• Tidak ada hasil yang ditemukan

BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 42, Februari 2020 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 42, Februari 2020 ISSN"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 42, Februari 2020 ISSN 1858-3105

Diterbitkan oleh

(3)

Penanggung Jawab Mohamad Hartono Ketua Penyunting Tendas Teddy Soesilo Wakil Ketua Penyunting Andrianus Hendro Triatmoko

Penyunting Pelaksana/Mitra Bebestari

Prof.Dr.Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd., Prof.Dr.Husaeni Usman, M.Pd., Dr.Edi Rachmad, M.Pd., Drs.Masdukizen, Dra.Pertiwi Tjitrawahjuni, M.Pd., Dr.Sugeng, M.Pd., Dr.Usfandi Haryaka, M.Pd., Dr.Rita Zahra, M.Pd., Samodro, M.Si.,

Dr.Sonja V. Lumowa, M.Kes., Dr.Hj. Widyatmike Gede, M.Hum., Sukriadi, S.Pd.M.Pd.

Sirkulasi Umi Nuril Huda

Sekretaris Sunawan Tata Usaha Abdul Sokib Z.

Alamat Penerbit/Redaksi : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kalimantan Timur, Jl. Cipto Mangunkusumo Km 2 Samarinda Seberang, PO Box 1425

• Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan diterbitkan pertama kali pada Juni 2007 oleh LPMP Kalimantan Timur

• Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah dalam bentuk soft file dan print out di atas kertas HVS A4 spasi ganda lebih kurang 12 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur dapat diterbitkan.

Borneo Edisi Khusus, Nomor 42, Februari 2020 ini merupakan edisi khusus yang diharapkan terbit untuk memenuhi harapan para penulis.

Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi Kalimantan Timur dan seluruh Indonesia untuk mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik berupa telaah teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi atas karya mereka diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca untuk melahirkan gagasan-gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui pembelajaran dan pemikiran. Perbaikan mutu pendidikan ini merupakan titik perhatian utama tujuan LPMP Kalimantan Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.

Jurnal Borneo edisi khusus Nomor 42, Februari 2020 ini memuat tulisan Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kota Samarinda, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Penajam Paser Utara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal ini diterbitkan sebagai apresiasi atas semangat untuk memajukan dunia pendidikan melalui tulisan yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. Untuk itu, terima kasih kami sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor sehingga jurnal Borneo edisi khusus ini dapat terbit.

Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal Borneo yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa yang telah mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah-mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT.

Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneo ini memberikan nilai tambah, khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan mutu pendidikan pada umumnya.

(5)

DAFTAR ISI

BORNEO, Edisi Khusus, Nomor 42, Februari 2020 ISSN : 1858-3105

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

1 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Administrasi Transaksi Melalui Metode Demonstrasi Siswa Kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 1 SMK Negeri 1 Samarinda Tahun 2018/2019

Irwansyah Syahrani

1

2 Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Melaksanakan Supervisi Akademik Melalui Pendampingan di SMP Binaan Kota Samarinda Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

Masniar

17

3 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda Bidang Studi Biologi Materi Sel melalui Model Pembelajaran Problem Posing Tahun 2019

Subali

31

4 Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Directed Reading Thinking Activity di Kelas II/B SD Negeri 006 Loa Janan Tahun 2019

Mardiana N.

47

5 Peningkatan Kemampuan Guru dalam Proses Pembelajaran melalui Penerapan Supervisi Klinis di TK Negeri 1 Sangasanga Tahun 2019 Erna Susilawati

61

6 Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tema Udara Bersih bagi Kesehatan melalui pada Siswa Kelas V Sd Negeri 016 Sangasanga Tahun 2019

Suciati

73

7 Penerapan Mathematical of Fingering System untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Dasar pada Tema Bermain di Lingkunganku di Kelas II SD Negeri 016 Sangasanga Tahun 2019

Prisidiawati Misriyanti

(6)

8 Peningkatan Prestasi Belajar IPS melalui Media CD Pembelajaran Interaktif Siswa Kelas III SDN 008 Sepaku Tahun Pelajaran 2015/2016 Suyono

103

9 Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak melalui Metode Bercerita dengan Media Audio Visual di Kelompok B2 TK Islam Tunas Kartini Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016

Nurjanah

115

10 Perbedaaan Antara Penggunaan Media Video Pembelajaran dan Media Powerpoint terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pemanduan Wisata Kelas XI Usaha Perjalanan Wisata (UPW) SMK Negeri 1 Samarinda.

Titi Wagiyanti

135

11 Peningkatan Aktivitas, Motivasi, dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V melalui Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model NHT di SDN 007 Samarinda Ilir

Chelda Yuliana

153

12 Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kelas VI pada Mata Pelajaran PKn dengan menggunakan Pendekatan Expleriential Learning melalui Strategi Role Playing di SDN 008 Balikpapan Barat

Ratnawati

165

13 Upaya Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Administrasi Pajak melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) di Kelas X AKL 2 SMK Negeri 2 Balikpapan

Lilies Setiawati

179

14 Upaya Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Sejarah Indonesia melalui Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Memahami Motivasi, Nafsu dan Kejayaan Barat di Kelas X AKL 2 SMKN 2 Balikpapan Semester Ganjil.

Sunarti

193

15 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Materi Pokok Bangun Datar Segiempat di Kelas VII–4 SMP Negeri 8 Samarinda Satuna

(7)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ADMINISTRASI TRANSAKSI MELALUI METODE DEMONSTRASI

SISWA KELAS XI BISNIS DARING DAN PEMASARAN 1 SMK NEGERI 1 SAMARINDA TAHUN 2018/2019

Irwansyah Syahrani ABSTRAK

Permasalahan penelitian ini apakah melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Administrasi Transaksi pada siswa kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2 di SMK Negeri 1 Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Administrasi Transaksi pada siswa kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2 di SMK Negeri 1 Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 SMK Negeri 1 Samarinda sebanyak 34 siswa. Adapun hasil penelitian adalah: 1) Pembelajaran model demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (74%), siklus II (91%); 2) Penerapan pembelajaran model demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Administrasi Transaksi, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran model demontarsi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. 3) Pembelajaran model demonstrasi dapat membantu dengan cepat untuk mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru.

Kata Kunci: metode demostrasi, administrasi transaksi

PENDAHULUAN

Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang sangat penting. Pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam meningkatkan martabat seseorang, disamping bidang kesehatan. Kualitas standar kehidupan seseorang bisa dikatakan layak jika pendidikan dan kesehatannya terpenuhi. Memiliki pendidikan yang tinggi merupakan salah satu jaminan seseorang bisa bekerja. Memiliki kesehatan prima bisa juga menjadikan seseorang itu bekerja maksimal.

Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan utama. Hal ini merupakan persepsi masyarakat secara umum bahwa tugas untuk memberikan pengajaran dan pendidikan ada di tangan guru. Guru dipandang sebagai manusia yang serba tahu

(8)

akan informasi dan memberikannya kepada siswa sepenuhnya. Namun dari sisi siswa yang belajar, proses pendidikan terkadang menjadi sesuatu hal yang menakutkan sebagai akibat kebijakan pemerintah yang menuntut standar-standar minimal nilai hasil ujian.

Proses pendidikan tersebut di atas, jika dihubungkan dengan konteks pembelajaran, maka hal ini merupakan interaksi guru-siswa dan interaksi siswa-siswa. Selama ini proses pembelajaran yang dikemas oleh guru cenderung satu arah. Guru sebagai sumber belajar dan pengetahuan menyampaikan informasi kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat keterserapan informasi oleh siswa. Pada proses pembelajaran mempergunakan peralatan praktik bukan guru saja yang aktif, tetapi lebih banyak memberi kesempatan kepada siswa-siswa. Artinya proses belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa, dimana siswa bisa langsung mencoba.

Perkembangan teknologi peralatan bantu saat ini berjalan begitu cepat seiring dengan kemajuan yang dicapai pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Sekolah untuk memudahkan siswa dalam penggunaan teknologi, seorang guru harus dapat memberikan pengenalan-pengenalan terhadap teknologi serta mengajarkan penggunaan teknologi dengan baik dan benar sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam penggunaan teknologi. Tidak semudah membalikan telapak tangan, istilah itulah yang dirasakan para guru dalam mengajarkan Peralatan Praktik kepada peserta didik karena dilihat dari karakteristik materi sendiri dalam penyampaiannya dibutuhkan penggunaan media yang memadai, metode yang tepat sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.

Pada pembelajaran Administrasi Transaksi minat dan bakat serta respontif siswa yang besar sangat diperlukan agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik karena siswa yang malas, merasa bosan terhadap materi yang diajarkan tidak akan mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator yang diharapkan. Disamping itu guru sebagai nara sumber bagi pererta didik harus dapat menguasai materi yang diajarkan dan memiliki keterampilan dalam penggunaan teknologi serta dapat memahami dan memilih model yang tepat dalam pembelajaran Administrasi Transaksi sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa.

Berdasarkan hasil ulangan formatif sementara yang penulis lakukan kepada siswa kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2, ternyata hasil belajar maish belum memenuhi Kriteria Ketuntansasn Belajar (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Hasil tes materi sebelum menggunakan alat mesin cash register atau model demontrasi pada 34 siswa diperoleh rata-rata hasil belajar 67,32 dengan siswa yang tuntas dalam belajar secara klasikal adalah 20 siswa (59%). Berarti diperlukan tindakan guru untuk mengoptimalkan hasil belajar.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Makalah Kongres Budaya dan Bahasa Indonesia, 1996:14). Sependapat dengan

(9)

pernyataan tersebut, Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120).

Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.

Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2001) belajar adalah suatu kognitif yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat ditunjukkan seperti pemahaman, pengetahuan sikap atau kemampuan, sedangkan menurut Sardiman (2001) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mendengar, meniru dan sebagainya. Menurut Slameto (1995), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor internal siswa, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi aspek fisiologis.

2. Faktor eksternal siswa, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan siswa.

Jadi dapat dijelaskan bahwa perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menhasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut haruslah didadasari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan yang lainnya. Hamalik (2003) menyajikan dua definisi belajar yang umum digunakan, yaitu:

1. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).

2. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Ibrahim (2006) hasil belajar siswa menyangkut semua perubahan perilaku yang dialami oleh siswa sebagai akibat proses belajar baik sebagai intruction effect maupun nurtuans effect. Tingkah laku yang dimaksud dapat berupa ketrampilan kognitif (intelektuan), keterampilan sosial maupun sikap.

Bertolak dari pendapat di atas jelas menyatakan bahwa belajar itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi manusia bukan hanya sekedar mencerdaskan manusia belaka namun menjadi manusia yang berkepribadian yang luhur itulah hakekat sebuah belajar. Dalam mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya itu melibatkan unsur-unsur cipta atau membuat sesuatu, rasa/perasaan, karsa/keinginan, kognitif, afektif dan psikomotorik.

(10)

Jadi belajar merupakan suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuannya adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu. Perubahan yang dimaksudkan tentu saja menyangkut semua unsur yang ada pada diri individu. Maka seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar, setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses untuk mencapai suatu kecakapan, kebiasaan, sikap dan pengertian suatu pengetahuan dalam usaha merubah diri menjadi semakin baik dan mampu.

Jenis Metode Mengajar

Menurut Sujana (2002), “metode belajar adalah cara yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didik dalam kelas”. Selanjutnya Sujana (2002), membagi jenis-jenis metode mengajar meliputi: 1) Metode ceramah; 2) Metode tanya jawab; 3) Metode Demonstrasi; 4) Metode kerja kelompok; dan 5) Metode latihan.

Metode pembelajaran ini akan membawa siswa dalam menentukan sikap dan tingkah laku dalam melakukan pembelajaran siswa akan lebih mendukung dalam upaya menciptakan kreaktifitas yang lebih dinamis dan bersinergi.

Metode Demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu pristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful,2008:210).

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah,200:22).

Demonstrasi adalah cara penyajian dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi suatu benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan.(Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82).

Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah,(2000:2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan.

Metode demonstrasi/peragaan sebagai metode mengajar merupakan cara mengajar yang mana guru atau ahli memperlihatkan kepada seluruh siswa suatu benda asli, benda tiruan, atau suatu proses. Ini juga berarti bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang harus didemonstrasikan.

(11)

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Sebagai contoh, alat demonstrasi pada mata pelajaran Administrasi Transaksi adalah mesin cash register. Dengan menggunakan alat praktek mesin cash register guru dan siswa dapat menggambarkan langkah operasional penyelesaian suatu pekerjaan dengan mudah.

Langkah-langkah Penggunaan Metode Demonstrasi.

Untuk melaksanakan model demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi. Menurut J.J Hasibuan dan Mujiono (1993:31) Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.

2. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.

4. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.

5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.

6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan : a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.

b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.

c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. 8. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan

diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.

9. Realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya.

(12)

Hakekat Mata Pelajaran Administrasi Transaksi

Ilmu Tehnologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan keyamanan hidup manusia, termasuk didalamnya hal-hal yang berhubungan dengan:

1. Teori-teori untuk memahami computer device, program, dan sistem 2. Eksperimen untuk pengembangan dan pengetesan konsep

3. Metodologi desain, algoritma, dan tool untuk merealisasikannya

4. Metode analisa untuk melakukan pembuktian bahwa realisasi sudah sesuai dengan requirement yang diminta

Pada tahun 1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain, menulis bahwa technology includes all tools, machines, utensils, weapons, instruments, housing, clothing, communicating and transporting devices and the skills by which we produce and use them ("teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu".

Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Ia adalah istilah yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana, seperti linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit, seperti stasiun luar angkasa atau pemercepat partikel. Alat dan mesin tidak mesti berwujud benda; teknologi virtual, seperti perangkat lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi teknologi ini.

Pengenalan Mesin Cash Register

Sebagaimana yang terkandung dalam Kompetesi inti 3 dan Kompetensi inti 4 mata pelajaran Administrasi Transaksi pada siswa kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2 di SMK Negeri 1 Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019, terdapat indikator-indikator kompetensi dasar mengoperasikan mesin Cash Register sebagai berikut:

1. Fungsi cash register (lembar sebar) dijelaskan dengan benar. 2. Berbagai cash register dioperasikan sesuai dengan SOP.

3. Perintah-perintah mengoperasikan program menu (lembar sebar) seperti: membuat, membuka, menyimpan, menyimpan dengan nama lain dioperasikan sesuai dengan SOP.

4. Perintah-perintah memprogram tanggal dan bulan pada nama kasir.

5. Perintah-perintah memprogram harga barang, nama barang, discount dan pengunaan kartu kredit.

6. Formula dan fungsi sederhana seperti: Sub total, Total barang dan pembatalan pembelian barang dioperasikan dengan benar.

7. Perintah-perintah pencetakan seperti print setup hasil penjualan harian dan mingguan.

(13)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong penelitian tindakkan kelas (PTK) merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendekatan penelitian yang seringkali digunakan dalam PTK adalah pendekatan penelitian kualitatif karena dalam melakukan tindakan kepada subjek penelitian mengutamakan makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui tindakan yang dilakukan.

Menurut Joni dan Tisno dalam kutipan Wahidmurni (2008:14), PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dan tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Hopkins dalam kutipan oleh Rochiati Wiriaatmadja (2007:11), PTK adalah penelitian yang menkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau usaha seorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Arikunto dkk. (2008:2-3) menjelaskan tiga pengertian penelitian tindakan kelas (PTK), sebagai berikut:

1. Penelitian, kegiatan mencermati objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu utuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berupa siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan baiknya sesuatu perlakuan.

Siklus II

1. Perencanaan:

a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Administrasi Transaksi kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2, dan mengembangkan skenario pembelajaran.

b) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan. c) Mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan (LCD Proyektor ). d) Mempersiapkan alat pembelajaran yang diperlukan (Cash Register). e) Menyiapkan lembar soal post test.

f) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa.

(14)

2. Tindakan

a. Kegiatan awal. 1) Apersepsi 2) Motivasi

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti.

1) Guru menjelaskan materi cara memprogram nama kasir, tanggal, waktu, sub total dan total terlebih dahulu mengadakan apersepsi.

2) Setelah satu jam pelajaran, siswa secara perorangan diminta untuk mencoba dan mempraktikan materi memprogram nama kasir, tanggal, waktu, sub total dan total menggunakan mesin cash register dengan bimbingan guru.

c. Kegiatan Akhir.

1) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran dibawah bimbingan guru. 2) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

3) Guru memberikan tugas.

3. Pengamatan. Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya:

a. Mengamati proses belajar yang sedang berlangsung.

b. Mengamati cara siswa memprogram nama kasir, tanggal, waktu, sub total dan total.

c. Menilai hasil kerja siswa ( kertas struk ) yang dikerjakan.

d. Observer melakukan penilaian tentang pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.

4. Refleksi. Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan :

a. Apakah materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan jelas oleh siswa? Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada hasil post test dan lembar kerja siswa jika hasilnya belum mencapai 75% maka akan dilakukan perbaikan pada siklus kedua dengan materi yang sama, dan jika hasilnya sudah memuaskan maka pada siklus kedua akan disampaikan materi yang berbeda.

b. Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus kedua.

Siklus II

1. Perencanaan. Pada tahap ini akan dilakukan:

a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Administrasi Transaksi kelas XI Pemasaran 1, dan mengembangkan skenario pembelajaran.

b. Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan. c. Mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan ( LCD Proyektor ). d. Mempersiapkan alat pembelajaran yang diperlukan (Cash Regsiter). e. Menyiapkan lembar soal post test.

(15)

f. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa.

g. Menyiapkan lembar observasi yang digunakan observer.

2. Tindakan. Tahap ini adalah pelaksanaan tindakan untuk perbaikan pembejaran yang dilakukan, yaitu:

a. Kegiatan awan. 1) Apersepsi 2) Motivasi

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti.

1) Guru menjelaskan materi cara memprogram nama kasir, tanggal, waktu, sub total dan total terlebih dahulu mengadakan apersepsi.

2) Setelah satu jam pelajaran, siswa secara perorangan diminta untuk mencoba dan mempraktikan materi memprogram nama kasir, tanggal, waktu, sub total dan total menggunakan mesin cash register dengan bimbingan guru.

c. Kegiatan Akhir.

1) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran dibawah bimbingan guru. 2) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

3) Guru memberikan tugas.

3. Pengamatan. Pada tahap ini guru mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya:

a. Mengamati proses belajar yang sedang berlangsung.

b. Mengamati cara siswa memprogram nama kasir, tanggal, waktu, sub total dan total.

c. Menilai hasil kerja siswa ( kertas struk ) yang dikerjakan.

d. Observer melakukan penilaian tentang pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.

4. Refleksi. Pada tahap ini dilakukan untuk mengevalusi seluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan :

a. Apakah materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan jelas oleh siswa ? Indikator yang dapat dilakukan adalah melihat hasil pada hasil post test dan lembar kerja siswa jika hasilnya belum mencapai 75% maka akan dilakukan perbaikan pada siklus kedua dengan materi yang sama, dan jika hasilnya sudah memuaskan maka pada siklus kedua akan disampaikan materi yang berbeda.

b. Menyusun rencana perbaikan sesuai dengan kelemahan-kelemahan pada yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan untuk digunakan pada siklus kedua.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi atau tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 1 Samarinda Kompetensi Keahlian Pemasaran Kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2. Alasan pemilihan kelas tersebut karena sesuai dengan permasalahan penelitian. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya

(16)

penelitian. Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Januari minggu keempat dan minggu kelima pada Semester Genap tahun pelajaran 2018 / 2019 seperti terlihat dalam jadwal sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran.

No Siklus Mata Pelajaran Hari / Tanggal Kelas Jumlah Siswa 1. I Administrasi Transaksi Senin, 21 Januari 2019 XI BDP 2 L = 11 P = 23 2. II Administrasi Transaksi Senin, 28 Januari 2019 XI BDP 2 L = 11 P = 23 Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 SMK Negeri 1 Samarinda sebanyak 34 siswa.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data berasal dari subjek penelitian dan non subjek penelitian, yaitu dari hasil nilai ulangan harian siswa dan hasil pengamatan guru sejawat. Metode pengumpulan data berupa tes ulangan harian dan lembar observasi untuk mengetahui data-data terkait penelitian.

Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pengumpul data seperti, tes, kuesioner, observasi, skala sikap, sosiometri, wawancara dan lain-lain. Instrumen atau alat ukur dalam penelitian ini adalah berupa tes. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan (Sudjana dan Ibrahim, 1996:100).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, meliputi:

a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

c. Tes formatif (Ulangan Harian). Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan administrasi transaksi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) berjumlah 40 soal.

(17)

Metode Analisis Data

Data kuantitatif berupa nilai ulangan harian menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, nilai tes setelah siklus 2 kemudian di refleksi. Sedangkan data kualitatif hasil observasi di analisis dengan menggunakan analasis deskriptif berdasarkan hasil refleksi dari tiap-tiap siklus. Berikut adalah rumus deskriptif komparatif:

1. Menghitung rata-rata skor tercapai.

𝑋̅ = ∑ 𝑋 ∑ 𝑁 Dengan:

𝑋̅ : Nilai rata-rata

∑ 𝑋 : Jumlah semua nilai siswa ∑ 𝑁 : Jumlah siswa

2. Menghitung persentase ketuntasan belajar. 𝑋 =∑ 𝑋

∑ 𝑁× 100% Dengan:

𝑋 : Nilai rata-rata

∑ 𝑋 : Jumlah siswa yang tuntas belajar ∑ 𝑁 : Jumlah siswa

HASIL PENELITIAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode demonstrasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran metode demonstrasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran metode demonstrasi.

Siklus I

Tahap Perencanaan.

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2019 di di ruang kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2 dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

(18)

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

73,53 25 74%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,53 dan ketuntasan belajar mencapai 74% atau ada 25 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 74% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Hal ini disebabkan karena siswa masih terbiasa terhadap metode ceramah yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Hasil Pengamatan

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran model demonstrasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran model demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru, sebagai berikut: Dari hasil observasi guru pada siklus I ternyata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran demonstrasi masih kategori cukup. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Guru sudah cukup baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran

2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, dimana guru terlalu lama mendemonstasikan sedang siswa justru kurang melakukan demonstrasi

3. Guru kurang baiak dalam melakukan penutupan pelajaran dimana guru lupa menyampaikan kesimpulan dalam pelajaran.

Mengenai hasil observasi kepada siswa dapat disimpulkan : 1. Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung 2. Siswa masih belum berani bertanya

3. Siswa masih kesulitan dalam pelaksanaan metode demonstasi Refleksi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

(19)

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Siklus II

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2019 di Kelas XI BDP 2 dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

81,73 31 91%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran model demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 81,73 dan ketuntasan belajar mencapai 91% atau ada 31 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa sudah tuntas belajar , karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebesar 91% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mengerti dan menyenangi cara metode demonstrasi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Hasil Pengamatan

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran model demonstrasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru, sebagai berikut: Dari hasil observasi guru pada siklus II ternyata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran demonstrasi masih kategori cukup. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Guru sudah baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan

pembelajaran.

2. Guru sudah baik dalam pengelolaan waktu, dimana guru hanya membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mempraktikkan mesin cash register selebihnya siswa sudah mampu untuk mempraktikkan sendiri.

(20)

3. Guru sudah baik dalam melakukan penutupan pelajaran dimana guru menyampaikan kesimpulan dalam pelajaran.

Mengenai hasil observasi kepada siswa maka dapat disimpulkan : 1. Siswa begitu antusias selama pembelajaran berlangsung

2. Siswa menanggapi metode demonstrasi dengan baik 3. Siswa sudah berani mengemukkan pendapat

4. Siswa sudah mampu mempraktikkan mesin cash register. Refleksi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini telah mengalami perbaikan, sehingga tidak perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya (Siklus III). Namun demikian guru perlu melakukan refleksi sebagai berikut:

1. Guru lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias

2. Guru lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 3. Guru perlu mengawasi saat berlangsungnya praktik.

PEMBAHASAN

Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II). Pada siklus I pembelajaran model demonstrasi diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 73,53 dan ketuntasan belajar mencapai 74% atau ada 25 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 74% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Pada siklus II pembelajaran model demonstrasi diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 81,73 dan ketuntasan belajar mencapai 91% atau ada 31 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa sudah tuntas belajar , karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebesar 91% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%.

Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Pada siklus I kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran demonstrasi masih kategori cukup. Guru sudah cukup baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran namun guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, dimana guru terlalu lama mendemonstasikan sedang siswa justru kurang melakukan demonstrasi, dan guru kurang baik dalam melakukan penutupan pelajaran.

(21)

Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Administrasi Transaksi dengan pembelajaran demonstrasi yang paling dominan adalah, mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, dan mempraktik mesin cash register secara langsung materi yang telah didapat siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mempraktikkan mesin cash register , menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pembelajaran model demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I rata-rata hasil belajar 73,53 dengan ketuntasan belajar 74%, dan siklus II rata-rata hasil belajar 81,73 dengan ketuntasan belajar 91%; 2) Penerapan pembelajaran model demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Administrasi Transaksi, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran model demontrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar; dan 3) Pembelajaran model demonstrasi dapat membantu dengan cepat untuk menganalisis materi yang telah disampaikan oleh guru.

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Administrasi Transaksi lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk melaksanakan pembelajaran model demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran model demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal; 2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya; 3) Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMK Negeri 1 Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019; dan 4) Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudijono, Anas. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_______. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.

_______.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. _______. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

_______.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. _______. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

J.J Hasibuan dan Mujiono. 1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(23)

PENINGKATAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI AKADEMIK MELALUI PENDAMPINGAN DI SMP BINAAN KOTA SAMARINDA

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Masniar

Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota Samarinda ABSTRAK

Hasil observasi dan penilaian program supervisi dan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah di SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda menunjukan kepala sekolah belum menyusun program Pelaksanaan supervisi hanya dilakukan supervisi kelas (Proses Belaar Mengajar). Hasil supervisi belum dimanfaatkan untuk peningkatan kinerja guru dan untuk pengembangan sekolah.Hal ini disebabkan kepala SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda masih baru di sekolah tersebut, sehingga kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor masih rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik adalah melakukan penelitian tindakan sekolah (PTS). Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor melalui pendampingan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah melalui Pendampingan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dapat meningkat? Penelitian dilakukan dua siklus, masing-masing siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan, melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengamatan atau observasi dilakukan kepada kepala sekolah SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda sebagai subyek penelitian. Hasil penelitian siklus pertama menunjukan nilai kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor meningkat, dari nilai rata-rata kondisi awal 66.12 menjadi 73.89. Pada siklus kedua nilai kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor di SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda meningkat dengan rata-rata nilai 90, sehingga ada peningkatan dari siklus I ke siklus II, karena adanya pembinaan/bimbingan peneliti melalui pendampingan. Dengan demikian maka hasil penelitian tindakan ini dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis data bahwa pendampingan dapat meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik. Peningkatan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor terjadi karena adanya pembinaan melalui pendampingan.

Kata kunci: kompetensi kepala sekolah, supervisor, supervisi akademik dan pendampingan

(24)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi.Berlakunya peraturan ini mengharuskan kepala sekolah mampu melaksanakan supervisi di sekolah. Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi.

Dalam Pelaksanaan Kegiatan supervisi oleh kepala sekolah diawali dengan merencanakan program supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, dan melaksanakan supervisi akademik terhadap guru, serta memanfaatkan dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.Kegiatan tersebut merupakan tugas kepala sekolah yang seharusnya dilakukan secara rutin setiap tahun.Kompetensi kepala sekolah dalam dimensi kompetensi supervisi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah, sehingga kegiatan supervisi akademik dan supervisi manajerial dapat dilakukan dengan baik.

Kenyataan di sekolah binaan peneliti tugas supervisi oleh kepala sekolah belum dilaksanakan dengan baik sesuai peraturan yang ada. Beberapa kepala sekolah melaksanakan supervisi tetapi belum diawali dengan perencanaan program supervisi, dan hasil supervisi tidak dimanfaatkan dan ditidaklanjuti untuk meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan untuk pengembangan sekolah. Pada umumnya kepala sekolah hanya melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.Di sekolah binaan peneliti kondisinya sama dengan sekolah pada umumnya yaitu, kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi belum sesuai aturan antara lain, belum menyusun program supervisi, melaksanakan supervisi hanya supervisi kelas, dan belum memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru dan tenaga kependidikan serta untuk pengembangan sekolah. Hal ini mendorong penulis melaksanakan penelitian melalui pendampingan, dengan bimbingan secara individual kepada kepala sekolah sasaran penelitian. dalam penyusunan program supervisi, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil supervisi. hal ini sesuai dengan tugas pengawas yang diamanatkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Nilai kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor kepala SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda masih rendah karena kepala sekolah hanya melaksanakan supervisi kegiatan pembelajaran, belum menyusun program supervisi, dan belum memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru,tenaga kependidikan dan untuk pengembangan sekolah, Hal ini mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah (PTS) dalam rangka meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor, yaitu kemampuan dalam perencanaan program supervisi, melaksanakan supervisi, dan memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru, tenaga kependidikan dan pengembangan sekolah, sehingga penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat efektif dan efisien serta menghasilkan mutu sekolah yang baik.

Rendahnya kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor salah satu penyebabnya adalah peneliti sebagai pengawas pembina kurangnya melakukan pembinaan pelaksanaan supervisi kepada kedua kepala sekolah tersebut. Hal ini disebabkan kedua kepala sekolah merupakan kepala sekolah baru di sekolah

(25)

binaan peneliti. Untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor peneliti laksanakan dengan melakukan penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan judul Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik Melalui pendampingan di SMP Binaan Kota Samarinda Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Dengan pendampingan dan bimbingan secara individual yang dilaksanakan peneliti di sekolah masing-masing. Pembinaan/pendampingan dilakukan peneliti kepada SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarida, mulai dari penyusunan program supervisi, pelaksanan supervisi , sampai dengan pelaksanaan tindak lanjut hasil supervisi.

Kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik dapat ditingkatkan dengan pendampingan. dan bimbingan secara individual. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah ”apakah melalui pendampingan dapat meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik di SMP binaan Kota Samarinda?” Sedangkan tujuan Penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik melalui pendampingan di SMP binaan Kota Samarinda.

KAJIAN PUSTAKA

Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi adalah pengetahuan,keterampilan,kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang yang menjadi bagian dari keberadaan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Sedangkan kepala sekolah adalah seorang pemimpim yang mempunyai bawahan yang dipilih dengan cara tertentu yang mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditentukan yang dibantu oleh staf. Staf merupakan sekelompok sumber daya manusia yang bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya manusia yang bertugas sebagai tenaga adminstrasi (Kurniasih,2014).

Untuk penugasan kepala sekolah di satuan pendidikan harus sesuai standar dan kompetensi kepala sekolah, karena kepala sekolah memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik prestasi akademik dan non akdemik dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang berkulitas. Dengan kompetensi tersebut keberhasilan tujuan pendidikan akan terwujud.

Keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugas dengan profesional maka kepala sekolah harus memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan. Kepala sekolah profesional adalah kepala sekolah yang menguasai kompetensi kepribadian dan sosial, manajerial, kewirausahaan, supervisi pembelajaran. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007). Keberhasilan pendidikan di satuan pendidikan tergantung kemampuan kepala

(26)

sekolah dalam menyusun rencana program supervisi, melaksanakan program supervisi, dan menindaklanjuti hasil supervsisi.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah adalah kepala sekolah yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pengelolaan satuan pendidikan. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan , supervisi, dan sosial.

Supervisor

Pengertian supervisi diihat dari bentuk perkataannya berasal dari dua buah kata yaitu super + vision :super = atas, lebih, vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dalam pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik, atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Supervisor adalah seorang yang profesional dalam menjalankan tugas supervisi. Supervisor menjalankan tugasnya atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan pendidikan. Untuk melakukan supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, seorang kepala sekolah membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik, dalam hal fisik maupun non fisik (Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan harus mampu mengkoordinasikan program, melaksanakan program dan menindaklanjuti program, yang berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam pengembangan mutu pendidikan. Supervisor pendidikan juga berperan sebagai pemimpin kelompok, dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum.

Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan di atas.

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa, kepala sekolah sebagai supervisor adalah seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan dalam merencanakan program supervisi, melaksanakan program supervisi dan menindak lanjuti hasil supervisi dengan berdasarkan pada kemampuan ilmiah dan pendekatan yang demokratis, dan memahami tugas supervisi yaitu sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian.

Supervisi Akademik

Kemdikbud (2017 :12) menyatakan bahwa Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran kemdikbud (dalam Daresh, 1989, Glickman, et al. 2007). Untuk melaksanakan supervisi akademik,

(27)

dibutuhkan perencanaan yang baik. Pengertian perencanaan supervisi akademik adalah suatu proses untuk menentukan kegiatan melalui urutan langkah dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Prinsip perencanaan supervisi akademik

1. praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah;

2. sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran;

3. objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen; 4. realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya;

5. antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi;

6. konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran;

7. kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran;

8. kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran;

9. demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik;

10. aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi;

11. humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, sabar, antusias, dan penuh humor;

12. berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah);

Manfaat Perencanaan Supervisi Akademik

1. Sebagai alat pengawasan dan pengendalian kegiatan supervisi akademik. 2. Memudahkan pelaksanaan kegiatan supervisi akademik karena telah ditetapkan

kegiatan-kegiatan mana yang diperlukan dan mana yang tidak.

3. Sebagai pedoman untuk malaksnakan supervisi akademik secara tertib dan teratur sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.

Untuk mendapatkan manfaat perencanaan program supervisi akademik secara optimal, seorang pengawas harus memahami kekhususan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian dalam mengembangkan instrumen supervisi hendaknya mengacu pada proses belajar mengajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Pendampingan

Kemdikbud (2013 :5), Pendampingan adalah proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Supervisi yang diberikan, pengawas sekolah kepada kepala sekolah dalam melaksanakan supervise akademik.

Prinsip Pendampingan

1. Kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara pemberi dan penerima pendampingan. Dengan prinsip ini maka pengawas sekolah pemberi bantuan ,

(28)

dan kepala sekolah, yang menerima bantuan memiliki kedudukan setara, tidak satu lebih tinggi dibaningkan lainnya.

2. Profesional, yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi pendampingan dan penerima pendampingan adalah untuk peningkatan kemampuan profesional dan bukan atas dasar hubungan personal.

3. Sikap saling percaya, yaitu pengawas sekolah, dan kepala sekolah, yang menerima pendampingan memiliki sikap percaya kepada pemberi pendampingan bahwa informasi, saran, dan contoh yang diberikan adalah yang memang dikehendaki.

4. Berdasarkan kebutuhan, yaitu materi pendampingan adalah materi teridentifikasi sebagai aspek yang masih memerlukan penguatan dan kegiatan penguatan akan memantapkan pengetahuan dan ketrampilan penerima pendampingan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendampingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dan mengembangkan diberbagai potensi yang dimiliki oleh kepala Sekolah yang lebih baik.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018, yaitu mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2018. Tempat penelitian tindakan sekolah adalah SMP Negeri 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah kepala SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda. Kepala SMPN 5 Samarinda dan Kepala SMPN 6 Samarinda menjadi subyek penelitian karena kedua sekolah tersebut merupakan sekolah binaan peneliti.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dua siklus, tiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik penelitian tindakan sekolah dilakukan dengan melaksanakan evaluasi kondisi awal dengan menilai program supervisi dan pelaksanaan supervisi akademik yang ada di dua sekolah tersebut. Nilai kondisi awal diketahui dilanjutkan dengan diskusi pemecahan masalah. Salah satu cara untuk memecahkan masalah kepala sekolah sebagai supervisor adalah dengan pelaksanaan tindakan sekolah yaitu dengan pendampingan dan pembimbingan/ pembinaan.

Data diperoleh dengan melaksanakan penilaian penyusunan program supervisi dan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah, sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah tindakan,penilaian menggunakan instrumen penilaian kepala

(29)

sekolah sebagai supervisor. Hasil penilaian direkap dan di rata-rata sehingga diketahui adanya peningkatan kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor di SMPN 5 Samarinda dan kepala SMPN 6 Samarinda. Data diperoleh dengan observasi program supervisi ,(kunjungan kelas), wawancara dan catatan-catatan yang dibuat peneliti selama pelaksanaan penelitian.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitia tindakan sekolah ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik ini digunakan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan pra siklus, siklus pertama dan siklus kedua, sehingga akan diperoleh gambaran peningkatan kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik melalui pendampingan.

Indikator Kinerja

Indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah dengan melihat adanya peningkatan kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor.Indikator keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini apabila nilai kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor adalah baik. Penilaian kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor dengan nilai dan sebutan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009.

HASIL PENELITIAN Deskripsi Kondisi Awal

Hasil penilaian kinerja kepala sekolah di SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6 Samarinda menunjukan kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor masih rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai hasil penilaian kepala sekolah dalam kompetensi supervisi dengan rata-rata nilai 66.12 Rendahnya nilai kompetensi kepala sekolah dalam supervisi disebabkan kedua kepala sekolah tersebut baru diangkat disekolah tersebut,sehingga dalam melaksanakan supervisi kepala sekolah belum menyusun program supervisi , belum menganalisis hasil observasi dan tindak lanjutnya. Data hasil nilai kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor kondisi awal dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kondisi Awal Nilai Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Supervisor pada Supervisi Akademik.

No Asal Sekolah Nilai Pra Siklus

1 SMPN 5 Samarinda 66,67

2 SMPN 6 Samarinda 65.56

Rata-rata 66.12

Siklus 1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan diawali dengan menentukan sekolah sasaran penelitian tindakan sekolah yaitu kepala SMPN 5 Samarinda dan kepala SMPN 6 Samarinda. Menentukan Indikator keberhasilan PTS dengan metode pendampingan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor meningkat menjadi

Gambar

Gambar 1. Diagram Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah sebagai Supervisor  dalam Melaksanakan Supervisi Akademik Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II  No.  Nama Siswa
Tabel 2. Peningkatan Kemampuan Guru Mengelola  Pembelajaran Siklus I dan siklus II
Gambar 1. Diagram Peningkatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran  Pada Siklus I dan II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa laju aliran udara yang paling optimum bagi kinerja ruang bakar adalah pada angka 1,1 kg/s untuk laju biogas 0,005 kg/s, karena

oni biljni lekoviti proizvodi koji kao aktivne sastojke sadrže: standardizovane ekstrakte lista sa cvetom gloga (primenjuju se kod blažih oblika sr č ane

Pada penelitian sebelumnya batang dan daun pletekan mengandung senyawa flovonoid yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes melitus,

Analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah bahwa ditemukan pada penelitian ini bahwa lebih dari separoh pasien tidak puas dengan komunikasi terapeutik perawat di ruang

Pengendalian Robot Dual Arm menggunakan web camera ketika data sudah diperoleh berupa titik tengah sumbu X dan Y dari deteksi warna menggunakan OpenCV, Robot Dual

Pada korelasi bulan Agustus di Darmaga antara ENSO – IOD dengan curah hujan yang lebih mempengaruhi pola curah hujannya adalah faktor ENSO baik La Niña maupun El Niño dan

Fase TST 4, material sedimen: perselingan batupasir, batubara, dan shale dengan ketebalan lapisan 100 meter dapat dilihat pada Sumur Zahra-2,pola sedimentasi: pola menghalus

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, pengolahan data pemantauan kehadiran dosen dan mahasiswa tersebut dapat menggunakan sebuah sistem