• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. RESPONS HIJAUAN PAKAN TERHADAP PEMUPUKAN PUPUK KANDANG DAN AIR BELERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. RESPONS HIJAUAN PAKAN TERHADAP PEMUPUKAN PUPUK KANDANG DAN AIR BELERANG"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

3. RESPONS HIJAUAN PAKAN TERHADAP PEMUPUKAN

PUPUK KANDANG DAN AIR BELERANG

Pendahuluan

Hijauan tropis umumnya dikenal berkualitas rendah dibandingkan dengan kualitas hijauan yang berasal dari daerah temperate/sedang. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan adalah melalui pemupukan. Pupuk kandang merupakan pupuk alam yang berasal dari kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa-sisa makanan maupun alas kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk yang murah dan mempunyai kemampuan yang dapat meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Air belerang mengandung berbagai unsur, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Al, Mn, Cu dan Zn. Air belerang, sebagai pupuk alam dapat ditingkatkan kegunaannya dalam upaya meningkatkan produktivitas ruminan secara tidak langsung yaitu melalui pemupukan pakan hijauan tropis (Parakkasi dan Kaunang, 2001). Faktor yang mendorong meluasnya gejala tanaman kekurangan belerang adalah penggunaan pupuk yang tidak mengandung belerang, kehilangan belerang lewat erosi dan aliran permukaan, kecilnya kontribusi belerang di udara (<5 kg/ha/tahun) dan air irigasi, serta tidak adanya pengembalian sisa panen (Gupta dan Dukey, 1998). Belerang merupakan konstituen asam amino sistin, sistein dan metionin. Kahat sulfur tidak hanya menurunkan produktivitas tanaman, melainkan juga menurunkan kualitas protein yang dihasilkan. Penelitian bagian pertama ini bertujuan untuk melihat pengaruh pupuk kandang dan air belerang terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan. Materi dan Metode

Penelitian uji lapang (tahap pertama) ini dilakukan di Rumah kaca Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, IPB Bogor. Waktu penelitian dari

bulan Februari 2003-September 2003. Penelitian ini juga menggunakan 2 spesies hijauan (rumput dan legume), dan 2 jenis pupuk (air belerang dan

pupuk kandang), menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x5x2 (Steel dan Torrie, 1993). Faktor A adalah pupuk kandang : 0 ton/ha dan 25 ton /ha. Faktor B adalah pemberian air belerang dengan konsentrasi 0 ppm, 25% (19.62 ppm), 50% (39.25 ppm), 75% (58.86 ppm) dan 100% (78.51 ppm). Faktor C: spesies tanaman (rumput/legume) masing-masing spesies 2 jenis. Rumput

(2)

yang digunakan dalam penelitian adalah Panicum maximum cv. Riversdale dan Panicum maximum cv Gatton, sedangkan legume yang digunakan untuk penelitian adalah: Centrosema pubescens dan Macroptilium atropurpureum. Sebelumnya, biji disemaikan selama dua minggu baru ditanam ke polibag berkapasitas 5 kg. Tahap persiapan diawali dengan pengisian polybag (hitam) dengan tanah yang diambilkan dari sekitar lokasi penelitian. Tanah diambil dari ketebalan 20 cm dari permukaan. Tanah disaring dengan menggunakan ukuran 2 mm dan dimasukkan ke dalam ”polybag”. Pengukuran kapasitas tampung air dilakukan dengan memasukkan air secara merata ke dalam polybag sampai air mulai menetes keluar. Polybag yang berisi tanah dan air tersebut ditimbang untuk mendapatkan kapasitas air yang diserap oleh tanah. Data ini sangat penting untuk mengetahui jumlah air belerang yang tepat untuk penyiraman. Pemberian pupuk kandang (sesuai level) dan dolomit 5 ton/ha dilakukan 3 minggu sebelum tanaman makanan ternak ditanam. Penyiraman air belerang (sesuai level) dilakukan setiap 3 hari. Pemanenan tanaman makanan ternak dilakukan setiap 40 hari, dari 2 kali pemotongan. Setelah dilakukan pemotongan, diambil subsampel untuk dianalisis bahan keringnya. Peubah yang diukur dalam penetitian ini adalah: produksi bahan kering, kandungan protein (micro Kjeldahl), kandungan belerang (AOAC, 1980), kandungan Acid Detergent Fiber dan Neutral Detergent Fiber (Goering dan Van Soest, 1970). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam. Bila ada perbedaan antar perlakuan dilakukan uji jarak Duncan dan uji kontras polinomial ortogonal (Steel dan Torrie, 1993). Model matematik analisis ragam menurut Steel dan Torrie (19 93)

Yijkl = µ + αI + βj + γk + αβij + αγik + βγjk + αβγijk + εijkl Keterangan :

Yijkl = nilai pengamatan dari jenis tanaman ke-k ulangan ke-i yang diberi pupuk kandang taraf ke-i dan belerang taraf ke-j µ = rataan umum dari nilai pengamatan

αI = pengaruh aditif dari pemberian pupuk kandang taraf ke-i βj = pengaruh aditif pemberian belerang taraf ke -j

γk = pengaruh aditif dari penggunaan jenis tanaman ke-k

αβij = pengaruh interaksi antara pemberian pupuk kandang taraf ke-i dengan pemberian belerang taraf ke-j

αγik = pengaruh interaksi antara pemberian belerang taraf ke-j dengan jenis tanaman ke-k

βγjk = pengaruh interaksi antara pemberian belerang taraf ke-j dengan jenis tanaman ke-k

αβγijk = pengaruh interaksi antara pemberian pupuk kandang taraf ke -i dengan pemberian belerang taraf ke-j pada jenis tanaman ke-k εijkl = pengaruh galat dari jenis tanaman ke-k ulangan ke-i

(3)

Hasil dan Pembahasan A. Keadaan dan Sifat Tanah

Hasil analisis tanah awal secara umum dapat dikatakan bahwa status kesuburan tanah di lokasi percobaan termasuk rendah dengan reaksi tanah masam, C organik, N total, S total, K, Ca, Mg dan KTK rendah serta P sangat rendah (Tabel 2). Pada tanah Latosol status nutrisinya rendah, bahan organik rendah dengan demikian kesuburan kimianya rendah.

Tabel 2 Sifat-sifat tanah sebelum percobaan

Jenis penetapan Nilai Keterangan pH H20 organik N total S total P bray K Ca Mg KTK 4.2 1.23% 0.08% 0.09% 0.20 ppm 0.10 ml/100 g 2.10 ml/100 g 0.76 ml/100 g 13.44 ml/100 g asam rendah rendah rendah sangat rendah rendah rendah rendah rendah

Sumber: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2003 B. Kandungan Kimia Air Belerang

Hasil analisis air belerang dari Ciseeng, Kecamatan Parung menunjukkan bahwa kandungan mineral Sulfur sebesar 78.51 ppm lebih tinggi dibanding mineral yang lain (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil analisa kimia air belerang Ciseeng, Kecamatan Parung, Bogor

Unsur kimia Kandungan (ppm)

Sulfur (S) Phosfor (P) Magnesium (Mg) Kalium (K) Nitrogen (N) Kalsium (Cl) Cupprum (Cu) Ferrum (Fe) Almanium (Al) Zink (Zn) Mangan (Mn) 78.51 60.76 56.50 54.30 50.20 47.10 27.00 24.70 20.15 17.37 10.18

(4)

C. Produksi Bahan Kering Rumput

Pemberian pupuk kandang sejumlah 25 ton/ha menghasilkan produksi bahan kering rumput yang lebih tinggi daripada tanpa pemberian pupuk kandang 0 ton/ha. Rataan produksi bahan kering yang dihasilkan dari pupuk kandang 25 ton/ha adalah 9.39 g sedangkan tanpa pemberian pupuk kandang 0 ton/ha adalah 5.47 g (Gambar 3).          5.47 9.39 0 2 4 6 8 10 12 P0 P25

Konsentras i pupuk kandang (ton/ha)

P ro d u k s i b a h a n k e ri n g (g /p o l)

Gambar 3 Produksi bahan kering (gram) dari konsentrasi pupuk kandang Pupuk kandang akan meningkatkan struktur tanah lebih remah dan meningkatkan jumlah pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru tumbuh menembus permukaan tanah. Bahan organik juga berpengaruh langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan kegiatan respirasi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta bertambah lebarnya daun akan meningkatkan produksi dan kandungan bahan keringnya. Pupuk kandang dapat mempertahankan bahan organik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah dan juga meningkatkan ketersediaan air tanah. Semakin tinggi kadar air tanah maka absorbsi dan transportasi unsur hara maupun air akan lebih baik, sehingga laju fotosintesa untuk dapat menghasilkan cadangan makanan bagi pertumbuhan tanaman lebih terjamin dan otomatis produksipun akan meningkat (Ifradi et al. 1998)

Pupuk kandang menyediakan unsur N, yang dibutuhkan dalam proses pembentukan protein tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti batang, daun dan akar. Sebagai konsekuensi pemberian pupuk kandang adalah meningkatkan produksi dan kandungan bahan kering tanaman. Menurut Ifradi et al. (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan serat kasar.

(5)

Pada Gambar 4 terlihat bahwa, jenis tanaman P.maximum cv. Riversdale menghasilkan produksi bahan kering yang nyata lebih tinggi dibandingkan P. maximum cv Gatton (8.33 g VS 6.53 g). Adanya perbedaan ini dikarenakan sifat genetis yang berbeda antara kedua rumput. Menurut Van Soest (1994) dimana pada umur yang sama perbedaan kualitas hijauan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jenis (varietas), tanah, iklim dan manajemen.

                 8.33 6.53 0 2 4 6 8 10 Riversdale Gatton Jenis tanam an P ro d u k s i b a h a n k e ri n g (g /p o l)

Gambar 4 Produksi bahan kering (gram) dari 2 jenis rumput

Pemberian air belerang mempengaruhi produksi bahan kering rumput (Gambar 5). Hubungan pemberian air belerang dan produksi bahan kering berpola kuadratik (P<0.01) dengan persamaan Y = -0.0014 X2+ 0.1598 X + 7.7577 (R2= 0.7957). y = -0.0014X2 + 0.1598X + 7.7577 R2 = 0.7957 4 6 8 10 12 14 16 18 0 25 50 75 100 125

Konsentras i air belerang (%)

P ro d u k s i a h a n k e ri n g (g /p o l)

Gambar 5 Hubungan pemberian air belerang dan produks i bahan kering rumput (gram).

Terlihat bahwa nilai optimum produksi bahan kering dicapai pada pemberian air belerang 50% (57.07%) yaitu 13.43 gram/pol. Level pemberian air belerang 25% produksi bahan kering yaitu 10.16 gram/pol, untuk level 75% dan 100% produksi bahan keringnya adalah 10.60 gram/pol dan 9.62 gram/pol secara berurutan. Sedangkan level 0 memiliki rataan produksi bahan kering yang

(6)

paling rendah, yaitu 7.89 gram/pol. Kondisi optimal didapat pada dosis pemberian air belerang 50%, dan memberi gambaran kebutuhan optimal belerang pada dosis tersebut telah terpenuhi. Kekahatan belerang, tidak hanya menurunkan produksi tanaman tapi juga kualitas tanaman (Beaton et al. 1968). Suplai belerang yang cukup esensial guna mempertahankan aktivitas enzim setelah diketahui bahwa nitrat reduktase membutuhkan sisi aktif-SH sulfhidril yang berasosiasi dengan ikatan dari NADPH. Defisiensi belerang akan menunjukkan berkurangnya aktivitas nitrat reduktase lebih cepat daripada enzim lain yang terlibat dalam asimilasi NO3. Selanjutnya Sutandi (1996) menyatakan bahwa kandungan nutrisi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Adanya penurunan kandungan bahan kering pada pemberian air belerang 75% dan 100% diduga karena pemberian yang berlebihan menyebabkan toksik, sehingga tanaman mengalami gangguan metabolisme, yang pada gilirannya menurunkan kandungan bahan kering hijauan.

D. Kandungan Protein Kasar Rumput

Pupuk kandang berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein kasar rumput. Rataan kandungan protein kasar yang dihasilkan dari pupuk kandang 25 ton/ha adalah 10.30% sedangkan tanpa pemberian pupuk kandang 0 ton/ha adalah 7.53% (Gambar 6). Dengan perkataan lain kandungan protein meningkat dengan adanya kandungan nitrogen. Kecenderungan meningkatnya kandungan protein kasar pada pemberian 25 ton/ha disebabkan pupuk kandang dapat mempertahankan bahan organik tanah dan dapat meningkatkan aktivitas biologis tanah dan transportasi unsur hara serta air akan lebih baik, sehingga laju fotosintesa untuk menghasilkan cadangan makanan bagi pertumbuhan tanaman lebih terjamin (Purwowidodo, 1992).

                7.53 10.30 0 2 4 6 8 10 12 P0 P25

Konsentrasi pupuk kandang (Ton/ha)

K an d u n g a n p ro te in k a s a r ( % )

(7)

Minson (1990) menyatakan kandungan dan komposisi protein kasar dalam hijauan dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen dalam larutan tanah. Tingginya kandungan protein kasar pada pemberian pupuk kandang dikarenakan nitrogen yang tersedia dapat segera digunakan, kemudian dirombak menjadi amonium. Selanjutnya diasimilasi menjadi asam amino yang digabungkan menjadi protein dan asam nukleat.

Pada Tabel 4 tersaji rataan P. maximum cv. Riversdale yang lebih tinggi kandungan proteinnya yaitu 10.15% dibandingkan P. maximum cv Gatton yaitu 7.68%. Hasil ini lebih rendah dibanding penelitian dari Hidayat (1994) dimana

kandungan protein P. maximum adalah 11.73 % pada umur pemotongan 4 minggu. Pemotongan dalam penelitian ini, memang jauh lebih lama (40 hari)

dibandingkan penelitian Hidayat (1994).

Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan protein kasar rumput (%) Rumput

Pupuk kandang

Air belerang

(%) Riversdale Gatton Rataan

S0 6.17 ± 0.64 4.43 ± 0.26 5.30 ± 0.45 S25 7.91 ± 0.85 5.69 ± 0.39 6.80 ± 0.62 S50 10.80 ± 0.06 8.03 ± 0.43 9.42 ± 0.24 S75 9.37 ± 0.43 6.87 ± 0.53 8.12 ± 0.48 S100 9.29 ± 0.18 6.76 ± 0.41 8.02 ± 0.30 0 (ton/ha) Rataan 8.71 ± 0.43 6.36 ± 0.40 7.53 P ± 0.42 S0 9.24 ± 0.25 6.72 ± 0.51 7.98 ± 0.38 S25 10.82 ± 0.57 7.58 ± 0.46 9.20 ± 0.51 S50 13.28 ± 0.55 10.70 ± 0.08 11.99 ± 0.32 S75 12.51 ± 0.80 10.02 ± 0.68 11.27 ± 0.74 S100 12.15 ± 0.52 9.98 ± 0.42 11.07 ± 0.47 25 (ton/ha) Rataan 11.60 ± 0.54 9.00 ± 0.43 10.30 Q ± 0.48 Rataan 10.15 A ± 0.48 7.68 B ± 0.42

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Pada Gambar 7 terlihat bahwa jenis tanaman P. maximum cv. Riversdale

mempunyai kandungan protein kasar nyata lebih tinggi dibandingkan P. maximum cv Gatton (10.15% vs 7.68%).

Menurut Van Soest (1994) bahwa pada umur yang sama perbedaan kualitas hijauan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jenis (varietas), tanah, iklim dan manajemen.

(8)

              10.15 7.68 0 2 4 6 8 10 12 14 Riversdale Gatton Jenis tanaman K an d u n g a n p ro te in k a s a r ( % )

Gambar 7 Kandungan protein kasar (%) dari 2 jenis rumput.

Pengaruh pemberian air belerang terhadap kandungan protein tertera pada (Gambar 8), hasil uji kontras polinomial orthogonal menunjukkan bahwa pemberian air belerang berpola kuadratik (P<0.01) terhadap kandungan protein kasar dengan persamaannya: Y = -0.0008 X2 + 0.1069 X + 6.4546 (R2 = 0.868). Pemberian air belerang 50% (66.81%) menunjukkan nilai kandungan protein tertinggi dibanding level yang lainnya.

Gambar 8 Hubungan pemberian air belerang dan kandungan protein kasar rumput (%).

Pemberian air belerang 50% diduga sudah optimal bagi tanaman rumput tersebut, sehingga bila levelnya naik 75% dan 100%, terlihat kandungan proteinnya mulai menurun. Hal ini diduga pada level diatas 50% tanaman sudah tidak tanggap terhadap belerang karena toksik. Pemakaian unsur hara secara berlebihan, akan terjadi penimbunan unsur hara tersebut di vacuola. Kenaikkan unsur hara lebih lanjut akan menyebabkan keracunan dan pertumbuhan akan terhambat. Hal ini diakibatkan terganggunya sitoplasma dalam memproduksi protein kloroplas dan protein mitokondria. Dilain pihak belerang dalam hal ini sistein berperan sebagai fitokelatin untuk mengikat logam yang tinggi sehingga

y = -0.0008X2 + 0.1069X + 6.4546 R2 = 0.868 5 6 7 8 9 10 11 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K a n du n ga n p ro te in k a s a r (%)

(9)

bersifat racun (Salisbury dan Ross, 1991). Hal ini diduga dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme pada tanaman, sehingga produksi protein tanaman menurun.

Diketahui bahwa pemberian air belerang sesuai dengan kebutuhan dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk mensintesis protein jauh lebih besar daripada meningkatkan mekanisme serapan nitrogen. Pemupukan 30 kg belerang/ha dapat meningkatkan kadar protein kasar dan abu tanaman makanan ternak (Tuherkih et al. 1998). Selanjutnya Tandon (1995) dan Wigeno et al. (2002) menyatakan bahwa perlakuan pupuk belerang meningkatkan kadar asam amino (metionin, sistin dan sistein).

E. Kandungan Belerang Rumput

Pada Gambar 9, terlihat kandungan belerang optimal dengan pemberian pupuk kandang 25 ton/ha pada P. maximum cv Riversdale sebesar 0.16%, sedangkan P. maximum cv Gatton sebesar 0.13%. Hal ini jelas bahwa pupuk kandang cenderung meningkatkan kandungan belerang pada tanaman rumput. Pupuk kandang merupakan sumber berharga dalam hal penyedi aan unsur hara makro (N, P,K, S dan Mg) dan mikro (Zn, B, Mn, Cu dan Mo).

                              0.16 0.15 0.13 0.13 0.00 0.04 0.08 0.12 0.16 0.20 P0 P25

Konsentras i pupuk kandang (Ton/ha)

K an d u n g a n s u lf u r ( % )   Riversdale  Gatton

Gambar 9 Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap kandungan belerang rumput (%).

Oleh karena itu pemberian pupuk kandang akan mempengaruhi kandungan belerang tanah. Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa pengaruh bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan daya serap dan kapasitas tukar kation, sumber unsur N,P dan S dalam bentuk organik sehingga terhindar dari pencucian kemudian tersedia kembali dalam tanah.

Hubungan pemberian air belerang terhadap kandungan belerang

(10)

Y = -0.05X2 + 0.0015X + 0.1126 (R2 = 0.9524) untuk pupuk kandang 0 ton /ha dan Y = -0.05X2 + 0.0015X + 0.1214 (R2 = 0.9616) untuk pupuk kandang 25 ton /ha. Pemberian air belerang 50% nyata tertinggi dibanding level yang lain.

y = -0.05X2 + 0,0015X + 0,1214 R2 = 0,9616 y = -0.05X2 + 0,0015X + 0,1126 R2 = 0,9524 0.10 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K a n d u n ga n beleran g (%)

Pupuk kandang 0 Pupuk kandang 25

Gambar 10 Hubungan pemberian air belerang terhadap kandungan belerang rumput (%).

Diduga pemberian 50% air belerang telah mencapai kebutuhan belerang yang optimal bagi tanaman. Pada pemberian 75% dan 100% terlihat terjadi penurunan kandungan belerang, diduga disebabkan oleh adanya sifat antagonis antara mineral dalam air belerang, seperti yang dilaporkan Georgievskii (1982).

Rataan kandungan belerang rumput adalah: 0.12-0.18%. Kandungan belerang di dalam tanaman hampir sama dengan fosfor yakni 0.1-0.3%. Kebutuhan tanaman akan belerang berbeda-beda tergantung dari bahan yang dihasilkan dan jenis tanaman. Kebutuhan yang tinggi merupakan karakteristik tanaman yang kaya protein. Untuk rumput termasuk kategori sedang, dibandingkan jenis Crucifirae yang sangat tinggi kebutuhannya. Jaringan tanaman yang kahat belerang mempunyai nisbah N organik/S-organik lebih tinggi (70/1-80/1) daripada jaringan tanaman normal. Nisbah ini dapat dipakai sebagai petunjuk apakah suatu tanaman mendapat suplai belerang yang cukup atau tidak (Misra, 1995). Dengan pemberian belerang maka terjadi peningkatan pH tanah, mikroorganisma tanah semakin aktif termasuk mikroorganisma perombak belerang dan fosfor organik. Perombakan ini juga meningkatkan ketersediaan belerang dan fosfor untuk tanaman (Tisdale et al. 1990).

Adanya interaksi antara pemberian air belerang dengan serapan nitrogen oleh tanaman ditunjang oleh penelitian Schnug et al. (1993) yang menyatakan bahwa pemberian air belerang sebanyak 100 kg/ha akan meningkatkan serapan N oleh tanaman leguminosa sebanyak 40 kg/ha.

(11)

F. Kandungan NDF Rumput

Fraksi karbohidrat (NFE) dikelompokkan ke dalam (i) sangat mudah dicerna yaitu yang terdapat dalam sel (Neutral Detergent Solubles atau NDS); (ii) dicerna tidak sempurna yaitu bagian dinding sel yang terdiri atas hemiselulosa dan selulosa, termasuk dalam reaksi Neutral Detergent Fiber (NDF) atau Acid Detergent Soluluble (ADS); (iii) sebagian besar tidak dapat dicerna yaitu selulosa dan lignin (tergantung dari lignifikasinya), bagian ini termasuk Acid Detergent Fiber atau ADF (Prawirokusumo, 1994). Kandungan serat deterjen netral digunakan untuk estimasi dari kemampuan ternak untuk mengkonsumsi (kemampuan intake).

Pada Gambar 11, terlihat adanya hubungan pemupukan air belerang dengan kandungan NDF rumput, dengan persamaan berpola kuadratik (P<0.01) Y= 0.0011X2 – 0.1788X + 60.72 (R2 = 0.9450) untuk pemupukan 25 ton/ha pada Riversdale; Y = 0.0012X2 - 0.1612X + 58.235 (R2 = 0.9086) untuk pemupukan 0 ton /ha pada Riversdale; Y= 0.0011X2 - 0.1349X + 60.598 (R2 = 0.9020) untuk pupuk kandang 25 ton/ha pada Gatton dan Y= 0.0012X2 – 0.1517X + 61.126 (R2 = 0.8935) untuk pupuk kandang 0 ton/ha pada Gaton.

y = 0.0012X2 - 0.1517X + 61.128 R2 = 0.8935 y = 0.0011X2 - 0.1349X + 60.598 R2 = 0.9020 y = 0.0012X2 - 0.1612X + 58.235 R2 = 0.9086 y = 0.0011X2 - 0.1788X + 60.72 R2 = 0.9450 50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K andungan ND F (% )

Riversdale 0 Gatton 0 Riversdale 25 Gatton 25

Gambar 11 Hubungan pupuk air belerang terhadap kandungan NDF rumput (%)

Kisaran kandungan NDF rumput P. maximum adalah 52.52%-61.28%. Hasil ini lebih rendah dibandingkan yang didapat Kaunang (1992) yaitu 69 .10% pada P. maximum cv Riversdale dengan perlakuan naungan kelapa dan pupuk N 150 kg/ha. Adanya perbedaan hasil kandungan NDF antara kedua kultivar dikarenakan sifat genetik yang berbeda. Hal ini diperkuat oleh Orphyin (1984)

(12)

bahwa struktur dan komposisi kimia dinding sel tanaman bervariasi menurut spesies, umur, varietas dan tipe sel tanaman. Selanjutnya Van Soest (1994) melaporkan kandungan serat deterjen neutral > 56% akan menekan tingkat konsumsi bahan kering.

Kandungan NDF P. maximum cv Riversdale dengan pemberian pupuk kandang 25 ton/ha mencapai hasil yang optimum lebih rendah dibanding kombinasi perlakuan yang lain. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang cenderung menurunkan kandungan NDF. Pupuk kandang berguna dalam menyediakan unsur N untuk proses fisiologi tanaman (Setyamidjaya, 1986).

Sarief (1986) menyatakan bahwa rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil dengan demikian daun akan menjadi keras penuh dengan serat-serat. Namun apabila N dan semua unsur tersedia bagi tanaman maka tanaman cenderung menggunakan karbohidrat untuk membentuk lebih banyak protoplasma daripada dinding sel. Oleh karena protoplasma sebagian besar adalah air maka tanaman menjadi sekulen. G. Kandungan ADF Rumput

Pada Gambar 12, tersaji pengaruh pemberian air belerang terhadap kandungan ADF rumput. Hubungan pemberian air belarang berpola kuadratik (P<0.01) terhadap kandungan ADF rumput. Dengan persamaannya Y = 0.0005 X2- 0.0642 X + 35.07 (R2 = 0.9297). Kandungan ADF rumput terendah didapatkan pada pemberian air belerang 50% (64.20), hasilnya berbeda nyata dibanding level 25%, 75% dan 100%. Pada level air belerang 50% diduga air belerang memberikan pengaruh terhadap penurunan kandungan ADF rumput.

y = 0.0005X2 - 0.0642X + 35.07 R2 = 0.9297 32.5 33.0 33.5 34.0 34.5 35.0 35.5 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K a n d u ng a n A D F (% )

Gambar 12 Hubungan pemberian air belerang terhadap kandungan ADF rumput (%).

(13)

Belerang berperan sebagai penyusun asam-asam amino (sistein sistin dan metionin) dan merupakan komponen protein, pembentuk vitamin tiamin dan biotin serta berperan didalam pembuatan klorofil. Belerang juga sebagai pengangkut elektron untuk mereduksi NADP menjadi NADPH. Proses ini merangsang pertumbuhan daun lebih lebar sehingga proses fotosintesis berjalan baik, dimana nisbah daun dan batang meningkat sehingga secara tidak langsung serat kasar ADF menurun (Salisbury dan Ross, 1991).Pemberian belerang dapat mengkondisikan tanah misalnya jumlah N total meningkat, sehingga pertumbuhan tanaman semakin baik. Ismunadji (1982) menyatakan pemupukan belerang dapat meningkatkan N-total, Ca-dapat ditukar, dan S pada padi tersedia, sedangkan C-organik, Mg-dapat ditukar, K-dapat ditukar, kapasitas tukar kation dan S-total relatif konstan. Tuherkih et al. (1998) melaporkan serat kasar menurun dengan pemberian belerang 30 kg S/ha pada Phaspalum sp.

Pada Gambar 13, terlihat kandungan ADF terendah pada pupuk kandang 25 ton/ha dan jenis tanaman P. maximum cv Riversdale. Hal ini jelas bahwa pupuk kandang cenderung menurunkan ADF tanaman rumput.

            34.05 31.18 35.28 34.38 29 30 31 32 33 34 35 36 P0 P25

Konsentras i pupuk kandang (ton/ha)

K an d u n g a n A D F (% )  Rivers dale Gatton

Gambar 13 Pengaruh pupuk kandang pada rumput terhadap Kandungan ADF

Menurut Whitehead (1970) kandungan serat kasar dipengaruhi oleh unsur

N yang tersedia untuk pembentukan protein kasar. Ditambahkan oleh Sarief (1986) bahwa rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya

kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel akan menaikkan dan menyebabkan menebalnya dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat. Menurut Marten (1981) kandungan ADF merupakan suatu pertimbangan dan estimasi daya cerna suatu hijauan.

(14)

H. Produksi Bahan Kering Leguminosa

Pengaruh pupuk kandang terhadap produksi bahan kering leguminosa berbeda sangat nyata (P<0.01). Gambar 14, terlihat bahwa pemupukan dengan pupuk kandang 25 ton/ha menunjukkan produksi bahan kering leguminosa tertinggi dibandingkan kontrol peningkatannya sebesar 3.48 g/pol. Ifradi et al. (1998) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar serta menurunkan serat kasar dan meningkatkan kandungan Ca dan P tanaman.

        2.69 3.48 0 1 2 3 4 5 P0 P25

Konsentras i pupuk kandang (ton/ha)

P ro d u k s i B a h a n k e ri n g (g /p o l)

Gambar 14 Pengaruh pupuk kandang terhadap produksi bahan kering leguminosa (gram).

Pemupukan dengan pupuk kandang meningkatkan produksi bahan kering Sesbania sesban (Sriharini, 1992). Kecenderungan meningkatnya produksi bahan kering hijauan disebabkan karena pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah jika dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang sehingga penguapan unsur hara akan berkurang dan hara tersedia akan lebih banyak. Dengan adanya pupuk kandang dalam tanah akan dapat meningkatkan kesuburan tanah, menahan air tanah, porositas tanah dan ketahanan terhadap erosi (Buckman dan Brady, 1982).

Pemberian pupuk kandang dapat mempertahankan bahan organik tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas biologis tanah dan transportasi unsur hara serta air akan lebih banyak, sehingga proses fotosintesa berjalan baik yang nantinya untuk menghasilkan cadangan makanan bagi pertumbuhan tanaman. Jenis tanaman berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi bahan kering leguminosa.

Pada Gambar 15, produksi bahan kering C. pubescens lebih tinggi dibandingkan Siratro. Adanya perbedaan produksi bahan kering diakibatkan karena sifat genetisnya yang berbeda. Tillman et al. (1990) menyatakan bahwa

(15)

umur yang sama, perbedaan kualitas hijauan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis (varietas), tanah, iklim dan manajemen.

                 3.97 2.48 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 Centrosema Siratro Jenis tanam an P ro d u k s i b a h a n k e ri n g (g /p o l)

Gambar 15 Hubungan jenis tanaman dan produksi bahan kering leguminosa (gram)

Produksi bahan kering leguminosa secara sangat nyata (P<0.01) dipengaruhi oleh pemberian air belerang. Tanaman yang dipupuk belerang menyerap tidak hanya unsur belerang akan tetapi juga unsur-unsur yang lain baik unsur mikro maupun makro, dalam jumlah yang jauh lebih banyak bila dibandingan dengan tanaman yang tidak dipupuk belerang. Pemupukan belerang merangsang serapan unsur-unsur hara esensial lainnya, yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang lebih baik. Jerapan yang cukup, baik mengenai macamnya maupun jumlah berarti terpenuhinya salah satu syarat pertumbuhan untuk memungkinkan tanaman tumbuh baik. Unsur-unsur hara merupakan komponen dari senyawa yang lebih kompleks dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik yaitu setelah unsur hara tersebut bereaksi dengan senyawa hasil fotosintesis (Tisdale et al. 1990).

Pada Gambar 16, tersaji bahwa pemberian air belerang 50% (86.33%) mencapai produksi bahan kering optimal dibanding yang lain. Pencapaian produksi bahan kering tertinggi, diduga karena ketersediaan hara sudah cukup dan seimbang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi bahan kering (Purnama, 2002).

Menurut Bahar et al. (1993) bahwa pengaruh belerang sangat nyata terhadap produksi bahan kering C. pubescens. Kekahatan belerang tidak hanya menurunkan produksi bahan kering tanaman, namun juga kualitas hasil. Belerang diperlukan untuk pembentukan asam-asam amino (sistein, sistin dan metionin) yang merupakan asam amino utama (Beaton et al. 1968).

(16)

y = -0,.009X2 + 0.1014X + 16.065 R2 = 0.8319 14 15 16 17 18 19 20 21 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

P rod uks i bah an ke ri ng (g /p ol )

Gambar 16 Hubungan air belerang dan produksi bahan kering leguminosa (gram)

Selanjutnya Wigeno et al. (2002) menyatakan pertumbuhan dan perkembangan leguminosa membutuhkan belerang. Hubungan pemberian air belerang dan kandungan bahan kering berpola kuadratik (P<0.01), dengan persamaannya adalah Y= -0.0009X2 + 0.1014X + 16.065 (R2=0.8319).

I. Kandungan Protein Kasar Leguminosa

Ada interaksi ketiga faktor (pupuk kandang, jenis tanaman dan pemberian air belerang) secara nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein leguminosa (Lampiran 7). Adanya interaksi, diduga karena level pupuk air belerang dan level pupuk kandang untuk hijauan telah berimbang. Penggunaan pupuk yang berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk mempengaruhi dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian khususnya di daerah tropika dimana ketersediaan unsur hara yang cukup merupakan salah satu pembatas (Setyorini, 2002).

Hubungan pemberian air belerang dan kandungan protein kasar leguminosa berpola kuadratik (P<0.01), dengan persamaannya Y = -0.0009X2 + 0.1279X + 16.236 (R2 = 0.9144) dengan pupuk kandang 0 ton /ha pada Centrocema; Y = -0.0007X2 + 0.098X + 15.505 (R2 = 0.8685) dengan pupuk

kandang 0 ton ton/ha untuk Siratro; Y= -0.0007X2 + 0.0972X + 17.986 (R2 = 0.9311) untuk pupuk kandang 25 ton/ha pada siratro dan Y= -0.0013X2 +

0.1595X + 17.607 (R2 = 0.8345) dengan pupuk kandang 25 ton/ha pada C. pubescens (Gambar 17). Pupuk kandang 25 ton/ha untuk C. pubescens

menghasilkan kandungan protein tertinggi dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain. Pupuk kandang yang mengandung unsur makro (N, P, K, S) juga unsur mikro (Zn, Cu, Mo) yang sangat membantu memperbaiki sifat-sifat tanah.

(17)

y = -0.0013X2 + 0.1595X + 17.607 R2 = 0.8345 y = -0.0007X 2 + 0.0972X + 17.986 R2 = 0.9311 y = -0.0009X2 + 0.1279X + 16.236 R2 = 0.9144 y = -0.0007X2 + 0.098X + 15.505 R2 = 0.8685 12 14 16 18 20 22 24 26 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K andung a n protein kas a r ( %)

Centrocema 0 Siratro 0 Centrocema 25 Siratro 25

Gambar 17 Hubungan antara pemberian air belerang dan kandungan protein leguminosa (%)

Unsur N, P, K dan S inilah yang mempengaruhi peningkatan kandungan protein leguminosa. Menurut Minson (1990) bahwa, kandungan dan komposisi protein kasar dalam hijauan dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen di dalam larutan tanah.

Kisaran kandungan protein C. pubescens yaitu 16.03-23.61% dan Siratro yaitu 15.63-21.24% (Tabel 5).

Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan protein kasar leguminosa (%) Leguminosa Pupuk kandang Air belerang (%) C.P M.a Rataan S0 16.03 m ± 0.80 15.63 n ± 056 15.83 ± 0.68 S25 19.11 hij ± 0.77 17.01 l ± 0.49 18.06 ± 0.63 S50 20.85 cde ± 0.38 19.61 gh ± 0.52 20.23 ± 0.45 S75 19.86 fgh ± 0.60 18.60 jik ± 0.73 19.23 ± 0.67 S100 20.34 defg ± 0.91 18.92 hij ± 0.88 19.63 ± 0.90 0 (ton/ha) Rataan 19.24 ± 0.69 17.95 ± 0.64 18.60 ± 0.67 S0 17.71 kl ± 0.56 18.24 jk ± 0.41 17.98 ± 0.49 S25 20.18 efg ± 0.39 19.46 ghi ± 0.85 19.82 ± 0.62 S50 23.61 a ± 0.47 21.24 bcd ± 0.54 22.43 ± 0.50 S75 21.36 bc ± 0.93 21.89 b ± 0.95 21.63 ± 0.94 S100 21.08 bcde ± 0.52 20.71 cdef ± 0.94 20.90 ± 0.73 25 (ton/ha) Rataan 20.79 ± 0.58 20.31 ± 0.74 20.55 ± 0.66 Rataan 20.01 ± 0.63 19.13 ± 0.69

(18)

Hasil ini masih mendekati laporan Wiryosuhanto (1985) dimana kandungan protein C. pubescens yaitu 16.4-23.6% dan Siratro yaitu 10.8-16,6%. Adanya perbedaan antara C. pubescens dan Siratro karena sifat genetis yang berbeda. Sutandi (1996) menjelaskan bahwa kandungan protein di dalam tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain genetik dan lingkungan.

Pemberian air belerang 50% (61.15%) diduga sudah mencapai optimal bagi tanaman Centrosema, pada pemberian 75% air belerang dan 100% air belerang kandungan protein ada kecenderungan mulai menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya interaksi antagonis antar mineral yang terkandung dalam ketersediaan belerang bagi tanaman. Sedangkan pemberian belerang (0% air belerang) kandungan proteinnya sangat kurang. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan tanaman untuk mengsintesis protein berkurang.

Pemupukkan dengan air belerang meningkatkan kadar N, P dan Mg. Hal ini berkaitan dengan warna hijau terutama N dan Mg sebagai komponen klorofil. Tanaman yang kekurangan S menunjukkan gejala klorosis dan erat dengan kandungan hijau daun yang rendah. Klorosis pada tanaman yang kekurangan belerang disebabkan antara lain karena rendahnya kadar N dan Mg, sebagai akibat kadar belerang yang rendah. Tanaman yang kekurangan belerang berkadar klorofil rendah (Salisbury dan Ross, 1991).

J. Kandungan Belerang Leguminosa

Pengaruh pupuk kandang berbeda nyata (P<0.05) terhadap kandungan belerang leguminosa. Gambar 18, terlihat pemberian pupuk kandang 25 ton/ha menghasilkan S lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan tidak diberi pupuk kandang. Hal ini mungkin disebabkan karena pupuk kandang juga mengandung belerang.              0.227 0.237 0.220 0.224 0.228 0.232 0.236 0.240 P0 P25

Konst. pupuk kandang (Ton/ha)

K an d . s u lf u r tan a m an (% )

Gambar 18 Pengaruh konsentrasi pupuk kandang terhadap kandungan S leguminosa (%)

(19)

Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa pengaruh pupuk kandang terhadap sifat kimia tanah antara lain adalah meningkatkan daya serap dan kapasitas tukar kation, meningkatkan unsur N, P dan S dalam bentuk organik.

Respons jenis leguminosa terhadap pemupukan dengan pupuk kandang berbeda nyata (P<0.05) dalam kandungan S (Lampiran 12, Gambar 19). Kandungan belerang C. pubescens sebesar 0.24% lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan belerang Siratro sebesar 0.22%. Perbedaan ini diduga karena adanya sifat genetik yang berbeda dari kedua jenis tanaman tersebut.

    0.22 0.24 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25 Centrocema Siratro Jenis tanaman K an d . s u lf u r tan a m a n (% )

Gambar 19 Pengaruh jenis tanaman terhadap kandungan S leguminosa (%) Tingkat pemberian air belerang berbeda nyata (P<0.05) terhadap kandungan belerang leguminosa. Hubungan pemberian air belerang dan kandungan belerang leguminosa (Gambar 20) berpola kuadratik (P<0.01), dengan persamaannya Y= - 0.05X2 + 0.0013X + 0.2091 (R2 = 0.9552). y = -0.05X2 + 0.0013X + 0.2091 R2 = 0.9552 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23 0.24 0.25 0.26 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K a n d . s u lf u r ta na m a n (% )

Gambar 20 Hubungan pemberian air belerang dan kandungan belerang leguminosa (%).

Pemberian air belerang 50% (57.09%) mencapai kondisi yang optimal kandungan belerang dibanding level lain. Hal ini diduga pada level 50% sudah memenuhi kebutuhan belerang untuk leguminosa. Kandungan sulfat tanaman berkisar 0.7-1.2% sudah berada pada level yang cukup (Jones et al.1995).

(20)

Menurut Delgado dan Amacher (1997) serapan sulfat ditentukan oleh konsentrasi sulfat dalam larutan tanah dan jangkauan akar. Belerang berperan dalam pengisian polong kacang kacangan terutama pembentukan asam amino metionin, sistein dan sistin sebagai komponen protein nabati. Hal senada dilaporkan Tandon (1995) dimana kadar asam amino metionin, sitein dan sistin bisa meningkat sampai 34% akibat pemberian belerang 60 kg/ha. Selanjutnya kandungan belerang Arachis lambrata meningkat dari 0.5 kg/ha yaitu 0.37 % menjadi 0.46% dengan pemberian 30 kg belerang/ha.

K. Kandungan ADF Leguminosa

Pupuk kandang berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan ADF leguminosa. Rataan kandungan ADF yang dihasilkan dari pupuk kandang 25 ton/ha adalah 33.42% sedangkan tanpa pemberian pupuk kandang adalah 35.46% (Gambar 21).             35.46 33.42 32 33 34 35 36 P0 P25

Konsentrasi pupuk kandang (ton/ha)

K an d u n g a n A D F (% )

Gambar 21 Pengaruh konsentrasi pupuk kandang terhadap kandungan ADF leguminosa (%).

Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang mengandung nitrogen akan meningkatkan nisbah daun/batang sehingga menurunkan serat kasar. Menurut Ifradi et al. (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan kandungan bahan kering, protein dan menurunkan serat kasar. Selanjutnya Sarief (1986) menyatakan menurunnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel akan meningkat dan menyebabkan menebalnya dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat.

Jenis tanaman berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan ADF Leguminosa (Lampiran 14). Pada Gambar 22, terlihat C. pubescens kandungan ADF lebih rendah dibandingkan dengan Siratro. Perbedaan kandungan ADF antara kedua jenis leguminosa disebabkan karena sifat genetis yang berbeda.

(21)

    33.63 35.24 33 33 34 34 35 35 36 Centrocema Siratro Jenis tanam an K an d u n g a n A D F (% )

Gambar 22 Pengaruh jenis tanaman terhadap kandungan ADF leguminosa (%) Pemberian air belerang berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan ADF leguminosa. Hubungan pemberian air belerang kandungan ADF leguminosa berpola kuadratik (P<0,01) dengan persamaannya Y = 0.0007X2-0.0943X + 36.449 (R2 = 0.8523). Pada Gambar 23, terlihat kandungan ADF leguminosa terendah pada pemberian air belerang 50% (67.14%) yaitu 32.85% dan tertinggi perlakuan 0% air belerang yaitu 36.22%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Panditharatne et al. (1985) bahwa kandungan ADF Red Clover dengan pemberian belerang 34 kg/ha adalah 35.10% sedangkan pupuk belerang 0 kg/ha adalah 36.20%. y = 0.0007X2 - 0.0943X + 36.449 R2 = 0.8523 32.0 33.0 34.0 35.0 36.0 37.0 0 20 40 60 80 100 120

Konsentrasi air belerang (%)

K a n d u n ga n A D F (% )

Gambar 23 Hubungan pemupukan air belerang dan kandungan ADF leguminosa (%).

L. Kandungan NDF Leguminosa

Hubungan pemupukan air belerang berpola kuadratik (P<0.01) terhadap kandungan NDF leguminosa, dengan persamaan Y = 0.0009X2 – 0.1016X + 59.233 (R2 = 0.0746) untuk pupuk kandang 25 ton/ha pada Centrocema; Y = 0.0007X2 – 0.084X + 60.093 (R2 = 0.8415) untuk pupuk kandang 0 ton/ha pada Centrocema; Y= 0.0012 X2 – 0.149X + 61.996 (R2= 0.878) untuk pupuk kandang 25 pada Siratro dan Y= 0.0009X2 – 0.1229X + 63.799 (R2 = 0.7319) untuk pupuk

(22)

kandang 0 ton/ha pada Siratro. Pada Gambar 24, terlihat kondisi NDF terendah yaitu pada C. pubescens yang diberi perlakuan pupuk kandang 25 ton/ha dan air belerang 50% (56.44%). Pada kombinasi ini diduga sudah mencapai kebutuhan optimal unsur hara bagi leguminosa.

Pada Gambar 24, terlihat bahwa adanya perbedaan kandungan NDF antara C. pubescens dan Siratro, dikarenakan perbedaan genetis sehingga respons perlakuan terhadap kandungan NDF juga berbeda.

y = 0,0009X2 - 0,1016X + 59,233 R2 = 0,746 y = 0,0007X2 - 0,084X + 60,093 R2 = 0,8415 y = 0,0012X2 - 0,1491X + 61,996 R2 = 0,8788 y = 0,0009X2 - 0,1229X + 63,799 R2 = 0,7319 53 55 57 59 61 63 65 0 25 50 75 100 125

Konsentrasi air belerang (%)

K an d ungan N D F (% )

Centrocema 0 Siratro 0 Centrocema 25 Siratro 25

Gambar 24 Hubungan pemberian air belerang terhadap kandungan NDF leguminosa (%)

Peran pupuk kandang dalam menekan kandungan serat kasar sangat nyata. Dimana pupuk kandang mengandung N, P, K dan S yang mempengaruhi kandungan serat kasar hijauan. Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa pengaruh N dalam meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan dinding sel yang tipis. Keadaan ini menyebabkan daun lebih banyak mengandung air dan kurang keras, sebaliknya kandungan nitrogen yang rendah dapat mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras dan penuh dengan serat -serat.

Menurut Tuherkih et al. (1998) bahwa serat kasar Arachis lambrata menurun sejalan pemberian belerang. Selanjutnya Panditharane et al. (1985) melaporkan Red Clover terjadi penurunan NDF pada pemberian sulfur 34 kg/ha. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang 25 ton/ha, dolomit 5 ton/ha dan air belerang 50% (39.25 ppm) menghasilkan nilai optimum terhadap produksi bahan kering, protein kasar, belerang, NDF dan ADF pada P. maximum Riversdale dan C. pubescens.

Gambar

Tabel  3.   Hasil analisa kimia air belerang Ciseeng, Kecamatan Parung, Bogor
Gambar 3   Produksi bahan kering (gram) dari konsentrasi pupuk kandang  Pupuk kandang akan meningkatkan struktur tanah lebih remah dan  meningkatkan jumlah pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru  tumbuh menembus permukaan tanah
Gambar 5   Hubungan pemberian air belerang dan produks i bahan kering                      rumput (gram)
Gambar 6  Kandungan protein kasar rumput (%) dari pupuk kandang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terjadi perselisihan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan atau penafsiran ketentuan – ketentuan dalam Perjanjian ini tidak dap[at diselesaikan secara musyawarah

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk membantu tenaga pendidik menyajikan materi pelajaran dalam bentuk modul pembelajaran yang lebih ringkas dan sesuai dengan

Orang yang telah menerima kasih karunia Allah akan hidup dalam kasih karunia tersebut tidak lagi mencintai dirinya dan segala yang dimiliki, tetapi

Sumber Daya yang Dibutuhkan Jadwal Pelaksanaan Bulan Indikator Keberha silan Penang gung jawab Jenis Sumber Daya Perkiraan Biaya (Rp) Sumber Dana 1 2 3 4 5 6 7

Suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara entity-entity yang terdapat dalam suatu database disebut Entity Relationship Diagram dari Sistem Informasi

Atau dapat dikatakan juga bahwa belanja pegawai adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata

Nifaq I’tiqadi (keyakinan atau aqidah, yaitu nifaq besar di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis ini seseorang akan keluar dari agama dan

Evaluasi kadar air, aktivitas mananase maupun aktivitas sakarifikasi selama penyimpanan sampai 6 bulan memberikan hasil yang relatif stabil meskipun sedikit fluktuatif, hal