BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
4.1. Perencanaan Pembebanan Pelat Lantai
Analisa perhitungan pelat lantai dan pelat atap disesuaikan dengan beban
yang dipikul tiap lantai dan bentuk pelat mengikuti bentuk denah balok. Dalam
Tugas Akhir ini perhitungan mekanika pelat menggunakan cara diskreet Metode
Finite Elementt dengan bantuan program SAP2000 versi 10.01
Struktur pelat seluruhnya menggunakan beton konvensional dengan material
bahan menggunakan beton f’c = 25 Mpa = 250 kg/cm
2
, dan baja tulangan utama
menggunakan fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm
2
Dalam perencanaannya pelat lantai struktur gedung Apartemen Berlian
dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
• Pembebanan lantai Semi Basement untuk ruang parkir kendaraan
• Pembebanan lantai 1-10 untuk ruang perkantoran
• Pembebanan lantai 11 untuk ruang mesin lift
• Pembebanan pelat atap
I. Langkah-langkah Perencanaan Pelat
1. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang.
2. Menentukan tebal pelat lantai ( berdasarkan ketentuan SK SNI 2002
ayat 11 butir 5 sub butir 3 ) dan melakukan cheking terhadap lendutan
yang diijinkan.
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat, yang terdiri dari beban
mati (DL) dan beban hidup (LL).
4. Menghitung kombinsai pembebanan
II. Penentuan Tebal Pelat Lantai
Penentuan tebal pelat lantai mengacu pada rumus (2.7) dan rumus
(2.8) adalah sebagai berikut :
36
)
1500
/
8
,
0
ln(
) (fy
h
mak≤
+
β
9
36
)
1500
/
8
,
0
ln(
(min)+
+
≥
fy
h
Sumber : SK SNI 2002 ayat 11 butir 5 sub butir 3
dimana :
h =
ketebalan
pelat
ln
= bentang terpanjang
fy
= mutu baja tulangan
β
= ly/lx
ly = 4,925 m
lx = 3,425 m
Gambar 4.1. Dimensi pelat lantai
Ly =
4925
mm
Lx =
3425
mm
36
)
1500
/
240
8
,
0
(
4925
) (+
≤
makh
=
131,33
mm
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
+
+
≥
3425
4925
9
36
)
1500
/
240
8
,
0
(
4925
(min)h
=
96,60
mm
Dipakai tebal pelat 120 mm = 0,12 m ( untuk semua tipe pelat
kecuali pelat atap dipakai tebal 0,10 m ).
Adapun tebal pelat lantai semi basement diambil ukuran dimensi
pelat yang mewakili sebagai berikut :
Ly =
12000
mm
Lx. =
10000
mm
36
)
1500
/
240
8
,
0
(
12000
) (+
≤
makh
=
320,00
mm
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
+
+
≥
10000
12000
9
36
)
1500
/
240
8
,
0
(
12000
(min)h
=
246,15
mm
Diambil tebal pelat lantai semi basement, h = 300 mm = 0,30 m
Untuk memodelkan pelat lantai, dianggap lantai mampu menahan
gaya-gaya dari arah horizontal / gempa maupun arah vertikal. Dalam
SAP2000, pada menu Define Area Section, terdapat 3 pilihan untuk
memodelkan pelat berdasarkan gaya-gaya atau momen yang diwakilinya,
yaitu :
1. Element Membrane, hanya memperhitungkan gaya-gaya sebidang
atau momen yang berputar pada sumbu yang tegak lurus bidangnya.
2. Element Plate, hanya memperhitungkan momen dan gaya transversal
yang dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak lurus pada bidang
element tersebut.
3. Element Shell, adalah element yang mempunyai kemampuan element
Membrane dan Shell sekaligus.
Dari pengertian tersebut, maka dipilih element Shell dengan type
Shell Thick dengan asumsi pelat lantai sebagai pelat kaku yang mampu
berperan untuk menahan gaya gempa dengan cara lantai tersebut harus
dikekang (constraint).
III. Pembebanan pada Lantai Gedung
A. Pembebanan lantai untuk ruang Semi Basement (h = 0.30 m)
1. Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 3 cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/ m²
Penutup Lantai ( keramik ) =
= 24 kg/ m²
Total
DL
=
87
kg/
m²
= 870 N/ m²
2. Beban Hidup ( LL ) untuk lantai gedung parkir ( PPI untuk
Gedung 1983 )
= 800 kg/ m²
= 8000 N/ m²
B. Pembebanan lantai 1-9 untuk ruang perkantoran (h = 0,12 m)
1. Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 3cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/ m²
Penutup Lantai ( keramik ) =
= 24 kg/ m²
Plafond+Penggantung
=
= 18 kg/ m²
Total
DL
=
105
kg/
m²
= 1050 N/ m²
2. Beban Hidup ( LL ) untuk lantai struktur gedung perkantoran,
apartemen ( PPI untuk Gedung 1983 )
= 250 kg/ m²
= 2500 N/ m²
C. Pembebanan lantai untuk ruang mesin lift (h = 0,12 m)
1. Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 3cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/m²
Penutup Lantai ( keramik ) =
= 24 kg/ m²
Plafond+Penggantung
=
= 18 kg/ m²
Total
DL
=
105
kg/
m²
= 1050 N/ m²
2. Beban Hidup ( LL ) untuk lantai ruang mesin lift dan
sejenisnya ( PPI untuk Gedung 1983 )
= 400 kg/ m²
= 4000 N/ m²
D. Pembebanan pelat atap (h = 0,10 m)
1. Beban Mati ( DL )
Spesi ( tebal = 1cm )
= 3 . 21 kg/ m²/cm
= 63 kg/ m²
Plafond+Penggantung
=
= 18 kg/ m²
Total DL
= 81 kg/ m²
= 810 N/ m²
2. Beban Hidup ( LL ) pekerja untuk lantai atap ( PPI untuk
Gedung 1983 )
= 100 kg/ m²
= 1000 N/ m²
Selanjutnya beban Wu dimasukkan sebagai beban merata (Uniform
Shell) dalam program SAP2000 sedangkan tebal pelat akan dihitung
otomatis oleh komputer dengan memasukkan faktor pengali 1 untuk self
4.2. Perencanaan Pembebanan Tangga
I. Tinjauan Umum
Melihat fungsi dan kegunaan serta kondisi gedung yang ada
(perbedaan elevasi antar lantai), maka struktur bangunan gedung ini
menggunakan tangga sebagai alternatif lain selain lift sebagai transportasi
vertikal. Perencanaan tangga pada Gedung Apartemen Berlian ini
meliputi 3 tipe tangga :
1. Tangga penghubung lantai semi basement dengan ground floor,
(Tipe 1).
2. Tangga penghubung lantai ground floor dengan lantai dua, (Tipe 2).
3. Tangga penghubung lantai 2 sampai dengan lantai ruang mesin,
(Tipe 3)
Tujuan utama pembagian tipe tangga tersebut adalah berdasarkan
beda tinggi antar lantai yang bervariasi sedangkan ruang yang ada untuk
penempatan konstruksi tangga terbatas.
Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan SAP2000.
Beban yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan
beban hidup orang untuk lantai perkantoran. Beban mati dihitung
langsung oleh SAP2000 dengan memasukkan nilai 1 untuk self weight
multiplier pada saat pembebanan (load case). Kombinasi pembebanan
yang diperhitungkan berdasarkan SK SNI03-xxx-2002 adalah : 1,2 DL +
1,6 LL
Dimana :
DL : dead load (beban mati)
LL
:
live load (beban hidup)
II. Perencanaan Dimensi dan Pembebanan Tangga
A. Tangga Tipe 1
Gambar 4.2. Tangga Tipe 1
Data perencanaan tangga :
Tinggi antar lantai
: 4,00 m
Lebar Tangga
: 0,90 m
Kemiringan (α)
: 38,66°
Panjang Bordes
: 2,30 m
Lebar bordes
: 1,05 m
Mencari tinggi optrade dan panjang antrade :
Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono
2 . Opt + Ant
= 61~65
2 . ( Ant . tg α ) + Ant
= 61~65
2 . ( Ant . tg 38,66 ) + Ant
= 61~65
1,60 Ant + Ant
= 61~65
2,60 Ant
= 65
Ant
= 25 cm
Nilai antrade 25 cm digunakan pada tiap tingkatan tangga tipe 1.
Dan nilai optrade menjadi :
Opt = Ant . tg α
Opt = 25 . tg 38,66° = 20 cm
Sehingga dengan metode pendekatan akan didapatkan :
Jumlah Optrade =
20
20
400 = buah
Jumlah Antrade = 20-1 = 19 buah
Menghitung tebal pelat tangga :
Tebal selimut beton
: 2 cm
Tebal Pelat tangga
:
27
66
,
38
sin
/
200
27
min=
=
H
h
= 11,85 cm
digunakan h = 12 cm = 0,12 m
cm
Opt
h
h
.
cos
38
,
66
19
,
81
2
20
12
cos
.
2
'
=
+
α
=
+
=
=
0,1981
m
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,1981-0,12
= 0,0781 m
Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m):
1. Dead Load (DL)
Beban anak Tangga
= 0,0781 . 2400
= 187,44kg/m²
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
Handrill
= taksiran
= 15 kg/m²
DL
=268,44
kg/m²
= 2684,4N/ m²
2. Live Load (LL) untuk lantai perkantoran LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Pembebanan Pelat Bordes (h = 0,12 m):
1. Dead Load (DL)
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
DL
= 66 kg/m²
= 660 N/ m²
2. Live Load (LL)
LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
B. Tangga Tipe 2
Gambar 4.4. Tangga Tipe 2
Data perencanaan tangga :
Tinggi antar lantai
: 6,00 m
Lebar Tangga
: 0,90 m
Kemiringan (α)
: 38,66°
Panjang Bordes
: 2,30 m
Lebar bordes
: 1,05 m
Tinggi optrade dan panjang antrade :
Tinggi Optrade
= 20 cm
Jumlah Optrade
=
30
20
600 = buah
Jumlah Antrade
= 30-1 = 29 buah
Dimensi pelat tangga dan bordes:
Tebal selimut beton
= 2 cm
Tebal pelat tangga dan bordes = 0,12 m
Ekivalensi tebal anak tangga = 0,0781m
Gambar 4.5. Dimensi anak tangga
Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m)
1. Dead Load (DL)
Beban anak Tangga
=0,0781 . 2400
= 187,44kg/m²
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
Handrill
= taksiran
= 15 kg/m²
DL
=268,44
kg/m²
= 2684,4N/ m²
2. Live Load (LL) untuk lantai perkantoran LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Pembebanan Pelat Bordes (h = 0,12 m):
1. Dead Load (DL)
DL
= 66 kg/m²
= 660 N/ m²
2. Live Load (LL)
LL
= 300 kg/m²
C. Tangga Tipe 3
Gambar 4.6. Tangga Tipe 3
Data perencanaan tangga :
Tinggi antar lantai
: 4,50 m
Lebar Tangga
: 0,90 m
Kemiringan (α)
:
41
,
99
°
Panjang Bordes
: 2,30 m
Tinggi optrade dan panjang antrade :
Tinggi Optrade
= 22,5 cm
Panjang Antrade
= 25 cm
Jumlah Optrade
=
20
5
,
22
450 = buah
Jumlah Antrade
= 20-1 = 19 buah
Menghitung tebal ekivalensi anak tangga :
Tebal selimut beton
: 2 cm
Tebal Pelat tangga
: 12 cm = 0,12 m
cm
Opt
h
h
.
cos
41
,
99
20
,
362
2
5
,
22
12
cos
.
2
'
=
+
α
=
+
=
= 0,204 m
Maka tebal anak tangga = 0,204-0,12
= 0,084 m
Pembebanan Pelat Tangga (h = 0,12 m):
1. Dead Load (DL)
Beban anak tangga
= 0,084 . 2400
= 201,60kg/m²
Spesi ( t = 2 cm )
= 2 . 21
= 42 kg/m²
Keramik
= 1 . 24
= 24 kg/m²
Handrill
= taksiran
= 15 kg/m²
DL
=
282,6
kg/m²
= 2826 N/ m²
2. Live Load (LL) untuk lantai perkantoran LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Pembebanan Pelat Bordes ( h = 12 cm ) :
1. Dead Load (DL)
DL
= 66 kg/m²
= 660 N/ m²
2. Live Load (LL)
LL
= 300 kg/m²
= 3000 N/ m²
Selanjutnya beban Wu dimasukkan sebagai beban merata (Uniform
Shell) dalam program SAP2000 sedangkan tebal pelat akan dihitung
otomatis oleh komputer dengan memasukkan faktor pengali 1 untuk self
4.2.1 Analisa Gaya Dalam Pelat Tangga dan Pelat Bordes
Analisa gaya dalam ( khususnya momen ) pada pelat tangga dan pelat
bordes dilakukan seperti halnya analisa pelat seperti sebelumnya. Analisa
momen pada pelat tangga dan pelat bordes dilakukan menggunakan Finite
Elementt Method dengan bantuan program SAP2000.
Tinjauan momen maksimum pada joint Area yang ditinjau dianggap
mewakili sepanjang sumbu joint tersebut, sehingga tinjauan tidak dilakukan
berdasarkan per-element Area ( tiap-tiap jalur mesh).
Hasil analisa pelat tangga dan pelat bordes disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Momen Tangga Tipe 1
Jenis Plat
Mmax (M11)
Mmax (M22)
Areas
Text
M
tump
(kN.m)
Areas
Text
M
lap
(kN.m)
Areas
Text
M
tump
(kN.m)
Areas
Text
M
lap
(kN.m)
P. Tangga
1
-1,552
150
0,311
2
-7,760
23
3,766
P. Bordes
87
-5,000
72
5,000
93
-0,940
75
0,940
Tabel 4.2. Momen Tangga Tipe 2
Jenis Plat
Mmax (M11)
Mmax (M22)
Areas
Text
M
tump
(kN.m)
Areas
Text
M
lap
(kN.m)
Areas
Text
M
tump
(kN.m)
Areas
Text
M
lap
(kN.m)
P. Tangga
1
-1,150
131
0,245
2
-5,751
20
2,759
P. Bordes
80
-3,258
75
2,607
49
-0,676
87
0,672
Tabel 4.3. Momen Tangga Tipe 3
Jenis Plat
Mmax (M11)
Mmax (M22)
Areas
Text
M
tump
(kN.m)
Areas
Text
M
lap
(kN.m)
Areas
Text
M
tump
(kN.m)
Areas
Text
M
lap
(kN.m)
P. Tangga
1
-1,640
142
0,343
2
-8,198
21
3,968
P. Bordes
92
-5,504
94
1,727
50
-1,025
52
0,384
4.2.2 Perhitungan Penulangan Pelat Tangga
Data :
f’c
= 25 Mpa = 250 kg/cm
2
fy
= 240 Mpa = 2400 kg/ cm
2
h pelat tangga
= 12 cm
h bordes = 12 cm
selimut (p)
= 20 cm
∅ tul arah x
= 1,0 cm
∅ tul arah y
= 1,0 cm
dx
= h – p - ½ ∅.
tul-x
= 12-2-½.1,0 = 9,50 cm
dy
= h – p - ∅
tul-x
- ½ ∅.
tul-y
= 12-2-1.2-½.1.0 = 8,50 cm
Contoh perhitungan tulangan tangga tipe 1 :
Mtx
= 7,760 kNm
= 7,760.10
4
kgcm
Mn =
8
,
0
10
.
760
,
7
4=
φ
Mu
= 97 000 kgcm
β
= 0,85 untuk fc’ ≤ 30 Mpa
K =
RI
d
b
Mn
.
.
2RI =
β
.f’c = 0,85.250
= 212,50 kg/cm
2
K =
50
,
212
.
5
,
9
.
100
97000
2=
0,0510
F = 1-
1
−
2
K
F = 1-
1
−
2
.
0
,
0510
=
0,0520
F
min
=
14/RI
F
min
= 14/212,50
= 0,065588
F
max
=
β
.4500/(6000+fy)
F
max
= 0,85.4500/(6000+2400)
= 0,45536
Jika F < Fmax maka digunakan tulangan tunggal
Jika F > Fmax maka digunakan tulangan ganda
Maka digunakan hitungan tulangan tunggal dengan nilai
F
min
= 0,065588
As
= F.b.d.RI/fy = 0,065588.100.9,4.212,50/2400 = 5,54 cm
2
Dipasang tulangan
=
φ
10 – 100 (As = 7.86 cm
2
)
ρ
=
d
b
As
terpasang.
=
100
.
9
,
4
66
,
5
=
0,00602
ρ
min
= 14/fy = 14/2400
= 0,005833
ρ
max
=
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
+
fy
RI
fy
.
6000
4500
.
β
=
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
+
2400
50
,
212
.
2400
6000
4500
85
,
0
=
0,04032
Syarat :
ρ
min
<
ρ
<
ρ
max
Selanjutnya perhitungan untuk penulangan tangga tipe 1 disajikan
dalam bentuk tabel 4.4. di bawah ini :
Tabel 4.4. Penulangan Pelat Tangga Tipe 1
Tipe
tangga Mu Kg-cm Mn K F Fmin Fmax As (cm2)
Dipilih Tulangan
Asterp
(cm2) ρ ρmin ρmax ket
Pelat Tangga Mtx 77600.00 97000.00 0.051 0.052 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 37660.00 47075.00 0.025 0.025 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 15520.00 19400.00 0.013 0.013 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 3110.00 3887.50 0.003 0.003 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Pelat Bordes Mtx 50000.00 62500.00 0.033 0.033 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 50000.00 62500.00 0.033 0.033 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 9400.00 11750.00 0.008 0.008 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 9400.00 11750.00 0.008 0.008 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok
Tabel 4.5. Penulangan Pelat Tangga Tipe 2
Tipe
tangga Mu Kg-cm Mn K F Fmin Fmax As (cm2)
Dipilih Tulangan
Asterp
(cm2) ρ ρmin ρmax ket
Pelat Tangga Mtx 57510.00 71887.50 0.037 0.038 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 27590.00 34487.50 0.018 0.018 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 11500.00 14375.00 0.009 0.009 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 2450.00 3062.50 0.002 0.002 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Pelat Bordes Mtx 32580.00 40725.00 0.021 0.021 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 26070.00 32587.50 0.017 0.017 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 6760.00 8450.00 0.006 0.006 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 6720.00 8400.00 0.005 0.005 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok
Tabel 4.6. Penulangan Pelat Tangga Tipe 3
Tipe
tangga Mu Kg-cm Mn K F Fmin Fmax (cm2) As Tulangan Dipilih (cm2) Asterp ρ ρmin ρmax ket
Pelat Tangga Mtx 81980.00 102475.00 0.053 0.055 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 39680.00 49600.00 0.026 0.026 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 16400.00 20500.00 0.013 0.013 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 3430.00 4287.50 0.003 0.003 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Pelat Bordes Mtx 55040.00 68800.00 0.036 0.037 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mlx 17270.00 21587.50 0.011 0.011 0.066 0.455 5.54 Ø10 - 100 7.86 0.00827 0.00583 0.04032 ok Mty 10250.00 12812.50 0.008 0.008 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok Mly 3840.00 4800.00 0.003 0.003 0.066 0.455 4.96 Ø10 - 100 7.86 0.00924 0.00583 0.04032 ok
4.3. Perhitungan Balok Lift
4.3.1. Tinjauan Umum
Lift digunakan sebagai sarana transportasi vertikal utama yang
melayani pemberhentian pada setiap lantai yang dilalui. Pada gedung ini
direncanakan menggunakan 5 buah lift dengan kapasitas angkut
masing-masing 9 orang.
4.3.2. Data Teknis
Data teknis lift yang digunakan pada gedung ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Spesifikasi Lift Produksi Hyundai Elevator Co. Ltd.
Persons
Load
Car Size
Clear
Opening
Hoistway
Pit
Overhead
Capacity
A x B
OP
X x Y
P
OH
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
9 600
Kg
1400x1100
800 1800x1750 1550
4600
Machine Room
MA x MB x MH
Reaction
(mm)
R1(kg)
R2 (kg)
2400 x 3400 x 2250
3500
2700
4.3.3. Perhitungan Balok Pengatrol dan Balok Perletakan Mesin
Balok pengatrol mesin berfungsi untuk menaikkan mesin lift ke lantai
11 sebelum diletakkan pada balok perletakan mesin. Posisi balok ini berada
pada lantai teratas (pelat atap beton), pada tengah balok dipasang hook
sebagai pengait untuk meletakkan katrol. Adapun balok perletakan mesin
berfungsi untuk menumpu mesin lift yang berada di lantai 11 ruang mesin
dalam bangunan ini. Jumlah balok perletakkan mesin ada 2 buah dengan
beban reaksi (R) yang berbeda yaitu R1 = 3500 kg dan R2 = 2700 kg. Sedang
beban untuk balok pengatrol mesin diambil 6200 kg. Dimensi balok
pengatrol direncanakan 15/25 cm, sedangkan balok perletakan mesin
direncanakan 40/60 cm untuk perletakan mesin lift depan dan 30/40 cm
untuk perletakan mesin lift belakang
Gambar 4.8. Denah Balok Pengatrol Mesin lift
4.3.4. Pembebanan Pada Balok
a. Balok Pengatrol mesin lift
Balok pengatrol mesin lift menerima beban terpusat akibat dari
beban mesin sebesar 6200 kg = 62000 N. seperti terlihat pada
gambar 4.10.
Gambar 4.10. Pembebanan pada Balok Pengatrol Mesin lift
b. Balok perletakan mesin lift
Balok perletakan mesin lift menerima beban akibat reaksi (berat
lift + orang) sebesar :
R1 = 3500 kg = 35000 N
R2 = 2700 kg = 27000 N
Di dalam pelaksanaan digunakan 2 buah balok baja WF
300x200x8x12 (berat 56,6 kg/m) yang diletakkan di atas balok
perletakan tersebut, sehingga reaksi R1 dan R2 diperhitungkan
setengahnya saja + beban terpusat balok baja. Sehingga besarnya
R1 dan R2 adalah :
R1 = 35000/2 + 56,6.(2,3/2)
= 1815,09 N
R2 = 27000/2 + 56,6.(2,3/2)
= 1415,09 N
Untuk lebih jelasnya pembebanan dapat di lihat pada gambar
4.11. dan gambar 4.12.
Gambar 4.11. Pembebanan pada Balok Perletakkan Mesin lift
depan
Gambar 4.12. Pembebanan pada Balok Perletakkan Mesin lift
belakang
4.4. Perhitungan Dinding Semi Basement
4.4.1. Tinjauan Umum
Ketentuan mengenai ketebalan dinding berdasarkan SNI-2002, pasal
16 dinyatakan sebagai berikut :
Ketebalan dinding diambil lebih besar dari 1/25 tinggi atau
panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral.
Jika
tinggi
dinding
semi basement adalah 300cm
maka t = 1/25.300 = 12 cm
Ketebalan dinding luar bawah tanah tidak boleh kurang dari 190
mm
Maka
tebal
dinding
semi basement diambil t = 300 mm
Permodelan dinding semi basement di dalam SAP2000 dianggap
sebagai shear wall dengan tumpuan dijepit pada poer pondasi tiang pancang
dan sloof. Sedangkan pada lantai semi basement dimodelkan sebagai pelat.
4.4.2. Pembebanan pada Dinding Semi Basement
Beban yang bekerja pada dinding semi basement berupa tekanan
tanah. Tekanan tanah mulai bekarja pada kedalaman 1,5 m di bawah peil
lantai.
Gambar 4.13. Tekanan
Tanah
Aktif
Perhitungan Ka :
kedalaman 3 m :
Ka
= tg
2
( 45 – θ
2
/ 2 )
Dimana :
Ka
= koefisien tekanan tanah aktif
θ
= sudut geser tanah
Beban segitiga akibat tekanan tanah :
Pada Z
= 0 – 1,5 m
q =
0
Pada Z
= 3 m
q =
γ .H. Ka
q
= 1,615.3.0,803 t/m² = 3,891 t/m
2
= 38,91 kN/m
2
Gambar 4.14. Pembebanan akibat tekanan tanah
Pemodelan pada SAP2000 dilakukan dengan permodelan 2D dengan
permukaan bidang dinding dikenai beban tanah melalui assign – Area load-
surface pressure setelah mendefinisikan joint pattern membentuk pola
pembebanan segitiga akibat pembebanan tanah dipermukaan.
4.4.3. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang di syaratkan menurut SK SNI03–xxx–
2002, jika ketahana tanah diperhitungkan didalam perencanaan adalah :
U : 0,9 DL + 1,6 H
Dimana :
DL :
Beban
mati
4.4.4. Analisa Dinding Semi Basement dengan SAP2000
Hasil analisa gaya dalam dinding semi basement dengan
menggunakan program SAP2000 adalah sebagi berikut :
Tabel 4.8. Rekapitulasi Maximum Internal Force Dinding Semi Basement
F22
maxMmax (M11)
Mmax (M22)
Areas
Text
Axial Forces
(kN)
Areas
Text
M
lap(kN.m)
Areas
Text
M
tump(kN.m)
Areas
Text
M
lap(kN.m)
Areas
Text
M
tump(kN.m)
1
-17,86
29
-4,040
28
19,026
58
-0.057
28
95,128
Perencanaan Penulangan Dinding Arah Vertikal :
F
22
= Pu = 17,86 kN
= 17860 N
M
22
= Mu = 95,128 kNm
f’c
= 25 Mpa ( Beton K-300)
fy
= 400 Mpa
tebal (h)
= 300 mm
tinggi (L)
= 3000 mm
decking (d’)
= 50 mm
∅ tul
= 16 mm
e
o
=
=
Pu
Mu
m
326
,
5
86
,
17
128
,
95
=
= 0,005326 mm
L
k
= 2.L ( Kondisi terjepit pada satu sisi )
= 2.(3000)
= 6000 mm
E
c
=
4700
25
= 23500 Mpa
I
g
=
3.
300
.
3000
36
,
75
.
10
11 412
1
.
.
12
1
mm
h
b
=
=
P
cr
=
N
L
I
E
k g 2 11 13 210
.
6066
,
2
6000
10
.
75
,
6
.
23500
.
.
.
=
=
π
π
n =
131
,
4595
.
10
1517860
10
.
6066
,
2
=
=
u crP
P
1
−
n
n
=
1
,
0
1
10
.
4595
,
1
10
.
4595
,
1
15 15=
−
1
e =
mm
n
n
e
0
,
005326
.
1
,
0
0
,
005326
1
.
0−
=
=
1667
,
0
300
50
'
=
=
h
d
Sb y
=
0
,
0012
25
.
85
,
0
).
9000
300
.(
8
,
0
17860
'
.
85
,
0
.
.
A
f
c
=
x
=
P
gr uφ
5 11
,
775
.
10
300
005326
,
0
=
−=
h
e
Sb x
=
.
0
,
005326
1
,
775
.
10
0
'
.
85
,
0
.
.
5 1⎟
=
=
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
−x
h
e
c
f
A
P
gr uφ
Dari Grafik CUR diperoleh :
r = 0,0022
β
=
1
,
0
0022
,
0
0
,
1
.
0022
,
0
.
=
=
=
β
ρ r
21980
)
3000
.
300
.(
0022
,
0
.
.
b
h
mm
A
s−tot=
ρ
=
=
Dipasang tulangan 2 lapis : 2 D12-100 = 2.1131
= 2262 mm
2
Perencanaan Penulangan Dinding Arah Horizontal :
F
22
= Pu = 17,86 kN
= 17860 N
M
22
= Mu = 19,026 kNm
e
o
=
=
Pu
Mu
m
06529
,
1
86
,
17
026
,
19
=
= 0,001065 mm
L
k
= 2.L ( Kondisi terjepit pada satu sisi )
= 2.(3000)
= 6000 mm
E
c
=
4700
25
= 23500 Mpa
I
g
=
3.
300
.
3000
36
,
75
.
10
11 412
1
.
.
12
1
mm
h
b
=
=
P
cr
=
N
L
I
E
k g 2 11 13 210
.
6066
,
2
6000
10
.
75
,
6
.
23500
.
.
.
=
=
π
π
n =
131
,
4595
.
10
1517860
10
.
6066
,
2
=
=
u crP
P
1
−
n
n
=
1
,
0
1
10
.
4595
,
1
10
.
4595
,
1
15 15=
−
1e =
mm
n
n
e
0
,
001065
.
1
,
0
0
,
001065
1
.
0−
=
=
1667
,
0
300
50
'
=
=
h
d
Sb y
=
0
,
0012
25
.
85
,
0
).
9000
300
.(
8
,
0
17860
'
.
85
,
0
.
.
A
f
c
=
x
=
P
gr uφ
6 13
,
551
.
10
300
001065
,
0
=
−=
h
e
Sb x
=
.
0
,
005326
3
,
551
.
10
0
'
.
85
,
0
.
.
6 1⎟
=
=
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
−x
h
e
c
f
A
P
gr uφ
Dari Grafik CUR diperoleh :
r = 0,0020
β
=
1
,
0
0020
,
0
0
,
1
.
0020
,
0
.
=
=
=
β
ρ
r
21800
)
3000
.
300
.(
0020
,
0
.
.
b
h
mm
A
s−tot=
ρ
=
=
4.4.5. Perhitungan Berat Struktur Gedung ( Wt ), Massa, dan Titik
Pusat Massa per-Lantai
Perhitungan berat bangunan dilakukan dengan menjumlahkan
beban-beban mati yang bekerja pada masing-masing struktur lantai bangunan. Hal
ini dilakukan dengan menghilangkan semua kolom diganti dengan gaya
terpusat dimana kolom tersebut berada. Pada salah satu titik dipasang
tumpuan jepit untuk mengetahui joint reaksi tiap lantai yang merupakan total
berat dari tiap lantai yang bersangkutan.
Perhitungan berat struktur dilakukan dengan menggunakan program
SAP2000 dengan cara sebagai berikut :
Membuat permodelan struktur
Menghilangkan semua kolom dan diganti dengan beban terpusat
(joint loads) pada joint di mana kolom tersebut berada
Mengganti beban dinding semi basement dengan beban merata
(distributed loads) sepanjang balok (frame) sebesar :
q
=
γ
beton
.b.h
q
=
beban
merata
γ
beton
= 24 kN/m
3
B
= lebar dinding
H
= tinggi dinding
Memasukkan semua beban reaksi dari perletakan tangga, beban
reaksi dari balok pengatrol dan balok perletakan mesin lift
Memasukkan beban mati pada pelat lantai sebagai beban bidang
(Area loads) pada masing-masing lantai
Setiap lantai diberi satu perletakan jepit
Melakukan run analysis pada SAP2000
Selanjutnya output berat tiap lantai struktur dan besarnya momen
tiap lantai didapat dari hasil Joint Reactions analisa SAP2000 yang
disajikan dengan tabel 4.9. sebagai berikut :
Tabel 4.9. Berat dan momen per-lantai gedung
Joint
OutputCase
F3
M1
M2
Text
Text
KN
KN-m
KN-m
1 COMB1
16416.854
265572.834
-260480.335
810 COMB1 10709.299
171314.38
-171298.012
1619 COMB1
8574.235
155614.9889
-137136.928
2183 COMB1 10242.739
163849.4199
-163833.052
2992 COMB1
9948.979
159149.2599
-159132.892
3801 COMB1
9948.979
159149.2598
-159132.892
4610 COMB1
9948.979
159149.2598
-159132.892
5419 COMB1
9948.979
159149.2598
-159132.892
6228 COMB1
9689.779
155002.0597
-154985.692
7037 COMB1
9689.779
155002.06
-154985.692
7846 COMB1
9972.019
159517.8999
-159501.532
8655 COMB1 10059.425
158397.2029
-161296.262
Selanjutnya dihitung jarak pusat massa (Ex dan Ey) serta besarnya
massa per-lantai gedung. Koordinat massa tiap-tiap lantai dihitung dari
titik tumpuan jepit, adapun hasil hitungannya disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10. Berat dan pusat Massa per-lantai Gedung
Lantai
Berat
My
Mx
Ey
Ex
g
Massa
KN
KNm
KNm
m
m
m/dtk2
KN.dtk2/m
Semi Basement
16416.854
265572.834
-260480.34
16.177
-15.867
9.800
1675.189
Lantai
1
10709.299 171314.38 -171298.01
15.997 -15.995 9.800 1092.786
Lantai 2
8574.235
155614.989
-137136.93
18.149
-15.994
9.800
874.922
Lantai
3
10242.739 163849.42 -163833.05
15.997 -15.995 9.800 1045.177
Lantai
4
9948.979 159149.26 -159132.89
15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
5
9948.979 159149.26 -159132.89
15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
6
9948.979 159149.26 -159132.89
15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
7
9948.979 159149.26 -159132.89
15.997 -15.995 9.800 1015.202
Lantai
8
9689.779 155002.06 -154985.69
15.996 -15.995 9.800 988.753
Lantai
9
9689.779 155002.06 -154985.69
15.996 -15.995 9.800 988.753
Lantai 10
9972.019
159517.9
-159501.53
15.997
-15.995
9.800
1017.553
Lantai R. Mesin
10059.425
158397.203
-161296.26
15.746
-16.034
9.800
1026.472
Total (Wt)
125150.045
Untuk melakukan analisa dinamik digunakan model massa terpusat
(lump mass model). Dengan menggunakan model ini massa dari suatu
lantai bangunan dipusatkan pada titik berat lantainya dengan cara
memasang balok anak untuk menyalurkan gaya gempa ke balok induk dan
kolom. Besarnya beban massa pada titik berat per-lantai gedung
didefinisikan pada SAP2000 pada menu Assign, Joint, Masses,Coordinate
system (global) pada saat perencanaan struktur portal. Masssa yang
4.5. Perencanaan Struktur Portal
4.5.1. Tinjauan Umum
Portal struktur gedung apartemen berlian adalah portal beton yang
dimodelkan sebagai element frame 3 dimensi (3D) pada SAP2000 dengan
mengacu pada standar SNI 03-1726-2002.
Pemilihan jenis analisa yang digunakan yaitu Prosedur Analysis
Dinamik, dimana pemilihan ini didasarkan pada :
• Tinggi struktur gedung lebih besar dari 40 m atau lebih dari 10
tingkat
• Struktur gedung memiliki kekakuan tingkat yang tidak merata ke
arah vertikal
• Diperlukan untuk mengevaluasi secara akurat respons dinamik
yang terjadi pada struktur
Analisa yang digunakan dalam Perencanaan Gedung Apartemen
Permata Berlian adalah Analisa Dinamik Response Spektrum dimana struktur
dimodelkan sebagai Lumped Mass Model (Model Massa Terpusat) untuk
mengurangi jumlah derajat kebebasan struktur sehingga mempercepat proses
analisa struktur.
4.5.2. Data Perencanaan Struktur
Data perencana struktur yang digunakan untuk analisa adalah :
• Jenis struktur Portal Struktur Gedung Beton Bertulang
• Fungsi Gedung untuk Perkantoran
• Gedung terletak di Jakarta Selatan yaitu wilayah gempa zona 3
• Gedung didesain berdasarkan SRPMM (Struktur Rangka Pemikul
Momen Menengah)
• Kuat tekan karakteristik beton yang digunakan f’c = 30 Mpa
• Tegangan leleh baja,tulangan direncanakan fy = 400 Mpa untuk
tulangan utama dan fy = 240 Mpa untuk tulangan geser.
4.5.3. Properties Penampang
Gedung Apartemen Permata Berlian direncanakan dari beton
bertulang dengan dimensi penampang sebagai berikut :
a. Balok
Pendimensian Balok didesign berdasarkan panjang bentang antar
kolom atau tumpuan yaitu :
h =
l
15
1
-
l
10
1
b = h
2
1
- h
3
2
Keterangan :
l = jarak antar kolom atau tumpuan
h = Tinggi balok
b = Lebar balok
Jarak antar kolom terbesar = 1200 cm
h = 80 cm – 120 cm, diambil h = 95 cm
b = 50 cm – 80 cm, diambil b = 60 cm
Adapun properties penampang balok yang digunakan pada Gedung
Apartemen Berlian adalah :
Tabel 4.11. Properties Penampang Balok
No Notasi
b x h
(cm)
Keterangan
1
B-60/100
60x100
balok induk tengah, lt. Semi B – lt 11
2
BT-60/90
60x90
balok induk tepi, lt. Semi B – lt 11
3
BA-30/40
30x40
balok anak, lt. Semi B – lt 11
4
BA-40/60
40/60
balok anak, lt. Semi B – lt 11
5
BS-30/40
30x40
balok anak, penyalur gaya gempa
6
BD-30/40
30x40
balok pada tangga dan bordes
b. Kolom
Tabel 4.12. Properties Penampang Kolom
No Notasi
b x h
(cm)
Keterangan
1 K-90/90
90x90 Kolom
lantai
Semi basement – lantai 3
2
K-80/80
80x80
Kolom lantai 4 – lantai 7
3
K-70/70
70x70
Kolom lantai 8 – lantai 11
4.5.4. Faktor Keutamaan Struktur (I)
Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus
dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (I) menurut persamaan :
I
=
I1.I2
I1 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa
selama umur rencana dari gedung.
I2 = Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari
gedung tersebut.
Fungsi bangunan Gedung Apartemen Berlian adalah sebagai gedung
perkantoran sehingga sesuai dengan tabel 2.4 maka nilai I = 1
4.5.5. Faktor Reduksi Gempa (R)
Disain gedung apartemen berlian direncanakan sebagai sistem rangka
pemikul momen menengah (SRPMM) dimana sistem struktur gedung
direncanakan sebagai sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap.
Dimana beban lateral akibat gempa dipikul rangka pemikul momen
terutama melalui mekanisme lentur. Sistem struktur gedung direncanakan
dengan sistem daktail parsial, dihitung dengan rumus:
2,2 ≤ R = µ f1 ≤ R
m
, nilai f1 = 1,6 dan µ = 3
dimana nilai faktor daktilitas dan faktor reduksi tersebut tidak melebihi
ketentuan di dalam tabel 2.6. point 3 sub 2 sebagai berikut :
- Faktor daktilitas struktur bangunan gedung ( µ
m
) = 3,3
- Faktor Reduksi Gempa ( R
m
) = 5,5
4.5.6. Kombinasi Pembebanan
Pada kombinasi Pembebanan ini beban yang harus diperhitungkan
bekerja pada struktur adalah :
• Comb 1
: 1,2 DEAD + 1,6 LIVE
• Comb 2
: 1,2 DEAD + 0,5 LIVE + 0,2083 RS1 + 0,0625 RS2
• Comb 3
: 1,2 DEAD + 0,5 LIVE + 0,0625 RS1 + 0,2083 RS2
Dimana :
RS1 = Respon Spektrum arah x
RS2 = Respon Spektrum arah y
Dead
=
beban
mati
Live = beban hidup
I
= faktor keutamaan struktur
R
= faktor reduksi beban gempa
I/R = 1/(4,8) .100% = 0,2083
distribusi beban gempa 100%
I/R = 1/(4,8) . 30% = 0,0625
distribusi beban gempa 30%
Faktor live load boleh direduksi menjadi 0,5 karena ruangan-ruangan
yang digunakan mempunyai live load kurang dari 500 Kg/m². Kombinasi
pembebanan tersebut didefinisikan di dalam SAP2000 pada menu Define dan
4.5.7. Jenis Tanah Dasar
Menurut SNI Gempa 2002, jenis tanah ditetapkan sebagai tanah
keras, tanah sedang atau tanah lunak, apabila untuk lapisan setebal
maksimum 30 m paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
Tabel 2.7.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar dibawah
permukaan tanah. Dari kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa
tersebut kemudian merambat kepermukaan tanah sambil mengalami
amplifikasi bergantung pada jenis lapisan tanah yang berada di atas batuan
dasar tersebut. Penentuan jenis lapisan tanah tersebut diperoleh dari nilai kuat
geser rata-rata tanah dasar sebagai berikut :
φ
γ
h
tg
c
S
=
+
.
.
∑
∑
= ==
m i ui i m i i uS
t
t
S
1 1dimana
:
S
ui
= Kuat geser tanah lapisan ke-i
m
= Jumlah lapisan tanah diatas batuan dasar
ti
= Tebal lapisan tanah ke-i
Tabel 4.13. Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.1)
No
h
(cm)
(kg/cm
3
)
c
(kg/cm
2
)
φ
)
(°
φ
γ
.h
.
tan
c
S
=
+
(kg/cm
2
)
h/s
1 150-200 0.001668 0.02 4.57
0.02667
1875.0288
2 350-400 0.001615 0.01 6.28
0.01889
2647.4142
3 750-800 0.001460 0.01 6.56
0.01839
2718.1674
4 1150-1200
0.001462 0.07 6.22
0.07009
713.3756
5 1550-1600
0.001462 0.06 6.33
0.06811
734.1167
Σ 250
8688.1027
KPa
cm
Kg
S
u0
.
02878
/
28
.
78
1027
.
8688
250
=
2=
=
Berdasarkan tabel 2.7 untuk
S < 50 kPa , tanah termasuk jenis
−ntanah lunak.
Tabel 4.14. Perhitungan Kuat Geser Niralir Tanah Dasar (lokasi DB.2)
No
h
(cm)
γ
(kg/cm
3
)
c
(kg/cm
2
)
φ
)
(°
γ
.h
.
tan
c
S
=
+
(kg/cm
2
)
h/s
1 150-200 0.001795
0.06 6.45 0.07015 712.7951
2 550-600 0.001651
0.03 8.06 0.04169 1199.3338
3 950-1000 0.001502
0.03 3.89 0.03849 1299.0325
4 1350-1400
0.001515
0.04 6.45 0.04856 1029.5763
5 1750-1800
0.001528
0.13 10.09
0.14359 348.2012
Σ 250
4588.9389
KPa
cm
Kg
S
u0
.
05448
/
54
.
48
9389
.
4588
250
=
2=
=
Berdasarkan tabel 2.7 untuk (50 ≤ S u < 100) Kpa , tanah termasuk
jenis tanah sedang. Jadi pada lokasi zona 1 (pengeboran DB.1) tergolong
dalam jenis tanah lunak sedangkan pada lokasi zona 2 (pengeboran DB.2)
tergolong dalam jenis tanah sedang. Jenis tanah lunak ini dipertegas lagi dari
hasil Standart Penetration Test NSPT di dua lokasi dimana tanah keras pada
zona 1 terletak pada kedalaman 26 m dan pada zona 2 terletak pada
kedalaman 32 m. Untuk menyeragamkan dalam analisa spektrum respon
gempa maka jenis tanah ditetapkan sebagai jenis tanah lunak.
4.5.8. Faktor Respon Gempa (C)
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Wilayah Gempa Indonesia dengan
percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun. Proyek
Apartemen Berlian Jakarta berada pada wilayah gempa 3.
Kondisi tanah dasar, berdasarkan perhitungan kondisi tanah dasar di
atas, adalah tanah lunak. Sehingga, faktor respon gempa di wilayah gempa 3
dengan kondisi tanah dasar lunak adalah seperti yang disajikan dalam tabel
4.15. di bawah ini :
Tabel 4.15. Spectrum Respon Untuk Wilayah Gempa 3
Waktu Getar
T (detik)
Koefisien
Gempa (C)
0.00 0.350
0.20 0.750
0.50 0.750
0.60 0.750
1.00 0.750
1.20 0.625
1.40 0.554
1.60 0.469
1.80 0.417
2.00 0.375
2.20 0.341
2.40 0.313
2.60 0.288
2.80 0.268
3.00 0.250
Nilai koef gempa (C) diambil berdasarkan gambar 4.15. di bawah ini
sesuai dengan kurva untuk jenis tanah lunak (C=0,75/T)
0,45
0,75
0,55
C = 0,75/T ( Tanah Lunak ) C = 0,33/T ( Tanah Sedang ) C = 0,23/T ( Tanah Keras )3,0
0
0,2
0,5
0,6
1,0
2,0
T
0,18
0,23
0,35
C
Wilayah Gempa 3
Gambar 4.15 Spektrum Respon Gempa Rencana untuk Wilayah Gempa 3
Spektrum respon gempa harus didefinisikan dalam SAP2000 terlebih
dahulu yaitu dengan mengubah tipe analisa beban pada Analysis Case Type,
yang semula Linear Static menjadi Response Spectrum pada menu Define,
Function, dan Response Spectrum. Adapun input di SAP2000 menjadi :
Tabel 4.16. Analysis Case Data
Analysis case name
Load type
Load name
Functions
Scala factor
RS1
Accel
U1 Zona-3 9.8
RS2
Accel
U2 Zona-3 9.8
Waktu getar fundamental struktur perlu dibatasi agar struktur tidak
terlalu flexible. Di dalam SAP2000 digunakan Analisis modal atau
eigen-value untuk mengetahui perilaku dinamis suatu struktur bangunan sekaligus
periode getar alami. Parameter yang mempengaruhi analisa modal adalah
massa bangunan dan kekakuan lateral bangunan. Untuk mendefinisikan
waktu getar dari struktur yang akan ditinjau didalam perhitungan dilakukan
sebagai berikut :
Dari menu Define, pilih Analysis Case dan Modal. Pada Type Of
Modes pilih Eigen Vektor.
Untuk membuat model massa terpusat dari struktur maka joint-joint
yang terdapat pada suatu lantai harus dikekang (constraint), agar joint-joint
ini dapat berdeformasi secara bersama-sama pada saat lantai yang
bersangkutan mendapat pengaruh gempa. Hal ini didefinisikan di dalam
SAP2000 pada menu Assign, Joint, dan Constraint.
4.5.9. Referensi Perhitungan
Sebelum memulai perhitungan, perlu ditetapkan terlebih dahulu
referensi perhitungan strukturnya. Di Indonesia, kita memakai Standard
Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) untuk perhitungan struktur beton,
yang mengadopsi dari ACI (American Concrete Institude) 318-99, sehingga
pada Preferences SAP2000 perlu diubah pada box Phi (bending-tension)
menjadi 0,8 dan nilai pada box Phi (Shear) menjadi 0,75
4.5.10. Hasil Perhitungan
Setelah mendefinisikan semua variabel yang diperlukan maka
program SAP2000 siap dijalankan (Run Analysis).
4.5.10.1Analisa Modal dan Pembatasan Waktu Getar Fundamental
Struktur
Dari hasil perhitungan modal analysis dengan SAP2000 diperoleh
periode getar struktur sebagai berikut :
Tabel 4.17. Modal Periods and Frequencies
OutputCase StepType StepNum Period Frequency CircFreq Eigenvalue
Text
Text
Unitless
Sec
Cyc/sec
rad/sec
rad2/sec2
MODAL Mode 1 2.0681
0.4835 3.0381
9.2299
MODAL Mode 2 2.0665
0.4839 3.0405
9.2446
MODAL Mode 3 0.7112 1.4061
8.8347 78.0520
MODAL Mode 4 0.7108 1.4068
8.8393 78.1340
MODAL Mode 5 0.4188 2.3876
15.0010
225.0400
MODAL Mode 6 0.4188 2.3879
15.0040
225.1100
MODAL Mode 7 0.2892 3.4579
21.7260
472.0400
MODAL Mode 8 0.2888 3.4628
21.7570
473.3800
MODAL Mode 9 0.2130 4.6956
29.5040
870.4600
MODAL Mode 10 0.2125 4.7049
29.5620
873.9000
MODAL Mode 11 0.1624 6.1569
38.6850
1496.5000
MODAL Mode 12 0.1617 6.1848
38.8600
1510.1000
Tabel 4.18. Modal Loads Participation Ratios
OutputCase
ItemType
Item
Static
Dynamic
Text
Text
Text
Percent
Percent
MODAL
Acceleration
UX 100
93.279
MODAL
Acceleration
UY 100
92,445
MODAL
Acceleration
UZ 0
0
Untuk mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel, nilai
waktu getar struktur dibatasi berdasarkan wilayah gempa menurut SNI 03 –
1726 – 2002
T < ξ . n
dimana :
T = Waktu getar struktur fundamental
n = Jumlah tingkat gedung
ξ = Koefisien pembatas.
Tabel 4.19. Koefisien ξ yang membatasi waktu getar alami Fundamental struktur gedung
Wilayah Gempa
ξ
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
Sehingga waktu getar fundamental yang dibatasi untuk struktur
gedung Apartemen Berlian Jakarta adalah :
T < ξ . n
T < 0,18 x 12
T < 2,16 detik
Dari hasil perhitungan SAP2000 menunjukan waktu getar
fundamental maksimum adalah :
Ty maks = 2,0681 detik < 2,16 detik (ok)
Tx maks = 2,0665 detik < 2,16 detik (ok)
Sehingga struktur dapat dinyatakan sudah cukup kaku.
Dari hasil Modal Load Participation untuk arah x sebesar 93,279 %
dan y sebesar 92,445 %, menunjukan nilai yang sudah memenuhi sesuai
dengan ketentuan batas SNI 03 – 1726 – 2002 yaitu faktor partisipasi massa
ragam efektif minimum sebesar 90 %.
4.5.10.2Analisa Nilai Akhir Respon Dinamik Struktur
Menurut pasal 7.1.3 SNI 03 – 1726 – 2002, nilai akhir respon
dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil
kurang dari 80% nilai respon ragam pertama.
1