• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. IKA PUTRI PERTIWI, C1D Analisis Simbol dan Proses Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. IKA PUTRI PERTIWI, C1D Analisis Simbol dan Proses Komunikasi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIMBOL DAN PROSES KOMUNIKASI MAHASISWA DAN DOSEN DALAM KEGIATAN AKADEMIK PADA PROGRAM STUDI ILMU

KOMUNIKASI FISIP UHO

* Ika Putri Pertiwi ** Sumadi Dilla ** Hasriani Amin* Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS HALU OLEO, 0823 4669 8704 ikaputripertiwi@gmail.com

ABSTRAK

IKA PUTRI PERTIWI, C1D1 12 023. Analisis Simbol dan Proses Komunikasi Mahasiswa dan Dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UHO. Dengan pembimbing utama Sumadi Dilla, S.Sos., M.Si dan Hasriani Amin, S.Sos., M.Si selaku pembimbing kedua.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah simbol dan proses komunikasi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar pada program studi ilmu komunikasi FISIP UHO. Penelitian ini menggunakan model komunikasi Sirkular oleh Wilbur Schramm. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menentukan sendiri sampel yang diambil karena pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat, karakteristik, ciri & kriteria sampel yang mencerminkan populasinya. Subjek penelitian adalah mahasiswa ilmu komunikasi angkatan 2013 dan dosen Ilmu Komunikasi FISIP, UHO.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi mahasiswa dan dosen pada program studi ilmu komunikasi menggunakan simbol verbal dan non verbal serta berproses secara primer artinya menggunakan simbol verbal dan non verbal. Simbol verbal yang digunakan adalah bahasa lisan yang formal(menurut peraturan tata bahasa). Dan simbol non verbal yang paling sering digunakan adalah pesan fasial(ekspresi wajah) dan pesan gestural(gerakan tangan dan mata). Demikianlah abstrak skripsi dengan judul Analisis Simbol dan Proses Komunikasi

Mahasiswa dan Dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Program Studi Ilmu Komunikasi

semoga dapat bermanfaat.

(2)

ABSTRACT

IKA PUTRI PERTIWI, C1D1 12 023. Analyzing Symbol and Communication Process Between Students and Lecture in Learn and Teaching Activity at Communication Major FISIP UHO. With the main advisory Sumadi Dilla, S.Sos., M.Si and Hasriani Amin, S.Sos., M.Si as the second advisory.

The problem in this research is symbol and communication process between students and lecture in Learn and Teaching Activity at Communication Major FISIP UHO. This research using Circular Communication Model by Wilbur Schramm. This research is a qualitative descriptive research, using purposive sampling technique, it’s decide the sample of the research because some reasoning like characteristic and criteria of the sample that reflecting the population. The subject are students from 2013 generation and the lecture of Communication Major FISIP UHO.

The result of the research showed that the communication between the students and the lecture at communication major using the verbal and non verbal symbol and also the process of communication is primer which means is the communication using verbal and non verbal symbol. The verbal symbol that used is spoken language (based on grammar). And the non verbal symbol that always used are facial message (face expression) and gestural message (movement of hands and eyes). Thereby the abstract of this script with title Analyzing Symbol and Communication Process Between Students and Lecture in Learn and Teaching Activity at Communication Major FISIP UHO hope it will be useful.

(3)

PENDAHULUAN

Berkaitan dengan proses pemberitaan, salah satu fenomena aktual yang berkaitan dengan proses penyebaran informasi adalah munculnya citizen journalism (jurnalisme warga).

Citizen journalism merupakan wujud kesadaran warga atas pentingnya partisipasi warga dalam

mengelola informasi.

Di Indonesia fenomena citizen journalism (jurnalisme warga) muncul sejak peristiwa reformasi 1998. Citizen journalism (jurnalisme warga) semakin dikenal publik pada akhir tahun 2004 Ketika seorang warga mengirimkan video amatir tentang kejadian tragedi musibah di wilayahnya, yang menggambarkan situasi dan kondisi saat tragedi itu berlangsung karena kejadian tersebut tidak bisa direkam oleh media konvensional. Sejak saat itu, citizen journalism semakin berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi. sedangkan di kota Kendari sendiri, citizen journalism mulai dikenal sekitar tahun 2011. diawali dengan diadakannya pelatihan-pelatihan citizen journalism untuk komunitas tertentu yang diselenggarakan oleh forum-forum citizen journalism dan media online.

Citizen journalism (jurnalisme warga) sudah menjadi trand dikalangan masyarakat.

Aktivitas yang biasanya dilakukan oleh wartawan sekarang sudah dapat dilakukan oleh masyarakat biasa sekalipun, mudahnya akses internet juga mempermudah dalam melakukan aktivitas peliputan sehingga hasil peliputan dapat segera diterima oleh perusahaan pers. Citizen

journalism mencakup seluruh jenis media baik cetak, elektronik, maupun online. Namun

diindonesia dan juga di Negara-negara lain, meningkat cepat dengan adanya media online.

Dalam hal politik, jurnalisme warga mengizinkan masyarakat untuk lebih dekat dengan proses publik seperti langkah-langkah pemilihan pejabat pemerintahan. Publik bisa menyuarakan pendapat akan kandidat-kandidat yang diajukan melalui polling di media massa atau forum

(4)

diskusi. Meski tidak dijamin akan mempengaruhi pilihan pembuat keputusan, paling tidak pemerintah dan rakyat bisa melihat adanya keberagaman pendapat. Hal ini selanjutnya melahirkan politik pemberitaan media. Informasi dikemas sebagai strategi media dalam meliput peristiwa, memilih, dan menampilkan fakta serta dengan cara apa fakta itu disajikan, yang pada akhirnya merekonstruksi peristiwa.

Dalam menyiarkan informasinya, citizen journalism bisa dilakukan dengan mengirim tulisannya kepada media massa seperti koran atau media online, kemudian redaksi memutuskan apakah tulisan tersebut layak atau tidak untuk dipublikasikan melalui media massanya. Keterlibatan Citizen journalism dalam meliput berita yaitu dengan cara mengumpulkan fakta dilapangan atas sebuah peristiwa, menyusun, menulis, dan melaporkan hasil liputannya pada media.

Di kota Kendari, Citizen journalism banyak memberitakan tentang lingkungan sosial, tapi tak jarang juga mereka memberitakan perihal politik baik itu tentang Kepala daerah/calon kepala daerah yang merujuk pada pencitraan, tentang perkembangan pemilukada maupun tentang perkembangan politik suatu daerah. Maraknya situs berita politik menciptakan sudut pandang tersendiri bagi citizen journalism (jurnalisme warga) dalam melihat teks pemberitaan politik pada media online baik dari trand pemberitaan, teks pemberitaan, isu yang sering diangkat, bahasa penulisan, hingga gaya penulisan berita.

Jurnalisme warga telah menjadi prioritas bagi masyarakat dalam mengakses informasi. Hal ini menyebabkan perkembangan dari citizen journalism akan terus meningkat. Hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk membahas tentang bagaimanakah trand citizen journalism (jurnalisme warga) dalam teks pemberitaan politik pada media online lokal kendari

(5)

sultrakini.com serta gaya penyusunan bahasa oleh citizen journalism (jurnalisme warga) dalam pemberitaan politik pada media online lokal sultrakini.com di kota kendari.

Model Komunikasi oleh Schramm

Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.

Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm, menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan dan menerima sinyal.

Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi informasi (Mulyana, 2000). Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur : sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination). Sumber boleh jadi seorang individu (berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat) atau suatu organisasi komunikasi (seperti sebuah surat kabar, penerbit, stasiun televis atau studio film).

Pesan dapat berbentuk tinta pada kertas, gelombang suara diudara, impuls dalam arus listrik, lambang tangan, bendera diudara, atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan. Sasarannya mungkin seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca; atau anggota suatu kelompok, seperti kelompok diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulan penonton sepakbola atau anggota khalayak media massa. Schramm berpendapat, meskipun dalam komunikasi lewat radio atau telepon encoder dapat berupa mikrofon dan decoder adalah

(6)

earphone, dalam komunikasi manusia, sumber dan encoder adalah satu orang, sedangkan decoder dan sasaran adalah seorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk menuntaskan suatu tindakan komunikasi (communication act), suatu pesan harus disandi-balik.

Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaan itu tidak bertemu-artinya bila tidak ada pengalaman bersama-maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit itu kecil- artinya bila pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh berbeda-maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lainnya.

Maka, bila kita tidak pernah belajar bahasa Rusia, kita tidak dapat menyandi ataupun menyandi-balik dalam bahasa tersebut. Seorang anggota suatu suku Afrika yang tidak pernah melihat sebuah pesawat terbang, ia hanya dapat menafsirkan pesawat yang terbang diarasnya berdasarkan pengalaman apapun yang ia miliki. Pesawat itu mungkin dianggapnya seekor burung.

Menurut Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas bahwa setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan decoder. Kita secara konstan menyandi-balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut, dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Tegasnya, Anda menerima dan juga menyampaikan pesan. Makna yang Anda hasilkan dari penyandian (penafsiran) yang Anda lakukan akan membuat Anda menyandi-balik.

(7)

Gambar 2.1.

Misalnya begitu Anda mendengar teriakan “Api”, Anda mungkin akan segera berteriak “Tolong!”. Apa yang Anda akan sandi bergantung pada pilihan Anda atas berbagai respons yang tersedia dalam situasi tersebut dan berhubungan dengan makna tadi.

Proses kembali dalam model ditas disebut umpan balik (feedback), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberi tahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan kepala, kening berkerut, menguap, wajah yang melongos dan sebagainya.

Begitu juga ekspresi wajah dosen yang berupa kening berkerut sebagai bentuk ketidaksukaan terhaap mahasiswa yang mungkin ribut didalam kelas atau tidak mengerjakan tugas, ataupun tepuk tangan mahasiswa yang mendengarkan penjelasan dosen dan setuju atau menyukai hal tersebut. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki. Dengan demikian, menurut model ini masing-masing pelaku komunikasi akan terlibat dalam proses pembentukan pesan (encoding), penafsiran pesan, penerimaan dan pemecahan kode pesan (decoding).

(8)

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian

Yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh Dosen dan Mahasiswa yang aktif pada Program Studi Ilmu Komunikasi Angkatan 2013 FISIP UHO. Hal ini akan memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya sebab sesuai dengan lokasi penelitian, subjek penelitian merupakan mahasiswa dan dosen komunikasi akan lebih mudah paham tentang judul penelitian serta pertanyaan yang akan peneliti ajukan dalam proses wawancara.

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi yaitu pengamatan juga pencatatan secara sistematik yang terdiri dari unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala-gejala yang dalam objek penelitian. Hasilnya akan dilaporkan dalam sebuah laporan yang disusun secara sistematis sesuai dengan aturannya. 2. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan cara berdialog secara langsung dengan

responden guna mengetahui dan memperoleh data serta informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3. Studi Pustaka yaitu mencari atau menggali informasi atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini melalui sumber-sumber ilmiah, literatur, brosur-brosur dan bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian.

4. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pencatatan terhadap dokumen-dokumen, arsip, buku serta dokumen lainnya yang ada pada subjek penelitian. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berpijak dari data yang di dapat dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi, dengan tahapan

(9)

analisis sebagai berikut: Reduksi Data, yaitu merangkum atau menyederhanakan data sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian; Penyajian Data, yaitu tahap menyajikan data kedalam deskripsi atau penjabaran kalimat dan memberikan interprestasi atas data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini melihat Simbol yang Digunakan dalam Proses Komunikasi Mahasiswa dan Dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan mengambil 8 orang informan yang terdiri dari 3 orang dosen dan 5 mahasiswa.

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan. Komunikator adalah pengirim pesan dan komunikan adalah penerima pesan. Pesan dalam hal ini adalah informasi yang disampaikan oleh komunikator untuk mengubah perilaku dan pola pikir komunikan. Pesan disampaikan melalui penyandian pesan dalam bentuk simbol sebab simbol merupakan gagasan/isi pikiran yang berupa lambang dan lambang adalah tanda yang menyatakan sesuatu hal yang mengandung maksud tertentu.

Simbol itu sendiri terbagi menjadi dua, yakni simbol verbal dan non verbal. Setelah melakukan observasi secara mendalam, peneliti menemukan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, kedua simbol tersebut berpengaruh dalam prosesnya utamanya feedback yang akan diberikan oleh mahasiswa setelah men-decoding (menafsirkan) simbol yang diberikan dosennya. Komunikator dalam kegiatan belajar mengajar adalah dosen dan komunikannya adalah mahasiswa.

Simbol verbal yang disampaikan oleh dosen berupa materi perkuliahan disampaikan secara lisan menggunakan bahasa. Jadi, setiap simbol verbal dan non verbal yang diberikan oleh dosen akan di-decoding (menafsirkan dan memaknai sandi) oleh mahasiswa kemudian mahasiswa menyandi balik pesan. Peneliti akan membahas simbol verbal pada poin ini. Simbol

(10)

verbal yang peneliti maksud adalah pesan yang disampaikan menggunakan bahasa melalui anggota tubuh yakni bibir atau lisan komunikator.

4.1.1.1. Simbol Verbal yang Digunakan pada Proses Komunikasi Mahasiswa dan Dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan informan penelitian, simbol verbal yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Simbol Verbal yang digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar

No. Penggunaan Simbol Verbal Keterangan

1. Penggunaan kalimat dalam Bahasa Indonesia yang formal (sesuai tata bahasa) secara lisan

Digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar 2. Penggunaan kata/istilah asing secara terbatas Digunakan pada saat

memberikan materi perkuliahan

4.1.1.2. Simbol Non Verbal yang Digunakan dalam Proses Komunikasi Mahasiswa dan Dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Peneliti akan memaparkan hasil penelitian tentang simbol non verbal pada poin ini. Simbol non verbal terbagi menjadi 3 bagian, yakni : pesan kinesik, proksemik dan artifaktual. Kemudian, yang menjadi fokus penelitian ini adalah pesan kinesik. Pesan kinesik terbagi lagi menjadi 3 bagian, yakni : pesan fasial, pesan gestural dan pesan postural.

Pesan fasial adalah pesan yang menggunakan ekspresi wajah untuk menyampaikan makna tertentu. Pesan fasial dapat diamati melalui wajah, tepatnya ekspresi yang nampak pada diri komunikator. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna, yakni : kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan,

(11)

kesedihan, kemuakkan, pengecaman, minat, ketakjuban dan tekad. Diantara kesepuluh kelompok makna inilah yang menjadi hasil penelitian dari penelitian ini.

Selanjutnya adalah pesan gestural, pesan ini merupakan pesan yang menunjukkan gerakan sebagian anggota badan yakni mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Terakhir adalah pesan postural, pesan ini adalah pesan yang berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah : a) Immediacy, yaitu ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain, b) Power, yaitu ungkapan status yang tinggi pada diri komunikator, c) Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan informan penelitian, simbol non verbal yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Simbol Non Verbal yang digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar

No. Simbol Non Verbal Keterangan

1. Pesan Fasial :

Penggunaan pesan fasial sesuai kebutuhan

Digunakan saat dosen ingin memberi penekanan pada materi yang dianggap penting 2. Pesan Gestural :

Penggunaan pesan gestural sesuai kebutuhan

Digunakan saat memberikan deskripsi tentang suatu objek

3. Pesan Postural :

Penggunaan pesan postural sesuai kebutuhan

Digunakan saat dosen menanggapi pertanyaan dari mahasiswa

(12)

4.1.1.3. Proses Komunikasi secara Primer Antara Mahasiswa dan Dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan informan penelitian, simbol verbal yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Proses Komunikasi secara Primer dalam Kegiatan Belajar Mengajar

No. Proses Komunikasi secara Primer Keterangan 1. Komunikasi secara primer dengan

menggunakan simbol verbal

Kata dan kalimat dalam Bahasa Indonesia serta istilah dalam bahasa asing

2. Komunikasi secara primer dengan menggunakan simbol non verbal

Pesan Fasial (Ekspresi wajah); Pesan Getural (Gerakan mata dan tangan); Pesan Postural

(Responsiveness, Immediacy,

Power)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan : 1. Simbol yang digunakan dalam komunikasi antara mahasiswa dan dosen dalam kegiatan

belajar mengajar pada program studi ilmu komunikasi FISIP UHO adalah simbol verbal dan non verbal.

- Simbol verbal yang digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar kalimat dalam Bahasa Indonesia yang formal (kalimat yang dibuat menurut peraturan tata bahasa) secara lisan.

(13)

Selain itu, simbol verbal yang digunakan adalah kata/ istilah asing saat memberikan materi perkuliahan.

- Simbol non verbal yang digunakan adalah pesan kinesik yang terdiri dari : pesan gestural, digunakan saat memberikan deskripsi tentang suatu objek. Selanjutnya adalah pesan fasial (ekspresi wajah), digunakan saat ingin memberi penekanan pada materi yang dianggap penting. Terakhir, pesan postural digunakan saat dosen menanggapi pertanyaan dari mahasiswa.

2. Proses komunikasi yang terjadi antara mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar pada program studi ilmu komunikasi FISIP UHO adalah secara primer. Proses komunikasi yang terjadi adalah secara primer karena menggunakan simbol verbal dan non verbal secara bersamaan.

- Komunikasi secara primer dengan menggunakan simbol verbal yakni penggunaan kata dan kalimat dalam Bahasa Indonesia serta istilah dalam bahasa asing.

Komunikasi secara primer dengan menggunakan simbol non verbal yakni : Pesan Fasial (Ekspresi wajah); Pesan Getural (Gerakan mata dan tangan); Pesan Postural (Responsiveness,

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. . 1985. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

CV. Remaja Karya.

Devitto, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Proffesional Book Effendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Fisher, Aubrey. 1997. Teori-teori Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat.

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Littlejohn, dan Foss, K. 2011. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.

Mulyana, Dedy. 2000. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Purba, Amir dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta CV Bandung.

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo. Sumber Elektronik : www.pengertianku.net/2014/11/kenali-pengertian-mahasiswa-dan-menurut-para-ahli.html www.rastika.com/2003/04/pengertian-komunikasi-menurut-para-ahli.html?m=1 http://daudp65.webs.com/bind/bibaik-bnar.htm http://www.kompasiana.com/pitriyulianti/tri-dharma-perguruan-tinggi_54f8456aa33311191c8b55fc

Gambar

Tabel 4.2. Simbol Verbal yang digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar  No.  Penggunaan Simbol Verbal  Keterangan
Tabel 4.3. Simbol Non Verbal yang digunakan dalam Kegiatan  Belajar Mengajar
Tabel 4.4. Proses Komunikasi secara Primer dalam Kegiatan  Belajar Mengajar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran dari penulis adalah : ( 1 ) Kita selaku guru perlu adanya persiapan yang matang jika ingin melaksanakan penelitian

Sementara, nilai elastisitas pendapatan negara-negara pengimpor, dan elastisitas karet sintetis tidak signifikan secara statistik dan masing-masing nilainya sebesar

Adapun yang dimaksud dengan Desa Pakraman dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan Daerah Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman yang menyebutkan

(e) Pengukuran dan penandaan diameter dan panjang bibit (f) Bibit R.mucronata pada naungan 25% (g) Bibit R.mucronata pada intensitas 0% (h) Pemanenan bibit (i) Akar bibit

Perkawinan, sebagaimana diketahui, merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang karena menandai kehidupan baru (berumah tangga) bersama orang

Berbeda dengan analisis Location Quontient (LQ) yang berpedoman pada kontribusi, sektor pertanian antar Kecamatan di Kabupaten Blora pada tahun 2102-2105 tergolong

Penelitian ini berdasarkan permasalahan bagaimana cara meningkatkan keterampilan menulis anekdot dengan mengunakan media gambar karikatur pada siswa kelas X SMA Negeri

Sesuai dengan hasil observasi dan wawanacara yang dilakukan peneliti, guru sejarah yang mengajar di kelas XI IPS bahwa sistem pembelajaran sejarah jelas dan mengarah pada