26
METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dan
metode yang digunakan adalah post test only control group design yaitu
rancangan penelitian yang hasil penelitiannya diamati setelah perlakuan
selesai.
1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembuatan perasan buah
apel dilakukan di Laboratorium Biomedik Universitas Muhammadiyah
Malang. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai bulan Oktober tahun
2018.
1.3 Populasi dan Sampel
1.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua tikus putih jantan
(Rattus norvegicus strain wistar).
1.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih
jantan (Rattus Norvegicus strain wistar) dengan berat 150-200 gram
dan berumur 2-3 bulan dengan kondisi sehat yang ditandai dengan
1.3.3 Besar Sampel
Terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol positif
(+), kontrol negatif (-), dan 3 kelompok perlakuan. Penentuan besar
replikasi sampel dalam penelitian ditentukan menggunakan rumus
pada Sample Size Calculation in Animal Studies tahun 2017, yakni
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rumus penentuan jumlah sampel
Annova Design Application Minimum n/grup Maximum n/grup One-way Annova Group Comparasion 10/k +1 20/k+1 Keterangan:
n : Jumlah subjek tiap kelompok
k : Jumlah kelompok
Sesuai dengan rumus tersebut maka untuk mendapat sampel atau
jumlah subjek tiap kelompoknya dapat dikalkulasikan sebagai
berikut :
Jumlah sampel minimum
n = 10/k +1
n = 10/5 +1
n = 3
Jumlah sampel maksimum
n = 20/k +1
n = 20/5 +1
Sehingga dalam penelitian ini jumlah sampel tiap kelompoknya
adalah 4, karena diantara rentang jumlah sampel minimum dan
maksimum. Sehingga, jika dijumlahkan pada peneliatian ini
digunakan kurang lebih 20 sampel.
1.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakam simple random
sampling.
1.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian
1.3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Tikus Rattus Novergicus Strain Wistar jenis kelamin
jantan
2. Umur 2–3 bulan
3. Berat Badan 150 – 200 gram
4. Tikus dalam keadaan sehat, ditandai dengan gerakannya
yang aktif, bulu yang tebal, mata yang jernih
1.3.5.2 Kriteria Eksklusi
1. Tikus yang sudah pernah digunakan dalam penelitian
lain
2. Tikus sakit selama proses perlakuan (gerakan tidak aktif,
tidak mau makan, rambut kusam atau rontok atau botak
dan keluarnya eksudat yang tidak normal)
masa adaptasi di laboratorium
4. Tikus yang mati selama penelitian
1.3.6 Variabel Penelitian
1.3.6.1 Variabel Bebas
Perasan buah apel
1.3.6.2 Variabel Tergantung
Penurunan kadar IgE dalam serum darah
1.4 Definisi operasional
a. Buah apel (Malus sylvestris) yang digunakan adalah buah apel Malang
yang segar dan cukup matang. Buah apel ini didapatkan dari perkebunan
apel di Kota Batu. Perasan buah apel yang digunakan adalah cairan yang
didapat dari buah apel yang diperas dan disaring sehingga tersisa airnya
saja. Perasan buah apel tersebut berupa cairan kecoklatan, dengan
berwarna hijau kekuningan. Volume perasan buah apel yang akan
diberikan sebanyak 3 ml, sebelumnya dilakukan titrasi di mana
masing-masing perasan buah apel konsentrasinya 15%, 20%, dan 25%. Perasan
buah apel menggunakan skala data rasio.
b. Ovalbumin (OVA) adalah protein dari putih telur. Ovalbumin digunakan
untuk menstimulasi reaksi alergi dalam tes atau uji alergi. Pembuatan
larutan ovalbumin sebagai alergen dapat dilakukan dengan
menggunakan putih telur ayam ras sebanyak 50 ml putih telur ayam ras
kemudian diaduk hingga tidak terdapat gumpalan. Sensitisasi dengan
salin secara i.p pada hari ke-1, ke-7 dan ke-14. Selanjutnya sensitisasi
ulangan dengan inhalasi ovalbumin 1% dalam 10 ml normal salin secara
inhalasi dengan menggunakan nebulizer selama 30 menit pada hari ke-
19 dan hari ke-22. Ovalbumin menggunakan skala data rasio.
c. Tikus putih (Rattus novergicus strain wistar) adalah hewan percobaan
tikus jenis Rattus novergicus, strain wistar, jenis kelamin jantan, berusia
2-3 bulan dengan berat badan 150-200 gram, yang dalam keadaan sehat,
ditandai dengan gerakannya yang aktif, bulu yang tebal, mata yang
jernih.
d. Kadar imunoglobulin E (IgE) pada tikus alergi akan meningkat.
Pemeriksaan IgE yang dilakukan adalah pemeriksaan IgE total untuk
mengetahui ada atau tidaknya penurunan kadar IgE. Untuk melakukan
pemeriksaan IgE, diambil serum darah dari tikus. Serum disimpan dalam
aliquot 100 µl pada suhu -20 c dan diperiksa dengan ELISA. Skala data yang digunakan adalah skala data rasio.
4.5 Alat dan Bahan
4.5.1 Alat
4.5.1.1 Alat Pemeliharaan Tikus
a. Kandang tikus dan penutup
b. Tempat makan dan minum
c. Timbangan analitik
d. Sekam
4.5.1.2 Alat Pembuatan Perasan Buah Apel
b. Pisau c. Timbangan analitik d. Pengaduk e. Plastik f. Handscoon g. Tisu 4.5.1.3 Alat Perlakuan a. Nebulizer b. Handscoon c. Masker d. Tisu e. Sonde modifikasi f. Gelas beker g. Spuit 5ml
h. Neraca berat badan
i. Label
4.5.1.4 Alat Pengambilan Darah
a. Jarum
b. Pipet mikro 50μi
4.5.1.5 Alat lain
a. ELISA
b. Rak dan tabung reaksi
c. Aliquot
e. Mikropipet
f. Gelas ukur
g. Kamera digital
4.5.2 Bahan
a. Buah apel (Malus sylvestris)
b. Al(OH)3
c. Normal salin
d. Putih telur ayam
e. Aquades
f. Pakan standar BR-1
4.6 Prosedur Penelitian
4.6.1 Adaptasi
Proses adaptasi hewan coba dalam kandang dilakukan
selama 7 hari dengan tujuan agar tikus menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang baru. Selama adaptasi, tikus diberikan pakan
standar BR-1 yang diberikan 1 kali sehari. Jika ada sisa makanan,
maka sisanya dibuang lalu diganti dengan yang baru. Tikus juga
diberi minum aquades secukupnya. Pada masa aklimatisasi, tikus
ditimbang berat badannya.
4.6.2 Pengelompokan Hewan Coba
Tikus yang digunakan sebanyak 20 ekor yang terbagi
a. Kontrol negative (K-): Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40
g/hari/tikus serta minum ad libitum selama 30 hari. Nilai kontrol
negatif hanya untuk nilai normal dan tidak dimasukkan dalam
analisis data.
b. Kontrol positif (K+): Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40
g/hari/tikus serta minum ad libitum. Ditambah dengan
pemberian ovalbumin 70 µg dan 14 mg Al(OH)3 dalam 1,4 ml
normal salin secara intraperitoneal pada hari pertama, hari
ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi ovalbumin 7% dalam
10 ml normal salin secara inhalasi dengan menggunakan
nebulizer selama 30 menit pada hari ke- sembilan belas dan hari ke-dua puluh dua.
c. Kelompok I (P1): Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40
g/hari/tikus serta minum ad libitum. Ditambah dengan
pemberian ovalbumin 70 µg dan 14 mg Al(OH)3 dalam 1,4 ml
normal salin secara intraperitoneal pada hari pertama, hari
ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi ovalbumin 7% dalam
10 ml normal salin secara inhalasi dengan menggunakan
nebulizer selama 30 menit pada hari ke-sembilan belas dan hari ke-dua puluh dua. Serta diberikan perasan buah apel sebesar 3
ml konsentrasi 15% secara peroral.
d. Kelompok II (P2): Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40
g/hari/tikus serta minum ad libitum. Ditambah dengan
normal salin secara intraperitoneal pada hari pertama, hari
ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi ovalbumin 7% dalam
10 ml normal salin secara inhalasi dengan menggunakan
nebulizer selama 30 menit pada hari ke-sembilan belas dan hari ke-dua puluh dua. Serta diberikan perasan buah apel sebesar 3
ml konsentrasi 20% secara peroral.
e. Kelompok III (P3): Diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40
g/hari/tikus serta minum ad libitum. Ditambah dengan
pemberian ovalbumin 70 µg dan 14 mg Al(OH)3 dalam 1,4 ml
normal salin secara intraperitoneal pada hari pertama, hari
ke-tujuh dan hari ke-empat belas, dan diberi ovalbumin 7% dalam
10 ml normal salin secara inhalasi dengan menggunakan
nebulizer selama 30 menit pada hari ke-sembilan belas dan hari ke-dua puluh dua. Serta diberikan perasan buah apel sebesar 3
ml konsentrasi 25% secara peroral.
Mulai hari pertama perlakuan, tikus kelompok I, II, dan
III diberikan perasan apel secara per oral dengan dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kelompoknya. Pada hari pertama,
hari ke-tujuh dan hari ke-empat belas dilakukan sensitisasi
dengan pemberian ovalbumin (OVA) 70µg secara
intraperitoneal. Selanjutnya sensitisasi ulangan pemberian
ovalbumin 7% dalam 10 ml normal salin dengan menggunakan
nebulizer selama 30 menit pada hari ke- sembilan belas dan hari ke-dua puluh dua. Kemudian, pada hari ke-dua puluh tiga
dihentikan semua perlakuan yang diberikan. Selanjutnya
dilakukan pengambilan serum darah untuk mengukur kadar IgE.
4.6.3 Dasar Penentuan Dosis
Rekomendasi perasan buah Apel Malang (Malus Sylvestris)
untuk manusia dikonsumsi sebanyak 200 ml perhari (Cempaka,
Santoso, & Tanuwijaya, 2014). Sehingga dilakukan konversi dosis
dari manusia ke tikus menjadi 2 ml/200gBB perhari sesuai tabel
berikut ini.
Tabel 4.2 Konversi dosis menurut Laurence dan Bacharach (1964)
(Anggara, 2009)
Dilakukan konversi untuk dosis pada tikus dengan perhitungan:
Faktor konversi = 0,018 Dosis Tikus = 200 ml/70kg BB x 0,018 = 3,6 ml/200g BB = 4 ml/200gBB 4 𝑥
=
200 150 = x = 3 ml 200 g Tikus 400 g Marmot 1,5 kg Kelinci 4,0 kg Kera 12,0 kg Anjing 70 kg Manu sia 200 g Tikus 1,0 1,74 3,9 17,8 17,8 56,0 400 g Marmot 0,57 1,0 2,25 10,2 10,2 31,5 1,5 kg Kelinci 0,25 0,44 1,0 4,5 4,5 14,2 4,0 kg Kera 0,11 0,19 0,42 1,9 1,9 6,1 12,0 kg Anjing 0,06 0,10 0,22 1,0 1,0 3,1 70 kg Manusia 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0Pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan mencit,
didapatkan dosis pemberian ovalbumin adalah 10µg dan 2 mg
Al(OH)3 dalam 0,2 ml normal salin secara i.p, serta pemberian
inhalasi dengan dosis 1% dalam 10 ml normal salin. Sehingga jika
dikonversikan dengan menggunkan tabel konversi dengan faktor
pengali adalah 7 maka didapatkan dosis pemberian ovalbumin
secara i.p pada penelitian ini sebesar 70µg dan 14 mg Al(OH)3
dalam 1,4 ml normal salin, dan dosis pemberian ovalbumin secara
inhalasi sebesar 7% dalam 10 ml normal salin.
4.6.4 Pemberian Perasan Buah Apel
Dosis perasan buah apel (Malus sylvestris) yang diberikan,
yaitu sebesar:
Dosis I : 3 ml konsentrasi 15%;
Dosis II: 3 ml konsentrasi 20%;
Dosis III: 3 ml konsentrasi 25%.
Penelitian Widyaningtyas, Widodo & Sunnah tahun 2014,
membuktikan perasan buah apel (Malus domestica) varietas Red
Delicious kadar 20% memiliki efek anti alergi terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan galur Wistar.
4.6.5 Pembuatan Perasan Buah Apel
Buah Apel (Malus sylvestris) sebanyak 100 gram buah apel
diperas dengan menggunakan juicer dan disaring airnya. Kemudian
hasil perasan tersebut dibuat dalam kadar 3 ml dengan konsentrasi
a. Kadar 15% : Perasan buah apel (Malus sylvestris) murni yang
telah dibuat dalam proses juicing dilarutkan dalam aquades
dengan takaran 15 ml untuk perasan buah apel dan 100 ml untuk
aquades, kemudian dibagi dalam dosis 3 ml untuk pemberian
satu tikus coba.
b. Kadar 20% : Perasan buah apel (Malus sylvestris) murni yang
telah dibuat dalam proses juicing dilarutkan dalam aquades
dengan takaran 20 ml untuk perasan buah apel dan 100 ml untuk
aquades, kemudian dibagi dalam dosis 3 ml untuk pemberian
satu tikus coba.
c. Kadar 25% : Perasan buah apel (Malus sylvestris) murni yang
telah dibuat dalam proses juicing dilarutkan dalam aquades
dengan takaran 25 ml untuk perasan buah apel dan 100 ml untuk
aquades, kemudian dibagi dalam dosis 3 ml untuk pemberian
satu tikus coba.
4.6.6 Identifikasi Flavonoid
a. Sebanyak 1 ml perasan buah apel ditambah 3 tetes NaOH 0,1 N
lalu diamati warnanya. Flavonol akan memberikan warna
kuning (Harborne, 1987).
b. Sebanyak 1 ml perasan buah apel ditambah 3 tetes H2SO4 pekat
lalu diamati warnanya. Flavonol memberikan warna jingga
4.6.7 Pembuatan Larutan Ovalbumin
Pembuatan larutan ovalbumin sebagai alergen dapat
dilakukan dengan menggunakan putih telur ayam ras sebanyak 50
ml putih telur ayam ras kemudian diaduk hingga tidak terdapat
gumpalan.
4.6.8 Pengambilan Sampel Darah dan Pengukuran Kadar IgE dengan
ELISA
Dilakukan sampling serum darah yang diperoleh dengan
lethal cardiac puncture pada tikus yang telah dianastesi 24 jam setelah paparan OVA atau normal salin terakhir. Serum tersebut
disimpan dalam 100 μl aliquot pada suhu -20ºC untuk pemeriksaan
total IgE dengan ELISA.
4.6.9 Penguburan Hewan Coba
Tikus yang telah diberi perlakuan akan diteliti dipastikan
mati, bangkai tikus diletakkan dalam wadah baskom. Bangkai tikus
percobaan dikubur di tanah dengan kedalaman 50 cm dan luas
lubang 0, 25 m². Setiap lubang hanya digunakan untuk mengubur 10
tikus secara bersama. Lubang ditutup kembali dengan tanah lalu
lubang dipadatkan agar tidak tercium bau dari bangkai tikus
4.7 Alur Penelitian
-Diberi pakan standar BR-1 (15 gram) dan air minum
-Pada hari ke-1, ke-7 dan ke-14 diinduksi
ovalbumin 70 µg dan 14 mg Al(OH)3 dalam 1,4
ml normal salin secara i.p Diberi pakan standar BR-1 (15 gram) dan air minum pada hari ke-1 sampai ke-22. P 1 P 2 P 3
-Diberi pakan standar BR-1 (15 gram) dan air minum.
-Pada hari ke-19 sampai ke-22 diberi ovalbumin 7% dalam 10 ml normal salin dengan menggunakan nebulizer selama 30 menit per hari.
Diberi perasan apel 3 mL 15% secara peroral Diberi perasan apel 3mL 20% secara peroral Diberi perasan apel 3 mL 25% secara peroral
Pengambilan serum untuk pemeriksaan IgE dalam ELISA
Pengumpulan data
Analisis data
Adaptasi hewan coba
Pengelompokan hewan coba
Kontrol - (K-) Kontrol + (K+) P 1 P 2 P 3
-Diberi pakan standar BR-1 (15 gram) dan air minum
-Pada hari ke-1, ke-7 dan ke-14 diinduksi ovalbumin 70 µg dan 14 mg Al(OH)3 dalam 1,4 normal salin secara
i.p
-Diberi pakan standar BR-1 (15 gram) dan air minum.
-Pada hari ke-19 sampai ke-22 diberi ovalbumin 7% dalam 10 ml normal salin dengan
menggunakan nebulizer selama 30 menit per hari. Ha ri 1 – 14 H ar i 15 - 22
4.8 Analisis Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisa menggunakan uji
normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA, uji post hoc test, uji korelasi dan uji
regresi yang pengolahannya menggunakan SPSS 20.
a. Uji Normalitas
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji
normalitas dengan metode Shapiro-Wilk, karena besar sampel yang digunakan ≤ 50. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
distribusi data normal. Sebaran data dinilai normal jika p>0,05. Jika sebaran
data normal, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA, sedangkan jika sebaran
data tidak normal, dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan post hoc
Mann-Whitney. b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui persebaran data,
kehomogenan varian dari data-data yang diperoleh. Uji homogenitas menggunakan uji varian Levene’ test untuk mengetahui kehomogenan
varian dari data-data yang diperoleh. Varian dinilai homogen jika p>0,05.
Jika varian data homogen, maka dilanjutkan dengan uji post hoc Bonferroni,
sedangkan jika varian data berbeda atau tidak homogen, maka dilanjutkan
dengan uji post hoc Tamhane.
c. Uji ANOVA
Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui adanya perlakuan terhadap
pengamatan. Sebelum uji ANOVA telah dilakukan uji normalitas untuk
homogenitas untuk mengetahui kehomogenan varian dari data yang
diperoleh (data bersifat homogen jika sig >0,05). Selanjutnya untuk
membandingkan rata-rata dari 2 kelompok percobaan atau lebih, dengan
tingkat kepercayaan ∝=0,05, apabila diperoleh ∝>0,05 artinya tidak ada
perbedaan yang bermakna sebaliknya apabila ∝<0,05 menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna.
d. Uji Post Hoc
Uji Post Hoc merupakan uji kelanjutan dari uji ANOVA, digunakan untuk
mengetahui perbedaan yang bermakna antara 2 kelompok perlakuan dalam
penelitian. Uji post hoc Bonferroni kelanjutan dari uji ANOVA jika varian
data homogen. Jika varian data tidak homogen menggunakan uji post hoc
Tamhane.
e. Uji Korelasi Pearson
Uji Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan yang
signifikan antara dosis perasan buah apel (Malus sylvestris) dengan
perlakuan (penurunan kadar IgE).
f. Uji Regresi Linier
Uji regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh antara dosis perasan buah apel dengan perlakuan (penurunan
4.9 Jadwal Penelitian
Tabel 4.3 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan 1 2 3 4 1 Pengurusan Izin x 2 Persiapan perasan buah apel dan hewan coba x x 3 Adaptasi hewan, memberi makan hewan coba x 5 Perlakuan injeksi ovalbumin i.p pada hewan coba x 6 Pemberian perasan buah apel ke tikus coba x x x x 7 Pengamatan hewan coba pasca perlakuan x 8 Pengumpulan data x x x 9 Dilakukan analisis kadar IgE x x 10 Analisis Data x x 11 Konsultasi dan revisi akhir x x