• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberian H 2 so 4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi Arabika (Coffea arabika L.)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

7

Pemberian H2so4 dan Air Kelapa pada Uji Viabilitas Biji Kopi

Arabika (Coffea arabika L.)

Hedty

1

, Mukarlina

1

, Masnur Turnip

1

1

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi: Hedtycutez@yahoo.co.id

Abstract

Arabica Coffee is important plant in Indonesia. The coffee seeds can be germinated normally, without special treatment, in 6 – 8 weeks, special treatment either physically or chemically can faster dormancy of the seeds, so they can germinate in 4 – 6 weeks after seedling. This research aimed to know the influence of giving H2SO4 and coconut water in speeding seed dormancy which was conducted for 2 mounths from

January to March 2013 in the greenhouse of faculty of Mathematics and Natural Science, Tanjungpura University Pontianak. The research methodology used factorial experiment with complete randomized design which consisted of two treatments that are concentration H2SO4 with four levels: control,

concentration 15%, 20% and 25%. The second factor was concentration of coconut water with four levels that are conrol, concentration 60%, 80% and 100%, each of these was treated repeatedly, thus 48 unit trials were achieved. The research showed that giving 20% H2SO4 and 100% coconut water can speed seed

dormancy with germination percentage 86,66%, germination growth 30,46% and speed of growth 41,65%.

Key Words: Viability Test, Arabica coffee, Sulfuric Acid (H2SO4), and coconut water

PENDAHULUAN

Tanaman kopi Arabika (Coffea arabica) merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang dapat meningkatkan sumber pendapatan negara. Perbanyakan kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara vegetatif dan generatif. Cara generatif dapat dilakukan menggunakan biji sedangkan vegetatif yaitu dengan menyambung atau stek. Upaya pematahan dormansi biji kopi perlu dilakukan karena biji kopi mengalami masa dormansi yang diakibatkan oleh hambatan fisik dari kulit bijinya yang keras.

Secara kimia pemecahan dormansi dilakukan dengan perendaman dalam asam kuat encer (skarifikasi kimia). Menurut Gardner, dkk (1991) bahwa asam kuat sangat efektif untuk mematahkan dormansi pada biji yang memiliki struktur kulit keras, Asam sulfat (H2SO4) sebagai

asam kuat dapat melunakkan kulit biji sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru (Ashari, 1995). Perkecambahan tergantung pada viabilitas biji,

kondisi lingkungan yang cocok, dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi, dan kepekaan bibit muda terhadap penyakit-penyakit tertentu (Harjadi, 1979).

Air kelapa adalah salah satu bahan alami, yang mengandung hormon seperti sitokinin, auksin dan giberelin serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penelitian yang terkait dengan penggunaan air kelapa untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan embrio biji pernah dilakukan oleh Suita dan Naning (2004),yaitu pada benih Kemiri (Aleurites mollucana Wild.) yang direndam air kelapa selama 4 jam menghasilkan daya berkecambah sebesar 53,33%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian H2SO4

dan air kelapa dalam mempercepat dormansi biji kopi arabika.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dlakukan selama 2 bulan dari bulan Januari 2013 sampai Maret 2013. Penelitian dilakukan di rumah kasa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

(2)

8 Pontianak. Analisis tanah dilakukan di

Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

Rancangan Percobaan

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor, faktor pertama yaitu konsentrasi H2SO4 (faktor A)

yang terdiri dari 4 taraf yaitu kontrol (A0), konsentrasi 15 % (A1), 20 % (A2), dan 25 % (A3). Faktor kedua yaitu konsentrasi air kelapa (faktor B) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu kontrol (B0), konsentrasi 60 % (B1), 80 % (B2), dan 100 % (B3) masing – masing perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 48 unit percobaan.

Cara kerja Seleksi Biji

Biji kopi yang dikecambahkan adalah biji yang masak dan berkualitas baik yaitu kulit biji berwarna merah tua, memiliki ukuran dan warna seragam, permukaan kulitnya tidak cacat, bebas dari hama dan penyakit.

Perlakuan Perendaman

Perlakuan terhadap biji kopi dilakukan dengan biji kopi direndam selama 25 menit dalam larutan H2SO4 sesuai dengan konsentrasi yang telah

ditentukan, kemudian dimasukkan kedalam air kelapa selama 25 menit dengan konsentrasi yang telah ditentukan.

Media Perkecambahan Biji

Media yang digunakan untuk mengecambahkan biji kopi adalah tanah gambut dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Media yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polibag ukuran 2 kg dan disiram. Biji kopi yang sudah direndam sebanyak 5 biji ditanam pada media tanam. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan dilakukan selama 6 minggu, meliputi penyiraman tanaman dilakukan 1 hari sekali, dan penyiangan terhadap tanaman pengganggu (gulma) dilakukan secara manual setiap 1 minggu sekali.

Pengukuran Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diukur yaitu suhu udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah dan kandungan C/N organik tanah.

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian adalah:

1. Persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke-14 (Pengamatan ke-1) dan hari ke-28 (Pengamatan ke-2) setelah penanaman biji di ruang perkecambahan,

2. Persentase pertumbuhan kecambah dihitung pada hari ke-28,

3. Persentase kecepatan tumbuh yaitu banyaknya kecambah dalam keadaan baik yang tumbuh setiap minggu mulai dari minggu pertama hingga hari terakhir perkecambahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Persentase Perkecambahan

Hasil penelitian menunjukkan pemberian H2SO4

dan Air Kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter persentase perkecambahan (F9,32 =

3,667, p = 0,003; ANOVA). Interaksi antara perlakuan H2SO4 dan Air Kelapa berpengaruh

nyata terhadap parameter persentase perkecambahan (Tabel 1).

Tabel 1 Rerata Persentase Perkecambahan Biji Kopi Arabika

(C.arabica) (%) dengan Pemberian H2SO4 dan

Air Kelapa

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Persentase perkecambahan biji kopi arabika yang diberi perlakuan H2SO4 20% dan air kelapa 100%

berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya dengan rerata daya kecambah 86,66% (Tabel 1).

Persentase Pertumbuhan Kecambah

Hasil penelitian menunjukkan pemberian H2SO4

dan Air Kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter persentase pertumbuhan kecambah (F9,32 =2,372, p = 0,035; ANOVA). Interaksi

antara perlakuan H2SO4 dan Air Kelapa

berpengaruh nyata terhadap parameter persentase pertumbuhan kecambah (Tabel 2).

H2SO4 Air Kelapa B0(0%) B1(60%) B2(80%) B3(100%) A0(0%) 6,66a % 20,00ab % 33,33bc % 46,66cd % A1(15%) 20,00ab % 33,33bc % 53,33cd % 33,33bc % A2(20%) 60,00d % 66,66d % 46,66cd % 86,66e % A3(25%) 53,33cd % 53,33cd % 53,33cd % 53,33cd %

(3)

9

Tabel 2 Rerata persentase pertumbuhan kecambah biji kopi

(Coffea arabica) (g) dengan pemberian H2SO4 dan

Air Kelapa.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Pertumbuhan kecambah biji kopi arabika yang diberi perlakuan H2SO4 20% dan air kelapa 100%

(A2B3) berbeda nyata dengan kontrol dan

perlakuan lainnya dengan rerata pertumbuhan kecambah 30,46% ( Tabel 2).

Persentase Kecepatan Tumbuh

Hasil penelitian menunjukkan pemberian H2SO4

dan Air Kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter persentase kecepatan tumbuh ( F9,32 =

2,233, p = 0,046; ANOVA). Interaksi antara perlakuan H2SO4 dan Air Kelapa berpengaruh

nyata terhadap parameter persentase kecepatan tumbuh (Tabel 3).

Tabel 3 Hasil rerata persentase kecepatan tumbuhan biji kopi

Coffea arabika (%) dengan pemberian H2SO4 dan

air kelapa.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Persentase kecepatan tumbuh biji kopi arabika yang diberi perlakuan H2SO4 20% dan air kelapa

100% (A2B3) berpengaruh nyata dengan kontrol

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lainnya ( Tabel 3).

Pembahasan

Konsentrasi H2SO4 20% lebih cepat melunakkan

kulit biji sehingga biji lebih mudah untuk menyerap air yang diperlukan dalam proses imbibisi (Tabel 1). Menurut Sadjad (1975) bahwa asam sulfat dapat membebaskan koloid yang

bersifat hidrofil pada kulit biji sehingga tekanan imbibisi meningkat dan akan meningkatkan penyerapan biji terhadap air. Kombinasi H2SO4

25% dan air kelapa 100% menurunkan persentase perkecambahan (Tabel 1). Konsentrasi H2SO4

25% terlalu tinggi sehingga dapat merusak

embrio dan menurunkan persentase

perkecambahan biji kopi. Menurut Sutopo (2004) larutan H2SO4 jika digunakan secara berlebihan

maka akan menembus kulit biji dan merusak embrio sehingga dapat memperlambat proses perkecambahan. Asam sulfat (H2SO4) pada

konsentrasi yang sesuai dapat melunakkan lapisan lilin pada kulit biji yang keras dan tebal sehingga memudahkan proses penyerapan air ke dalam biji. Penyerapan air oleh embrio dan endosperma menyebabkan perbesaran sel – sel pada embrio dan endosperma, sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak dan memberikan ruang untuk keluarnya tunas (Kamil 1979).

Air kelapa merupakan larutan yang dapat digunakan untuk mempercepat proses perkecambahan karena dalam air kelapa terkandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang masing – masing memiliki peran dalam proses perkecambahan. Menurut Yusnida (2006) air kelapa merupakan endosperm dalam bentuk cair yang mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin dan giberelin sehingga dapat menstimulasi perkecambahan. Sitokinin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel pada embrio. Menurut Gardner (1991 ) sitokinin dapat memacu pembelahan dan pembesaran sel embrio pada titik tumbuh pucuk dan akar. Giberelin berperan dalam proses awal perkecambahan melalui aktivitas produksi enzim yang berfungsi dalam perombakan bahan – bahan cadangan makanan yaitu karbohidrat, protein dan lemak sehingga lebih mudah diserap oleh embrio. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa giberelin dapat menginduksi enzim penghidrolisis bahan – bahan organik yang diperlukan dalam perkecambahan biji. Hasil perombakan cadangan makanan tersebut menghasilkan energi bagi

kegiatan pembentukan komponen dan

pertumbuhan sel–sel baru, seperti munculnya radikula dan plumula dari kulit biji. Hasil Penelitian Murniati dan Zuhri (2002)

menunjukkan bahwa giberelin mampu

mempercepat perkecambahan biji kopi.

Perlakuan H2SO4 20% dan air kelapa 100%,

merupakan konsentrasi yang terbaik untuk melunakkan kulit biji kopi, sehingga dapat

H2SO4

Air Kelapa

B0(0%) B1(60%) B2(80%) B3(100%)

A0(0%) 11,56a

% 20,33cdefg % 15,63abcd % 21,80efg %

A1(15%) 12,60a % 16,51abcde % 21,46defg % 21,70efg %

A2(20%) 14,56a % 23,96fg % 18,51bcdef % 30,46h %

A3(25%) 18,30bcdef % 20,93defg % 21,80efg % 24,83g %

H2SO4 Air Kelapa B0(0%) B1(60%) B2(80%) B3(100%) A0(0%) 32,66a % 35,05ab % 34,41ab % 33,66ab % A1(15%) 32,66a % 36,50bc % 35,78ab % 33,75ab % A2(20%) 34,00ab % 40,95d % 40,25d % 41,65d % A3(25%) 33,58ab % 39,20cd % 40,50d % 41,03d %

(4)

10

meningkatkan pertumbuhan kecambah

dibandingkan dengan (kontrol) (Tabel 2). Menurut Salisbury dan Ross (1995) larutan asam sulfat akan menguraikan molekul selulosa dan lignin pada kulit biji sehingga dapat melunakkan kulit biji dan mempercepat perkecambahan. Air kelapa 100% dapat meningkatkan pertumbuhan kecambah disebabkan adanya hormon auksin, giberelin dan sitokinin. Auksin berguna untuk memacu pemanjangan sel-sel akar, giberelin berfungsi untuk pemanjangan sel- sel batang, dan sitokinin yang berguna untuk merangsang pembelahan sel di daerah meristem apeks sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan kecambah dengan baik.

Perlakuan H2S04 20% dan air kelapa 60% (A2B1),

H2SO4 20% dan air kelapa 80% (A2B2), H2SO4

25% dan air kelapa 60% (A3B1), H2SO4 25% dan

air kelapa 80% (A3B2), H2SO4 25% dan air kelapa

100 % (A3B3) memiliki kemampuan yang sama

dalam merangsang kecepatan tumbuh

perkecambahan walaupun masing- masing perlakuan belum optimal karena tidak semua kecambah dapat tumbuh dalam waktu yang bersamaan, kecuali pada perlakuan H2SO4 20%

dan air kelapa 100% (A2B3) menghasilkan

persentase perkecambahan yang tinggi dan persentase kecepatan tumbuh yang tinggi pula, hal ini disebabkan kemampuannya dalam merangsang kecepatan tumbuh sudah optimal(Tabel 3).

Penggunaan H2SO4 20% dan air kelapa 100%

sudah dapat mematahkan dormansi biji kopi terbukti dapat meningkatkan persentase perkecambahan, persentase kecepatan tumbuh dan persentase pertumbuhan kecambah biji kopi. Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat dan larut dalam air. Asam sulfat telah digunakan secara meluas dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah dormansi pada kulit biji. Menurut Salisbury dan Ross (1995) perendaman benih dalam H2SO4 menyebabkan kulit benih

menjadi lunak, air dan gas dapat berdifusi masuk dan senyawa-senyawa inhibitor perkecambahan seperti fluoride dan kaumarin larut ke dalam H2SO4 selama proses perendaman. Menurut

Yuniarti (1997) perlakuan pada biji merbau (Intsia bijuga) dengan perendaman H2SO4 konsentrasi

20% dapat meningkatkan kecepatan tumbuh hingga 82,6%.

Air kelapa adalah salah satu bahan alami, yang didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin, auksin dan giberelin serta senyawa lain yang dapat

menstimulasi perkecambahan. Menurut Wattimena (1998) Air kelapa mengandung bahan-bahan organik yang dapat digunakan untuk memacu perkembangan embrio, diantaranya adalah zpt sitokinin. Hasil penelitian (Suita dan Naning 2004) biji Tanjung (Mimusops elengi L.) yang direndam air kelapa selama 2 jam menghasilkan persentase kecepatan tumbuh dan persentase perkecambahan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman dengan air kelapa dapat meningkatkan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh biji.

Proses perkecambahan biji dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya genetik, tingkat kematangan biji, viabilitas dan faktor lingkungan. Sadjad et al. (1975) menyatakan faktor genetik dan lingkungan menentukan proses metabolisme perkecambahan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah komposisi kimia, kadar air, susunan kimia fisik atau kimia dari kulit biji. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan adalah air, suhu, gas, cahaya, dan tanah. Suhu udara saat penelitian berkisar antara 300C - 320C, suhu tanah berkisar antara 300C - 350C, dan kelembaban tanah berkisar antara 74% - 78%. Menurut (Sutopo, 1999) bahwa suhu tanah yang optimum bagi perkecambahan adalah 260C - 350C.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S, 1995, Holtikultura Aspek Budidaya, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Gardner, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Jakarta, UI Press

Harjadi, SS, 1979, Pengantar Agronomy, Penerbit CV Rajawali, Jakarta

Kamil, J, 1979, Teknologi Benih, Angkasa Raya, Bandung

Kurniaty, R. 1987, Pengaruh asam sulfat terhadap perkecambahan benih Maesopsis eminii Engl, Buletin Penelitian Hutan, Bogor, vol. 488, hal 24-27

Murniati dan E. Zuhri, 2002, Peranan Giberelin Terhadap Perkecambahan Benih Kopi Robusta tanpa Kulit, Jurnal Sagu, vol. 1, no. 1, hal 1-5 Sajad S, Hari S, Sri SH, Jusup S, Sugihharsono dan

Sudarsono, 1975, Dasar-Dasar Teknologi

Benih, Biro Penataran. Institut Pertanian

Bogor, Bogor

Salisbury FB and Ross CW, 1995, Fisiologi tumbuham

Jilid II. Terjemahan oleh Lukman R , dan

Sumaryono ITB, Bandung

Suita dan Naning. 2004, Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Terhadap Daya Berkecambah Benih Tanjung, Penelitian Kehutanan

(5)

11 Sutopo, L, 2004, Teknologi Benih, Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Sutopo, L., 1999, Teknologi Benih, Raja Gafindo Persada, Jakarta

Wattimena, G. A. 1988, Zat Pengatur Tumbuh

Tanaman, PAU IPB, Bogor

Yuniarti, N, 1997, Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau (Intsia bijuga), Balai Teknologi Perbenihan, Balitbang Kehutanan Bogor

Yusnida, B. 2006, Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis bl) secara in Vitro, Hayati, vol. 2, no. 2, hal 41-46

Gambar

Tabel 1 Rerata Persentase Perkecambahan  Biji Kopi Arabika  (C.arabica)  (%)  dengan  Pemberian  H 2 SO 4   dan  Air Kelapa
Tabel 3 Hasil rerata persentase kecepatan tumbuhan biji kopi  Coffea  arabika  (%)  dengan  pemberian  H 2 SO 4  dan  air kelapa.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian atau verifikasi tersebut diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Negara dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 01/Per/M.KUM/I/2006 tentang

Pada penelitian ini, akan dikaji penggunaan mood board terhadap pengembangan konsep visual dalam proses desain buku, sehingga elemen- elemen yang akan diteliti

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa alasan terjadinya pelanggaran dan pematuhan prinsip kerja sama dalam bahasa transaksi jual beli online di Tokopedia.com ditemukan

Metode penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap tanda dan gejala serangan hama penggerek batang, penghitungan jumlah bibit di persemaian yang

Yai Syakur merupakan menantu dari Yai Ahmad (menantu pertama Yai Nur Fadhil), sedangkan Yai Rowi adalah menantu Yai Ali sendiri. Yai Syakur dan Yai Hasyim pada akhirnya

Upaya dalam pengembangan objek wisata danau kembar adalah untuk meningkatkan pengembangan objek wisata perlu adanya kerja sama dari semua pihak yang terkait seperti dinas

Penelitian ini dirancang sedemikian rupa untuk dapat dilaksanakan di SMA Labschool Untad Palu. Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 8 bulan yakni

Meskipun ada proksi dari variabel leverage yang tidak berpengaruh signifikan, yaitu DR, akan tetapi dua proksi lainnya yaitu, TIER dan LDER berpengaruh positif dan signifikan,