• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI

(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH

NOVA RELIDA SAMOSIR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

ii

TESIS

PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS

FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK

DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI

(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH

NOVA RELIDA SAMOSIR NIM : 1390361025.

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(3)

iii

PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS

FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK

DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI

(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana

NOVA RELIDA SAMOSIR NIM 1390361025

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(4)

iv

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 3 JULI 2015

Pembimbing I,

Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP. 195811051987021001

Pembimbing II,

Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN. 0526056801

Mengetahui

Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Direktur

Program Pasca Sarjana Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO

NIP. 196809291999032001

Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K)

(5)

v

Tesis ini Telah Diuji pada:

Tanggal : 2 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 1 Juli 2015

Ketua : Dr. dr. I Wayan Weta, M. S

Anggota :

1. Muh. Ali Imron, M. Fis

2. Dr. dr. I Made Jawi, M. Kes

3. Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K, AIFO

(6)

vi

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS UDAYANA

Kampus Bukit Jimbaran

Telepon (0361) 701812, 701954, 703139, Fax, (0361)-701907, 702442

Laman: www.unud.ac.id

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nova Relida Samosir

NIM : 1390361025

Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga

Judul Tesis :PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS

FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI

(AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis* ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2015 Pembuat Pernyataan

( Nova Relida Samosir ) NIM : 1390361025

(7)

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Penambahan Senam Otak pada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik Daripada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di Universitas Udayana.

Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan Proposal Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana.

2. DR.dr.Susy Purnawati,M.K.K, AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Universitas Udayana.

3. Dr. dr. I Wayan Weta, MS selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Proposal Tesis ini.

4. Muh. Ali Imron, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian Proposal Tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Ayahanda (Alm) L. Samosir dan Ibunda B. Pasaribu yang selalu memberikan doa dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa.

7. Suami penulis Ediawarman, S.Pd dan Anak-anak penulis yaitu Farid Atallah, Zulfi Zainullah dan Adzkia Fathiyya Saufa yang selalu memercikkan ketulusan

(8)

viii

kabahagiaan kepada penulis melalui doa, semangat dan tingkah polah yang menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis.

8. Seluruh keluarga besar penulis, kakak dan adik yang menjadi inspirasi bagi penulis, terimakasih untuk semuanya dalam menjalani kehidupan.

9. PAUD Ibu Teladan Rumbai, Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis untuk memberikan izin menjadikan siswa-siswinya menjadi sampel pada penelitian ini.

10. Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan motivasi pada penulis.

11. Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Cabang Riau serta Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Riau yang telah banyak memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian penelitian ini.

12. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas Abdurrab serta seluruh Alumni dan mahasiswa/i Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu bersama-sama.

13. Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Semoga kesuksesan untuk kita semua.

Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Juni 2015

(9)

ix

ABSTRAK

PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN

REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH

Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa PAUD Ibu Teladan Palas dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya dengan rentang usia 5-6 tahun. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa yang mengikuti kegiatan senam otak dan aktifitas fungsional rekreasi (AFR) dan 30 siswa yang hanya mengikuti kegiatan aktifitas fungsional rekreasi (AFR). Kelompok I diberikan senam otak dan aktivitas fungsional rekreasi (AFR), dan kelompok II diberikan aktivitas fungsional rekreasi (AFR) saja, masing-masing 2 x 15 menit. Latihan dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.

Hasil analisis menunjukkan peningkatan motorik halus secara bermakna (p = 0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi peningkatan skor rata-rata motorik halus 75.20 menjadi 86.83 (p = 0.000), demikian pula kelompok II terjadi peningkatan skor motorik halus dari 75.03 dan menjadi 80.87 (p = 0.000). Skor motorik halus sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.549) kemudian setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok didapatkan perbedaan dan (p = 0.000) yang artinya ada perbedaan secara signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan senam otak pada anak prasekolah lebih baik dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah secara signifikan.

(10)

x

ABSTRACT

ADDITION OF BRAIN GYM ON ACTIVITY FUNCTIONAL AND RECREATION (AFR) BETTER THAN THE FUNCTIONAL AND

RECREATIONAL ACTIVITIES (AFR) INCREASE IN FINE MOTOR SKILLS PRESCHOOL CHILDREN

Fine motor development of children need to be trained or stimulated in order to developed properly. Motor development is one very important factor in the development of the individual as a whole. Basically, these developments evolve in line with the maturity of the nerves and muscles of children. Thus, any simple movement of any kind, is the result of a complex interaction patterns from various parts of the system in the body that is controlled by the brain.

Sample in this research is the students of early childhood education and early childhood Palas Exemplary Mother Nurul Ma'wa Tenayan Kingdom with an age range of 5-6 years. This research is experiment with the design of the study pre and post test. Number of all respondents of this study were 60 students, with 30 students who participated in the brain exercise and recreation functional activities (AFR) and 30 students who just follow the functional activities recreational activities (AFR). The first group was given a brain exercise and recreation functional activities (AFR), and group II are given a functional recreational activities (AFR) alone, each with 2 x 15 minutes. Exercises performed during 6 weeks with a frequency of three times a week.

Analysis showed an increase in the fine motor significantly (p = 0.000) in both groups. In the first group increased an average score of 75.20 into 86.83 fine motor (p = 0.000), as well as group II there was an increase fine motor score of 75.03 and became 80.87 (p = 0.000). Fine motor scores before treatment in both groups there was no difference (p = 0.549) and then after a given treatment in both groups and the differences found (p = 0.000), which means there are significant differences.

Based on these results it can be concluded that the addition of brain gymnastics in preschool children better in improving the fine motor skills of preschool children significantly.

(11)

xi

RINGKASAN

PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN

REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH

Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang diberikan.

Senam otak gerakan meningkatkan energi mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita.

Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas ganda). Bila tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik bersamaan ataupun tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan. Senam otak dengan dibarengi pemberian aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) akan memperkaya stimulasi yang merupakan suatu pengalaman dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses

(12)

xii

internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya.

Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak 73.33 % menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada 100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus.

Hasil analisis dengan uji statistik sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai rerata 75.20, kemudian setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 86.83. Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh pada kelompok perlakuan I dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam otak sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan. Kemudian pada kelompok perlakuan II dari uji hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata 75.03 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 80.87. Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena diperoleh p = 0.000.

Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus. Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.000 sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus anak prasekolah.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN………... i

SAMPUL DALAM………... ii

PRASYARAT GELAR..………. iii

LEMBAR PENGESAHAN... v

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI………... vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………... vii

UCAPAN TERIMAKASIH ………... viii

ABSTRAK DAN RINGKASAN………... x

DAFTAR ISI………... xiv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR SKEMA... xviii

BAB I: Pendahuluan... 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

BAB II. Kajian Pustaka 2.1 Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah ... 6

2.2 Prosedur Penilaian ... 10

(14)

xiv

2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi ... 14

BAB III. Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Penelitian 3.1 Kerangka Berfikir ... 18

3.2 Kerangka Konsep... 20

3.3 Hipotesis ... 20

BAB IV. Metode Penelitian 4.1 Tempat dan Waktu ... 21

4.2 Metode Penelitian ... 21

4.3 Jenis dan Sumber Data Sampel ... 22

4.4 Variabel penelitian... 23

4.5 Defenisi Operasional... 24

4.6 Instrumen Penelitian... 25

4.7 Alur Penelitian ... 26

4.8 Pengolahan dan Analisa Data... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum sampel….………...….…... 28

5.2 Karakteristik Responden...….………... 28 5.3 Uji Normalitas………..………..………... 30 5.4 Uji Homogenitas………...…………... 30 5.5 Uji Hipotesis……….…….…….... 31 5.6 Pembahasan……….………... 32 5.7 Keterbatasan Penelitian……….………... 39

(15)

xv

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan….………... 40

6.2 Saran……….…………... 40

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin….….……….….……….…... 29

Tabel 2 Responden Menurut Usia……….….……….….……….…... 29

Tabel 3 Responden Menurut Motorik Halus….….……….….……….…... 29

Tabel 4 Uji Normalitas...……….….…... 30

Tabel 5 Uji Homogenitas………..………..………... 30

(17)

xvii

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian……….… 20 Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian……….……….. 21 Skema 4.2 Alur Penelitian……….……….… 26

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah

masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang

paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa perkembangan anak,

terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna bagi

potensi perkembangan anak. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang lebih

serius, agar anak dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan usianya.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya,

perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak.

Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola

interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang

dikontrol oleh otak.

Motorik halus (fine motor skill) merupakan suatu gerakan yang

melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus. Menggenggam mainan,

menggunakan sendok, mengancingkan baju, atau segala sesuatu yang menuntut

keterampilan jari mendemonstrasikan keterampilan motorik halus (Santrok,

2012).

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda dalam hal kekuatan

maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak

(19)

dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang

lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.

Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak

adalah senam otak (Depdiknas, 2004). Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya

dibuat untuk merangsang otak. Senam otak adalah serangkaian latihan gerak

sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan

aktivitas sehari-hari.

Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang

disatukan dan dipadukan, sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi

dari otak. Senam otak akan memfasilitasi agar bagian otak kanan dan otak kiri

dapat bekerja secara seimbang. Dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan

adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan

senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan

bagian otak depan. Dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang

sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (sistem

limbik) dan otak besar. Aplikasi gerakan senam otak terdiri dari gerakan

keseimbangan, koordinasi gerak otot, keterampilan motorik halus (Saichudin,

2009).

Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas, kewajiban melaksanakan

aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas kehidupan sehari-hari ialah suatu

aktifitas yang meliputi kegiatan perawatan diri, memelihara lingkungan

hidupnya dan prilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Kewajiban

melaksanakan aktivitas produktif, semua bentuk aktivitas baik yang

(20)

sehingga dapat memberikan peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan

kebutuhan. Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi, yaitu semua bentuk

aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan membuat pelakunya

menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas tersebut.

Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah aktivitas yang dilakukan pada

waktu senggang yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali

kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual

maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan

jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat

memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir

dan batin manusia. Aktivitas fungsional dan rekreasi dapat berupa aktivitas

permainan.

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan

informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak

(Daradjat, 2000).

Berbagai penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara

berkala dengan metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik, ini

diberikan pada anak usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi

motorik halus anak. Menurut Sujiono (2009) menyatakan tujuan melatih

motorik halus pada anak usia prasekolah adalah untuk menggerakkan anggota

tubuh, terjadinya koordinasi antar mata dengan tangan, dan membuat anak

(21)

Menurut Montolalu, (2008) permainan menyusun balok dianggap

sebagai alat bermain yang bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di

Taman Kanak-Kanak (TK) maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi

bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia

dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang

dalam berbagai cara.

Berdasarkan hal tersebut diatas yang didukung dengan hasil penelitian

sebelumnya maka peneliti mencoba mengambil topik tentang “Penambahan

Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik dalam

Meningkatkan Motorik Halus Anak Prasekolah”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)

lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan peningkatan kemampuan motorik halus anak prasekolah

dengan penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan

rekreasi (AFR).

1.4 Manfaat

a. Manfaat Ilmiah

Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademis

bagi pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan

kemandirian dengan meningkatkan Motorik Halus khususnya menggunakan

(22)

Prasekolah. Disamping itu penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan

pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Motorik Halus

2.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus

Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang

melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan oleh otot-otot

kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin

baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak dapat berkreasi,

seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus,

menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk

menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta

menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak

memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang

sama.

Suyanto (2005) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan

motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih

spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat.

Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat

berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan

prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain

dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

Menurut Sumantri (2005) tujuan pengembangan motorik halus

anak usia dini adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak.

(24)

Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak

dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata

yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan

tangan secara utuh belum mungkin tercapai.

2.1.2 Tahapan Perkembangan Motorik Halus

Desni (2010), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik

halus berdasarkan usia, antara lain adalah ;

a. Usia 1-2

Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3

halaman buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok,

memindahkan air dari gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki

sendiri, menyalakan TV dan bermain remote, belajar mengupas pisang.

b. Usia 2-3

Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan,

memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai

baju sendiri.

c. Usia 3-4

Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari

plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi.

d. Usia 4-5

Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas

(25)

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik

halus pada anak adalah :

a. Stimulasi

Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak

merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga

tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan

dan perkembangan. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat

yang bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan

kasih sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi

perkembangan motorik anak. Anak diberikan stimulasi dini maka

kemampuan motorik akan berkembang dengan baik.

Namun kemampuan anak yang luar biasa ini tidak akan muncul,

bila kita tidak merangsang sel-sel saraf otaknya sejak dini secara terus

menerus. Stimulasi yang terus-menerus memungkinkan sel otak

membangun sambungan antar sinap yang berperan pada kemampuan

proses belajar dan kecerdasan anak. Semakin banyak sinap, semakin

tinggi kecerdasan intelektual anak. Semakin sering pula sinap-sinap ini

digunakan secara berulang-ulang, sambungannya akan semakin kuat.

Saat anak beranjak dewasa, sambungan yang tidak digunakan akan

hancur dengan sendirinya (Bobak, 2005).

b. Nutrisi

Kecukupan zat gizi pada anak merupakan prasyarat yang sangat

(26)

otak. Zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya

zat gizi makro tetapi juga zat gizi mikro. Anak yan mengalami kurang

nutrisi terutama selama periode kritis pertumbuhan otak akan

mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes perbendaharaan kata,

pemahaman bacaan, aritmatika dan pengetahuan umum serta

mengalami gangguan perkembangan motorik (Arizal, 2002).

Selain itu kekurangan nutrisi dapat dialami baik saat prenatal

maupun pascanatal. Nutrisi yang inadekuat pada ibu hamil dapat

menyebabkan hambatan pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir

bayi dengan berat lahir rendah. Cacat fisik, pengulangan kelas dan

gangguan belajar lebih sering pada anak dengan berat lahir rendah

begitu juga dengan tingkat inteligensi serta nilai matematika dan bahasa

(Gregor, 2005).

Kekurangan gizi selama periode pascanatal dini menghasilkan

perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat,

dengan berat otak yanglebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis,

jumlah neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi percabangan

dendrit dan yang lainnya. Gangguan gizi pada anak dapat

mempengaruhi perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Anak yang

menderita gangguan gizi berat memperlihatkan tanda-tanda apatis,

kurang menunukkan perhatian terhadap sekitar dan lambat bereaksi

terhadap satu rangsangan. Umumnya anak yang mengalami gangguan

(27)

normal. Anak ini juga lebih mudah mendapat infeksi sekunder akut atau

kronik maupun anemia (Widyawati, 2002).

2.2 Prosedur Penilaian

Adapun tehnik pengumpulan data dengan tes yang peneliti gunakan adalah

menggunakan Tes kemampuan motorik halus. Tujuannya adalah untuk

mengetahui kemampuan motorik halus siswa sebelum dan setelah diberi tindakan

(Depdiknas, 2004).

Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya

sebagai berikut :

a. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria.

b. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai

kriteria

c. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria.

d. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria.

e. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria.

Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai sebagai berikut :

a. Sangat Baik : Skor 85 - 100

b. Baik : Skor 70 - 84

c. Sedang : Skor 55 - 69

d. Kurang : Skor 30 – 54

2.3 Senam Otak

2.3.1 Pengertian Senam Otak

Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang

(28)

(Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan

menggunakan keseluruhan otak (Dennision, 2002). Gerakan-gerakan ini

membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Kata „education‟ berasal dari kata latin ‟educare‟ yang artinya „menarik keluar‟. Kinesiology berasal dari bahasa Yunani „kinesis‟ yang artinya gerakan. Educational

Kinesiology adalah suatu sistem yang dapat mengubah semua pelajar,

umur berapa saja, dengan cara menarik keluar atau menampilkan potensi

yang terkunci di dalam tubuhnya, melalui gerakan-gerakan sederhana yang

memungkinkan orang menguasai bagian otak yang semula terkunci

tersebut.

Senam otak dilakukan dengan prinsip keterampilan gerak, yaitu

sebuah gerakan yang membutuhkan gerak secara volunter yang

mempunyai tujuan. Gerakan ini memang tidak lazim dalam aktivitas

sehari-hari. Pada setiap gerakan diperlukan perhatian (atensi) dan

pemusatan (konsentrasi). Gerakan dilakukan secara lambatdengan penuh

perasaan gembira sambil memperhatikan dan menghayati sikap setiap

anggota tubuh, mengenali di mana posisi tubuh berada dan menyentuh

bagian anggota tubuh dengan lambat (Kusumoputro, 2003).

Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas

ganda). Bila tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya

peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan

sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris,

(29)

tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan (Dennision,

2002).

Senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja

fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat

melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan

secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang

dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009) olahraga dan latihan senam

otak pada para murid di Educational Kinesiology Foundation, California,

USA bahwa senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada

peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak

untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan.

2.3.2 Mekanisme Kerja Senam Otak pada Kemampuan Motorik Halus

Menurut Dennison, (2002) Senam otak gerakan meningkatkan energi

mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak

sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh.

Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung

selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan,

atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung

kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan,

pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita.

Gerakan meningkatkan energi memperkuat informasi dari perabaan

dan kinestetik mengenai sistem dalam tubuh yang biasanya berkembang

selama masa bayi. Ketika kemampuan penglihatan dibentuk pada dasar

(30)

dirasakan. Tanpa kecocokan ini kesalahan antara sistem saluran sensorik

akan menyebabkan kesulitan belajar.

Weiss (2001), mengatakan bahwa proses belajar tidak semuanya

merupakan proses di kepala. Fikiran dan tubuh bekerjasama membantu

dalam mempertahanan atensi, memecahkan masalah dan dalam proses

mengingat solusi. Keadaan fisiologis tubuh juga mendukung usaha mental.

Ketika orang berdiri untuk meregangkan kakinya setelah melakukan

pekerjaan yang lama, tubuh telah diminta untuk membantu menyegarkan

fikiran.

Pada saat stres meningkat, tingkat adrenalin naik, terjadi penurunan

tegangan listrik di membran sel saraf. Dalam keadaan ini tubuh bereaksi

untuk bertahan, memusatkan energi elektrik menjauhi neocortex dan

kesistim saraf simpatik. Gerakan meningkatkan energi dan menunjang

sikap positif mengaktifkan neocortex dan demikian memfokuskan kembali

energi elektrik kepusat berfikir. Hal ini mengaktifkan fungsi parasimpatik

dan mengurangi pelepasan adrenalin. Dengan meningkatkan tegangan

elektrik membran saraf, fikiran dan tindakan dikoordinasikan kembali.

Labyrinthus vestibularis pada telinga bagian dalam distimulasi oleh

aktivitas elektrik yang terjadi selama gerakan. Labyrinthus vestibularis ini

kemudian mengaktifkan formatio retikularis di brain stem yang memilih

informasi agar yang relevan saja diangkat dan menciptakan kesiagaan

yang menunjang konsentrasi dan perhatian di pusat otak. Bila labyrinthus

vestibularis rusak atau jika tidak distimulasi dengan gerakan, seseorang

(31)

secara seimbang labyrinthus vestibularis dan mengaktikan serta

memfokuskan pusat otak, seperti keterampilan motorik halus (Dennision,

2002).

2.3.3 Dosis Latihan pada Senam Otak

a. Frekuensi : 2 Kali sehari

b. Intensitas : 3 Kali seminggu

c. Time : 15 Menit

d. Repetisi : 5 – 10 Hitungan

2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi

Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) adalah suatu pengalaman

dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan

membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif

seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah

perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan

untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Aktivitas dipengaruhi oleh peran

seseorang dalam kehidupannya serta mempunyai arti yang unik untuk setiap

orang. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun

proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan

serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya.

Kekurangan dalam pengalaman belajar, komponen pelaksana dalam

pengalaman belajar dan atau dalam kehidupan mungkin akan mengakibatkan

keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas lingkup kehidupan. Pembahasan

konsep dasar aktivitas ini, akan terbatas pada kepentingan aktivitas yang

(32)

performance skill dan performance component yang memungkinkan terjadinya

aktivitas tersebut. Aktivitas yang termasuk di dalam modalitas AFR adalah

aktivitas yang mengandung tujuan terapi, antara lain :

a. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM

dan koordinasi.

b. Mempraktekkan pengguna gerakan volunter maupun refleks dalam tugas atau

kegiatan terarah.

c. Mengandung gerakan-gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit.

d. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill

yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja.

e. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi.

f. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi.

Keunikan disini terletak dalam penekanan pada kegunaan yang sangat luas

dari aktivitas bermanfaat yaitu termasuk karya dan seni, olahraga dan rekreasi,

pemeliharaan diri, pengelolaan rumah tangga, kegiatan kerja dan bermain.

2.4.1 Mekanisme Kerja Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) pada Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus juga dapat dipengaruhi oleh intensitas

belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya, kemampuan

memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun puzzle, melipat,

menulis dan sebagainya, kemampuan tersebut sangat penting agar anak

dapat berkembang secara optimal. Keterampilan motorik halus dapat

dilihat dari hasil tes kemampuan seseorang menyelesaikan tugas yang

(33)

Semakin tinggi keterampilan motorik seseorang maka semakin mudah ia

menyelesaikan tugas dengan akurasi tinggi.

Permainan atau bermain adalah kata kunci pembelajaran pada

pendidikan anak usia prasekolah, bermain sebagai media sekaligus

substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan

belajar dilakukan melalui bermain yang melibatkan seluruh indera anak.

Bruner & Donalson (2002) menemukan bahwa sebagian pembelajaran

terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling

awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain.

Aisyah (2008), mengemukakan bahwa gerakan motorik adalah

perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang

terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Sedangkan

motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Seperti

memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret dan menyusun balok.

Menurut Montolalu, (2008) bahwa permainan menyusun balok

dianggap sebagai alat bermain yang paling bermanfaat dan yang paling

banyak digunakan di TK maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi

bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak

usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk

berkembang dalam berbagai cara.

Kemampuan otak adalah asimetri, artinya hemisper kiri dan kanan

mempunyai kemampuan yang tidak sama, keadaan ini di sebut spesialisasi.

Agar kedua hemisper berkembang dengan baik di butuhkan stimulasi yang

(34)

mengapa usia dini merupakan masa yang sangat penting. Pencegahan

penyimpangan perkembangan, maupun mengoptimalkan perkembangan

anak dapat di lakukan dengan memanfaatkan periode kritis ini. Pada

periode kritis tersebut, otak anak juga mempunyai plastisitas yang tinggi,

dimana sering menjadi dasar dari konsep deteksi dini dan stimulasi dini.

Di sebut masa kritis karena pada masa ini tumbuh kembang anak

sangat spesifik, mempunyai waktu yang terbatas, terjadi pada awal

kehidupan suatu organisme, selama masa itu organisme sangat peka

terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi setiap tahap dalam tumbuh

kembangnya. Bila mana otak tidak menerima stimulasi tepat pada

waktunya (sebelum periode kritis lewat) maka hubungan yang diperlukan

tidak pernah terbentuk dan bagian otak yang mengontrol bagian-bagian

tubuh tidak sepenuhnya berkembang. Sejalan dengan perkembangan fisik

dan usia anak, saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik

mengalami proses neurological maturation. Pada anak usia 5 tahun

saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai

kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang di

lakukan secara halus.

2.4.2 Dosis Latihan pada Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)

a. Frekuensi : 2 Kali sehari

b. Intensitas : 3 Kali seminggu

c. Time : 30 Menit

(35)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang

dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajari dan dilatih

dimasa awal perkembangan. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang

masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik

jangka panjang. Perkembangan motorik halus berperan penting di dalamnya.

Pendidikan anak usia Prasekolah merupakan upaya untuk menstimulasi,

membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak. Proses pendidikan dan

pembelajaran pada anak usia prasekolah hendaknya dilakukan dengan tujuan

memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata.

Usia ini adalah saat yang paling tepat untuk melatih dasar-dasar

pengembangan kemampuan fisik motorik halus, sehingga anak dapat tumbuh

dengan jasmani yang kuat dan sehat. Karena pada masa ini merupakan masa yang

tepat bagi anak. Anak mulai merasakan dalam menerima berbagi upaya

perkembangan seluruh potensi dirinya.

Senam otak dengan memanfaatkan gerakan - gerakan ringan, melalui olah

tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan

ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua

kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah,

(36)

belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk

mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta

kesadaran tentang keberadaan kita.

Senam otak dengan gerakan-gerakan lateralisasi (gerakan silang, cross

crawl, angka 8 tidur, coretan ganda dan gerakan gajah) merupakan stimulus yang

dapat meningkatkan kemampuan kognitif, kewaspadaan, memusatkan perhatian,

keseimbangan dan koordinasi. Senam otak dengan gerakan-gerakan pemfokusan

(gerakan burung hantu, gerakan mengaktifkan tangan, gerakan pompa betis, dan

gerakan luncuran gravitasi) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan

konsentrasi, koordinasi mata dan mengaktikan gerakan motorik kasar dan halus.

Senam otak dengan gerakan-gerakan pemusatan (gerakan sakelar otak dan

pasang telinga) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan konsentrasi,

kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas. Pada

intinya senam otak memiliki fungsi untuk menyelaraskan kemampuan

beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan

atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja

panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan daya

ingat, meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi

kesalahan membaca, sehingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan

visual dan koordinasi yang akan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

(37)

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan analisis dan sintesis dari teori diatas yang menjadi landasan berpikir

peneliti, maka dapat digambarkan konsep penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis

Penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan rekreasi

(AFR) dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah Kemampuan

Motorik Halus anak

Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR)

(Intervensi 2) Senam Otak (Brain

gym) dan Aktivitas

Fungsional dan Rekreasi (AFR) (Intervensi 1)

Anak Usia Prasekolah

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak Usia

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa

Tenayan Raya, Pekanbaru 5 Maret s/d 16 April 2015.

4.2 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experiment dengan

desain penelitian pre and post test. Rancangan tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut :

Skema 4.1. Rancangan penelitian pre test dan post test design

Keterangan: P = Populasi. R = Randomisasi. S = Sampel.

P1 = Kelompok Perlakuan I, metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).

P2 = Kelompok Perlakuan II, metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O1 = Skor awal sebelum intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional

dan Rekreasi (AFR).

O2 = Skor awal sebelum intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).

O3 = Skor sesudah intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).

O4= Skor sesudah intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).

P R S O1 O2 O3 O4 P1 P2 21

(39)

4.3 Jenis dan Sumber Data 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah Anak Prasekolah yang ada di PAUD Ibu

Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya, Pekanbaru.

4.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik cluster sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok

dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan.

a. Kriteria inklusi

1. Siswa prasekolah usia 5-6 tahun yang terdaftar di PAUD Ibu Teladan dan Nurul Ma‟wa Pekanbaru

2. Absensi ketidak hadiran tidak lebih dari 15%

3. Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal hingga akhir

penelitian dengan persetujuan orang tua dalam informed consent.

b. Kriteria eksklusi

1. Siswa yang menolak berpartisipasi dalam penelitian ini

2. Siswa yang sudah mengikuti aktivitas senam otak yang lain

3. Mempunyai riwayat trauma kepala

4. Mengalami gangguan jantung

5. Sampel tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

c. Kriteria Drop Out

(40)

2. Peserta yang tidak mengikuti kegiatan secara penuh sehingga

tidak dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu penelitian

yang telah ditentukan

3. Saat penelitian, siswa mengalami penyakit yang menghambat

proses intervensi

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

a. Melakukan random sejumlah sampel dari seluruh populasi siswa PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya berdasarkan kriteria inklusi.

b. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lagi berdasarkan kriteria

ekslusi.

c. Orang tua sampel yang terpilih menjadi subjek penelitian diberikan

penjelasan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

diberikan penjelasan mengenai program penelitian yang akan

dilakukan.

d. Sampel yang bersedia mengikuti program penelitian diminta mengisi

informed consent. Informed consent diisi oleh orang tua.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel bebas yaitu terapi senam otak dan Aktivitas Fungsional dan

Rekreasi (AFR).

4.4.2 Variabel dependen (variabel tergantung)

(41)

4.5 Defenisi Operasional 4.5.1 Anak Prasekolah

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam

tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam

potensi. Potensi ini di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak

tersebut berkembang secara optimal.

4.5.2 Senam otak

Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang digunakan pada

murid untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan

keseluruhan otak. Porsi latihan senam dilakukan 3 kali seminggu

sebanyak 2 kali sehari dengan waktu selama 15 menit. dalam melakukan

gerakan senam otak pengulangan 3 sampai 10 kali hitungan.

4.5.3 Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)

Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah suatu pengalaman dimana

seseorang aktif terlibat didalamnya. Aktivitas fungsional dan rekreasi

dapat berupa bermain. Aktivitas ini berupa aktivitas menyusun balok,

balok disusun menyerupai bentuk perahu, rumah dan menara. Waktu

yang diberikan 30 menit, 3 kali dalam seminggu, pengulangan 1 kali.

4.5.4 Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan

gerakan-gerakan yang halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan motorik

halus ini ditekankan pada koordinasi gerakan, dalam hal ini berkaitan

dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan

(42)

observasi. Dalam penelitian ini, dibantu oleh asisten lapangan sebanyak 5

orang, yang bertugas mengontrol dan mengambil data sampel. Orang tua

dapat mendampingi anak, akan tetapi tidak sepenuhnya ikut dalam

mempengaruhi aktivitas penelitian.

4.6 Instrumen Penelitian

a. Alat senam (musik, VCD, modul, infokus), gambar, air putih, alat tulis,

permainan.

(43)

4.7 Alur Penelitian

Skema 4.2 Alur penelitian

Populasi Random

Sampel

Kelompok I Pre Test Kelompok II

Analisa Data Post Test Brain Bym dengan Aktifitas fungsional & Rekreasi Aktifitas fungsional & Rekreasi Kelompok I Kelompok II Hasil

(44)

4.8 Analisa Data

Analisa data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap dua kelompok sampel yang

berskala interval:

4.8.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dengan kolmogorov-smirnove, bertujuan untuk

mengetahui distribusi data kemampuan motorik halus sebelum dan

sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Jika hasilnya p > 0.05 maka

dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

4.8.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas data dengan levene test, bertujuan untuk mengetahui

varian nilai peningkatan kemampuan motorik halus sebelum dan setelah

perlakuan pada kedua kelompok sampel, kemudian mengetahui adanya

varian umur, jenis kelamin, kemampuan motorik halus. Dengan pengujian

bila p > 0.05 maka data homogen.

4.8.3 Uji Hipotesis

Jika data normal, maka dilakukan uji t-test menggunakan paired sampel

(45)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian

adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa

Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang

berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60

siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi

kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih

dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan

untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan

baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga

diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan

senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh

kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka

tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan

motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang

diberikan.

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat berdasarkan kelompok responden

yaitu yang mengikuti penambahan senam otak dan yang mengikuti AFR saja,

usia, jenis kelamin, dan nilai motorik halus pada masing-masing kelompok,

berikut adalah tabel karakteristik responden;

(46)

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

F % F %

1 Perempuan 12 40 15 50

2 Laki-laki 18 60 15 50

Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok

terdiri dari 30 orang dengan sebaran sampel berjenis kelamin laki-laki lebih

mendominasi. Terlihat dari kelompok perlakuan sebanyak 18 orang berjenis

kelamin laki-laki dan pada kelompok kontrol berjumlah 15 orang.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 2 Responden Menurut Usia

NO Usia Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

F % F %

1 5 Tahun 9 30 8 26,67

2 6 Tahun 21 70 22 73,33

Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok

terdiri dari 30 orang dengan rentang usia 5 – 6 tahun. Pada kedua kelompok

sampel memiliki subjek sampel terbanyak berusia 6 tahun.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Motorik Halus

Tabel 3 Responden Menurut Kemampuan Motorik Halus

No Motorik Halus

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

Pre Post Pre Post

F % F % F % F %

1 Sangat Baik (Skor 85-100) 0 0 22 73,33 0 0 4 13,33 2 Baik (Skor 70-84) 30 100 8 26,67 30 100 26 86,67 Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100

(47)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok

terdiri dari 30 orang sampel pada pre intervensi kedua kelompok memiliki

kemampuan motorik halus dengan skor Baik. Kemuadian setelah diberikannya

intervensi pada kedua kelompok terdapat peningkatan menjadi Sangat Baik.

5.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan apakah populasi yang dibandingkan

rata-ratanya mengikuti sebaran normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas

data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4 Uji Normalitas Motorik Halus

No Variabel Kelompok

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II 1 Motorik Halus Sebelum Intervensi 0.052 0.157

2 Motorik Halus Setelah Intervensi 0.200 0.200

Berdasarkan uji normalitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai

p-value > 0.05, sehingga data berdistribusi normal.

5.4 Uji Homogenitas

Tabel 5 Uji Homogenitas

Karakteristik

Kelompok

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

p Rerata ± SB Rerata ± SB

Usia (tahun) 5.70 ± 0.466 5.73 ± 0.450 0.575 Motorik halus 75.20 ± 3.156 75.03 ± 3.577 0.505

Tabel 5 Varian karakteristik sampel diuji Homogenitas dengan Levene test

dan nilai p value uji homogenitas masing-masing varian karakteristik sampel

(48)

5.5 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus

Pengujian hipotesis menggunakan paired sampel test karena data

berdistribusi normal. Hasil pengujian adalah sebagai berikut;

Tabel 6 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus

Sampel Sebelum Setelah P* Rerata ± SB Rerata ± SB Kelompok Perlakuan I 75.20± 3.156 86.83± 3.761 0.000 Kelompok Perlakuan II 75.03± 3.577 80.87± 3.340 0.000 P** 0.549 0.000

Ket: P* : Paired sampel t test P** : Independent sampel t test

Tabel 6 Menunjukkan nilai rerata dan simpangan baku pada

masing-masing kelompok pada saat sebelum dan setelah. Pada kelompok perlakuan I

dengan menggunakan paired sample t test nilai p = 0.000 yang artinya ada

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penambahan

senam otak. Kemudian begitu juga pada kelompok perlakuan II setelah di uji

dengan menggunakan paired sample t test didapatkan nilai p = 0.000 yang

artinya ada perbedaan yang signifikan nilai motorik halus antara sebelum dan

sesudah diberikan AFR.

Hasil uji beda motorik halus sebelum perlakuan pada ke dua kelompok

menunjukkan nilai p = 0.549, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan nilai motorik halus yang bermakna sebelum perlakuan pada kedua

kelompok. Hasil uji beda pengaruh setelah perlakuan antara kelompok perlakuan

(49)

terdapat perbedaan nilai motorik halus yang bermakna antara kelompok

perlakuan I dan kelompok perlakuan II.

5.6 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai motorik halus

pada anak prasekolah. Sampel penelitian 60 orang yang memenuhi kriteria

inklusi yang terdiri dari 30 kelompok perlakuan I dan 30 orang kelompok

perlakuan II.

5.6.1 Analisis Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak

Hasil analisis sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai

rerata 75.20 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 86.83. Dari data

tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada

siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh

pada kelompok dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam

otak sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan

kemampuan motorik halus yang signifikan.

Gerakan Senam otak dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas),

meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi

pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak

manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian

yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran lebih mudah

diterima apabila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya

diberikan secara abstrak saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik

(50)

lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk

bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak

(frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbis (midbrain)

dan otak besar (cerebral cortex).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata

sebelum dan setelah diberikan perlakuan, serupa pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya, bahwa senam otak bertujuan untuk membuka

channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan

otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi

otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009).

Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009)

olahraga dan latihan senam otak pada para murid di Educational

Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat

memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi,

kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan,

respon dan membuat keputusan.

5.6.2 Analisis Pengaruh Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak

Hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata 75.03 setelah

perlakuan didapatkan nilai rerata 80.87. Dari data tersebut dapat

disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena

diperoleh p = 0.000.

Dari hasil analisis uji statistik pada kelompok kontrol dapat

(51)

menunjukkan peningkatan motorik halus yang signifikan. Berbagai

penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara berkala dengan

metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik diberikan pada anak

usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak.

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan

informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada

anak (Dradjat, 2000).

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Indraswari (2012), kemampuan motorik halus anak dalam proses kegiatan

dapat meningkat dengan menggunakan kegiatan mozaik di Taman

kanak-kanak Negeri Pembina Lubuk Basung, dalam kegiatan mozaik

kemampuan yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik,

anak mampu menyusun kepingan mozaik dan anak mampu menempel

dengan teknik mozaik, kegiatan mozaik mampu meningkatkan

perkembangan motorik halus anak. Media kegiatan mozaik cocok

digunakan untuk usia taman kanak-kanak, karena sesuai dengan prinsip

bermain di taman kanak-kanak, melalui kegiatan mozaik dapat

memberikan pengaruh yang cukup memuaskan untuk meningkatkan hasil

belajar anak, dengan adanya peningkatan setiap siklus, perlunya

merangsang perkembangan motorik halus anak pada usia dini, motorik

(52)

5.6.3 Analisis Uji Beda Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak

Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum

dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I

dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan

penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR)

terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak 73.33 %

menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di

kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan

aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik

halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada

100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian

ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus.

Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok

menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus.

Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah

perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent

sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.000

sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam

otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus

anak prasekolah.

Dalam penelian ini didapatkan perbedaan hasil rerata karakteristik

motorik halus anak setelah dilakukan intervensi kepada masing-masing

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Ketahanan (harga & kuantitas) pangan Ketahanan gizi Produktivitas, Ketrampilan, kreativitas Biaya kesehatan Pembangunan ekonomi Realokasi untuk investasi

Satu hal yang lebih penting lagi dalam membangun sebuah dinding penahan tanah adalah memadainya sistem drainase karena air yang berada di belakang.. dinding penahan tanah

Mengenai tugas guru agama bagi pendidikan Islam adalah mendidik serta membina anak didik dengan memberikan dan menanamkan nilainilai agama kepadanya.Menurut

Pada ketika itu, Kandungan Kurikulum Standard Sekolah Menengah (KSSM) telah dijajarkan bagi tujuan kegunaan pengajaran dan pembelajaran bagi memenuhi keperluan pembelajaran

tulisannya Pendidikan Berbasis Kompetensi (2002), 24 memaparkan bahwa,: dalam proses belajar, siswa perlu mengetahui landasan ilmu pengetahuan yang terus berkembang

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Kekuatan bending tertinggi diperoleh pada spesimen kompoit serap bunyi berbahan dasar kombinasi kertas HVS dan serabut kelapa dengan kerapatan 5:1 dan persentase perekat 7,5%,

Formula substitusi terpilih yang paling disukai panelis adalah formula substitusi F3 (keong sawah 75 gram dan puree kelor 20 gram), yang memiliki skor tertinggi pada warna