Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 PERLINDUNGAN HUKUM DOMAIN ..1
Perlindungan Hukum Domain Name Dalam Perspektif
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Dan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Anik Tri Haryani 1)
1) Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun
Abstract
Information and communication technology has changed the behavior of society and civilization globally, causing the world to be without limit. In addition to providing benefits, the high use of information technology has given it a threat due to globalization in the form of intellectual property rights, one of them a threat to the abuse of the domain name.
Keywords : Information and communication technology, domain name. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Telekomunikasi merupakan salah satu media manusia untuk berinteraksi dalam jarak jauh. Di era sekarang, informasi menjadi hal yang sangat vital. Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara kegiatan bisnis di bidang industri, perdagangan, dan pemerintahan. Telekomunikasi tidak hanya dimanfaatkan untuk berkomunikasi saja, tetapi dapat pula dipergunakan untuk perdagangan, pendidikan, politik, dan lain sebagainya.
Perkembangan telekomunikasi tersebut ditandai dengan adanya konvergensi antara aspek teknologi dan bisnis. Konvergensi ini meliputi beberapa hal, yakni :1
1. Konvergensi perangkat (equipment).
2. Konvergensi jaringan (networks). 3. Konvergensi jasa (services). 4. Konvergensi pasar (market).
5. Konvergensi konsumen (consumer).
Dengan konvergensi pasar (market) dan konvergensi konsumen (consumer) dalam bidang
1 Budi Agus Riswandi, Hukum Internet di
Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2003, h. 4.
perdagangan telah melahirkan model transaksi e-commerce. Pada perjalanannya, internet juga telah melahirkan konsep baru dalam bidang-bidang lainnya, seperti pendidikan (e-learning), pemerintahan (e-government), bisnis (e-business), dan politik (e-democracy). Dalam perkembangannya, telekomunikasi juga akan memberikan nilai tambah (add value) apabila dikelola dengan baik. Indonesia sebenarnya sudah cukup lama membangun dan memanfaatkan telekomunikasi. Namun saat ini masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kemajuan teknologi dan informasi yang sangat pesat ternyata juga mendorong terjadinya globalisasi. Apa yang sekarang disebut sebagai globalisasi pada dasarnya bermula dari awal abad ke-20, yakni saat revolusi transportasi dan elektronika mulai memperluas dan mempercepat perdagangan antar bangsa.2 Informasi merupakan inti globalisasi, khususnya bagi negara-negara yang berambisi membangun dan mewujudkan perubahan.3 Dengan makin meningkatnya perkembangan teknologi informasi yang menembus
2 Abdul Wahid, dkk, Kejahatan Mayantara
(Cyber Crime), Refika Aditama, Bandung, 2010, h. 3.
3
Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 PERLINDUNGAN HUKUM DOMAIN ..2 batas-batas negara, globalisasi
dipandang sebagai suatu proses yang pada akhirnya akan membawa seluruh penduduk bumi menjadi suatu
world society.
Pada dua dasawarsa ini, arus globalisasi bergerak begitu cepat, besar, kuat, dan sering kali radikal menembus batas kedaulatan nasional suatu negara. Pada akhirnya, globalisasi membawa 2 (dua) akibat, yakni pada satu sisi melahirkan dunia tanpa batas, menimbulkan keunggulan kompetitif, dimana faktor-faktor lintas benua seperti teknologi, pendidikan, manajemen, disamping modal semakin menampilkan peranannya; sementara di sisi lain globalisasi membangkitkan reaksi balik atau countertrend, seperti nasionalisme, gerakan kebangkitan kesukuan atau kedaerahan, karena interaksi dengan budaya global memberi dampak budaya secara luas dengan akibat untung rugi.4 Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, menghadapi globalisasi bukan lagi persoalan menerima atau menolak, tetapi memanfaatkananya secara positif demi memaksimalkan keuntungan.
Salah satu akibat dari adanya globalisasi adalah lahirnya kejahatan baru yang berkaitan dengan aplikasi internet yang sering disebut dengan istilah cyber crime. Salah satu bentuk
cyber crime tersebut dalam kaitannya
dengan hak atas kekayaan intelektual adalah penyalahgunaan merek yang sudah terdaftar ke dalam bentuk
domain name.
Apalah arti sebuah nama, sebuah ungkapan yang diungkapkan oleh Shakespeare ini tidak berlaku bagi dunia usaha di era globalisasi dan perkembangan internet saat ini. Nama bukan saja sebagai aset, tetapi juga mempunyai nilai jual sebagai
4
Ibid., h. 8 – 9.
marketing strategis.5 Sehingga tidak mengherankan satu nama atau merek dapat bernilai jutaan hingga miliaran dolar. Merek dagang sendiri mempunyai 2 (dua) fungsi makro-ekonomi :6
1. Merek dagang memfasilitasi putusan konsumen untuk membeli suatu produk di pasaran.
2. Memberikan insentif kepada pelaku usaha untuk menanamkan modal (investasi) dan perkembangan pada produk barang dan jasa sesuai dengan permintaan kualitas konsumen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya suatu merek dagang dalam suatu dunia usaha. Para pengusaha bersusah payah mencari sebuah nama, mempromosikan dan kemudian membuatnya menjadi terkenal. Ketika sebuah nama menjadi merek dagang yang sudah terkenal, nilainya tentu juga akan berbeda. Sebagai contoh, Philip Morris mengambil merek dagang Kraft yang bernilai US$ 13 miliar. Tidak mengherankan kemudian dalam e-commerce muncul berbagai upaya untuk mengambil keuntungan dari merek dagang yang sudah terkenal tersebut.
Salah satu kasus yang paling fenomenal terjadi dalam dunia perbankan melalui internet banking di Indonesia adalah tindakan Steven Haryanto yang dengan sengaja membuat situs asli tapi palsu layanan
internet banking BCA (Bank Central
Asia). Dalam merencanakan tindakannya, Steven membeli domain
name mirip dengan www.klikbca.com,
yaitu www.kilkbca.com,
www.clikbca.com, www.klickbca.com, dan www.klikbac.com. Substansi situs-situs tersebut nyaris sama, kecuali tidak ada security untuk bertransaksi dan adanya formulir
5 Iman Sjahputra, Perlindungan Konsumen
Dalam Transaksi Elektronik, Alumni, Bandung, 2010, h. 281.
6
Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 PERLINDUNGAN HUKUM DOMAIN ..3 akses (login form) palsu. Tujuannya,
apabila nasabah BCA (Bank Central Asia) salak mengetik situs BCA (Bank Central Asia) asli dan masuk perangkap situs buatan Steven tersebut, maka identitas pengguna (user id) dan nomor identitas personal (PIN) dapat direkam dan dicuri dengan tujuan kriminal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian fakta tersebut, maka dapat disimpulkan mengenai rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pemegang hak merek terkait dengan adanya penyalahgunaan merek yang sudah terdaftar ke dalam bentuk
domain name ditinjau berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001?
2. Bagaimanakah perlindungan merek dagang dalam e-commerce
menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana perlindungan hukum bagi para pemegang hak merek terkait dengan adanya penyalahgunaan merek yang sudah terdaftar ke dalam bentuk domain name ditinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana perlindungan merek dagang dalam
e-commerce menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Manfaat Penelitian
1. Mengkaji dan memberikan
pemahaman bagaimana
perlindungan hukum bagi para pemegang hak merek terkait dengan adanya penyalahgunaan merek yang sudah terdaftar ke dalam bentuk domain name ditinjau
berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.
2. Mengkaji dan memberikan pemahaman mengenai bagaimana perlindungan merek dagang dalam
e-commerce menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Metode Penelitian
Pendekatan Masalah
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach).
Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.7 Fakta yang ada dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya dan yang masih berlaku. Undang-undang dan regulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.
Kemudian setelah metode pendekatan undang-undang (statute
approach) digunakan, selanjutnya yang digunakan adalah pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan konseptual (conceptual
approach) beranjak dari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.8 Dalam penulisan ini, pendekatan konseptual (conceptual approach)
digunakan adalah pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam perlindungan hukum bagi para pemegang hak merek terkait dengan adanya penyalahgunaan merek yang sudah terdaftar ke dalam bentuk
domain name ditinjau berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun
7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, h. 93.
8
Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 PERLINDUNGAN HUKUM DOMAIN ..4 2001 dan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008. Bahan Hukum
Untuk memecahkan suatu rumusan masalah, diperlukan adanya sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber-sumber tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai kekuasaan.9 Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.10 Sumber bahan hukum primer dalam penelitian ini, antara lain Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008. Selain menggunakan bahan-bahan hukum primer, penelitian ini juga menggunakan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.11 Bahan-bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain buku-buku literatur, kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, serta komentar-komentar para ahli atas putusan pengadilan. Terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi para pemegang hak merek terkait dengan adanya penyalahgunaan merek yang sudah terdaftar ke dalam bentuk
domain name ditinjau berdasarkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.
Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
Prosedur pengumpulan bahan hukum untuk penelitian ini dilakukan dengan cara inventarisasi dan
9 Ibid.. h. 141. 10 Ibid. 11
Ibid.
kategorisasi. Sumber bahan hukum yang telah dikumpulkan kemudian dikategorikan. Selanjutnya, sumber bahan hukum yang telah dikumpulkan dan dikategorikan tersebut berdasarkan cara studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari pendapat para ahli yang tertuang dalam buku-buku literatur, kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan majalah hukum. Apabila berkaitan dengan rumusan masalah yang sedang dibahas dapat dilakukan pengutipan jika diperlukan.
Analisa Bahan Hukum
Dalam penelitian ini, semua bahan hukum, baik sumber bahan hukum primer maupun sumber bahan hukum sekunder, dianalisis dengan menggunakan metode deduktif, yaitu metode yang menganalisis ketentuan-ketentuan hukum sebagai suatu hal yang umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. PEMBAHASAN
Perlindungan Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Merek adalah sesuatu (gambar dan nama) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran.12 Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, merek didefinisikan sebagai sebuah tanda yang terdiri dari gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Sebagai informasi, di beberapa negara, suara, bau, dan warna dapat didaftarkan sebagai suatu merek.13 Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan pemerintah kepada
12 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan
Intelektual : Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2002, h. 131.
13
Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 PERLINDUNGAN HUKUM DOMAIN ..5 pemilik merek untuk menggunakan
merek tersebut atau memberikan ijin untuk menggunakannya kepada orang lain. Berbeda dengan hak cipta, merek harus didaftarkan terlebih dahulu di dalam Daftar Umum Merek.
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, hal-hal yang tidak dapat didaftarkan sebagai merek adalah :
1. Merek yang permohonannya diajukan atas dasar itikad tidak baik.
2. Merek yang bertentangan dengan moral, perundang-undangan, dan ketertiban umum.
3. Merek yang tidak memiliki daya pembeda.
4. Tanda-tanda yang telah menjadi milik umum.
5. Merek yang semata-mata menyampaikan keterangan yang berhubungan dengan barang atau jasa.
Permohonan atas merek juga harus ditolak jika :
1. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek yang sudah terdaftar milik orang lain dan digunakan dalam perdagangan barang atau jasa yang sama.
2. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis. 3. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan indikasi geografis yang sudah dikenal.
4. Nama dan foto dari orang terkenal, tanpa ijin darinya.
5. Lambang-lambang negara, bendera tanpa ijin dari pemerintah. 6. Tanda atau cap atau stempel resmi
tanpa persetujuan tertulis dari pihak berwenang.
Salah satu kategori merek yang tidak dapat didaftarkan menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 adalah merek yang tidak memiliki daya pembeda.
Prinsip-prinsip umum untuk menentukan daya pembeda dari sebuah merek :
1. Nama.
2. Kata-kata temuan.
Perlindungan Merek Dagang Dalam E-Commerce
Meluasnya pemakaian internet di sektor perdagangan membawa konsekuensi tersendiri terhadap perlindungan merek, terutama jika dikaitkan dengan penggunaan domain
name di jaringan internet. Seiring
dengan perkembangan pemakaian
domain name di jaringan internet,
berkembang pula pelanggaran merek yang sering menggunakan nama-nama perusahaan, merek dagang dan jasa, serta nama-nama public figure tanpa ijin dari yang berhak. Pelanggaran terjadi apabila pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan sebuah perusahaan atau dengan sebuah merek perusahaan, mendaftarkan merek tersebut sebagai
domain name miliknya di jaringan
internet.14
Faktor-faktor penyebab timbulnya konflik antara hukum merek dan
domain name di jaringan internet :15
1. Perselisihan muncul jika pihak ketiga secara sengaja mendaftarkan sebuah domain name yang menurutnya akan banyak diminati orang lain.
2. Perselisihan muncul jika pihak ketiga mendaftarkan sebuah
domain name yang sama atau
mirip dengan merek orang lain dengan maksud untuk digunakan sendiri oleh si pendaftar.
3. Pendaftaran domain name
dilakukan oleh pihak ketiga berdasarkan merek yang dimilikinya dan tanpa disadari memiliki kesamaan dengan merek perusahaan lain, tetapi dalam kategori kelas barang dan jasa yang berbeda.
14 Ibid., h. 168. 15
Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 PERLINDUNGAN HUKUM DOMAIN ..6 Analisis terhadap 3 (tiga)
kategori pemicu konflik antara merek dengan penggunaan domain name di internet adalah :16
1. Kategori pertama merupakan modus operandi yang sering digunakan oleh seseorang atau badan hukum dengan modus untuk mencari keuntungan.
2. Kategori kedua merupakan cara yang lebih halus dibandingkan dengan kategori pertama. Hal ini disebabkan pembuatan domain name itu sendiri mempunyai tujuan
yaitu digunakan oleh si pendaftar untuk kepentingannya sendiri. 3. Kategori ketiga merupakan hal
yang cukup rumit karena pendaftaran itu sendiri tidak dimaksudkan untuk merugikan orang lain.
Kesimpulan
Pelanggaran merek di jaringan internet akan selalu mendominasi perdebatan mengenai hak atas kekayaan intelektual di masa yang akan datang. Perdebatan tersebut lahir karena belum lengkapnya peraturan perundang-undangan di bidang cyberspace.
Daftar Pustaka
Lindsey, Tim, dkk, Hak Kekayaan Intelektual : Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, 2002.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007.
Riswandi, Budi Agus, Hukum Internet di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2003.
Sjahputra, Iman, Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik, Alumni, Bandung, 2010.
Wahid, Abdul, dkk, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Refika Aditama, Bandung, 2010
Undang-Undang :
16
Ibid., h. 174 – 177.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.