15
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut
Penelitian ini merupakan penelitian berjenis exploratory research yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan menggali fakta terkait penerapan suatu konsep atau teori. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan depth interview dan expert judgement sebagai tools dalam mengumpulkan data.
Penelitian ini dilaksanakan melalui lima tahapan utama. Tahapan pertama adalah persiapan penelitian, tahap kedua adalah perancangan alat ukur, tahap ketiga adalah pengujian alat ukur, tahap keempat adalah analisis, tahap kelima adalah penarikan simpulan dan saran. Berikut adalah penjabaran dari setiap tahap penelitian.
3.2. Tahapan Penelitian 3.2.1 Persiapan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap paling awal dari penelitian. Pada tahap ini terdapat aktivitas penelitian berupa proses pemilihan topik penelitian berdasarkan observasi permasalahan yang terjadi di organisasi yang didukung oleh identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian serta penelusuran kepustakaan.
3.2.1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diketahui bahwa perusahaan hanya mengevaluasi kinerja supplier berdasarkan kriteria umum tanpa memperhatikan kerangka kriteria green supplier padahal perusahaan telah menerapkan green supply chain management dalam bisnis prosesnya. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian bertujuan untuk merancang pengukuran kinerja supplier berwawasan lingkungan.
3.2.1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ulang kriteria penilaian (VPI) supplier yang sesuai dengan kebutuhan dan objektif perusahaan serta mengaplikasikan kriteria evaluasi terpilih beserta masing – masing bobot prioritasnya pada sistem evaluasi kinerja supplier di perusahaan.
3.2.1.3 Penelusuran Kepustakaan
Penelusuran kepustakaan pada penelitian ini dimulai dari identifikasi kriteria green supplier berdasarkan beberapa jurnal internasional. Hal inilah yang kemudian mendasari rancangan kriteria model pengukuran kinerja supplier berwawasan lingkungan.
Penelusuran kepustakaan yang dikaji selanjutnya meliputi teori – teori dan model pengukuran kinerja supplier berwawasan lingkungan. Teori dan model pengukuran kinerja supplier yang berwawasan lingkungan yang menjadi dasar penelitian diantaranya konsep metode Fuzzy serta metode Analytical Hierarchy Process.
3.2.2 Perancangan Model Evaluasi Kinerja Supplier
Tahapan ini bertujuan untuk membangun model teoritik sebagai dasar dari pengembangan model evaluasi kinerja supplier. Pada tahap ini ditentukan model dasar yang digunakan sebagai dasar dari penelitian dan pengembangan model evaluasi kinerja supplier berdasarkan teori dan pendapat pakar.
Pengembangan model evaluasi kinerja supplier ini menggunakan tiga jenis metode diantaranya adalah metode kajian pustaka, depth interview serta metode expert judgement.
Kajian pustaka merupakan suatu metode pengumpulan informasi dari karya ilmiah seperti buku, jurnal ilmiah dan lain sebagainya. Kajian pustaka berguna untuk membangun model penelitian berdasarkan teori – teori ilmiah yang berlaku. Pada tahap perancangan model, metode kajian pustaka digunakan untuk menentukan model dasar penelitian, pengembangan model berdasarkan teori dan pengembangan kriteria beserta sub kriterianya berdasarkan teori.
Metode wawancara mendalam (in-depth interview) juga digunakan pada tahap ini. Metode wawancara mendalam merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab dan tatap muka langsung kepada narasumber. Menurut Malhotra (2007) metode wawancara mendalam berguna untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam terkait pengetahuan narasumber terhadap objek penelitian. Pada penelitian ini dilakukan metode wawancara mendalam kepada para pakar yang berasal dari Manajer terkait.
Metode selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode expert judgement. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari pengetahuan para pakar terhadap rancangan kriteria dan sub kriteria model evaluasi.
3.2.2.1 Penentuan Model Dasar Penelitian
Tahapan penentuan model dasar penelitian bertujuan untuk memilih model dasar penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dan menghasilkan model teoritik usulan. Model dasar ini digunakan sebagai acuan untuk pengembangan model penelitian selanjutnya.
Tahapan yang perlu dilakukan dimulai dari tahap identifikasi ulang pada kriteria evaluasi kinerja supplier. Identifikasi ulang pada kriteria evaluasi perlu dilakukan oleh pihak manajemen agar kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi supplier dapat merepresentasikan kebutuhan dan objektif perusahaan.
Salah satu metode ilmiah yang tepat digunakan untuk identifikasi kriteria adalah expert judgement. Expert judgement dinilai tepat untuk diterapkan karena pada perusahaan terdapat beberapa pandangan subjektif yang berbeda tiap individu pihak manajemen terkait terhadap kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja supplier. Expert judgement akan mampu menampung opini subjektif tiap individu tersebut dan memungkinkan adanya umpan balik terkendali. Seluruh partisipan akan terlibat aktif sejak awal proses dan putaran survei sehingga memudahkan mencari solusi yang kompromistis dan memberikan efektifitas tinggi dalam identifikasi kriteria evaluasi kinerja supplier (Cooper, 1995)
Identifikasi kriteria dengan expert judgement akan diterapkan dalam bentuk kuesioner bertahap yang akan diisi oleh responden dari pihak manajemen terkait. Kriteria awal yang akan diajukan kepada responden untuk dipilih sebagai kerangka final dalam evaluasi kinerja supplier merupakan evaluasi kinerja dari Dickson vendor selection and evaluation dan green supplier.
Sistem evaluasi kinerja supplier di PT TAM sangat memungkinkan untuk dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria penilaian kinerja yang saling memiliki keterkaitan antar kriteria evaluasi. Hal ini dikarenakan, PT TAM merupakan perusahaan besar yang memiliki kepentingan yang cukup kompleks terhadap hubungan strategisnya dengan para supplier. Berdasarkan kondisi perusahaan tersebut, maka perusahaan memerlukan metode Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dapat mengakomodasi terjadinya keterkaitan antar kriteria yang ada.
Metode MCDM yang tepat untuk digunakan dalam aplikasi pengambilan keputusan pada evaluasi kinerja supplier ini adalah integrasi dari metode fuzzy dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode fuzzy digunakan untuk mengubah bahasa linguistic yang didapat dari hasil kuesioner dari para pakar ke dalam angka yang dapat diolah. Integrasi antara fuzzy dengan AHP digunakan untuk pengambilan keputusan yang spesifik mengenai pentingnya setiap kriteria yang dievaluasi berdasarkan bahasa linguistic (Kahraman et al., 2003).
AHP merupakan metode yang dapat digunakan dalam permasalahan MCDM. Metode AHP dinilai lebih baik digunakan dikarenakan simple, mudah digunakan dan fleksibilitasnya (Ho et al., 2008). Dengan metode AHP akan diperoleh bobot prioritas pada seluruh kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja supplier. Hasil dari pembobotan tersebut dapat digunakan sebagai input dalam tahap penilaian akhir pada seluruh alternatif supplier berdasarkan kriteria yang telah teridentifikasi.
ANP (Analytical Networking Process) merupakan pengembangan metode AHP. Metode ANP mampu memperbaiki kelemahan metode AHP berupa kemampuan mengakomodasi keterkaitan antar kriteria atau alternatif (Saaty, 1999). Keterkaitan pada metode ANP ada 2 jenis yaitu keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence) dan keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence). Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan metode ANP lebih kompleks untuk diterapkan dalam penelitian ini dibanding metode AHP.
Metode Fuzzy AHP memiliki beberapa cara penyelesaian antara lain dengan menggunakan cara matematis atau menggunakan fungsi “IF”. Adapun metode Fuzzy AHP yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode Fuzzy AHP yang menggunakan cara matematis.
Langkah – langkah penggunaan Fuzzy AHP:
1. Tentukan tujuan penggunaan Fuzzy AHP (level 1), kriteria yang terdapat pada alternatif (level 2), dan alternatif yang akan dipilih (level 3) dari masalah.
2. Tentukan peringkat kriteria untuk matriks alternatif supplier yang dipilih menurut tabel derajat kepentingan dengan cara yang sama seperti AHP. Penilaian ini harus dilakukan oleh orang yang menguasai masalah tersebut. Meskipun tingkatan penilaian pada Fuzzy AHP sama dengan AHP, namun terdapat perbedaan yang menonjol dalam penulisannya. Fuzzy AHP menggunakan angka bulat dalam satu nilai dimana nilai tersebut berdasarkan segitiga Fuzzy AHP. Ketiga bilangan bulat tersebut dilambangkan sebagai l;m;u. Dimana l merupakan nilai kemungkinan yang terkecil, m merupakan kemungkinan yang paling menjanjikan dan u adalah nilai kemungkinan yang terbesar. Fungsi keanggotaan pembentukan Fuzzy AHP triangular adalah sebagai berikut:
Yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.3 Grafik Fuzzy Triangular 3. Sintesis Nilai
Setelah menentukan nilai – nilai kriteria antar supplier, nilai tersebut dicari sintesisnya untuk mendapatkan perbandingan antara supplier satu dengan yang lain.
Dasar berpikir untuk menentukan sintesis nilai ini pertama – tama dengan menggunakan Algebraic Operation. Bila terdapat dua nilai A dan B dengan A = (l1,m1,u1); B =(l2,m2,u2), maka terdapat beberapa notasi sebagai berikut:
4. Menentukan Bobot Prioritas
Bobot prioritas untuk subyek A adalah sintesis nilai terkecil dari subyek terhadap obyek B dan C. Setelah bobot prioritas masing – masing subyek ditemukan, maka masing – masing bobot prioritas tersebut dinormalkan dengan cara dibagi dengan total bobot prioritas keseluruhan.
5. Memilih Supplier
Tabel 3.1 Contoh Tabel Pemilihan Supplier Fuzzy AHP
Tabel di atas merupakan tabel pengambilan keputusan akhir. Nilai (a;b;c) adalah nilai – nilai bobot kriteria yang telah dinormalkan pada proses sebelumnya.
Nilai Aa adalah nilai bobot supplier X terhadap kriteria a Nilai Ba adalah nilai bobot supplier Y terhadap kriteria a
Sehingga untuk mendapatkan masing – masing bobot kriteria supplier adalah:
Bobot alternatif supplier terbesar yang dianggap sebagai supplier terbaik.
3.2.2.2 Pengembangan Model Berbasis Teori
Tahapan pengembangan model berbasis teori bertujuan untuk merancang model penelitian yang sesuai dengan konteks dan objek penelitian. Model teoritik ini merupakan landasan untuk pengembangan model selanjutnya. Pengembangan model diawali dengan identifikasi model kriteria evaluasi kinerja supplier yang berwawasan lingkungan. Identifikasi perlu dilakukan karena model dasar yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik objek penelitian. Lalu aktivitas selanjutnya adalah validasi usulan model teoritik kepada para pakar melalui wawancara mendalam dan expert judgement.
3.2.2.3 Penentuan Model Evaluasi Kinerja Supplier
Terdapat beberapa literatur yang memuat model evaluasi kinerja supplier yang berwawasan lingkungan. Namun yang paling mendekati dengan konteks dan objek penelitian menurut para pakar adalah model evaluasi kinerja supplier yang berasal dari jurnal internasional karya Gopal Agarwal dan Lokesh Vijayvargy yang dibuat pada tahun 2012 dengan gambar model detail sebagai berikut:
Gambar 3.4 AHP-Based Model For Selecting Green Supplier Sumber: Agarwal, G., Vijayvargy, L, 2012
3.2.2.4 Validasi Model Evaluasi Kinerja Supplier Kepada Pakar
Untuk mendapatkan model evaluasi kinerja supplier yang sesuai maka perlu dilakukan validasi oleh pakar yang kompeten di bidangnya. Validasi model evaluasi kinerja supplier berwawasan lingkungan melibatkan pakar yang merupakan para manajer dan supervisor dalam Divisi Service Part Logistics yang langsung berhubungan dengan supplier.
Validasi model evaluasi kinerja supplier dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan expert judgement. Masukan yang berasal dari wawancara mendalam dan expert judgement dibandingkan dengan teori yang ada. Hal ini dilakukan agar rancangan model evaluasi kinerja supplier yang telah dibuat benar – benar merepresentasikan tahapan pengembangan model yang sebenarnya.
3.2.3 Pengembangan Kriteria Berbasis Teori
Tahapan yang digunakan dalam pengembangan kriteria berbasis teori adalah pengidentifikasian kriteria dan sub kriteria pada setiap tingkatan. Penyusunan kriteria dan sub kriteria berpedoman pada model evaluasi kinerja rancangan Gopal Agarwal dan Lokesh Vijayvargy (2012).
3.2.3.1 Pengembangan Kriteria
Kriteria merupakan faktor – faktor penting yang harus terpenuhi oleh suatu model evaluasi kinerja supplier. Pengembangan kriteria dilakukan berdasarkan teori evaluasi kinerja supplier sesuai dengan rancangan model yang telah dibuat. Kriteria dibangun oleh teori – teori dan literatur.
Adapun kriteria yang dipakai dalam penelitian ini adalah Operational Life Cycle, Environmental Friendly Practices, Overall Performance Evaluation dan Process Management.
3.2.3.2 Pengembangan Sub Kriteria
Berdasarkan kriteria – kriteria yang telah dikembangkan, disusunlah sub kriteria yang menjabarkan masing – masing kriteria. Sub kriteria dihasilkan dari identifikasi fakor – faktor yang menjadi aspek penting dalam pemenuhan kriteria sesuai dengan deskripsi kriteria tertentu.
Adapun Sub kriteria dalam penelitian ini adalah Product Design, Procurement, Manufacturing, Distribution, Logistics, Packing, R&D, Waste Reduction, Recycle, Reproduce, Reuse, Disposal, Eco Friendly, Cost, Quality, Flexibility, Time, Management of Hazardous Substances, Pre-shipment Inspection, Process Auditing dan Warehouse Management.
3.2.4 Pengembangan Kriteria Berbasis Pakar
Tahap pengembangan kriteria berdasarkan pakar merupakan tahap lanjutan dari tahap pengembangan model teoritik. Pada tahap ini kriteria – kriteria teoritik yang telah dirancang kemudian dikembangkan sesuai dengan kompetensi dan pengalaman para narasumber yang merupakan para pakar. Metode expert judgement digunakan pada tahap ini untuk mengetahui pendapat pakar mengenai kriteria – kriteria yang sesuai dengan deskripsi evaluasi kinerja supplier. Tahapan yang digunakan dalam pengembangan kriteria berbasis pakar ini adalah sebagai berikut:
3.2.4.1 Hasil Pengembangan Kriteria
Kriteria yang akan dikembangkan menggunakan kriteria hasil pengembangan teori. Model teoritik inilah yang kemudian akan dikembangkan dari pendapat para pakar dengan menggunakan metode expert judgement. Model teoritik yang dikembangkan terdiri dari 4 kriteria dan 21 sub kriteria.
3.2.4.2 Perancangan Kuesioner
Tahapan ini bertujuan untuk merancang kuesioner sebagai media pengembangan kriteria berdasarkan pakar. Kuesioner dirancang untuk mendapatkan input dari narasumber terhadap rancangan kriteria. Kuesioner terdiri dari satu bagian. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari para pakar terhadap rancangan kriteria teoritik. Pada bagian ini digunakan skala dikotomi sehingga pakar dapat memilih pernyataan “setuju” dan “tidak setuju” terhadap kriteria dan sub kriteria yang diajukan.
3.2.4.3 Penentuan Sampel (Pakar)
Penentuan subjek penelitian merupakan satu langkah penting dalam menjalankan metode expert judgement. Expert judgement merupakan kumpulan data yang diberikan oleh seorang pakar terhadap suatu permasalahan teknis (Meyer dan Booker, 1991). Dengan demikian pemilihan pakar yang jadi subjek penelitian harus dilakukan secara seksama sesuai dengan konteks penelitian.
Penelitian ini melibatkan pakar di bidang evaluasi kinerja supplier. Para pakar tersebut memiliki pengalaman terlibat pengembangan evaluasi kinerja supplier selama lebih dari 5 tahun.
3.2.4.4 Penyebaran Kuesioner Kepada Pakar
Setelah menetapkan pakar atau responden tahap selanjutnya penyebaran kuesioner kepada para pakar yang telah ditentukan. Para pakar yang terlibat dalam penelitian ini berasal dari Divisi SPLD (Service Parts Logisctic Division). Beberapa pakar yang terlibat dalam penelitian ini adalah :
1. Manajer Inventory
2. Supervisor Inventory Control 3. Supervisor New Model Project 3.2.4.5 Analisis Data
Data yang dihasilkan dari kuesioner adalah jenis data dengan skala dikotomi. Analisis dilakukan dengan menghitung jumlah pendapat yang setuju dan tidak setuju dari masing-masing kriteria dan sub kriteria,. Kriteria yang dipilih adalah kriteria yang disetujui oleh sebagian besar responden.
3.2.4.6 Validasi
Tahapan ini bertujuan untuk melakukan validasi terhadap perbaikan model yang didapat dari pengeliminasian kriteria berdasarkan pakar dan yang didapat dari kuesioner. Validasi dilakukan dengan menghitung rasio validitas (CVR) isi. Kriteria (kriteria dan sub kriteria) yang memiliki nilai CVR>0 dinyatakan valid. Sedangkan kriteria yang memiliki nilai CVR<0 tidak bisa dijadikan indikator.
3.2.5 Penyusunan Model Evaluasi Kinerja Supplier
Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan metode integrasi antara fuzzy dan AHP. Pada metode fuzzy dilakukan penerjemahan dari bahasa linguistic hasil kuesioner dari para pakar menjadi nilai yang diolah menggunakan metode AHP.
Pada metode AHP ini terdapat tiga langkah yang dilakukan yaitu menyusun hirarki dalam mengevaluasi kinerja supplier, menentukan prioritas (bobot) serta penetapan konsistensi logis.
3.2.6 Pengujian Model Evaluasi Kinerja Supplier
Tahap ini merupakan tahap dimana model evaluasi kinerja supplier yang terdapat pada point 3.2.4 diuji validitasnya. Tahap pengujian model ini diawali dengan identifikasi objek kriteria dan subkriteria. Tahap ini merupakan tahap dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan rancangan model evaluasi kinerja supplier. Selanjutnya data diolah untuk mendapatkan hasil pengukuran, lalu hasil pengukuran tersebut divalidasi oleh para pakar terkait keakuratan hasil pengukuran kinerja supplier. Jika menurut pakar hasil pengukuran sudah sesuai maka dapat dikatakan alat ukur sudah valid.
3.2.7 Pengukuran Kinerja Supplier
Pada tahap ini disebarkan kuesioner kepada pihak terkait mengenai kinerja supplier berdasarkan model yang telah ditentukan. Tahap ini memuat perbandingan antara kinerja tiga supplier oil untuk PT TAM yaitu PT Sadikun, Chevron dan Idemitsu.
Adapun kriteria yang dibandingkan adalah Operational Life Cycle, Environmental Friendly Practices, Overall Performance Evaluation dan Process Management.
Sedangkan sub kriteria yang dibandingkan adalah Product Design, Procurement, Manufacturing, Distribution, Logistics, Packing, R&D, Waste Reduction, Recycle, Reproduce, Reuse, Disposal, Eco Friendly, Cost, Quality, Flexibility, Time, Management of Hazardous Substances, Pre-shipment Inspection, Process Auditing dan Warehouse Management.
3.2.8 Analisa dan Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data berdasarkan hasil pengukuran kinerja supplier berdasarkan hasil kuesioner. Adapun langkah- langkah dalam tahapan ini adalah:
• Perubahan Kuesioner Kriteria dan Sub kriteria Menjadi Matriks • Normalisasi
• Penentuan Vektor Bobot
• Menentukan Nilai Lambda Max (Eigen Value) • Menentukan Nilai Consistency Index
• Menentukan Nilai Consistency Ratio
• Jika semua nilai telah memenuhi syarat (CR< 0,1), maka dilanjutkan dengan tahap selanjutnya
• Melakukan penerjemahan matriks kuesioner kinerja supplier • Menentukan Matriks rata – rata geometric
• Menentukan Matriks defuzzifikasi • Menghitung BNP
• Menentukan supplier terbaik 3.2.9 Simpulan dan Saran
Bagian ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari analisa yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban atas tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Saran yang diberikan berupa usulan-usulan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan serta untuk penelitian selanjutnya.
3.3 Jadwal Penelitian
Proses penelitian dijadwalkan selama masa skripsi berlangsung yaitu ± 5 bulan, berikut adalah jadwal penelitian: