• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Cabang Rute Tersibuk Penerbangan Lion Air Tahun 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN Analisis Cabang Rute Tersibuk Penerbangan Lion Air Tahun 2005"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

4.1.1 Analisis Cabang Rute Tersibuk Penerbangan Lion Air Tahun 2005

Dalam Penulisan ini Penulis mengambil 2 contoh rute, berdasarkan frekuensi pesawat (rute tersibuk) pada hari-hari besar Nasional.

Rute yang di ambil adalah : CGK–SUB dan CGK–UPG CGK : Cengkareng

UPG : Ujung Pandang SUB : Surabaya

Cengkareng - Surabaya = 205 Penerbangan/Tahun Cengkareng - Ujung Pandang = 114 Penerbangan/Tahun

100 89 232 79 135 119 0 50 100 150 200 250 1 Rute Penerbangan Ju m la h P en er ba ng an E xi st /T ah un Cengkareng-Jogja Cengkareng-Padang Cengkareng-Surabaya Cengkareng-Denpasar Cengkareng-Ujung Pandang Cengkareng-Manado

(2)

4.2 Analisis Frekuensi Pesawat

Rute Cengkareng – Surabaya

Waktu perjalanan bolak–balik (round trip time) pada rute Cengkareng – Surabaya berdasarkan A/C Rotation dihitung sebagai berikut :

Waktu perjalanan (Cengkareng ke Surabaya) + Waktu singgah di Surabaya + waktu perjalanan dari (Surabaya ke

Cengkareng) + Waktu singgah di Cengkareng = Menit.

75 menit + 35 menit + 75 menit + 35 menit = 220 Menit

Interval (headway) dihitung sebagai berikut:

1440 menit (24 jam) = Menit Frekwensi (perjalanan pesawat/jam)

Diambil rute tersibuk ( frekuensi yang terbesar ) Yaitu pada tanggal 4 september 2005

( Lihat pada lampiran Tabel. Hasil Analisis Keseluruhan Rute Penerbangan Lion Air Tahun 2005 )

1440 menit (24 jam) = 160 Menit 9

Dari perhitungan diatas, jumlah pesawat yang harus dioprasikan untuk pelayanan rute Cengkareng – Surabaya:

Jumlah pesawat yang digunakan = Waktu perjalanan bolak-balik = Pesawat

(3)

Jumlah pesawat yang digunakan = 220 = 1.4 160

= Dibulatkan menjadi 2 Pesawat Jadi, untuk melayani rute Cengkareng–Surabaya dengan frekuensi 9 penerbangan per hari, perusahaan Lion Air harus melakukan investasi paling tidak 2 pesawat.

Dan diteliti bagaimana pengaruh perubahan waktu perjalanan di akibatkan keterlambatan (delay) misalnya karena terjadinya kerusakan pada mesin pesawat, sehingga waktu perjalanan rata-rata pesawat rute Cengkareng – Surabaya menjadi lebih lama 60 menit, dari 220 menit menjadi 280 menit.

Perubahan tersebut mengakibatkan waktu perjalanan bolak-balik naik menjadi 280 menit, yang diperoleh dari :

Waktu perjalanan (Cengkareng ke Surabaya) 105 menit

Waktu singgah di Surabaya 35 menit

waktu perjalanan dari (Surabaya ke Cengkareng) 105 menit

Waktu singgah di Cengkareng 35 menit +

280 menit

Untuk mempertahankan agar frekuensi pelayanan tetap (9 penerbangan per hari), dengan interval yang sama (160 menit), maka dibutuhkan penyediaan pesawat .

Jumlah pesawat yang digunakan = Waktu perjalanan bolak-balik = Pesawat

(4)

Jumlah pesawat yang digunakan = 280 = 1.75 160

= Dibulatkan menjadi 2 Pesawat

Ini berarti, kenaikan waktu perjalanan dari 220 menit menjadi 280 menit karena keterlambatan pesawat (delay) mengakibatkan peningkatan jumlah pesawat yang diperlukan lebih banyak .

Dari data Daily Actual didapatkan jumlah penumpang yang ingin mengadakan perjalanan pada rute Cengkareng – Surabaya selama waktu sibuk (hari besar nasional dan (dua) 2 hari setelahnya), berjumlah 1600 penumpang. Kapasitas pesawat adalah sebesar 165 penumpang.

Spesifikasi pelayanan yang didasarkan pada permintaan

Jumlah penumpang/flight

=

penerbangan Kapasitas penumpang (pesawat terbang)

1600 = 9.7 penerbangan

165

= Dibulatkan menjadi 10 penerbangan

Langkah berikutnya adalah mengubah frekuensi ke headway, sebagai berikut:

1440 menit (24 jam) = Menit Frekwensi (perjalanan pesawat/jam)

1440 menit (24 jam) = 144 Menit 10

(5)

Tahap berikutnya adalah menghitung round trip time (RTT). Round trip time ada dua komponen, yaitu waktu perjalanan (running time) dan waktu singgah (layover time). Running time adalah fungsi panjang rute dan kecepatan rata-rata.

Panjang Rute Cengkareng – Surabaya 42.23 (km) dan kecepatan rata-rata pesawat adalah 811 (km/jam).

Lamanya running time adalah :

Running time =

panjang rute (km) x 1440 menit

=

menit Kecepatan rata-rata (km/jam)

Running time = 42.23 (km) x 1440 menit = 75 menit 811 (km/jam)

Waktu singgah pada setiap bandara 35 menit. menghitung round trip time (RTT) adalah

RTT = (Running time + Layover Time) x 2 = menit

RTT = (75 menit + 35 menit) x 2 = 220 menit

Jumlah pesawat yang diperlukan untuk mendapatkan frekuensi yang dirinci 10 penerbangan perhari adalah:

Jumlah yang diperlukan = RTT = pesawat

(6)

Jumlah yang diperlukan = 220 = 1.53 pesawat 144

= Dibulatkan menjadi 2 Pesawat

Rute Cengkareng – Ujung Pandang

Waktu perjalanan bolak–balik (round trip time) pada rute Cengkareng – Ujung Pandang berdasarkan A/C Rotation dihitung sebagai berikut :

Waktu perjalanan (Cengkareng ke Ujung Pandang) + Waktu singgah di Ujung Pandang + waktu perjalanan dari (Ujung

Pandang ke Cengkareng) + Waktu singgah di Cengkareng = Menit.

130 menit + 35 menit + 130 menit + 35 menit = 330 Menit

Interval (headway) dihitung sebagai berikut:

1440 menit (24 jam) = Menit Frekwensi (perjalanan pesawat/jam)

Diambil rute tersibuk ( frekuensi yang terbesar ) Yaitu pada tanggal 4 september 2005

(Lihat pada lampiran Tabel. Hasil Analisis Keseluruhan Rute Penerbangan Lion Air Tahun 2005 )

1440 menit (24 jam) = 240 Menit 6

Dari perhitungan diatas, jumlah pesawat yang harus dioprasikan untuk pelayanan rute Cengkareng – Ujung Pandang:

(7)

Jumlah pesawat yang digunakan = 330 = 1.3 240

= Dibulatkan menjadi 2 Pesawat Jadi, untuk melayani rute Cengkareng – Ujung Pandang dengan frekuensi 6 penerbangan per hari, perusahaan Lion Air harus melakukan investasi paling tidak 2 pesawat.

Dan diteliti bagaimana pengaruh perubahan waktu perjalanan di akibatkan keterlambatan (delay) misalnya karena terjadinya kerusakan pada mesin pesawat, sehingga waktu perjalanan rata-rata pesawat rute Cengkareng – Ujung Pandang menjadi lebih lama 60 menit, dari 330 menit menjadi 390 menit.

Perubahan tersebut mengakibatkan waktu perjalanan bolak-balik naik menjadi 500 menit, yang diperoleh dari :

Waktu perjalanan (Cengkareng ke Ujung Pandang ) 160 menit

Waktu singgah di Ujung Pandang 35 menit

waktu perjalanan dari (Ujung Pandang ke Cengkareng) 160 menit

Waktu singgah di Cengkareng 35 menit +

390 menit Untuk mempertahankan agar frekuensi pelayanan tetap (6 penerbangan per hari), dengan interval yang sama (160 menit), maka dibutuhkan penyediaan pesawat .

(8)

Jumlah pesawat yang digunakan = 390 = 1.6 240

= Dibulatkan menjadi 2 Pesawat

Ini berarti, kenaikan waktu perjalanan dari 330 menit menjadi 390 menit karena keterlambatan pesawat (delay) mengakibatkan peningkatan jumlah pesawat yang diperlukan lebih banyak .

Dari data Daily Actual didapatkan jumlah penumpang yang ingin mengadakan perjalanan pada rute Cengkareng – Ujung Pandang selama waktu sibuk (hari besar nasional dan (dua) 2 hari setelahnya), berjumlah 970 penumpang. Kapasitas pesawat adalah sebesar 165 penumpang.

Spesifikasi pelayanan yang didasarkan pada permintaan

Jumlah penumpang/flight

=

penerbangan Kapasitas penumpang (pesawat terbang)

970 = 5.87 penerbangan

165

= Dibulatkan menjadi 6 penerbangan

Langkah berikutnya adalah mengubah frekuensi ke headway, sebagai berikut:

1440 menit (24 jam) = Menit Frekwensi (perjalanan pesawat/jam)

(9)

Tahap berikutnya adalah menghitung round trip time (RTT). Round trip time ada dua komponen, yaitu waktu perjalanan (running time) dan waktu singgah (layover time). Running time adalah fungsi panjang rute dan kecepatan rata-rata.

Panjang Rute Cengkareng – Ujung Pandang 73.2 (km) dan kecepatan rata-rata pesawat adalah 811 (km/jam).

Lamanya running time adalah :

Running time =

panjang rute (km) x 1440 menit

=

menit Kecepatan rata-rata (km/jam)

Running time = 73.2 (km) x 1440 menit = 130 menit 811 (km/jam)

Waktu singgah pada setiap bandara 35 menit. menghitung round trip time (RTT) adalah

RTT = (Running time + Layover Time) x 2 = menit

RTT = (130 menit + 35 menit) x 2 = 330 menit

Jumlah pesawat yang diperlukan untuk mendapatkan frekuensi yang dirinci 10 penerbangan perhari adalah:

Jumlah yang diperlukan = RTT = pesawat

(10)

Jumlah yang diperlukan = 330 = 1.4 pesawat 240

= Dibulatkan menjadi 2 Pesawat

Table.4.1. Hasil Analisa keseluruhan rute Cengkareng – Surabaya dan Cengkareng – Ujung Pandang tahun 2005 dan 2006

Tahun /Tahun Cengkareng - Surabaya Cengkareng - Ujung Pandang (CGK - SUB) (CGK - UPG)

Jumlah persentase (%) jumlah persentase (%) Penerbangan yang dijadwalkan 205 penerbangan 114 penerbangan

Tahun 2005 Frekuensi penerbangan (normal) 116 penerbangan 56,58 72 penerbangan 63,15 (Januari - Desember) Frekuensi keterlambatan (delay) 40 penerbangan 19,512 19 penerbangan 16,66 Frekuensi Pembatalan (cancel) 49 penerbangan 23,902 23 penerbangan 20,17 Pesawat yang Beroperasi 9 penerbangan 6 penerbangan

Waktu Delay 72769 menit 34045 menit

Jumlah Penumpang 35590 penumpang 20152 penumpang Penerbangan yang dijadwalkan 75 penerbangan 41 penerbangan

Frekuensi penerbangan (normal) 48 penerbangan 64 29 penerbangan 70,73 Tahun 2006 Frekuensi keterlambatan (delay) 17 penerbangan 22,67 5 penerbangan 12,2 (Januari- Maretl) Frekuensi Pembatalan (cancel) 10 penerbangan 13,33 7 penerbangan 17,07

Pesawat yang Beroperasi 9 penerbangan 5 penerbangan

Waktu Delay 24231 menit 10535 menit

Referensi

Dokumen terkait

Peran pemerintah dalam pelaksanaan Good Urban Governance di Kecamatan Tama- lanrea yang dikenal sebagai kawasan pen- didikan tinggi terpadu sebagaimana tertuang di dalam

Segmentasi berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin pengguna tetap media massa cetak berupa surat kabar dalam penelitian ini adalah responden dengan usia

Dengan Sifat Kelengkapan, himpunan bilangan real R dapat dinyatakan se- bagai sebuah garis, yang kita kenal sebagai garis bilangan real.. Sifat Kelengkapan pula lah yang menjamin

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan jumlah netonya dilaporkan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, saat ini memiliki

Hasil penelitian dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan yang pada setiap ulangan menggunakan 10 cakram daun dan di analisis dengan

Perkembangan usaha koperasi yang dicerminkan oleh indikator keuangan koperasi seperti, modal sendiri, modal luar, volume usaha dan sisa hasil usaha koperasi

Kelebihan dari campuran beraspal panas menggunakan asbuton ialah mempunyai stiffness modulus yang tinggi untuk setiap temperatur pengujian sehingga penyebaran beban lalu lintas

Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis E-learn- ing pada 5 (lima) SMK School Partnership Program SEAMOLEC di Daerah Istimewa Yogyakarta ini sudah cukup baik