• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG BERBAHAN DASAR LIMBAH TEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG BERBAHAN DASAR LIMBAH TEH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.4 No. 1 Th. 2016

109

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG

BERBAHAN DASAR LIMBAH TEH

(The Engineered Of Charcoal Briquette Cast Basic material From Tea Waste)

Muhammad Fajar Arfani

1,2)

, Lukman Adlin Harahap

1)

, Adian Rindang

1) 1)Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU

Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155

2) Email : m.fajar3004@gmail.com

Diterima: 13 April 2015/ Disetujui : 22 April 2015

ABSTRACT

Charcoal briquette is a form of renewable energy from biomass derived from plants or plant that produces many underutilized agricultural waste. One of utilization of the agricultural waste is tea waste that into briquettes as an alternative energy to replace fuel oil and gas, as well as a raw material for the manufacture of activated charcoal. That is why the author made a cast to simplify charcoal briquette printing making process. This study used literature study, cast making, instruments testing and parameters observation. Parameters measured were was capacity, moisture content, ash content, heating value, economic analysis, break even point, net present value, and internal rate of return. The results showed the capacity was 2,907kg tool / h, average water content was 2,6%, average ash content was 6,357%, average calorific value was 5740,70 cal / g, cost was Rp. 25.750,46 for the first year, Rp. 25.453,35 for the second year, Rp. 25.354,45 for the third year, Rp. 25.305,08 for the fourth year, and Rp. 25.275,53 for the fifth year, the break even point 952,89 kg /year for the first year, 513,71 kg /year for the second year, 367,52 kg / year for the third year, 367,52 kg / year for the fourth year and 250,86 kg / year for the fifth year, net present value of Rp. 1.135.273.634,79, internal rate of return was 12,74%, its mean that this equipment was worthy to used.

keywords: printing tools, charcoal briquettes, tea waste.

PENDAHULUAN

Tanaman teh berasal dari daerah subtropis, sehingga sesuai ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokkan iklim dan tanah. Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar 13 – 15oC, kelembaban relatif pada

siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan, dari segi penyinaran matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi, tanah yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat kadar dengan dejarat keasaman 4,5 – 5,6 tanah yang baik untuk tanaman teh terletak di lereng-lereng gunung berapi yang di namakan tanah andisol (Abidin, 1984).

Di sisi lain, walaupun negara kita sebagai pengekspor teh, namun juga sebagai pengimpor teh yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Ironisnya ekspor yang dilakukan pada umumnya masih dalam bentuk curah yang dikemas dengan kertas khusus berbagai ukuran yaitu 40 kg – 60 kg. Impor teh dengan kemasan yang lebih baik memiliki nilai tambah dan harga yang lebih mahal (Hanum, 2008).

Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsinya semakin meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvensional yang tidak dapat diperbaharui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu berbagai usaha diversifikasi sumber energi telah banyak dilakukan dan salah satunya adalah pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan (Pari, 2002).

Dalam rangka mengurangi penggunaan minyak bumi yang berlebihan maka perlu dikembangkan suatu energi alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi. Bentuk alternatif ini ada berbagai macam antara lain gasohol bahan-bahan organik. Biobriket yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan

(2)

110 bentuk-bentuk energi alternatif yang lain (Sulistyanto, 2006).

Briket arang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar minyak dan gas dalam kegiatan industri dan rumah tangga. Briket arang merupakan bentuk energi terbarukan dari biomassa yang berasal dari tumbuhan atau tanaman yang saat ini sangat banyak tersedia di lingkungan di lain pihak, Indonesia sebagai negara agraris banyak menghasilkan limbah pertanian yang kurang termanfaatkan. Limbah pertanian yang merupakan biomassa tersebut merupakan sumber energi alternatif yang melimpah dengan kandungan energi yang relatif besar (Hartoyo, 1983).

Dengan memperhatikan prospek briket arang dan arang aktif yang cukup cerah yang bernilai ekonomi yang cukup tinggi, maka sangatlah diperlukan penelitian tentang pemanfaatan limbah teh menjadi briket sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas, serta menjadi bahan baku pembuatan arang aktif (Napitupulu, 2006)

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas teh, tepung kanji sebagai perekat, air sebagai campuran bahan perekat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuali sebagai tempat untuk menggongseng, lumpang dan alu sebagai alat menumbuk ampas teh yang telah digongseng, ember dan baskom sebagai tempat pengadukan adonan briket arang, gelas ukur sebagai untuk mengukur banyaknya air yang dibutuhkan untuk membuat larutan kanji, kayu pengaduk sebagai alat untuk adonan briket arang campuran merata, timbangan digital sebagai alat untuk mengukur berat briket arang yang akan dicetak, oven sebagai alat untuk mengeringkan briket arang yang telah dicetak, bomb calorimeter sebagai alat untuk mengukur nilai kalori dari briket yang dihasilkan, label nama sebagai untuk menandakan sampel perlakuan, alat tulis sebagai perlengkapan dalam penelitian, sieve shakers sebagai untuk mengayak biorang yang telah ditumbuk.

Penelitian ini merupakan studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan pengamatan tentang alat pencetak briket arang bahan baku limbah teh, kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencetak briket arang.

Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.

Langkah-langkah dalam membuat alat pencetak briket yaitu :

1. Dirancang bentuk alat pencetak briket arang dengan bahan baku limbah teh.

2. Digambar serta di tentukan ukuran alat pencetak briket arang dengan bahan baku limbah teh.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak briket.

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah di tentukan pada gambar alat. 5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan.

6. Dibubut dan dikikir plat cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

7. Dipasang tuas penahan pada tuas penekan. 8. Dibentuk plat penekan sesuai dengan bentuk

cetakan setebal 4 cm.

9. Dipasang besi berdiameter 1 cm di setiap sudut plat penekan yang bertumpu pada plat cetakan. 10. Dilakukan perangkaian plat cetakan dengan

kerangka alat.

11. Dilakukan pengelasan untuk menyambung setiap bahan yang telah di rangkai.

12. Digerinda permukaan yang dilihat kasar karena berkas pengelasan.

13. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat pencetak briket berbahan baku limbah teh. 14. Dipasang dongkrak pada plat penekan sebagai

sumber tenaga untuk menekan bahan. Prosedur Pembuatan Bahan

1. Disiapkan bahan limbah teh, tepung dan air.

2. Dijemur limbah teh dibawah cahaya matahari hingga limbah teh tersebut kering.

3. Digongseng limbah teh didalam kuali hingga limbah teh berwarna hitam. 4. Dimasukkan limbah teh yang siap

digongseng kedalam lumpang dan alu. 5. Dihaluskan limbah teh yang ada di dalam

lumpang dan alu hingga halus.

6. Diayak limbah teh yang selesai di tumbuk dengan menggunakan mesh.

7. Dicampurkan limbah teh selesai ayakan kedalam ember dengan tepung yang sudah dilarutkan dengan air.

8. Diaduk adonan briket yang dihaluskan dengan tepung dan kanji hingga merata.

(3)

111 9. Dicetak adonan briket arang pada alat

pencetak briket. Prosedur Penelitian

1. Ditimbang adonan briket dengan ukuran 100 gram.

2. Dimasukkan adonan briket ke dalam cetakan yang tersedia pada alat pencetak briket.

3. Dioperasikan dongkrak dengan menekan tuas dongkrak naik sehingga dongkrak mulai menekan ke plat cetakan ke atas. 4. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk

mencetak briket arang dengan alat pencetak briket.

5. Dihitung kapasitas cetakan yang dihasilkan alat ini per jam, dihitung persentase hasil yang rusak,dilakukan analisis ekonomi dan analisa kelayakan usaha.

6. Diambil hasil briket yang setelah dicetak. 7. Dilakukan pengulangan terhadap briket

arang yang dihasilkan sebanyak 3 kali. Parameter Penelitian

Kualitas nilai kalor

Pengukuran nilai kalor untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan.Kualitas nilai kalor dapat di ukur dengan menggunakan alat bomb calorimeter (kal/g). Cara pengujian kualitas nilai kalor pada briket arang limbah teh adalah sebagai berikut : - Tabung bomb calorimeter dibersihkan. - Ditimbang bahan bakar sebanyak 0,15 g dan

diletakkan dalam cawan platina.

- Dipasang kawat penyala pada ujung tangkai penyala.

- Cawan platina ditempatkan pada ujung tangkai penyala.

- Tabung ditutup dengan kuat.

- Dimasukkan oksigen dengan takanan 30 bar. - Tabung bomb ditempatkan dalam kalorimeter. - Kalorimeter ditutup dengan penutupnya. - Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5

menit.

- Dicatat kenaikan suhu pada termometer. - Di hitung nilai kalor dengan rumus : HHV = (T2 – T1 – 0,05 ) x Cv ... (1) dimana,

T1 = Temperatur sbelum pengeboman (o C )

T2 = Temperatur setelah pengeboman (o C )

1 Joule = 0,239 kal

HHV = Kualitas nilai kalor (kal/g)

Panas jenis bom calorimeter = 73529,6 (joule/oC)

Kenaikan temperatur kawat penyala = 0,05 oC

(Ndraha, 2010). Kadar Air

Penentuan kadar air di lakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan. Kadar air dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Kadar air ሺ%ሻ =ሺ ୋబିୋభ ሻ

ୋబ × 100% ... (2) dimana,

G0 = berat contoh sebelum dikeringkan (gr)

G1 = berat contoh setelah dikeringkan (gr)

(Ndraha, 2010). Kadar Abu

Abu adalah mineral sisa yang tidak habis terbakar ketika karbon di bakar dalam kondisi yang telah ditentukan, yaitu suhu, waktu dan tekanan. Banyak abu yang terjadi setelah pembakaran karbon disebut kadar abu tersebut adalah : Kadar abu (%)

=୆ୣ୰ୟ୲ ୩ୣ୰୧୬୥ ୲ୟ୬୳୰ ୟ୰ୟ୬୥ ୆ୣ୰ୟ୲ ୱ୧ୱୟ ୟୠ୳ x 100% ...(3) (Ndraha, 2010)

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas Alat=

Massa

Waktu ...(4)

(Ndraha, 2010) Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok = ቂ୆୘ + BTTቃ C ...(5) dimana,

BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = kapasitas alat (jam/satuan produksi) (Jummy, 2010).

Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metode garis lurus) D =୔ିୗ ... (6) dimana,

(4)

112 D = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya : I =୧ሺ୔ሻሺ୬ାଵሻଶ୬ ... (7) dimana,

i = total persentase bunga modal dan asuransi (17%/tahun)

- Di negara Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

(Jummy, 2010). Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

- Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak.

Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi=

1,2%(P-S)

1000 jam

...

(8)

- Biaya karyawan/ operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Jummy, 2010).

Break Even Point (BEP)

Untuk mengetahui produksi titik (BEP) maka digunakan rumus sebagai berikut :

N =ሺୖି୚ሻ୊ ... (9) dimana,

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg)

F = biaya tetap pertahun (Rp)

R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rp)

V = biaya tidak tetap per unit produksi (Jummy, 2010).

Net Present value (NPV) Secara singkat dirumuskan :

ܥܫܨ − ܥܱܨ ≥ 0 ...(10)

dimana,

CIF = cash in flow COF = cash out flow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

Paengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n)

Kriteria NPV yaitu :

NPV > 0, ber arti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan

NPV = 0,berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan

(Jummy, 2010).

Internal Rate of Return (IRR)

IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan.

IRR = iଵ−ሺ୒୚୔ଶି୒୔୚ଵሻ୒୔୚ଵ ሺiଵ− iଶሻ ... (11)

dimana,

i1 = suku bunga bank paling atraktif

i2` = suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i1

NPV2 = NPV pada i2

(Kastaman, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat pencetak briket ini adalah alat yang dirancang untuk mencetak briket arang yang sudah dicampurkan dengan tepung kanji dan ampas teh yang sudah ditumbuk. Dalam pencetak briket ini, proses pencetakkan dilakukan dengan mencampurkan tepung kanji yang sudah dimasak dan ampas teh ditimbang sesuai perlakuan, dengan melakukan secara berulang. Alat ini dirancang dengan sistem screw press yang di lengkapi tuas pemutar untuk memutar plat penahan cetakan dan dongkrak sebagai sumber tenaga tekanan untuk menekan bahan briket tersebut. Alat pencetak briket ini terdiri dari 7 bagian utama (Gambar 1), yaitu :

(5)

113 2. Rangka 3. Plat penekan 4. Cetakan 5. Plat penahan 6. Plat pendorong 7. Dongkrak

Gambar 1. Alat pencetak briket

Bahan yang dipilih pada pembuatan alat akan sangat mempengaruhi kinerja alat saat beroperasi. Bahan – bahan teknik yang dipilih pada alat ini harus memenuhi persyaratan yang diinginkan yaitu kokoh dan mampu mendukung kinerja alat serta mudah diperoleh. Selain bahan yang berkualitas, pemilihan bahan juga mempertimbangkan nilai ekonomi atau harga bahan tersebut. Harga bahan harus terjangkau sehingga biaya pembuatan alat tidak terlalu mahal. Pada alat ini kerangka alat yang digunakan besi UNP ( U normal profil ) dan besi padat. Pemilihan bahan ini didasari karena beban atau tekanan yang diberikan dalam ngepress briket membutuhkan kerangka alat yang kokoh. Bahan yang digunakan pada penopang dongkrak adalah besi UNP memiliki ketebalan 0,3 cm dan besi padat memiliki ketebalan 1 cm yang bertujuan untuk menghindari terjadi bengkok dan penahan plat cetakan adalah besi padat yang memiliki ketebalan 1 cm yang bertujuan untuk menghindari terjadinya bengkok.

Pengukuran dimensi alat dan massa dari alat penting dilakukan terutama jika ada usaha untuk memproduksi alat dalam jumlah besar dan kemudian menjualnya. Biasanya alat – alat pertanian yang akan dijual baik ekspor maupun impor dikemas dalam bentuk box yang terbuat dari kayu. Jika dimensi dan massa alat diketahui, maka dapat diketahui ukuran box yang sesuai untuk mengemas alat tersebut dan bagi produsen serta konsumen, hal ini bertujuan juga untuk mengetahui berapa besar tenaga yang diperlukan untuk

memindahkan alat tersebut dari suatu tempat ke tempat lain. Alat ini memiliki panjang 68 cm, lebar 60 cm dan tinggi 80 cm.

Tuas penahan terbuat dari bahan besi padat dengan panjang 35 cm dan diameter 1,5 cm. Tabung cetakan dibagi 2 bagian yaitu bagian atas dan bawah. Tabung cetakan bawah ini bertujuan untuk proses mengepres briket, dan tabung cetakan atas ini bertujuan melepas atau mengeluarkan briket dari cetakan. Plat cetakan dibagi 2 bagian yaitu plat cetakan memiliki lebar 40 cm dan plat penahan cetakan memiliki lebar 60 yang bertujuan sebagai penopang cetakan dan penahan cetakan. Dongkrak yang digunakan bertenaga tekanan 10 ton yang untuk proses penekanan pada alat pencetak briket. Hasil penelitian terhadap parameter yang diamati/diukur dapat dilihat data Tabel 1.

Tabel 1. Kapasitas alat, Kadar air, Kadar abu dan Nilai kalor

Parameter Satuan Nilai

Kapasitas alat Kg/jam 2,907

Kadar air % 2,6

Kadar abu % 6,35

Nilai kalor Kal/gr 5740,7010 Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat dalam penelitian ini yaitu sebesar 2,907 kg/jam, yang diperoleh dari kemampuan alat pencetak briket arang dalam menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam) untuk pengerjaan yang menghasilkan briket arang dalam bentuk padat

.

Kadar Air

Kadar air briket berpengaruh terhadap nilar kalor. Semakin kecil nilai kadar air maka semakin bagus nilai kalornya. Briket arang mempunyai sifat higroskopis yang tinggi, sehingga perhitungan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis briket arang hasil penelitian. Nilai rata – rata kadar air pada setiap perlakuan masih dibawah nilai standar SNI yaitu 8 % hal ini berarti bahwa nilai kadar air dari briket arang ini memenuhi SNI.

Kandungan air berhubungan dengan penyalaan awal bahan bakar, makin tinggi kadar air makin sulit penyalaan bahan bakar tersebut, karena diperlukan energi untuk menguapkan air dari bahan bakar. Hal ini sesuai dengan literatur Rustini (2004) yang menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan pengeringan adalah 24 jam, sehingga selain mengurangi kadar air juga dapat mengurangi retakan pada briket.

(6)

114 Kadar Abu

Abu merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran dalam hal ini adalah sisa pembakaran briket arang. Salah satu unsur penyusun abu adalah silica. Hal ini sesuai dengan literatur Masturin (2002) yang menyatakan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilar kalor briket arang sehingga kualitas tersebut menurun.

Nilai kadar abu rata – rata yang diperoleh sebesar 6,357%. Berdasarkan literatur Triono (2006) yang menyatakan bahwa nilai kadar abu yang disesuaikan dengan standart nasional indonesia yaitu < 8%.

Nilai Kalor

Pada penelitian nilai kalor rata-rata adalah 5740,7010kal/gr. Berdasarkan literatur Triono (2006) yang menyatakan bahwa nilai kalor briket arang untuk standar nasional indonesia yaitu > 5000 kal/gr. Perbandingan perekat sangat berpengaruh terhadap nilai kalor yang dihasilkan, semakin banyak perekat yang digunakan dalam briket maka kualitas briket menjadi kurang baik. Semakin banyak perekat maka semakin banyak pula kadar abu yang dihasilkan.

Biaya pemakaian alat

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Harga bahan pembuatan briket yaitu Rp 70.000/kg.

Tabel 2. Biaya pokok dan Break even poin Alat Pencetak Briket arang

Break even point

Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing) dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Maka dari itulah penulis menghitung analisa titik impas dari alat ini untuk

mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Dari grafik dapat dilihat terjadi penurunan BEP tiap tahunnya untuk pembuatan briket arang dengan alat pencetak briket. Hal ini dipengaruhi oleh biaya tetap (biaya penyusutan) pada alat yang semakin tinggi tiap tahunnya. Jadi, biaya tetap dengan BEP nilainya berbanding terbalik.

Net present value

Jika menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa finansial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian maka dapat diketahui besarnya nilai NPV Jadi besarnya NPV 6% adalah Rp. 1.135.273.634,79 Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 1.075.727.410,58. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar.

Internal rate of return

Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang ingin dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebesar 12,74% artinya usaha pencetakan briket arang masih layak untuk dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku bunga di bawah 12,74%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

KESIMPULAN

1. Alat pencetak briket ampas teh ini memiliki kapasitas efektif rata-rata 2,907 kg/jam. 2. Nilai kadar air rata-rata dalam penelitian ini

adalah 2,6%, nilai kadar abu rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 6,35%, dan nilai kalor rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 5740,7010 kal/gr.

3. Alat pencetak briket arang ini akan mencapai break even point setelah memproduksi briket sebanyak 250,86 kg/tahun.

4. Net present value (NPV) alat 6% yaitu sebesar Rp. 1.135.273.634,79 dan net present value (NPV) 8% yaitu sebesar Rp. 1.075.727.410,58, berarti usaha layak dilaksanakan.

5. Nilai IRR yang diperoleh dalam proses pengolahan limbah ampas teh menjadi briket ini adalah 12,74 %.

Tahun BP (RP/kg) BEP (kg/tahun)

1 25.750,46 952,89

2 25.453,35 513,71

3 25.354,45 367,52

4 25.305,08 294,55

(7)

115

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 1984. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa, Bandung..

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. http//ftp.lipi.go.id/Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2.pdf. [Diakses pada tanggal 15 Mei 2014].

Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Puslitbang Hasil Hutan, Bogor

Jummy, R, 2010. Optimalisasi biaya. Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayak Ekonomi

Suatu Inventasi. Kanisius, Tasikmalaya. Masturin, A. 2002. Sifat fisik dan kimia Briket Arang

dari campuran Arang Limbah Gergajian kayu. Bogor Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Napitupulu, F. H. 2006. Analisis Nilai Kalor Bahan Bakar Serabut dan Cangkang sebagai Bahan Bakar Ketel Uap di Pabrik Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ndraha, N., 2010. Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu yang Dihasilkan. Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU. Medan. Pari. G., 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan

Limbah Industri Pengolahan Kayu, Makalah falzafah Sains, program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor. Rustini, 2004. Pembuatan Briket Arang Dari Serbuk

Gergaji Kayu Pinus Dengan Penambahan Tempurung Kelapa, Skripsi, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian, Bogor. Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik Pembakaran

Biobriket Campuran Batubara dan sabut Kelapa. Kanisius, Yogyakarta.

Triono, 2006. Karakteristik Briket Arang Dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) Dan Sengon (paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L.). Departemen Hasil Hutan. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Waldyono, 2008. Ekonomi Teknik (konsep, Teori

Gambar

Tabel  1.  Kapasitas  alat,  Kadar  air,  Kadar  abu  dan  Nilai kalor
Tabel  2.  Biaya  pokok  dan  Break  even  poin  Alat  Pencetak Briket arang

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pelatihan ini diharapkan dapat menambah referensi guru dalam proses belajar- mengajar, sehingga dapat menarik minat siswa/i SMA dalam mempelajari bahasa Jepang,

Dalam menerapkan model pembelajaran langsung diharapkan guru guru dapat memberikan perhatian secara merata kepada setiap peserta didik yang kurang aktif sehingga semua

Sistem Informasi Ujian Secara Online Pada Perguruan Tinggi AMIK Dian Cipta Cendikia dapat diakses dengan web browser dan berdasarkan pengujian terhadap aplikasi

Baiknya persepsi terhadap variabel ini dapat dilihat dari diperolehnya nilai mean secara keseluruhan 4,10 dan hasil pengujian koefisien jalur untuk

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Sebagai tambahan hal ini membolehkan skalabilitas yang besar dan memastikan sistem tersebut berjalan dengan baik pada konfigurasi yang besar sama seperti pada konfigurasi yang

Secara lebih spesifik, penelitian ini akan menunjukkan wilayah-wilayah yang telah menjadi basis usahaternak ayam ras petelur di Tasikmalaya, dan wilayah-wilayah yang

Dari 100 rump un Napa 0,4 kGy yang ditanam secara pedigree di Sitiung terpilih satu galur yang menunjukkan reaksi tahan terhadap penyakit bias, tanaman pendek, dan berumur