• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. cairan hasil sekresi dari kelenjar susu mamalia yang digunakan. untuk menghidupi keturunannya. Susu dianggap sebagai makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. cairan hasil sekresi dari kelenjar susu mamalia yang digunakan. untuk menghidupi keturunannya. Susu dianggap sebagai makanan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Susu didefinisikan oleh Purnomo dan Adiono (1987) sebagai cairan hasil sekresi dari kelenjar susu mamalia yang digunakan untuk menghidupi keturunannya. Susu dianggap sebagai makanan alami paling sempurna karena mengandung hampir semua zat esensial untuk nutrisi manusia. Purnomo dan Adiono (1987) lebih jauh menyatakan bahwa komposisi utama susu adalah lemak susu, casein, laktosa yang disintesa dari darah oleh alveoli dalam

ambing. Sementara susu bubuk merupakan kelanjutan dari proses

penguapan dengan bantuan silinder dan spray drying sehingga memiliki kadar air lebih rendah dari pada 5 persen.

Susu di Indonesia dikenal sebagai penyempurna dari menu makanan sehari-hari. Sebagian besar konsumen tidak lagi menganggap susu sebagai pelengkap tapi sebagai makanan utama khususnya bagi anak-anak. Susu telah menjadi komoditi yang merupakan standar hidup yang layak dengan permintaan yang terus meningkat dan pasar yang terus berkembang (Gambar 1). Perkembangan ini merupakan implikasi dari perubahan dua faktor penting yaitu:

a. Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia. Pasar susu bubuk menunjukkan kecenderungan yang hampir melampaui angka sebelum krisis moneter.

(2)

b. Semakin membaiknya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Susu menjadi standar pola makan harian khususnya untuk anak-anak tanpa terlalu dipengaruhi oleh kondisi ekonomi karena pasar susu memiliki kisaran harga yang sangat lebar antara

Gambar 1. Perkembangan Pasar Susu Bubuk di 12 kota besar di Indonesia (ACNielsen, 2002)

Grafik di atas menunjukkan adanya perkembangan pasar susu bubuk baik dari sisi volume maupun dari segi nilai rupiahnya. Dalam waktu empat tahun sejak tahun 1998, volume pasar susu bubuk meningkat sebesar 94 persen dengan peningkatan nilai rupiah sebesar 165 persen. Nilai rupiah memiliki kecenderungan yang lebih baik dari pada nilai volumenya karena perkembangan nilai rupiah dihasilkan dari peningkatan volume penjualan serta dari kenaikan harga produk. Setiap tahun hampir semua produsen susu bubuk menaikkan harga jualnya.

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 -500 1,000 1,500 2,000 2,500

Volume (juta ton) 23,316 28,088 34,865 41,149 45,324 Nilai (Rp milyar) 854 1,064 1,342 1,860 2,264

(3)

Susu merupakan produk pertanian yang umumnya bersumber dari hewan seperti sapi, kambing, kuda atau dari tanaman kedelai. Sebagai produk pertanian, susu digolongkan sebagai produk yang sangat mudah rusak (perishable), sehingga dibutuhkan teknologi pengawetan untuk memperpanjang waktu, khususnya waktu yang dibutuhkan dari mulai panen sampai dikonsumsi oleh masyarakat. Posisi susu sebagai sumber nutrisi semakin dapat dipahami oleh konsumennya.

Susu yang dikonsumsi oleh masyarakat dan beredar di pasaran terdiri dari empat jenis yaitu susu bubuk (powder milk), susu kental manis (sweetened condensed milk), susu cair UHT (ultra high temperature milk) dan dan susu murni. Susu bubuk merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi karena kemudahan dalam proses penyajian, secara fisik terdapat penambahan unsur-unsur gizi yang dibutuhkan serta tingkat keawetannya yang menjamin proses distribusi sejauh mungkin (ACNielsen, 2002). Penelitian Choliq (1996) menunjukkan bahwa secara umum jenis susu olahan yang paling banyak dikonsumsi adalah susu kental manis (29%), susu bubuk (59%) dan susu cair (12%).

Menurut ACNielsen (2003) saat ini terdapat 34 perusahaan yang memproduksi susu bubuk dimana pasarnya dikuasai oleh 11 produsen besar yaitu Nestle, Frisian Flag, Sari Husada, Mead Johnson, Nutricia, Abbot, Wyeth, Novartis, Lyempf, Sanghyang

(4)

Perkasa dan New Zealand Milk Indonesia. Mayoritas dari produsen tersebut berbentuk PMA (Penanaman Modal Asing) yang bermitra dengan perusahaan lokal atau sepenuhnya PMA.

Industri susu bubuk mengklasifikasi pasarnya menjadi tujuh segmen berdasarkan usia pemakainya. Pembagian segmen ini dari waktu ke waktu senantiasa berevolusi sejalan dengan perkembangan teknologi. Teknologi yang berkembang semakin menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi setiap tahapan umur tidak sama. Saat ini pembagian segmen tersebut seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Segmentasi Susu Bubuk di Indonesia (ACNielsen, 2003)

No Segmen Pasar Sasaran

1 Tahap 0 Ibu hamil dan menyusui 2 Tahap 1 Bayi usia 0 – 12 bulan 3 Tahap 2 Bayi usia 6 – 12 bulan 4 Tahap 3 Anak usia 1 – 3 tahun 5 Tahap 4 Anak usia 3 – 6 tahun 6 Tahap 5 Anak usia 6 – 12 tahun 7 Tahap 6 Orang dewasa

Penggolongan seperti ini merupakan kesepakatan semua pihak yang terlibat di dalam industri susu bubuk seperti produsen, peritel, pemerintah, konsumen dan perusahaan riset pemasaran.

Dengan pasar yang sedemikian terbagi menjadi golongan yang lebih kecil membuat para produsen susu menjadi lebih fokus dalam hal pengembangan produknya, sehingga pada akhirnya

(5)

setiap produsen bersaing di dalam lingkaran batasan konsumen yang jelas.

Menurut ACNielsen (2002), hampir semua segmen untuk susu bubuk meningkat. Tahap 4 merupakan segmen yang baru terbentuk pada semester II tahun 2000 (Gambar 2). Segmen ini tercipta karena adanya penemuan baru yang diteliti produsen bahwa kebutuhan anak usia 4 – 6 tahun berbeda dengan selang umur lainnya. Sebelumnya anak usia balita (bawah lima tahun)

-200 400 600 800 1,000 1,200 1998 1999 2000 2001 2002 tahun milyar rupiah HAMIL&MENYUSUI NUTRISI MEDIS NUTRI DEWASA TAHAP 5 TAHAP 4 TAHAP 3 TAHAP 2 TAHAP 1

Gambar 2. Grafik Pasar Susu Bubuk per segmen di Indonesia (ACNilesen, 2002)

dijadikan satu segmen, namun pada perkembangan pasar berikutnya segmen baru memisah dari segmen anak balita. Dalam waktu dua tahun empat produsen meluncurkan produknya untuk mengisi segmen baru ini.

(6)

PT. Mead Johnson Indonesia adalah perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) dari Amerika Serikat yang beroperasi di Indonesia dengan pasar sasaran tahap 0 sampai tahap 5. Tahap 0 produk dipasarkan dengan nama Sustagen Mama, tahap 1 merek Enfamil, tahap 2 merek Enfapro, tahap 3 merek Enfagrow dan Sustagen Junior, tahap 4 merek Sustagen Kid, dan tahap 5 merek Sustagen School. Pasar produk susu PT. Mead Johnson Indonesia adalah konsumen dari kelas ekonomi menengah ke atas.

Sustagen Kid oleh PT. Mead Johnson Indonesia diluncurkan sekitar semester kedua tahun 2001. Pada tahun pertama angka

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Bendera 99.7 85.9 60.1 53.1 52.1 Nestle 0.0 9.8 24.8 27.4 26.2 S*Kid 0.0 0.2 11.3 11.5 11.4 Chil School 0.0 0.0 0.4 3.1 3.5 Andec 4+ 0.3 4.0 2.6 2.5 2.7 Nutricia Nutrima 0.0 0.0 0.7 2.4 2.3 2000 2001 2002 JF MA

Gambar 3. Pangsa pasar susu bubuk tahap 4 di 12 kota di Indonesia menurut nilai rupiah (ACNielsen, 2003)

pertumbuhan pangsa pasar meningkat secara nyata, namun sejalan dengan semakin banyaknya perusahaan yang juga turut meluncurkan produk di segmen tahap 4, pertumbuhannya menurun

(7)

seperti terlihat di Grafik 3. Untuk itu perusahaan mengambil keputusan strategis dengan mereformulasi produk sebagai upaya untuk memacu kembali pertumbuhannya. Reformulasi tersebut meliputi pemenuhan kandungan nutrisi yang lebih lengkap dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan anak usia tiga sampai enam tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Sebagai perusahaan dengan dukungan penelitian dan pengembangan yang terintegrasi secara internasional, PT. Mead Johnson senantiasa mencoba untuk menyempurnakan produknya. Penyempurnaan ini berbasis pada temuan-temuan baru dan yang merupakan tuntutan pasar. Salah satu bentuk penyempurnaan tersebut adalah pengembangan formula baru sebagai upaya untuk dapat tetap bertahan di tengah persaingan yang sangat ketat. Hal ini sedang dilakukan untuk susu bubuk merek Sustagen Kid.

Saat ini konsumen memiliki posisi tawar yang semakin meningkat. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari banyaknya alternatif produk yang dikonsumsinya, tidak terkecuali susu bubuk. Sebaliknya produsen harus bersaing untuk memperebutkan perhatian dan alokasi pengeluaran konsumen. Dengan demikian produsen harus senantiasa meminimalkan kemungkinan konsumen berpindah atau mengganti produk.

(8)

Perubahan formula sedikit banyak akan memicu dan memacu pertanyaan dari konsumen khususnya dari konsumen loyal yang sudah terlanjur merasa cocok dengan produk yang ada berikut semua atribut yang menyertainya. Untuk itu setiap terjadi perubahan atribut produk perlu dilakukan pengkajian ulang dalam hal tingkat penerimaan konsumen terhadap formula baru dibandingkan dengan formula yang ada sekarang maupun dengan produk pesaingnya.

PT. Mead Johnson Indonesia merencanakan perubahan formula dan komposisi produk Sustagen Junior dan Sustagen Kid. Dengan asumsi perubahan tersebut tidak termasuk harga dan kualitas distribusi produk, maka atribut lainnya perlu diteliti khususnya tingkat penerimaan konsumen sebagai pengejawantahan dari sebagian perilaku konsumen.

1.3. Tujuan

Secara umum penelitian ini memiliki tujuan analisis perilaku konsumen terhadap atribut produk susu bubuk yaitu:

a. Mengevaluasi penerimaan konsumen terhadap atribut aroma, rasa, warna, tingkat kemanisan, kekentalan dan rasa yang tertinggal setelah dikonsumsi (after taste), cara pencampuran dan penyajian prototipe formula tahap 4 dibandingkan dengan Sustagen yang ada.

(9)

b. Menganalisis implikasi dari evaluasi penerimaan konsumen tersebut di atas terhadap strategi pemasaran produk susu bubuk.

(10)

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI

PERPUSTAKAAN MB IPB

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Pasar Susu Bubuk di 12 kota besar di                     Indonesia (ACNielsen, 2002)
Gambar 2. Grafik Pasar Susu Bubuk per segmen di Indonesia  (ACNilesen, 2002)
Gambar 3. Pangsa pasar susu bubuk tahap 4 di 12 kota di                   Indonesia menurut nilai rupiah (ACNielsen, 2003)

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan mahasiswa Psikologi angkatan 2002 melakukan self regulation akademik ini meliputi kemampuan dalam menentukan target nilai yang ingin dicapai, merencanakan

Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/ bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan yaitu

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang nmemberikan kejelasan terhadap bahan hukum primer, antara lain ;.. a) Buku-buku literature yang membahas tentang perlindungan

Perkembangan Jumlah Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal

Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah kumpulan dari standar akuntansi yang dikembangkan oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang menjadi

Dalam film ini juga terdapat adegan yang menunjukkan nilai Humanisme, seperti contoh sang pemeran utama pria yaitu Lee Yong-gu yang memiliki perilaku Humanisme yaitu

Pada bab analisa dan perancangan sistem ini, berisi tentang penjelasan mengenai perancangan sistem secara umum, perancangan setiap proses nya, mulai dari proses ekstraksi

[Farlindo, 2013], juga menyatakan bahwa kondisi operasi terbaik yang diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan menggunakan minyak limbah ikan patin dan