• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL, AUDIOTORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI GENENG TAHUN

PELAJARAN 2010/2011 Inti Anif Fujiati1, Sri Utami2

FPMIPA IKIP PGRI MADIUN1,2, Madiun.

ABSTRAK:

Gaya belajar merupakan cara yang dipilih siswa bagaimana ia bisa menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Gaya belajar umumnya ditentukan lewat cara menyerap dan mengatur informasi yang berkisar dari yang konkret (yang berakar pada panca indra, menekankan apa yang diamati) hingga yang abstrak (yang berakar dalam emosi dan intuisi, menekankan perasaan dan ide-ide). Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: Visual (cenderung belajar dengan cara melihat dan mengandalkan indra penglihatan untuk menyerap informasi), Auditorial (cenderung belajar melalui apa yang merekan dengar) dan kinestetik (cenderung belajar dengan cara bergerak dan sentuhan). Prestasi belajar aspek kemampuan analisis menjadi indikator keberhasilan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kemampuan analisis yang baik menunjukkan gaya belajar yang baik karena dengan mengetahui dan memahami gaya belajar siswa dapat ditentukan metode-metode gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa, sehingga prestasi siswa akan terasah secara maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik terhadap kemampuan analisis siswa MTs Negeri Geneng Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan tes gaya belajar dan data prestasi siswa pada aspek kemampuan analisis. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Geneng dengan jumlah 35 siswa. Analisis data menggunakan metode statistik dengan rumus analisis varian satu jalur dan uji lanjutan.

Hasil menunjukkan bahwa, gaya belajar yang paling dominan adalah gaya visual sebanyak 13 siswa (37%) kemudian gaya kinestetik sebanyak 12 siswa (34%), sedangkan prestasi kemampuan analisis siswa kategori baik adalah 30 siswa (86%). Analisis anava satu jalur didapat F hasil = 3, 99 dan F tabel = 3,30. Berarti pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik terhadap kemampuan analisis siswa MTs Negeri Geneng tahun pelajaran 2010/2011. Disarankan siswa MTs Negeri Geneng agar lebih mengetahui dan memahami gaya belajar yang terbaik bagi dirinya sehingga dapat meraih prestasi belajar dengan hasil yang memuaskan.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah kebutuhan dari setiap manusia yang tidak lepas dari kehidupan, apapun bentuk pendidikannya. Seiring dengan bertambahnya kemajuan zaman, tingkat tuntutan kualitas pendidikan yang dibutuhkan juga semakin meningkat. Kenaikan maupun penurunan prestasi belajar siswa secara tidak langsung juga mempengaruhi kualitas pendidikan yang menentukan kemajuan suatu negara dalam berbagai aspek. Kualitas pendidikan anak-anak Indonesia zaman sekarang bila dibandingkan dengan anak-anak tahun sebelumnya memang jauh lebih tinggi. Namun, jika dibandingkan negara-negara lain kualitas pendidikan di Indonesia masih lambat dan cenderung tertinggal.

Salah satu faktor penyebab lambatnya peningkatan kualitas atau prestasi siswa adalah sulitnya pemahaman siswa terhadap konsep pelajaran dikarenakan kurang tepatnya metode yang dipakai dalam pembelajaran. Seorang guru haruslah pandai dalam memilih metode sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, serta gaya mengajar yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Pentingnya seorang guru menguasai gaya mengajar didasarkan pada pemilihan gaya mengajar yang tepat untuk mempermudah daya serap siswa pada materi yang disajikan. Yang perlu diperhatikan,gaya pembelajaran harus di ikuti dengan metode yang tepat untuk menggali kemampuan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran.

Guru menyadari bahwa setiap peserta didik mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi yang baru. Cara- cara yang digunakan peserta didik berbeda tergantung pada teori belajar yang disukai dan gaya belajar yang variatif. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar tersendiri yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap peserta didik untuk menyerap informasi dari luar dirinya. Sebagian peserta didik dapat belajar paling baik dengan pencahayaan yang terang, sedang sebagian yang lain dengan cara berkelompok. Ada peserta didik yang dapat belajar dengan baik karena adanya figur otoriter dari orang tua, guru, dan ada yang merasa dengan belajar sendirilah merupakan cara paling efektif untuk memproses informasi bagi mereka. Pola seperti ini menurut Deporter dan Mike (2009:110) diistilahkan dengan “Gaya belajar”.

Gaya belajar siswa (Learning Style) dapat dilihat dari cara yang dilakukan siswa dalam menerima stimulus atau informasi, cara mengingat, cara berfikir dan memecahkan masalah. Dengan mengetahui gaya belajar siswa dapat ditentukan berbagai pendekatan gaya mengajar dengan metode yang tepat dan sesuai untuk mengetahui kemampuan analisis siswa.

Menurut Smith dan Dalton (2005) (dalam Ramayah dkk, 2009) berpendapat bahwa:

Learning style was a distinctive and habitual manner of acquiring knowledge, skills or attitudes through study or experience and an individual learner's style tended to be more stable across different learning tasks and contexts.

Definisi di atas dapat diartikan bahwa gaya belajar merupakan ciri yang khas dan kebiasaan dalam menerima pengetahuan, keterampilan atau sikap yang didapat dari belajar atau pengalaman dengan belajar yang berbeda-beda dan stabil.

Menurut Partin (2009:116) mengemukakan bahwa gaya belajar atau modalitas adalah saluran terbaik untuk menerima dan memelihara informasi. Sebagian besar siswa paling baik belajar melalui pengindraan atau saluran pemahaman yakni bahasa tubuh, indra perasa, pendengaran atau penglihatan. Pembelajar melalui penglihatan cenderung memproses informasi melalui apa yang mereka lihat, berpikir dalam gambar dan memiliki imajinasi yang tinggi. Pembelajar dengan pendengaran menyerap informasi apa yang didengar, Pembelajar kinestetis menguasai informasi dengan cara menyentuh, meraba dan mengalami. Dengan menyesuaikan gaya mengajar dengan gaya belajar siswa akan meningkatkan motivasi dan meningkatkan kinerjanya. Setiap siswa tidak perlu dinilai gaya belajarnya, hanya mereka yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Sebagian besar siswa mampu belajar melalui seluruh saluran

(3)

pengindraan, maka mengajar melalui semua gaya akan membantu mereka untuk meraih pembelajaran yang optimal.

Menurut pendapat Uno (2006:181) yang mengemukakan bahwa ada tiga tipe gaya belajar yaitu: pertama, gaya belajar visual learner menjelaskan bahwa harus melihat dulu buktinya baru mempercayainya. Kedua, gaya belajar auditory learner, yang mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Ketiga, gaya belajar tactual learner (kinestetik) dengan menyentuh sesuatu yang memberikan infomasi tertentu agar bisa mengingatnya.

1. Gaya belajar Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya dititikberatkan pada peragaan atau media, dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, peta, grafik, buku pelajaran bergambar, dan video. Mereka akan lebih memahami apabila ditunjukkan (secara visual) hal-hal yang harus dikerjakannya. Mereka lebih menyukai situasi yang banyak memperlihatkan sesuatu yang bisa dibaca dengan cara melihat. Di dalam kelas, siswa visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

2. Gaya belajar Audiotorial

Ciri-ciri gaya belajar auditori: Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri, penampilan rapi, mudah terganggu oleh keributan, perhatiannya mudah terpecah, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, berdialog secara internal dan eksternal, biasanya ia pembicara yang fasih, berbicara dalam irama terpola, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual, berbicara dalam irama yang terpola, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara (Santoso, 2011).

3. Gaya belajar Kinestetik

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik: Berbicara perlahan, penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama, merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, banyak bergerak, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

Analisis merupakan kemampuan menguraikan sesuatu menjadi bagian-bagian, sehingga antar bagian ini dapat dimengerti. Analisis ini merupakan pemecahan suatu ide ke dalam unsur-unsur menjadi bagian-bagian sedemikian rupa sehingga hierarki dan hubungan ide menjadi jelas (Munir, 2008:56).

Tujuan kemampuan analisis (Anderson, 2001:124) (dalam Kawuryan, 2005) adalah untuk membangun kemampuan siswa dalam beberapa hal sebagai berikut: a) membedakan antara fakta dan opini, b) menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan yang mendukung, c) membedakan antara sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang tidak memiliki hubungan dengan hal tertentu, d) menentukan bagaimana sebuah gagasan berhubungan

(4)

dengan gagasan lain, e) memastikan asumsi yang disampaikan melalui perkataan seseorang, f) membedakan antara sesuatu yang bersifat dominan dari sesuatu yang sebenarnya.

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas yang diberi perlakuan gaya belajar dan gaya mengajar disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Aspek yang diamati pada penelitian ini adalah pengaruh gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik terhadap kemampuan analisis yang mengacu pada aspek kognitif siswa.

Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali tatap muka untuk mendapatkan data yang valid dan prestasi yang optimal. Teknik penerapan gaya belajar dalam pembelajaran yaitu kelompok gaya belajar visual menggunakan media animasi, kelompok gaya belajar audiotorial menggunakan media kaset rekaman sedangkan kelompok gaya belajar kinestetik menggunakan metode mengurutkan gambar yang memerlukan gerakan tubuh dan menyentuh. Tata cara pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposive dengan jumlah sampel 35 siswa. Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis varian satu jalur yang diringkas dalam tabel sidik ragam dan dilanjutkan uji BNT untuk mengetahui perlakuan yang paling berpengaruh dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

B. Hasil Penelitian

Data yang berhasil dikumpulkan berupa data tes gaya belajar dan data prestasi kemampuan analisis siswa. Tes gaya belajar dilakukan di awal pembelajaran yang berupa tes gaya visual, audiotorial dan kinestetik. Hasil tes gaya belajar ini menunjukkan bahwa 13 siswa bergaya belajar visual, 10 siswa bergaya belajar audiotorial dan 12 siswa bergaya belajar kinestetik. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan metode gaya mengajar yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa yaitu gaya mengajar visual, gaya mengajar audiotorial dan gaya mengajar kinestetik. Data kemampuan analisis siswa diambil melalui post test yang dilakukan di akhir pembelajaran

Hipotesis penelitiannya adalah:

2 1 0 : 

H = Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual. audiotorial dan kinestetik terhadap kemampuan analisis siswa.

2 1 1: 

H = Terdapat pengaruh gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik terhadap kemampuan analisis siswa

Hasil perhitungan dengan menggunakan uji anava satu jalur dinyatakan dalam tabel sidik ragam berikut:

Berdasarkan tabel di atas hasil perolehan analisis varian satu jalur adalah Fhasil= 3,99 dan hasil perolehan db untuk tabel adalah 2,32 dengan taraf signifikansi α = 5% adalah 3,30 berarti Ftabel = 3,30. Nilai Fhasil = 3,99 dengan nilai Ftabel = 3,30 sehingga didapat Fhasil( 3,99) > Ftabel (3,30) berarti H0ditolak dan H 1

diteri ma. Jadi kepu tusan hipot esis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh gaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik terhadap kemampuan analisis siswa kelas VII MTs Negeri Geneng Tahun Pelajaran 2010/2011.

Perbedaan rata-rata kemampuan analisis siswa yang bergaya belajar visual, audiotorial dan kinestetik berdasarkan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

Sumber

Variasi Db

Jumlah

Kuadrat MK Fh F tab Keputusan

Total 35-1= 34 - - 3,99 3,30 Tab h F F. 3,99 > 3,30 signifikan, berarti 1 H diterima dan H0 ditolak Antar Kelompok (perlakuan) 3-1= 2 550,8 275,4 Dalam Kelompok (galad) 34-2=32 2209,9 69

(5)

Perlakuan

gaya belajar Rata-rata (x )

Beda BNT 5% A xxB xC a C 89,8a 9,03 7,00 8,5 b B 82,8b 2,03 b A b 77 , 80

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa perlakuan yang menghasilkan rata-rata tertinggi adalah perlakuan gaya belajar kinestetik yaitu 89,8 yang berbeda nyata dengan perlakuan gaya belajar visual dan gaya belajar audiotorial. Sehingga kemampuan analisis siswa paling tinggi adalah siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, lalu siswa yang bergaya belajar visual dan yang terakhir adalah siswa dengan gaya belajar audiotorial.

Berdasarkan hasil uji BNT menunjukkan bahwa siswa yang memiliki rata-rata paling tinggi adalah perlakuan gaya belajar kinestetik yang memiliki perbedaan nyata dengan perlakuan gaya belajar visual dan gaya belajar audiotorial. Berarti siswa yang bergaya belajar kinestetik memiliki kemampuan analisis paling baik, kemudian disusul siswa visual dan siswa audiotorial. Hal ini sesuai dengan pendapat Julismah (2009) bahwa pelajar yang mencapai tahap akademik tinggi cenderung memiliki gaya belajar yang termotivasi, bertanggungjawab, terarah dan menggunakan pendekatan belajar secara taktil daripada auditori. Pelajar yang mempunyai tahap pencapaian sederhana dan rendah cenderung kepada gaya belajar secara berkumpulan dan memerlukan perhatian guru. Pelajar golongan ini mempunyai daya ingatan auditori yang lemah dan lebih cenderung kepada gaya belajar secara visual yaitu melalui media gambar, lukisan, simbol, graf, komik dan kartun daripada membaca buku teks.

Penerapan gaya mengajar yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa, dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa. Metode gaya mengajar ini diterapkan secara sistematis yang mampu membantu mengetahui daya analisis terhadap materi yang disampaikan jika mereka mengetahui gaya belajarnya sendiri. Dengan demikian, proses pembelajaran mutlak mempertimbangkan “Teaching has to be multisensory and filled with variety” artinya sebuah proses pembelajaran mutlak memanfaatkan berbagai macam potensi indra yang ada, berbagai variasi dan strategi pembelajaran (Munthe, 2009:65).

C. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa gaya belajar yang dimiliki siswa baik visual, audiotorial maupun kinestetik mempengaruhi kemampuan analisis siswa kelas VII MTs Negeri Geneng Tahun Pelajaran 2010/2011.

Sebaiknya dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa untuk menggali potensi, meningkatkan kemampuan analisis dan prestasi siswa. Penelitian tentang gaya belajar siswa perlu dilanjutkan terutama pada kegiatan yang menekankan pembetukan karakter siswa.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Deporter, Bobbi. 2009. Quantum Learning. Bandung:Mizan Pustaka.

Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Julismah Jani dkk. 2009. Pendekatan Pengajaran, Gaya Belajar dan Jenis Penilaian dalam Mata

Pelajaran Sains Sukan di Sekolah Menengah. Jurnal Ilmu Pendidikan (Online). Jilid 2, No. 34.

Karim Santoso. 2010. Kenali Gaya Belajar Anak. (Online), (http://www.sdit- insanmandiri.net/index.php?option=com_content&view=article&id=87:kenali-gaya-belajar-anak&catid=37:artikel-pendidikan&Itemid=3) Diakses 22 Maret 2011.

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:Alfabeta. Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Insani Madani.

Partin, Ronald. 2005. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas. Terjemahan oleh Ursula Gyani. 2009. Indonesia:Macanan Jaya Cemerlang.

(7)

Ramayah, Malarvilly,dkk. 2009. Gender influence on preferred learning style among business

students. Jurnal AS-China Administrasi Publik (online). Vol 6, No.4

Sekar Purbarini, Kawuryan (Ed.). 2005. Yogyakarta. Peningkatan Kemampuan Analisis terhadap

Kebijakan Publik melalui Model Pembelajaran Portofolio pada Mata Kuliah Konsep Dasar PKN. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penyandang tuna daksa cenderung merasa diri mereka berbeda, tidak dapat berhubungan baik dalam lingkungan masyarakat, menyesali kecacatan yang dialaminya dan belum mampu

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi pada siswa mengenai model pembelajaran yang masih konvensional yang menjadikan siswa kurang aktif dan

Materi tersebut diatas adalah sebuah paket pembelajaran foniks sebagai bagian dari mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah yang diperuntukkan bagi siswa-siswi kelas 1 dan 2

The SPSS syntax file (igrowup.sps) calculates z-scores for the nine anthropometric indicators, weight-for-age, length/height-for-age, weight-for- length, weight-for-height, body

Menurut Asnawi (2004), e-commerce merupakan suatu transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam hubungan perjanjian yang

Panjang maksimum tiap segitiga sama sisi yang dapat masuk ke dalam lingkaran dengan diameter 2 8 cm adalah.. Luas daerah yang diarsir pada gambar

Diantara contoh prinsip kebebasan yang diatur dalam syari’at Islam antara lain penghapusan perbudakan sesama manusia, penghormatan atas tiap muslim, pemeliharaan atas hak-hak

25 Arsyad (dalam Rusman dkk, 2012), Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi , hlm.. Tujuan pokok dari video pembelajaran adalah untuk menyampaikan materi atau