• Tidak ada hasil yang ditemukan

Progres Pembangunan. Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Progres Pembangunan. Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon PENDAHULUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Progres Pembangunan

Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA)

di Taman Nasional Ujung Kulon

PENDAHULUAN

Populasi badak jawa di TNUK merupakan satu-satunya populasi yang secara potensial masih memungkinkan untuk diselamatkan dari kepunahan (Rhino Qolloquium, 1993) melalui upaya serius dari seluruh pihak. Badak jawa (

Rhinoceros sondaicus,

Desmarest 1822) merupakan salah satu mamalia terlangka di dunia yang kelestarian populasinya di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menjadi perhatian seluruh dunia.  Populasi badak jawa di TNUK berdasarkan hasil Video Trapping yang dilakukan oleh tim monitoring badak jawa BTNUK tahun 2012 hanya ditemukan minimal 51 individu yang dipastikan berbeda dengan jumlah jantan 29 ekor dan betina 22 ekor.

Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 43/Menhut-II/2007 tentang Rencana Aksi Konservasi Badak di Indonesia Tahun 2007-2017. Rekomendasi jangka pendek selama periode 2007-2012 adalah: (1) mempertahankan dan meningkatkan 20 % populasi badak jawa di dalam TNUK; (2) Mengembangkan populasi kedua badak jawa di luar TNUK melalui translokasi, setelah menetapkan habitat yang aman dan memiliki luas memadai (> 400.000 Ha); (3)  Membangun “sanctuary” sebagai jaminan bagi konservasi insitu di TNUK.  Menindak-lanjuti Strategi dan Rencana aksi tersebut, pada tanggal 2-3 Maret 2009 dilakukan pertemuan oleh AsRSG (Asian Rhino Specialis Group) yang merekomendasikan Pembuatan

(2)

Suaka khusus ( Rhino Study and

Conservation Area )

sebagai langkah awal untuk mengembangkan habitat kedua bagi badak jawa. Diharapkan suaka tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperdalam pengetahuan tentang badak jawa dan untuk mengidentifikasi cara paling aman dalam pemeliharaan dan pemindahan/translokasi Badak jawa.

Pada saat tahap awal pelaksanaan pembangunan JRSCA, terjadi beberapa tanggapan negatif dari beberapa pihak, utamanya terkait dengan teknis pembukaan lahan dan kekhawatiran atas dampak negatif terhadap sistem ekologi TNUK akibat pembangunan pagar. Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan pembangunan pagar untuk sementara dihentikan dan dilakukan serangkaian pertemuan untuk mendapatkan masukan dari para pihak. Melalui proses tersebut, disepakati penunjukan Tim Kajian yang penugasannya didasarkan atas Surat Keputusan Dirjen PHKA yang dilengkapi dengan TOR penyempurnaan Manajemen dan Rencana Tapak

Pembangunan JRSCA.

TINDAK LANJUT PEMBANGUNAN JRSCA

1. Dasar Pelaksanaan

Tindak lanjut pelaksanaan pembangunan JRSCA di Taman Nasional Ujung Kulon didasarkan pada Surat Menteri Kehutanan Nomor : S.511/Menhut-IV/2012 tanggal 6 November 2012 perihal Tindak Lanjut Pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan Surat Dirjen PHKA Nomor : S.154/IV-KKH/2012 tanggal 29 November 2012 perihal Tindak Lanjut Pembangunan

Javan Rhino Study and Conservation Area

(JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Surat tersebut menyebutkan pada prinsipnya Menteri Kehutanan menyetujui kegiatan JRSCA di TNUK yang sempat terhenti beberapa waktu yang lalu segera dilanjutkan kembali secara

(3)

2. Dokumen Kelengkapan JRSCA

Berbagai langkah telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk menindaklanjuti Surat Menteri Kehutanan dan Surat Dirjen PHKA terkait Tindak Lanjut

Pembangunan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), selain melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan para pihak, Balai TNUK juga telah menyusun beberapa dokumen kelengkapan pembangunan JRSCA dari rentang waktu bulan Desember 2012 sampai dengan Juni 2013, dokumen-dokumen tersebut antara lain :

a. Detail Enginering Design (DED)

Guna mendukung pelaksanaan pembangunan fisik JRSCA, Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah menyusun Detail Enginering Design (DED), dokumen ini sangat penting sebagai pedoman teknis, desain dan spesifikasi pembangunan fisik JRSCA di lapangan. Sehingga kesalahan teknis dapat diminimalkan.

b. Standard Operating Procedure (SOP)

Standard Operating Procedure (SOP) disusun guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan selama pelaksanaan pembangunan JRSCA, dokumen SOP pembangunan fisik JRSCA mengatur beberapa kegiatan, diantaranya :

(4)

- Pembangunan jalan pemeliharaan pagar - Pembangunan jalan patroli

- Pembangunan pagar

- Pembangunan basecamp dan pondok kerja - Pengadaan tiang, dan

- Pengangkutan tiang

c. Master Plan JRSCA

Kepala Balai TNUK telah membentuk tim kerja untuk menyusun master plan JRSCA, rencana pengelolaan JRSCA secara menyeluruh akan diwujudkan secara rinci dalam suatu master plan lengkap yang diintegrasikan dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon.

Penyusunan dokumen master plan JRSCA nantinya akan melibatkan para pihak yang terkait dan memiliki kepentingan dalam upaya konservasi badak jawa di TNUK, sehingga dokumen yang tersusun dapat mengakomodir masukan-masukan dari para pihak secara komprehensif.

3. Aktivitas Pembangunan Fisik JRSCA

Secara garis besar, aktivitas pembangunan fisik JRSCA di TNUK terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya :

(5)

Pengadaan tiang pagar JRSCA sebanyak 2200 buah, kebutuhan tiang pagar di wilayah utara sebanyak 1300 buah sedangkan di wilayah selatan sebanyak 900 buah. Tiang pagar dibuat dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 250 cm dengan kekuatan SNI K.300, sedangkan berat untuk setiap tiang ± 130 Kg.

Tiang dibuat dengan menggunakan bahan beton tulang besi ulir dengan metode site press, pengadaan tiang dilakukan didekat lokasi pagar, sehingga masyarakat sekitar TNUK

mendapatkan kesempatan untuk mensuplai bahan baku seperti pasir dan batu.

b. Pembangunan Jalan Pemeliharaan Pagar

Pembangunan jalan pemeliharaan pagar dilaksanakan disepanjang jalur tapak pagar sebagaimana Peta Tapak JRSCA hasil rekomendasi tim yang dibuat oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, M.S, sebagai Ketua Tim Penyempurnaan JRSCA, Prof. Dr. Hadi Ali Kodra, M.S, sebagai Ketua Tim Pengkajian JRSCA, Dr. Ir. Moh. Haryono M.Si, sebagai Kepala Balai TNUK, yang dikoreksi /diteliti oleh Ir. Darori, M.M, sebagai Dirjen PHKA, Dr. Ir. Novianto Bambang W. M.Si, sebagai Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, yang disetujui/ disahkan oleh Menteri Kehutanan RI.

Jalan pemeliharaan pagar rencananyan akan dibuat sepanjang 8,2 Km, terbagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah Utara dari Blok Cilintang sampai Blok Cimahi sepanjang 5,4 Km, dan wilayah Selatan dari Blok Bangkonol sampai Blok Tanjung Sodong sepanjang 2,8 Km dengan lebar jalan 5 meter.

Pembangunan jalan pemeliharaan pagar JRSCA dilakukan secara padat karya, tidak menggunakan alat berat (buldozer/ eskavator)

, sehingga keterlibatan masyarakat lokal sangat tinggi, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada didalam SOP, pembangunan jalan pemeliharaan pagar JRSCA tidak diperkenankan menebang pohon dengan diameter  > 20 cm.

(6)

Pembangunan pagar listrik dilaksanakan disepanjang jalur tapak pagar sebagaimana Peta Tapak JRSCA hasil rekomendasi tim yang dibuat oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, M.S, sebagai Ketua Tim Penyempurnaan JRSCA, Prof. Dr. Hadi Ali Kodra, M.S, sebagai Ketua Tim Pengkajian JRSCA, Dr. Ir. Moh. Haryono M.Si, sebagai Kepala Balai TNUK, yang dikoreksi /diteliti oleh Ir. Darori, M.M, sebagai Dirjen PHKA, Dr. Ir. Novianto Bambang W. M.Si, sebagai Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, yang disetujui/ disahkan oleh Menteri Kehutanan RI.

Pembangunan pagar rencananyan akan dibuat sepanjang 8,2 Km, terbagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah Utara dari Blok Cilintang sampai Blok Cimahi sepanjang 5,4 Km, dan wilayah Selatan dari Blok Bangkonol sampai Blok Tanjung Sodong sepanjang 2,8 Km. Tinggi pagar dari permukaan tanah 170 cm dengan jarak antar tiang pagar 4 m, pagar yang dibangun akan dialiri listrik tegangan rendah yang menimbulkan efek kejut, sehingga tidak berbahaya bagi manusia, hewan satwa dan ternak jika menyentuh pagar tersebut.

Gambar : Peta Tapak JRSCA

(7)

Sesuai dengan DED, basecamp JRSCA akan dibangun sebanyak 1 unit dengan luas 150 m2 dan pembangunan pos jaga sebanyak 5 unit dengan luas 70 m2 (Pos Cilintang) dan 4 pos jaga berukuran 40 m2 (Pos Kp. Salam, Cimahi, Bangkonol dan Tanjung Sodong)

e. Sosialisasi

Dalam pelaksanaan pembangunan JRSCA, Balai TNUK telah melakukan sosialisasi melalui website : www.ujungkulon.org, menjelaskan kepada beberapa mahasiswa yang berkunjung ke kantor TNUK, kuncen-kuncen dan melakukan berbagai koordinasi dari tingkat desa, pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang hingga pemereintah daerah Provinsi Banten.

Meskipun dilakukan pembangunang pagar beraliran listrik kejut, namun demikian tradisi lokal masyarakat yang akan melakukan aktivitas ziarah makam karamat didalam kawasan TNUK tetap diberikan akses, yaitu dengan dibangunnya pintu perlintasan, sehingga masyarakat tidak terganggu aktivitasnya dan mendukung program pemerintah dalam upaya konservasi badak jawa.

Gambar : Kepala Balai TNUK mensosialisasikan JRSCA kepada Kuncen

(8)

4. Progres Pembangunan Fisik JRSCA

Sampai dengan pertengahan bulan Juli 2013, progres pembangunan fisik JRSCA adalah sebagai berikut  :

a. Pembangunan Jalan Pemeliharaan Pagar

Pembangunan jalan pemeliharaan pagar dilaksanakan secara padat karya/ tidak menggunakan alat berat (buldozer/ eskavator), sampai dengan saat ini jalan pemeliharaan pagar di wilayah utara dari Blok Cilintang sampai dengan Blok Kp. Salam hampir selesai dilaksanakan, saat ini hanya meninggalkan vegetasi semak. Sedangkan dari blok Kp. Salam sampai Blok Cimahi sepanjang 1,8 Km sudah dibersihkan vegetasi semaknya tinggal menyisakan vegetasi tingkat tiang dan pohon.

Penebangan pohon dan vegetasi tiang belum dilakukan dikarenakan tim kerja belum selesai melakukan pendataan (jumlah dan jenis vegetasi) dan memberi tanda silang merah terkait vegetasi yang akan ditebang. Sedangkan di wilayah selatan sepanjang 2,8 Km belum

dikerjakan. Secara visual jalan patroli yang telah dikerjakan dapat kami lampirkan sebagaimana gambar dibawah ini.

(9)

Gambar : Kondisi jalan pemeliharaan pagar

Gambar : Kondisi jalan terjal dan bersemak

Pembangunan jalan pemeliharaan pagar JRSCA dilakukan secara padat karya, tidak menggunakan alat berat (buldozer/ eskavator)

, sehingga keterlibatan masyarakat lokal sangat tinggi, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada didalam SOP, pembangunan jalan pemeliharaan pagar JRSCA tidak diperkenankan menebang pohon dengan diameter  > 20 cm

(10)

Gambar : Kondisi Basah/ berlumpur

Di beberapa titik disepanjang jalan pemeliharaan pagar JRSCA ditemukan jalan berlumpur dan relatif basah akibat tingginya curah hujan, sebagaimana gambar diatas.

b. Pembangunan Pagar

Pembangunan pagar listrik memerlukan keahlian khusus dan kehati-hatian, kesalahan dalam memasang atau mendirikan tiang pagar akan mempengaruhi regangan kawat seling galvanize dan kekuatan tiang pagar itu sendiri, sehingga diperlukan ujicoba pemasangan tiang pagar. Diawal bulan Juli 2013, telah dilakukan ujicoba pemasangan tiang sebanyak 100 tiang di blok Cilintang.

Gambar : Ujicoba pemasangan tiang di tanah basah dan kering

Pembangunan pagar dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu tripot dan sistem kerja katrol, sehingga dalam pekerjaannya memerlukan ketelitian tinggi agar elevasi tiang tetap terjaga serta konsisten. Hasil ujicoba, rata-rata per hari dengan jumlah pekerja 6 orang hanya mampu mengerjakan 6-8 tiang. Untuk itu, guna mempercepat pengerjaanya

diperlukan alat bantu tripot yang lebih banyak, jumlah pekerja lebih banyak serta distribusi tiang langsung pada tiap-tiap lubang.

(11)

Gambar : Pembuatan lubang secara manual c. Pengadaan Tiang Pagar

Pengadaan tiang pagar JRSCA sampai dengan pertengahan bulan Juli 2013 telah mencapai 1400 buah, jumlah tersebut cukup untuk kebutuhan pembangunan pagar di wilayah utara, saat ini kebutuhan tiang pagar untuk wilayah selatan belum dikerjakan karena menunggu penentuan ukuran dan bentuk tiang yang lebih memungkinkan untuk dipasang di wilayah selatan.

Dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 250 cm serta berat per tiang 130 kg memerlukan minimal 6 orang untuk mengangkut tiang tersebut, sehingga dengan topografi yang terjal dan jalan yang berlumpur sangat tidak memungkinkan diangkut dan digunakan untuk pagar di wilayah Selatan, oleh karena itu tanpa mengabaikan fungsinya perlu adanya penyesuaian bentuk dan ukuran tiang pagar di wilayah Selatan.

Gambar : Lokasi pembuatan tiang

Memperhatikan curah hujan yang tinggi dan beberapa titik jalan pemeliharaan pagar yang berlumpur, distribusi tiang pagar dari lokasi pembuatan tiang menuju lokasi pagar akan menggunakan beberapa alternatif, diantaranya menggunakan mobil, gerobak yang ditarik dengan kerbau, dipikul, dan menggunakan sky line.

Gambar : Jalan angkut tiang pagar bersifat sementara d. Pembangunan Basecamp dan Pos Jaga

Luas lahan yang disediakan untuk komplek basecamp seluas 2000 m2, namun basecamp akan dibangun hanya seluas 150 m2, selebihnya akan digunakan untuk pembangunan sarana

prasarana lainnya yang mendukung pembangunan JRSCA, misalnya untuk bangunan visitor center, laboratorium, lahan parkir, asrama dll.

Sampai dengan pertengahan bulan Juli 2013, pembangunan pos jaga baru 1 unit yang sudah selesai dari 5 unit yang direncanakan, sedangkan pembangunan basecamp telah mencapai 50 %. Pada awal pembangunan basecamp sempat terkendala sulitnya mendapatkan batu bata disekitar TNUK karena curah hujan yang tinggi sehingga batu bata tidak dapat dibakar/ dikeringkan. Selanjutnya pembangunan basecamp akan diselesaikan 45 hari lagi.

(12)

Gambar : Basecamp JRSCA Penutup

Balai TNUK berkomitmen untuk terus memberikan informasi perkembangan pembangunan JRSCA, sehingga masyarakat selalu mendapatkan informasi terbaru. Partisipasi dan dukungan masyarakat kepada pemerintah dalam upaya-upaya konservasi badak jawa di TNUK sangat dibutuhkan, sehingga tujuan untuk melestarikan populasi dan habitat badak jawa serta kesejahteraan masyarakat dapat terwujud secara berdampingan.

Gambar

Gambar : Peta Tapak JRSCA
Gambar : Kepala Balai TNUK mensosialisasikan JRSCA kepada Kuncen

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan jumlah sampel pada pasien SSJ dan NET di RSUD Kota Semarang juga dapat mempengaruhi hasil penelitian, selain itu metode penelitian yang digunakan pada penelitian

[r]

Sehubungan dengan prinsip kehati-hatian dan fungsi Perjanjian Kredit sebagai alat bukti, maka kesepakatan atau persetujuan antara suami dan istri dalam Perjanjian Kredit

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik bidan desa dengan pelayanan neonatus di wilayah Puskesmas Kabupaten Klaten tahun 2013.. Metodologi penelitian

PENGEMBANGAN TES PIKTORIAL UNTUK MENGUKUR DIMENSI PENGETAHUAN SISWA SMA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan untuk melihat sejauh mana penerapan yang telah dilakukan dalam

untuk mengetahui profil model mental dari siswa tersebut pada materi sistem. koloid, mengenai konsep ciri koloid, jenis koloid, sifat koloid,

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.