• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Perbankan

a. Pengertian Perbankan

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.Kata bank berasal dari bahasa italia banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,” yang dimaksud dengan perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya”.

Menurut Undang-undang RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupaka kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menghimpun dana, berupa pemberian

(2)

pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.

Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Industri ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka bayar untuk simpanan deposan.

b. Sejarah Perbankan Indonesia

Praktik perbankan sebenarnya sudah ada sejak zaman Babilonia, Yunani, dan Romawi. Praktik-praktik perbankan saat itu sangat membantu lalu lintas perdagangan. Pada awalnya, praktik perbankan pada saat itu terbatas pada tukar-menukar uang. Lama-kelamaan praktik tersebut berkembang menjadi usaha menerima tabungan, menitipkan, ataupun meminjamkan uang dengan memungut bunga pinjaman.

Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang, yang kini di kenal dengan kegiatan simpanan (tabungan). Kegiatan perbankan bertambah lagi sebagai tempat peminjaman uang. Kegiatan perbankan terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat, dimana bank tidak lagi sekedar sebagai tempat menukar uang atau tempat menyimpan dan meminjam uang. Hingga akhirnya keberadaan bank sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat, hingga tingkat negara, dan bahkan sampai tingkat internasional.

(3)

Sementara itu, mengenai perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV,

De Post Paar Bank, De Algemenevolks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles Bank (NHB), dan De Escompto Bank NV. Sampai pada akhirnya perkembangan perbankan menunjukkan dinamika

dalam kehidupan ekonomi di Indonesia.

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-Bank tersebut antara lain: Bank Nasional Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The matsui Bank, The Bank of

China, dan Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan, antara lain: a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian

menjadi BNI 1946.

b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE ALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko. c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo. d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

e. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

f. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.

(4)

g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949. c. Fungsi Perbankan

Pada umumnya fungsi perbankan adalah sebagai intermediator yang berfungsi menyalurkan uang dari pemilik modal kepada sektor riil yang membutuhkan modal. Bank idealnya mengumpulkan dana dari masyarakat pemilik modal untuk kemudian disalurkan kembali kepada komponen masyarakat yang lain yang membutuhkan modal tersebut. Dengan demikian maka sektor perbankan telah menjalankan fungsinya sebagai intermediator antara sektor finansial dengan sektor riil.

Secara lebi spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent

of development, dan agent of services. 1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila adanya unrus kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dan pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan

(5)

untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling memengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of services

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini diantara lain berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

(6)

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

2. Laporan Keuangan Perbankan

a. Pengertian Laporan Keuangan Perbankan

Baik untuk memenuhi ketentuan hukum maupun untuk sarana pengambilan keputusan manajerial dan juga untuk sarana kegiatan perencanaan dan pengawasan, semua badan usaha menyelenggarakan sistem akuntansi. Sistem akuntansi tersebut, paling tidak pada setiap tahun menghasilkan laporan keuangan, minimal terdiri dari neraca dan laporan rugi- laba. Bank Indonesia, di samping banyak melaksanakan pengawasan juga memberikan bimbingan kepada lembaga-lembaga keuangan pada umumnya dan lembaga-lembaga bank pada khususnya. Salah satu unsur yang sangat

(7)

diperhatikan oleh bank ialah masalah tingkat kesehatan bank. Mengenai tingkat kesehatan bank, beberapa komponen kriteria yang penerapannya memerlukan data akuntansi ialah tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas dari masing-masing bank. Dengan menguasai pengetahuan mengenai neraca dan laporan rugi-laba bank akan mudah memahami berbagai kebijakan bank, oleh karena di samping semua transaksi finansial bank, yang untuk masing-masing kelompok secara kolektif membentuk pos-pos laporan rugi-Iaba dan neraca bank, juga mengingat bahwa ukuran-ukuran tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat rentabilitas seperti dimaksudkan di atas, dalam menghitung nilai-nilainya digunakan data pos-pos neraca dan laporan rugi-laba bank.

b. Komponen Laporan Keuangan Perbankan

General Ledger atau yang biasa disebut dengan GL merupakan salah

satu bentuk laporan keuangan bank yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi Indonesia & SKAPI (Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia) serta Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia.

Untuk lebih mempermudah pemahaman tentang laporan keuangan perbankan di Indonesia, akan dijelaskan beberapa hal dari materi SKAPI dan PAPI sebagai berikut:

1) Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah.

2) Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua. 3) Bank wajib mengungkap posisi neto aktiva dan kewajiban dalam valuta asing

(8)

4) Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan SKAPI. 5) Laporan keuangan bank terdiri dari: neraca, laporan komitmen dan kontijensi,

perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan atas laporan keuangan.

6) Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu yang menyimpang SAK dan SKAPI dapat dilaksanakan jika hal tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan bank.

7) Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk 2 tahun terakhir.

8) Laporan neraca. 9) Laporan laba rugi. 10) Laporan arus kas.

11) Laporan komitmen dan kontijensi. 12) Catatan atas laporan keuangan.

13) Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi.

Sedangkan menurut software, General Ledger merupakan kode dari kumpulan rekening yang telah digolongkan atau dikelompokkan berdasarkan manfaat, sifat, dan tujuan. Di dalam General Ledger terdapat Sub Ledger dan

(9)

1) Sub Ledger adalah kode yang merupakan bagian dari kumpulan rekening perkiraan atau general ledger yang dikelompokkan lebih spesifik.

2) Sub-sub Ledger adalah kode yang merupakan bagian dari sub ledger yang dikelompokkan secara lebih spesifik.

General Ledger memiliki beberapa persyaratan, di antaranya :

1) Harus Balance.

2) Tidak pernah ada transaksi yang berdiri sendiri. 3) GL terdiri dari 3 kelompok utama, yaitu:

4) GL yang baik memiliki beberapa persyaratan berikut :

a. Mencatat semua transaksi akuntansi dengan tepat & benar. b. Mengarah kepada rekening yang benar.

c. Mempertahankan keseimbangan saldo debet & kredit dari suatu rekenig.

d. Mengakomodasi jurnal penyesuaian.

e. Membantu suatu laporan keuangan yang dapat dipercaya dan tepat waktu tiap periode.

Di dalam akuntansi perbankan terdapat dua jurnal yaitu jurnal umum dan jurnal offset, jurnal umum biasa digunakan dalam pencatatan jurnal secara manual sedangkan jurnal offset digunakan dalam pencatatan secara terkomputerisasi.

(10)

Jurnal Offset adalah suatu media yang digunakan untuk melihat atau mengontrol mutasi yang terjadi pada GL dimana mutasi tersebut melibatkan 2 departemen atau lebih. Jurnal Offset (JO) terdiri dari 9 departemen yaitu :

1. Departemen Personalia

2. Departemen Umum meliputi kendaraan, tanah, bangunan, dsb. 3. Departemen Giro

4. Departemen Deposito 5. Departemen Tabungan

6. Departemen Pinjaman atau Loan

7. Departemen CIS yang berhubungan dengan Kas

8. Departemen Sundries yang berhubungan dengan transaksi kliring, SBPU, SBPM.

9. Departemen Transfer meliputi transaksi antar cabang atau dikenal dengan Rekening Antar Kantor cabang (RAK)

3. Model Analisis CAMEL

a. Pengertian Analisis CAMEL

Dalam kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia), edisi kedua tahun 1999 :

”CAMEL adalah aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, CAMEL merupakan tolok ukur yang menjadi obyek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri atas lima kriteria yaitu Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas

(11)

Berdasarkan kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia), edisi kedua tahun 1999, peringkat CAMEL memperlihatkan kondisi keuangan yang lemah yang ditunjukan oleh neraca bank, seperti rasio kredit tak lancar terhadap total aktiva yang meningkat, apabila hal tersebut tidak diatasi akan mengganggu kelangsungan usaha bank, bank yang terdaftar pada pengawasan dianggap sebagai bank bermasalah dan diperiksa lebih sering oleh pengawas bank jika dibandingkan dengan bank yang tidak bermasalah. Bank dengan peringkat CAMEL diatas 81 adalah bank dengan pendapatan yang kuat dan aktiva tak lancar sedikit, peringkat CAMEL tidak pernah diinformasikan secara luas. Rasio CAMEL menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank.

b. Komponen CAMEL 1. Analisis komponen Capital

Aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan: 1) Kewajiban penyediaan modal minimum bank (KPMM)

Komponen kecukupan pemenuhan KPMM dihitung dengan menggunakan rumus :

2) Komposisi permodalan

(12)

3) Trend ke masa depan / proyeksi KPMM

Komponen Capital tentang Trend ke depan Proyeksi KPMM dilihat dari angka pertumbuhan Modal dan ATMR.

4) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank

Komponen APYD dibanding dengan modal di hitung dengan rumus yang klasifikasinya adalah sebagai berikut :

i. 25% dr Aktiva Produktif dalam perhatian Khusus. j. 50% dr Aktiva Produktif Kurang Lancar.

k. 75% dr Aktiva Produktif Diragukan. l. 100% dr Aktiva Produktif Mace.

5) Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)

Komponen tersebut dapat dilihat dengan rumus :

6) Rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha Komponen Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha jasa dilihat dari indikator pendukung seperti persentase rencana

(13)

pertumbuhan modal dibandingkan dengan persentase rencana pertumbuhan volume usaha.

7) Akses kepada sumber permodalan dan Akses kepada sumber permodalan Selain itu juga dilihat Profitabilitas Bank yang dihitung dari

Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)

8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Analisis Komponen Asset Quality

Penilaian faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen komponen sebagai berikut:

1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif.

Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu : • Kredit yang diberikan

• Surat berharga

• Penempatan dana pada bank lain • Penyertaan

2) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.

(14)

• Bank dengan total aset < Rp 1 triliun debitur inti = 10 debitur/grup. • Bank dengan total aset Rp 1 triliun < total aset < Rp 10 triliun debitur inti = 15 debitur/grup.

• Bank dengan total aset > Rp 10 triliun debitur inti = 25 debitur/grup 3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif.

Komponen tersebut dapat dilihat dengan rumus :

Aktiva Produktif (AP) bermasalah merupakan AP dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).

Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.

(15)

7) Dokumentasi aktiva produktif

8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Analisis Komponen Management

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:

1) manajemen umum;

2) penerapan sistem manajemen risiko

3) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Analisis Komponen Earning

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap:

1) Return on assets (ROA).

2) Return on equity (ROE).

3) Net interest margin (NIM).

(16)

4) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO).

5) Perkembangan laba operasional

6) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan. 7) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. 8) prospek laba operasional.

5. Analisis Komponen Liquidity

Penilaian faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap:

1) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibanding dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan :

2) 1-month maturity mismatch ratio;

3) Loan to Deposit Ratio (LDR).

4) Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang

(17)

5) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti.

4. Financial Distress

a. Pengertian Financial Distress

Pengertian financial distress adalah kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset

liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar

tidak terkena financial distress.

Platt dan Platt (1991) mendefinisikan ”financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi”.

Sedangkan menurut Adnan (2000) ”kegagalan keuangan biasa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham.” Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk yaitu:

a. Insolvensi teknis (Technical Insolvency), terjadi apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo walaupun total aktivanya sudah melebihi total hutangnya. b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dimana didefinisikan

sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atas nilai sekarang dan arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. (Murtanto,2002:48).

Dan menurut Hermosillo tahun 1996 (Herliansyah,2002:20) konsep kegagalan bank terbagi menjadi dua yaitu :

a. Kegagalan ekonomi, suatu situasi dimana kekayaan bank menjadi negative atau jika bank tersebut melanjutkan kegiatan operasinya maka akan menimbulkan kerugian dan akan segera menghasilkan kekayaan negative.

(18)

b. Kegagalan ofisial, tipe kegagalan bank ini disebabkan oleh ditetapkannya bank tersebut gagal kepada publik oleh badan yang berwenang mengawasi bank (bank regulators). Hal ini dilakukan sehubungan dengan pengamatan yang telah dilakukan oleh lembaga pengawas bank.

b. Sumber-sumber Informasi Prediksi Gejala Financial Distress

Kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator. Indikator-indikator tersebut, adalah (Hanafi, 2003 : 264) :

a. Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

b. Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan dihadapi oleh perusahaan.

c. Struktur biaya relatif terhadap persaingan. d. Kualitas manajemen.

e. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya. c. Faktor-faktor Penyebab Financial Distress

Faktor-faktor penyebab terjadinya financial distress dapat disebabkan atas dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal ini dapat berupa: kesulitan kas, besar jumlah hutang dan kerugian dari kegiatan operasional.

a. Kesulitan arus kas, hal ini disebabkan dengan tidak seimbangnya terjadinya kesalahan pengelolaan arus kas (cash flow) oleh manajemen dalam pembiayaan operasional perusahaan sehingga arus kas berada pada kondisi deficit.

b. Besarnya jumlah hutang, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya financial distress, maka dari pada itu banyak bank yang melakukan merger untuk menutupi jumlah hutang yang

(19)

c. Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun. Merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan perusahaan mengalami financial distress.

2. Faktor Ekternal

Faktor eksternal dalam financial distress kenaikan tingkat suku bunga, rendahnya simpanan nasabah, dan kenaikan angka kredit macet.

a. Kenaikan tingkat suku bunga . Karena akan berakibat pada kenaikan perencanaan arus kas (cash flow).

b. Rendahnya simpanan nasabah. Hal ini dapat menyebabkan kondisi kesulitan keuangan pada perbankan, dimana masyarakat mulai berkurang minatnya untuk melakukan transaksi, karena hal manajemen atau sebagainya.

c. Kenaikan angka kredit macet. Merupakan salah satu faktor eksternal yang mengakibatkan terjadinya financial distress.

d. Alternatif Perbaikan Financial Distress

Kesulitan keuangan yang terjadi sebenarnya dapat diperbaiki tergantung besar kecilnya permasalahan, sehingga pada akhirnya permasalahan tersebut akan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Beberapa alternatif perbaikan kesulitan keuangan tersebut adalah (Hanafi, 2000 : 262);

1. Pemecahan secara informal

Pemecahan kesulitan keuangan dengan cara ini dilakukan apabila kesulitan keuangan belum terlalu parah dan hanya bersifat sementara, cara yang digunakan adalah;

a. Perpanjangan (Ekstention)

Pemecahan denga cara ini dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang-hutang perusahaan.

(20)

Pemecahan dengan cara ini dilakukan dengan mengurangi besaranya biaya-biaya tagihan perusahaan.

2. Pemecahan secara formal

Pemecahan dengan cara ini dilakukan apabila kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan sangat parah. Sedangkan di sisi lain kreditor ingin mempunyai jaminan keamanan atas dana yang mereka tanamkan. Cara yang digunakan adalah:

a. Apabila nilai perusahaan diteruskan > dari nilai perusahaan dilikuidasi, maka dilakukan upaya reorganisasi dengan merubah struktur modal selama ini menjadi struktur modal yang layak.

b. Apabila nilai perusahaan diteruskan < dari nilai perusahaan dilikuidasi, maka dilakukan upaya likuidasi atas aset-aset perusahaan.

e. Manfaat Informasi Prediksi Financial Distress

Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa kalangan. Menurut Hanafi (2000:261) informasi prediksi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk:

1. Pemberi pinjaman

Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan tentang pemberian pinjaman dan monitoring.

2. Investor

Informasi kebangkrutan digunkan untuk pengambilan keputusan terhadap surat berharga.

3. Pihak pemerintah

Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan tindakan awal yang bisa dilakukan terutama terhadap perusahaan BUMN.

4. Akuntan

Informasi kebangkrutan digunakan untuk menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen

Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari dan atau diminimalisir.

Paltt dan Platt (1991) menyatakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah :

1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan.

(21)

2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik.

3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.

f. Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman

Edward.L.Altman merumuskan formula Z-Score yang secara umum dapat mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan pada tahun 1968. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan menggunakan perhitungan Z-Score. Semakin ketatnya persaingan mengakibatkan perusahaan yang kalah berkompetensi akan mengalami kebangkutan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan adalah indikator keuangan yaitu hasil perhitungan Altman Z-Score.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tinjaun Penelitian Terdahulu Nama Peneliti

dan Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian Luciana dan Winny. (2003) Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002 Independen: Rasio Camel Dependen: kondisi bermasalah suatu bank Hasil pengujian hipotesis II adalah Rasio keuangan CAMEL (CAR, BOPO) memiliki pengaruh yang signifikan

(22)

terhadap prediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional di Indonesia perioda 2000-2002. Wahyu Prasetyo (2005) Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Dependen: financial distress rasio-rasio keuangan berbasis akrual signifikan untuk memprediksi kinerja keuangan (dilihat dari pertumbuhan laba). Etty M. Nasser (2004) Model Analisis CAMEL Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik Independen: Rasio Camel Dependen: financial distress variabel yang signifikan pada a = 5% untuk data empat tahun sebelum bangkrut adalah EATAR dan OPM. Variabel yang lain ternyata tidak signifikan.

Sumber : Peneliti, 2011 1. Luciana dan Winny (2003)

Luciana dan Winny (2003) ” Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Rasio Camel yaitu CAR1, CAR2, ETA, RORA, ALR, NPM, OPM, ROA, BOPO, PBTA, EATER, dan LDR, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah financial distress dengan dua alternatif yaitu bank sehat dan bank gagal. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahuanan dari bank-bank umum swasta nasional yang terdaftar di direktori Bank Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini adalah

(23)

pengujian hipotesis II adalah Rasio keuanga CAMEL (CAR, BOPO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional di Indonesia.

2. Wahyu Prasetyo (2005)

Wahyu Prasetyo (2005) dengan judul penelitian ”Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio CAMEL yaitu, CAR, NPL, LDR, GWM, Bo/PO, dan NIM, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier. Data yang digunakan adalah laporan keuangan selama lima tahun berturut-turut. Hasil penelitia

n ini menunjukkan rasio-rasio keuanga berbasis akrual signifikan untuk memprediksi kinerja keuangan (dilihat dari pertumbuhan laba).

3. Etty M. Nasser (2004)

Etty M. Nasser (2004) berjudul ”Model Analisis CAMEL Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik”. Variabel independen yang digunakan adalah rasio CAMEL yaitu CAR1, CAR2, ETA, RORA, ALR, NPM, OPM, ROA, ROE, BOPO, PBTA, EATAR, dan LDR, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah financial distress. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis multivariate. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dari bank-bank Go Publik. Hasil penelitian variabel yang signifikan untuk data empat tahun sebelum

(24)

bangkrut adalah EATAR dan OPM. Variabel yang lain ternyata tidak signifikan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis , dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan bahwa Model CAMEL yang terdiri atas Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest

Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Return on Equity (ROE), dan Return on Asset (ROA) merupakan variabel ( X ), memiliki pengaruh dalam

memprediksi gejala financial distress ( Y ). Maka dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut :

Model Analisis CAMEL (X) FINANCIAL

DISTRESS (Y) Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)

Loan to DepositRatio (LDR) (X2) Net Interest Margin (NIM) (X3)

Return On Equity (ROE) (X5) Return On Asset (ROA) (X6) Non Performing Loan (NPL) (X4)

(25)

Kerangka Konseptual

Financial distress atau disebut juga dengan kesulitan keuangan

ditunjukkan dengan prediksi kebangkrutan. Prediksi kebangkrutan yang digunakan adalah formula Altman yaitu Z-Score formula.

Capital Adequacy Ratio (CAR), merupakan rasio yag digunakan untuk

mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutu kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdangan surat-surat berharga.

Loan to Deposit Ratio (LDR), merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kualitas likuiditas suatu bank. Semakin tinggi rasio ini semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.

Net Interest Margin (NIM), merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan earning asset atau aktiva produktif atas hasil pendapatan. Semakin besar rasio ini maka tingkat pedapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Non Performing Loan (NPL), merupakan rasio untuk mengukur

kualitas kredit. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Return On Equity (ROE), merupakan rasio yang digunakan untuk

(26)

yang dimiliki. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Return On Asset (ROA), merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

2. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai berikut: H

1 :diduga variabel CAR mempunyai pengaruh terhadap financial distress perbankan.

H

2 :diduga variabel LDR mempunyai pengaruh terhadap financial distress perbankan.

H

3 :diduga variabel NIM mempunyai pengaruh terhadap financial distress perbankan.

H

4 :diduga variabel NPL mempunyai pengaruh terhadap financial distress perbankan.

H

5 :diduga variabel ROE mempunyai pengaruh financial distress perbankan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari langkah-langkah di atas maka siswa akan dilatih kemampuan bertanya dalam proses pembelajaran, khususnya pada kegiatan Intellectually. Dengan adanya pembelajaran

Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih atau sampai meleleh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika

Begitu juga berdasarkan aspek atau indikator karakter individu siswa yakni teliti, kreatif, pantang menyerah dan rasa ingin tahu yang memperoleh kategori MB atau

Instagram merupakan aplikasi media sosial yang peneliti gunakan untuk mendapatkan sample penelitian, peneliti dapat melakukan tangkapan layar (Screenshot) yang

Penelitian yang berfokus pada pengaruh aktifitas fisik serta diet dan nutrisi dalam kejadian kanker payudara dikarenakan gaya hidup mengkonsumsi diet dan nutrisi

Efisiensi kinerja rantai pasok yang sedang berlangsung dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) untuk mengetahui

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Menurut peneliti menonton TV dalam pada penelitian ini ada Pengaruh terhadap penurunan tingkat kesepian tetapi tidak lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan