DAKOTA BANDUNG
SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Pada Program Studi Sistem Informasi Jenjang Sarjana Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Oleh : ANDRI SANTOSO NIM. 1.05.06.066
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
kepada pimpinan segala hal yang berhubungan dengan kedisiplinan karyawan berupa absensi kehadiran kerja. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui Peranan dari Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Borma Toserba Dakota Bandung
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui implementasi dari Sistem Informasi Absensi yang kini sedang berjalan di Borma Toserba Dakota Bandung ini, dapat dilihat dari Flow Map, Diagram Konteks (DK) dan Data Flow Diagram (DFD) yang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Analisis kuantitatif menggunakan statistik analisis Korelasi Pearson, Koefisien Determinasi, dan Uji Z untuk menguji hipotesis dengan bantuan aplikasi SPSS 15.0 For Windows.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan bahwa tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Absensi dinyatakan BAIK dan Tanggapan responden mengenai disiplin kerja dikategorikan BAIK pula, dihasilkan tingkat korelasi Sedang dan Searah serta signifikan dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan dengan persentase peranan yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Absensi terhadap disiplin kerja karyawan yaitu sebesar 40,0% dan sisanya 60,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti yaitu motivasi, insentif
karyawan dan gaya kepemimpinan. Dalam uji hipotesis yang dilakukan dengan
menggunakan uji z, didapatkan nilai Zhitung sebesar 4,651 dan Ztabel sebesar 2,58 untuk α = 1 %, maka dapat diketahui bahwa H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1
diterima atau Sistem Informasi Absensi berperan Terhadap Disiplin Kerja di Borma Toserba Dakota.
ii
matters relating to disciplinary absences of employees in the form of work attendance. The purpose of this study is to determine the role of the Information Systems Discipline Against Employee Attendance at the General Store Borma Dakota Bandung
The method used in this study is descriptive and verifikatif with quantitative approach. To know the implementation of Attendance Information System which is now under way in Borma Dakota Department Store Bandung, can be seen from the Flow Map, Context Diagram (DK) and Data Flow Diagrams (DFD) is. Data collection techniques using observation techniques, interviews, and questionnaires. Quantitative analysis using the statistical analysis the Pearson Correlation, Coefficient of Determination, and the Z test to test the hypothesis with the aid of SPSS 15.0.
The results of research conducted by the researchers obtained the conclusion that the respondent's response stated GOOD Attendance Information Systems and Feedback categorized respondents about work discipline GOOD Similarly, the resulting level of correlation and Unidirectional Moderate and significant in increasing the percentage of employee discipline roles generated by Attendance Information System to discipline employees that is equal to 40.0% and the remaining 60.0% influenced by other factors not examined the motivation, employee incentives and leadership style. In hypothesis testing is done using the z test, a score of 4.651 and Ztable of 2.58 for α = 1%, it is known that H0 is in the region of rejection, it means that H1 is received or the Information Systems Discipline Against Work
Attendance role in Borma Dakota Department Store.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, akhirnya berkat Rahmat dan Izin – Nya, penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah untuk pimpinan
umat, Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu memberikan teladan, yang
menerangi langkah menuju kebenaran, menanggalkan kebodohan, serta bagi para
sahabat, keluarga, dan para mujahid yang selalu membantu perjuangan Beliau.
Penyusunan Skripsi ini pada hakikatanya menguraikan judul Skripsi yang
penulis susun, yaitu “PERANAN SISTEM INFORMASI ABSENSI
TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN DI BORMA TOSERBA DAKOTA BANDUNG”.
Penulis menyadari pada Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
namun penulis mencoba untuk menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Harapan penulis, Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama
iv
serta saran dalam penyelesaian Skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Amiin. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie,. Ir.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.
3. Bapak H. Dadang Munandar, SE.,M.Si., selaku Ketua Program Studi
Sistem Informasi.
4. Ibu Citra Noviyasari, S.Si.,MT selaku Dosen Wali MI-2 yang telah banyak
membantu selama perkuliahan.
5. Ibu Wahyuni S.Si.,MT. selaku Dosen Penguji I sidang skripsi yang telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Novrini Hasti S.Si, M.Si, selaku Dosen Penguji II sidang skripsi yang
telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Pimpinan dan semua karyawan BORMA TOSERBA DAKOTA Bandung,
khusunya di bagian Pusat Pemanfaaatan Sains Atmosfer dan Iklim
terimakasih atas kerja sama dan bantuanya.
v
BANDUNG Bandung yang telah banyak membantu penulis dalam
mengumpulkan data, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
terima kasih atas bimbingannya selama penulis melaksanakan observasi.
9. Semua staf Tata Usaha Fakultas Teknik Informatika, Universitas
Komputer Indonesia, Terima kasih atas bantuannya.
10.Penyusunan Laporan Tugas Akhir tidak lepas dari dukungan semua pihak,
terutama teman-teman mahasiswa MI-2 angkatan 06’(Agus, Asep, Gema,
Deni, Defri, Aditya Surahman, Yuliandi Aditya, Hagana, Andi ,Via, Evi &
yang lainnya )
11.Buat Hagana Maranai, S.Kom. dan Keluarga, terima kasih atas bantuannya
selama ini.
Tiada manusia yang sempurna, karenanya penulis sangat menyadari
adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dalam
penyusunan Skripsi ini banyak terdapat kekurangan.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membutuhkan. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan segala Rahmat - Nya kepada kita semua.
Penulis doakan semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis
hingga Skripsi Skripsi ini selesai di balas oleh Allah SWT.Amiin.
vi
Bandung, Februari 2011
Penulis,
Andri Santoso
vii
MOTTO
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR SIMBOL ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ... 6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1. Kegunaan Praktis ... 8
1.4.2. Kegunaan Akademis ... 9
1.5. Batasan Masalah ... 9
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS..11
viii
2.1.4. Sistem Informasi Absensi ... 23
2.1.5. Scaner ... 23
2.1.6. Barcode ... 25
2.2. Disiplin Kerja ... 27
2.2.1. Disiplin ... 27
2.2.2. Pengertian Disiplin Kerja ... 29
2.2.3. Jenis – Jenis Disiplin Kerja ... 31
2.2.4. Pendekatan Dalam Disiplin ... 33
2.2.5. Tingkat Dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja ... 35
2.3. Hubungan Antara Sistem Absensi Dan Disiplin Kerja ... 36
2.4. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis ... 37
BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Objek Penelitian ... 44
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 44
3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 45
3.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46
3.1.4. Deskripsi Tugas ... 47
3.2. Metode Penelitian ... 51
3.2.1. Desain Penelitian ... 51
ix
3.2.3.2. Teknik Penarikan Sampel ... 56
3.2.4. Metode Pengumpulan Data ... 58
3.2.4.1 Skala Pengukuran ... 59
3.2.4.2. Validitas Dan Reliabilitas ... 60
3.2.4.2.1. Uji Validitas ... 61
3.2.4.2.2. Uji Reliabilitas... 62
3.2.5. Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis ... 63
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 63
3.2.5.2. Uji Hipotesis ... 66
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
4.1. Sistem Informasi Yang Sedang Berjalan ... 69
4.1.1. Tampilan Hardware Sistem Absensi ... 69
4.1.2. Tampilan Software Absensi Scanner ... 71
4.1.3. Prosedur Sistem Yang Sedang Berjalan ... 77
4.1.3.1 Diagram Sistem Prosedur (Flow Map) ... 78
4.1.3.2 Diagram Konteks Yang Sedang Berjalan ... 79
4.1.3.3 Data Flow Diagram Yang Sedang Berjalan ... 80
x
4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan. ... 83
4.1.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84
4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 85
4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Usia. ... 86
4.1.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja. ... 87
4.2.2. Tanggapan Responden Terhadap Implementasi Sistem Absensi Di Borma Dakota ... 88
4.2.3. Tanggapan Responden Terhadap Disiplin Kerja Di Borma Dakota ... 97
4.3. Peranan Sistem Absensi Terhadap Disiplin Kerja ... 108
4.3.1. Hasil Uji Validitas ... 108
4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 110
4.3.3. Uji Korelasi ... 111
4.3.4. Koefisien Determinasi ... 112
xi
DAFTAR PUSTAKA
xii
2.1. Karakteristik Sistem. ... 15
2.2. Bentuk Umum Sistem. ... 15
2.3. Siklus Informasi. ... 18
3.1. Struktur Organisasi BORMA ... 47
3.2. Uji Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis ... 68
4.1. Mesin Scanner ... 69
4.2. ID Card. ... 70
4.2. Tampilan Login. ... 72
4.4. Tampilan Utama Absensi Pegawai ... 72
4.5. Tampilan Attendance ... 73
4.6. Tampilan Jadwal Kerja ... 74
4.7. Tampilan Shift Kerja. ... 74
4.8. Tampilan Data Diri Karyawan. ... 74
4.9. Tampilan Menu Laporan. ... 75
4.10. Tampilan Cetak Laporan. ... 76
4.11. Keterlambatan dan Kelebihan Jam Kerja ... 77
4.12. Flow Map Sistem Informasi yang sedang Berjalan. ... 79
4.10. Diagram konteks Yang Sedang Berjalan ... 80
4.11. DFD Level 1 Yang Sedang Berjalan ... 81
xiii
1.1. Persentase Keterlambatan Karyawan ... 5
1.2. Jadwal Penelitian ... 10
2.1. Skema Kerangka Penelitian ... 42
3.1. Operasionalisasi Variabel ... 53
3.2. Skor Pernyataan Positif ... 59
3.3. Skor Pernyataan Negatif ... 60
3.4. Interprestasi koefisien Korelasi ... 65
4.1. Karakteristik responden Berdasarkan Pendidikan ... 83
4.2. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84
4.3. Karakteristik responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 85
4.4. Karakteristik responden Berdasarkan Usia... 86
4.5. Karakteristik responden Berdasarkan Masa Kerja ... 87
4.6. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware Item Pernyataan 1 ... 89
4.7. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware Item Pernyataan 2 ... 89
4.8. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software Item Pernyataan 3 ... 90
xiv
Pernyataan 6 ... 93
4.12. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur Item
Pernyataan 7 ... 94
4.13. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur Item
Pernyataan 8 ... 95
4.14. Jawaban Responden Terhadap Sistem Absensi ... 96
4.15. Analisis Secara Keseluruhan Variabel X... 96
4.16. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu
Item Pernyataan 1 ... 97
4.17. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu
Item Pernyataan 2 ... 98
4.18. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan dan
Penggunaan Perlengkapan Item Pernyataan 3 ... 99
4.19. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan dan
Penggunaan Perlengkapan Item Pernyataan 4 ... 100
4.20. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang
Memuaskan Item Pernyataan 5... 101
4.21. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang
xv
Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 8 ... 104
4.24. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab Yang Tinggi Item Pernyataan 9 ... 105
4.25. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab Yang Tinggi Item Pernyataan 10 ... 106
4.26. Data Jawaban responden Terhadap Disiplin Kerja ... 107
4.27. Analisis Terhadap Keseluruhan Variabel y ... 107
4.28. Hasil Uji Validitas Sistem Informasi Absensi (X) ... 109
4.29. Hasil Uji Validitas Disiplin Kerja Karyawan(Y) ... 109
4.30. Reliabilitas Sistem Informasi Absensi (X) ... 110
4.31. Reliabilitas Disiplin Kerja Karyawan(Y) ... 111
1
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada era modern saat ini Sistem komputer banyak berperan di segala bidang.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak memanfaatkan peranan komputer dalam
mengambil suatu keputusan. untuk menyelesaikan masalah yang ada berdasarkan
pada informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu diperlukan suatu
teknologi informasi yang cukup baik dan kompeten sehingga dapat dipercaya guna
mengolah semua informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan demi kemajuan
perusahaan tersebut.
Tidak diragukan lagi dengan pemanfaatan sistem informasi. Sebuah
perusahaan dapat terbantu dalam berbagai bidang yang dikehendaki guna kemajuan
perusahaan. Hal ini membantu pula suatu perusahaan dalam persaingan global. Maka
dalam persaingan global saat ini perusahaan – perusahaan berusaha menerapkan berbagai teknologi informasi untuk mendukung seluruh kegiatan di dalam
perusahaan. Hal ini juga diterapkan oleh BORMA TOSERBA Dakota Bandung.
Salah satu teknologi informasi tersebut adalah Sistem informasi absensi.
Sistem ini dibuat untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam
untuk melakukan evaluasi dan monitoring kehadiran para pegawai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dengan kata lain adalah untuk melihat tingkat disiplin para
karyawan. Selain itu sistem dibuat untuk keperluan penghitungan gaji karyawan
kontrak yaitu dengan melihat kehadiran tiap bulan serta dari jam masuk serta jam
keluar kantor para karyawan tersebut. Yang terpenting dengan adanya sistem absensi
ini diharapkan kecurangan karyawan dalam hal absensi.
BORMA Dakota telah menerapkan sistem informasi absensi yang ditunjang
oleh teknologi mesin berupa Scanner. Scanner merupakan sebuah alat pendeteksi
dengan menggunakan sinar infra merah yang menscan rangkaian kode berupa garis – garis yang disebut barcode. Dimana dalam barcode ini berisi data yang dapat diolah
kembali guna berbagai keperluan. Sistem ini telah diterapkan sejak tahun 2005.
dengan proses kerja yang tidak begitu rumit. Mula – mula mesin Scanner menscan barcode yang ada pada ID Card, yang dibuat dan diberikan pada saat karyawan mulai
bekerja di BORMA Dakota. Lalu data yang ada pada ID Card akan langsung masuk
pada Sistem yang ada untuk mengolah absensi. Adapun masalah yang ada pada
Sistem yang diterapkan di BORMA Dakota Ini yaitu, sering tidak terbacanya barcode
pada mesin Scanner. sehingga membuat karyawan memerlukan waktu yang lama
untuk mengabsen, dan terkadang tidak bisa mengabsen sama sekali dikarenakan
kondisi ID Card sudah tidak baik lagi. Faktor yang menyebabkan itu terjadi adalah
karena kurangnya pemahaman mereka tentang Sistem absensi yang ada. Sehingga
Yang dimana harus dijaga agar kondisinya tetap baik. Selain itu masalah lainya
adalah bahwa admin yang berperan untuk mengoperasikan Sistem. Tidak terlalu
paham akan Sistem yang digunakan. Hanya paham sekedar input absensi saja, tidak
untuk proses data yang lain seperti edit, tambah, hapus, maupun membuat laporan
absen. Hanya si pembuat Sistem yang benar – benar paham terhadap Sistem yang ada. Sehingga terkadang bila ada karyawan yang sakit atau lupa mengabsen si admin
tidak bisa mengubah data yang telah masuk. Dia harus menunggu si pembuat Sistem.
Bila pembuat Sistem tidak ada data tidak bisa diubah sehingga dapat merugikan
karyawan.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka
dibutuhkan peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai atau karyawan.
karena hidup matinya organisasi semata-mata tergantung pada manusia. Karyawan
merupakan faktor penting dalam setiap organisasi baik dalam pemerintah maupun
swasta. Karyawan merupakan faktor penentu dalam pencapaian tujuan perusahaan
ataupun instansi secara efektif dan efisien. karyawan yang menjadi penggerak dan
penentu jalannya organisasi.
Untuk mencapai produktivitas kerja karyawan yang baik bukan hal yang
mudah utuk dilaksanakan. Faktor yang sangat penting untuk mencapai produktivitas
kerja yang tinggi adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para karyawan. Karena hal
tersebut merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan dan kemajuan dalam
menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (
Hasibuan,2002: 193 ).
Disiplin kerja disini adalah mengenai disiplin waktu kerja, dan disiplin dalam
menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Dengan adanya kesadaran
yang tinggi dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan dalam
disiplin dan efektifitas kerja. Maka suatu produktivitas kerja juga akan tercapai.
Kedisiplinan bukan hanya indikasi adanya semangat dan kegairahan kerja. Melainkan
dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Perusahaan tidak
perlu bersikap lemah dalam menghadapi karyawan. Seorang pemimpin yang lemah
bukan hanya akan mengacaukan jalannya perusahaan tetapi juga akan kehilangan rasa
hormat dari para bawahannya. Selama perusahaan telah mempunyai peraturan dan
telah disepakati bersama. Maka pelanggaraan terhadap peraturan ini haruslah
dikenakan tindakan pendisiplinan atau sanksi.
Tingginya disiplin kerja pegawai akan mampu mencapai efektivitas kerja
yang maksimal. Baik itu disiplin waktu, tata tertib, ataupun peraturan yang telah
ditetapkan dalam instansi tersebut. Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang
dikeluarkan dalam rangka menegakkan kedisiplinan perlu teladan dari pimpinan.
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena
Disiplin kerja yang telah dilakukan pegawai di BORMA TOSERBA Dakota
Bandung belum berjalan dengan baik dan belum dilakukan dengan kesadaran diri
dan penuh rasa tanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterlambatan
dari 110 karyawan di BORMA Dakota dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 1.1
Persentase Keterlambatan Karyawan
No.
Waktu
( Minggu Ke -)
Jumlah Karyawan
Yang Terlambat
Persentase (%)
1 Pertama 24 18,32 %
2 Kedua 18 13,74 %
3 Ketiga 16 12,21 %
4 Keempat 27 20,62 %
Sumber : BORMA Dakota, September 2011
Dengan diterapkannya Sistem Informasi Absensi diharapkan para karyawan
akan lebih meningkatkan kedisiplinannya terhadap penggunaan jam kerja, dengan
kata lain mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan supaya
tujuan kantor dan intansi dapat berjalan lancar. Berdasarkan Uraian diatas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Sistem Informasi Absensi terutama
menuangkannya kedalam bentuk skripsi dengan judul: “Peranan Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung”.
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada sebagai berikut :
1. Masih terjadinya keterlambatan karyawan dalam jam masuk kantor dan terlalu
cepat pulang kantor, hal ini dikarenakan didalam Sistem tidak tersedianya
prosedur pembatasan jam absensi yang diijinkan.
2. Apabila ada pegawai yang sakit dihari tersebut admin tidak bisa mengubah data
yang telah masuk. Karena yang menjadi admin adalah karyawan biasa, sehingga
tidak dilengkapi kemampuan untuk dapat merubah data. Hanya pembuat sistem
yang bisa mengubah data. Hal ini dapat merugikan karyawan. Karena karyawan
tersebut akan dianggap tidak masuk atau alpa pada hari tersebut.
Adapun penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Bagaimana Sistem Absensi yang sedang berjalan di BORMA TOSERBA
2. Bagaimana tanggapan responden atas peranan Sistem absensi pada BORMA
TOSERBA Dakota Bandung.
3. Bagaimana kedisiplinan karyawan setelah menggunakan Sistem absensi di
BORMA TOSERBA Dakota Bandung.
4. Seberapa besar peranan Sistem absensi terhadap disiplin kerja karyawan di
BORMA TOSERBA Dakota Bandung.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk
mendapatkan data dan informasi yang relevan mengenai Sistem absensi
menggunakan Scanner dan disiplin kerja. yang nantinya akan digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai kualitas Sistem absensi menggunakan Scanner
dampaknya terhadap disiplin kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Sistem absensi yang sedang berjalan di BORMA
TOSERBA Dakota Bandung.
2. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap implementasi Sistem
Absensi terhadap disiplin kerja karyawan di BORMA TOSERBA Dakota
Bandung
3. Untuk mengetahui Tanggapan Responden tentang disiplin kerja di BORMA
4. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Sistem Absensi terhadap disiplin
kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian
Semua informasi yang dihasilkan dikumpulkan melalui penelitian dan studi
literatur ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis sendiri,
BORMA TOSERBA DAKOTA, maupun Pihak lain.
1.4.1. Kegunaan Praktis
I. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna serta
sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam mengambil keputusan terkait dengan
penerapan Sistem Absensi..
II.Bagi Karyawan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
karyawan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan disiplin kerja
yang selama ini dilaksanakan.
1.4.2. Kegunaan Akademis
Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara akademis
sebagai berikut :
1. Bagi Pengembangan Ilmu
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya arti suatu
kedisiplinan dalam hal apapun, terutama mengenai dampak Sistem Absensi Scanner
terhadap disiplin kerja.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi
bagi peneliti lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung mengenai
Sistem Absensi ataupun dalam hal pelaksanaan disiplin kerja.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah atau
memperkaya wawasan pengetahuan khususnya tentang penerapan Sistem Absensi
dan pelaksanaan disiplin kerja karyawan, serta membandingkan antara fakta dengan
teori yang diperoleh selama masa perkuliahan.
1.5.Batasan Masalah
Untuk mengkaji suatu permasalahan yang di hadapi oleh BORMA TOSERBA
Bandung Dakota, dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas,
dengan tujuan yang di harapkan serta untuk menghindari meluasnya masalah, maka
batasan masalah yang ada yaitu penelitian dilakukan hanya pada karyawan di
BORMA TOSERBA Dakota Bandung.
1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Dampak Sistem Informasi Absensi
Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung, maka
tempat dimana akan dilakukan penelitian adalah di BORMA TOSERBA Dakota
Bandung yang bertempat di Jl. Dakota No.109 Gunung Batu Bandung.
Adapun jadwal Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
Tahun 2011
No Kegiatan
Bulan
Agustus September Oktober November Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan dan
Pengajuan Proposal
2 Observasi Objek
Penelitian
3 Pengumpulan dan
analisis Data
4 Penyusunan Laporan
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS
2.1. Sistem Informasi 2.1.1. Pengertian Sistem
Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem, yaitu yang
menekankan kepada prosedur dan pada komponen atau elemennya.
1. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedurnya:
“Pendekatan prosedur adalah pendekatan yang menekankan pada
konsep sistem berdasarkan prosedur-prosedur yang ada dalam
sistem”.
2. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen-elemen
atau kelompoknya, yang dalam hal ini sistem itu didefinisikan
sebagai “Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu aturan tertentu”.
Definisi sistem menurut Jogiyanto(2005 :5):
“Sistem adalah kumpulan dari elemen – elemen yang berintegresi untuk mencapai tujuan tertentu.”
Definisi sistem menurut Jogiyanto (1999:4 ):
Definisi sistem menurut Sri (2008:7):
“Sistem adalah kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik pisik maupun non pisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”.
Definisi sistem menurut Hanif (2007:10):
“Suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variable-veriabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain”.
Ketiga pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
merupakan suatau kumpulan dari sub sistem atau jaringan kerja yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Suatu sistem mempunyai karateristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu
mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary),
lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input),
keluaran (output), pengolah (proses) dan sasaran atau tujuan.
1. Komponen Sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan.
Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa
suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem
mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu
dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu
sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas
sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan.
3. Lingkungan Luar Sistem
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari
sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat
bersifat menguntungkan dan dapat jaga bersifat merugikan sistem tersebut.
Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan
dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan
luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka
akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
4. Penghubung Sistem
Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem
dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan
sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang
lainnya. Keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk
subsistem yang lainnya dengan malalui penghubung.
5. Masukan Sistem
Masukan (input) adalah energi yang dimasukan ke dalam
sistem.masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan
dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal
adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.
6. Keluaran Sistem
Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
Misalkan untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran
yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan
informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
7. Pengolahan Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan
merubah masukan menjadi keluaran.
8. Sasaran Sistem
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran kalau suatu
sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan berguna.
Subsistem
Subsistem Subsistem
Subsistem Subsistem
input Proses Output
Penghubung
Boundary
Boundary
Gambar 2.1 Karakteristik Sistem
Sumber : Jogiyanto (1999:686)
Bentuk umum dari sistem terdiri dari atas masukan (input), proses, dan keluaran
(output). Dalam bentuk umum sistem ini biasa melakukan satu atau lebih masukan
yang akan diproses dan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya.
Gambaran umum mengenai sistem ditunjukan pada gambar berikut ini :
INPUT PROCESSING OUTPUT
Gambar 2.2 Bentuk Umum Sistem
Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah
sebagai berikut ini.
1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem
abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak
tampak secara fisik.
2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan
manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam,
tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang
dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi
antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine sistem atau
ada yang menyebut dengan man-machine.
3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan sistem tak tentu.
Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat
diprediksi. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang
tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang
dijalankan. Sedangkan sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probalitas.
4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka.
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak
terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara
terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruhi dengan
lingkungan luarnya.
2.1.2. Pengertian Informasi
Pada konsep dasar ini penulis akan menjelaskan mengenai definisi informasi,
siklus informasi dan kualitas informasi.
Informasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam organisasi.
Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, sehingga
informasi tersebut sangat penting artinya bagi suatu organisasi.
Definisi Informasi menurut Hanif (2007:15 ) adalah:
“Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”.
Definisi Informasi menurut Jogiyanto (2005:589 ) adalah :
“Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.”
Definisi data menurut Jogiyanto (1999:2 )
“Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kejadian”.
Definisi data Menurut Jogiyanto (2005: 5)
“Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengamatan keputusan”.
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna. Data
yang diolah melalui suatu model informasi. Penerima akan menerima informasi
tersebut dan membuat keputusan serta diwujudkan dengan suatu tindakan yang
berarti menghasilkan suatu tindakan yang membuat sejumlah data kembali. Data
tersebut akan ditanggap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan
seterusnnya sehingga membentuk suatu siklus.
Untuk lebih jelasnya siklus informasi dapat dijelaskan dengan gambar
sebagai berikut. Adapun gambar siklus informasi tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
1. Akurat (accurat)
Berarti informasi harus bebas dari kesalahan – kesalahan dan informasi
harus mencerminkan maksudnya.
2. Tepat waktu (time lines)
Berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena
informasi merupakan suatu landasan dalam mengambil keputusan.
3. Relevan (relevance)
Berarti informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakai, dimana
relevansi untuk tiap–tiap individu tergantung pada yang menerima dan
yang membutuhkan.
Informasi harus mempunyai nilai manfaat agar mempunyai nilai.
Menurut Jogiyanto (2005: ) pengertian nilai informasi adalah :
”Nilai informasi (value of information ) ditentukan oleh dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi bernilai jika manfaat lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkanya”.
2.1.3. Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem informasi adalah:
“Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.” (Al -Bahra Bin Ladjamudin 2005:13).
“Sistem adalah setiap kumpulan dari komponen atau sub-sistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Menurut (Jogiyanto 2003:8) sistem informasi adalah:
“Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, tehnologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal sebagai suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.”
Sistem Informasi menurut (Tejoyuwono Notohadiprawiro, 2008) adalah
sebagai berikut :
“Suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tatacara penggunaanya yang mencakup lebih jauh daripada sekedar penyajiannya. Istilah tersebut menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data serta menyusun tatacara penggunaanya.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem informasi merupakan
satu kesatuan yang utuh yang terbentuk dari sub-sub sistem dalam mengolah data
menjadi informasi. Dimana dalam sistem informasi diperlukan adanya
perencanaan, pengelolaan, pengendalian serta penilaian terhadap sistem informasi.
Hal ini diharapkan sistem informasi dapat dijadikan sebagai bahan untuk
pengambilan sebuah keputusan.
Dan dalam sebuah perusahaan Sistem informasi merupakan
komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan,
memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, dan untuk memberikan
Suatu sistem meiliki karakteristik atau sifat tertentu yaitu diantaranya adalah
memiliki komponen (component), batas sistem (boundary), lingkungan luar
sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), keluaran
(output), pengolah (process) dan sasaran (objective).
Demikian penjelasan dari karakteristik atau sifat-sifat dari sistem yang
telah dipaparkan diatas:
1. Komponen sistem (component)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan.
Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem
atau bagian dari suatu sistem.
2. Batas sistem (boundary)
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem
dengan sistem yang lainnya dengan lingkungan luar sebiuah sistem.
3. Lingkungan luar sistem (environment)
Lingkungan luar sistem adalah apapun yang terdapat diluar batas sistem
yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat
menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.
4. Penghubung sistem (interface)
Penghubung merupakan media penghubung antara dua subsistem dengna
subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan
5. Masukan sistem (input)
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal
input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem
tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk
mendapatkan keluaran.
6. Keluaran sistem (output)
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi
keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan
masukan unutk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.
7. Pengolahan sistem (process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian atau sistem itu sendiri sebagai
pengolahnya. Pengolah yang akan merubah input dan output.
8. Sasaran (objective)
Suatu sistem pasti memiliki tujuan (goal) atau sasaran (objective). Jika
suatu sistem tidak memiliki sasaran atau tujuan, maka operasi sitem tidak akan
ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang
dibutuhkan sistem dan keluaran yang dihasilkan sistem. Suatu sistem
dikatakan berhasil apabila dapat mencapai sasaran ataupun tujuan dari sistem
2.1.4. Sistem Informasi Absensi
Sistem Informasi Absensi adalah sistem informasi yang bertujuan untuk
mempermudah proses absensi dari tahap absensi sampai pembuatan
laporannya. (Tunisman 2011)
2.1.5. Scanner
Scanner merupakan salah satu perangkat input komputer. Scanner
merupakan alat yang berfungsi untuk menduplikat objek layaknya mesin
fotokopi ke dalam bentuk digital. Scanner menduplikat objek tersebut
menggunakan sebuah sensor cahaya yang terdapat di dalamnya. Sensor
yang ada pada scanner tersebut mendeteksi struktur, tulisan, maupun
gambar dari objek yang discan tersebut dan dikirimkan ke komputer dalam
bentuk digital.
Dalam scanner terdapat sebuah sensor. Sensor tersebut mendeteksi
struktur, seperti tulisan, warna, gelap, terang, dan bentuk benda. Setelah itu
scanner mengirimkan hasil dari scan tersebut ke komputer dalam bentuk
digital. Scanner merupakan suatu alat yang berfungsi seperti mesin
fotokopi, yaitu dengan cara memasukkan data melalui pencahayaan dan
selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk digital. Sensitive kepada cahaya
dan dapat menerjemahkan teks, barcode, gambar, dan sebagainya. Hasil
tersebut bisa diedit atau disimpan dalam komputer. Untuk gambar
biasanya scanner menscan foto, makalah, dll.
Perangkat input scanner dapat berupa pembaca mengenal karakter
tinta magnetic atau magnetic ink character recognition (MICR) dan optical
data reader. MICR reader biasanya digunakan untuk transaksi cek pada
suatu bank, yang ditulis dengan tinta magnetic yang hanya bisa dibaca
dengan perangkat MICR dan tidak bisa dibaca dengan mata manusia.
Optical Data Reader hamper seperti MICR, namun lebih fleksibel yang
dapat berupa Optical Character Recognition (OCR) reader, OCR text
reader, barcode wand dan Optical Mark Recognition (OMR) reader. OCR
reader dapat membaca dokumen baik yang ditulis dengan huruf cetak
maupun tulisan tangan. OCR text reader banyak digunakan di took-toko
atau gudang untuk membaca label data barang dalam bentuk (font)
karakter OCR. Barcode wand adalah perangkat yang digunakan untuk
membaca label data barang yang berbentuk kode-kode barang (bar), yang
saat ini digunakan hampir sebagian besar supermarket untuk mendeteksi
harga barang. Barcode wand juga dipakai perusahaan – perusahaan untuk
sistem absensi. OMR reader banyak digunakan untuk penilaian tes (test
scoring), jawaban dari tes diberikan pada kertas mark sense form, yang
berupa lingkaran-lingkaran keil yang biasanya harus diisi dengan
menggunakan pensil 2B.
2.1.6. Barcode
Sebuah kode batang atau kode palang (barcode) adalah suatu
kumpulan data optik yang dibaca mesin. Sebenarnya, kode batang ini
mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis paralel dan dapat
disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau 1D (1 dimensi).
Tetapi juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk geometri
lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2
dimensi). Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut sebagai kode
batang.
Penggunaan awal kode batang adalah untuk mengotomatiskan
sistem pemeriksaan di swalayan, tugas dimana mereka semua menjadi
universal saat ini. Penggunaannya telah menyebar ke berbagai kegunaan
lain juga, tugas yang secara umum disebut sebagai Auto ID Data Capture
(AIDC). Sistem ID ini digunakan untuk sistem absensi di beberapa
perusahaan.
Kode batang dapat dibaca oleh pemindai optik yang disebut
pembaca kode batang atau dipindai dari sebuah gambar oleh perangkat
lunak khusus. Di Jepang, kebanyakan telepon genggam memiliki
perangkat lunak pemindai untuk kode 2D, dan perangkat sejenis tersedia
Pada awalnya pembaca kode batang yaitu scanner atau pemindai
dibangun dengan mengandalkan cahaya yang tetap dan satu photosensor
yang secara manual digosokkan pada kode batang.
Kode batang scanner dapat digolongkan menjadi tiga katagore
berdasarkan koneksi ke komputer, yaitu : Jenis RS-232 kode batang
scanner. Jenis ini membutuhkan program khusus untuk mentransfer data
input ke program aplikasi. Jenis lain,adalah bercode yang menghubungkan
antara komputer dan PS 2 atau AT keyboard dengan menggunakan kabel
adaptor. Jenis ketiga adalah USB kode batang scanner, yang merupakan
lebih modern dan lebih mudah diinstal perangkat daripada RS-232
scanner, karena scanner kode batang ini memiliki keuntungan yaitu tidak
membutuhkan kode atau program untuk mentransfer data input ke
program aplikasi, ketika anda melacak kode batang datanya dikirim ke
komputer seakan-akan telah mengetik pada keyboard.
Kode batang terdiri dari garis hitam dam putih. Ruang putih di
antara garis-garis hitam adalah bagian dari kode.
Ada perbedaan ketebalan garis. Garis paling tipis “1”, yang sedang
“2”, yang lebih tebal “3”, dan yang paling tebal “4”. Setiap digit angka
terbentuk dari urutan empat angka. 0 = 3211, 1 = 2221, 2 = 2122, 3 =
Standar kode batang retail di Eropa dan seluruh dunia kecuali
Amerika dan Kanada adalah EAN (European Article Number) – 13.
EAN-13 standar terdiri dari:
Kode negara atau kode sistem: 2 digit pertama kode batang
menunjukkan negara di mana manufacturer terdaftar.
Manufacturer Code: Ini adalah 5 digit kode yang diberikan pada
manufacturer dari wewenang penomoran EAN.
Product Code: 5 digit setelah manufacturer code. Nomor ini
diberikan manufacturer untuk merepresentasikan suatu produk
yang spesifik.
Check Digit atau Checksum: Digit terakhir dari kode batang,
digunakan untuk verifikasi bahwa kode batang telah dipindai
dengan benar.
2.2. Disiplin Kerja
2.2.1. Disiplin
Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat
bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan
dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa
yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada
banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh
siswa-siswa yang kurang disiplin.
Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14) :
“Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.”
Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi
pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu
lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain.
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11) :
“makna kata disiplin dapat dipahami dalamkaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan, dan sistem aturan tata laku”.
Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan
pada pikiran dan watak untuk menghasilkaan kendali diri, kebiasaan untuk patuh,
dll. Disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan
dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang
melanggar tata tertibdapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi
untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Kendali atau terciptanya
ketertiban dan keteraturan berarti orang yang disiplin adalah yang mampu
2.2.2. Pengertian Disiplin Kerja
Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang
bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan. Dengan
ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para
karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin dalam bekerja sehingga
produktivitasnya pun meningkat. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu
sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya
dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas
dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291).
Disiplin kerja dapat pula dikatakan sebagai kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, kesediaan adalah suatu sikap,
tingkah laku, dan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak.
(Hasibuan, 2002 : 193) Berdasrkan dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja adalah sikap pada pegawai untuk berperilaku sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja.
Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari
hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia
akan menghasilkan disiplin yang lemahdan tidak bertahan lama. Disiplin akan
tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan
lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh
berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada
pola tingkah laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa saja telah
menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.
2. Adanya perilaku yang terkendali
3. Adanya ketaatan.
Dengan demikian disiplin kerja dapat dilihat dari :
1. Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat
waktu dan tanggung jawabnya pada pekerjaan.
2. Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.
3. Memelihara perlengkapan kerja dengan baik.
Disiplin dalam bekerja sangatlah penting sebab dengan kedisiplinan
tersebut diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh para karyawan, bekerja
sesuai dengan prosedur, dan sebagainya sehingga pekerjaan terselesaikan secara
efektif dan efesien serta dapat meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu
bila karyawan tidak menggunakan aturan-aturan yang ditetapkan dalam
perusahaan, maka tindakan disiplin merupakan langkah terakhir yang bisa diambil
terhadap seorang pegawai yang performansi kerjanya dibawah standar. Tindakan
disiplin ini dapat berupa teguran-teguran (reprimands), penskoran (suspension),
Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian sementara atau
penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh pengurangan anggaran atau
kurangnya kerja. Tindakan-tindakan disipliner ini disebabkan oleh
kejadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya
produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan instansi (Gomes, 2000 :
232).
Pelaksanaan disiplin berangkat dari asumsi bahwa sejumlah permasalahan
lainnya sudah diatasi, seperti mengenai rancangan pekerjaan (job design), seleksi,
orientasi, penilaian, performansi, pelatihan dan kompensasi.
Ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan suatu organisasi diantaranya (Soejono, 2000) :
1. Ketepatan waktu
2. Mampu memanfatkan dan menggunakan perlengkapan dengan baik
3. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan
4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan
5. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2.2.3. Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut Handoko (2008 : 208), disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :
1. Disiplin Preventif
Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong
dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama dalam hal
ini adalah dapat ditumbuhkan “ Self Dicipline” pada setiap karyawan tanpa
kecuali. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim
disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Untuk
memungkinkan iklim yang penuh disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu
kiranya standart itu sendiri bagi setiap karyawan, dengan demikian dicegah
kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaranpelanggaran atau
penyimpangan dari standart yang ditentukan.
2. Disiplin Korektif
Disiplin ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk
menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu
bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action)
3. Disiplin Progresif
Disiplin ini berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum
hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga
memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan.
Disiplin dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu (Prijodarminto,
2004 : 25) :
Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas
aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.
2. Disiplin Kelompok
Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh
terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada
kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.
3. Disiplin Nasional
Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang
ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai
yang belaku secara nasional.
Dalam setiap oragnisasi atau perusahaan yang diinginkan adalah jenis
disiplin reventif yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran.
Akan tetapi dalam kenyataan selalu mengatakan bahwa disiplin itu lebih banyak
disebabkan adanya paksaan dari luar dan hak-hak karyawan sudah menjadi alat
pengenalan yang tepat kepada disiplin karyawan, karena hak-hak karyawan
seringkali merupakan masalah dalam kasus-kasus disiplin karyawan. Demikian
juga dalam penelitian ini jenis-jenis disiplin kerja yang dikaji adalah disiplin
preventif yang dilaksanakan untuk mendorong pegawai agar mengikuti aturan
yang telah ditetapkan.
2.2.4. Pendekatan Dalam Disiplin
Sistem disiplin karyawan dapat dipandang suatu penerapan modifikasi
perilaku untuk karyawan bermasalah atau karyawan yang tidak produktif. Disiplin
yang diharapkan dari dirinya di pekerjaan dan biasanya karyawan diberi
kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif. Adapun
pendekatan-pendekatan dalam disiplin kerja karyawan (Mathis dkk, 2002: 314) adalah :
1. Pendekatan Disiplin Positif
Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan filosofi bahwa
pelanggaran merupakan tindakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif
tanpa perlu hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah pada penemuan
fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diharapkan, dan bukannya
menggunakan hukuman (penalti) untuk mencegah perilaku yang tidak diharapkan.
Kekuatan pendekatan positif ini dalam disiplin adalah fokusnya
pada pemecahan masalah. Juga, karena karyawan merupakan partisipan aktiv
selama proses tersebut, maka perusahaan yang menggunakan pendekatan ini
cenderung memenangkan tuntutan hukum jika karyawan mengajukan tuntutan.
Kesulitan utam dengan pendekatan positif terhadap disiplin adalah jumlah waktu
yang sangat lama untuk melatih para supervisor dan manajer yang diperlukan.
2. Pendekatan Disiplin Progresif
Disiplin progresif melembagakan sejumlah langkah dalam membentuk
perilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin progresif menggunakan
peringatan lisan dan tulisan sebelum berlanjut ke PHK. Dengan demikian, disiplin
progresif menekankan bahwa tindakantindakan dalam memodifikasi perilaku akan
bertambah berat secara progresif (bertahap) jika karyawan tetap menunujukkan
2.2.5. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja
Menurut Sastrohadiwiryo (2001:293) tujuan utama mengadakan sanksi
disiplin kerja bagi pegawai yang melanggar norma-norma perusahaan adalah
memperbaiki dan mendidik para pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin.
Sansi atas pelanggaran disiplin yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan
pelanggaran disiplin yang dilakukan sehingga secara adil dapat diterima. Pada
umumnya sebagai pegangan menajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis
sanksi disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang, dan
sanksi disiplin ringan.
1. Sanksi Disiplin Berat
Sanksi disiplin berat misalnya :
a. Tingkat jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan / pekerjaan yang
diberikan sebelumnya.
b. Pembebasab dari jabatan / pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai
biasa bagi yang memegang jabatan.
c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri
pegawai yang bersangkutan.
d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai pegawai di
perusahaan.
2. Sanksi Disiplin Sedang
Sanksi Disiplin Sedang misalnya :
a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang
b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian,
mingguan, atau bulanan.
c. Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada
jabatan yang lebih tinggi.
3. Sanksi Disiplin Ringan
Sanksi Disiplin Ringan misalnya :
a. Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan
b. Teguran Tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2.3. Hubungan antara Sistem Informasi Absensi dan Disiplin Kerja
Hubungan antara sistem informasi absensi dan disiplin kerja dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut :
Richard L. Swansbro (On 2006)
“Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat. Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau informasi yang baik”.
Menurut Teddy Nugraha (2010 by printergemblong.blog) Sistem Informasi Absensi Karyawan dan Penggajian merupakan aplikasi pendukung dalam penerapan disiplin kerja. Penerapan disiplin kerja kadang terabaikan sehingga menyebabkan kekacauan dalam sistem pencatatan kehadiran yang akan berdampak pada mekanisme penggajian karyawan.
yang baik pula, sehingga dapat menekan kerugian perusahaan dalam hal kehilangan kedisiplinan para karyawan.
Maka daripada itu Sistem Informasi Absensi Karyawan ini dapat memberikan solusi pencatatan kehadiran dengan akurasi waktu pencatatan yang baik dan menghasilkan sistem laporan yang terperinci mengenai informasi karyawan baik itu dari segi kehadiran kerja, informasi pribadi karyawan, kalender kerja karyawan, sistem shift karyawan yang otomatis rolling jam kerjanya, masa cuti, sistem penggajian berikut tunjangan dan pemotongan gaji dan informasi lainnya yang dapat mendukung kinerja perusahaan.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi absensi dapat
berperan dalam disiplin kerja.
2.4. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Sistem Informasi absensi di BORMA Dakota dibuat untuk membuat
proses absensi menjadi lebih mudah. Sistem ini menggunakan Scanner sebagai
penginput data yang nantinya akan di proses sistem menjadi suatu data, yang
digunakan untuk keperluan absensi.
Secara garis besar sistem informasi absensi ini bertujuan untuk :
1. Memonitor kehadiran pegawai yang nantinya dijadikan acuan guna
evaluasi kedisiplinan pegawai.
2. Memudahkan karyawan dalam proses absensi.
3. Meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan.
4. Menyediakan data dan informasi yang relevan untuk pimpinan
perusahaan. Yang nantinya dapat dijadikan unsur dasar dalam
Dari apa yang di paparkan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi absensi ini dibuat untuk memudahkan proses absensi. Namun sistem
informasi yang ada di borma ini masih kurang memenuhi standar yang baik.
Sebagai contoh dalam prosedur yang digunakan masih kurang memenuhi syarat.
Di dalam sistem ini tidak ada prosedur pembatasan jam kerja. Hal ini membuat
sering terjadinya keterlambatan dan lebih cepat pulang kantor. Dalam masalah
admin pun masih ada kendala. Yang menjadi admin hanya karyawan biasa. Bukan
orang yang benar – benar paham akan sistem jadi bila ada masalah pada sistem,
admin tidak bisa memperbaikinya. Jadi harus si pembuat sistem yang
memperbaiki. Dapat disimpulkan bahwa sistem di Borma belum memenuhi
kriteria. Hal ini dapat dilihat dari teori Abdul Kadir tentang sistem informasi dan 5
komponen sistem :
Menurut Abdul Kadir (2003 : 10):
“Sistem informasi adalah sistem yang mencangkup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja),dan ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi) melalui komponen tersebut, yang dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan”
Abdul Kadir (2007:71) komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai
berikut:
1. Perangkat keras (Hardware), mencakup peranti-peranti fisik seperti komputer
dan printer
2. Perangkat lunak (Software), atau program sekumpulan instruksi yang
3. Orang (Brainware), semua pihak yang bertanggung jawab dalam
pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan sistem
informasi
4. Basis data (Database), sekumpulan tabel, hubungan dll yang berkaitan dengan
penyimpangan data.
5. Prosedur, sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan
data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki Selain memiliki komponen
- komponen diatas.
Perusahaan secara umum memiliki tujuan yaitu memperoleh keuntungan
dan berkembang menjadi besar dalam memperoleh kemajuan usaha. Tujuan
tersebut akan tercapai jika efektivitas kerja karyawan yang terus meningkat,
karena keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari efektivitas kerja karyawannya.
Efektifitas kerja dapat ditunjang dengan sistem yang baik. Selain itu faktor yang
mempengaruhi untuk tercapainya efektivitas kerja, yaitu disiplin kerja.
Disiplin kerja di Borma Dakota belum dapat dikatakan baik karena masih
saja ada penyimpangan dalam jam kerja. Dalam satu minggu saja, lebih dari 10%
karyawan Borma yang terlambat masuk kerja. Ini sangat disayangkan karena
disiplin kerja sangat mempengaruhi keefektifitasan kerja.
Disiplin kerja merupakan sikap patuh akan peraturan yang berlaku.
Diterapkannya disiplin pada setiap karyawan maka akan menumbuhkan rasa
tanggung jawab dalam diri karyawan akan segala kewajibannya. Bila hal ini sudah
Dalam rangka meningkatkan disiplin karyawan, maka upaya pengendalian
dan pengawasan disiplin kerja karyawan perlu dilaksanakan secara terus menerus
dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan
pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran karyawan yang secara periodik
dievaluasi. Untuk evaluasi itu maka dibutuhkan kriteria – kriteria disiplin kerja
yang baik. Seperti disiplin kerja menurut Soejono yaitu :
Disiplin Kerja pegawai dapat dikatakan baik (Leteiner & Levine,
Terjemahan Soejono, 2003 : 67) apabila :
a. Adanya ketaatan pegawai terhadap peraturan jam kerja.
b. Ketaatan pegawai terhadap pakaian kerja.
c. Menggunakan dan menjaga perlengkapan kantor.
d. Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar.
e. Adanya semangat pegawai dalam bekerja.
Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja tersebut dapat
dikelompokkan menjadi lima indikator yaitu diantaranya :
1. Ketepatan Waktu
Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan
tidak lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang
telah lewat, sekarang dan yang akan datang. Berdasarkan pengertian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal
keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan
tiba.