• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN MAKROZOOBHENTOS DITINJAU DARI AKTIVITAS ANTROPHOGENIK DI PERAIRAN SUNGAI JANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELIMPAHAN MAKROZOOBHENTOS DITINJAU DARI AKTIVITAS ANTROPHOGENIK DI PERAIRAN SUNGAI JANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN MAKROZOOBHENTOS DITINJAU DARI AKTIVITAS ANTROPHOGENIK DI PERAIRAN SUNGAI JANG

Iskandar1)

Henky Irawan2) dan Falmi Yandri2) Jurusan S-1 Ilmu Kelautan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Email : Iss_one1317@yahoo.com

1. Mahasiswa

2. Dosen Pembimbing

ABSTRACT

Penelitian Kelimpahan Makrozoobenthos ditinjau Dari Aktivitas Anthropogenik telah dilakukan Di Perairan Sungai Jang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan makrozoobenthos ditinjau dari aktivitas anthropogenik berupa galangan kapal restoran serta pemukiman dan kawasan terlindung dari arus perairan di Perairan Sungai Jang.

Hasil menunjukkan bahwa Makrozoobenthos yang dijumpai di perairan Sungai Jang terdapat 6 genus dari 3 kelas, yaitu kelas gastropoda, bivalva dan polychaeta. Individu dari kelas gastropoda adalah individu yang paling banyak dijumpai. Perairan Sungai Jang pada stasiun 3 (stasiun kontrol) memiliki kelimpahan makrozoobenthos tertinggi yaitu 233,92 ind/m2 yang menunjukan kawasan tersebut masih terjaga ekosistemnya dengan dikelilingi oleh vegetasi mangrove yang masih sedikit dipengaruhi oleh aktivitas manusia dibandingkan dengan stasiun 1 dan 2 yaitu 167,64 ind/m2 dan 101,36 ind/m2 yang memiliki aktivitas manusia berupa galangan kapal, restoran dan pemukiman penduduk. Kelimpahan makrozoobhentos di perairan Sungai Jang dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik di sekitar perairan ini, berupa galangan kapal, aktivitas restoran dan pemukiman masyarakat setempat.

(2)

THE ABUNDANCE OF MACROZOOBENTHOS IN TERMS OF ACTIVITY ANTHROPOGENIC SUNGAI JANG WATERS.

Iskandar1)

Henky Irawan2) dan Falmi Yandri2) Department S-1 Marine Science

Faculty of Marine Science and Fisheries, University of Maritim Raja Ali Haji Email : Iss_one1317@yahoo.com

1. The Student 2.

The Lecturer

ABSTRACT

The abundance of macrozoobenthos in terms of research activity has been carried out Anthropogenic Sungai Jang waters. The purpose of this study was to determine the abundance of macrozoobenthos in terms of anthropogenic activities such as shipyards and restaurants as well as residential areas protected from water currents in the waters of Sungai Jang.

Results showed that the macrozoobenthos were found in the waters of the Sungai Jang, there are 6 genus of 3 classes, gastropods, bivalve and Polychaeta. Individuals of the gastropod class are individuals who most often found. Sungai Jang waters at station 3 (control station) has the highest abundance of macrozoobenthos 233,92 ind/m2 which shows the region is still preserved ecosystem surrounded by mangrove vegetation is still slightly affected by human activities compared to stations 1 and 2 is 167,64 ind/m2 and 101,36 ind/m2 with human activities such as shipyards, restaurants and residential areas. Makrozoobhentos abundance in the waters of the Sungai Jang influenced by anthropogenic activities around these waters, such as shipbuilding, settlement activities and local restaurants.

Keywords: Abundance of macrozoobenthos,Sungai Jang waters, anthropogenic activity. PENDAHULUAN

Perairan pesisir pantai merupakan perairan yang mempunyai nilai sumberdaya hayati yang tinggi, karena merupakan tempat penumpukan zat-zat hara yang dibawa aliran sungai ke muara dan kemudian terakumulasi di pantai. Namun demikian, perairan ini mempunyai resiko yang tinggi terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia (anthropogenik), baik yang berasal dari daratan di sekitarnya maupun yang dilakukan di perairan itu sendiri.

Kerusakan kualitas perairan pantai pada umumnya disebabkan oleh berbagai kegiatan yang merupakan sumber bahan pencemar perairan laut antara lain pemukiman, industri,

transportasi dan pertanian, hal tersebut dapat mempengaruhi komposisi dan kepadatan komunitas makrozoobenthos.

Pesatnya perkembangan wilayah pesisir Pulau Bintan terutama kota Tanjungpinang dalam hal pengembangan kegiatan industri, pemukiman penduduk, jalur pelayaran dan perhubungan, pelabuhan, pertanian, perikanan serta reklamasi pantai akan memberikan dampak terhadap ekosistem pesisir.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 April – 6 Mei 2012 di Perairan Sungai Jang Kecamatan Bukit Bestari Provinsi Kepulauan Riau.

(3)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades, formalin 4% dan rose bengal digunakan sebagai pengawet sampel makrozoobenthos.

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui posisi stasiun, Grab untuk mengambil sampel makrozoobenthos, kantong plastik dan ice box untuk mengumpulkan sampel, alat untuk analisis sampel berupa saringan 0,5 mm dan mikroskop. Selain itu peralatan untuk mengukur kualitas perairan seperti DO meter untuk mengukur oksigen terlarut,Thermometer untuk mnegukur suhu, Hand refractometer untuk mengukur salinitas, Secchi disk untuk mengukur kecerahan, pH meter untuk mengukur derajat keasaman perairan, parasut arus (current drouge) untuk mengukur kecepatan arus dan alat tulis. Kelimpahan Makrozoobenthos

Perhitungan terhadap makrozoobenthos dilakukan terhadap kelimpahannya. Untuk melihat kelimpahan makrozoobenthos, dihitung berdasarkan jumlah individu persatuan luas (ind/m2) dengan perhitungan (Odum, 1971) sebagai berikut:

     10 .000 Dimana:

K = Indeks kelimpahan jenis (ind/m2)

A = Luas tangkapan grab atau luas bukaan mulut Eckman Grab (285 cm2) N = Jumlah total individu makrozoobenthos yang tertangkap dalam A (ind).

Keragaman Makrozoobenthos

Keragaman jenis

makrozoobenthos di Perairan Sungai Jang digunakan indeks keragaman Shannon dan Winner (dalam Odum, 1993) dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

H’ = Indeks keragaman jenis ni = Banyaknya individu/jenis N = Total individu semua jenis

  i ni Kriteria penilaian :

H’ < 1 = Keragaman rendah dengan jumlah tidak seragam dan salah satu spesies ada yang dominan.

1 ≤ H’ ≤ 3 = Keragaman sedang dengan jumlah individu tiap spesies tidak seragam tetapi tidak ada yang dominan.

H’ > 3 = Keragaman tinggi dengan jumlah individu tiap spesies seragam dan tidak ada yang dominan.

Menurut Sastrawijaya (2000) klasifikasi derajat pencemaran air berdasarkan indeks diversitas dapat digolongkan sebagai berikut :

H’ < 1,0 : Tercemar Berat H’ = 1,0 – 1,6 : Tercemar Sedang H’ = 1,6 – 2,0 : Tercemar Ringan H’ > 2,0 : Tidak Tercemar Dominansi Makrozoobenthos

Untuk mengetahui apakah ada suatu spesies yang mendominasi dapat diketahui dengan indeks Simpson (C) (Odum, 1993) sebagai berikut :

  s i Pi C 1 2 dan Dimana : C = Indeks dominansi ni = Banyaknya individu/jenis     

ni ni s i 2 1 log ' atau Pi Pi s 2 log ' 

   i ni

(4)

N = Total individu semua jenis

Kriteria penilaian : Apabila nilai C mendekati nol berarti tidak ada jenis makrozoobenthos yang dominan, sedangkan bila nilai C mendekati 1 berarti ada makrozoobenthos yang dominan.

Keseragaman Makrozoobenthos Indeks keseragaman jenis (e) makrozoobenthos dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

S H 2 log ' e  dimana : e = Indeks keseragaman H’ = Nilai indeks keseragaman S = Jumlah spesies yang teridentifikasi

Kriteria penilaian : Nilai indeks keseragaman terletak antara nol dan satu (Krebs, 1985), bila nilai e = 1 berarti perairan dianggap seimbang, sedangkan bila nilai e mendekati nol, perairan dianggap tercemar (Abdullah et al,1989).

Analisa Data

Data primer yang diperoleh

dari lapangan dan laboratorium

berupa

identifikasi

sampel,

kelimpahan, keragaman, dominasi

dan keseragaman dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk

tabel, grafik dan dijelaskan secara

deskriftif yang dihubungkan dengan

kondisi perairan. Hubungan antar

parameter kualitas perairan dianalisis

One Way Anova dengan melihat

perbedaan antar stasiun penelitian

(data pH ditranformasi kedalam nilai

(H+) yaitu dengan cara –log (10

-n

)

dimana n adalah nilai pH hasil

pengukuran), sedangkan kelimpahan

makrozoobhentos

berdasarkan

aktivitas manusia (anthropogenik)

dianalisis One Way Anova dimana

apabila nilai F hitung > F tabel maka

Ha diterima, yang artinya aktivitas

anthropogenik memberikan pengaruh

terhadap

kelimpahan

makrozoobenthos lalu dilakukan uji

lanjut atau Post Hoc test for LSD test

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis makrozoobenthos yang ditemukan di seluruh stasiun selama pengamatan terdiri dari tiga kelompok, yaitu Polycheata, Gastropoda dan Bivalvia. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 6 genus dari 6 famili. Keenam famili tersebut adalah Marphysa, Turbonilla, Anomalocardia, Volema, Ascalista dan Friginatica.

Tabel 1. Jenis-jenis Makrozoobenthos di Perairan Sungai Jang Selama Penelitian

Kelas

Famili

Genus

Spesies

Polychaeta

Eunicidae

Marphysa

Marphysa sp

Gastropoda

Pyramidellidae

Turbonilla

Turbonilla striatula

Melongenidae

Volema

Volema myristica

Naticidae

Friginatica

Friginatica beddomei

Columbellidae

Ascalista

Ascalista polita

Bivalvia

Veneridae

Anomalocardia

Anomalocardia flexuosa

Jenis dan jumlah individu

makrozoobenthos pada stasiun 1 yaitu Gastropoda sebanyak 39 individu dan Polychaeta sebanyak 4 individu, pada stasiun 2 yaitu jenis Gastropoda sebanyak 21 individu , Bivalvia

sebanyak 2 individu dan Polychaeta sebanyak 3 individu dan stasiun 3 yaitu jenis Gastropoda sebanyak 53 individu dan Polychaeta sebanyak 7 individu. Kelompok makrozoobenthos pada

(5)

masing-masing stasiun penelitian dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Grafik Kelompok Makrozoobenthos pada Masing-masing Stasiun Penelitian Kelimpahan makrozoobenthos

di masing-masing stasiun yang paling mendominasi pada masing-masing stasiun penelitian adalah Gastropoda. Hal ini disebabkan karena Gastropoda merupakan salah satu organisme yang mempunyai kisaran penyebaran yang luas pada berbagai habitat dan berbagai substrat baik substrat berbatu, berpasir maupun berlumpur tetapi cenderung menyukai substrat dasar berpasir. Secara keseluruhan komposisi kelas makrozoobenthos pada seluruh stasiun pengamatan terdiri dari Gastropoda (87,60 %), Bivalvia (2,33 %) dan Polychaeta (10,07%).

Berdasarkan data jumlah makrozoobenthos pada setiap stasiun penelitian diperoleh nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun 3 yaitu 701,75 ind/m2 (lampiran 3) untuk jenis Turbonilla striatula, Marphysa sp, Volema myristica dan Ascalista polita. Tingginya nilai kelimpahan pada stasiun 3 karena pada stasiun ini merupakan stasiun kontrol dan terlindung dari berbagai aktivitas manusia (anthropegenik).

Kondisi lingkungan suatu perairan umumnya dapat dikatakan baik (stabil) bila memiliki indeks

keanekaragaman dan keseragaman yang tinggi serta dominansi yang rendah (tidak ada spesies yang mendominasi).

Nilai rata-rata indeks keragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun 3 yakni sebesar 1,77. Tingginya indeks keragaman di stasiun 3 menunjukkan kondisi lingkungan perairan di stasiun tersebut cukup baik dan mendukung kehidupan biota.

Nilai rata-rata indeks keragaman yang paling rendah terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 1 yaitu 0,73 dan 1,33. Tingkat keragaman yang rendah menunjukkan bahwa penyebaran individu tiap jenis tidak merata dan kondisi kestabilan komunitas yang cenderung rendah. Hal ini diindikasikan dengan semakin kecil jumlah spesies dan adanya beberapa individu yang jumlahnya lebih besar atau mendominasi mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem yang kemungkinan disebabkan adanya tekanan ekologi atau gangguan dari lingkungan sekitarnya.

Menurut Odum (1971), keanekaragaman mencakup dua hal penting yaitu banyaknya jenis yang ada dalam suatu komunitas dan kelimpahan dari masing-masing jenis tersebut,

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gastropoda 90,70 80,77 88,33 Polychaeta 9,30 7,69 11,67 Bivalvia 0 11,54 0 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 P er se n ta se

Jenis Makrozoobenthos

(6)

sehingga semakin kecil jumlah jenis dan variasi jumlah individu tiap jenis atau ada beberapa individu yang jumlahnya jauh lebih besar dan penyebarannya tidak merata, maka keanekaragaman suatu ekosistem akan mengecil.

Indeks Dominansi (C) berguna untuk menghitung adanya jenis tertentu yang mendominasi suatu komunitas biota. Jumlah jenis yang ada pada komunitas akan menentukan besarnya nilai indeks dominansi. Nilai rata-rata Indeks Dominansi (C) pada ketiga stasiun penelitian berkisar antara 0,32 – 0,52. Nilai rata-rata Indeks Dominansi yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,52 dan terendah pada stasiun 3 sebesar 0,32.

Nilai rata-rata Indeks Dominansi (C) di lokasi tersebut termasuk kategori rendah dan umumnya mendekati 0 yang berarti tidak ada jenis yang mendominasi. Meskipun pada stasiun penelitian dijumpai pendominasian jenis tertentu, hal ini berkaitan dengan aktivitas manusia (anthropogenik) yang kurang mendukung bagi populasinya.

Indeks Keseragaman (e) menunjukkan komposisi individu tiap jenis yang terdapat dalam suatu komunitas berada dalam keseimbangan. Menurut Krebs (1985) nilai Indeks Keseragaman (e) berkisar antara 0 – 1. Nilai indeks ini menunjukkan penyebaran individu, apabila nilai indeks keseragaman mendekati 0 berarti keseragamannya rendah karena ada jenis yang mendominasi. Bila nilai mendekati 1, maka keseragaman tinggi yang berarti kondisi ekosistem relatif baik karena pembagian jumlah individu pada masing-masing jenis relatif sama atau seragam dan tidak ada jenis yang mendominasi.

Nilai Indeks Keseragaman yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 0,91 dan terendah pada stasiun 2 sebesar 0,14. Nilai rata-rata Indeks Keseragaman di perairan Sungai Jang pada tiga stasiun penelitian memperlihatkan nilai keseragaman yang berbeda antar stasiun. Dengan kata lain nilai tersebut menggambarkan bahwa

penyebaran individu bersifat tidak seragam. Perbedaan tersebut diduga karena aktivitas dari masing-masing stasiun memberikan masukan dan pengaruh yang berbeda ke perairan Sungai Jang.

Lingkungan perairan yang dikatakan sudah terganggu, kondisi kestabilan komunitasnya cenderung memperlihatkan tingkat keragaman yang rendah dimana penyebaran individu tiap jenis tidak merata dan terdapat dominansi oleh spesies makrozoobethos tertentu. Hal tersebut dikarenakan adanya tekanan ekologis yang cukup tinggi pada suatu perairan yang berakibat organisme tidak mampu beradaptasi dan bagi organisme yang mampu beradaptasi akan mengalami peningkatan jumlah yang cukup tinggi (dominan).

Hasil analisis untuk nilai kelimpahan tertinggi pada stasiun 3 adalah 233,92 ind/m2, tingginya nilai kelimpahan karena merupakan kawasan yang terlindung dan masih terjaga ekosistem dengan dikelilingi oleh vegetasi mangrove disekitarnya.

Hasil analisis nilai kelimpahan terendah pada stasiun 2 yaitu 101,36 ind/m2 karena terdapat aktivitas anthropogenik berupa aktivitas restoran dan pemukiman masyarakat setempat yang menghasilkan limbah domestik berupa buangan sisa-sisa makanan, deterjen dan sampah-sampah plastik.

Kelimpahan makrozoobhentos ditinjau dari aktivitas anthropogenik berdasarkan hasil uji one way anova, menunjukan perbedaan yang nyata terhadap Kelimpahan makrozoobhentos antar stasiun yang dinilai dari variabel nilai kelimpahan dengan nilai probabilitas 0,002 (p<0,05) dan nilai F hitung (21,15) > F tabel (5,14) dengan tingkat kepercayaan 95% yang berarti bahwa Ha diterima yaitu aktivitas anthropogenik memberikan pengaruh terhadap kelimpahan makrozoobhentos. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas anthropogenik berupa galangan kapal, aktivitas restoran dan pemukiman masyarakat setempat memberikan

(7)

masukan berupa logam berat serta limbah cair seperti tumpahan minyak dan cat, menghasilkan limbah domestik berupa buangan sisa-sisa makanan, deterjen dan sampah-sampah plastik ke dalam perairan Sungai Jang memberikan pengaruh terhadap kelimpahan makrozoobhentos.

KESIMPULAN DAN SARAN

Makrozoobenthos yang dijumpai di perairan Sungai Jang terdapat 6 genus dari 3 kelas, yaitu kelas gastropoda, bivalva dan polychaeta. Individu dari kelas gastropoda adalah individu yang paling banyak dijumpai. Perairan Sungai Jang pada stasiun 3 (stasiun kontrol) memiliki kelimpahan makrozoobenthos tertinggi yaitu 233,92 ind/m2 yang menunjukan kawasan tersebut masih terjaga ekosistemnya dengan dikelilingi oleh vegetasi mangrove yang masih sedikit dipengaruhi oleh aktivitas manusia dibandingkan dengan stasiun 1 dan 2 yaitu 167,64 ind/m2 dan 101,36 ind/m2 yang memiliki aktivitas manusia berupa galangan kapal, restoran dan pemukiman

penduduk. Kelimpahan

makrozoobhentos di perairan Sungai Jang dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik di sekitar perairan ini, berupa galangan kapal, aktivitas restoran dan pemukiman masyarakat setempat.

Indeks dominansi (C) stasiun 1 yaitu 0,43 ,stasiun 2 yaitu 0,52 dan stasiun 3 yaitu 0,32 yang menunjukan bahwa nilai indeks dominansi (C) di perairan Sei Jang termasuk kategori rendah dan umumnya mendekati 0 yang berarti tidak ada dominansi yang mendominasi. dan indeks keragaman (H’) stasiun 3 yang diperoleh menyatakan bahwa kondisi Perairan Sungai Jang masih berada dalam keadaan tercemar ringan dengan rata-rata indeks keragaman yaitu 1,77 sedangkan stasiun 1 tercemar sedang dengan rata-rata indeks keragaman yaitu 1,33 dan stasiun 3 tercemar berat dengan rata-rata indeks keragaman yaitu 0,73

(Sastrawijaya 2000), indeks keseragaman (e) memperlihatkan nilai rata-rata keseragaman yang berbeda antar stasiun pada stasiun 3 dan 1 yaitu sebesar 0,88 dan 0,84 yang mendekati nilai 1 berarti kondisi ekosistem baik dengan ditunjukan jumlah individu masing-masing jenis relatif sama atau tidak ada yang mendominasi sedangkan stasiun 2 indeks keseragaman (e) nilai rata-rata keseragaman yaitu sebesar 0,46 yang mendekati 0 berarti keseragamannya rendah (Krebs 1985) karena ada jenis yang mendominasi akibat aktivitas dari masing-masing stasiun memberikan masukan dan pengaruh berbeda ke perairan Sungai Jang. Parameter perairan seperti salinitas, derajat keasaman (pH), kecepatan arus, kecerahan, dan oksigen terlarut (DO) tidak memiliki perbedaan yang nyata antar stasiun penelitian, sedangkan yang memiliki perbedaan antar stasiun penelitian hanya parameter salinitas dan suhu.

Kelimpahan Makrozoobhentos ditinjau dari aktivitas anthropogenik di Perairan Sungai Jang masih banyak faktor-faktor lain yang belum diteliti, untuk itu disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kelimpahan makrozoobhentos dalam upaya memberikan informasi kepada berbagai pihak terkait mengenai kondisi lingkungan Perairan Sungai Jang, seperti hubungan kelimpahan makrozoobhentos dengan nutrien fosfat dan nitrat, kandungan logam berat pada makrozoobhentos, kelimpahan makrozoobhentos pada kawasan hutan

mangrove, kelimpahan

makrozoobhentos berdasarkan kandungan bahan organik dan masih banyak lagi yang dapat diteliti dari segi oseanografi fisika, kimia dan biologi di Perairan Sungai Jang.

DAFTAR PUSATAKA

Abdullah, C,. I. P. Sedana, Y.B. Sarjono, M. Ahmad dan N. A. Emnur, 1989. Evaluasi Kualitas Fisika, Kimia dan

(8)

Biologi Air Sungai Siak di Sekitar PT. Indah Kiat Pulp and Paper Perawang Riau. Jurnal Puslit Unri. I (2) : 1-2. Krebs, C. J. 1985. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Third Edition. Harper and Rows Publishing. New York. 800 pp.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders Company, London-Toronto. 574 p.

_________1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan Oleh T. Samingan. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta. 574 hal.

Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Edisi Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Grafik Kelompok Makrozoobenthos pada Masing-masing Stasiun Penelitian  Kelimpahan  makrozoobenthos

Referensi

Dokumen terkait

Di paragraf-paragraf ( conclusion ) akhir diusulkan agar menerapkan syariah secara sempurna melalui khilafah Islam, bukan dengan demokrasi. di paragraf penutup dijelaskan bahwa

Penelitian ini secara umum bertujuan mendapatkan gambaran mengenai sumber-sumber pencemaran laut di Teluk Jakarta, mengetahui beban pencemaran dan mengukur

Realisasi penggunaan alokasi dana desa pada Pos Infrastruktur Desa (Pembangunan Kantor Desa) dalam Pelaksanaan kebijakan penggunaan alokasi dana desa di Desa Maria

Pada tanggal 10 Agustus 2008, penyebaran konflik menyebar ke wilayah lain yang memiliki keinginan untuk memisahkan diri dari Georgia, Abkhazia, dengan melancarkan

Selanjutnya dilakukan pendampingan dalam pembuatan formulasi biofertilizer dalam bentuk kompos limbah kulit kakao, pendampingan perbanyakan Trichoderma sp di lokasi

Laporan Keuangan Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan

Pada pertemuan pertama, peneliti menanyakan kabar dan mengajak semua siswa tepuk semangat, setelah itu peneliti mengajak semua siswa untuk berdiri didepan kelas

Berdasarkan tabel diatas dari hasil tindakan siklus I sampai siklus II dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dengan dilakukan bimbingan guru