• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN AUTENTIK GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN AUTENTIK GURU BAHASA INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 SINGARAJA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENILAIAN AUTENTIK GURU BAHASA INDONESIA DALAM

PEMBELAJARAN MENULIS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1

SINGARAJA

I Gusti Ayu Komang Lili Absari, Nyoman Sudiana, I Wayan Wendra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja

Lilyabsari93@gmail.com, Sudiana195723@gmail.com, Wayan.wendra@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan teknik penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam pembelajaran menulis dan (2) mendeksripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam melakukan penilaian autentik. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja dan objek penelitian adalah penilaian autentik guru bahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Data pelaksanaan penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja dikumpulkan dengan metode observasi dan dokumentasi serta data kendala pelaksanaan penilaian autentik dikumpulkan dengan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan penilaian guru bahasa Indonesia pada pembelajaran menulis kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja menggunakan teknik tes, nontes (portofolio dan performansi). Itu berarti penilaian sudah dilaksanakan secara autentik. Walaupun penilaian sudah dilakukan secara autentik, penilaian tersebut berlangsung kurang maksimal karena memiliki kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Kendala-kendala yang dialami guru bahasa Indonesia dalam pelaksanaan penilaian autentik antara lain: (1) kesulitan dalam mengelola waktu, (2) kesulitan mengelola situasi kelas yang tidak kondusif, (3) fasilitas dan sarana prasarana yang kurang mendukung, dan (4) kurangnya penguasaan guru terhadap sistem penilaian yang dilaksanakan. Kendala-kendala ini dikarenakan penilaian autentik sangatlah kompleks yang menuntut keseimbangan penilaian antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Kata kunci: Penilaian, autentik, pembelajaran, menulis

Abstract

The purposes of this study are (1) to describe the process of authentic assessment by Bahasa Indonesia teacher in class VII in SMP Negeri 1 Singaraja and (2) describe the problem that faced by bahasa Indonesia teacher in class VII in SMP Negeri 1 Singaraja in implementing the authentic assessment. This study uses descriptive qualitative design. The subject of this study is the teacher in class VII SMP N 1 Singaraja and the object is authentic assessment bahasa Indonesia teacher. The method that used in collecting data were observation method, interview and documentation. Data from the process of authentic assessment bahasa Indonesia teacher in class VII SMP Negeri 1 Singaraja are collected by observation and documentation method, meanwhile the data that faced in authentic assessment problem are collected by observation and interview method. The result of this study indicated that the implementation of Bahasa Indonesia teachers’ assessment on teaching writing for grade seven in SMP Negeri 1 Singaraja used test technique, non-test (Portfolio and performance). It means that the

(2)

2

assessment had done in authentic way. Although the assessment is done in authentic way, it happened less maximum because it had many problems in its application. The problem that faced by Indonesian teacher in authentic assessment are: (1) time management is difficult, (2) difficult in managing the class situation, (3) facilities and infrastructure that do not support completely, and (4) low ability in mastering authentic assessment. The problems occur because authentic assessment is complex, need a balance assessment between knowledge, attitude and skill.

Key words: Assessment, authentic, learning, writing

PENDAHULUAN

Setiap orang sering dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mengambil keputusan apakah seorang siswa harus mengulang materi tertentu, apakah seorang siswa pantas naik kelas ataukah harus tidak naik kelas. Tentu saja bukan pekerjaan mudah untuk membuat keputusan tersebut. Diperlukan berbagai pertimbangan yang matang agar diperoleh keputusan yang benar dan tepat sehingga tidak merugikan siswa.

Untuk mendapatkan keputusan yang tepat, diperlukan informasi yang memadai tentang siswa, seperti penguasaan mereka terhadap materi, sikap, dan perilakunya. Dalam konteks inilah, penilaian memegang peranan yang cukup penting. Dari sini pula, penilaian diharapkan dapat memberikan umpan balik yang objektif tentang apa yang sudah dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, dan bagaimana pula efektivitas pembelajaran. Penilaian hendaknya dilakukan secara berkelanjutan agar dapat menggambarkan kemampuan siswa yang dinilai.

Kesalahan yang sering dilakukan guru-guru adalah penilaian dilakukan hanya pada saat-saat tertentu saja, seperti pada akhir bab/unit materi, pertengahan, dan atau akhir suatu program pengajaran. Penilaian yang dilakukan pada saat-saat tertentu mengakibatkan minimnya informasi tentang para siswa sehingga memungkinkan adanya prediksi guru dalam menentukan posisi siswa dalam kegiatan

kelas. Penilaian hendaknya dilakukan semaksimal mungkin dalam suatu kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar mendapatkan informasi yang banyak tentang kegiatan siswa di kelas, kemudian digunakan untuk menilai tingkat keterlaksanaan program seperti yang direncanakan. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan Mukhtar (dalam Sudaryono, 2012: 37) bahwa seorang guru yang terlibat dalam pembuatan keputusan harus berdasarkan pada pertimbangan yang matang. Artinya, untuk melakukan pertimbangan sebelum membuat keputusan itu, diperlukan informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian secara menyeluruh yang harus dilakukan guru.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang dinilai adalah keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1981:1). Menulis dirasa sebagai kegiatan yang kompleks karena untuk dapat menulis, perlu penguasaan mengenai topik yang ditulis dan penguasaan bahasa. Sejalan dengan itu, Kartono (2009:17) menyatakan bahwa menulis merupakan aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih daripada itu. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis memiliki manfaat yang besar dalam mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, kemampuan menemukan, mengumpulkan, dan mengelola informasi. Dengan begitu,

(3)

3 pembelajaran menulis sangat penting untuk

meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kemampuan menulis siswa akan dapat dilihat dan sesuai dengan kenyataan jika teknik penilaian yang digunakan juga tepat. Teknik penilaian yang dilakukan hendaknya sesuai dengan kompetensi, indikator, dan tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, perlu adanya pengembangan sistem penilaian yang mampu mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh sebagai hasil belajar serta mendorong siswa mengembangkan segala potensi dan kreativitasnya. Jenis penelitian ini adalah penilaian autentik, yaitu penilaian untuk mengukur hasil dan proses belajar dengan berbagai cara. Penilaian autentik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya. Di dalam penilaian autentik, yang dinilai tidak hanya pengetahuan saja, tetapi juga keterampilan dan sikap. Keterampilan menulis sangat memungkinkan dinilai dengan cara yang autentik. Setelah kegiatan menulis, siswa dapat menunjukkan performansinya dengan cara membacakan tulisan di depan kelas. Guru juga dapat menilai hasil tulisan siswa melalui mengoreksi langsung dan menjadikan tulisan tersebut sebagai portofolio. Selain itu, dari tulisan yang telah dibuat, siswa dapat mengoreksi sendiri kekurangan hasil tulisan mereka.

Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara proporsional. Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti yang harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran siswa yang mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah), yaitu mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan

mengomunikasikan. Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem penilaian yang lebih mengarah ke penilaian autentik. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan

scientific (ilmiah) dalam pembelajaran

sesuai tuntutan kurikulum 2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Kurikulum juga mengarahkan agar hasil belajar siswa dikumpulkan melalui hasil kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan, kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Cara ini lebih autentik dan lebih representatif untuk mengukur dan menilai keterampilan berbahasa siswa, khususnya keterampilan menulis.

Untuk memberikan penilaian terhadap pembelajaran menulis, seorang guru harus pandai dalam memilih teknik penilaian sehingga penilaian yang dilakukan guru benar-benar valid. Terkait dengan inovasi pembelajaran, penilaian yang dilakukan guru pun harusnya inovatif, mampu menilai dengan tepat sesuai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, teknik penilaian pembelajaran menulis semestinya menggunakan penilaian autentik untuk menunjang, memandu, dan memantau belajar siswa.

Penilaian yang dilakukan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi upaya perbaikan. Penilaian tersebut bisa berupa penilaian pengetahuan siswa, keterampilan siswa, maupun sikap siswa. Sesuai kurikulum 2013, semua guru termasuk guru bahasa Indonesia harus melaksanakan penilaian autentik terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Penilaian ini dirasa kompleks dan komprehensif. Karena sifatnya yang kompleks dan komprehensif itulah, sangat memungkinkan terjadinya permasalahan atau kendala-kendala dalam penilaian autentik. Dari observasi awal yang dilakukan peneliti, masalah yang muncul dalam penilaian adalah pengukuran pada ketiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Walaupun sudah mengadakan pengukuran pada ketiga aspek tersebut, tetap saja aspek

(4)

4 pengetahuan cenderung mendapat porsi

perhatian yang lebih besar karena menitikberatkan pada pemahaman konsep-konsep. Tidak hanya itu saja kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan penilaian autentik. Sekiranya masih ada kendala lain yang belum diungkapkan. Perlu diselidiki lagi mengenai kendala guru bahasa Indonesia dalam melaksanakan penilaian autentik agar ditemukan sebuah kajian mengenai kendala-kendala pelaksanaan penilaian autentik untuk gambaran bagi guru-guru lainnya.

Untuk menjawab masalah mengenai pelaksanaan penilaian autentik guru, dan kendala-kendala yang dihadapi saat melakukan penilaian autentik, peneliti perlu melakukan penelitian karena dengan penilaian autentik yang maksimal akan berdampak baik bagi siswa dan guru dalam peningkatan hasil belajar selanjutnya. Oleh karena itu, peneliti mengangkat masalah dengan judul “Teknik Penilaian Autentik Guru Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja”. Peneliti memilih melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Singaraja. Alasan pemilihan penelitian di SMP Negeri 1 Singaraja adalah karena peneliti mendapatkan tempat Program Pengalaman Lapangan Real (PPL-Real) di SMP Negeri 1 Singaraja dan dari observasi awal, SMP Negeri 1 Singaraja sudah menerapkan penilaian autentik. Hanya saja, belum tergambar jelas cara pendidik melakukan penilaian autentik ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai penilaian autentik ini untuk dapat diketahui teknik yang digunakan dalam penilaian sehingga dapat diterapkan oleh pendidik lain. Selain itu, SMP Negeri 1 Singaraja juga dipandang sebagai sekolah menengah unggulan di Singaraja. Secara tidak langsung, SMP Negeri 1 Singaraja dianggap mampu menunjukkan potensi di bidang akademik dan nonakademik. Hal ini terbukti dari prestasi siswa yang dalam setiap perlombaan selalu meraih juara.

Bahkan tidak jarang juara inti pada perlombaan yang sama adalah siswa yang berasal dari SMP Negeri 1 Singaraja. Selain siswanya, tentu tenaga pengajarnya juga memiliki mutu yang baik. Dengan predikat yang disandangnya, sekolah ini sudah merancang program pembelajaran dengan baik. Hal itu berarti, pelaksanaan setiap komponen pembelajaran termasuk kegiatan penilaian telah diupayakan secara maksimal dan dilaksanakan dengan baik. Selain itu, alasan peneliti memilih SMP Negeri 1 Singaraja sebagai tempat penelitian adalah karena lokasi penelitian yang dipandang cukup dekat. Hal ini dirasa dapat menghemat biaya, tenaga, dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singaraja juga sedang mengalami masa perkembangan, baik itu perkembangan dalam bidang akademik maupun nonakademik. Karena situasi membanggakan dan potensi yang dimiliki, wajar peneliti melakukan penelitian di sekolah ini agar hasil penelitian dapat berguna dan menjadi cerminan bagi sekolah lain. Peneliti akan melakukan penelitian di kelas VII dengan guru yang berbeda. Hal tersebut sebagai bandingan hasil yang diperoleh siswa dalam penerapan teknik penilaian autentik yang dilakukan oleh guru yang berbeda.

Ada penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurcahyani pada tahun 2013 yang berjudul “Pengembangan Penilaian Autentik guna Mengukur Pengetahuan dan Kreativitas dalam Pembelajaran Fisika pada Peserta Didik SMA Negeri 6 Purworejo”. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk penelitian dan pengembangan (R&D) dengan tahapan menentukan potensi dan masalah, mengumpulkan data dan informasi, mendesain produk, memvalidasi desain produk, merevisi desain produk, menguji coba terbatas produk dan merevisi produk setelah uji coba terbatas. Subjek penelitian

(5)

5 tersebut adalah peserta didik kelas X2 SMA

Negeri 6 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 28 orang. Penelitian tersebut bertujuan menghasilkan produk penilaian guna mengukur domain kreativitas dan pengetahuan dalam pembelajaran fisika pada peserta didik kelas X mengenai pokok bahasan Suhu dan Kalor. Selain itu, penelitian sejenis mengenai penilaian autentik juga dilakukan oleh Vincentius Mauk tahun 2011 yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis dan Perangkat Asesmen Autentik pada Siswa Kelas VIII SMP LAB UNDIKSHA Singaraja”. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk penelitian dan pengembangan (R&D) dengan langkah-langkah mengkaji dan mengumpulkan informasi beberapa dokumen pembelajaran, mengembangkan desain produk (menyampaikan materi pengajaran, bahan ajar, dan alat penilaian), uji lapangan, merevisi desain hasil uji coba, diseminasi, dan distribusi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP LAB UNDIKSHA Singaraja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan materi pelajaran menulis dan perangkat asesmen autentik dalam pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP LAB UNDIKSHA Singaraja. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar menulis serta perangkat penilaian performansi, portofolio, dan penilaian diri.

Kedua penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan tersebut adalah sama-sama mengkaji penilaian autentik. Walaupun ada persamaan antara kedua penelitian di atas dan penelitian yang dilakukan peneliti, tampaknya lebih banyak perbedaannya. Perbedaannya adalah kedua penelitian di atas menggunakan bentuk penelitian dan pengembangan (R&D) sedangkan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaannya juga terlihat dari subjek penelitian, lokasi penelitian, dan tentunya

rumusan masalah penelitian. Subjek penelitian adalah guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja. Penelitian yang peneliti lakukan berfokus pada pelaksanaan dan kendala penilaian autentik dalam pembelajaran menulis. Penelitian mengenai penilaian autentik ini berbeda dan belum diteliti. Dengan demikian, penelitian ini penting dilakukan untuk inovasi di dalam dunia pendidikan.

Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam pembelajaran menulis? dan (2) apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam melakukan penilaian autentik?

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pelaksanaan penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam pembelajaran menulis dan (2) mendeksripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam melakukan penilaian autentik.

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat, bik secara teoretis maupun secara praktis bagi beberapa pihak. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa Indonesia, khususnya dalam perkembangan, pengembangan, dan pengetahuan dalam bidang penilaian autentik dalam pembelajaran menulis.

Bagi guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bandingan atau pertimbangan guru dalam menerapkan teknik penilaian autentik dalam pembelajaran menulis. Penilaian autentik sangat penting diterapkan oleh guru. Hasil penelitian ini juga dapat membuka dan memperluas wawasan guru dalam setiap pembelajaran, khususnya pembelajaran

(6)

6 menulis. Bagi mahasiswa sebagai calon

guru dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam melaksanakan penilaian autentik dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penelitian ini memberi bayangan dalam melaksanakan teknik penilaian autentik, baik itu dengan penilaian performansi, penilaian portofolio, maupun penilaian diri, dalam evaluasi pembelajaran yang akan dilaksanakan mahasiswa calon guru pada saat PPL (Program Pengalaman Lapangan) ataupun saat menjadi seorang pendidik. Selain itu, hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan gambaran, bandingan, ataupun pedoman untuk melakukan penelitian sejenis bagi peneliti lain.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja. Adapun guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja, yaitu Luh Putu Ariyani, S.Pd. dan Luh Murtiningsih, S.Pd. Hal ini sesuai dengan pandangan yang mengatakan bawa subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2008:31). Objek penelitian ini adalah teknik penilaian autentik guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adala lembar observasi, pedoman wawancara, dan dokumen berupa RPP yang telah dibuat guru, hasil menulis siswa, dan foto. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk mencari data mengenai pelaksanaan penilaian autentik yang dilakukan guru bahasa Indonesia dan dari observasi juga akan terlihat sekiranya

kendala-kendala yang dialami guru ketika melaksanakan penilaian autentik.

Metode observasi yang digunakan adalah teknik observasi nonpartisipatif. Peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, hanya berperan mengamati kegiatan (Sukmadinata, 2009:220). Peneliti berada di dalam kelas untuk mengadakan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap proses pelaksanaan pembelajaran sampai pada melakukan evaluasi/penilaian, tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas yang dilakukan subjek penelitian.

Metode pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2007:194) bahwa wawancara digunakan untuk mengetahui hal-hal mendalam dari responden. Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal atau semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Suandi, 2008:44). Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur agar responden bisa menjawab secara bebas sesuai dengan pikiran dan isi hatinya. Responden secara spontan dan lugas dapat mengemukakan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Metode wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengklarifikasi dan melengkapi data yang telah diperoleh dalam observasi. Dengan demikian, peneliti bisa memperoleh gambaran yang luas mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru bahasa Indonesia saat melakukan penilaian autentik. Instrumen pada metode ini adalah pedoman wawancara.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2005:158). Pernyataan ini didukung oleh Iskandar (2009:73) yang menyatakan bahwa metode dokumentasi sering dikenal dengan metode pengumpulan dokumentasi yang

(7)

7 merupakan penelaahan terhadap referensi

yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data yang benar-benar valid dan memang diperlukan dalam penelitian. Peneliti akan mengumpulkan data berupa tulisan siswa yang sudah dikoreksi oleh guru (portofolio) dan RPP yang berisikan rubrik penilaian mengenai tulisan siswa. Dengan demikian, peneliti akan mengetahui pelaksanaan penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja saat pembelajaran. Guru yang berbeda, mungkin melaksanakan teknik penilaian yang berbeda. Dengan kemampuan siswa yang beraneka ragam, cara guru dalam melakukan penilaian hasil tulisan siswa akan memengaruhi kemampuan siswa dalam hal menulis untuk ke depannya, tidak terlepas dari kemampuan berbahasa lainnya.

Metode analisis data dalam penelitian harus disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan. Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, teknik analisis data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2007:401). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai metode analisis data. Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dilakukan dengan memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya (Arikunto, 2005:269). Berdasarkan metode ini, peneliti dapat menggunakan teori-teori relevan yang telah dipaparkan dalam landasan teori sebagai acuan bagi peneliti untuk mendalami objek penelitian. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:337), aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Analisis data deskriptif kualitatif diarahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas,

rinci, dan memadai, berkenaan dengan penggunaan teknik penilaian autentik guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis siswa kelas VII di SMP N 1 Singaraja.

Teknik analisis data deskriptif kualitatif dapat dibagi menjadi empat langkah: identifikasi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Pada proses identifikasi dilakukan reduksi data. Reduksi data adalah memilih data yang diperlukan dan menyisihkan data yang tidak diperlukan. Kegiatan reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Dalam proses pengumpulan data di lapangan, tidak menutup kemungkinan data yang diperoleh berjumlah cukup besar. Selain itu, data yang diperoleh bisa saja di luar dari masalah yang hendak dipecahkan. Setelah diidentifikasi, data yang relevan diklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah. Data digolong-golongkan berdasarkan sub-sub masalah tersebut kemudian dilakukan pengodean. Data dari hasil kuesioner dan wawancara disajikan dalam bentuk yang baik, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori-kategori tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:341) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan mempermudah peneliti dalam memahami yang terjadi dan merencanakan tahap kerja selanjutnya.

Pengambilan simpulan yakni peneliti merumuskan simpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyajikan secara deskriptif kualitatif yakni menyajikan temuan di lapangan dengan kata-kata. Penarikan simpulan ini disesuaikan dengan temuan di lapangan yang disajikan dalam penyajian data dan berkaitan pula dengan rumusan masalah.

(8)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mencakup dua hal, yaitu (1) pelaksanaan penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja dalam pembelajaran menulis, dan (2) kendala-kendala yang dialami guru bahasa Indonesia kelas VII dalam melaksanakan penilaian autentik.

Pentingnya penilaian dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang tidak terbantahkan. Penilaian merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa dari serangkaian kegiatan belajar mengajar yang mereka lakukan. Sebagai pihak yang bertanggungjawab atas keberhasilan kegiatan pembelajaran, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara maksimal. Penilaian yang baik harusnya dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini didukung oleh Muslich (2010:9) yang menyatakan bahwa penilaian yang dilaksanakan secara intensif dan teratur akan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik bagi siswa.

Pada pelaksanaan penilaian pembelajaran menulis, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai teori menulis kepada siswa. Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dibuat pada RPP. Hal ini dapat memberi kesan guru tidak mempersiapkan pertanyaan dengan baik atau terkesan mendadak. Soal sebagai instrumen penilaian biasanya dilengkapi dengan rubrik penilaian. Deskripsi dari rubrik penilaian yang dibuat guru belumlah eksplisit. Misalnya, diksi yang sempurna seperti apa, tidak cukup hanya skor angka dengan kategori sangat baik, baik, ataupun kurang. Penyusunan soal yang didukung dengan rubrik penilaian yang baik akan memudahkan guru mengadakan penilaian, perbaikan program, dan menentukan keputusan selanjutnya.

Pelaksanaan penilaian autentik guru bahasa Indonesia pada pembelajaran menulis siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja menggunakan teknik tanya-jawab (tes) dalam penilaian pengetahuan, teknik portofolio untuk menilai keterampilan siswa, dan teknik performansi untuk menilai pengetahuan, sikap, sekaligus keterampilan siswa. Walaupun tercantum penilaian sikap pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), namun, pada kenyataannya penilaian yang dominan dilaksanakan adalah penilaian pengetahuan dan keterampilan. Penilaian pengetahuan hanya dilakukan dengan teknik tanya-jawab untuk mengefisiensikan waktu yang tersedia. Dengan menjawab secara langsung/lisan, guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Untuk penilaian keterampilan, guru menilai saat siswa presentasi. Guru mengamati keterampilan berbicara siswa dan kemampuan mempertanggungjawabkan tulisan, di samping mengamati penggunaan bahasa dan kaidah-kaidah bahasa pada tulisan yang dibuat. Sebelum memberikan penilaian, tidak semua guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja yang menyampaikan sistem penilaian. Terlihat bahwa guru bahasa Indonesia yang menyampaikan sistem penilaian kepada siswa, pelaksanaan penilaian yang dilakukan menjadi lebih mudah. Hal ini dibuktikan dari lebih mudahnya siswa mengetahui hal-hal yang akan dinilai sehingga lebih mempersiapkan kemampuannya secara maksimal. Hal ini juga akan mempermudah guru dalam melaksanakan penilaian karena yang ditonjolkan siswa cenderung hal-hal yang memang seharusnya dinilai. Selain itu, untuk mempermudah penilaian, guru menggunakan rubrik penilaian yang sudah dibuat. Penilaian yang dilakukan pun berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam penilaian tersebut, lebih menekankan pada jenis tagihan individu karena dalam pembelajaran

(9)

9 menulis, siswa dianggap dapat menggali

pengetahuan sendiri mengenai hal yang ditulisnya maupun keterampilan siswa dalam menulis di samping mengembangkan sikap yang dimiliki. Pada akhir pelajaran, guru memberikan komentar-komentar dari penampilan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memperbaiki kekeliruannya.

Kendala dalam pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran menulis adalah pengelolaan waktu, pengelolaan situasi kelas, fasilitas atau sarana prasarana yang kurang mendukung, dan minimnya penguasaan tentang pelaksanaan penilaian autentik oleh guru.

Sulitnya mengelola waktu dikarenakan oleh penilaian yang menuntut banyak aspek. Untuk mengejar tuntutan penilaian tersebut, guru terpaksa memutar otak, memilih menyampaikan materi dengan singkat. Namun, cara ini tidak efektif dalam pelaksanaan pembelajaran terutama dalam hal penilaian. Justru, penilaian akan menjadi terhambat karena pengetahuan siswa yang masih dangkal dan kabur. Sulitnya mengelola situasi kelas memang kerap dialami guru. Hal ini disebabkan oleh siswa yang sering tidak fokus pada pelajaran yang dibahas. Teguran sudah dilontarkan guru. Namun, masih saja ada yang tidak menggubris mengingat karakter siswa yang beragam. Sarana prasarana sangat mendukung tercapainya pelaksanaan pembelajaran, terutama penilaiannya. Namun sayangnya, ketersediaan sarana prasarana ini kurang mendukung karena pemakaiannya yang dibatasi. Sarana penunjang yang ada di sekolah hanya diperuntukkan dalam pembuatan surat untuk keperluan administrasi tata usaha sekolah. Oleh karena minimnya sarana penunjang, pelaksanaan penilaian autentik terutama penilaian sikap, berjalan tidak maksimal. Penilaian ini hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, bahkan hanya pada akhir semester untuk keperluan laporan hasil

belajar siswa. Kurangnya penguasaan guru terhadap sistem penilaian autentik menyebabkan kebingungan pelaksanaan penilaian itu sendiri. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya pedoman-pedoman, terutama dalam melaksanakan penilaian sikap.

Pengelolaan waktu memang menjadi kendala, tidak hanya pada pembelajaran menulis tapi juga pada kompetensi dasar yang lain pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahkan kendala terbatasnya waktu ini juga dihadapi oleh guru mata pelajaran lain di SMP Negeri 1 Singaraja. Salah satu penyebab hal ini adalah adanya banyak jam tidak efektif seperti persiapan lomba sekolah atau libur seperti libur hari raya. Solusi yang paling tepat adalah guru harus benar-benar efektif mengelola sisa waktu yang masih tersedia agar tidak terbuang percuma. Sebagai guru yang kreatif, tentu sudah sepatutnya dapat mengelola waktu yang disediakan sedemikian rupa. Guru dapat mengenali hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam mengelola waktu secara efektif. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan membuat daftar kegiatan yang harus dilakukan agar menunjang tujuan sekolah. Kegiatan ini dapat berupa praktik menulis dengan batasan-batasan waktu yang sudah ditentukan dan menugaskan belajar di rumah sebelum memulai materi. Untuk pengelolaan situasi kelas, sebaiknya guru lebih tegas lagi dalam memberi teguran dan memberi motivasi agar siswa merasa bahwa mereka perlu serius mengikuti pembelajaran. Sejalan dengan pendapat ini, Gagne (dalam Kosasih, 2014:122) menyatakan bahwa proses belajar yang baik diawali dari fase dorongan atau motivasi. Alasannya, dari motivasilah akan muncul harapan-harapan terhadap apa yang dipelajari. Hal ini didukung juga oleh Mulyasa (2010:196) yang meyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran karena

(10)

10 siswa akan belajar dengan

sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Jika siswa memiliki motivasi dan harapan tinggi, kemungkinan siswa tersebut akan berhasil dalam proses belajarnya. Sebaliknya, jika siswa tidak memiliki motivasi, siswa tidak akan berhasil meraih hasil optimal. Sedangkan untuk pemberian teguran yang diberikan guru, siswa akan mengetahui kesalahan yang diperbuatnya. Kesalahan yang sudah diketahui siswa diharapkan dapat diperbaiki dan tidak diulang kembali oleh siswa.

Sementara itu, mengenai sarana prasarana, seharusnya sekolah memfasilitasi guru-guru dalam memperbanyak media pembelajaran. Guru berusaha membuat media yang bervariasi demi siswa dan sekolah juga mestinya mendukung guru dengan memfasilitasi sarana prasarana yang dibutuhkan. Hal ini juga demi tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bersama. Sarana yang mendukung akan menghasilkan media yang bervariasi. Keberagaman media, akan membuat siswa tidak jenuh dan meningkatkan ketertarikan dan minat belajar siswa. Hal ini diperkuat pula oleh Arikunto (2013:89) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang bervariasi dapat menumbuhkan minat siswa karena siswa akan cenderung merasa ingin tahu tentang hal-hal yang menurutnya baru. Semasih keperluan pembelajaran dan sekolah, tentu sarana prasarana yang ada di sekolah dapat digunakan guru-guru. Sarana prasarana di sekolah tidak dapat digunakan jika guru ingin menggunakannya untuk keperluan pribadi. Oleh karena itu, sebagai tempat formal dilaksanakannya pembelajaran, sekolah wajib memfasilitasi sarana prasarana untuk keperluan proses pembelajaran, termasuk kegiatan penilaian. Kemudian mengenai kebingungan guru dalam sistem pelaksanaan penilaian autentik seharusnya tidak terjadi karena

guru sudah mendapatkan

pelatihan/workshop yang diadakan oleh

dinas pendidikan terkait kurikulum 2013. Kebingungan guru tersebut muncul karena banyak tugas yang menggelayutinya. Tidak hanya tugas memberikan informasi kepada siswa, tapi juga melaksanakan penilaian yang semaksimal mungkin. Penilaian yang tidak hanya menduga-duga kemampuan siswa, namun, harus dilaksanakan secara menyeluruh dan autentik dengan aspek penilaian yang banyak sehingga semakin menambah kebingungan guru. Banyaknya aspek penilaian yang diukur menyebabkan guru bingung dalam menentukan sikap, aspek mana yang harus didahulukan, dan bagaimana cara melaksanakannya. Kebingungan tersebut dapat menyebabkan kekeliruan dalam penerapan pelaksanaan penilaian autentik di kelas. Kebingungan ini tidak hanya dialami oleh guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja, namun dialami juga oleh guru-guru di wilayah lain, seperti Medan. Hal ini dimuat dalam surat kabar Medan Bisnis edisi 10 Desember 2014 yang mengungkapkan bahwa guru-guru mengalami kebingungan dengan banyaknya aspek yang harus dinilai. Selain itu, guru juga kurang paham dalam memberikan penilaian tersebut. Untuk itu, sebaiknya guru bersangkutan lebih serius untuk memperbaiki hal ini dan dapat melakukan diskusi dengan guru bahasa Indonesia yang lain agar ke depannya tidak terjadi miskonsepsi dalam penilaian pembelajaran menulis. Sebagaimana yang dikatakan Wiyanto (2000:4) bahwa fungsi diadakannya diskusi salah satunya adalah untuk menetapkan suatu kesepakatan sehingga dapat melakukan tindakan, kegiatan, atau sikap tertentu.

PENUTUP

Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, penilaian pelaksanaan penilaian guru bahasa Indonesia pada pembelajaran menulis kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja

(11)

11 menggunakan teknik tes, nontes (portofolio

dan performansi). Itu berarti penilaian sudah dilaksanakan secara autentik. Walaupun penilaian sudah dilakukan secara autentik, penilaian tersebut berlangsung kurang maksimal karena memiliki kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh ketidakmerataan penilaian dari ketiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dominannya, penilaian yang dilakukan dilihat dari aspek pengetahuan dan keterampilan, sedangkan sikap hanya dinilai pada waktu tertentu saja. Bahkan, penilaian sikap ini akan dilaksanakan saat menjelang akhir semester untuk laporan hasil belajar. Kedua, hambatan guru bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja dalam melaksanakan penilaian autentik, antara lain: (1) kesulitan dalam mengelola waktu, (2) kesulitan mengelola situasi kelas yang tidak kondusif, (3) fasilitas dan sarana prasarana yang kurang mendukung, dan (4) kurangnya penguasaan terhadap sistem penilaian yang dilaksanakan.

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) guru bahasa Indonesia dalam melaksanakan penilaian autentik seharusnya memperhatikan aspek sikap siswa. Pada saat guru menilai siswa dari aspek pengetahuan dan keterampilan, guru dapat memperhatikan sikap sekaligus menilai sikap siswa dilihat dari perhatiannya terhadap pelajaran, kedisiplinan mengikuti pelajaran, motivasinya dalam belajar, dan hubungan sosialnya, (2) mengenai hambatan-hambatan yang dialami guru sebaiknya guru bahasa Indonesia harus bijak membagi waktu untuk dapat menggunakan waktu pembelajaran dengan sebaik mungkin, memberikan motivasi dan teguran yang tegas kepada siswa untuk mengelola situasi kelas, dan lebih sering berdiskusi mengenai kebingungan yang dirasakan seputar sistem penilaian autentik yang dituntut Kuriklum 2013, serta di samping itu, sekolah juga wajib memfasilitasi guru di bidang sarana

prasarana untuk memaksimalkan pelaksanaan penilaian autentik di SMP Negeri 1 Singaraja, dan (3) bagi peneliti lain, agar dapat mengkaji penelitian mengenai penilaian autentik dari segi kekontekstualannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. ---. 2013. Implementasi Kurikulum 2013

(Teori dan Penerapannya). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).

Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius.

Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran (Implementasi

Kurikulum 2013). Bandung: IKAPI. Mulyasa. 2010. Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan

(Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara. Suandi, I Nengah. 2008. Buku Ajar

Penelitian Bahasa dan Sastra

Indonesia. Singaraja: Undiksha. Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi

Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan

(12)

12 (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta. ---. 1981. Menulis Sebagai Suatu

Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wiyanto, Asul. 2000. Seri Terampil Diskusi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Referensi

Dokumen terkait

Kendala – kendala yang dihadapi guru dalam membelajarkan menulis buku harian siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sawan pada saat menerapkan model pembelajaran PAIKEM, ekspositori

Ketiga, Kendala yang dialami oleh pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik pada pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1

meliputi 3 aspek yaitu : sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pemahaman guru terhadap perbedaan yang signifikan dari penilaian KTSP dengan penilaian kurikulum 2013

Pada pembelajaran seni musik aspek kognitif menilai tentang pengetahuan dan pemaham siswa dalam menerima pembelajaran teori musik, pada aspek afektif guru bisa menilai

Hasil penelitian ini, yaitu (1) teknik-teknik motivasi yang diterapkan guru adalah pernyataan penghargaan secara verbal, memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat,

Pengamatan Sikap Santun Saat Tes Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Padang dengan Berbantuan Media Gambar Berdasarkan Tabel 6, dapat dikemukakan bahwa keterampilan

Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri I3 Padang dengan Menggunakan Metode Estafet Writing Berbantuan Media Gambar untuk Indikator 3 Dari analisis data dapat

Mengetahui dan mendeskripsikan persepsi, guru bahasa Indonesia SMP se-kecamatan Brebes terhadap penilaian autentik untuk keterampilan membaca dilihat dari segi penyerapan3. Mengetahui