• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Kota Lama merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perjalanan berkembangnya suatu kota karena di dalamnya terdapat hal-hal yang selalu menarik untuk diamati dan dicermati. Kawasan Kota Lama juga menjadi cikal bakal tumbuh pesatnya perekonomian sebuah kota. Dinamika sosial dan budaya menjadi awal timbulnya pergeseran peran dan fungsi kawasan Kota Lama. Banyak faktor dan permasalahan yang menjadikan peran dan fungsi Kota Lama tidak lagi seperti dahulu. Minimnya produk guna melestarikan keberadaan Kota Lama menjadi salah satu faktor terbengkalainya manajemen Kota Lama, khususnya di Indonesia.

”The principal aim of urban characteristics is to define qualities that

maintain the urban way of life. Thus, conservation will aid cultural values and not be limited to isolated examples.“ (Cohen, 1999).

Tujuan utama dalam mengidentifikasi karakteristik perkotaan adalah untuk menentukan standar kualitas guna mempertahankan cara hidup masyarakat kota, dan konservasi dapat membantu menjaga nilai-nilai budaya tersebut. Konservasi berarti seluruh proses pemeliharaan sebuah tempat untuk mempertahankan signifikansi budayanya (Piagam Burra). Konservasi Kota Lama dapat dijalankan setelah studi tentang kualitas hidup perkotaan di kota-kota yang lain telah termanifestasikan secara utuh dan menyeluruh. Konsep konservasi sudah semestinya sejalan dan didukung dengan konsep pelestarian yang lain seperti preservasi, restorasi dan rekonstruksi.

Dalam perkembangannya, Kota Lama mengalami banyak perubahan secara alamiah maupun disengaja. Salah satu Kota Lama warisan dunia, Yerusalem. Yerusalem menjadi saksi bahwa tidak hanya manusia yang menjadi korban akibat konflik antara Israel dan Palestina, tetapi bangunan-bangunan yang

(2)

2 berada di Kota Lama Yerusalem juga menjadi korban. Konflik menjadi ancaman akan keutuhan situs-situs yang memiliki nilai historik yang panjang, apalagi Yerusalem yang notabene sangat dikenal sebagai kota awal peradaban Islam, Yahudi, dan Kristen sudah sangat jelas memiliki peninggalan sejarah dan budaya yang mendalam. Indonesia yang kental dengan latar belakang negara bekas jajahan tentu memiliki banyak peninggalan sejarah, salah satunya kota lama. Menurut sejarahnya, kota-kota lama di Indonesia merupakan embrio awal terbentuknya sebuah kota pada zaman kolonial bahkan hingga saat ini, sebut saja Kota Tua Jakarta yang dikenal sebagai Oud Batavia dan Kota Lama Semarang atau Little Nederland.

Ciri khas Kota Tua atau Kota Lama di Indonesia dapat dikenali dengan memperhatikan bentuk bangunannya. Dominasi bangunan dengan gaya arsitektur Eropa menunjukkan bahwa secara garis besar teradaptasi karena disebabkan penjajahan panjang bangsa Belanda di Indonesia. Di awal berdirinya, Kota Tua di Jakarta dan Kota Lama di Semarang memiliki berbagai kesamaan antara lain gaya dan tata letak bangunan yang menjadi khas arsitektural Eropa, lokasi yang dulunya merupakan pusat perekonomian yang berada di bagian utara dalam wilayah administratif dan berdekatan dengan lokasi pelabuhan. Dan saat ini kota-kota yang dahulunya menjadi pusat perekonomian telah mengalami perubahan dari aspek fisik maupun kegiatannya.

Kota Lama Semarang dimulai pembangunannya pada sekitar awal abad 18. Dikenal dengan sebutan Kota Benteng karena pada awalnya yang dibangun adalah sebuah benteng bernama Vijfhoek yang digunakan sebagai tempat tinggal warga Belanda dan pusat militer. Oleh sebab itu, disebutkan bahwa Kota Benteng yang sekarang lazim disebut Kota Lama adalah bagian kota Semarang sebagai bekas kota Belanda yang dahulu dibatasi oleh benteng de Vijfhoek (Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang RTBL Kawasan Kota Lama). Kawasan Kota Lama yang tergolongkan dalam salah satu kawasan historik kota Semarang yang merupakan kawasan tua di Semarang yang menjadi embrio pertumbuhan kota.

(3)

3 Pelestarian atau konservasi bukanlah persoalan mengenang romantisme masa lalu, bukan pula hanya untuk mengawetkan atau preservasi. Namun, pelestarian secara menyeluruh bertujuan untuk membangun masa depan secara berkelanjutan yang menyeimbangkan peninggalan bersejarah dengan dinamika zaman secara terseleksi (Adhisakti, 2013). Pemerintah dari lingkup pusat hingga daerah menanggapi serius pentingnya pelestarian untuk tetap menjaga keutuhan nilai-nilai sejarah di dalamnya. Dibuktikan dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang selanjutnya Pemerintah Kota Semarang kembali membuat turunannya berupa Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah dan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama.

Sejalan dengan perkembangan Kota Semarang sebagai induk pemerintahan dan perekonomian dewasa ini yang semakin pesat mempengaruhi keberadaan dan keberlangsungan pelestarian Kawasan Kota Lama Semarang. Pusat konsentrasi pemerintah yang diarahkan lebih cenderung mengarah pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini berdampak pada perubahan fungsi bahkan fisik dari bangunan-bangunan yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang.

Gambar 1.1 Berita tentang salah satu permasalahan kawasan Kota Lama Semarang Sumber:

http://daerah.sindonews.com/read/2013/11/24/22/809502/robohnya-bangunan-kota-lama-tanggung-jawab-pemkot (diakses 30 Januari 2014)

Hal ini juga menimbulkan pertanyaan ada atau tidaknya program pemerintah yang berusaha memikirkan nasib dari kawasan konservasi Kota Lama

(4)

4 Semarang. Pertanyaan tersebut muncul ke permukaan karena didasari banyak sekali permasalahan yang timbul di Kawasan Kota Lama Semarang mulai dari pengendalian hingga pengelolaan kawasan, padahal sejak tahun 2003 Pemerintah Kota Semarang telah mengeluarkan produk Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang. Namun, pada praktiknya dalam Kawasan Kota Lama Semarang masih terdapat permasalahan yang diantaranya terkait pengendalian dan pengelolaan kawasan itu sendiri.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Semarang dan tertuang pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 yang menjelaskan tentang aturan-aturan yang menaungi kawasan Kota Lama dalam upaya melestarikan, menata dan menghidupkan kembali kawasan Kota Lama Semarang agar lebih terarah dalam pertumbuhan dan pembangunannya. Dalam penerapannya terhitung sejak Peraturan Daerah tersebut diundangkan pada 3 November 2003 hingga sekarang menginjak tahun 2014, artinya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama sudah berjalan 10 tahun dan sangat memungkinkan untuk dilihat penerapan dan pelaksanaannya. Permasalahan utama di kawasan Kota Lama adalah mandeknya program pelestarian yang dikarenakan musibah tahunan yaitu banjir atau rob yang melanda Kawasan Kota Lama Semarang ditambah keberadaan pemerintah dan organisasi yang mengelola Kawasan Kota Lama cenderung tidak tanggap terhadap kondisi yang menimpa kawasan. Hal ini justru menegasikan keberadaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 yang secara gamblang mengatur tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama yang seharusnya mampu dijadikan pedoman dalam menyusun arah pengembangan ataupun pemanfaatan Kawasan Kota Lama Semarang.

Melihat dari dua keadaan di atas bahwa Peraturan hakikatnya muncul untuk mengatur suatu permasalahan agar dapat terselesaikan dan terencana dengan sebaik-baiknya. Dan didasarkan oleh hal itu, peneliti merasa perlu untuk membuat studi dan kajian evaluatif terhadap Peraturan Daerah Kota Semarang

(5)

5 Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kawasan bersejarah peninggalan bangsa kolonial Belanda yang nilai-nilai historisnya patut dikelola dan dijaga kelestariannya. Pergeseran fungsi bahkan fisik bangunan lambat laun mempengaruhi nilai-nilai yang terkandung di dalam Kawasan Kota Lama Semarang itu sendiri. Pemerintah Kota Semarang sejak tahun 2003 telah mengeluarkan produk peraturan yang berisi tentang rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang. Kebijakan konservasi yang merupakan tonggak penerapan upaya-upaya pengendalian dan pelestarian seharusnya mampu berjalan dengan baik dan lancar dengan adanya produk peraturan yang mengurusi Kawasan Kota Lama itu sendiri.

Namun dalam praktik dan implementasinya, produk kebijakan mengalami kemandekan yang berujung pada perubahan fisik dan non-fisik yang malah meninggalkan sisi dan nilai sejarah dari Kawasan Kota Lama itu sendiri. Dari segi pengelolaan dan implementasi rencana tata bangunan dan lingkungannya, Pemerintah Kota Semarang belum mampu dengan baik menerjemahkan isi dari produk peraturannya tersebut ditambah rendahnya partisipasi masyarakat dalam rangka mendukung segala bentuk pengendalian dan pelestarian Kawasan Kota Lama Semarang. Terbukti dalam beberapa kasus di Kawasan Kota Lama Semarang ada beberapa bangunan yang terlambat untuk dilakukan rehabilitasi dan mengakibatkan bangunan tersebut hancur dan roboh dan beberapa kondisi permasalahan seperti bangunan terlantar, manajemen drainase dan masalah-masalah lainnya yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Dari kondisi-kondisi yang telah teridentifikasi dalam pelaksanaan kebijakan konservasi Kawasan Kota Lama Semarang, masalah yang paling sering muncul adalah praktik implementasi kebijakan yang belum mampu mengakomodir seluruh tujuan dan sasaran dari produk kebijakan tersebut. Oleh

(6)

6 sebab itu, berdasarkan permasalahan yang muncul maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:

1. Bagaimana realisasi dari kebijakan konservasi Kawasan Kota Lama Semarang?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan konservasi Kawasan Kota Lama Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengukur keberhasilan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang sebagai suatu kebijakan konservasi di Kawasan Kota Lama. Sekaligus mengetahui dan mengidentifikasi apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan terhadap perkembangan kawasan Kota Lama Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak antara lain :

1. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat pengetahuan bagi masyarakat tentang Kawasan Kota Lama dengan keberadaannya yang mulai hilang, serta mengawal kebijakan penataan ruang tentang Kawasan Kota Lama Semarang.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan deskripsi tentang eksistensi atau keberadaan Kawasan Kota Lama Semarang sebagai peninggalan sejarah perkotaan Kota Semarang dan fungsi-fungsi didalam ruang perkotaannya yang sudah mulai hilang dan terkikis keberadaannya hingga saat ini. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terkikisnya keberadaan Kota

(7)

7 Lama Semarang diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemerintah dalam perumusan kebijakan tentang arahan pelestarian, pengembangan dan pengendalian Kawasan Kota Lama Semarang. Pengendalian dan pemanfaatan kawasan yang baik diharapkan menjadikan kawasan kota lama sebagai peninggalan perkotaan yang perlu dilestarikan keberadaannya dan penyelesaian permasalahan kawasan dapat dikendalikan dengan maksimal oleh pemerintah.

3. Bagi Dunia Akademis

Dengan adanya penelitian tentang keberadaan Kawasan Kota Lama Semarang, diharapkan dapat menambah literatur mengenai Kawasan Kota Lama yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan rujukan berbagai kepentingan di dunia akademis. Literatur yang akan disumbangkan dari penelitian ini berupa narasi yang berisi perkembangan dan faktor apa saja yang mempengaruhi keberadaan Kota Lama Semarang.

1.5 Batasan Penelitian

a) Batasan Substansial

Batasan substansi dalam penelitian ini adalah identifikasi hasil realisasi dan implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang.

b) Batasan Spasial

Batasan spasial dalam penelitian ini adalah Kawasan Kota Lama Semarang.

(8)

8

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Fokus Lokus Hasil

1. Nursiyama Linda Widyawati dan Joesron Ali Syahbana (Jurnal Penelitian PWK UNDIP) Keseriusan dan Konsekuensi Sikap Pemerintah Daerah Terhadap Pelestarian di Kawasan Kota Lama Semarang

Pengkajian program pemerintah dan

identifikasi permasalahan yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang

Kawasan Kota Lama Semarang

Identifikasi kegiatan yang meliputi perlindungan, pengembangan kawasan budaya, pemanfaatan, dan konsekuensi yang ditanggung pemerintah dalam penerapan pelestarian di Kawasan Kota lama

2. Prille Romadhonne

(Skripsi PWK UGM)

Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Konservasi Tamansari

Mengetahui kebijakan konservasi yang ada dan upaya konservasi Tamansari yang telah dilakukan.

Kawasan Cagar Budaya Tamansari

Identifikasi dasar-dasar kebijakan kawasan, tujuan kebijakan dan sasaran kebijakan.

3. Arista Stari Hana Pertiwi

(Skripsi PWK UGM) Evaluasi Terhadap Kebijakan Konservasi Kawasan Kampung Laweyan Surakarta Mendeskripsikan dan menilai pelaksanaan kebijakan konservasi dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kawasan.

Kampung Laweyan Surakarta

Konsistensi pemerintah dalam menjalankan kebijakan sesuai dengan prosedur. Ketegasan kebijakan dalam mengarahkan rencana kawasan.

Gambar

Gambar 1.1 Berita tentang salah satu permasalahan kawasan Kota Lama Semarang  Sumber:
Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Inovasi lain yang dilakukan yakni upaya edukasi baik kepada pasien maupun masyarakat di wilayah puskesmas dengan berbagai metode yang dapat diterima oleh masyarakat.

Tujuan khusus penelitian dan pengembangan buku pintar elektronik teks eksposisi (1) menghasilkan produk berupa bahan ajar multimedia untuk teks eksposisi dan buku

Brown dan Walter (1993: 302) menyebutkan bahwa problem posing tipe pre solution posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik. Peserta didik hanya

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

lebih monolit dan memiliki daktilitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan sambungan las, tetapi dari tinjauan kekuatan tentunya beton dengan cor di tempat

Hasil penelitian kadar glukosa darah dua jam setelah makan adalah tidak terlihat adanya pengaruh dari perlakuan kontrol (+), ekstrak kulit batang, ekstrak akar

Penelitian ini nantinya akan menghasilkan sebuah sistem keamanan data pendaftar english communitative dengan menggunakan XML encyription.[4] Tujuan peneltian yang