Menurut Chehrei, Sadrnia, Keshteli,

Daneshmand, dan Rezaei (2007), lingkar pinggang merupakan pengukuran

antropometri yang paling baik sebagai indikator distribusi lemak pada abdomen, di

mana adipositas abdominal berperan dalam patogenesis resistensi insulin dan

diabetes melitus tipe 2, serta penentu dalam mendeteksi dislipidemia dan CVD.

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran

antropometri yang paling sering digunakan untuk mengetahui obesitas sentral

(32)

rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2,

rendahnya kadar HDL, dan kadar TG yang tinggi. Penelitian di Sweden

menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang-panggul meningkatkan risiko kematian

akibat CVD, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Temanggung. RSUD Kabupaten Temanggung digunakan sebagai

model untuk penelitian ini, yang merupakan rumah sakit umum kelas B dan sebagai

rumah sakit rujukan bagi masyarakat di daerah Temanggung. Diabetes melitus di

RSUD Kabupaten Temanggung berada pada urutan ketiga sebagai penyakit yang

banyak terjadi. Jumlah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten

Temanggung dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Data penelitian di RSUD Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa belum

pernah terdapat penelitian observasional dengan responden penyandang diabetes

melitus. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh

kelompok penelitian dengan tema korelasi pengukuran antropometri terhadap profil

lipid dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa-mahasiswi kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara lingkar pinggang

dan rasio lingkar pinggang-panggul, sebagai parameter obesitas sentral, terhadap

rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD

Kabupaten Temanggung. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

(33)

pinggang-panggul dengan rasio kadar LDL/HDL, yaitu risiko komplikasi dislipidemia yang

selanjutnya dapat meningkatkan risiko perkembangan CVD.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh

penulis dalam penelitian ini adalah:

Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2

di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dipublikasi terkait dengan

penelitian ini adalah:

a. Correlation of Dyslipidemia with Waist to Height Ratio, Waist

Circumference, and Body Mass Index in Iranian Adults (Chehrei, et al., 2007).

Penelitian ini melibatkan 750 responden (580 wanita dan 170 pria). Hasil penelitian

menunjukkan korelasi bermakna antara kadar trigliserida dengan rasio lingkar

pinggang-tinggi badan (r=0,309, p<0,001) dan lingkar pinggang (r=0,308,

p<0,001). Kadar HDL berkorelasi lemah dengan lingkar pinggang (r=0,088,

p<0,05).

b. A Study of Correlation between Lipid Profile and Waist to Hip Ratios

in Patients with Diabetes Mellitus (Sandhu, Koley, dan Sandhu, 2008). Penelitian ini melibatkan 251 responden penyandang diabetes melitus (113 pria dan 138

wanita) berusia 31-95 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif

(34)

(r=0,48), LDL (r=0,35), dan trigliserida (r=0,35) pada pria kelompok usia 41-50

tahun, serta trigliserida (r=0,60) pada pria kelompok usia 61+. Terdapat korelasi

yang tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar LDL

(r= -0,26) pada wanita kelompok usia 41-50 tahun (p≤0,05).

c. Frequency of Dyslipidemia in Obese versus Non-Obese in Relation to

Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR), and Waist Circumference (WC)

(Shah, et al., 2010). Jumlah responden yang terlibat pada penelitian ini sebanyak 200 orang (100 pria dan 100 wanita). Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang

bermakna antara BMI, rasio lingkar pinggang-panggul, dan lingkar pinggang

terhadap kadar HDL, LDL, dan trigliserida (p<0,05), dan korelasi yang tidak

bermakna pada kadar kolesterol total (p>0,05).

d. Association of Serum Lipoprotein Ratios with Insulin Resistance in

Type 2 Diabetes Mellitus (Tangvarasittichai, et al., 2010). Jumlah responden pada

penelitian ini sebanyak 132 orang (92 orang penyandang diabetes melitus tipe 2 dan

40 orang sehat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang

bermakna pada rasio kolesterol total/HDL, rasio trigliserida/HDL, non-HDL,

lingkar pinggang, trigliserida, dan kolesterol total pada penyandang diabetes

melitus tipe 2 dibandingkan dengan kontrol, dengan p<0,05.

e. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Rasio LDL/HDL pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta (Devi, 2011). Penelitian ini melibatkan 56 responden wanita berusia

rata-rata 39±5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif bermakna

(35)

lingkar pinggang-panggul dan rasio LDL/HDL menunjukkan korelasi tidak

bermakna (r=0,250; p=0,064).

f. Non-HDL Cholesterol and LDL-C/HDL-C Ratio in Type II Diabetic

Patients (Indumati, et al., 2011). Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 200 orang, terdiri dari 100 orang sehat (50 pria dan 50 wanita) dan 100 orang

penyandang diabetes melitus tipe 2 (50 pria dan 50 wanita). Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan bermakna pada kadar kolesterol total, triglserida, HDL,

non-HDL (p<0,001), LDL (p<0,01), dan rasio LDL/HDL (p<0,05) pada

penyandang diabetes dibandingkan dengan kontrol.

g. Relation between Waist-Hip Ratio and Lipid Profile in Male Type 2

Diabetes Mellitus Patients (Rai dan Jeganthan, 2012). Jumlah responden pada

penelitian ini sebanyak 69 pria penyandang diabetes melitus tipe 2 (38 orang

dengan rasio lingkar pinggang-panggul<0,95 dan 31 orang dengan rasio lingkar

pinggang-panggul>0,95). Hasil penelitian menunjukkan korelasi bermakna antara

rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar kolesterol (r=0,044) dan kadar

trigliserida (r=0,048), serta korelasi tidak bermakna antara rasio lingkar

piggang-panggul dengan kadar HDL (r=0,299), dengan nilai p<0,05.

h. Correlations between Anthropometry and Lipid Profile in Type 2

Diabetics (Himabindu, Sriharibabu, Alekhya, Saisumanth, Lakshmanrao, dan Komali, 2013). Penelitian ini melibatkan 102 responden penyandang diabetes

melitus tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif bermakna antara BMI

(36)

terbalik dan bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar HDL (r=-0,261;

p=0,048).

i. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

terhadap Rasio Kadar LDL/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Purbarini, 2013). Penelitian ini melibatkan

129 responden (60 responden pria dan 69 responden wanita). Hasil penelitian

menunjukkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang antara lingkar

pinggang dengan rasio kadar LDL/HDL (r=0,459; p=0,000) pada pria dan wanita

(r=0,455; p=0,000), sedangkan rasio lingkar pinggang-panggul dengan rasio kadar

LDL/HDL menunjukkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang pada

pria (r=0,475; p=0,000) dan lemah pada wanita (r=0,285; p=0,018).

j. A Study of Some Anthropometric Variables and Lipid Profile in

Diabetic and Non-Diabetics in Rural Kolar (Reddy, Jayarama, dan Mahesh, 2013).

Penelitian ini melibatkan 500 penyandang diabetes melitus dan 500 individu sehat

di India. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar trigliserida dan kadar HDL

yang bermakna antara kelompok dengan diabetes melitus dan kelompok individu

sehat (p=0,093 untuk kadar trigliserida dan p=0,006 untuk kadar HDL).

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, belum terdapat

penelitian yang meneliti mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes

(37)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan gambaran mengenai korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes

melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung.

b. Manfaat praktis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan

dapat memberikan gambaran awal rasio kadar LDL/HDL puasa dalam darah

sehingga dapat menjadi deteksi dini akan kecenderungan risiko terjadinya

komplikasi makrovaskuler pada penyandang diabetes melitus tipe 2

B.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang

dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada

penyandang diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

(38)

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia

kronis dengan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,

yang menyebabkan defisiensi sekresi insulin dan kerjanya, ataupun keduanya. Efek

penyakit ini dapat berupa disfungsi dan kegagalan beberapa organ, terutama mata,

ginjal, hati, dan peredaran darah. Diabetes ditandai dengan beberapa gejala seperti

merasa haus, poliuria, penglihatan kabur, penurunan berat badan, dan polifagi, serta

beberapa gejala pada tingkat yang lebih lanjut yaitu ketoasidosis atau

hiperosmolaritas nonketosis, di mana pada keadaan tidak adanya pengobatan yang

efektif dapat menyebabkan pingsan, koma, dan kematian (Joslin, 2005).

Klasifikasi penyakit diabetes melitus berdasarkan American Diabetes

Association (ADA) (2013), yaitu diabetes melitus tipe 1 (tipe 1A karena autoimun

dan tipe 1B merupakan idiopatik), diabetes melitus tipe 2, tipe lain yang spesifik

(defek genetik fungsi sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit pankreas eksokrin,

endokrinopati, diinduksi obat atau zat kimia, infeksi, bentuk tidak umum dari

diabetes yang dimediasi sistem imun, serta sindrom genetik lainnya yang

dihubungkan dengan kejadian diabetes), serta diabetes gestasional. Kriteria

diagnosis seseorang dinyatakan mengalami diabetes melitus menurut ADA pada

(39)

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2010)

Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus 1. HbA1C >6,5 %; atau

2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dL; atau

3. Kadar gula darah 2 jam pp >200 mg/dL pada tes toleransi glukosa oral yang dilakukan dengan 75 g glukosa

4. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan kadar gula sewaktu >200 mg/dL.

Diabetes dibagi dalam dua kategori etiopatogenesis, yaitu diabetes tipe 1

dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus/IDDM),

yaitu keadaan ketidakcukupan insulin secara mutlak. Diabetes tipe 1 dapat muncul

pada banyak usia, tetapi biasanya pada anak-anak atau remaja. Penyakit ini

disebabkan karena kerusakan dari sel β pankreas dan merupakan penyakit diabetes

yang membutuhkan insulin untuk mencegah terjadinya ketosis serta untuk

kelangsungan hidupnya. Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes

mellitus/NIDDM), yaitu keadaan resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin. Pasien diabetes tipe 2 tidak membutuhkan insulin untuk kelangsungan hidupnya

(Addie-Gentle, et al., 2007; Joslin, 2005). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk diabetes melitus yang paling umum dan paling sering terjadi. Diabetes

melitus tipe 2 berjumlah sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabetes melitus,

sedangkan hanya 5-10% merupakan penyandang diabetes melitus tipe 1 (Jafar,

2004).

B.Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan abnormalitas kerja insulin dan

(40)

defisiensi relatif insulin (Addie-Gentle, et al., 2007). Risiko terhadap diabetes

melitus tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Centers for

Disease Control and Prevention (2013), pada umumnya diabetes melitus tipe 2

terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

Diabetes melitus merupakan kumpulan suatu penyakit kronis yang

ditandai dengan hiperglikemia. Pada diabetes melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh

gangguan pada sekresi insulin ataupun resistensi insulin. Pada gangguan sekresi

insulin, umumnya dapat menimbulkan gangguan pada kadar glukosa dalam darah

dan metabolisme lipid. Perkembangan gangguan fungsi sel β pankreas dapat

mempengaruhi kontrol kadar glukosa jangka panjang. Pada resistensi insulin,

terjadi gangguan pada kerja insulin terhadap organ-organ target, seperti hati dan

otot (Kohei, 2010).

C.Obesitas

Obesitas merupakan akumulasi lemak yang abnormal dan berlebihan yang

berisiko bagi kesehatan. Obesitas merupakan faktor risiko utama dalam beberapa

penyakit kronis seperti diabetes dan CVD. Obesitas tidak hanya menjadi masalah

di negara maju, tetapi juga masalah yang serius di negara berpendapatan rendah dan

menengah, khususnya di pedesaan (WHO, 2013).

1. Obesitas sentral

Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada bagian abdomen, yang

terbagi menjadi area subkutan dan intraabdominal atau jaringan lemak viseral.

(41)

viseral yang disimpan di sekitar organ pada abdomen disebut obesitas sentral.

Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung

(Ibrahim, 2009; Whitney dan Rolfes, 2011).

2. Obesitas perifer

Obesitas perifer atau gluteofemoral merupakan tipe obesitas di mana

terdapat akumulasi lemak pada daerah gluteal dan femoral. Obesitas ini banyak

terdapat pada wanita dan disebut juga obesitas gynoid (Kopelman, Caterson, dan

Dietz, 2010).

D.Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik merupakan sekelompok faktor risiko yang dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung, meliputi diabetes,

peningkatan kadar glukosa darah puasa, obesitas sentral, kadar kolesterol tinggi,

dan tekanan darah tinggi. Sindroma metabolik merupakan sekumpulan

abnormalitas yang saling berkaitan, meliputi obesitas, dislipidemia, hiperglikemia,

dan hipertensi, yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Obesitas sentral dan

resistensi insulin merupakan faktor penyebab yang penting dari sindroma metabolik

(International Diabetes Federation, 2006; Aganović dan Duŝek, 2007).

Obesitas sentral dapat diketahui dengan metode yang sederhana, yaitu

Body Mass Index dan waist circumference (lingkar pinggang). Obesitas sentral berkaitan erat dengan masing-masing kriteria pada definisi sindroma metabolik dan

merupakan faktor risiko prasyarat yang harus ada dalam diagnosis sindroma

(42)

sentral dan memenuhi dua dari empat faktor yang telah ditetapkan (IDF, 2006),

yang dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik (IDF, 2006)

Faktor Kriteria

Obesitas sentral Berdasarkan ukuran lingkar pinggang masing-masing etnis (pada Tabel VI)

Peningkatan trigliserida ≥ 150 mg/dL (1,7 mmol/L)

atau pengobatan spesifik untuk abnormalitas lipid Peningkatan HDL < 40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada pria

< 50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita

atau pengobatan spesifik untuk abnormalitas lipid Peningkatan tekanan

darah Tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg atau didiagnosis hipertensi dan menjalani pengobatan Peningkatan kadar

glukosa darah puasa Kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L)atau telah terdiagnosis diabetes melitus tipe 2

Penyebab utama terjadinya sindroma metabolik adalah obesitas sentral dan

resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi karena jumlah asam lemak bebas yang

berlebih di dalam tubuh. Asam lemak bebas yang berlebih tersebut berasal dari

jaringan adiposa yang banyak dan luas. Adanya asam lemak bebas dapat

mengurangi sensitivitas insulin di otot dengan cara menghambat uptake glukosa yang diperantarai insulin. Hal ini menyebabkan meningkatnya kadar glukosa di

dalam darah, sehingga meningkatkan sekresi insulin dari pankreas dan terjadi

hiperinsulinemia. Asam lemak bebas di hati akan meningkatkan produksi glukosa,

trigliserida, dan sekresi very low-density lipoprotein (VLDL). Hal ini menyebabkan

penurunan transformasi glukosa menjadi glikogen, sehingga menimbulkan

akumulasi lemak yaitu trigliserida. Insulin merupakan hormon antilipolisis. Dalam

(43)

menghasilkan lebih banyak asam lemak, yang selanjutnya dapat menghambat efek

antilipolisis dari insulin (Aganović dan Duŝek, 2007).

E.Obesitas, Dislipidemia, dan Komplikasi Makrovaskuler pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2

Sebanyak 90% penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas

(Whitmore, 2010). Menurut Kamath, Shivaprakash, dan Adhikari (2011), sebagian

besar penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas, dan sebagian besar

adalah obesitas sentral. Hasil penelitian Sharma dan Jain (2009) di India

menyatakan bahwa 65% kejadian obesitas pada penyandang diabetes melitus tipe 2

merupakan obesitas sentral. Obesitas yang terjadi pada penyandang diabetes

melitus tipe 2 dapat memperburuk resistensi insulin.

Individu dengan gangguan pada kadar glukosa darah puasa, termasuk

penyandang diabetes melitus tipe 2, cenderung akan mendapatkan lemak viseral

secara lebih selektif daripada lemak subkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya

gangguan pada adipogenesis (Kamath, et al., 2011). Lemak viseral merupakan bagian lemak yang aktif secara metabolik. Lemak viseral lebih berbahaya daripada

lemak subkutan, karena lemak viseral menghasilkan protein yang berperan pada

proses inflamasi, aterosklerosis, dislipidemia, dan hipertensi (Kelly, 2012).

Lemak viseral tersusun atas adiposit yang menyimpan kelebihan energi

dalam bentuk trigliserida dan akan melepaskan asam lemak bebas pada keadaan

puasa. Pada individu dengan obesitas, kapasitas penyimpanan kelebihan lemak

(44)

lemak yang abnormal pada jaringan. Adiposit menghasilkan berbagai hormon dan

sitokin, yang disebut adipositokin, yang terlibat dalam metabolisme glukosa

(adiponektin dan resistin), metabolisme lemak (cholesterylester transfer protein

atau CETP), inflamasi (TNF-α dan IL-6), tekanan darah (angiotensinogen dan

angiotensin II), dan asupan makanan (leptin). Hormon-hormon tersebut dapat

mempengaruhi metabolisme dan fungsi berbagai organ dan jaringan, meliputi otot,

hati, sistem peredaran darah, dan otak (Camp, Ren, dan Leff, 2002; Hajer, van

Haeften, dan Visseren, 2008).

Jumlah adipositokin akan meningkat seiring dengan meningkatnya

jaringan adiposa dan volume adiposit, kecuali pada jumlah adiponektin yang

menurun pada individu dengan obesitas. Adiponektin memiliki efek

anti-aterosklerotik dan berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin melalui

penghambatan produksi glukosa hepatik dan meningkatkan uptake glukosa di otot,

serta meningkatkan oksidasi asam lemak di hati dan otot (Hajer, et al., 2008). Pada individu obesitas dengan diabetes melitus tipe 2, terjadinya

dislipidemia diabetik menyebabkan risiko dalam perkembangan komplikasi

makrovaskuler (Joslin, 2005; Rai dan Jeganthan, 2012). Komplikasi pada diabetes

melitus tipe 2 terutama berhubungan dengan vaskulopati diabetik yang

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mikrovaskuler (retinopati, neuropati, dan

nefropati) dan makrovaskuler (menyebabkan peningkatan risiko CVD pada

penyandang diabetes) (Rizvi dan Sanders, 2006).

Perubahan yang diinduksi diabetes melitus tipe 2 pada faktor risiko

(45)

darah. Diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan abnormalitas lipid sebagai

prediktor penyakit jantung koroner, meliputi penurunan kadar HDL, partikel LDL

yang kecil dan padat, dan peningkatan kadar TG (Craig, Neveux, Palomaki,

Cleveland, dan Haddow, 1998, cit., Nakhjavani, Esteghamati, Esfahanian, dan Heshmat, 2006).

Komplikasi makrovaskuler berhubungan dengan peredaran darah besar

pada jantung, otak, dan kaki. Aterosklerosis pada arteri koronaria merupakan

bentuk komplikasi makrovaskuler dan penyebab kematian paling umum pada

penyandang diabetes. Risiko terjadinya komplikasi makrovaskuler meningkat pada

faktor risiko seperti peningkatan kadar kolesterol dan obesitas (Guthrie dan Guthrie,

2004).

Dislipidemia pada obesitas salah satunya ditandai dengan

hipertrigliseridemia. Sumber trigliserida di dalam tubuh berasal dari endogen dan

eksogen. Sumber eksogen berasal dari makanan dalam bentuk kilomikron,

sedangkan sumber endogen berasal dari hepar dalam bentuk VLDL. Peningkatan

fluks asam lemak bebas ke dalam hati akan menyebabkan akumulasi trigliserida.

Hal ini menyebabkan peningkatan sintesis VLDL, yang menghambat lipolisis

kilomikron yang berasal dari usus. Proses lipolisis pada individu dengan obesitas

akan terganggu, yaitu karena berkurangnya tingkat ekspresi mRNA dari lipoprotein

lipase pada jaringan adiposa, serta berkurangnya aktivitas lipoprotein lipase pada

otot rangka. Tingginya kadar trigliserida tersebut akan menginduksi pertukaran

(46)

menyebabkan terjadinya penurunan kandungan trigliserida di dalam LDL. Adanya

hepatic lipase akan menghilangkan trigliserida dan fosfolipid dari LDL, menyebabkan terbentuknya partikel small-dense LDL (Klop, Elte, dan Cabezas,

2013).

Keadaan obesitas memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

metabolisme HDL. Hal ini disebabkan oleh jumlah kilomikron dan VLDL yang

meningkat karena terjadinya gangguan pada proses lipolisis. Peningkatan jumlah

lipoprotein yang mengandung banyak trigliserida menyebabkan peningkatan

aktivitas CETP. Dengan adanya CETP tersebut akan menukar kandungan

cholesterolester dari HDL dengan trigliserida pada VLDL dan LDL. HDL yang

mengandung banyak trigliserida tersebut akan mengalami lipolisis oleh hepatic

lipase, menghasilkan small HDL dengan penurunan afinitas terhadap ApoA-I. Hal ini akan menyebabkaan disosisi ApoA-I dari HDL, sehingga terjadi penurunan

kadar HDL (Klop, et al., 2013).

Dislipidemia pada individu dengan obesitas dapat dilihat pada Gambar 1.

Garis berwarna hijau menunjukkan proses metabolisme yang diinduksi oleh

terjadinya obesitas, sedangkan garis panah berwarna merah menunjukkan proses

yang direduksi. Bagian berwarna kuning terang menunjukkan kolesterol, dan

(47)

Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas (Klop, et al., 2013).

F. Kolesterol

Kolesterol merupakan suatu substansi lemak yang terdapat di dalam sel

tubuh. Ada dua jenis sumber kolesterol, yaitu sumber kolesterol dari dalam tubuh

dan kolesterol yang berasal dari asupan makanan sehari-hari. Apabila jumlah

kolesterol berlebih, maka akan disimpan di arteri dan dapat meningkatkan

kemungkinan pembentukan plak yang disebut aterosklerosis. Plak ini kemudian

pecah dan dapat membentuk bekuan darah pada permukaan plak. Adanya bekuan

darah ini akan menurunkan suplai oksigen melalui aliran darah ke jantung, otak,

dan bagian tubuh lain. Jenis lipoprotein, yaitu Low-Density Lipoprotein (LDL),

High-Density Lipoprotein (HDL), dan Very Low-Density Lipoprotein (VLDL)

(Birtcher dan Ballantyne, 2004).

1. Low-Density Lipoprotein (LDL)

Low-Density Lipoprotein (LDL) adalah bagian kolesterol yang dikenal dengan sebutan kolesterol ‘jahat’. Apabila jumlah LDL dalam sirkulasi darah

(48)

adanya plak pada dinding arteri menyebabkan aliran darah melalui arteri menjadi

sempit dan arteri tidak fleksibel. Pembentukan plak ini disebut dengan

atherosclerosis, yang lebih lanjut dapat mempersempit arteri dan dapat

menyebabkan terjadinya serangan jantung (American Heart Association, 2013). Penyandang diabetes melitus dengan dislipidemia, penurunan kadar LDL yang

direkomendasikan adalah <70 mg/dL (American Diabetes Association, 2008).

Menurut National Cholesterol Education Program (2002), kadar LDL diklasifikasikan menjadi 5 kategori yang dapat dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL (National Cholesterol Education Program, 2002)

Kadar LDL (mg/dL) Kategori

<100 Optimal

High-Density Lipoprotein atau HDL dikenal dengan sebutan kolesterol ‘baik’. Kadar HDL yang tinggi di dalam darah diketahui dapat memberikan proteksi

terhadap organ jantung dari serangan jantung atau risiko terjadinya gangguan pada

organ tersebut. Beberapa penelitian menyatakan bahwa HDL membawa kolesterol

menjauhi arteri dan kembali ke liver. Pendapat lain menyatakan bahwa HDL

menghilangkan kelebihan kolesterol yang dapat membentuk plak pada arteri, dan

memperlambat pembentukan plak di arteri (AHA, 2012). Menurut NCEP (2002),

kriteria kadar HDL dalam darah diklasifikasikan menjadi dua kategori yang dapat

(49)

Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL (NCEP, 2002)

Kadar HDL (mg/dL) Kategori

<40 Rendah

≥60 Tinggi

G.Rasio Kadar LDL/HDL

Rasio kadar LDL/HDL merupakan pengukuran yang lebih kuat dan

signifikan sebagai prediktor CVD apabila dibandingkan dengan pengukuran kadar

LDL atau HDL saja. Pengukuran rasio kadar LDL/HDL jauh lebih murni apabila

dibandingkan dengan pengukuran kolesterol total/HDL. Hal ini dikarenakan

kolesterol total merupakan jumlah dari kadar LDL, HDL, dan VLDL (Packard,

2005, cit., Indumati, et al., 2011).

Menurut Millán, Pintó, Muñoz, Zúñiga, Rubiés-Prat, Pallardo, et al.

(2009), kriteria rasio kadar LDL/HDL diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu

pencegahan primer dan sekunder yang dapat dilihat pada Tabel V. Pencegahan

primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi.

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan setelah terjadinya

penyakit, tetapi sebelum seseorang mengetahui penyakit tersebut (CDC, 2007).

Level risiko merupakan kriteria yang menyatakan terjadinya peningkatan risiko

terhadap penyakit kardiovaskuler, sedangkan target menyatakan kriteria yang

diharapkan dapat tercapai (dengan adanya lipid-lowering therapy) sehingga

meminimalkan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.

Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL (Millán, et al., 2009)

Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder

Level risiko Target Level risiko Target

Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita

(50)

H.Antropometri

Antropometri merupakan suatu studi pengukuran tubuh manusia

berdasarkan dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa. Ruang lingkup

antropometri meliputi pengukuran bagian tubuh manusia (NHANES, 2007).

Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan

pengukuran antropometri paling sederhana untuk mengetahui obesitas sentral yang

dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan dislipidemia, sebagai faktor risiko

berkembangnya CVD (Chehrei, et al., 2007; Munawar, et al., 2012).

1. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang, yang digunakan untuk menggambarkan jumlah lemak

pada bagian abdomen, merupakan pengukuran antropometri yang murah dan

mudah dilakukan (Hamdy, et al., 2006).

Gambar 2.Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang (McKinley Health Center, 2009)

Metode antropometri yang sederhana adalah lingkar pinggang.

Pengukuran lingkar pinggang berkaitan erat dengan jaringan adiposa viseral,

sehingga dapat mengetahui adanya obesitas sentral. Pengukuran lingkar pinggang

dapat menunjukkan hubungan yang kuat dengan sindroma metabolik, gangguan

kardiovaskuler, hingga menyebabkan kematian (de Koning, Merchant, Pogue, dan

(51)

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara batas

bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul. Pada saat

pengukuran, subjek berdiri dengan posisi kaki tertutup rapat, lengan pada sisi tubuh,

serta menggunakan pakaian yang tipis. Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi

normal (WHO, 2008). Pengukuran lingkar pinggang dapat mengetahui kejadian

obesitas sentral. Kriteria ukuran lingkar pinggang individu yang dinyatakan

mengalami obesitas sentral dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan etnis (IDF,

2006). Kriteria ukuran lingkar pinggang responden pria dan wanita yang dinyatakan

mengalami obesitas sentral pada penelitian ini yaitu kriteria berdasarkan populasi

Asia Selatan, dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis (IDF, 2006)

Negara/etnis Lingkar pinggang

Asia Selatan Pria ≥ 90 cm

Wanita ≥ 80 cm

2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Rasio lingkar pinggang-panggul menunjukkan terjadinya akumulasi lemak

pada daerah abdomen, dapat menggambarkan beberapa komplikasi metabolik

seperti dislipidemia dan risiko CVD (Kopelman, Caterson, dan Dietz, 2010).

(52)

Pengukuran lingkar pinggang dengan menggunakan pita pengukur pada

titik tengah di antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas

tulang panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan pada titik terlebar dari

bagian panggul. Perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul dengan cara membagi

hasil pengukuran lingkar pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm) (Munawar,

et al., 2012; WHO, 2008).

Pada individu pria dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 dan

wanita dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,85 terjadi peningkatan risiko

komplikasi sindrom metabolik (WHO, 2008). Menurut Siezenga, Shaw, Mallat, de

Koning, Nasroe, Rabelink, et al. (2011), pengukuran rasio lingkar

pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri yang dapat digunakan sebagai

prediktor gangguan kardiovaskuler.

I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Temanggung berlokasi

di Jalan Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. RSUD Kabupaten

Temanggung merupakan rumah sakit umum kelas B. Rumah sakit umum kelas B

merupakan rumah sakit umum yang memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik sekurang-kurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang

medik, delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar. Rumah sakit umum

kelas B dapat menjadi rumah sakit pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan

(53)

A dan B yang digunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medik (Kementrian

Kesehatan RI, 2010; Siregar, 2003).

Berdasarkan data di RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010 hingga

saat ini, diabetes melitus tipe 2 menempati peringkat pertama apabila dibandingkan

dengan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lainnya. Pasien diabetes melitus

tipe 2 tercatat sebanyak 6319 pasien, dan 42 pasien diabetes melitus tipe 1, serta

3300 pasien diabetes melitus tipe lain. Penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD

Kabupaten Temanggung menempati peringkat ketiga sebagai penyakit yang banyak

terjadi.

J. Landasan Teori

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan karena kurangnya

produksi insulin atau insulin tidak dapat digunakan secara efektif (Joslin, 2005;

Braun dan Anderson, 2007). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk penyakit

diabetes yang paling umum (Jafar, 2004; Joslin, 2005). Indonesia termasuk dalam

10 besar negara di dunia yang memiliki penyandang diabetes melitus terbanyak.

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung. Jumlah pasien diabetes

melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung merupakan yang terbanyak

daripada diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lain. Data rekam medik di RSUD

Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa jumlah pasien diabetes melitus tipe 2

selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan.

Obesitas berhubungan dengan kejadian dislipidemia. Salah satu

(54)

Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas sentral dapat meningkatkan

lipolisis yang menyebabkan peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL,

serta peningkatan kadar LDL dan jumlah partikel small-dense LDL (Klop, et al.,

2013; Rai dan Jeganthan, 2012; Shah, et al., 2010). Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler dan perkembangan CVD.

Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan

pengukuran antropometri sebagai indikator distribusi lemak pada abdomen yang

dapat mengetahui obesitas sentral. Peningkatan lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul berhubungan dengan dislipidemia dan CVD (Chehrei, et al., 2007). Menurut IDF (2006), risiko dapat meningkat pada lingkar pinggang ≥90 cm

pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Menurut WHO (2008), peningkatan risiko

terjadi pada rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 pada pria dan ≥0,85 pada wanita.

Rasio kadar LDL/HDL merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap

dislipidemia dan CVD apabila dibandingkan dengan kadar LDL atau HDL saja, dan

rasio kadar kolesterol total/HDL. Kriteria rasio kadar LDL/HDL menurut Millán,

et al. (2009), rasio kadar LDL/HDL>3,0 untuk pria, dan >2,5 untuk wanita

menunjukkan terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.

K.Hipotesis

Ada korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar

pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes

(55)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional analitik dengan

pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Observasional

analitik berarti penelitian ini menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan dapat terjadi. Penelitian observasional analitik bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara suatu masalah kesehatan dan faktor risiko (McKenzie,

Pinger, dan Kotecki, 2012). Pada jenis penelitian ini dilakukan analisis korelasi

antara faktor risiko dan faktor efek. Rancangan penelitian cross-sectional

merupakan penelitian yang pengukurannya terhadap subjek hanya dilakukan satu

kali pada waktu yang sama (Bonita, Beaglehole, dan Kjellström, 2006).

Analisis korelasi yang dilakukan adalah lingkar pinggang (LP) dan rasio

lingkar pinggang-panggul (RLPP) sebagai faktor risiko terhadap rasio kadar

LDL/HDL sebagai faktor efek.

B.Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul.

2. Variabel tergantung

Gambar

Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2010)
Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik (IDF, 2006)
Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas (Klop,  et al., 2013).
Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL (National Cholesterol Education Program, 2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

pend6k p€riode 200t2003 Dat? yang dsun.bn a&amp;lah d3b *kunder betopa d3b p€rusahaan yanq meakukan po, ha4a ehan sei€ dala haBa indeks sham gabungrn

mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana

Penempatan sensor tersebut dipasang dibagian belakang pintu atau jendela ruangan, yang bertujuan untuk menghindari seringnya kita membuka pintu atau jendela yang dapat

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kandungan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam Kampung dari 2-12 minggu adalah 16% dengan kandungan energi termetabolis sebesar

Pada penelide ini didapatkd 4 jenis capug ylns tidat ditenuttu pada penehim scb€lMnya ta.g lerdni ddi dua jenn (Libellulidae), saru i.nis. (Caloplcrygida) dan siu

Dari data hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi tidak terlepas dengan yang namanya komunikasi.serta komunikasi yang baik adalah komunikasi yang

[r]

Dari analisa permasalahan di temukan bahwa penggunaan kartu dalam pembuatan data pasien dan rekam medik, serta tidak terintegrasinya sistem administrasi yang ada