• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA FLIP CHART TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA FLIP CHART TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA

FLIP CHART TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

Md. Agustini

1

, Kt.Dibia

2

, Kd. Suartama

3

1,2

Jurusan PGSD,

3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: agustinifip_pgsd@yahoo.com.

1

, dibiabhs@yahoo.co.id

2

,

deksua@undiksha.gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar IPA pada siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian adalah seluruh SD yang ada di gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sampel penelitian diambil dengan teknik random sampling yang berjumlah 54 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media flip chart dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan thitung

> ttabel (thitung = 4,181 > ttabel = 2,021). Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran TGT

berbantuan media flip chart berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata-kata kunci: hasil belajar,media flip chart, model TGT.

Abstract

This study aims to determine the difference between students’ science learning outcomes taught by TGT learning model assisted with flip chart media compared to students taught by conventional learning method of the fifth grade students of elementary school in district IX of Buleleng Regency, in the academic year of 2013/2014. This research is a quasi experimental study. The study population of the study was the entire fifth grade elementary schools in the district IX of Buleleng Regency. The samples of this research involved by random sampling, consisted of 54 person. The results of analyses research showed that there were differences of the science learning result among students who learnt by using TGT learning model assisted with flip chart media and the students who learnt by using conventional model with the value of tacount 4,181>ttable 2,021. This proves

that the TGT learning model assisted flip chart media flip chart significant effect on student learning outcomes in science learning compared with conventional learning models.

Key words : flip chart media, learning outcomes, TGT model.

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah merumuskan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu:

(2)

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”(Pasal 3 UU RI No. 20/ 2003).

Pendidikan dimaksudkan agar seseorang dapat mengembangkan segala potensi dalam dirinya untuk dapat berjuang di masyarakat dan mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Melalui pendidikan yang layak, diharapkan nantinya akan terbentuk manusia Indonesia yang berkualitas dan dapat bersaing di dunia global.

Pada era globalisasi, setiap manusia didunia dituntut memiliki kemampuan yang baik agar dapat berjuang di masyarakat. Pendidikan merupakan sarana mengembangkan kemampuan dan memperoleh berbagai keterampilan serta pengalaman agar dapat berkompetisi. Kompetisi ini dapat dilihat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh suatu negara terutama kualitas generasi muda. SDM yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan di bidang pendidikan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan keperibadian dan segenap potensi siswa agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Susanto, 2013). Tujuan tersebut dapat tercapai melalui pendidikan dan pengajaran berbagai disiplin ilmu. Salah satu disiplin ilmu tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sering disebut dengan pendidikan sains merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.

Pembelajaran IPA di SD seharusnya dilakukan dengan penyelidikan-penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Kegiatan penyelidikan yang dimaksud pada pendapat diatas adalah kegiatan pengamatan atau praktikum sederhana. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran di SD seharusnya tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep yang merupakan bagian dari produk IPA, tetapi juga memperhatikan bagaimana proses menemukan konsep tersebut. Pada umumnya IPA merupakan pembelajaran yang dianggap paling sulit dipahami oleh sebagian siswa. Anggapan tersebut dapat dilihat dari kesalahan yang terjadi karena beberapa faktor, yaitu kesalahan yang bersumber dari guru dan kesalahan yang bersumber dari siswa. Kesalahan yang bersumber dari guru, misalnya guru belum menerapkan pembelajaran yang konstruktif dan kesalahan yang bersumber dari siswa, misalnya siswa tidak fokus mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 – 29 November 2013 di Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng terhadap pembelajaran, yaitu SD No. 1 Banjar Jawa , SD No. 3 Banjar Jawa, SD No. 5 Banjar Jawa, dan SD No. 1 Astina, diperoleh hasil observasi pembelajaran IPA sebagai berikut. 1) Seluruh sekolah di Gugus IX belum menerapkan model pembelajaran kooperatif, sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran; 2) Dari 4 sekolah di Gugus IX, SD No. 3 Banjar Jawa yang hanya menggunakan media pembelajaran, 3) Beberapa sekolah di Gugus IX, yaitu SD No. 1 Banjar Jawa , SD No. 3 Banjar Jawa, SD No. 5 Banjar Jawa, dan SD No. 1 Astina dalam diskusi kelompok, siswa lebih memilih teman dekat tanpa memandang kemampuan akademiknya.

Hasil observasi diperkuat dengan hasil wawancara pada tanggal 3-6 Desember 2014 dengan guru dan siswa. Hasil wawancara yang didapatkan yaitu: 1) Dari guru kurang mengetahui bagaimana menciptakan pola pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif, dan 2) Dari siswa tidak memahami sepenuhnya

(3)

materi yang telah diberikan oleh guru dalam diskusi kelompok, sehingga kegiatan diskusi tidak berjalan dengan maksimal.

Selain observasi dan wawancara, dilakukan pencatatan dokumen. Pencatatan dokumen diperoleh dari hasil nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester (UTS) dari guru mata pelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten

Buleleng. Hasil yang didapatkan yaitu rata-rata nilai UTS belum terlalu jauh melampui KKM. Rata- rata nilai UTS memperlihatkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V belum maksimal. Adapun rata –rata nilai UTS mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014

Nama Sekolah Kelas KKM Rata –Rata Nilai UTS

SD No.1 Banjar Jawa VA 70 72

VB 70 73

SD No. 3 Banjar Jawa VA 74 71

VB 74 76,54

VC 74 79,93

SD No. 5 Banjar Jawa V 70 68,13

SD No. 1 Astina V 64 64

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen, keberhasilan pembelajaran masih jauh dari harapan. Siswa yang merasa dirinya kurang mampu cenderung pasif dan lebih mengandalkan kemampuan yang dimiliki oleh temannya dalam berdiskusi. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran tidak berjalan efektif dan kondusif. Pembelajaran yang tidak efektif dan kondusif dalam pembelajaran IPA dapat mempengaruhi hasil belajar IPA. Pembelajaran yang tidak efektif dan kondusif dalam pembelajaran IPA dapat mempengaruhi hasil belajar IPA.

Selama ini guru fokus dalam membelajarkan IPA hanya sebatas pada konsep sehingga sulit melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sangat didominasi oleh guru. Guru kurang kreatif menciptakan kondisi yang mengarahkan siswa agar mampu mengkonstruksi pengalaman kehidupan sehari-hari ke dalam pembelajaran dikelas. Guru hanya menggunakan buku paket sebagai sumber dalam pembelajaran, bahkan guru kurang memperhatikan penggunaan media sehingga pembelajaran menjadi monoton yang mengakibatkan siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian suasana pembelajaran

menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif sehingga mudah jenuh. Kondisi pembelajaran seperti ini seringkali menuntut siswa untuk banyak mempelajari konsep dan prinsip IPA melalui hapalan. Kegiatan-kegiatan proses pembelajaran tersebut sejalan dengan pembelajaran IPA yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang lebih menekankan peran guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Hal tersebut berpusat pada guru (teacher

centered) yang mengakibatkan kebosanan

pada siswa dan keterbatasan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran (Rasana, 2009:20). Kebosanan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran IPA sebagian besar disebabkan oleh faktor didaktik, termasuk metode pembelajaran yang berpusat pada guru. Ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar IPA. Oleh sebab itu, diperlukan model pembelajaran kooperatif dan media yang tepat dalam proses pembelajaran

Ketepatan pemilihan model dan media pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa, khususnya pembelajaran yang membuat siswa aktif,

(4)

kreatif, dan dapat memupuk kerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model dan media pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa terlibat aktif dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran TGT dan media flip chart.

Model pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang beraliran konstruktivisme yang terfokus pada penggalian pengetahuan siswa, dimana siswa diharapkan dapat menemukan informasi penting dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri (Rusman, 2010). Model ini memiliki karakteristik student center dengan keunggulan (1) Guru akan bisa mengetahui kemapuan masing-masing siswa, (2) Membantu siswa mempermudah memahami materi karena tampilan pembelajarannya lebih menarik, (3) Memberikan kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, (4) Siswa akan semakin antuasias dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran karena adanya game turnamen dalam pembelajaran, (5) Meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga semua siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan (6) Melatih siswa bekerja sama dalam kelompok (Slavin,2010:143).

Mengingat tingkat perkembangan intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret, maka diperlukan penggunaan media dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Media memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan pembelajaran yang optimal. Pembelajaran yang optimal akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang optimal. Pencapaian hasil belajar yang optimal, diperlukan sebuah media yang mampu menghubungkan proses interaksi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Materi IPA yang sangat kompleks menyebabkan siswa menjadi jenuh. Salah satu alternatif yang tepat mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan media flip chart.

Media flip chart merupakan salah satu bagian dari media chart. Flip chart sangat tepat digunakan dalam pembelajaran IPA karena siswa terkadang jenuh dan bingung apabila dihadapkan dengan materi yang sangat kompleks.

(Sadiman, 1986). Materi yang disajikan pada media flip chart dalam bentuk lembaran-lembaran chart yang dibundel mejadi satu, disajikan dengan cara membalik satu persatu. Penyajian flip chart dapat memudahkan siswa dalam mencerna materi pelajaran. Pada media flip chart dapat ditempelkan gambar-gambar konkret yang diberi tulisan disertai dengan warna-warna yang menarik yang sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru. Hal ini membuat siswa tertarik dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa memahami materi pelajaran IPA.

Model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart, dalam tahap penyajian materi, guru menggunakan media flip chart. Melalui penggunaan media flip chart, siswa diajarkan bagaimanakah pelajaran yang ada di alam sekitarnya yang dapat dipahami secara langsung oleh siswa. Siswa aktif menggali pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk menyelesaikan permasalahan yang bersifat kontekstual. Materi-materi yang telah dijelaskan melalui media flip chart diulang kembali ke dalam kartu-kartu soal pada tahap permainan akademik (game

tournament). Permainan akademik ini

bertujuan untuk mengingatkan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan pemaparan tersebut, ada tidaknya pengaruh model pembelajaran dilakukan dengan cara melihat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Model Pembelajaran TGT Berbantuan Media Flip Chart Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Di Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014”.

(5)

METODE

Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi

Eksperimental Research) karena peneliti

tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang relevan karena akan berpengaruh terhadap variabel terikat pada kelompok eksperimen, kecuali beberapa variabel yang diteliti. Desain penelitian yang digunakan adalah

post test-only control group design

(Setyosari,2012:179). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus yaitu proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran TGT berbantuan media flip

chart, sedangkan pada kelompok kontrol

diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

Tempat penelitian ini adalah SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng dan waktu pelaksanaannya pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Populasi yang digunakan adalah keseluruhan siswa kelas V SD di Gugus IX kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Banyak siswa seluruhnya 208 siswa yang tersebar dalam 7 kelas.

Sebelum ditentukannya sampel penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t

separated varians pada populasi. Setelah

dilakukan uji kesetaraan, kemudian dilakukan random pada pasangan kelas sebagai sampel penelitian. Setelah pasangan kelas didapat, kemudian pasangan tersebut dirandom kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Sampel dari hasil random yang dilakukan adalah SD No. 3 banjar jawa dengan kelas VB dan VC sebagai kontrol daneksperimen. Banyaknya siswa pada kelas eksprimen yaitu kelas VC adalah 29 siswa dan kelas kontrol yaitu kelas VB adalah 25 siswa.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes memerlukan suatu instrumen. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen hasil belajar IPA dengan tes hasil belajar. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji oleh dua ahli (judgest) yakni dosen yang membidangi IPA. Pada instrumen hasil blajar IPA, soal-soal pada tes hasil belajar IPA diseleksi dengan melalukan tes uji coba. Uji coba dilakukan di SD No. 1 Banjar Jawa pada kelas VI A dan VI B dan SD No 1 Astina pada kelas VI. Jumlah siswa yang dilibatkan dalam validasi soal sebanyak 104 siswa dengan 45 butir soal. Dari 45 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak 30 butir soal dinyatakan valid sehingga dilakukan random untuk mengeliminasi 1 butir soal karena soal yang digunakan pada post test sebanyak 30 butir. Tes hasil belajar ini dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai mean, modus, median, dan standar deviasi. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian adalah uji-t polled varians. Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan Analisis uji prasyarat dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dan dengan model pembelajaran konvensional menggunakan tes hasil belajar berjumlah 30 butir dalam bentuk tes obyektif pada tes post tes. Setiap butir soal memiliki skor 1 sehingga skor maksimal ideal tes yaitu 30 dan skor minimal idealnya yaitu 0.

Data hasil belajar IPA yang menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart, diperoleh hasil

post-tes terhadap 29 orang siswa kelompok

eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 14. Data kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan diperoleh hasil sebagai berikut: mean 21,45, median = 21,67 dan modus = 22,37 sehingga dapat diketahui bahwa nilai modus lebih besar dari median dan mean

(6)

(Mo>Md>M). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar skor yang diperoleh oleh siswa cenderung tinggi, dengan standar deviasi (SD) diperoleh 4,002. Hasil post test yang telah dianalisis pada kelompok eksperimen disajikan dalam grafik poligon pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Data kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan diperoleh hasil sebagai berikut: mean = 16,88, median = 16,25, dan modus = 14,64.

Berdasarkan hasil analasis deskriptif tersebut, dapat diketahui bahwa nilai mean lebih kecil dari median dan modus (Mo<Me < M). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar skor yang diperoleh oleh siswa

cenderung rendah, dengan standar deviasi (SD) diperoleh 4,03. Hasil post test yang telah dianalisis pada kelompok kontrol disajikan dalam grafik poligon pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol

Data hasil belajar IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional, diperoleh hasil post-tes

terhadap 25 orang siswa pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 10. Perbandingan rata-rata hasil belajar (M) dan standar deviasi (SD) kedua kelompok disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbadingan Rerata dan Standar Deviasi Data Hasil Belajar Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Variabel Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Post-test

Rerata (M) Standar Deviasi (s) Rerata (M) Standar Deviasi (s)

21,45 4,002 16,88 4,03

Dalam penelitian ini dilakukan pula uji asumsi stastistik. Uji asumsi statistik yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Adapun kriteria pengujian adalah jika

tabel χ hitung

χ2 2

, maka data berdistribusi normal, sedangkan χ2hitung χ2tabel, maka data berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 3.

FR E K U E N S I TITIK TENGAH TITIK TENGAH FR E K U E N S I

(7)

Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sampel N dk (k-2-1) 2

χ

hitung

χ

2 tabel Keterangan

Kelompok Eksperimen 29 4 0,585 9,488 Normal

Kelompok Kontrol 25 4 1,938 9,488 Normal

Tabel diatas membuktikan bahwa 2

tabel hitung

2 sehingga data hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Selain uji normalitas dilakukan pula uji homogenitas. Uji homogenitas dianalisis dengan uji-F, dengan kriteria data homogen jika

F

hitung

F

tabel, dan data tidak homogen

jika

F

hitung

F

tabel. Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh dari thitung = 1,02 sedangkan ttabel untuk taraf signifikansi 5% serta dk pembilang 29 – 1 = 28 dan dk penyebut 25 – 1= 24 adalah 1,91. Ini berarti

tabel hitung

F

F

sehingga data homogen. Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Sampel Fhitung Ftabel Keterangan

Kelompok Eksperimen

1,02 1,91 Homogen

Kelompok Kontrol

Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA dengan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dan model pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis uji-t sampel independen

(Tak-Berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut; terima H0 jika thitung ttabel dan tolak H0 jika thitung > ttabel. Rangkuman hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

Sampel N Rata-rata s 2 (Varians) dk (n1+n2-2) thit ttab Kelopok Eksperimen 29 21,45 16,02 52 4,181 2,021 Kelompok Kontrol 25 16,88 16,28 Berdasarkan rangkuman hasil uji

hipotesis, H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

(8)

Pengujian hipotesis yang diajukan pada penelitian ini telah menghasilkan rangkuman hasil uji hipotesis sebagai berikut.

Hasil uji hipotesis telah berhasil menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip

chart dengan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Secara keseluruhan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip

chart tidak sama dengan hasil belajar IPA

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan hasil thitung sebesar 4,181 yang ternyata lebih besar dari ttabel = 2,021. Perhitungan statistik didapat bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti 4,181 memperoleh skor rata-rata 21,45 lebih tinggi dari pada hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional yang memperoleh skor rata-rata sebesar 16,88. Berdasarkan hasil analisis uji “t” dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Hal ini berarti, terdapat

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dengan kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dengan kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, model pembelajaran TGT berbantuan media flip

chart menekankan berbagai aktivitas dan

interaksi siswa dalam proses pembelajaran melalui langkah-langkah penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), tahap permainan akademik (games tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Pada tahap penyajian kelas (class

precentation), guru menggunakan media flip chart sebagai media pembelajaran

untuk menuntun pola pikir siswa. Media flip

chart yang digunakan dalam tahap ini

memuat berbagai informasi melalui gambar-gambar konkret dan tulisan-tulisan yang menarik sesuai dengan materi yang diberikan. Hal ini membuat siswa lebih tertarik dalam memperhatikan materi pembelajaran yang disampaikan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran tersebut. Pada tahap belajar kelompok (teams), siswa mendiskusikan LKS yang telah diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa memperoleh kesempatan untuk saling berinteraksi, mengembangkan daya kreativitas, dan meningkatkan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Pada tahap permainan akademik (games tournament), siswa melaksanakan permainan akademik yang telah diberikan oleh guru. Permainan akademik yang dilakukan dapat meningkatkan kerjasama, memupuk rasa tanggung jawab terhadap kelompok, dan bertujuan untuk mengingatkan kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya. Pada tahap penghargaan kelompok (team

recognition), guru memberikan

penghargaan kepada siswa agar mendorong siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar. Penghargaan tersebut

(9)

bermanfaat untuk mengajarkan siswa mengenai motivasi belajar, keberhasilan dalam suatu kompetisi, dan langkah menuju kesuksesan. Dengan demikian, model pembelajaran TGT dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Temuan diatas didukung oleh pendapat Slavin (2010), yang menyatakan bahwa model pembelajaran TGT adalah model pembelajaran yang memberikan peluang untuk melibatkan semua siswa secara aktif dalam belajar yang disertai dengan melaksanakan permainan akademik agar materi yang diberikan dapat dipahami dengan baik.

Kedua, model pembelajaran TGT

berbantuan media flip chart sesuai dengan karakteristik IPA yang dipandang sebagai proses aktif, kreatif, dan dipengaruhi oleh rasa ingin tahu yang dimiliki oleh siswa dalam menemukan konsep-konsep dan proses penemuan. Artinya, siswa menggali potensi yang dimilikinya dan membangun sendiri pengetahuan serta pemahaman konsep di dalam benaknya. Dengan demikian, kegiatan proses pembelajaran akan terpusat pada siswa, sehingga hasil belajar menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2009) yang menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam mebangun pengetahuannya sendiri.

Ketiga, penggunaan media flip chart

dalam model pembelajaran TGT membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Media flip chart memuat berbagai informasi melalui gambar-gambar yang menarik dan ada di sekitar siswa sesuai dengan materi yang diberikan. Gambar-gambar yang terdapat dalam media flip chart, membuat siswa lebih memahami dan menemukan konsep-konsep sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Arsyad (2013) menyatakan bahwa media flip chart dapat digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wulan (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil penerapan model pembelajaran TGT berbantuan kartu domino dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi pada masing-masing siklus. Nilai rata-rata hasil belajar Matematika pada siklus I adalah 70,5 % yang berada pada katagori sedang. Kemudian pada siklus II hasil belajar Matematika 80,20% berada pada kategori sangat tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa hasil tes siklus II sudah mengalami peningkatan dari hasil tes siklus I serta hasil tes akhir siklus II menunjukkan hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Peningkatan tersebut disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu memberikan dampak positif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang awalnya pasif mulai berani mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan dan lebih mempersiapkan diri sebelum proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari bimbingan dan pemberian motivasi. Bimbingan dan pemberian motivasi menimbulkan keberanian siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meberikan dampak positif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian mengenai media flip chart telah dilakukan oleh Dewi (2010). Berdasarkan hasil penelitian, pada siklus I sebesar 41,57% dan pada siklus II sebesar 77,73%. Rata – rata nilai persentase setiap indikator dari angket kemandirian belajar siswa pada pra siklus adalah 74,40%, pada siklus I sebesar 79,74% dan pada siklus II sebesar 80,29%. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan bahwa hasil tes siklus II sudah mengalami peningkatan dari hasil tes siklus I. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keaktifan siswa, kesiapan siswa dalam belajar, dan motivasi belajar siswa. Penerapan flip chart dalam pembelajaran aktif Student-Created Case

Studies menuntut siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan kemandirian belajar. Setelah diterapkan flip chart dalam pembelajaran aktif Student-Created Case

(10)

Studies, siswa yang awalnya cenderung

pasif menjadi lebih aktif dan mandiri. Dapat disimpulkan bahwa setelah media flip chart dalam pembelajaran aktif Student-Created

Case Studies diterapkan, dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2013/2014. Dengan demikian, model model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2013/2014. Perbedaan ini dilihat dari rata-rata skor hasil belajar siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart adalah 21,45 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 16,88. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 4,181, sedangkan ttabel dengan db = 52 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT berbantuan media flip chart

berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V SD di Gugus IX Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1)

Disarankan kepada guru agar dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, menerapkan model pembelajaran kooperatif yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa, (2) Siswa agar menyiapkan diri dengan baik sebelum pembelajaran berlangsung dan mengikuti pembelajaran sesuai dengan arahan guru, sehingga siswa lebih cepat memahami materi pelajaran dan dapat menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum dalam pembelajaran IPA, (3) Disarankan kepada mahasiswa dan calon guru yang nantinya akan terjun dalam merancang pembelajaran agar lebih inovatif dalam hal menemukan strategi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (4) Disarankan kepada sekolah khususnya yang mengalami permasalahan mengenai hasil belajar agar mengambil suatu kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah, (5) Disarankan kepada peneliti lain, agar meneliti permasalahan ini dalam lingkup yang lebih luas sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik sesuai perkembangan zaman, dan juga agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran,

Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers

Dewi, Suci Kusuma. 2010. Penerapan

Media Flip Chart Dalam

Pembelajaran Aktif Student Created Case Studies Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun

Ajaran 2009/2010. Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Rasana, I D. P. R. 2009. Laporan

Sabbatical Leave Model-model

(11)

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadiman, Arief.S. 1986. Media Pendidikan

(Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: Rajawali

Pers.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan dan Pengembangan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.

Slavin, Robert. 2010. Cooperative Learning

(Teori, Riset, dan Praktik).

Terjemahan Narulita Yusron.

Cooperative Learning: theory,

research, and practice. 2010.

Bandung: Nusa Media.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif:

Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana.

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.

Departemen Pendidikan Nasional Wulan, Diva Luh Putu. 2012. Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Berbantuan Kartu Domino Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas IV

Semester I Tahun Pelajaran

2012/2013 Di SD No 4 Kayuputih

Melaka,Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA Singaraja.

Gambar

Gambar  1.  Grafik  Data  Hasil  Belajar  IPA  Kelompok Eksperimen
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Lebih-lebih pekerjaan-pekerjaan hukum itu dikaitkan dengan masalah prosedur, tampak jelas bahwa lembaga legislatif yang menetapkan produk hukum sebenarnya lebih dekat dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

Menyebabkan ketagihan. Ia merangsang otak supaya si perokok yang merasa cerdas pada awalnya, kemudian Ia melemahkan kecerdasan otak. Tidak ada kadar yang aman untuk

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

Peristiwa orang kampung yang sepakat membantu Saleha yang mengalami kemurungan. Penduduk kampung membantu Dahlia membawa ibunya yang berkeliaran di kebun getah supaya

 Sebagai Identitas sementara/pengganti KTP, Disdukcapil Kota Palangka Raya menerbitkan Surat Keterangan bagi masyarakat yang telah melakukan perekaman KTP-el yang masa.

Website Band Bondan Prakoso &amp; Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

b) Rezidenti, ktorí by v prípade, Ïe by sa akcia neuskutoãnila, neostali v lokalite a svoje v˘davky by realizovali in˘m spôsobom v externej ekonomike (napr. by i‰li na v˘let