• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI

PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA,

MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

Oleh :

MUHAMMAD FAZRIANSYAH

F14104106

2008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS

PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

MUHAMMAD FAZRIANSYAH F14104106

2008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS

PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

MUHAMMAD FAZRIANSYAH F14104106

Dilahirkan pada Bogor, 17 Oktober 1986

Bogor, Agustus 2008 Menyetujui,

Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, MAgr Pembimbing Akademik

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian

(4)

Muhammad Fazriansyah. F14104106. Analisis Beban Kerja pada Proses Produksi di Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk Siak Estate, Riau. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, MAgr.

RINGKASAN

Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif dibandingkan dengan seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah salah satu industri yang memiliki keunggulan kompetitif bagi Indonesia yang dapat bersaing di tingkat global (Pahan, 2006). Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan karena kegiatan pengolahan di pabrik kelapa sawit sebagian masih memerlukan kerja manual, dimana manusia sebagai operator. Dengan demikian faktor manusia sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi produksi dalam proses pengolahan di pabrik kelapa sawit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat beban kerja pada jenis pekerjaan manual dalam proses produksi di pabrik kelapa sawit. Membandingkan tingkat beban kerja pada pekerja pengalaman dengan pekerja pemula serta membandingkan tingkat beban kerja pada pekerjaan yang dilakukan pada shift siang dengan shift malam. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi masukan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas kerja khususnya yang berkaitan dengan sistem manusia-alat/mesin-lingkungan kerja di industri pengolahan kelapa sawit.

Pengertian ergonomika berasal dari bahasa yunani “ergon” (berarti kerja) dan ”nomos” (berarti hukum atau ilmu pengetahuan). Jadi secara bahasa ergonomika berarti ilmu kerja atau studi mengenai manusia yang berhubungan dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ergonomika bertujuan mempelajari mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia di tempat kerja meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan memperbaiki interaksi manusia dengan produk, sistem dan lingkungan.

Fisiologi kerja adalah salah satu sub disiplin dalam ilmu ergonomika yang mengkaji tentang kondisi/reaksi fisiologi yang disebabkan beban atau tekanan (stress) eksternal saat melakukan suatu aktivitas kerja. Kajian fisiologi kerja sangat terkait dengan indikator-indikator metabolik, yang diantaranya adalah : (1) Cardiovascular (Denyut Jantung), (2) Respiratory (Pernafasan), (3) Body Temperature (Suhu Tubuh), dan (4) Muscular Act (Aktivitas Otot).

Menurut Bridger (2003) denyut jantung meningkat sesuai fungsi dari beban kerja dan konsumsi oksigen. Karena pengukuran denyut jantung lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan mengukur dengan metode oksigen, maka pengukuran denyut jantung yang sering digunakan untuk mengukur beban kerja (konsumsi energi). Dalam pengukuran denyut jantung diperlukan pengkalibrasian terhadap hasil pengukuran, karena kondisi fisiologis setiap manusia sangat bervariasi. Untuk pengkalibrasian pengukuran denyut jantung digunakan metode step test (metode langkah) dan metode ergometer.

Terdapat tiga tahap dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu (1) Penelitian pendahuluan, (2) pengukuran di lapangan, dan (3) pengolahan dan analisis data dengan menggunakan komputer. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan

(5)

menggunakan Heart Rate Monitor. Pekerjaan yang digunakan sebagai objek penelitian, yaitu pekerjaan pemuatan buah ke dalam lori pada stasiun Loading Ramp dan pekerjaan penyusunan lori kosong ke dalam rel pada stasiun Threshing. Sebelum dilakukan pengukuran, setiap operator atau objek pengukuran melakukan proses kalibrasi step test agar dapat diperoleh nilai karakteristik fisik masing-masing operator tersebut. Setiap subjek penelitian dalam hal ini operator diambil datanya hingga 4 kali pengukuran (1 hari kerja sama dengan 1 kali pengukuran), dan pada tiap jenis kegiatan terdapat 2 subjek yang diamati.

Berdasarkan nilai Increase Rate Heart Rate, tingkat beban kerja pada pekerjaan pengisian buah ke dalam lori termasuk golongan kerja sedang - berat, sedangkan pekerjaan pada penyusunan lori kosong termasuk kerja sedang.

Pada pekerjaan pengisian buah ke dalam lori, terdapat perbedaan nilai beban kerja yang dialami oleh kedua operator yang dijadikan subjek pengukuran. Perbedaan nilai beban kerja ini dipengaruhi oleh pengalaman kerja yang berbeda kedua operator tersebut. Hal yang sama terjadi pada pekerjaan penyusunan lori kosong, dimana operator yang berpengalaman mengalami beban kerja yang lebih rendah dibandingkan operator pemula. Oleh karena itu dapat diindikasikan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi beban kerja yang diterima oleh seseorang.

Pada kedua jenis pekerjaan yang diteliti, nilai beban kerja pada shift siang lebih besar dibandingkan pada shift malam. Perbedaan nilai beban kerja pada kedua shift ini dipengaruhi oleh faktor internal dari tubuh manusia dan faktor eksternal dari lingkungan kerja. Faktor internal yang mempengaruhi adalah ritme circadian manusia dan faktor ekternal adalah suhu lingkungan tempat kerja.

Pada karakteristik fisik yang sama, beban kerja pada operator berpengalaman akan lebih rendah dibandingkan operator pemula. Pengalaman seseorang akan mempengaruhi keterlatihan dan kebiasaan seseorang dalam melakukan kerja.

Kata kunci : Beban Kerja, Kelapa Sawit.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 17 Oktober 1986 sebagai anak dari pasangan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, Msc dan Dra. Jeni Juniati, Mhum dengan nama Muhammad Fazriansyah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis mulai menempuh pendidikan di SD Negeri Polisi I Bogor pada tahun 1992 dan tamat pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pertama di SLTP Negeri 2 Bogor dan menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMU Negeri 1 Bogor pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2005/2006; menjadi ketua klub basket FATETA (FBC) pada tahun 2007/2008.

Pada tahun 2007 penulis melakukan praktek lapang (PL) di PT. Perkebunan Nusantara V, Riau dengan judul praktek lapang Mesin-mesin Pengolahan dan Aspek K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada Industri Pengolahan Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara V, Riau. Dan pada tahun 2008 penulis menyelesaikan penelitiannya dengan judul Analisis Beban Kerja pada Proses Produksi di Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk Siak Estate, Riau.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Beban Kerja pada Proses Produksi di Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk Siak Estate, Riau.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ayah dan Ibu yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Kakakku Aci dan Adikku Fikri atas pengertian dan bantuannya selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan, dan pengertiannya dalam penyusunan skripsi. 3. Bapak Wahyu selaku Manager Mill di Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti

Persada, Minamas Plantation atas kerendahan hatinya mengizinkan penulis melakukan penelitian di Pabrik Kelapa Sawit yang Bapak pimpin.

4. Seluruh dosen dan staf administrasi departemen Teknik Pertanian IPB. 5. Seluruh staf dan karyawan PKS PT. Aneka Inti Persada, Minamas

Plantation, Teluk Siak Estate, terutama kepada Abang Haris, Pak Samosir, Abang Andri dan Abang Fuad yang bersedia menjadi subjek pengukuran penelitian ini.

6. Saudara-saudaraku Anan, Noe, Tania, Nana, Tami, Nera, Winda, Neno, Hesti, Tya, Udin, Ari, Arip, Raja, Badar, Ambi, Sukris, dan seluruh keluargaku Teknik Pertanian 41 atas bantuan, dorongan serta doa selama penyusunan skripsi ini Terima kasih atas suka dan duka selama ini, dengan adanya kalian hidup ini tak hanya sekedar bernafas. Ronal dan Ludy terima kasih untuk semua perjuangan yang kita jalankan bersama.

7. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga informasi yang diperoleh dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kita semua, amin.

Bogor, Agustus 2008 Penulis

(8)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat Bagi Perusahaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa Sawit ... 4

B. Pengolahan Kelapa Sawit ... 4

C. Mesin-mesin Pengolahan Kelapa Sawit ... 6

D. Ergonomika ... 8

E. Kapasitas Kerja Fisik dan Pengukuran Denyut Jantung... 9

F. Metode Step Test ... 10

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu ... 11

B. Peralatan ... 11

C. Metode Penelitian ... 11

1. Penelitian Pendahuluan ... 11

2. Pengukuran Denyut Jantung ... 12

3. Kalibrasi Subjek ... 13

4. Pemuatan Buah ... 14

5. Penyusunan Lori ... 15

6. Pengolahan Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan ... 22

(9)

2. Aktivitas Kerja Manual Subjek Penelitian ... 22

B. Penelitian Utama ... 25

1. Proses Kalibrasi Subjek Pengukuran (Step Test) ... 25

2. Pemuatan Buah ... 31

3. Penyusunan Lori ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 56

(10)

DAFTAR TABEL

Teks

No. Halaman

1. Tabel Konversi BME Ekuivalen dengan VO2

Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh ... 18

2. Kategori Pekerjaan Berdasarkan IRHR ... 20

3. Karakteristik Subjek Pengukuran pada Pekerjaan Pemuatan Buah ... 25

4. Karakteristik Subjek Pengukuran pada Pekerjaan Penyusunan Lori ... 25

5. Tabel Hubungan P dengan IRHR Berdasarkan Hasil Step Test pada Subjek Pengukuran Pemuatan Buah ke Dalam Lori ... 30

6. Tabel Hubungan P dengan IRHR Berdasarkan Hasil Step Test pada Subjek Pengukuran Penyusunan Lori Kosong ... 31

7. Data Hasil Pengukuran HR dan IRHR pada Operator A ... 37

8. Data Hasil Pengukuran HR dan IRHR pada Operator B ... 37

9. Energy Cost pada Operator A ... 38

10. Energy Cost pada Operator B ... 38

11. Fungsi-fungsi Tubuh yang Memiliki Ritme Circadian ... 40

12. Data Hasil Pengukuran HR dan IRHR pada Operator C ... 48

13. Data Hasil Pengukuran HR dan IRHR pada Operator D ... 48

14. Energy Cost pada Operator C ... 49

(11)

DAFTAR GAMBAR

Teks

No.

Halaman

1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit ... 6

2. Flow Chart Proses Pengolahan Kelapa Sawit ... 7

3. Diagram Alir Definisi dan Pengertian Ergonomika ... 8

4. Diagram Alir Kerangka Penelitian ... 12

5. Heart Rate Monitor dan Contoh Penggunaannya ... 13

6. Diagram Alir Kalibrasi Subjek ... 14

7. Grafik Korelasi TEC

ST

dengan IRHR ... 17

8. Diagram Alir Analisis Beban Kerja ... 21

9. Struktur Organisasi pada PKS Teluk Siak,

PT. Aneka Inti Persada ... 23

10. Proses Pemuatan Buah ke Dalam Lori Menggunakan

Gancu di Stasiun Loading Ramp ... 24

11. Proses Penyusunan Lori Kosong di Stasiun Threshing ... 24

12. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator A

Melakukan Step Test ... 26

13. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator B

Melakukan Step Test ... 26

14. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator C

Melakukan Step Test ... 27

15. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator D

Melakukan Step Test ... 27

16. Grafik Hubungan IRHR dengan TEC

ST

Operator A ... 28

17. Grafik Hubungan IRHR dengan TEC

ST

Operator B ... 28

18. Grafik Hubungan IRHR dengan TEC

ST

Operator C ... 29

19. Grafik Hubungan IRHR dengan TEC

ST

Operator D ... 30

20. Grafik Denyut Jantung pada Loading Ramp

untuk Operator A (Pemula) ... 34

(12)

21. Grafik Denyut Jantung pada Loading Ramp

untuk Operator B (Pengalaman) ... 34

22. Salah Satu Grafik Denyut Jantung Pada Saat

Operator A Melakukan Kerja ... 35

23. Salah Satu Grafik Denyut Jantung Pada Saat

Operator B Melakukan Kerja ... 35

24. Grafik IRHR Operator A tanggal 22 April 2008 ... 36

25. Grafik IRHR Operator B tanggal 22 April 2008 ... 36

26. Grafik Denyut Jantung pada Loading Ramp

untuk Operator C (Pemula) ... 45

27. Grafik Denyut Jantung pada Loading Ramp

untuk Operator D (Pengalaman) ... 45

28. Salah Satu Grafik Denyut Jantung Pada Saat

Operator C Melakukan Kerja ... 46

29. Salah Satu Grafik Denyut Jantung Pada Saat

Operator D Melakukan Kerja ... 47

30. Grafik IRHR Operator C tanggal 18 April 2008 ... 47

31. Grafik IRHR Operator B tanggal 18 April 2008 ... 48

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks

No.

Halaman

1. Data IRHR Operator A Selama Pengukuran ... 58

2. Data IRHR Operator B Selama Pengukuran... 59

3. Data IRHR Operator C Selama Pengukuran... 60

4. Data IRHR Operator D Selama Pengukuran... 61

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif dibandingkan dengan seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Agribisnis kelapa sawit adalah salah satu industri yang memiliki keunggulan kompetitif bagi Indonesia yang dapat bersaing di tingkat global (Pahan, 2006).

Kelapa sawit merupakan kontributor yang sangat penting bagi ekonomi indonesia. Industri sawit merupakan sumber lapangan kerja bagi 2,7 juta tenaga kerja dan mendatangkan devisa negara sekitar US $ 3 milyar per tahun. Luas areal perkebunan di Indonesia adalah nomor satu di dunia (5.2 juta ha) dan produksi nomor dua di dunia (11 juta ton CPO) (Subagyono, 2005). Menurut Derom Bangun, Ketua GAPKI (Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia), pada tahun 2008 diperkirakan Indonesia bisa menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia (Pahan, 2006).

Pengolahan hasil pertanian didefinisikan sebagai aktifitas proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari bahan mentah dengan meningkatkan jumlah panen, jumlah hasil yang diproduksi, atau dua-duanya, untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk tersebut dengan meningkatkan kualitas dari hasil penanaman, atau dengan menurunkan biaya produksi. Oleh karena itu industri pengolahan kelapa sawit merupakan keharusan karena buah kelapa sawit tidak mempunyai nilai jika tidak diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan KPO (Kernel Palm Oil).

Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi sebuah perusahaan karena kegiatan pengolahan di pabrik kelapa sawit sebagian masih memerlukan kerja manual, dimana manusia sebagai operator. Dengan demikian faktor manusia sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi produksi dalam proses pengolahan di pabrik kelapa sawit.

Kerja menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti sebagai aktivitas atau kegiatan untuk menghasilkan sesuatu. Dalam pengertian fisika, kerja (work/energy) diartikan sebagai hasil dari gaya dikalikan jarak. Dalam melakukan

(15)

kerja dibutuhkan energi yang berasal dari hasil metabolisme tubuh. Semakin berat suatu pekerjaan maka semakin besar pula energi yang dibutuhkan. Untuk mengetahui seberapa besar energi yang dibutuhkan untuk melakukan suatu kerja diperlukan pengukuran dan analisis terhadap parameter-parameter fisiologi manusia yang berhubungan dengan konsumsi energi, yang diantaranya adalah :

1. Cardiovascular (Denyut Jantung). 2. Respiratory (Pernafasan).

3. Body Temperature (Suhu Tubuh). 4. Muscular Act (Aktivitas Otot).

Dalam penelitian ini analisis beban kerja akan menggunakan parameter denyut jantung. Metode ini memanfaatkan kecenderungan perubahan laju denyut jantung terhadap perubahan beban kerja suatu aktivitas. Suatu aktivitas kerja tertentu yang berkaitan dengan posisi dan pola, serta intensitas dan durasi, memerlukan tingkat konsumsi energi tertentu, dan dengan meningkatnya konsumsi energi tersebut maka denyut jantung seseorang juga akan meningkat. Dengan demikian melalui pengukuran dan analisis laju denyut jantung seseorang yang melakukan suatu aktivitas maka dapat diketahui seberapa besar beban kerja yang diterima dalam melakukan aktivitas tersebut.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat beban kerja pada jenis pekerjaan manual dalam proses produksi di pabrik kelapa sawit. Membandingkan tingkat beban kerja pada pekerja pengalaman dengan pekerja pemula serta membandingkan tingkat beban kerja pada pekerjaan yang dilakukan pada shift siang dengan shift malam.

C. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian mengenai beban kerja (workload) perlu dilakukan di pabrik kelapa sawit karena untuk mendapat informasi mengenai tingkat beban kerja serta kesesuaiannya terhadap pekerjanya. Informasi mengenai tingkat beban kerja suatu aktivitas atau pekerjaan dapat digunakan dalam menentukan langkah-langkah atau metode untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja yang akan berpengaruh

(16)

terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi masukan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan aktivitas kerja khususnya yang berkaitan dengan sistem manusia-alat/mesin-lingkungan kerja di industri pengolahan kelapa sawit, dan juga menjadi masukan bagi pengambil keputusan di industri sawit dalam merancang sistem kerja yang ergonomis.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelapa Sawit

Kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) termasuk dalam famili Palmae, genus Elaesis dan dikelompokkan ke dalam tanaman Monocotyledon. Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut sejarahnya, tanaman kelapa sawit di Indonesia didatangkan dari Guinea, Afrika. Dari bahasa Yunani Elaion yang berarti minyak dan berspesies Guineensis yang berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana kelapa sawit pertama kali ditemukan (Adlin Lubis, 1992).

Secara umum, kelapa sawit tumbuh pada daerah tropis dengan kondisi suhu udara sedang sampai panas dan kelembaban udaranya lembab dengan curah hujan rata-rata 1500-1800 mm per tahun. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai daerah pinggiran laut, tetapi juga dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian ± 300 m di atas permukaan laut. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi tanah yang paling cocok adalah jenis tanah latosol yang gembur dan memiliki lapisan top-soil lebih besar dari 75 cm, bersuhu 22-23oC dengan sinar matahari 5 jam per hari dan pH tanahnya 4.0-6.0.

Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa lapisan diantaranya perikarp yang dibentuk oleh endokarp (cangkang) yang mengelilingi inti (kernel). Cangkang berwarna hitam dan keras karena mengandung zat kersik dan disebut tempurung.

Minyak yang dihasilkan daging buah lebih banyak dibandingkan minyak inti sawit. Minyak yang dihasilkan dari daging buah dan inti buah kelapa sawit melalui proses ekstraksi disebut CPO merupakan komoditi bernilai komersial tinggi. Bahkan saat ini minyak sawit dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar (palm biodiesel).

B. Pengolahan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas kelapa sawit meningkat

(18)

mulai umur 3 – 14 tahun dan akan menurun kembali setelah 15 – 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 – 15 TBS per tahun dengan berat 3 – 40 kg per tandan, bergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000 – 3000 brondolan dengan berat rata-rata berondolan berkisar 10 – 20 gram (Pahan, 2006). Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit dengan mutu yang baik dan rendemen yang optimum (Adlin Lubis, 1992). Minyak dan inti yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO, MKS) dan inti (kernel, IKS) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006). Umumnya pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan berbeda-beda berdasarkan umur tanaman dan banyaknya buah yang membrondol secara alami.

Menurut Iyung Pahan, pada proses pengolahan kelapa sawit, stasiun proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi MKS dan IKS umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai:

 Penerimaan buah (fruit reception).  Rebusan (sterilizer).

 Pemipilan (thresher).

 Pencacahan (digester) dan pengempaan (presser).  Pemurnian (clarifier).

 Pemisahan biji dan kernel (kernel).

Sementara, stasiun pendukung berfungsi sebagai berikut :  Pembangkit tenaga (power).

 Laboratorium (laboratory).  Pengolahan air (water treatment).  Penimbunan produk (bulking).  Bengkel (workshop).

Penanganan bahan baku TBS meliputi penimbangan TBS di jembatan timbang, sortasi, dan pemasukan TBS ke loading ramp. Pengolahan selanjutnya meliputi perebusan di sterilizer, penebahan di tresher, peremasan di digester, pengempaan di screw press, pengutipan dan pemurnian minyak, dan pengolahan biji. Pengutipan dan pemurnian minyak meliputi sand trap cyclone, vibro screen,

(19)

crude oil tank, reception oiltank, diterukan ke oil purifier, vacuum dryer, dan minyak produksi ditampung di oil storage tank, kemudian diteruskan ke sludge sp., sludge yang masih mengandung minyak akan kembali ke vibro screen, sedangkan sludge pada bak fat pit yang masih mengandung minyak akan dialirkan lagi kembali CTS. Gumpalan biji yang berasal dari proses pengepresan akan dipecah-pecah oleh cake breaker conveyor (CBC), kemudian dilakukan pemisahan serabut dan biji oleh depericarper, dan masuk ke dalam polishing drum, nut silo dryer, LTDS, kernel silo dryer, kernel winnowing, dan kemudian diperoleh inti sawit.

Gambar 1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. (Sumber : Pahan, 2006)

C. Mesin-mesin Pengolahan Kelapa Sawit

Mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik kelapa sawit untuk mengolah kelapa sawit hingga menjadi MKS dan IKS diantaranya adalah sterilizer, thresher, digester, screw presser, depericarper, polishing drum, nut silo, nut cracker, pneumatic separating column, clay bath, kernel silo, vibrating screen, crude oil tank, clarifier tank, sludge tank, pure oil tank, oil purifier, vacuum drier, sludge separator/decanter, effluent, boiler.

(20)

Gambar 2. Bagan Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit. (Sumber : Pahan, 2006)

(21)

D. Ergonomika

Pengertian ergonomika berasal dari bahasa yunani “ergon” (berarti kerja) dan ”nomos” (berarti hukum atau ilmu pengetahuan). Jadi secara bahasa ergonomika berarti ilmu kerja atau studi mengenai manusia yang berhubungan dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ergonomika bertujuan mempelajari mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia di tempat kerja meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan memperbaiki interaksi manusia dengan produk, sistem dan lingkungan.

International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan Ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen lain dari suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain kegiatan, kerja, produk dan lingkungannya dengan tujuan untuk menyelaraskannya dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia (Syuaib, 2003).

Gambar 3. Diagram Alir Definisi dan Pengertian Ergonomika (Sumber : Syuaib, 2003).

Ergonomika

Sistem Kerja dan Lingkungan Kerja

Pengguna / Operator (Manusia)

Keseuaian / keserasian (Penilaian)

 Desain (Mesin, Tugas, lingkungan).  Sistem Pendidikan dan Pelatihan.  Persyaratan Tertentu.

Memperbaiki Kinerja Sistem :  Efisiensi

 Produktivitas

 Keselamatan dan Kenyamanan, dll  Meningkatkan Keamanan dan

Keselamatan.  Mengurangi Error.

(22)

E. Kapasitas Kerja Fisik dan Pengukuran Denyut Jantung

Dalam ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan dalam pengertian ilmu fisika kerja diartikan sebagai hasil dari gaya dikalikan jarak. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik. Menurut Astrand dan Rodahl (1977), konsumsi oksigen akan meningkat secara linear sesuai dengan beban kerja yang dialami. Energi yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal dari proses oksidasi glukosa yang terjadi di dalam tubuh. Reaksi tersebut digambarkan sebagai berikut (Dumin dan Passmore dalam Lubis, 1998):

C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6CO2 + Energi

Energi yang dihasilkan dari proses pemecahan makanan (C6H12O6) tidak

langsung digunakan untuk melakukan kerja melainkan melalui suatu proses yang cukup kompleks. Menurut Sanders (1993), secara umum konsumsi 1 liter oksigen ekuivalen dengan konsumsi energi sebesar 5 kkal.

Kebutuhan bahan bakar (energi) bagi tubuh untuk melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui pembuluh-pembuluh darah keseluruh bagian tubuh yang membutuhkannya dengan jantung sebagai pemompanya. Setiap peningkatan penggunaan tenaga berarti akan meningkatkan kerja jantung.

Fisiologi kerja adalah salah satu sub disiplin dalam ilmu ergonomika yang mengkaji tentang kondisi/reaksi fisiologi yang disebabkan beban atau tekanan (stress) eksternal saat melakukan suatu aktivitas kerja. Kajian fisiologi kerja sangat terkait dengan indikator-indikator metabolik, yang diantaranya adalah :

1. Cardiovascular (Denyut Jantung). 2. Respiratory (Pernafasan).

3. Body Temperature (Suhu Tubuh). 4. Muscular Act (Aktivitas Otot).

Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang termudah untuk dilakukan adalah pengukuran denyut jantung. Menurut Bridger (2003) denyut jantung meningkat sesuai fungsi dari beban kerja dan konsumsi oksigen. Karena pengukuran denyut jantung lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan mengukur dengan metode oksigen, maka

(23)

pengukuran denyut jantung yang sering digunakan untuk mengukur beban kerja (konsumsi energi).

Pengukuran beban kerja secara tidak langsung yang menggunakan pencatat denyut jantung secara kontinyu membuka gambaran umum dari seluruh aktivitas yang dilakukan pada hari tersebut. Dan dengan menggunakan alat pencatat denyut jantung selama hari kerja, memungkinkan untuk memisahkan berbagai macam aktivitas sesuai dengan denyut jantungnya. (Astrand dan Rodahl, 1977).

Denyut jantung (Heart Rate / HR) per menit (bpm) subjek direkam oleh alat Heart Rate Monitor (HRM). HRM adalah metode pengukuran yang paling umum dan paling nyaman digunakan untuk mengukur suatu beban kerja fisiologis (physiological strain). Banyak peneliti ergonomika percaya bahwa meningkatnya tingkat laju denyut jantung dapat menunjukan beban kerja baik secara fisik maupun mental, karena terdapat korelasi yang linear terhadap konsumsi energi fisik (physical energy cost).Oleh karena itu sampel data kontinyu dari laju denyut jantung pada suatu aktivitas berguna sebagai indikator dari beban kerja psiko-fisiologis.

F. Metode Step Test

Dalam pengukuran denyut jantung diperlukan pengkalibrasian terhadap hasil pengukuran, karena kondisi fisiologis setiap manusia sangat bervariasi. Untuk pengkalibrasian pengukuran denyut jantung digunakan metode step test (metode langkah) dan metode ergometer.

Dengan metode step test dapat diusahakan suatu selang yang pasti dari beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Metode step test pada dasarnya dilakukan dengan mengukur denyut jantung saat melakukan pekerjaan naik-turun sebuah bangku (ketinggian optimal 30cm) dengan laju tertentu (misalnya 15-45 kali naik turun dalam satu menit).

(24)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk Siak Estate, Riau yang bergerak dalam bidang pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan selama 14 hari, dimulai pada 10 April 2008 sampai 24 April 2008. Analisis data dan perhitungan dilakukan di Bogor.

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian pengukuran beban kerja ini adalah :

1. Heart Rate Monitor (Polar Accurex Plus). 2. Heart Rate Monitor Interface.

3. Stop watch dan Time Study Sheet. 4. Digital Metronome.

5. Bangku Step Test berukuran tinggi antara 25 – 35cm. 6. Thermohygrometer.

7. Alat ukur dimensi tubuh.

8. Komputer, alat tulis, dan perlengkapan lainnya untuk pencatatan data dan pengolahan data.

C. Metode Penelitian.

Terdapat tiga tahap dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu (1) Penelitian pendahuluan, (2) pengukuran di lapangan, dan (3) pengolahan dan analisis data dengan menggunakan komputer. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan menggunakan Heart Rate Monitor. Secara skematis, rancangan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.

1. Penelitian Pendahuluan.

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengamati kegiatan-kegiatan dan sistem kerja yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit. Penelitian pendahuluan ini bertujuan menyesuaikan metode pengambilan data yang tepat dan mendapatkan

(25)

gambaran kondisi kerja dan lingkungan kerja, dengan mengamati rantai pengolahan, sistem shift kerja, jumlah pekerja, jenis pekerjaan, lama bekerja, dan lain-lain. Dari hasil pengamatan dalam penelitian pendahuluan diketahui bahwa pekerjaan pemuatan buah pada stasiun loading ramp dan penyusunan lori kosong pada stasiun threshing dipilih sebagai dua jenis pekerjaan yang dapat diteliti. Pemilihan kedua jenis pekerjaan tersebut didasarkan pertimbangan bahwa kedua pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang paling membutuhkan tenaga manual.

Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Penelitian

2. Pengukuran Denyut Jantung.

Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan menggunakan sebuah Heart Rate Monitor (HRM) digital. HRM terdiri atas 2 bagian : (1) rubber belted

Penelitian Pendahuluan  Mengamati rantai produksi.  Sistem Kerja.

 Shift Kerja, dll.

Kalibrasi Subjek

Pemuatan Buah Penyusunan Lori

Pengukuran HR  Subjek A, B, C, D.  Shift Siang & Malam. Step Test

Pengukuran HR  Subjek A, B, C, D.  Shift Siang & Malam. Pengukuran HR  Subjek A, B, C, D. Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan Pengukuran Denyut Jantung

(26)

electrode, sebagai sensor dan transmitter, yang diikatkan pada dada subjek, dan (2) digital data receiver and memory, yang dipasang pada pergelangan tangan subjek seperti sebuah jam tangan. Pemasangan rubber belted electrode dan digital data receiver and memory dilakukan pada saat subjek pengukuran belum mulai melakukan aktivitas.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Heatr Rate Monitor dan Contoh Penggunaannya. (a) Digital Data Receiver and Memory; (b) Rubber Belted Electrode; (c) Contoh Penggunaan HRM. (Sumber : www.polar-danmark.dk).

Pengukuran denyut jantung (HR) dilakukan dengan selang perekaman data 5 detik untuk pekerjaan penyusunan lori kosong karena jenis pekerjaan tersebut dikategorikan sebagai pekerjaan cepat. Sedangkan selang waktu perekaman untuk pekerjaan pemuatan buah ke dalam lori digunakan selang perekaman 15 detik.

Untuk masing-masing jenis pekerjaan yang diteliti, dilakukan pengukuran denyut jantung terhadap 2 (dua) orang subjek (operator), yaitu seorang operator pemula dan seorang operator berpengalaman. Dan untuk setiap subjek, pengukuran denyut jantung dilakukan pada shift siang dan shift malam. Dan masing-masing shift dilakukan pengukuran sebanyak 2 (dua) kali (1 hari kerja = 1 kali ulangan).

3. Kalibrasi Subjek (Step Test).

Sebelum dilakukan pengukuran denyut jantung untuk masing-masing aktivitas kerja yang diteliti, terlebih dahulu perlu dilakukan kalibrasi denyut jantung terhadap beban kerja kepada setiap subjek pengukuran yang diteliti. Metode kalibrasi yang dilakukan adalah metode step test. Step test dilakukan dengan menggunakan suatu bidang dengan ketinggian kurang-lebih 30 cm, dan

(27)

step test dilakukan dengan frekuensi 20 siklus per menit, 25 siklus per menit, dan 30 siklus per menit.

Gambar 6. Diagram Alir Kalibrasi Subjek

4. Pemuatan Buah.

Pekerjaan pemuatan buah ke dalam lori merupakan pekerjaan yang berada pada stasiun Loading Ramp. Untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan 2 orang operator, dan masing-masing operator melakukan pekerjaan yang sama. Pada stasiun ini, para operator yang menjadi subjek pengukuran melakukan step test dengan menggunakan suatu bidang yang terdapat pada stasiun tersebut dengan tinggi 25 cm. Step test dilakukan dengan frekuensi 20 siklus per menit, 25 siklus per menit, dan 30 siklus per menit. Setelah mengaktifkan alat perekam data denyut jantung dan stopwatch secara bersamaan, dilakukan pencatatan terhadap waktu operator tersebut selama melakukan step test. Kemudian subjek pengukuran dibolehkan untuk melakukan pekerjaan mereka seperti biasa. Kalibrasi step test dengan penambahan frekuensi ini dilakukan hanya satu kali saja untuk setiap operator. Untuk hari-hari pengukuran berikutnya hanya dilakukan step test dengan frekuensi 20 siklus per menit setiap sebelum melakukan aktivitas kerja dengan tujuan melihat kemungkinan terjadinya

Pengambilan Data Subjek & Data Lingkungan

Rest 1

Step Test 1

Perhitungan IRHR & Beban Kerja Rest 2

Step Test 2

Rest 3

Step Test 3

Fungsi dan grafik Korelasi IRHR dengan Beban Kerja

(28)

perbedaan nilai denyut jantung step test pada kegiatan kalibrasi yang telah dilakukan.

Pada saat melakukan kerja, waktu kerja dicatat menggunakan bantuan stopwatch dan timesheet. Pencatatan waktu tersebut dilakukan setiap subjek melakukan pengisian buah ke dalam lori. Waktu yang dicatat adalah waktu ketika subjek pengukuran memulai pekerjaan, yaitu pada saat subjek tersebut membuka pintu hidrolik untuk memasukkan buah ke dalam lori, dan pada saat subjek pengukuran tersebut selesai menyusun buah di dalam lori tersebut. Pencatatan waktu tersebut dilakukan setiap subjek pengukuran melakukan pengisian buah. Pada saat subjek selesai melakukan satu hari kerja, alat perekam data pun di non-aktifkan.

5. Penyusunan Lori.

Pekerjaan penyusunan lori ini merupakan pekerjaan yang berada pada stasiun Threshing. Untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan 2 orang operator, dan masing-masing operator melakukan pekerjaan yang sama. Berbeda dengan step test yang dilakukan pada stasiun Loading Ramp, pada stasiun ini para operator yang menjadi subjek pengukuran melakukan step test dengan menggunakan suatu bidang yang terdapat pada stasiun tersebut dengan tinggi 35 cm. Step test dilakukan dengan frekuensi 20 siklus per menit, 25 siklus per menit, dan 30 siklus per menit.. Setelah mengaktifkan alat perekam data denyut jantung dan stopwatch secara bersamaan, dilakukan pencatatan terhadap waktu operator tersebut selama melakukan step test. Kalibrasi step test dengan penambahan frekuensi ini dilakukan hanya satu kali saja untuk setiap operator. Untuk hari-hari pengukuran berikutnya hanya dilakukan step test dengan frekuensi 20 siklus per menit setiap sebelum melakukan aktivitas kerja dengan tujuan melihat kemungkinan terjadinya perbedaan nilai denyut jantung step test pada kegiatan kalibrasi yang telah dilakukan. Kemudian objek pengukuran dibolehkan untuk melakukan pekerjaan mereka seperti biasa.

Pada saat melakukan kerja, dilakukan pencatatan waktu setiap subjek tersebut melakukan penyusunan lori. Waktu yang dicatat adalah waktu ketika subjek pengukuran memulai pekerjaan, yaitu pada saat subjek tersebut menempatkan lori kosong yang diangkat oleh hoisting crane ke dalam rel lori, dan

(29)

pada saat subjek pengukuran tersebut selesai menyusun lori kosong tersebut dengan cara mendorong lori tersebut hingga batas penempatan lori kosong. Pencatatan waktu tersebut dilakukan setiap subjek pengukuran melakukan penyusunan lori kosong. Pada saat subjek selesai melakukan satu hari kerja, alat perekam data pun di non-aktifkan.

Setiap selesai melakukan perekaman data satu hari kerja, rekaman data tersebut dipindahkan menggunakan alat Heart Rate Monitor Interface dengan bantuan komputer. Setelah seluruh kegiatan pengumpulan data laju denyut jantung baik sejak step test hingga aktivitas selesai maka dilakukan pengolahan data yang merupakan perhitungan analisis beban kerja (energy cost) tiap jenis pekerjaan di pabrik kelapa sawit.

6. Pengolahan Data.

Hasil perekaman denyut jantung (HR) dibuat dalam bentuk grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai HR tiap-tiap kegiatan dalam pengukuran. Untuk menghindari subjektivitas nilai denyut jantung (HR) yang umumnya sangat dipengaruhi faktor-faktor personal, psikologis dan lingkungan, maka perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif (Syuaib, 2003). Normalisasi nilai denyut jantung dilakukan dengan cara perbandingan HR relatif saat kerja terhadap HR pada saat istirahat. Nilai perbandingan HR tersebut dinamakan IRHR (Increase Ratio of Heart Rate).

Dengan merekam data laju denyut jantung pada saat step test hingga aktivitas di pabrik kelapa sawit selesai maka dapat diperoleh nilai IRHR (Increase Ratio of Heart Rate), yaitu peningkatan HR relatif pada saat kerja terhadap saat istirahat. Perbandingan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Syuaib, 2003) :

Dimana : HR work = denyut jantung saat melakukan pekerjaan (bpm). HR rest = denyut jantung saat istirahat (bpm).

Setelah mendapatkan nilai IRHR pada saat step test maka dapat diperoleh persamaan hubungan beban kerja dengan nilai IRHR. Untuk mendapatkan nilai

(30)

beban kerja harus dilakukan perhitungan TECST (Total Energy Cost Step Test)

yaitu total energi yang dikonsumsi pada step test dengan menggunakan persamaan berikut :

TECST = [w . g . 2f . h / (4,2 . 103)]

Dimana : TECST = Total Energy Cost saat step test (kkal / menit).

w = berat badan (kg).

g = percepatan gravitasi (9,8 m / detik2). f = frekuensi step test.

h = tinggi bangku step test (meter).

4,2 = faktor kalibrasi satuan dari joule menjadi kalori.

Grafik Hubungan P dengan IRHR

(Operator A)

y = 0,0181x + 0,8848 R2 = 0,9999 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 0 20 40 60 80 100 120 P (kal / kg.min) IR H R

Gambar 7. Grafik Korelasi TECST dengan IRHR.

Untuk mengkonversi nilai IRHR menjadi TEC (Total Energy Cost) pada saat melakukan aktivitas yaitu dengan cara membuat fungsi korelasi antara TECST

terhadap IRHR. Fungsi korelasi tersebut didapat dari rangkaian kalibrasi step test. Dengan membuat grafik korelasi antara TECST dengan IRHR maka diperoleh

persamaan dengan bentuk umum bagi seorang subjek adalah sebagai berikut : Y = a X + b

Dimana : Y = IRHR.

X = TEC (kkal/min).

Grafik Hubungan TECST dengan

IRHR

(31)

Dengan membalikan persamaan tersebut dengan X sebagai daerah hasil maka dengan memasukan nilai IRHR objek saat melakukan kerja kedalam persamaan korelasi tersebut maka diperoleh nilai daya yang dikeluarkan oleh subjek tersebut.

Setelah mendapatkan persamaan untuk mengetahui nilai TEC pada saat bekerja, maka nilai IRHR untuk setiap kegiatan dimasukkan ke dalam persamaan tersebut dan dapat diperoleh nilai TEC setiap kegiatan.

BME (Basal Metabolic Energy) adalah konsumsi energi yang diperlukan oleh manusia untuk menjalankan aktivitas fungsi basal organ tubuhnya. Nilai BME setiap orang berbeda sesuai dengan dimensi tubuh dan jenis kelamin. Semakin besar dimensi tubuh seseorang, semakin besar pula BME-nya, dan secara umum nilai BME seorang perempuan adalah 95% dibanding BME laki-laki Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa nilai BME adalah tergantung pada dimensi tubuh serta nilai BME adalah ekuivalen dengan nilai VO2, maka

untuk memperoleh nilai VO2 dapat digunakan tabel konversi yang tersedia pada

tabel berikut :

Tabel 1. Tabel Konversi BME Ekuivalen dengan VO2 Berdasarkan Luas

Permukaan Tubuh (Sumber: Numanjiru dalam Syuaib, 2003).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1,1 136 137 138 140 141 142 143 145 146 147 1,2 148 150 151 152 153 155 156 157 158 159 1,3 161 162 162 164 166 167 168 169 171 172 1,4 173 174 176 177 178 179 181 182 183 184 1,5 186 187 188 189 190 192 193 194 195 197 1,6 198 199 200 202 203 204 205 207 208 209 1,7 210 212 213 214 215 217 218 219 220 221 1,8 223 224 225 226 228 229 230 231 233 234 1,9 235 236 238 239 240 241 243 244 245 246 *) untuk perempuan, nilai VO2 harus dikalikan 0.95

Menurut Sanders (1993), secara umum konsumsi 1 liter oksigen ekuivalen dengan konsumsi energi sebesar 5 kkal. Sedangkan dimensi tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Du‘Bois berikut ini :

A = h 0.725 x w 0.425 x 0.007246 Dimana : A = Luas Permukaan Tubuh (m2).

1/100

(32)

h = Tinggi Tubuh (cm). w = Berat Tubuh (kg).

Oleh karena setiap orang memiliki nilai BME masing-masing dan BME tersebut tidak terkait langsung dengan ekspresi konsumsi energi akibat melakukan suatu aktivitas kerja, maka untuk mengetahui nilai peningkatan konsumsi akibat energi melakukan suatu aktivitas kerja perlu dihitung nilai WEC (Work Energy Cost). Berikut adalah persamaan untuk memperoleh nilai WEC (Work Energy Cost) :

WEC = TEC – BME Dimana : WEC = Work Energy Cost (kkal / min).

TEC = Total Energy Cost (kkal / min). BME = Basal Metabolic Energy (kkal / min).

Berat badan seseorang pada dasarnya juga menjadi beban bagi dirinya, sehingga untuk melakukan suatu pekerjaan yang relatif sama, seseorang dengan bobot badan yang lebih besar secara umum akan mengkonsumsi energi lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang memiliki bobot badan yang lebih kecil. Oleh karena itu untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang sebenarnya diterima oleh seseorang saat melakukan kerja maka pengaruh berat badan harus dinormalisasi.

Untuk mendapatkan nilai WEC yang ternormalisasi (WEC’), maka persamaan yang digunakan adalah:

WEC’ = WEC / w

Dimana : WEC’ = Work Energy Cost per Weight (kal / kg. menit) WEC = Work Energy Cost (kal / menit).

w = berat badan (kg).

Setelah nilai-nilai beban kerja telah diketahui, maka untuk mendapatkan nilai tingkat beban kerja dapat diperoleh dengan membandingkan nilai IRHR saat kerja dengan Tabel 2 untuk mengetahui tingkat beban kerja tersebut. Berikut kategori kualitatif beban kerja berdasarkan IRHR (Syuaib, 2003) :

(33)

Tabel 2. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR.

Kategori Nilai IRHR Ringan 1.00 < IRHR < 1.25 Sedang 1.25 < IRHR < 1.50 Berat 1.50 < IRHR < 1.75 Sangat berat 1.75 < IRHR < 2.00 Luar Biasa Berat 2.00 < IRHR

Untuk mengetahui perbedaan antara hasil pengukuran setiap kelompok perlakuan yang diukur, maka dilakukan sidik statistik dengan metode uji nilai tengah (uji t dan uji z). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menentukan nilai t dan z hitung :

dimana : df : derajat bebas untuk tabel t-student. : Nilai rata-rata sampel x.

: Nilai rata-rata sampel y. Sx2 : Ragam sampel x.

Sy2 : Ragam sampel y. nx : Jumlah sampel x.

ny : Jumlah sampel y.

Apabila jumlah sampel x dan jumlah sampel y lebih dari 30, maka digunakan tabel z untuk mengetahui wilayah kritis. Jika jumlah salah satu atau keduanya sampel kurang dari 30, maka perlu mencari nilai derajat bebas dan nilai tersebut digunakan untuk mencari nilai t pada tabel t-student untuk mengetahui wilayah kritis tersebut. Jika nilai t hitung atau nilai z hitung berada di luar wilayah kritis maka kedua sampel data tersebut berbeda nyata.

(34)

Pengambilan Data Subjek & Data Lingkungan

Step Test

Rest

Kerja

Perhitungan Beban Kerja

Kualitatif :  IRHR

 Tingkat Beban Kerja

(Ringan / Sedang / Berat / Sangat Berat / Luar Biasa Berat).

Kesimpulan Rest

Kuantitatif :

 TEC (kkal / min)  BME (kkal / min)  WEC (kkal / min)  WEC’ (kal / kg.min)

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan

1. Kondisi Kerja dan Lingkungan Kerja

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengamati kegiatan-kegiatan dan sistem kerja yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk Siak, Riau, dengan tujuan untuk menyesuaikan metode pengambilan data yang tepat, dengan mengamati rantai pengolahan, sistem shift kerja, jumlah pekerja, jenis pekerjaan, lama bekerja, dan lain-lain.

Setelah kegiatan-kegiatan pada PKS (Pabrik Kelapa Sawit) tersebut diamati, dilakukan pemilihan kegiatan yang dapat diteliti beban kerjanya. Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan banyak tidaknya kerja manual yang dilakukan untuk suatu pekerjaan. Dengan mempertimbangkan masukan Manajer Pabrik dan Asisten Pabrik, terdapat dua pekerjaan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, yaitu pekerjaan pemuatan buah ke dalam lori pada stasiun Loading Ramp dan pekerjaan penyusunan lori kosong ke dalam rel pada stasiun Threshing.

Sistem rotasi kerja yang digunakan oleh PKS Teluk Siak adalah sistem 2 shift per hari. Shift Siang dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, sedangkan Shift malam dimulai dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Namun dalam kenyataan di lapangan, untuk memenuhi target pengolahan harian, dilakukan sistem lembur. Sistem lembur umumnya dilakukan setelah jam kerja shift malam hingga target pengolahan terpenuhi, atau hingga pukul 05.00 WIB.

Dalam melakukan kegiatannya PKS Teluk Siak didukung oleh karyawan tetap dan buruh harian lepas. Karyawan pimpinan pada PKS PT. Aneka Inti Persada terdiri atas seorang Manajer Mill, 4 orang Asisten Mill, dan 3 orang Supervisor (mandor). Bagan struktur organisasi pada PKS Teluk Siak disajikan dalam Gambar 9.

2. Aktivitas Kerja Manual Subjek Penelitian 2.1. Pemuatan Lori.

(36)

stasiun Loading Ramp. Kegiatan pemuatan buah ini dimulai pada saat lori kosong telah berada di bawah pintu-pintu hidrolik Loading Ramp dan jumlah buah telah mencukupi untuk dapat dimasukan ke dalam lori. Proses kegiatan ini diawali dengan membuka pintu hidrolik agar buah terjatuh masuk kedalam lori. Setelah buah mengisi lori kosong, pintu hidrolik ditutup kemudian buah dirapikan (disusun) agar buah tidak terlalu banyak ataupun terlalu sedikit mengisi lori. Kegiatan merapikan buah ini menggunakan gancu, yaitu sebuah alat yang terbuat dari baja ringan yang panjang dan pada ujungnya terdapat semacam kait runcing untuk membantu merapikan buah sawit dalam lori (Gambar 10). Kondisi lori yang sering mengalami kerusakan, sering menghambat kerja para operator pada stasiun ini.

2.2. Penyusunan Lori.

Setelah buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam threshing, lori yang kosong disusun kembali pada rel yang kemudian didorong menuju stasiun Loading Ramp (Gambar 11). Kegiatan penyusunan lori kosong ini dimulai dengan menempatkan lori yang sebelumnya diangkat oleh crane pada rel lori. Lalu rantai crane pengait lori dilepaskan dari lori, setelah itu lori didorong hingga batas penempatan lori kosong (± 35m dari tempat peletakan lori kosong oleh crane). Kondisi lori yang sering mengalami kerusakan dan licinnya lantai stasiun akibat tetesan minyak sering menjadi faktor penambah beban kerja bagi operator.

Gambar 9. Struktur Organisasi pada PKS Teluk Siak, PT. Aneka Inti Persada. Manajer Pabrik Asisten Pengolahan I Asisten Pengolahan II Asisten Maintenance KASIE

(37)

Gambar 10. Proses Pemuatan Buah ke Dalam Lori Menggunakan Gancu di Stasiun Loading Ramp.

(38)

B. Penelitian Utama

1. Proses Kalibrasi Subjek (Step Test)

Sebelum dilakukan pengukuran, setiap operator atau subjek melakukan proses kalibrasi step test dengan tujuan untuk mengetahui korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja untuk masing-masing operator tersebut. Sesuai dengan metodologi pengukuran, setiap pekerjaan yang diukur terdapat 2 subjek pengukuran (operator), sehingga operator yang diukur berjumlah 4 orang.

Penetapan operator yang diteliti atau yang akan dijadikan subjek pengukuran dilakukan oleh Asisten Pengolahan, dan karakteristik fisik subjek tersebut disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Karakteristik Subjek pada Pekerjaan Pemuatan Buah ke Dalam Lori.

Operator A Operator B

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

Umur 21 tahun 38 tahun

Tinggi 161 cm 172 cm

Berat 47 kg 77 kg

Pengalaman Kerja 6 bulan 7 tahun

Tabel 4. Karakteristik Subjek pada Pekerjaan Penyusunan Lori Kosong.

Operator C Operator D

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki

Umur 29 tahun 25 tahun

Tinggi 170 cm 166 cm

Berat 58 kg 50 kg

Pengalaman Kerja 2 bulan 6 tahun

Pada saat melakukan step test, bidang yang digunakan untuk melakukan step test berbeda untuk operator pada pekerjaan pemuatan buah ke dalam lori dengan operator dengan pekerjaan penyusunan lori kosong. Perbedaan ukuran ini dikarenakan ketersediaan bidang untuk melakukan step test yang terbatas di lapangan Bidang yang digunakan pada pekerjaan pemuatan lori menggunakan

(39)

bidang dengan tinggi 25 cm, sedangkan untuk pekerjaan penyusunan lori kosong menggunakan bidang dengan tinggi 35 cm..

Step Test Operator A

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0:00 :00 0:02 :30 0:05 :00 0:07 :30 0:10 :00 0:12 :30 0:15 :00 0:17 :30 0:20 :00 0:22 :30 0:25 :00 0:27 :30 0:30 :00 0:32 :30 0:35 :00 Time H R

Istirahat Ste p Istirahat Istirahat Istirahat

Test 1

Step Test 2

Step Test 3

Gambar 12. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator A Melakukan Step Test.

Step Test Operator B

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0:00 :00 0:02 :30 0:05 :00 0:07 :30 0:10 :00 0:12 :30 0:15 :00 0:17 :30 0:20 :00 0:22 :30 0:25 :00 0:27 :30 0:30 :00 0:32 :30 0:35 :00 0:37 :30 0:40 :00 0:42 :30 0:45 :00 Time H R

Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

Step Test 1 Step Tes t 2 Step Tes t 3

Gambar 13. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator B Melakukan Step Test.

Secara umum bentuk grafik denyut jantung pada saat melakukan step test akan membentuk tiga buah puncak. Ketiga puncak tersebut menunjukan adanya peningkatan beban kerja yang diterima oleh subjek yang melakukan step test. Berdasarkan grafik step test pada operator pemuatan buah ke dalam lori (Gambar 12 dan 13), pada kedua operator terlihat perbedaan reaksi denyut jantung yang

(40)

berbeda, padahal beban kerja yang dikenakan sama untuk setiap operator. Pada operator A nilai denyut jantung pada saat istirahat lebih rendah dibandingkan dengan denyut jantung istirahat operator B, kemudian denyut jantung maksimum yang dicapai selama melakukan step test juga tidak sebesar operator B.

Step Test Operator C

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0:00 :00 0:01 :40 0:03 :20 0:05 :00 0:06 :40 0:08 :20 0:10 :00 0:11 :40 0:13 :20 0:15 :00 0:16 :40 0:18 :20 0:20 :00 0:21 :40 0:23 :20 0:25 :00 0:26 :40 0:28 :20 0:30 :00 0:31 :40 Time H R

Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat

Step Test 1 Step Test 2 Step Test 3

Gambar 14. Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator C Melakukan Step Test.

Step Test Operator D

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0:00 :00 0:01 :40 0:03 :20 0:05 :00 0:06 :40 0:08 :20 0:10 :00 0:11 :40 0:13 :20 0:15 :00 0:16 :40 0:18 :20 0:20 :00 0:21 :40 0:23 :20 0:25 :00 0:26 :40 0:28 :20 0:30 :00 Time H R Is tirahat Istirahat Istirahat Istirahat Step Test 1 Step

Test 2 Step Test 3

(41)

Pada operator A nilai HR pada saat istirahat awal, istirahat setelah step test 1, istirahat setelah step test 2 dan istirahat setelah step test 3 cenderung sama. Sedangkan pada operator B, nilai HR pada saat istirahat setelah step test 2 dan setelah step test 3 lebih tinggi dibandingkan nilai istirahat awal dan istirahat setelah step test 1. Kemudian jika dilihat bentuk grafiknya, grafik HR pada saat step test operator A cenderung lebih landai dibandingkan bentuk grafik HR pada saat step test operator B yang terlihat menanjak.

Grafik Hubungan TECST dengan IRHR (Operator A)

y = 0,9762x + 0,6483 R2 = 0,9896 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 2,20 2,40 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

TECST (kal / min)

IR

H

R

Gambar 16. Grafik Hubungan IRHR dengan TECST Operator A.

Grafik HubunganTECST dengan IRHR (Operator B)

y = 0,5172x + 0,6181 R2 = 0,9998 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 2,20 2,40 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

TECST (kal / min)

IR

H

R

(42)

Pada grafik step test untuk operator pada pekerjaan penyusunan lori kosong (Gambar 14 dan 15), juga terjadi perbedaan reaksi denyut jantung. Pada operator C memiliki nilai denyut jantung istirahat yang lebih rendah dibandingkan pada operator D, dan operator D memiliki nilai denyut jantung maksimum yang lebih tinggi dibandingkan operator C.

Dari keseluruhan grafik, semakin tinggi nilai denyut jantung pada saat istirahat maka akan semakin tinggi juga nilai denyut jantung pada saat melakukan step test. Kemudian jika dilihat secara keseluruhan, keempat operator memiliki respon fisiologis yang berbeda-beda terhadap beban kerja, oleh karena perbedaan tersebut perlu dilakukan pancarian persamaan hubungan antara respon fisiologis (denyut jantung) dengan beban kerja yang diterima oleh operator. Dengan menghitung nilai IRHR dan TEC pada saat step test, maka akan diperoleh persamaan tersebut. Increase rate heart rate (IRHR) diperoleh dengan membagi nilai denyut jantung pada saat bekerja dengan denyut jantung pada saat istirahat sebelum melakukan kerja, nilai IRHR tersebut yang dapat menunjukan seberapa besar tingkat beban kerja yang dirasakan oleh seorang subjek.

Grafik Hubungan TECST dengan IRHR (Operator C)

y = 0,3168x + 1,0097 R2 = 1 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

TECST (kal / min)

IR

H

R

(43)

Grafik Hubungan TECST dengan IRHR (Operator D) y = 0,3427x + 0,9802 R2 = 0,9851 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 2,20 2,40 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

TECST (kal / min)

IR

H

R

Gambar 19. Grafik Hubungan IRHR dengan TECST Operator D.

Berdasarkan grafik (Gambar 16, 17, 18, dan 19) terlihat bahwa perubahan nilai IRHR cenderung linear dengan kenaikan nilai energi (daya) yang digunakan oleh tubuh untuk melakukan step test, hal ini terlihat dari nilai R2 yang mendekati nilai 1. Apabila dibandingkan antara grafik-grafik tersebut terlihat perbedaan slope atau kemiringan garis linear antara keduanya, slope ini menunjukan perbedaan nilai kenaikan IRHR terhadap beban kerja yang dirasakan. Semakin curam slope maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap perubahan beban kerja, sedangkan semakin landai slope maka semakin kecil perubahan IRHR terhadap perubahan beban kerja.

Tabel 5. Tabel Hubungan P dengan IRHR Berdasarkan Hasil Step Test pada Subjek Pengukuran Pemuatan Buah ke Dalam Lori.

Stasiun Loading Ramp

Operator A Operator B Step Test TECST (kkal / min) TECST/w (kal / kg.min)

IRHR Persamaan TECST (kkal / min) TECST/w (kal / kg.min) IRHR Persamaan 1 1,10 23,32 1,734 1,80 23,32 1,545 2 1,37 29,17 1,955 2,25 29,17 1,784 3 1,65 35,00 2,27 TEC = 1,0138 (IRHR) - 0,643 2,70 35,00 2,01 TEC = 1,9328 (IRHR) - 1,1942

(44)

Tabel 6. Tabel Hubungan P dengan IRHR Berdasarkan Hasil Step Test pada Subjek Pengukuran Penyusunan Lori Kosong.

Stasiun Threshing Operator C Operator D Step Test TECST (kkal / min) TECST/w (kal / kg.min)

IRHR Persamaan TECST (kkal / min) TECST/w (kal / kg.min) IRHR Persamaan 1 1,90 32,67 1,61 1,63 32,66 1,53 2 2,37 40,83 1,76 2,04 40,84 1,7 3 2,84 49,00 1,91 TEC = 3,1567 (IRHR) - 3,1874 2,45 49,00 1,81 TEC = 2,8741 (IRHR) - 2,7869

Dalam Tabel 5 dan 6 terlihat nilai IRHR dan TECST keempat operator

pada saat melakukan step test. Dari nilai tersebut dan setelah diplotkan kedalam grafik maka diperoleh persamaan antara TECST dengan IRHR. Dengan membalik

persamaan hubungan TECST terhadap IRHR (Gambar 16, 17, 18, dan 19) maka

diperoleh persamaan hubungan IRHR terhadap TEC yang terdapat pada Tabel 5 dan 6.

Persamaan tersebut digunakan untuk mengetahui berapa konsumsi energi oleh operator dalam melakukan aktivitas kerja. Dengan menghitung IRHR, kemudian dimasukan ke dalam persamaan tersebut maka diperoleh nilai TEC pada saat bekerja.

2. Pemuatan Buah

Pengukuran denyut jantung pada stasiun ini dilakukan pada dua operator yang bekerja untuk memuat buah ke dalam lori. Dalam proses pemuatan buah ke dalam lori, setiap operator diberikan standar pemuatan yaitu dengan memuat buah hingga bobot maksimum buah dalam satu lori sebesar 2.5 ton hingga 2.75 ton. Kemudian dalam pemuatan buah tersebut, tumpukan buah tidak boleh terlalu tinggi (maksimum 1.8 meter), karena akan menghambat masuknya buah dalam proses perebusan buah pada alat sterilizer.

Berdasarkan pengamatan, waktu pemuatan buah ke dalam satu lori sekitar 1 sampai 3 menit. Jumlah lori yang diisi oleh kedua operator dalam satu shift tergantung pada jumlah buah yang masuk ke dalam pabrik. Pada shift pagi biasanya jumlah lori yang diisi sekitar 30 – 90 lori per hari, sedangkan pada shift

(45)

malam jumlah lori yang dapat diisi sekitar 30 – 210 lori per hari. Perbedaan jumlah lori yang diisi ini disebabkan karena pada saat dilakukannya penelitian daerah perkebunan sawit tersebut sedang mengalami musim hujan yang berakibat rusaknya infrastruktur jalan, sehingga buah yang masuk ke dalam pabrik pun terlambat.

Apabila dimasukan kedalam bentuk grafik, satu hari pengukuran akan terlihat seperti pada Gambar 20 dan 21. Dimana setiap sebelum melakukan pekerjaan operator harus beristirahat kurang lebih selama 5 menit, kemudian operator melakukan step test. Setelah melakukan rangkaian istirahat dan step test operator dibolehkan untuk melakukan kerja. Tujuan dilakukannya istirahat sebelum melakukan pekerjaan adalah agar dapat mengetahui nilai HR rest operator. Pengambilan nilai HR rest ini memerlukan waktu kurang lebih 5 menit, dengan merata-ratakan nilai HR istirahat yang paling rendah dan konstan yang berada antara menit ke-2 hingga ke-4 maka akan diperolah nilai HR rest. Nilai HR pada menit ke-1 dan menit ke-5 tidak digunakan karena nilai HR pada menit tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Kemudian tujuan dilakukannya step test sebelum bekerja adalah sebagai kontrol jika terjadi perubahan nilai IRHR step test saat itu dengan nilai IRHR step test sebelumnya.

Pada Gambar 20 denyut jantung operator A pada saat melakukan istirahat terlihat konstan, kemudian grafik meningkat menunjukan operator A sedang melakukan step test, kemudian kembali turun pada saat istirahat kedua. Pada awal grafik kerja, terlihat bahwa grafik meningkat dengan rentang waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan pada saat tersebut operator A melakukan pekerjaan secara kontinyu. Setelah itu bentuk grafik berfluktuatif, membentuk puncak-puncak. Puncak-puncak tersebut menunjukan operator A sedang melakukan kerja.

Secara umum, Gambar 21 tidak jauh berbeda pola fluktuasi grafiknya dengan Gambar 20. Pada Gambar 21 denyut jantung operator B terlihat konstan pada saat beristirahat total, kemudian meningkat pada saat melakukan step test dan kembali menurun pada saat beristirahat. Pada saat mulai bekerja, denyut jantung pun kembali meningkat dan membentuk puncak-puncak. Puncak-puncak tersebut menunjukan bahwa operator B sedang bekerja. Berfluktuatifnya grafik saat kerja pada Gambar 20 dan 21 tersebut, menunjukan bahwa pekerjaan mengisi

(46)

buah ke dalam lori merupakan pekerjaan intermitten.

Jika dibandingkan lebih detail antara Gambar 20 dan 21 terlihat perbedaan bentuk puncak pada saat bekerja dan selisih kenaikan antara nilai HR pada saat istirahat awal dengan nilai HR pada saat bekerja. Pada Gambar 20 terlihat bentuk puncak yang cenderung tajam, sedangkan pada Gambar 21 bentuk puncak tidak tajam dan landai. Kemudian pada Gambar 20 selisih antara nilai HR pada saat istirahat dengan HR pada saat bekerja lebih besar jika dibandingkan selisih nilai HR pada saat istirahat dengan HR pada saat bekerja operator B.

Kedua perbedaan nilai selisih antara nilai HR pada saat istirahat dengan HR pada saat bekerja menunjukan bahwa respon fisiologis operator A terhadap beban kerja cenderung fluktuatif dan energi yang digunakan lebih besar. Sedangkan respon fisiologis pada operator B terhadap beban kerja cenderung konstan dan energi yang digunakan juga tidak sebesar operator A Perbedaan respon fisiologis ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman kerja. Operator A merupakan operator pemula sedangkan operator B merupakan operator berpengalaman.

Apabila puncak-puncak grafik pada saat bekerja (Gambar 20 dan 21) diperbesar maka, akan terlihat seperti pada Gambar 22 dan 23. Sesuai dengan cara kerja operator dalam pemuatan buah ke dalam lori, dari grafik denyut jantung (Gambar 22 dan 23) umumnya terlihat peningkatan denyut jantung dimulai saat operator membuka pintu hidrolik untuk menjatuhkan buah dari loading ramp menuju lori. Kemudian mencapai puncak pada saat sedang menyusun buah yang berada dalam lori. Lalu denyut jantung menurun setelah selesai melakukan pekerjaan.

Dengan merata-ratakan nilai puncak HR pada saat bekerja, maka diperoleh nilai HR work. Pengukuran denyut jantung ini dilakukan sebanyak 4 kali, 2 kali pengukuran pada shift pagi dan 2 kali pengukuran pada shift malam. Data IRHR hasil pengukuran lainnya dapat dilihat pada halaman lampiran.

(47)

Operator A (22 April 2008) 0 40 80 120 160 0:00:00 0:05:00 0:10:00 0:15:00 0:53:30 0:58:30 1:04:15 1:11:15 1:19:15 1:25:00 1:33:45 1:43:15 1:48:15 1:57:30 2:08:45 2:15:45 Time H R ( H e a rt R a te ) Istirahat Step Tes t 1 Istirahat Kerja

Gambar 20. Grafik Denyut Jantung pada Loading Ramp untuk Operator A (Pemula).

Operator B (22 April 2008) 0 40 80 120 160 0:00:00 0:05:00 0:10:00 5:57:00 6:02:00 6:15:30 6:23:15 6:36:45 6:49:00 7:00:45 7:12:30 Time H R Istirahat Step

Tes t 1 Istirahat Kerja

(48)

Operator A (15 April 2008) 94 91 96 112 115 117 119 113124 123 127 129 142 137130 131 132 117 0 40 80 120 160 0:57 :15 0:57 :30 0:57 :45 0:58 :00 0:58 :15 0:58 :30 0:58 :45 0:59 :00 0:59 :15 0:59 :30 0:59 :45 1:00 :00 1:00 :15 1:00 :30 1:00 :45 1:01 :00 1:01 :15 1:01 :30 Time H R ( H e a rt R a te )

Gambar 22. Salah Satu Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator A Melakukan Kerja.

Operator B (19 April 2008) 78 78 89 95 94 98 100 101 102 102 99 96 0 40 80 120 160 4:09 :15 4:09 :30 4:09 :45 4:10 :00 4:10 :15 4:10 :30 4:10 :45 4:11 :00 4:11 :15 4:11 :30 4:11 :45 4:12 :00 Time H R ( H e a rt R a te )

Gambar 23. Salah Satu Grafik Denyut Jantung Pada Saat Operator B Melakukan Kerja.

Dari Gambar 22 dan 23 peningkatan denyut jantung dimulai pada saat kedua operator memulai kerja. Setelah itu cenderung tidak terjadi peningkatan yang berarti hingga mencapai puncak karena sebagian besar waktu digunakan untuk menyusun buah agar tidak terlalu penuh. Terlihat bahwa beban kerja maksimum terjadi ketika pekerja melakukan penyusunan buah di dalam lori

kerja

(49)

dengan menggunakan gancu. Dengan membagi nilai HR rata-rata pada saat bekerja (HR work) dengan nilai HR rata-rata pada saat istirahat (HR rest) maka akan diperoleh nilai IRHR. Nilai IRHR pada saat bekerja dalam satu hari disajikan pada Gambar 24 dan 25.

Operator A (22 April 2008) 1,56 1,82 1,72 1,87 1,561,521,591,531,651,611,551,56 1,72 1,56 1,61,63 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Ulangan IR H R

Gambar 24. Grafik IRHR Operator A tanggal 22 April 2008.

Operator B (22 April 2008) 1,39 1,25 1,15 1,3 1,33 1,31 1,33 1,26 1,26 1,37 1,25 1,23 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ulangan IR H R

(50)

Tabel 7. Data Hasil Pengukuran HR dan IRHR pada Operator A. Operator A ( Pemula )

HR IRHR

Shift Ulangan

Rest Step Test 1 Work Step Test 1 Work

Tingkat Beban Kerja 1 55,5 96,25 116,16 1,734 2,088 Sangat Berat Siang 2 64 112,75 123,52 1,76 1,929 Sangat Berat 1 64,4 106 104,65 1,645 1,625 Berat Malam 2 62 100,9 100,9 1,63 1,628 Berat Rata-rata 1,692 1,818

Tabel 8. Data Hasil Pengukuran HR dan IRHR pada Operator B. Operator B ( Pengalaman )

HR IRHR

Shift Ulangan

Rest Step Test 1 Work Step Test 1 Work

Tingkat Beban Kerja 1 72 111,25 106,92 1,545 1,497 Berat Siang 2 64,2 90 98,86 1,4 1,545 Berat 1 69,75 105,4 96,25 1,5 1,380 Sedang Malam 2 71,75 110,5 96,28 1,54 1,286 Sedang Rata-rata 1,496 1,427

Pada Tabel 7 dan 8 disajikan keseluruhan hasil pengukuran HR dan penghitungan IRHR pada pekerjaan memasukan buah ke dalam lori. Dan nilai IRHR tersebut maka dapat digunakan untuk mengetahui nilai tingkat beban kerja kualitatif dengan menggolongkan nilai IRHR tersebut pada Tabel 2. Dengan memasukan nilai IRHR pada persamaan hubungan IRHR terhadap TEC yang terdapat pada Tabel 5, maka akan diperoleh nilai TEC yang dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan pengisian buah ke dalam lori. Nilai energi yang digunakan untuk melakukan kerja disajikan dalam Tabel 9 dan 10.

Rata-rata IRHR operator A dalam melakukan pekerjaan pengisian buah ke dalam lori selama 4 hari pengukuran adalah, untuk tanggal 14 April 2008 sebesar 2,088, untuk kerja pada tanggal 15 April 2008 sebesar 1,929, pada tanggal 21 April 2008 sebesar 1,697, dan pada tanggal 22 April 2008 sebesar 1,628. Sedangkan rata-rata IRHR operator B dalam melakukan pekerjaan tersebut adalah sebesar 1,497 untuk tanggal 14 April 2008 dan sebesar 1.545 untuk tanggal 19

Gambar

Gambar 1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. (Sumber : Pahan, 2006)
Gambar 2. Bagan Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit.
Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Penelitian
Gambar  5.  Heatr  Rate  Monitor  dan  Contoh  Penggunaannya.  (a)  Digital  Data  Receiver  and  Memory;  (b)  Rubber  Belted  Electrode;  (c)  Contoh  Penggunaan  HRM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap perilaku Mahasiswa dalam Menerapkan Pengetahuan Akuntansi dikehidupan Sehari-hari

Pondok Cabe Raya No.. HOS

Selain itu, Penelitian yang di laksanakan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dan volume jalan dalam menentukan tingkat pelayanan jalan di siang

Berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, saya dapat menyelesaikan tesis ini sebagai bagian dari tugas akademis untuk meraih gelar Magister Humaniora dari Program

Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya, sehingga terjadi

Penelitian TWABK memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam yang layak untuk dikembangkan sehingga peneliti mampu mengacu penelitian tersebut guna menyusun

Pada halaman ini admin juga dapat melihat minuman apa saja yang dipesan, harga, total harga, status yang dapat diubah, waktu pesanan, serta. opsi untuk mengedit dan

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang pengaruh kenaikan UMK pada tahun 2013 terhadap tingkat konsumsi buruh yang berada di Kawasan Industri