• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK KI HAJAR DEWANTORO DI TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMK KI HAJAR DEWANTORO DI TANGERANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN

KARIR DENGAN MOTIVASI BELAJAR

PADA SISWA SMK KI HAJAR

DEWANTORO DI TANGERANG

Ria Puti Widyaningtyas

Psikologi, Bina Nusantara University, 081213427744, ria.puti@yahoo.com ( Ria Puti Widyaningtyas, Astrini, M.Psi., Psikolog.)

ABSTRAK

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ada di Indonesia, yang mana lulusan dari SMK dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja. Siswa SMK yang sudah memiliki informasi mengenai dunia karir yang akan dimasukinya, akan termotivasi dalam belajar untuk memenuhi syarat–syarat yang sudah ditentukan dalam karir yang dipilih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Sampel yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah sebanyak 300 siswa yang berusia antara 15 sampai 18 tahun. Data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan metode pearson product moment dan mendapatkan hasil r 0.521 menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan tingkat sedang antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang.

Kata Kunci : Kematangan karir, motivasi belajar, siswa, SMK

ABSTRACT

SMK (Vocational High School) is a part of educational system in Indonesia, which the graduates are prepared to enter the employment world. The students of SMK who already have the information about the career that they are about to enter, will be motivated in studying to fulfill the qualification of the chosen career. The hypothesis of this study is the correlation between career maturity and learning motivation of the students in SMK Ki Hajar Dewantoro, Tangerang. The samples that were used in this study consisted of 300 students whose ages are 15 to 18 years old. By using Pearson Product Moment method, the data that had been collected was analyzed and had a result r 0.521, which means there is a significant correlation between career maturity and learning motivation in SMK Ki Hajar Dewantoro, Tangerang.

(2)

PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Menurut pasal 15 UU SISDIKNAS dijelaskan bahwa SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan perserta didik untuk bisa bekerja dalam bidang tertentu setelah lulus. Salah satu SMK yang berperan dalam mempersiapkan peserta didiknya adalah SMK Ki Hajar Dewantara, dari data yang peneliti peroleh terdapat kenaikan 4% dari tahun 2010 – 2013 terhadap anak didik yang setelah lulus langsung bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan yang mereka pilih setelah sekolah. Kenaikan ini terjadi karena siswa membuat perencanaan karir, mencari tahu pekerjaan apa saja yang akan mereka pilih sesuai dengan jurusan mereka, bisa membuat keputusan sendiri berdasarkan informasi yang mereka peroleh, dan tahu job desk, tanggung jawab, serta perilaku akan pekerjaan yang mereka pilih atau bisa disebut kematangan karir. Kematangan Karir menurut Super (1951, dalam Sharf, 2006) adalah kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan saat menanyakan tentang apa yang memotivas mereka belajar, 83% siswa mengatakan bahwa cita – cita yang memotivasi mereka untuk belajar. Mereka mengatakan jika mereka sudah tahu cita – cita apa yang ingin mereka raih dan mereka tahu apa saja yang harus mereka persiapkan untuk memenuhi syarat dari cita – cita tersebut, maka mereka akan belajar sebaik mungkin untuk memenuhi syarat dari cita – cita mereka. Motivasi belajar menurut Winkel (2007) adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang ada di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitria Wijaya pada tahun 2008 yang berjudul Hubungan antara Kematangan karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara dua variabel tersebut. berdasarkan pada fenomena yang ada di lapangan dan juga penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan subjek siswa SMK.

METODE PENELITIAN

Teknik sampling adalah metode pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan teknik sampling simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata sehingga populasi memiliki kesempatan yang sama besar dan dipilih sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2012).

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif karena dalam proses pengolahan data dan melakukan analisa menggunakan formula matematis (Bordens & Abbot, 2008).

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua. Pertama adalah alat ukur kematangan karir yang peneliti buat sendiri sesuai dengan teori dan dimensi kematangan karir menurut Super (1951) dengan r 0.950. Kedua adalah alat ukur motivasi belajar yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang dibuat oleh Atissa Kania Putri (2013) dengan r 0.914.

Peneliti juga melakukan uji normalitas untuk melihat apakah data berdistribus normal atau tidak (Sarwono, 2012). Untuk melihat normalitas data peneliti menggunakan metode analisa kolmogorov – Smirnof dengan ketentuan jika nilai sig < 0.05 maka data berdistribusi tidak normal, namun apabila nilai sig >0.05 maka data berdistribusi normal (Sarwono, 2012). Hasil uji normalitas menunjukan nilai sig 0.00, maka data berdistribusi normal.

(3)

HASIL DAN BAHASAN

1.1.Gambaran Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas

Tabel 1 Gambaran Kematangan Karir

Kematangan karir Frekuensi Persentase (%)

Matang 211 70

Belum Matang 89 30

Mean 180.6

Total 300 100

Kelas Frekuensi Persentase (%)

Matang Belum Matang Matang Belum Matang

X AK 6 27 18 82 X PS 4 29 13 87 X AP 30 12 71 29 XI AK 31 3 91 9 XI PS 24 1 96 4 XI AP 33 3 92 9 XII AK 27 7 71 29 XII PS 26 1 96 4 XII AP 28 4 87 13

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kematangan karirnya sudah matang dengan jumlah persentase 70% (211 siswa), sedangkan sebagian kecil siswa yang masih belum matang kematangan karirnya dengan jumlah persentase 30% (30 siswa). Sedangkan berdasarkan persentasi kematangan karir menurut kelas, pada kelas X AK terdapat 18 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 82% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas X PS terdapat 13 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 87% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas X AP terdapat 71 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 29% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XI AK terdapat 91 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 9 % siswa yang kematangan karirnya belum matang. pada kelas XI PS terdapat 96 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 4% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XI AP terdapat 92 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 8% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XII AK terdapat 71 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 29% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XII PS terdapat 96 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 4% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XII AK terdapat 87 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 13% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Dari data tersebut dapat disimpulkan sebagian besar siswa pada kelas X AP, XI AK, XI PS, XI AP, XII AK, XII PS, dan XII AK kematangan karirnya sudah matang. Sedangkan sebagian besar siswa pada kelas X AK dan X PS kematangan karirnya belum matang.

Dalam penelitian ini, kematangan karir siswa ditentukan berdasarkan hasil perolehan mean dari total skor. Hasil mean yang diperoleh sebesar 180.6 , jadi apabila nilai yang diperoleh dari masing – masing total skor di bawah 180.6 maka dapat dikatakan bahwa kematangan karir belum matang. Sebaliknya, apabila kematangan karir berada di atas mean total skor 180.6 maka dapat dikatakan kematangan karir sudah matang.

Dampak dari siswa yang sudah memiliki kematangan karir yaitu sudah bisa membuat perencanaan karirnya dimasa depan, bisa mencari tahu kira – kira apa saja yang harus dipersiapkan untuk mereka bekerja nanti, bisa menentukan pilihan karir mereka sendiri dari hasil diskusi dengan guru, orang tua, atau bahkan orang yang memiliki karir yang sama seperti yang mereka inginkan, dan juga tahu informasi tentang dunia kerja di bidang yang ingin mereka tekuni sebaliknya. Sebaliknya,

(4)

siswa yang belum memiliki kematangan karir belum tahu bagaimana merencanakan karir mereka, belum tahu apa saja yang harus dipersiapkan untuk bekerja nanti, belum bisa menentukan pilihan sendiri untuk karirnya di masa depan, dan juga belum tahu informasi tentang dunia kerja yang akan mereka tekuni nantinya.

1.2. Gambaran Motivasi Belajar Tabel 2 Gambaran Motivasi Belajar

Motivasi Belajar Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 166 55 Sedang 20 7 Rendah 114 38 Minimum 2,14 Maximum 5,00 Median 4,03 Std. Deviation 0,337 Total 300 100%

Kelas Frekuensi Persentase (%)

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

X AK 22 3 8 67 9 24 X PS 16 3 14 49 9 42 X AP 17 3 22 41 7 52 XI AK 9 3 22 26 9 65 XI PS 7 2 16 28 8 64 XI AP 7 5 22 20 15 65 XII AK 15 1 18 44 3 53 XII PS 8 0 19 30 0 70 XII AP 13 0 19 30 0 70

Dari data analisa di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro berada pada tingkat tinggi dengan presentase 55% atau sebanyak 166 siswa. kemudian motivasi belajar dengan tingkat rendah dengan presentase 38% atau sebanyak 114 siswa, dan motivasi belajar siswa dengan tingkat sedang dengan presentase 7% atau sebanyak 20 siswa. Dengan perincian perkelas yaitu pada kelas X AK terdapat 67% siswa dengan motivasi belajar rendah, 9% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 24% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas X PS terdapat 49% siswa dengan motivasi belajar rendah, 9% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 42% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas X AP terdapat 41% siswa dengan motivasi belajar rendah, 7% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 52% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XI AK terdapat 26% siswa dengan motivasi belajar rendah, 9% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 65% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XI PS terdapat 28% siswa dengan motivasi belajar rendah, 8% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 64% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XI AP terdapat 20% siswa dengan motivasi belajar rendah, 15% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 65% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XII AK terdapat 44% siswa dengan motivasi belajar rendah, 3% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 53% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XII PS terdapat 30% siswa dengan motivasi belajar rendah, 0% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 70% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XII AP terdapat 30% siswa dengan motivasi belajar rendah, 0% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 70% siswa dengan motivasi belajar tinggi.

(5)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa pada SMK Ki Hajar Dewantoro memiliki motivasi belajar tinggi dan memenuhi indikator dari motivasi belajar tersebut yang antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, pemberian hadiah atau hukuman dari proses belajar.

Dampak dari siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah siswa menjadi lebih terdorong untuk belajar dalam hal mencapai tujuan yang ingin diraih, sehingga prestasi siswa pung meningkat, siswa juga akan lebih aktif dalam mencari tahu sendiri materi belajar yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang, dan juga aktif bertanya di kelas jika ada hal yang tidak diketahui oleh siswa. Sedangkan, apabila siswa memiliki motivasi belajar yang rendah dorongan siswa untuk belajar juga akan rendah karena siswa belum tahu apa tujuan mereka untuk belajar, sehingga menyebabkan siswa tidak memiliki dorongan untuk belajar sendiri dan mencari tahu materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru, siswa menjadi pasif di kelas, dan prestasi belajar juga akan menurun.

1.3.Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas dan Motivasi Belajar

Tabel 3 Korelasi Pearson

Kematangan Karir Motivasi Belajar Kematangan Karir Pearson Correlation 1 .521** Sig. (2-tailed) .000 N 300 300 Motivasi Belajar Pearson Correlation .521** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 300 300

Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat nilai korelasi antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang sebesar 0,521. Maka dapat dikatakan ada hubungan yang signifikan pada tingkat sedang antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Interpretasi tersebut berdasarkan tabel korelasi r menurut Sugiyono (2012).

Tabel 4. korelasi r

Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat rendah

0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.000 Sangat kuat

Dengan demikian, hipotesis null (Ho) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro ditolak.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis didapat nilai korelasi antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro sebesar 0,521. Maka, hipotesis null (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang ditolak. Sehingga menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan dengan tingkat sedang antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang.

(6)

Kematangan karir pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro dari jumlah 300 siswa adalah 70% siswa atau sebanyak 211 siswa sudah matang kematangan karirnya, sedangkan sisanya 30% atau sebanyak 89 siswa belum matang kematangan karirnya.

Motivasi belajar siswa pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro dari total 300 siswa adalah sebagian besar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi sebanyak 163 siswa dengan presentase 55%, kemudian siswa yang memiliki motivasi sedang sebanyak 124 siswa dengan presentase 41%, dan sisanya sebanyak 13 siswa dengan presentase 4% adalah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

Hasil dari korelasi tersebut adalah ada hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa siswa sudah mengetahui arah dan tujuan mereka setelah lulus bidang dan pekerjaan apa yang mereka minati, sehingga mereka akan belajar dan berusaha sekeras mungkin dalam mencapai tujuan, cita – cita, dan yakin akan hasil yang dicapai (Hudgins, 1983). Winkel (2007) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang ada di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

Penelitian ini juga memperkuat penelitian sebelumnya yang berjudul “Hubungan antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong” oleh Wijaya (2008) yang mengatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan karir dengan motivasi belajar.

Kematangan karir adalah kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir (Super, 1951, dalam Sharf, 2006). Siswa yang sudah membuat perencanaan karir, mencari tahu informasi mengenai karir atau pekerjaan yang akan mereka tekuni, bisa membuat keputusan secara mandiri setelah melakukan diskusi mengenai karir baik dengan orang tua, guru, maupun orang yang memiliki pekerjaan seperti yang mereka inginkan, dan tahu informasi akan tanggung jawab dan tugas – tugas pekerjaan yang mereka hadapi nanti maka motivasi belajarnya akan tinggi karena siswa berusaha berusaha sekeras mungkin dalam mencapai tujuan, cita – cita, dan yakin akan hasil yang dicapai (Hudgins, 1983).

Subjek penelitian diperluas, seperti mengambil responden di area yang berbeda dengan jenjang pendidikan yang berbeda atau semua jurusan ikut serta dalam penelitian. Contohnya SMA atau SMK di Jakarta Selatan, dan area lainnya, atau mahasiswa perguruan tinggi negri atau swasta di Jakarta Barat, dan area lainnya.

Untuk sekolah peneliti memberikan saran praktis yang dapat diterapkan langsung, antara lain:

a. Mengadakan seminar atau workshop yang ditujukan kepada siswa sehingga siswa bisa memikirkan pekerjaan apa yang kira – kira akan mereka tekuni sehingga siswa akan memiliki motivasi belajar tinggi agar dapat memenuhi syarat – syarat atau keahlian yang mereka butuhkan saat bekerja nanti.

b. Mengadakan seminar atau workshop yang ditujukan kepada guru sehingga guru mengetahui tentang pengembangan karir pada remaja dan bisa membimbing siswa dalam memilih dan mempersiapkan karir mereka setelah lulus.

c. Mendapat bimbingan konseling dari guru untuk mendiskusikan tujuan siswa setelah lulus SMK nanti, pekerjaan apa yang ingin mereka tekuni, dan hal apa saja yang harus siswa persiapkan.

REFERENSI

Brown, D. (2002). Career Choice and Development. USA: A Wiley Imprint.

Bordens, K. S., Abbott, B. B. (2008). Research Design and Methods: A Process Approach, 7th Edition. New York, NY: McGraw-Hill.

Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Bumi Aksara.

Gonzales, M. A. (2008). Career maturity: a priority for secondary education. Electronic Journal of Research Psychology. 3 (9). 749 – 722

Hami, E. A. Hinduan, Z. Sulastiana, M. (2006). Gambaran Kematangan Karir Pada Para Calon Sarjana di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Diperoleh pada tanggal

(7)

14 Oktober 2013 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/gambaran_kematangan_karir1.pdf

Hudgins, B. Byrce. (1983). Educational Psychology. United States : F. E Peacock. Publishers, Inc. Kurniati, N. M. T. Muluk, H. Retnaningsih. Rifameutia, T. Zulkaida, A. (2007). Pengaruh Locus of

Control dan Efikasi Diri terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Proceeding PESAT. 2. B1 – B4

Latief. (2013). SMK Pilihan Hidup Generasi Muda. Diperoleh pada tanggal 14 Oktober 2013 dari http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/14/1547221/SMK.Pilihan.Hidup.Generasi.Muda Najah, A. (2007). Hubungan Antara Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi

Belajar. Skripsi S1. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Ngalim, P. (2002). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nishfiannoor, M. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Rosdakarya. Reid, G. (2007). Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. London: P.C.P.

Sardiman, A. M. . (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sadirman, N. (2004). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Schmitt-Rodermund, E., Sillbereisen, R.K. (1998). Career maturity determinants: individual development, social context, and historical time. The Career Development Quarterly. 47 (1). 16 – 31

Sharf, R. S. (2006). Applying Career Development Theory to Counseling. Canada: Thomson. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alphabeta. Suryabrata, S. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Persada Grasindo Jakarta.

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional diperoleh tanggal 27 November 2013 dari http://www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf

Wijaya, F. 2008. Hubungan Antara Kematangan Karir dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X MAN Cibinong. Skripsi S1. Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma, Jakarta. Winkel, W. S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

RIWAYAT PENULIS

Ria Puti Widyaningtyas lahir di Jakarta 01 Juli 1991. Peneliti menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang pada tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Saluran pemasaran I adalah saluran pemasaran tingkat grosir dengan persentase penjualan sebesar 20,73 % dengan harga yang dibeli oleh pedagang tingkat (grosir) terhadap

Model yang secara intrinsik linier tidak dipertimbangkan sebagai penduga model hubungan diameter dan tinggi untuk jenis jambu-jambu meskipun mempunyai nilai R 2 yang jauh lebih

Penelitian ini adalah melakukan sebuah pembuatan box yang dirancang untuk menutupi semua bagian alat ukur daya isolasi bahan ini, box terbuat dari bahan gypsum yang ditambah

- Tuhan telah menyediakan Keselamatan untuk semua orang baik yang dipilih- Nya ataupun bukan (Yohanes 3:16 “Allah sangat mengasihi orang didunia ini sehingga Dia memberikan

Pertumbuhan merupakan aspek positif bagi perusahaan karena adanya suatu harapan adanya kesempatan investasi di perusahaan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal.. yang dicapai nantinya bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab IV dapat diketahui bahwa dalam mengemban tugas menjadi kepala sekolah pada lembaga pendidikan,

Hubungan Kemampuan Kinestetik Anak dengan Gerak Tari Kreasi Binatang Laut Anak Usia Dini.... Penelitian Terdahulu yang