KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
Oleh: Isabela Anjani NIM : 108114164
INTISARI
Dislipidemia merupakan abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada abdomen, yang berhubungan dengan dislipidemia dan dapat ditandai dengan peningkatan rasio kadar LDL/HDL. Dislipidemia yang terjadi dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler. Obesitas sentral dapat diketahui dengan pengukuran antropometri, seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah 90 penyandang diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan
meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, kadar LDL, dan kadar HDL. Analisis data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif
Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan, serta uji korelasi Pearson dan Spearman
dengan taraf kepercayaan 95%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,127; p=0,462) dan korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah pada responden wanita (r=0,246; p=0,073). Terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,304; p=0,072) dan wanita (r=0,260; p=0,058).
ABSTRACT
Dyslipidemia is a common abnormality in type 2 diabetes mellitus patients. Central obesity is a condition with fat accumulation in abdomen, associated with dyslipidemia and increase in LDL-c/HDL-c ratio. Dyslipidemia can lead to risk increment in macrovascular complication. Waist circumference and waist-to-hip ratio is a simple anthropometric method that can be used to know the occurrence of central obesity. The aim of this study is to measure the correlation between waist circumference and waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung.
This study is an analytic observational with cross-sectional study design. Those involved were 90 type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung. Non-random and Purposive sampling technique was used to collect the sample of the study. Waist circumference, hip circumference, LDL levels, and HDL levels were measured. Data was analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney and t independent sample test, followed by Pearson and Spearman correlation test with 95% confidence interval.
The conclusion of this study is an insignificant positive correlation with very weak strength between waist circumference to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.127; p=0.462) and insignificant positive correlation with weak strength in women (r=0.246; p=0.073). This study showed insignificant positive correlation with weak strength between waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.304; p=0.072) and women (r=0.260; p=0.058).
i
KORELASI LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-PANGGUL TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh: Isabela Anjani NIM : 108114164
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
The size of your success is measured by the strength of your
desire, the size of your dream, and how you handle
disappointment along the way. –
Robert Kiyosaki
Whatever you d
o, whether in word or deed, do it all in the name
of the
Lord Jesus, giving thanks to God the Father through Him.
(Colossians 3:17)
v
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang atas berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya yang tidak berkesudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Lingkar
Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL
pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung” dan memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala
bimbingan dan motivasi bagi penulis. Terima kasih atas kesabaran dan waktu
yang telah disediakan untuk membimbing dan mendampingi penulis dari awal
hingga akhir penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. Dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si.,
Apt. Selaku dosen penguji. Terima kasih atas bimbingan dan masukan yang
membangun untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
viii
4. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung beserta seluruh dokter,
perawat, dan staf yang telah bersedia bekerja sama dan banyak membantu
selama pengambilan data untuk skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
6. Papa (Drs. Oktavianus Zainuddin Mulyoputro, B.E., S.E.) dan Mama (Dra.
Maria Indang Susilawati) atas seluruh dukungan, baik moril maupun materiil,
doa, motivasi, dan kasih sayang selama ini, hingga proses penyusunan skripsi
dari awal hingga akhir.
7. Kakak (Theodorus Yoga Mahendraputra, S.T.) dan adik (Ignatia Rosalia Kirana)
atas doa dan motivasinya. Terima kasih karena telah menjadi sumber semangat
penulis selama ini, terutama dalam proses penyusunan skripsi.
8. Sahabat terbaik dan teman seperjuangan, Gissela Haryuningtiyas dan Rita Della
Valentini, yang telah menyediakan waktu untuk membantu dan bertukar pikiran
dalam proses penyusunan skripsi ini. Beserta teman-teman seperjuangan, Reza
Pahlevi Adisaputra, Yeni Natalia Susanti, Ni Putu Padmaningsih, Gabriela
Indria Putri, Liliany Inamtri Ludji, Ines Permata Putri, Djanuar Davidzon Pah,
Francisca Devi Permata, Oswaldine Heraolia, Paulina Ambarsari, dan Jonas,
atas kebersamaan dan perjuangan selama penyusunan skripsi.
9. Teman-teman Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
khususnya kelas FKK B 2010, atas kebersamaan dan dukungan dari awal
ix
10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Waktu, bimbingan, dan dukungan
kalian sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka
terhadap kritik dan saran dari pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca yang dapat menjadi pembelajaran bagi penulis
sehingga menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan
berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 15 November 2013
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
INTISARI ... xxv
ABSTRACT ... xxvi
BAB I. PENGANTAR ... 1
A.Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah ... 5
2. Keaslian penelitian... 5
xi
B.Tujuan Penelitian ... 9
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 10
A.Diabetes Melitus ... 10
B.Diabetes Melitus Tipe 2 ... 11
C.Obesitas ... 12
1. Obesitas sentral ... 12
2. Obesitas perifer ... 13
D.Sindroma Metabolik ... 13
E. Obesitas, Dislipidemia, dan Komplikasi Makrovaskuler pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 ... 15
F. Kolesterol ... 19
1. Low-Density Lipoprotein (LDL)... 19
2. High-Density Lipoprotein (HDL) ... 20
G.Rasio Kadar LDL/HDL ... 21
H.Antropometri ... 22
1. Lingkar Pinggang... 22
2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 23
I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung ... 24
J. Landasan Teori ... 25
K.Hipotesis ... 26
xii
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27
B.Variabel Penelitian ... 27
1. Variabel bebas ... 27
2. Variabel tergantung ... 27
3. Variabel pengacau ... 28
C.Definisi Operasional ... 28
D.Responden Penelitian ... 29
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 32
G.Teknik Pengambilan Sampel ... 33
H.Instrumen Penelitian ... 33
I. Tata Cara Penelitian ... 34
1. Observasi awal ... 34
2. Permohonan ijin dan kerja sama ... 34
3. Pembuatan informed consent dan leaflet ... 35
4. Pencarian calon responden ... 36
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 37
6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri ... 37
7. Pembagian hasil pemeriksaan ... 38
8. Pengolahan data ... 38
J. Analisis data secara statistik ... 38
xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A.Profil Karakteristik Responden Penelitian ... 41
1. Usia ... 42
2. Lingkar Pinggang... 42
3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul ... 43
4. Kadar LDL ... 45
5. Kadar HDL ... 46
6. Rasio Kadar LDL/HDL ... 47
B.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 48
1. Perbandingan rerata kadar LDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 49
2. Perbandingan rerata kadar HDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 50
3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 51
C.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 52
1. Perbandingan rerata kadar LDL responden pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90... 52
xiv
3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden pria pada RLPP<0,90
dan RLPP≥0,90 ... 54
D.Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Wanita pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 55
1. Perbandingan rerata kadar LDL responden wanita pada LP<80 cm dan LP≥80
cm ... 55
2. Perbandingan rerata kadar HDL responden wanita pada LP<80 cm dan LP≥80
cm ... 56
3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden wanita pada LP<80 cm
dan LP≥80 cm ... 57
E. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Wanita pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 58
1. Perbandingan rerata kadar LDL responden wanita pada RLPP<0,85 dan
RLPP≥0,85... 58
2. Perbandingan rerata kadar HDL responden wanita pada RLPP<0,85
RLPP≥0,85... 59
3. Perbandingan rerata rasio kadar LDL/HDL responden wanita pada
RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 60
F. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap
Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Pria ... 61
1. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar
xv
2. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar
HDL pada responden pria ... 64
3. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden pria ... 67
G.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Wanita ... 70
1. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar LDL pada responden wanita ... 70
2. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar HDL pada responden wanita ... 73
3. Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden wanita ... 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A.Kesimpulan ... 81
B.Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN ... 91
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 11
Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik ... 14
Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL ... 20
Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL ... 21
Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL ... 21
Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis ... 23
Tabel VII. Panduan Hasil Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi... 40
Tabel VIII. Profil Karakteristik Responden Pria dan Wanita ... 41
Tabel IX. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 49
Tabel X. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 50
Tabel XI. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 51
Tabel XII. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 52
Tabel XIII. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 53
xvii
Tabel XV. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada LP<80 cm
dan LP≥80 cm ... 55
Tabel XVI. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanita pada LP<80 cm
dan LP≥80 cm ... 56
Tabel XVII. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada
LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 57
Tabel XVIII. Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada
RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 59
Tabel XIX. Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanita pada RLPP<0,85
dan RLPP≥0,85 ... 59
Tabel XX. Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada
RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 60
Tabel XXI. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 63
Tabel XXII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HDL Responden Pria ... 65
Tabel XXIII. Korelasi LP dan RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Pria ... 69
Tabel XXIV. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar LDL Responden Wanita .. 72
Tabel XXV. Korelasi LP dan RLPP terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 74
Tabel XXVI. Korelasi LP dan RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas. ... 19
Gambar 2. Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang ... 22
Gambar 3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul... 23
Gambar 4. Skema Responden Penelitian ... 30
Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar LDL Responden Pria 63 Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 63
Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar HDL Responden Pria 66 Gambar 8. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar HDL Responden Pria ... 66
Gambar 9. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 69
Gambar 10. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 69
Gambar 11. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 72
Gambar 12. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 72
Gambar 13. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 75
xix
Gambar 15. Diagram Sebaran Korelasi LP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL
Responden Wanita... 77
Gambar 16. Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Rasio Kadar LDL/HDL
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ... 92
Lampiran 2. Surat Keterangan Ijin Penelitian ... 93
Lampiran 3. Informed Consent ... 94
Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 95
Lampiran 5. Leaflet ... 96
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 98
Lampiran 7. Pengukuran Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul ... 99
Lampiran 8. Validasi Instrumen Pengukuran... 100
Lampiran 9. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Pria ... 101
Lampiran 10. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 102
Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Pria
... 103
Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden Wanita
... 104
Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
Responden Pria ... 105
Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
Responden Wanita ... 106
Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria... 107
Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita ... 108
Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria ... 109
xxi
Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Pria ... 111
Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Wanita... 112
Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria pada
LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 113
Lampiran 22. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita pada
LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 114
Lampiran 23. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria pada
LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 115
Lampiran 24. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Wanita pada
LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 116
Lampiran 25. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Pria pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 117
Lampiran 26. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Wanita pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 118
Lampiran 27. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Pria pada
RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 119
Lampiran 28. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden Wanita pada
RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 120
Lampiran 29. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Pria pada
xxii
Lampiran 30. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden Wanita pada
RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85. ... 122
Lampiran 31. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Pria pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 123
Lampiran 32. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Wanita pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 124
Lampiran 33. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada LP<90 cm
dan LP≥90 cm ... 125
Lampiran 34. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada LP<80
cm dan LP≥80 cm ... 125
Lampiran 35. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada LP<90
cm dan LP≥90 cm ... 126
Lampiran 36. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Wanitaa pada
LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 126
Lampiran 37. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria
pada LP<90 cm dan LP≥90 cm ... 127
Lampiran 38. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita
pada LP<80 cm dan LP≥80 cm ... 127
Lampiran 39. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria pada
RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 128
Lampiran 40. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita pada
xxiii
Lampiran 41. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria pada
RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 129
Lampiran 42. Uji Perbandingan Kadar HDL Responden Wanita pada RLPP<0,85
dan RLPP≥0,85 ... 129
Lampiran 43. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria
pada RLPP<0,90 dan RLPP≥0,90 ... 130
Lampiran 44. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita
pada RLPP<0,85 dan RLPP≥0,85 ... 130
Lampiran 45. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL Responden Pria ... 131
Lampiran 46. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul terhadap Kadar LDL Responden Wanita ... 132
Lampiran 47. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul terhadap Kadar HDL Responden Pria... 133
Lampiran 48. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang terhadap Kadar HDL
Responden Wanita ... 134
Lampiran 49. Uji Korelasi Pearson Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Kadar HDL Responden Wanita ... 134
Lampiran 50. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria
xxiv
Lampiran 51. Uji Korelasi Spearman Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar
Pinggang-Panggul terhadap Rasio Kadar LDL/HDL Responden
Wanita... 136
Lampiran 52. Lama Durasi Menyandang Diabetes Melitus Tipe 2 ... 137
xxv
INTISARI
Dislipidemia merupakan abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2. Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada abdomen, yang berhubungan dengan dislipidemia dan dapat ditandai dengan peningkatan rasio kadar LDL/HDL. Dislipidemia yang terjadi dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler. Obesitas sentral dapat diketahui dengan pengukuran antropometri, seperti lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden penelitian adalah 90 penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Pemilihan responden dilakukan secara non-random dengan teknik purposive sampling. Pengukuran yang dilakukan
meliputi lingkar pinggang, lingkar panggul, kadar LDL, dan kadar HDL. Analisis data dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji komparatif
Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan, serta uji korelasi Pearson dan Spearman
dengan taraf kepercayaan 95%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan sangat lemah antara lingkar pinggang terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,127; p=0,462) dan korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah pada responden wanita (r=0,246; p=0,073). Terdapat korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL responden pria (r=0,304; p=0,072) dan wanita (r=0,260; p=0,058).
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, lingkar pinggang, rasio lingkar
xxvi
ABSTRACT
Dyslipidemia is a common abnormality in type 2 diabetes mellitus patients. Central obesity is a condition with fat accumulation in abdomen, associated with dyslipidemia and increase in LDL-c/HDL-c ratio. Dyslipidemia can lead to risk increment in macrovascular complication. Waist circumference and waist-to-hip ratio is a simple anthropometric method that can be used to know the occurrence of central obesity. The aim of this study is to measure the correlation between waist circumference and waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung.
This study is an analytic observational with cross-sectional study design. Those involved were 90 type 2 diabetes mellitus patients in RSUD Kabupaten Temanggung. Non-random and Purposive sampling technique was used to collect the sample of the study. Waist circumference, hip circumference, LDL levels, and HDL levels were measured. Data was analyzed statistically with Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney and t independent sample test, followed by Pearson and Spearman correlation test with 95% confidence interval.
The conclusion of this study is an insignificant positive correlation with very weak strength between waist circumference to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.127; p=0.462) and insignificant positive correlation with weak strength in women (r=0.246; p=0.073). This study showed insignificant positive correlation with weak strength between waist-to-hip ratio to LDL-c/HDL-c ratio in men (r=0.304; p=0.072) and women (r=0.260; p=0.058).
1
BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat
memproduksi hormon insulin dalam jumlah cukup atau insulin di dalam tubuh tidak
dapat digunakan secara efektif, yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah.
Pada tahun 2011, 366 juta orang di dunia mengidap diabetes melitus dan akan
meningkat hingga 552 juta orang di tahun 2030. Indonesia di tahun 2011
menduduki ranking ke-10 dari negara dengan jumlah orang dengan penyakit
diabetes melitus terbanyak (usia 20-79 tahun) yaitu sebesar 7,3 juta orang, dan
perkiraan di tahun 2030 akan meningkat sampai 11,8 juta orang. Prevalensi diabetes
melitus di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7% (Badan
Penelitian Pengembangan Kesehatan, 2007). Diabetes melitus tipe 2 merupakan
bentuk penyakit diabetes yang paling umum. Hanya 5-10% dari penyandang
diabetes merupakan diabetes melitus tipe 1, sedangkan sisanya adalah diabetes
melitus tipe 2 (Jafar, 2004).
Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor risiko kejadian sindroma
metabolik dengan abnormalitas seperti dislipidemia dan dapat berkembang menjadi
cardiovascular disease (CVD). Sindroma metabolik merupakan sekelompok faktor
risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya CVD, meliputi obesitas
yang disertai dengan dislipidemia, hiperglikemia, atau hipertensi. Pada diabetes
melitus tipe 2 terjadi abnormalitas metabolisme lipid yang dapat menyebabkan
meningkatkan risiko perkembangan CVD. Berdasarkan penelitian Soewondo,
Soegondo, Suastika, Pranoto, Soeatmadji, dan Tjokroprawiro (2010) di beberapa
daerah di Indonesia pada 1390 penyandang diabetes melitus tipe 2, 60%
diantaranya mengalami kejadian dislipidemia. Hasil penelitian Khan, Yasmeen,
Ahmed, Iqbal, dan Uttra (2011) di Pakistan, 80% dari 150 penyandang diabetes
melitus tipe 2 mengalami dislipidemia. Dislipidemia yang terjadi pada penyandang
diabetes melitus tipe 2 berperan penting dalam menyebabkan aterosklerosis dan
dapat meningkatkan risiko CVD (Garg dan Grundy, 1990, cit., Tangvarasittichai,
Poonsub, dan Tangvarasittichai 2010). Aterosklerosis merupakan bentuk
komplikasi dan penyebab kematian paling umum pada penyandang diabetes melitus
(Calder dan Alexander, 2000, cit., Guthrie dan Guthrie, 2004).
Dislipidemia pada penyandang diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan
meningkatnya kadar trigliserida (TG), penurunan kadar High Density Lipoprotein
(HDL), serta peningkatan small-denseLow Density Lipoprotein (LDL). Rasio kadar LDL/HDL merupakan prediktor CVD yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan
kadar LDL atau HDL saja. Rasio kadar LDL/HDL menunjukkan lalu lintas
kolesterol masuk dan keluar dari arterial intima dibandingkan jalur tunggal di mana
hanya dilakukan pengukuran kadar LDL atau HDL saja. Rasio kadar LDL/HDL
merupakan rasio yang lebih spesifik apabila dibandingkan dengan rasio kadar
kolesterol total/HDL karena kolesterol total merupakan jumlah dari HDL, LDL, dan
VLDL. Rasio kadar LDL/HDL merupakan pengukuran yang paling kuat terhadap
Menurut Russel-Jones (2008), 80-90% penyandang diabetes melitus tipe
2 mengalami obesitas. Salah satu jenis obesitas yaitu pada daerah perut, yang lebih
sering disebut dengan obesitas sentral. Hasil penelitian Bakari dan Onyemelukwe
(2005) di Nigeria pada 40 pasien diabetes melitus tipe 2, 95% diantaranya
mengalami obesitas sentral. Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas
sentral dapat meningkatkan terjadinya lipolisis yang menyebabkan peningkatan
dalam produksi glukosa di hati dan keluaran kolesterol Very Low Density
Lipoprotein (VLDL). Hal ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan
trigliserida, penurunan kadar HDL, dan peningkatan kadar LDL (Xavier, 2004, cit., Rai dan Jeganthan, 2012). Obesitas berhubungan kuat dengan kejadian dislipidemia
(National Health and Nutrition Examination Survey, 2000, cit., Shah, Devrajani,
Devrajani, dan Bibi, 2010).
Antropometri merupakan pengukuran yang dapat digunakan untuk
mengetahui kejadian obesitas sentral. Pengukuran dalam antropometri yang dapat
menggambarkan obesitas sentral yaitu lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul (World Health Organization, 2008). Menurut Chehrei, Sadrnia, Keshteli,
Daneshmand, dan Rezaei (2007), lingkar pinggang merupakan pengukuran
antropometri yang paling baik sebagai indikator distribusi lemak pada abdomen, di
mana adipositas abdominal berperan dalam patogenesis resistensi insulin dan
diabetes melitus tipe 2, serta penentu dalam mendeteksi dislipidemia dan CVD.
Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran
antropometri yang paling sering digunakan untuk mengetahui obesitas sentral
rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2,
rendahnya kadar HDL, dan kadar TG yang tinggi. Penelitian di Sweden
menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang-panggul meningkatkan risiko kematian
akibat CVD, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Temanggung. RSUD Kabupaten Temanggung digunakan sebagai
model untuk penelitian ini, yang merupakan rumah sakit umum kelas B dan sebagai
rumah sakit rujukan bagi masyarakat di daerah Temanggung. Diabetes melitus di
RSUD Kabupaten Temanggung berada pada urutan ketiga sebagai penyakit yang
banyak terjadi. Jumlah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Data penelitian di RSUD Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa belum
pernah terdapat penelitian observasional dengan responden penyandang diabetes
melitus. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh
kelompok penelitian dengan tema korelasi pengukuran antropometri terhadap profil
lipid dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa-mahasiswi kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur korelasi antara lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang-panggul, sebagai parameter obesitas sentral, terhadap
rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
pinggang-panggul dengan rasio kadar LDL/HDL, yaitu risiko komplikasi dislipidemia yang
selanjutnya dapat meningkatkan risiko perkembangan CVD.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh
penulis dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dipublikasi terkait dengan
penelitian ini adalah:
a. Correlation of Dyslipidemia with Waist to Height Ratio, Waist
Circumference, and Body Mass Index in Iranian Adults (Chehrei, et al., 2007).
Penelitian ini melibatkan 750 responden (580 wanita dan 170 pria). Hasil penelitian
menunjukkan korelasi bermakna antara kadar trigliserida dengan rasio lingkar
pinggang-tinggi badan (r=0,309, p<0,001) dan lingkar pinggang (r=0,308,
p<0,001). Kadar HDL berkorelasi lemah dengan lingkar pinggang (r=0,088,
p<0,05).
b. A Study of Correlation between Lipid Profile and Waist to Hip Ratios
in Patients with Diabetes Mellitus (Sandhu, Koley, dan Sandhu, 2008). Penelitian ini melibatkan 251 responden penyandang diabetes melitus (113 pria dan 138
wanita) berusia 31-95 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif
(r=0,48), LDL (r=0,35), dan trigliserida (r=0,35) pada pria kelompok usia 41-50
tahun, serta trigliserida (r=0,60) pada pria kelompok usia 61+. Terdapat korelasi
yang tidak bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar LDL
(r= -0,26) pada wanita kelompok usia 41-50 tahun (p≤0,05).
c. Frequency of Dyslipidemia in Obese versus Non-Obese in Relation to
Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR), and Waist Circumference (WC)
(Shah, et al., 2010). Jumlah responden yang terlibat pada penelitian ini sebanyak 200 orang (100 pria dan 100 wanita). Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang
bermakna antara BMI, rasio lingkar pinggang-panggul, dan lingkar pinggang
terhadap kadar HDL, LDL, dan trigliserida (p<0,05), dan korelasi yang tidak
bermakna pada kadar kolesterol total (p>0,05).
d. Association of Serum Lipoprotein Ratios with Insulin Resistance in
Type 2 Diabetes Mellitus (Tangvarasittichai, et al., 2010). Jumlah responden pada
penelitian ini sebanyak 132 orang (92 orang penyandang diabetes melitus tipe 2 dan
40 orang sehat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang
bermakna pada rasio kolesterol total/HDL, rasio trigliserida/HDL, non-HDL,
lingkar pinggang, trigliserida, dan kolesterol total pada penyandang diabetes
melitus tipe 2 dibandingkan dengan kontrol, dengan p<0,05.
e. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
terhadap Rasio LDL/HDL pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (Devi, 2011). Penelitian ini melibatkan 56 responden wanita berusia
rata-rata 39±5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif bermakna
lingkar pinggang-panggul dan rasio LDL/HDL menunjukkan korelasi tidak
bermakna (r=0,250; p=0,064).
f. Non-HDL Cholesterol and LDL-C/HDL-C Ratio in Type II Diabetic
Patients (Indumati, et al., 2011). Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 200 orang, terdiri dari 100 orang sehat (50 pria dan 50 wanita) dan 100 orang
penyandang diabetes melitus tipe 2 (50 pria dan 50 wanita). Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan bermakna pada kadar kolesterol total, triglserida, HDL,
non-HDL (p<0,001), LDL (p<0,01), dan rasio LDL/HDL (p<0,05) pada
penyandang diabetes dibandingkan dengan kontrol.
g. Relation between Waist-Hip Ratio and Lipid Profile in Male Type 2
Diabetes Mellitus Patients (Rai dan Jeganthan, 2012). Jumlah responden pada
penelitian ini sebanyak 69 pria penyandang diabetes melitus tipe 2 (38 orang
dengan rasio lingkar pinggang-panggul<0,95 dan 31 orang dengan rasio lingkar
pinggang-panggul>0,95). Hasil penelitian menunjukkan korelasi bermakna antara
rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar kolesterol (r=0,044) dan kadar
trigliserida (r=0,048), serta korelasi tidak bermakna antara rasio lingkar
piggang-panggul dengan kadar HDL (r=0,299), dengan nilai p<0,05.
h. Correlations between Anthropometry and Lipid Profile in Type 2
Diabetics (Himabindu, Sriharibabu, Alekhya, Saisumanth, Lakshmanrao, dan Komali, 2013). Penelitian ini melibatkan 102 responden penyandang diabetes
melitus tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif bermakna antara BMI
terbalik dan bermakna antara lingkar pinggang terhadap kadar HDL (r=-0,261;
p=0,048).
i. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
terhadap Rasio Kadar LDL/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Purbarini, 2013). Penelitian ini melibatkan
129 responden (60 responden pria dan 69 responden wanita). Hasil penelitian
menunjukkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang antara lingkar
pinggang dengan rasio kadar LDL/HDL (r=0,459; p=0,000) pada pria dan wanita
(r=0,455; p=0,000), sedangkan rasio lingkar pinggang-panggul dengan rasio kadar
LDL/HDL menunjukkan korelasi positif bermakna dengan kekuatan sedang pada
pria (r=0,475; p=0,000) dan lemah pada wanita (r=0,285; p=0,018).
j. A Study of Some Anthropometric Variables and Lipid Profile in
Diabetic and Non-Diabetics in Rural Kolar (Reddy, Jayarama, dan Mahesh, 2013).
Penelitian ini melibatkan 500 penyandang diabetes melitus dan 500 individu sehat
di India. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar trigliserida dan kadar HDL
yang bermakna antara kelompok dengan diabetes melitus dan kelompok individu
sehat (p=0,093 untuk kadar trigliserida dan p=0,006 untuk kadar HDL).
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, belum terdapat
penelitian yang meneliti mengenai korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan gambaran mengenai korelasi antara lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes
melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung.
b. Manfaat praktis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran awal rasio kadar LDL/HDL puasa dalam darah
sehingga dapat menjadi deteksi dini akan kecenderungan risiko terjadinya
komplikasi makrovaskuler pada penyandang diabetes melitus tipe 2
B.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara lingkar pinggang
dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
10
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A.Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia
kronis dengan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
yang menyebabkan defisiensi sekresi insulin dan kerjanya, ataupun keduanya. Efek
penyakit ini dapat berupa disfungsi dan kegagalan beberapa organ, terutama mata,
ginjal, hati, dan peredaran darah. Diabetes ditandai dengan beberapa gejala seperti
merasa haus, poliuria, penglihatan kabur, penurunan berat badan, dan polifagi, serta
beberapa gejala pada tingkat yang lebih lanjut yaitu ketoasidosis atau
hiperosmolaritas nonketosis, di mana pada keadaan tidak adanya pengobatan yang
efektif dapat menyebabkan pingsan, koma, dan kematian (Joslin, 2005).
Klasifikasi penyakit diabetes melitus berdasarkan American Diabetes
Association (ADA) (2013), yaitu diabetes melitus tipe 1 (tipe 1A karena autoimun
dan tipe 1B merupakan idiopatik), diabetes melitus tipe 2, tipe lain yang spesifik
(defek genetik fungsi sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit pankreas eksokrin,
endokrinopati, diinduksi obat atau zat kimia, infeksi, bentuk tidak umum dari
diabetes yang dimediasi sistem imun, serta sindrom genetik lainnya yang
dihubungkan dengan kejadian diabetes), serta diabetes gestasional. Kriteria
diagnosis seseorang dinyatakan mengalami diabetes melitus menurut ADA pada
Tabel I. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2010)
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus 1. HbA1C >6,5 %; atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dL; atau
3. Kadar gula darah 2 jam pp >200 mg/dL pada tes toleransi glukosa oral yang dilakukan dengan 75 g glukosa
4. Pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan kadar gula sewaktu >200 mg/dL.
Diabetes dibagi dalam dua kategori etiopatogenesis, yaitu diabetes tipe 1
dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus/IDDM),
yaitu keadaan ketidakcukupan insulin secara mutlak. Diabetes tipe 1 dapat muncul
pada banyak usia, tetapi biasanya pada anak-anak atau remaja. Penyakit ini
disebabkan karena kerusakan dari sel β pankreas dan merupakan penyakit diabetes
yang membutuhkan insulin untuk mencegah terjadinya ketosis serta untuk
kelangsungan hidupnya. Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes
mellitus/NIDDM), yaitu keadaan resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin. Pasien diabetes tipe 2 tidak membutuhkan insulin untuk kelangsungan hidupnya
(Addie-Gentle, et al., 2007; Joslin, 2005). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk diabetes melitus yang paling umum dan paling sering terjadi. Diabetes
melitus tipe 2 berjumlah sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabetes melitus,
sedangkan hanya 5-10% merupakan penyandang diabetes melitus tipe 1 (Jafar,
2004).
B.Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan abnormalitas kerja insulin dan
defisiensi relatif insulin (Addie-Gentle, et al., 2007). Risiko terhadap diabetes
melitus tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut Centers for
Disease Control and Prevention (2013), pada umumnya diabetes melitus tipe 2
terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Diabetes melitus merupakan kumpulan suatu penyakit kronis yang
ditandai dengan hiperglikemia. Pada diabetes melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh
gangguan pada sekresi insulin ataupun resistensi insulin. Pada gangguan sekresi
insulin, umumnya dapat menimbulkan gangguan pada kadar glukosa dalam darah
dan metabolisme lipid. Perkembangan gangguan fungsi sel β pankreas dapat
mempengaruhi kontrol kadar glukosa jangka panjang. Pada resistensi insulin,
terjadi gangguan pada kerja insulin terhadap organ-organ target, seperti hati dan
otot (Kohei, 2010).
C.Obesitas
Obesitas merupakan akumulasi lemak yang abnormal dan berlebihan yang
berisiko bagi kesehatan. Obesitas merupakan faktor risiko utama dalam beberapa
penyakit kronis seperti diabetes dan CVD. Obesitas tidak hanya menjadi masalah
di negara maju, tetapi juga masalah yang serius di negara berpendapatan rendah dan
menengah, khususnya di pedesaan (WHO, 2013).
1. Obesitas sentral
Obesitas sentral merupakan akumulasi lemak pada bagian abdomen, yang
terbagi menjadi area subkutan dan intraabdominal atau jaringan lemak viseral.
viseral yang disimpan di sekitar organ pada abdomen disebut obesitas sentral.
Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung
(Ibrahim, 2009; Whitney dan Rolfes, 2011).
2. Obesitas perifer
Obesitas perifer atau gluteofemoral merupakan tipe obesitas di mana
terdapat akumulasi lemak pada daerah gluteal dan femoral. Obesitas ini banyak
terdapat pada wanita dan disebut juga obesitas gynoid (Kopelman, Caterson, dan
Dietz, 2010).
D.Sindroma Metabolik
Sindroma metabolik merupakan sekelompok faktor risiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung, meliputi diabetes,
peningkatan kadar glukosa darah puasa, obesitas sentral, kadar kolesterol tinggi,
dan tekanan darah tinggi. Sindroma metabolik merupakan sekumpulan
abnormalitas yang saling berkaitan, meliputi obesitas, dislipidemia, hiperglikemia,
dan hipertensi, yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Obesitas sentral dan
resistensi insulin merupakan faktor penyebab yang penting dari sindroma metabolik
(International Diabetes Federation, 2006; Aganović dan Duŝek, 2007).
Obesitas sentral dapat diketahui dengan metode yang sederhana, yaitu
Body Mass Index dan waist circumference (lingkar pinggang). Obesitas sentral berkaitan erat dengan masing-masing kriteria pada definisi sindroma metabolik dan
merupakan faktor risiko prasyarat yang harus ada dalam diagnosis sindroma
sentral dan memenuhi dua dari empat faktor yang telah ditetapkan (IDF, 2006),
yang dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Definisi Sindroma Metabolik (IDF, 2006)
Faktor Kriteria
Obesitas sentral Berdasarkan ukuran lingkar pinggang masing-masing etnis (pada Tabel VI)
Peningkatan trigliserida ≥ 150 mg/dL (1,7 mmol/L)
atau pengobatan spesifik untuk abnormalitas lipid Peningkatan HDL < 40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada pria
< 50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita
atau pengobatan spesifik untuk abnormalitas lipid Peningkatan tekanan
darah Tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg atau didiagnosis hipertensi dan menjalani pengobatan Peningkatan kadar
glukosa darah puasa Kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L)atau telah terdiagnosis diabetes melitus tipe 2
Penyebab utama terjadinya sindroma metabolik adalah obesitas sentral dan
resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi karena jumlah asam lemak bebas yang
berlebih di dalam tubuh. Asam lemak bebas yang berlebih tersebut berasal dari
jaringan adiposa yang banyak dan luas. Adanya asam lemak bebas dapat
mengurangi sensitivitas insulin di otot dengan cara menghambat uptake glukosa yang diperantarai insulin. Hal ini menyebabkan meningkatnya kadar glukosa di
dalam darah, sehingga meningkatkan sekresi insulin dari pankreas dan terjadi
hiperinsulinemia. Asam lemak bebas di hati akan meningkatkan produksi glukosa,
trigliserida, dan sekresi very low-density lipoprotein (VLDL). Hal ini menyebabkan
penurunan transformasi glukosa menjadi glikogen, sehingga menimbulkan
akumulasi lemak yaitu trigliserida. Insulin merupakan hormon antilipolisis. Dalam
menghasilkan lebih banyak asam lemak, yang selanjutnya dapat menghambat efek
antilipolisis dari insulin (Aganović dan Duŝek, 2007).
E.Obesitas, Dislipidemia, dan Komplikasi Makrovaskuler pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2
Sebanyak 90% penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas
(Whitmore, 2010). Menurut Kamath, Shivaprakash, dan Adhikari (2011), sebagian
besar penyandang diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas, dan sebagian besar
adalah obesitas sentral. Hasil penelitian Sharma dan Jain (2009) di India
menyatakan bahwa 65% kejadian obesitas pada penyandang diabetes melitus tipe 2
merupakan obesitas sentral. Obesitas yang terjadi pada penyandang diabetes
melitus tipe 2 dapat memperburuk resistensi insulin.
Individu dengan gangguan pada kadar glukosa darah puasa, termasuk
penyandang diabetes melitus tipe 2, cenderung akan mendapatkan lemak viseral
secara lebih selektif daripada lemak subkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya
gangguan pada adipogenesis (Kamath, et al., 2011). Lemak viseral merupakan bagian lemak yang aktif secara metabolik. Lemak viseral lebih berbahaya daripada
lemak subkutan, karena lemak viseral menghasilkan protein yang berperan pada
proses inflamasi, aterosklerosis, dislipidemia, dan hipertensi (Kelly, 2012).
Lemak viseral tersusun atas adiposit yang menyimpan kelebihan energi
dalam bentuk trigliserida dan akan melepaskan asam lemak bebas pada keadaan
puasa. Pada individu dengan obesitas, kapasitas penyimpanan kelebihan lemak
lemak yang abnormal pada jaringan. Adiposit menghasilkan berbagai hormon dan
sitokin, yang disebut adipositokin, yang terlibat dalam metabolisme glukosa
(adiponektin dan resistin), metabolisme lemak (cholesterylester transfer protein
atau CETP), inflamasi (TNF-α dan IL-6), tekanan darah (angiotensinogen dan
angiotensin II), dan asupan makanan (leptin). Hormon-hormon tersebut dapat
mempengaruhi metabolisme dan fungsi berbagai organ dan jaringan, meliputi otot,
hati, sistem peredaran darah, dan otak (Camp, Ren, dan Leff, 2002; Hajer, van
Haeften, dan Visseren, 2008).
Jumlah adipositokin akan meningkat seiring dengan meningkatnya
jaringan adiposa dan volume adiposit, kecuali pada jumlah adiponektin yang
menurun pada individu dengan obesitas. Adiponektin memiliki efek
anti-aterosklerotik dan berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin melalui
penghambatan produksi glukosa hepatik dan meningkatkan uptake glukosa di otot,
serta meningkatkan oksidasi asam lemak di hati dan otot (Hajer, et al., 2008). Pada individu obesitas dengan diabetes melitus tipe 2, terjadinya
dislipidemia diabetik menyebabkan risiko dalam perkembangan komplikasi
makrovaskuler (Joslin, 2005; Rai dan Jeganthan, 2012). Komplikasi pada diabetes
melitus tipe 2 terutama berhubungan dengan vaskulopati diabetik yang
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mikrovaskuler (retinopati, neuropati, dan
nefropati) dan makrovaskuler (menyebabkan peningkatan risiko CVD pada
penyandang diabetes) (Rizvi dan Sanders, 2006).
Perubahan yang diinduksi diabetes melitus tipe 2 pada faktor risiko
darah. Diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan abnormalitas lipid sebagai
prediktor penyakit jantung koroner, meliputi penurunan kadar HDL, partikel LDL
yang kecil dan padat, dan peningkatan kadar TG (Craig, Neveux, Palomaki,
Cleveland, dan Haddow, 1998, cit., Nakhjavani, Esteghamati, Esfahanian, dan Heshmat, 2006).
Komplikasi makrovaskuler berhubungan dengan peredaran darah besar
pada jantung, otak, dan kaki. Aterosklerosis pada arteri koronaria merupakan
bentuk komplikasi makrovaskuler dan penyebab kematian paling umum pada
penyandang diabetes. Risiko terjadinya komplikasi makrovaskuler meningkat pada
faktor risiko seperti peningkatan kadar kolesterol dan obesitas (Guthrie dan Guthrie,
2004).
Dislipidemia pada obesitas salah satunya ditandai dengan
hipertrigliseridemia. Sumber trigliserida di dalam tubuh berasal dari endogen dan
eksogen. Sumber eksogen berasal dari makanan dalam bentuk kilomikron,
sedangkan sumber endogen berasal dari hepar dalam bentuk VLDL. Peningkatan
fluks asam lemak bebas ke dalam hati akan menyebabkan akumulasi trigliserida.
Hal ini menyebabkan peningkatan sintesis VLDL, yang menghambat lipolisis
kilomikron yang berasal dari usus. Proses lipolisis pada individu dengan obesitas
akan terganggu, yaitu karena berkurangnya tingkat ekspresi mRNA dari lipoprotein
lipase pada jaringan adiposa, serta berkurangnya aktivitas lipoprotein lipase pada
otot rangka. Tingginya kadar trigliserida tersebut akan menginduksi pertukaran
menyebabkan terjadinya penurunan kandungan trigliserida di dalam LDL. Adanya
hepatic lipase akan menghilangkan trigliserida dan fosfolipid dari LDL, menyebabkan terbentuknya partikel small-dense LDL (Klop, Elte, dan Cabezas,
2013).
Keadaan obesitas memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
metabolisme HDL. Hal ini disebabkan oleh jumlah kilomikron dan VLDL yang
meningkat karena terjadinya gangguan pada proses lipolisis. Peningkatan jumlah
lipoprotein yang mengandung banyak trigliserida menyebabkan peningkatan
aktivitas CETP. Dengan adanya CETP tersebut akan menukar kandungan
cholesterolester dari HDL dengan trigliserida pada VLDL dan LDL. HDL yang
mengandung banyak trigliserida tersebut akan mengalami lipolisis oleh hepatic
lipase, menghasilkan small HDL dengan penurunan afinitas terhadap ApoA-I. Hal ini akan menyebabkaan disosisi ApoA-I dari HDL, sehingga terjadi penurunan
kadar HDL (Klop, et al., 2013).
Dislipidemia pada individu dengan obesitas dapat dilihat pada Gambar 1.
Garis berwarna hijau menunjukkan proses metabolisme yang diinduksi oleh
terjadinya obesitas, sedangkan garis panah berwarna merah menunjukkan proses
yang direduksi. Bagian berwarna kuning terang menunjukkan kolesterol, dan
Gambar 1. Skema Dislipidemia pada Obesitas (Klop, et al., 2013).
F. Kolesterol
Kolesterol merupakan suatu substansi lemak yang terdapat di dalam sel
tubuh. Ada dua jenis sumber kolesterol, yaitu sumber kolesterol dari dalam tubuh
dan kolesterol yang berasal dari asupan makanan sehari-hari. Apabila jumlah
kolesterol berlebih, maka akan disimpan di arteri dan dapat meningkatkan
kemungkinan pembentukan plak yang disebut aterosklerosis. Plak ini kemudian
pecah dan dapat membentuk bekuan darah pada permukaan plak. Adanya bekuan
darah ini akan menurunkan suplai oksigen melalui aliran darah ke jantung, otak,
dan bagian tubuh lain. Jenis lipoprotein, yaitu Low-Density Lipoprotein (LDL),
High-Density Lipoprotein (HDL), dan Very Low-Density Lipoprotein (VLDL)
(Birtcher dan Ballantyne, 2004).
1. Low-Density Lipoprotein (LDL)
Low-Density Lipoprotein (LDL) adalah bagian kolesterol yang dikenal dengan sebutan kolesterol ‘jahat’. Apabila jumlah LDL dalam sirkulasi darah
adanya plak pada dinding arteri menyebabkan aliran darah melalui arteri menjadi
sempit dan arteri tidak fleksibel. Pembentukan plak ini disebut dengan
atherosclerosis, yang lebih lanjut dapat mempersempit arteri dan dapat
menyebabkan terjadinya serangan jantung (American Heart Association, 2013). Penyandang diabetes melitus dengan dislipidemia, penurunan kadar LDL yang
direkomendasikan adalah <70 mg/dL (American Diabetes Association, 2008).
Menurut National Cholesterol Education Program (2002), kadar LDL diklasifikasikan menjadi 5 kategori yang dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Klasifikasi Kadar LDL (National Cholesterol Education Program, 2002)
Kadar LDL (mg/dL) Kategori
<100 Optimal
High-Density Lipoprotein atau HDL dikenal dengan sebutan kolesterol ‘baik’. Kadar HDL yang tinggi di dalam darah diketahui dapat memberikan proteksi
terhadap organ jantung dari serangan jantung atau risiko terjadinya gangguan pada
organ tersebut. Beberapa penelitian menyatakan bahwa HDL membawa kolesterol
menjauhi arteri dan kembali ke liver. Pendapat lain menyatakan bahwa HDL
menghilangkan kelebihan kolesterol yang dapat membentuk plak pada arteri, dan
memperlambat pembentukan plak di arteri (AHA, 2012). Menurut NCEP (2002),
kriteria kadar HDL dalam darah diklasifikasikan menjadi dua kategori yang dapat
Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL (NCEP, 2002)
Kadar HDL (mg/dL) Kategori
<40 Rendah
≥60 Tinggi
G.Rasio Kadar LDL/HDL
Rasio kadar LDL/HDL merupakan pengukuran yang lebih kuat dan
signifikan sebagai prediktor CVD apabila dibandingkan dengan pengukuran kadar
LDL atau HDL saja. Pengukuran rasio kadar LDL/HDL jauh lebih murni apabila
dibandingkan dengan pengukuran kolesterol total/HDL. Hal ini dikarenakan
kolesterol total merupakan jumlah dari kadar LDL, HDL, dan VLDL (Packard,
2005, cit., Indumati, et al., 2011).
Menurut Millán, Pintó, Muñoz, Zúñiga, Rubiés-Prat, Pallardo, et al.
(2009), kriteria rasio kadar LDL/HDL diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu
pencegahan primer dan sekunder yang dapat dilihat pada Tabel V. Pencegahan
primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi.
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan setelah terjadinya
penyakit, tetapi sebelum seseorang mengetahui penyakit tersebut (CDC, 2007).
Level risiko merupakan kriteria yang menyatakan terjadinya peningkatan risiko
terhadap penyakit kardiovaskuler, sedangkan target menyatakan kriteria yang
diharapkan dapat tercapai (dengan adanya lipid-lowering therapy) sehingga
meminimalkan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.
Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL (Millán, et al., 2009)
Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder
Level risiko Target Level risiko Target
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
H.Antropometri
Antropometri merupakan suatu studi pengukuran tubuh manusia
berdasarkan dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa. Ruang lingkup
antropometri meliputi pengukuran bagian tubuh manusia (NHANES, 2007).
Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan
pengukuran antropometri paling sederhana untuk mengetahui obesitas sentral yang
dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan dislipidemia, sebagai faktor risiko
berkembangnya CVD (Chehrei, et al., 2007; Munawar, et al., 2012).
1. Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang, yang digunakan untuk menggambarkan jumlah lemak
pada bagian abdomen, merupakan pengukuran antropometri yang murah dan
mudah dilakukan (Hamdy, et al., 2006).
Gambar 2.Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang (McKinley Health Center, 2009)
Metode antropometri yang sederhana adalah lingkar pinggang.
Pengukuran lingkar pinggang berkaitan erat dengan jaringan adiposa viseral,
sehingga dapat mengetahui adanya obesitas sentral. Pengukuran lingkar pinggang
dapat menunjukkan hubungan yang kuat dengan sindroma metabolik, gangguan
kardiovaskuler, hingga menyebabkan kematian (de Koning, Merchant, Pogue, dan
Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara batas
bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul. Pada saat
pengukuran, subjek berdiri dengan posisi kaki tertutup rapat, lengan pada sisi tubuh,
serta menggunakan pakaian yang tipis. Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi
normal (WHO, 2008). Pengukuran lingkar pinggang dapat mengetahui kejadian
obesitas sentral. Kriteria ukuran lingkar pinggang individu yang dinyatakan
mengalami obesitas sentral dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan etnis (IDF,
2006). Kriteria ukuran lingkar pinggang responden pria dan wanita yang dinyatakan
mengalami obesitas sentral pada penelitian ini yaitu kriteria berdasarkan populasi
Asia Selatan, dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis (IDF, 2006)
Negara/etnis Lingkar pinggang
Asia Selatan Pria ≥ 90 cm
Wanita ≥ 80 cm
2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul
Rasio lingkar pinggang-panggul menunjukkan terjadinya akumulasi lemak
pada daerah abdomen, dapat menggambarkan beberapa komplikasi metabolik
seperti dislipidemia dan risiko CVD (Kopelman, Caterson, dan Dietz, 2010).
Pengukuran lingkar pinggang dengan menggunakan pita pengukur pada
titik tengah di antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas
tulang panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan pada titik terlebar dari
bagian panggul. Perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul dengan cara membagi
hasil pengukuran lingkar pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm) (Munawar,
et al., 2012; WHO, 2008).
Pada individu pria dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 dan
wanita dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,85 terjadi peningkatan risiko
komplikasi sindrom metabolik (WHO, 2008). Menurut Siezenga, Shaw, Mallat, de
Koning, Nasroe, Rabelink, et al. (2011), pengukuran rasio lingkar
pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri yang dapat digunakan sebagai
prediktor gangguan kardiovaskuler.
I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Temanggung berlokasi
di Jalan Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. RSUD Kabupaten
Temanggung merupakan rumah sakit umum kelas B. Rumah sakit umum kelas B
merupakan rumah sakit umum yang memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik sekurang-kurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang
medik, delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar. Rumah sakit umum
kelas B dapat menjadi rumah sakit pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan
A dan B yang digunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medik (Kementrian
Kesehatan RI, 2010; Siregar, 2003).
Berdasarkan data di RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010 hingga
saat ini, diabetes melitus tipe 2 menempati peringkat pertama apabila dibandingkan
dengan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lainnya. Pasien diabetes melitus
tipe 2 tercatat sebanyak 6319 pasien, dan 42 pasien diabetes melitus tipe 1, serta
3300 pasien diabetes melitus tipe lain. Penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung menempati peringkat ketiga sebagai penyakit yang banyak
terjadi.
J. Landasan Teori
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan karena kurangnya
produksi insulin atau insulin tidak dapat digunakan secara efektif (Joslin, 2005;
Braun dan Anderson, 2007). Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk penyakit
diabetes yang paling umum (Jafar, 2004; Joslin, 2005). Indonesia termasuk dalam
10 besar negara di dunia yang memiliki penyandang diabetes melitus terbanyak.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung. Jumlah pasien diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung merupakan yang terbanyak
daripada diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lain. Data rekam medik di RSUD
Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa jumlah pasien diabetes melitus tipe 2
selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Obesitas berhubungan dengan kejadian dislipidemia. Salah satu
Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas sentral dapat meningkatkan
lipolisis yang menyebabkan peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL,
serta peningkatan kadar LDL dan jumlah partikel small-dense LDL (Klop, et al.,
2013; Rai dan Jeganthan, 2012; Shah, et al., 2010). Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler dan perkembangan CVD.
Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan
pengukuran antropometri sebagai indikator distribusi lemak pada abdomen yang
dapat mengetahui obesitas sentral. Peningkatan lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul berhubungan dengan dislipidemia dan CVD (Chehrei, et al., 2007). Menurut IDF (2006), risiko dapat meningkat pada lingkar pinggang ≥90 cm
pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Menurut WHO (2008), peningkatan risiko
terjadi pada rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 pada pria dan ≥0,85 pada wanita.
Rasio kadar LDL/HDL merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap
dislipidemia dan CVD apabila dibandingkan dengan kadar LDL atau HDL saja, dan
rasio kadar kolesterol total/HDL. Kriteria rasio kadar LDL/HDL menurut Millán,
et al. (2009), rasio kadar LDL/HDL>3,0 untuk pria, dan >2,5 untuk wanita
menunjukkan terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.
K.Hipotesis
Ada korelasi yang bermakna antara lingkar pinggang dan rasio lingkar
pinggang-panggul terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes
27
BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional analitik dengan
pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Observasional
analitik berarti penelitian ini menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan dapat terjadi. Penelitian observasional analitik bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara suatu masalah kesehatan dan faktor risiko (McKenzie,
Pinger, dan Kotecki, 2012). Pada jenis penelitian ini dilakukan analisis korelasi
antara faktor risiko dan faktor efek. Rancangan penelitian cross-sectional
merupakan penelitian yang pengukurannya terhadap subjek hanya dilakukan satu
kali pada waktu yang sama (Bonita, Beaglehole, dan Kjellström, 2006).
Analisis korelasi yang dilakukan adalah lingkar pinggang (LP) dan rasio
lingkar pinggang-panggul (RLPP) sebagai faktor risiko terhadap rasio kadar
LDL/HDL sebagai faktor efek.
B.Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Lingkar pinggang (cm) dan rasio lingkar pinggang-panggul.
2. Variabel tergantung