• Tidak ada hasil yang ditemukan

Noviyanti 1, Sastri Nufaisa 2 ABSTRAK. Kata Kunci : Efektifitas, Pijat Bayi Kepustakaan : 20 ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Noviyanti 1, Sastri Nufaisa 2 ABSTRAK. Kata Kunci : Efektifitas, Pijat Bayi Kepustakaan : 20 ( )"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

34 EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI UMUR 3 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJI KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG

TAHUN 2014

Noviyanti1, Sastri Nufaisa2

ABSTRAK

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha. Pijat bayi mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan cara merangsang peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Puskesmas Ibrahim Adji yang merupakan puskesmas dengan jumlah kelahiran bayi yang cukup banyak ternyata masih ada balita yang mengalami masalah gizi sebanyak 74 bayi (Dinkes Kota Bandung, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk efektifitas pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi umur 3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group pre and post test without control. Populasi penelitian ini adalah bayi umur 3 bulan yang berada di wilayah Puskesmas Ibrahim Adji sebanyak 26 bayi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 16 bayi. Pengambilan sampel yaitu secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung berat badan bayi dan selanjutnya dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi) dan bivariate dengan analisis non parametrik wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan p-value sebesar 0,0001 < 0,05 dimana gain atau peningkatan rata-rata berat badan bayi sebelum dan setelah pijat bayi diberikan 8 kali pemijatan selama satu bulan dengan masing-masing pemijatan selama 15 menit sebanyak 759,38 gram. Dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata pijat bayi efektif meningkatkan berat badan bayi umur 3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung

Kata Kunci : Efektifitas, Pijat Bayi Kepustakaan : 20 (2005-2013)

(2)

35 A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang. Pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan, selain itu masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009). Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Kesulitan proses adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan berat badan, keterlambatan perkembangan, perilaku yang tidak teratur bahkan bisa sampai meninggal dunia (Mansur, 2009).

Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah dengan pijat bayi (Prasetyono, 2013). Menurut Roesli dalam Prasetyono 2013, pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan diwariskan secara turun temurun.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para pakar telah membuktikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan perubahan psikologi yang menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik (Roesli, 2001 dalam Prasetyono, 2013).

Pijat bayi juga meningkatkan daya serap nutrisi ke tubuh bayi lebih baik dan lebih menenangkan sistem saraf sehingga dapat mengurangi alergi. Pijat bayi dapat meningkatkan hubungan kekeluargaan bayi dengan orang tuanya. Bayi akan merasa aman dan nyaman dengan kedua orang tuanya (Prasetyono, 2013).

Pijat bayi sebaiknya dilakukan saat berusia diatas 1 bulan, mengingat kulit bayi belum terbentuk sempurna. Selain itu secara emosi dan mental pun, bayi sudah lebih stabil (Aminati, 2013). Pada usia 3 bulan keatas, bayi mampu menerima rangsangan dan sentuhan dengan tekanan sebagaimana pijat bayi pada umumnya. Semakin bertambah usia, kekuatan otot pun semakin meningkat. Pada rentang usia ini, perkembangan saraf sangat pesat sehingga pemijatan diharapkan membantu pematangan saraf bayi (Subakti, 2008). Kenaikan berat badan bayi yang paling pesat yaitu pada saat 3 bulan pertama semenjak kelahirannya yaitu sekitar 700-1000 gram (Nursalam, 2008).

(3)

36 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji didapatkan bahwa dari 10 orang ibu post partum primigravida maupun multigravida dengan status kelahiran bayi normal, didapatkan 7 orang atau (70%) belum mengetahui dengan jelas tentang pengaruh positif pijat bayi bagi ibu maupun bayinya, serta belum mengetahui tentang cara melakukan pijat bayi yang baik dan benar sesuai dengan pedoman pijat bayi. Mereka meyakini bahwa pijat membawa banyak manfaat untuk bayi antara lain mengurangi rewel pada bayi, membuat bayi tidur lebih nyenyak, bahwa setiap bayi harus dipijat karena akan membawa banyak manfaat pada bayi tetapi gambaran yang lebih jelas tentang manfaat pijat bayi tersebut tidak dapat dijelaskan dengan pasti. Oleh karena itu dilakukan melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung tentang “Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Umur 3 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2014”.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi umur 3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2014. Sedangkan tujuan khusus yaitu pertama mengetahui gambaran berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan pijat bayi, kedua mengetahui gambaran berat badan bayi umur 3 bulan setelah diberikan pijat bayi, ketiga mengetahui efektifitas pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi umur 3 bulan

B. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah pre eksperimen dengan rancangan one group pre and post test without control. Pada desain ini peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding atau kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan post test (pengamatan akhir). Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan berat badan bayi sebelum dan setelah dilakukan pemijatan.

(4)

37 2. Populasi dan Sampel

Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah bayi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal dengan umur 3 bulan periode Juni 2014 yang berjumlah 26 bayi. Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Non Probability Sampling yaitu dengan teknik

Purposive Sampling yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan

berdasarkan maksud dan tujuan yang ditentukan oleh peneliti (Dharma, 2011). Pada penelitian ini jumlah sampel yang didapatkan adalah 16 responden. Adapun yang menjadi kriteria inklusi dan eksklusi

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Adapun waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni 2014

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap diantaranya: Pengkodean data (data coding), Pemindahan data ke komputer

(data entering), Pembersihan data (data cleaning), Penyajian data (data output),

Penganalisaan data (data analyzing)

5. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dan menghasilkan distribusi frekuensi dan peresentase pada setiap variabel. Analisis bivariat adalah metode statistik yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui gambaran berat badan bayi sebelum dan setelah dilakukan pemijatan, serta untuk mengetahui apakah ada pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi. Perubahan berat badan bayi diamati dengan melihat perbedaan berat badan bayi sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan. Analisa data dengan menggunakan uji T dependen, dengan derajat kepercayaan 95%. Sebelum dilakukan uji T terlebih dahulu harus dipenuhi syarat-syarat dari uji T yaitu sebaran data harus normal dan jika data yang dihasilkan tidak berdistribusi normal maka peneliti akan melakukan normalitas data terlebih

(5)

38 dahulu. Kemudian setelah data hasil transformasi mempunyai sebaran data yang normal maka dilakukan uji T berpasangan. Namun jika data tetap tidak berdistribusi normal maka peneliti akan menggunakan uji wilcoxon.

C. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Efektifitas pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi umur 3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2014”.

Analisis Univariat

a. Gambaran berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan pemijatan Tabel 4.1 Gambaran berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan

pijat bayi

Kategori Berat Badan Sebelum Pijat Bayi

F %

Normal (4,6-8,0 kg) 16 100.0

Total 16 100.0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan pijat bayi adalah seluruh responden yang berjumlah 16 bayi (100.0%) berada dalam kategori normal.

b. Gambaran berat badan bayi umur 3 bulan setelah diberikan pemijatan Tabel 4.2 Gambaran berat badan bayi umur 3 bulan setelah diberikan

pijat bayi

Kategori Berat Badan Setelah Pijat Bayi

F %

Normal (4,6-8,0 kg) 16 100.0

Total 16 100.0

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.2, berat badan bayi umur 3 bulan setelah diberikan pijat bayi yaitu seluruh responden yang berjumlah 16 bayi (100.0%) berada dalam kategori normal.

Analisis Bivariat

Setelah diperoleh data sebelum dan setelah diberikan pijat bayi ada bayi umur 3 bulan, selanjutnya sebelum dilakukan analisis perbandingan berat badan bayi umur 3 bulan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk menentukan metode yang akan akan digunakan. Apabila data berdistribusi

(6)

39 normal, maka dapat digunakan uji t berpasangan, tetapi jika data yang digunakan tidak berdistribusi normal dapat digunakan analisis non parametrik wilcoxon. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel

Hasil Uji Normalitas

Sebelum diberi Pijat Bayi Setelah diberi Pijat Bayi p-value Distribusi p-value Distribusi Berat badan bayi umur

3 bulan 0,035 Tidak Normal 0,021 Tidak Normal

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa p-value yang diperoleh dari variabel berat badan bayi umur 3 bulan baik sebelum diberi pijat bayi maupun setelah diberi pijat bayi < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan memiliki data berdistribusi tidak normal, sehingga analisis data yang dipakai menggunakan uji wilcoxon.

Kemudian dilakukan analisis perbandingan dengan +6menggunakan uji wilcoxon, namun terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif untuk melihat gambaran variabel. Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan rata-rata dan standar deviasi untuk berat badan bayi umur 3 bulan dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4

Rata-Rata Berat Badan Bayi Umur 3 Bulan Sebelum dan Sesudah Diberi Pijat Bayi

Variabel

Rata-rata berat badan bayi umur 3 bulan Sebelum diberi Pijat Bayi Setelah diberi Pijat Bayi

Mean SD Mean SD

Berat badan bayi umur

3 bulan 5984,38 872,49 6743,75 939,30

Dari tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberi pijat bayi sebesar (5984,38), nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai rata-rata setelah diberi pijat bayi sebesar (6743,75). Hal ini menunjukan bahwa pemberian pijat bayi dapat menaikkan berat badan bayi umur 3 bulan.

(7)

40 Pengujian Hipotesis Berat Badan Bayi Umur 3 Bulan Sebelum dan Sesudah Diberi Pijat Bayi

Untuk mengetahui apakah terdapat kenaikan yang bermakna pada berat badan bayi umur 3 bulan dapat diketahui dari hasil pengujian hipotesis dengan rumusan sebagai berikut:

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara berat badan bayi umur 3 bulan sebelum dan setelah diberi pijat bayi.

Terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara berat badan bayi umur 3 bulan sebelum dan setelah diberi pijat bayi.

Taraf signifikansi (α) : 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: - tolak Ho jika p-value < 0,05

- terima Ho jika p-value > 0,05

Hasil pengujian statistik di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5

Uji Perbandingan Sistolik Sebelum dan Setelah Pijat Bayi Perbandingan berat badan

bayi umur 3 bulan N Gain p-value Kesimpulan Sebelum dan sesudah

diberi pijat bayi 16 759,38 0,0001 Ho ditolak

Keterangan:

Nilai-p < 0,05 : Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa p-value adalah sebesar 0,0001. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak. Artinya, terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara berat badan bayi umur 3 bulan sebelum dan setelah diberi pijat bayi.

D. PEMBAHASAN

Gambaran Berat Badan Bayi Umur 3 Bulan Sebelum Dilakukan Pijat Bayi Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan pijat bayi yaitu seluruh responden yang berjumlah 16 bayi (100.0%) berada dalam kategori normal dengan rata-rata berat badan 5984,38 gram.

Dari data yang ada seluruh bayi berat badannya normal, hal ini dikarenakan asupan ASI yang cukup saat menyusui dan sistem pencernaan yang baik pada bayi. Berat badan bayi yang normal berkaitan erat dengan kesadaran para ibu

(8)

41 untuk memberi nutrisi yang baik bagi dirinya sendiri sebagai ibu menyusui dan juga perhatiian yang besar terhadap nutrisi bagi bayinya.

Kecepatan pertumbuhan pada bayi berhubungan dengan basal

metabolisme rate Pertumbuhan bayi tertinggi yaitu pada bayi baru lahir, hal ini

berkaitan dengan proporsi bertambahnya ukuran tubuh. Laju metabolisme menentukan kebutuhan kalori bayi. Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satu diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada pasca natal tetapi juga pada saat pra dan perinatal (Hidayat, 2005).

Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat badan dua kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan tiga kali lipat pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5% sampai 10% berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupannya karena urine, tinja, dan cairian diekskresi melalui paru-paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat badannya seperti semula dalam waktu 10 hari (Nursalam, 2008).

Proses tumbuh kembang terjadi secara sinkron pada setiap individu. Kedua proses ini merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu faktor genetik/keturunan, lingkungan bio-fisiko-psikososial dan perilaku (Aminati, 2013). Pertumbuhan dan perkembangan bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda serta ciri tersendiri pada setiap anak. Penilaian terhadap pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat dan tinggi badan sampai anak berusia 2 tahun masih dapat digunakan penilaian melalui lingkar kepala yang biasanya dibandingkan dengan usia anak. Beberapa cara penilaian melalui pemeriksaan fisik atau klinikal, pemeriksaan antopometri (membandingkan tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur, lingkaran kepala terhadap umur, lingkar lengan terhadap umur), contohnya KMS (kartu menuju sehat) yang membandingkan berat badan terhadap umur, pemeriksaan radiologis, laboratorium dan analisa diet (Aminati, 2013).

Gambaran Berat Badan Bayi Umur 3 Bulan Setelah Dilakukan Pijat Bayi Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan pijat bayi yaitu seluruh responden yang berjumlah 16 bayi (100.0%) berada dalam kategori normal dengan rata-rata berat badan 6743,75 gram. Dari data yang ada seluruh bayi berat badannya normal dan juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya stimulasi dari luar yaitu pijat bayi yang bertujuan untuk meningkatkan berat badan bayi melalui rangsangan pada

(9)

42 saraf vagus (saraf parasimpatis) akan merangsang lambung untuk mengeluarkan hormone gastrin.

Sesuai dengan teori bahwa pijat bayi bermanfaat untuk membuat bayi semakin tenang, mengurangi nyeri, meningkatkan efektivitas istirahat (tidur) bayi, mengurangi stres dan tekanan, memperbaiki konsentrasi bayi, meningkatkan produksi ASI, membantu meringankan ketidaknyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, merangsang pembentukan tulang dan mengurangi resorpsi tulang, memacu perkembangan otak dan sistem saraf, meningkatkan berat badan, meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan, menstimulasi aktivitas nervus

vagus untuk perbaikan pernapasan, memperkuat sistem kekebalan tubuh,

mengajari bayi sejak dini tentang bagian tubuh, meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kepercayaan diri ibu, memudahkan orang tua “mengenali” bayinya serta hiburan menyenangkan keluarga (Subakti, 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh bayi yang berjumlah 16 bayi mengalami peningkatan berat badan yang signifikan setelah dilakukan pemijatan.

Efektifitas Pijat Bayi dengan Peningkatan Berat Badan

Berdasarkan analisis pada tabel 4.5 dari 16 responden (100%) bayi umur 3 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2014 yang dipijat mengalami perubahan berat badan antara sebelum dan setelah diberikan pijat bayi dengan gain sebesar 759,38. Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan berat badan pada bayi yang dipijat mengalami kenaikan secara signifikan dan membuktikan bahwa pijat bayi dapat mempengaruhi peningkatan berat badan bayi.

Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak daripada yang tidak dipijat (Dewi, 2013). Berdasarkan teori dapat dijelaskan bahwa persyarafan pada saluran cerna sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Saraf vagus adalah saraf kepala kesepuluh yang mengatur fungsi organ tubuh termasuk dibagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus (saraf parasimpatis) akan merangsang lambung untuk mengeluarkan hormone gastrin. Hormone gastrin akan merangsang pengeluaran

(10)

43 insulin, asam hidroklorida, pepsinogen, enzim pancreas, mucus, peningkatan aliran empedu, hati dan merangsang motilitas lambung. Hormon gastrin juga mempermudah relaksasi reseptif lambung (relaksasi sementara) sehingga lambung dapat menambah volumenya dengan sangat mudah tanpa peningkatan tekanan. Pengeluaran insulin akan mempermudah untuk memetabolisme glukosa. Sekresi asam hidroklorida, pepsinogen, enzim pancreas, peningkatan aliran empedu hati akan mempermudah pencernaan makanan. Saat makanan sampai pada duodenum maka akan merangsang pengeluaran cholesistokinin, hal ini akan merangsang motilitas usus. Sehingga dengan adanya peningkatan motilitas lambung dan usus akan mempermudah pencampuran, pendorongan makanan, dan oenyerapan nutrisi menjadi lebih baik.

Insulin Like Growth Factor merupakan somatomedin yang mempunyai cara kerja hampir sama dengan insulin. Fungsinya sebagai growth promoting factor yang berperan pada pertumbuhan atau mediator growth hormone. Insulin Like Growth Factor mempunyai efek mitogenik terhadap chondrocyte, osteoblast dan jaringan lainnya. Insulin Like Growth Factor diproduksi oleh hepar.

Pemijatan juga dapat meningkatkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik menurut Thibadeau dan Patton dalam bukunya “Anatomy and Phisiology” adalah semacam gelombang dan kontraksi teratur saluran menuju lambung yang menggerakkan bahan makanan agar dapat berproses dalam saluran pencernaan. Jadi, jelas sudah bahwa pijat bayi membantu proses pencernaan (Subakti, 2008).

Hasil penelitian Prof. T. Field & Scafidi (1986 & 1990) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gram), yang dipijat 3x15 menit selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan perhari 20%-47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Penelitian cukup dilakukan pada bayi yang berusia 1-3 bulan, yang dipijat 15 menit, 2 kali seminggu selama 6 minggu didapatkan kenaikan berat badan yang lebih dari biasanya (Riksani, 2013). Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa aktivitas vagus berhbungan dengan peningkatan pertumbuhan bayi. Aktivitas vagus pada akhirnya akan merangsang motilitas gastric dan usus sehingga membantu absrbsi makanan di usus. Peningkatan motilitas gastric akan membuat bayi sering lapar, hal ini merupakan media untuk peningkatan berat badan.

Pemijatan dapat meningkatkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik menurut Thibadeau dan Patton dalam bukunya “Anatomy and Phisiology” adalah semacam gelombang dan kontraksi teratur saluran menuju lambung yang menggerakkan

(11)

44 bahan makanan agar dapat berproses dalam saluran pencernaan. Jadi, jelas sudah bahwa pijat bayi membantu proses pencernaan (Subakti, 2008).

E. KESIMPULAN

Gambaran berat badan bayi umur 3 bulan sebelum diberikan pijat bayi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2014 adalah sebanyak 16 responden (100%) berat badan bayi berada dalam kategori normal dengan rata-rata berat badan bayi 5984,38 gram.

Gambaran berat badan bayi umur 3 bulan setelah diberikan pijat bayi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2014 adalah seluruh responden (100%) berat badan bayi berada dalam kategori normal dengan rata-rata berat badan bayi 6743,75 gram.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pijat bayi efektif meningkatkan berat badan bayi umur 3 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adji Kecamatan Batununggal Kota Bandung, hal ini ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,0001 < 0,05 dimana gain atau peningkatan berat badan bayi setelah pijat bayi sebanyak 759,38 gr.

(12)

45 DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika

Aminnati, Dini. 2013. Pijat dan Senam untuk Bayi dan Balita. Ypgyakarta : Brilliant Books

Depkes. 2009. Buku Acuan Kesehatan Bayi Baru Lahir. Jakarta

Dewi, Siska. 2013. Pijat dan Asupan Gizi Tepat. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Dharma, Kelana Kusama. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta : Salemba Medika

Kendarti, Finta Isti. 2010. Pengaruh Pemijatan Terhadap Kenaikan Berat Badan

dan Lama Tidur Bayi Usia 1 Sampai 3 Bulan. Tesis. Bandung. Universitas

Padjadjaran

Maharani, Sabrina. 2012. Pijat dan Senam Sehat untuk Bayi. Yogyakarta : Kata Hati

Naurah, Lee. 2009. Cara Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Yogyakarta : CV Solusi Distribusi

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika Prasetyono. 2013. Buku Pintar Pijat Bayi. Yogyakarta : Buku Biru

Riksani, Ria. 2013. Cara Mudah dan Aman Pijat Bayi. Jakarta : Dunia Sehat Rizema, Sikatava. 2012. Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta : D-Medika

Roesli, Utami. 2008. Pedoman Pijat Bayi. Jakarta : PT Trubus Agriwidya

Subakti, Yazid. 2008. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta : PT Wahyu Medika

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilaksanakan tahap-tahap indikator dalam penyusunan program yang telah dilakukan maka dihasilkan multimedia pembelajaran interaktif dengan mengunakan software

Konstruksi oblik bahasa Toraja merupakan salah satu aspek bahasa lingkup tataran sintaksis. Aspek bahasa itu memberikan informasi sekunder terhadap konstruksi yang

Tujuan: Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Rumah Sakit PKU

Hasil observasi lapangan yang penulis lakukan ditemukan bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada anak pasca operasi yang mengalami nyeri umumnya memberikan

Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti juga menemukan interaksi sosial kooperasi teman sebaya yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA

Simpulannya, kios informasi ini mempermudah customer dalam memperoleh informasi seputar produk, tidak hanya letak produk, tetapi juga harga produk, diskon, penawaran khusus,

Panggung Wayang Potehi juga dibuat lebih tinggi yang memiliki makna bahwa panggung tersebut ditujukan untuk ritual dewa bahwa bagian atas panggung merupakan

Melalui sosiologi musik, proses tersebut dapat dilihat dengan cara melihat bentuk-bentuk praksis musikal Al-Asyik yang juga merupakan bagian dari budaya musikal religius di