ii
BAB II
KAJIAN PROGRAM
2.1. Kategori Program
Kehidupan semakin beragam dan setiap orang dengan kebutuhannya yang semakin beragam menuntut mereka untuk lebih update dan peka terhadap perubahan-perubahan serta perkembangan yang terjadi di lingkungan maupun masyarakat.
Beberapa program acara televisi bertujuan menghibur, adapula yang menyelipkan informasi dan pendidikan. Berikut ini penjelasan program informasi, program hiburan, dan program pendidikan yang ada di dalam drama, diantara lain:
2.1.1. Program Informasi
Pada dasarnya manusia memiliki sifat rasa ingin tahu yang besar. Dalam film KATARSIS yang penulis buat ini, memberikan informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal yang terjadi di sekitar kita. Di dalam program drama televisi KATARSIS, penulis juga ingin menyampaikan suatu pesan yang penulis buat karena melihat fenomena yang terjadi di kehidupan nyata yaitu, tentang toleransi antar umat beragama. Mayoritas pemeluk agama meyakini bahwa kepercayaan yang di anutnya adalah yang terbenar namun mereka melupakan bahwa pencipta semesta ini yang menciptakan segala unsur didalamnya, karena sikap “fanatisme” yang berlebihan yang akhirnya menimbulkan gesekan antar umat beragama. Penulis menceritakan isi toleransi
iii
antar beragama dalam sebuah cerita yaitu, pemeran utama yang hidup didalam lingkungan mayoritas namun ia memiliki hubungan yang erat dengan kepercayaan yang mayoritas anut, salah satunya pemeran utama ini mempelajari sebuah ilmu bela diri yang menjadi bagian dari budaya mayoritas tersebut.
2.1.2. Program Hiburan
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience. Penulis membuat drama televisi yang berjudul KATARSIS, Bergenre action yang di didalamnya menceritakan tentang seorang pemuda yang ingin mengungkapkan suatu permasalahan yang ada didalam hidupnya. Namun sebenarnya semua itu hanyalah hasil karya tulis dari seorang penulis yang ingin menyalurkan apa yang ia pikirkan selama ini. Dalam film ini pun terdapat unsur kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai sosial, budaya, agama dan politik. Dalam nilai sosial penulis menceritakannya dalam bentuk adegan kehidupan sehari-hari yang dijalani tokoh utama. Dalam budaya, penulis menceritakannya dalam bentuk tempat tinggal, bahasa yang digunakan serta ilmu bela diri yang ia dalami. Untuk unsur agama penulis sebenarnya ingin menunjukan bahwa agama Islam itu dan masyarakat suku Betawi mempunyai tingkat toleransi yang tinggi. Terakhir untuk politik penulis menceritakannya dalam bentuk pekerjaan yang disandang oleh orangtua tokoh utama dan lawan main si tokoh utama, yang mempunyai pekerjaan sebagai anggota dewan atau karyawan dari salah satu instansi kepemerintahan.
iv
2.1.3. Program Pendidikan (Edukasi)
Dalam program drama televisi KATARSIS ini penulis mempunyai tujuan dalam aspek pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa jaman sekarang khususnya di dunia pertelevisian sedikit sekali muatan pendidikan atau edukasi di dalam sebuah karya yang telah dibuat. Padahal unsur pendidikan itu teramat penting di dalam sebuah karya selain untuk hiburan dan informasi.
Penulis memiliki visi dalam hal pendidikan yang dituangkan dalam bentuk cerita mengenai hubungan orangtua dan anak. Di dalam program drama televisi KATARSIS ini penulis bertujuan agar setiap orangtua yang memiliki anak dapat lebih meluangkan waktu untuk anaknya, bukan hanya memberikan uang saku atau segala keperluan yang ia ingini. Karena pendekatan emosi itu lebih penting ketimbang kepuasan materi yang seorang anak dapati. Orangtua yang berada dirumah merupakan pilar pertama didalam pendidikan untuk seseorang, baik pendidikan mengenai pelajaran ataupun untuk pendidikan sosial bermasyarakat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap orangtua yang mempunyai kesibukan atau bekerja seringkali melupakan hak yang sudah seharusnya setiap anak dapati.
Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa program drama televisi tidak hanya memberikan nilai hiburan saja, tetapi memberikan informasi seputar dunia perfiman dan pendidikan (Edukasi) untuk mudah di terima audience. Penulis berharap agar karya yang penulis buat bersama dapat menjadi role model dalam hal pendidikan di dalam sebuah karya, baik untuk
audience maupun pembuat karya lainnya.
Menurut Morissan M.A (2008:224) Mengemukakan bahwa “Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama”.
v 2.2. Format Program
Menurut Irwanto dkk (2014:185) menyimpulkan bahwa “Format program adalah suatu pola yang diberlakukan terhadap suatu program televisi sebagai kategori untuk menentukan bentuk spesifik penyajiannya”.
Drama adalah suatu program televisi yang menceritakan jalan hidup pemeran utamanya, bisa satu orang atau lebih, dimana terdapat konflik yang menghadang dan harus dihadapi oleh pemeran utama. menayangkan cerita fiksi yang membuat unsur narasi, dialog, adegan, penokohan, dan musik yang dikemas sedemikian rupa dalam durasi tertentu. Contoh : Drama percintaan, tragedi, kisah horror, komedi, dan sebagainya.
Naratama (2013:70) Mengatakan bahwa :
Fiksi Drama adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sebuah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Contoh: Drama percintaan (Love Story), Tragedi, Horror, Komedi, Legenda, Aksi (action) dan sebagainya.
Ada beberapa jenis drama berdasarkan penyajian lakon, sarana dan ada atau tidaknya naskah, diantara lain :
1. Berdasarkan penyajian lakon dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu: a. Tragedi
Tragedi atau duka cerita adalah drama yang penuh kesedihan. b. Komedi
vi
c. Tragekomedi
Tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi d. Opera
Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. e. Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik.
f. Farce
Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
g. Tablo
Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. h. Sendratari
Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. 2. Berdasarkan sarana dibedakan menjadi enam jenis, yaitu:
a. Drama Panggung
Drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukkan b. Drama Radio
Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat.
c. Drama Televisi
Drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar). d. Drama Film
vii
e. Drama Wayang
Ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dan dialog. f. Drama Boneka
Drama boneka hampir sama dengan wayang.
3. Berdasarkan ada atau tidaknya naskah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Drama Tradisional
Drama tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. b. Drama Modern
Dama modern menggunakan naskah.
Berdasarkan definisi diatas, Penulis membuat program drama, karena program drama memiliki cerita dan pesan yang mudah diterima oleh penonton. Dalam Film ini penulis menggunakan format drama, drama merupakan sebuah karya dengan menggambarkan kehidupan masyarakat yang tidak lepas dari konflik untuk diselesaikan dengan berbagai cara. Selain itu program drama masih banyak diminati oleh berbagai kalangan. Program yang penulis buatkan berbeda dari kebanyakan program drama yang sudah sekarang.
2.3. Judul Program
Menurut Irwanto dkk (2014:53) bahwa “Nama/judul acara. Setiap program yang dibuat sebaiknya memiliki nama atau judul acara yang khas dan unik yang diselaraskan dengan sasaran pemirsanya”.
Sebuah film harus memiliki judul yang menarik, dari judul tersebut dapat menggambarkan isi film, karena judul yang menarik dapat memikat hati audience. Suatu nama/judul program harus dapat menyampaikan manfaat yang diperoleh
viii
audience. Penulis memilih program drama dengan judul “KATARSIS”, karena
arti dari Katarsis sendiri dalam Kamus Bahasa Yunani adalah pelepasan kecemasan diri dari ketegangan yang ada di dalam diri seseorang yang salah satunya dengan cara menuliskan apa yang dirasa dan dipikirkan.
Oleh karena itu, penulis berharap, pemilihan judul film “KATARSIS“ ini menjadi kekuatan bagi penonton untuk merasakan ingin tahu isi pesan yang disampaikan dalam film ini. Dalam program ini, penulis harus memilih tema yang dapat menginformasikan konsep program agar manfaat yang diperoleh penonton bisa tersampaikan dengan jelas.
Penulis memilih Katarsis, karena didalam cerita ini berhubungan dengan seorang pemuda yang ingin mengungkapkan suasana hati yang menyedihkan dan kekecewaan. Sehingga seorang pemuda ini ingin melakukan suatu tindakan yang baik, namun membuatnya takut untuk melakukan tindakan tersebut, Hingga akhirnya membuat ia melepaskan semua perasaannya melalui cerita. Dari situlah judul tersebut dipakai dalam cerita drama televisi ini.
Oleh karena itu, penulis berharap, pemilihan judul film “KATARSIS“ ini menjadi kekuatan bagi penonton untuk merasakan ingin tahu isi pesan yang disampaikan dalam film ini. Dalam program ini, penulis harus memilih tema yang dapat menginformasikan konsep program agar manfaat yang diperoleh penonton bisa tersampaikan dengan jelas.
ix
2.4. Target Audience
Penulis mengkategorikan usia audien pada umur 18th – 35th, karena tayangan program drama televisi “KATARSIS” ini terdapat adegan perkelahian dan adegan pembunuhan. Bila film ini ditargetkan pada usia 18th ke bawah sangat ditakutkan sekali pada usia tersebut tidak bisa mengartikan arti dari film yang penulis buat. Jam tayang yang penulis tentukan pukul 21.00-21.20 WIB, karena pada dasarnya jumlah penonton yang terbanyak terdapat pada saat jam tayangan utama yaitu Prime Time.
Menurut Morissan M.A (2008:108) Mengemukakan bahwa :
Bagaimana menyeleksi audien sangat ditentukan oleh bagaimana pengelola program melihat audien itu sendiri. Dengan demikian, audien yang dilihat oleh dua orang yang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda akan menghasilkan peta audien yang berbeda pula. Oleh karena itulah penting dipahami struktur-struktur atau kelompok-kelompok audien yang ada di tengah masyarakat.
Menurut Morissan M.A (2008:193) Mengatakan bahwa:
Target audien adalah memilih satu atau beberapa ssegmen audien yang akan menjadi focus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan promosi. Kadang-kadang targeting disebut juga dengan selecting karena audien harus diseleksi. Perusahan harus memiliki keberanian untuk memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) audien dan meninggalkan bagian lainnya.
Didasari oleh pernyataan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa target audien disebabkan oleh perusahaan termaksuk bagian hal yang sangat penting dari strategi progam yang berbeda untuk memuaskan kebutuhan audience.
x
Target Audiens
Media : Televisi
Format Program : Drama Televisi Karakteristik Program : Hiburan
Judul Program : Katarsis Durasi Program : 20 Menit Target Penonton :
a. Usia : Remaja (18th - 25th) 45% Dewasa (25th - 35th) 65% b. Jenis Kelamin : Pria
Wanita b. Pekerjaan : Pelajar 15%
Mahasiswa 45% Karyawan 40% c. SES : A (Kelas Atas)
B (kelas Menengah Atas) Karakteristik Produksi : (Record) Single kamera / Taping Jam tayang : 21.00-21.20 WIB
Target dalam film drama ini sekiranya dari kalangan remaja sampai orang tua berkisar umur antara 18 – 35 tahun. Pada usia tersebut sudah bisa mengerti artinya bagaimana cara berfikir sehat bahwa film ini sangat bermanfaat bagi masyarakat.
xi
2.5. Karakteristik Produksi
Penulis menggunakan system perekam yang disebut dengan Tapping dalam drama televisi “KATARSIS”. Karena tapping merupakan produsi yang dilakukan adanya tahapan editing sebelum tayang di televisi.
Menurut Rusman Latief (2015:152) mengatakan bahwa :
Taping merupakan kegiatan merekam adegan dari naskah menjadi bentuk audio video. Materi hasil rekamannya akan ditayangkan pada waktu yang berbeda dengan peristiwanya, misalnya rekaman dilakukan pada minggu lalu, ditayangkan minggu ini atau rekaman dilakukan pada pagi harinya, akan disiarkan malam hari.
Penulis memilih produksi secara taping record, karena program ini melakukan persiapan yang cukup lama, berawal dari berjalannya produksi yang akan selalu berpindah tempat untuk pengambilan gambar dan hasil produksi akan di kemas oleh editor (Penyunting gambar) melalui proses editing untuk menggabungkan hasil gambar yang sudah di rekam, memotong setiap adegan yang tidak menarik dan menambahkan backsound.