• Tidak ada hasil yang ditemukan

Herny Nurhayati Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Sukabumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Herny Nurhayati Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Sukabumi."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal of Economic and Entrepreneurship (Econeur) E-ISSN 2655-5441 Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Sukabumi

Volume 2 Nomor 1, Juni 2019

Analisis Perbandingan Penjualan dengan

Laba Bersih pada Waserda Koperasi

Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Warga

Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Herny Nurhayati

Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Sukabumi

hernynurhayati@polteksmi.ac.id

Abstrak

Untuk mengetahui analisis laporan keuangan selama 5 tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan 2018 dengan menggunakan data penjualan dan laba bersih pada waserda KPRI Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Hasil yang dapat diketahui bahwa penjulan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar Rp. 263.368.292,- dan penjualan terendah sebesar Rp. 66.927.300,- pada tahun 2018. Laba tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 26.028.823,-, sedangkan pada tahun 2018 mengalami profit loss sebesar Rp 23.270.591,-. Perbandingan penjualan dengan laba bersih selama 5 tahun yaitu -15,8 % dengan rata-rata pertahun sebesar -3,16 %, sehingga dapat kita ketahui rasio perbandingan penjualan dengan laba bersih selama 5 tahun sebesar -4 % dan rata-rata pertahun sebesar 0.8 %.

Kata kunci: Analisis Laporan Keuangan, Penjualan, Laba Bersih Abstract

To find out the analysis of financial statements for 5 years, from 2014 to 2018 by using sales and net income data at KPRI waserda resident Husada Sukabumi City Health Office. The results that can be seen that the highest sales occurred in 2016 amounting to Rp. 263,368,292, - and the lowest sales of Rp. 66,927,300, - in 2018. The highest profit occurred in 2015 which was Rp. 26,028,823, -, while in 2018 there was a profit loss of Rp. 23,270,591. Comparison of sales with net income for 5 years is -15.8% with an annual average of -3.16%, so we can know the ratio of sales to net income for 5 years is -4% and the average per year is 0.8 %.

Keywords: Financial Statement, Sales, Net Profit

I.

PENDAHULUAN

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip – prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Secara umum tujuan suatu koperasi didirikan adalah untuk memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi para anggotanya.

Unit waserda ditujukan sebagai unit usaha pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi anggota koperasi itu sendiri, akan tetapi pada perkembangannya waserda selain memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota koperasi, juga bisa melayani masyarakat umum di sekitar koperasi itu berada.

Penjualan yang tinggi tidak selalu akan menghasilkan laba bersih yang tinggi apabila beban yang harus dibayar oleh koperasi juga tinggi. Selain itu laba bersih yang tinggi atau rendah tidak dapat dijadikan sebagai ukuran yang mutlak untuk mengukur baik atau tidaknya sebuah koperasi dalam menjalankan usahanya, hal ini disebabkan adanya faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan laba yaitu seperti pendapatan-pendapatan diluar penjualan misalnya pendapatan-pendapatan lain yang di dapat dari penyewaan tempat photocopy, pendapatan jasa bank yang bekerjasama dan pendapatan lain – lain yang dilakukan oleh waserda KPRI.

Penjualan pada waserda KPRI Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi dari tahun 2014 - 2018 mengalami fluktuatif, yaitu berkisar antara Rp. 66.927.300,- hingga Rp. 235.369.500,- Penjualan terendah yaitu pada tahun 2018 sebesar Rp. 66.927.300,-

(2)

yang disebabkan karena kurangnya penjualan langsung. Tetapi selisih penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar Rp. -175.198.992,-. Tahun 2016 adalah penjulan tertinggi yaitu sebesar Rp. 263.368.292,-, pada tahun ini adalah peningkatan penjualan tertinggi dari tahun sebelumnya dengan selisih penjualan sebesar Rp. 34.731.692,- dari tahun 2015 yaitu hanya sebesar Rp. 6.732.900,- hal tersebut terjadi karena permintaan akan kebutuhan sembako, alat kantor, jajanan dan permintaan barang elektronik melalui angsuran meningkat.

Laba bersih waserda tahun 2014-2018 hanya mengalami satu kali kenaikan laba yaitu pada tahun 2015 sebesar Rp. 26.028.823,-, selebihnya laba waserda mengalami penurunan sampai pada tahun terakhir. Pada tahun 2018 waserda melakukan banyak penjualan barang secara kredit sehingga mengalami kerugian sebesar Rp. -23.307.258,- sehingga waserda kehilangan laba bersih sebesar Rp. -13.372.238,-. Untuk menutupi kerugian tersebut waserda meminjam modal pada bagian simpan pinjam KPRI Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi dan pendapatan akan di masukan kedalam pendapatan 2019. Biaya beban-beban yang harus di keluarkan pada tahun 2017 - 2018 di bebankan sementara pada koperasi simpan pinjam. Laba tertinggi yang terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp. 26.028.823,- didapat bukan karena penjualan melaikan pendapatan di luar penjualan yang mengalami kenaikan seperti pendapatan photocopy, pendapatan wartel, pendapatan jasa bank dan pendapatan lain – lain yang berasal dari penjualan barang elektronik secara kredit di tahun sebelumnya yang menjadi pendapatan tahun ini. selama tahun 2014 – 2018 laba waserda hanya mengalami kenaikan di tahun kedua selanjutnya laba bersih mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Penjualan dan laba bersih pada tahun 2014- 2018 mengalami fluktuatif yang cenderung menurun yang disebabkan karena kurangnya minat anggota untuk berbelanja kebutuhan sehari – hari pada waserda, anggota hanya terpaku pada barang – barang elektronik. Belum adanya perhitungan yang sesuai dengan standar perkreditan sehingga waserda banyak mengalami kesulitan karena adanya kredit macet setiap tahun yang tidak terorganisir. Hal tersebut diatas mempengaruhi laba yang semakin menurun akibat kurangnya penjualan langsung dan disertai beban – beban yang setiap tahun mengalami kenaikan meski adanya pendapatan lain di luar penjualan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Irham Fahmi (2015:2) Manajemen Keuangan adalah: Pengabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seseorang manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumberdaya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi dana dengan tujuan mampu memberikan profit atau kemakmuran bagi para pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.

Fungsi manajemen keuangan menurut poppy (2013:44) yaitu:

1.

Fungsi manajemen keuangan yaitu merencanakan tentang keuangan, penganggaran keuangan, pengelolaan keuangan, dalam mengelola dana, penggunaan dana sebagai sarana produksi dan kegiatan lain akan lebih maksimal untuk selanjutnya menghasilkan laba bagi perusahaan, penyimpanan dan pengendalian dana, pemeriksaan keuangan.

2.

Tugas manajemen keuangan yaitu mendapatkan dana sebagai modal usaha, mengelola dana yang didapatkan, membagi keuntungan atau laba

Beberapa tujuan dari manajemen keuangan menurut Irham Fahmi (2015:4) yaitu: memaksimumkan nilai perusahaan, menjaga stabilits finansial dalam keadaan yang selalu terkendali, memperkecil resiko perusahaan di masa sekarang dan yang akan datang.

Perusahaan/badan usaha sebagai suatu organisasi pencari laba memiliki keharusan untuk memberikan informasi menyangkut kinerja dan posisi keuangannya kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang merupakan dari bagian komunikasi bisnis. Untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak itulah dibutuhkan bahasa bisnis yang mudah dan dapat dipahami. Bahasa bisnis tersebut disebut akuntasi.

Menurut Rudianto (2012:4) akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak – pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Menurut Rudianto (2012:17) Dalam proses pencatatan hingga penyusunan laporan keuangan, akuntansi didasarkan pada beberapa prinsip dasar akuntansi. Salah satunya adalah macthing principle (prinsip penandingan), yaitu menandingkan pendapatan dengan beban yang timbul untuk memperoleh pendapatan. Dalam upaya mempertemukan/ membandingkan antara pendapatan dan biaya, akuntansi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: cash basis accounting (akuntansi dasar kas) dan accrual bais accounting (akuntansi dasar akrual)

Akuntansi koperasi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, pelaporan dan penafsiran laporan keuangan koperasi dalam satu periode tertentu. Periode tersebut mungkin bulanan, tiga bulanan, enam bulanan atau tahunan. Biasanya periode pelaporan di koperasi adalah satu tahun. Menurut (PSAK No. 27, 2007)Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip – prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khusunya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian, koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional.

Menurut Rudianto (2010:4) penyusunan prinsip – prinsip koperasi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan prinsip koperasi internasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayatr 1 undang – undang No.25/1992, koperasi Indonesia melaksanakan prinsip –prinsip sebagai berikut:

(3)

1.

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

2.

Pengelolaan dilakukan secara demokratis

3.

Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil

dan sebanding dengan besarnya jasa masing – masing anggota

4.

Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal

5.

Kemandirian

Dilihat dari bidang usaha dan jenis anggotanya, koperasi dapat dikelompokkan ke dalam 4 jenis. Bidang usaha koperasi mencerminkan jenis produk yang dijual kepada masyarakat dan para anggotanya, menurut PSAK No. 27 tahun 2007, koperasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis koperasi, yaitu: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi Pemasaran, Koperasi Produsen.

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Irham Fahmi (2013:2) laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaaan tersebut.

Menurut Adenk Sudarwanto (2013:8) secara umum laporan keuangan koperasi disusun dengan tujuan: memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber–sumber ekonomi dan kewajiban maupun modal suatu koperasi. dan memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan atas sumber – sumber ekonomi dan kewaiban maupun modal karena adanya aktivitas usaha dalam rangka memperoleh sisa hasil usaha suatu koperasi.

Menurut Hery (2016:19) Laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, urutan laporan keuangan berdasarkan proses penyajiannya adalah sebagai berikut:

1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

2. Laporan Ekuitas Pemilik (Statement of Owner’s Equity)

3. Neraca (Balance Sheet)

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) Menyusun laporan keuangan suatu koperasi menurut Adenk Sudarwanto (2013:22) dalam buku Akuntansi Koperasi Pendekatan Praktis Penyusunan Laporan Keuangan, maka harus mengenal beberapa perkiraan atau akun yang sering digunakan dalam akuntansi koperasi, yaitu:

1. Aktiva lancar terdiri dari kas, surat – surat berharga, piutang anggota, piutang non anggota, piutang penjualan, cadangan penghapusan piutang, wesel tagih, perlengkapan kantor, pembayaran dimuka, pajak penjualan masukan (ppn masukan), pendapatan yang akan diterima,

2. Investasi jangka panjang, 3. Aktiva tetap berwujud, 4. Aktiva tetap tak berwujud, 5. Aktiva lain –lain,

6. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, utang biaya, pajak penjualan keluaran (PPN Keluaran),

utang wesel, penerimaan dimuka, dana bagian hasil usaha, simpanan sukarela

7. Kewajiban jangka panjang.

8. Ekuitas koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, sisa hasil usaha (SHU) 9. Penghasilan terdiri dari partisipasi bruto, partipasi

neto, partisipasi jasa provinsi, pendapatan denda, pendapatan non anggota, pendapatan diluar usaha koperasi

10. Beban terdiri dari beban operasional, beban pokok, beban perkoperasian, beban diluar usaha koperasi, harga pokok.

Penjualan adalah persetujuan antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati. Laba bersih di pengaruhi oleh penjualan serta beban.

Menurut Basu Swasta (2014:8) sebenarnya definisi penjulan cukup luas beberapa ahli menyebutnya sebagai ilmu dan beberapa ahli menyebutnya sebebagai seni. Adanya penjualan dapat tercipta suatu proses pertukaran barang dan/jasa antara penjual dengan pembeli.

Menurut K. R Subramanyam John J. Wild (2012:109) Laba, (Income – disebut juga earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Pendapatan sebelum pajak (Earning Before Tax) merupakan laba yang terlihat atau yang diperoleh sebelum dikurangkan dengan pajak. Laba Setelah Pajak (Earning After Tax) merupakan laba yang diperoleh setelah dikurangkan dengan pajak. Sering disebut (laba bersih), atau net profit yang diterima oleh perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).

Analisis laporan keuangan dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan yang ada dan kemudian membuat keputusan yang rasional untuk memperbaiki kinerja perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Hery (2015:132) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.

Secara umum, tujuan dan manfaat dari dilakukannya analisis laporan keuangan menurut Hery (2015:133) adalah:

1.

Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa periode.

2.

Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan

3.

Untuk mengetahui kekuatan – kekuatan yang menjadi keunggulan perusahaan.

(4)

yang perlu dilakukan di masa mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5.

Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen

6.

Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis,

terutama mengenai hasil yang telah dicapai. Menurut Hery (2015:135) Teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan, dari dua periode atau lebih untuk menunjukan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif). Menurut Poppy Alexano (2013:56) Teknik memperbandingkan adalah analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan dalam dua periode atau lebih.

Model Analisis Perbandingan menurut Kasmir (2014: 72-73) dalam analisis perbandingan terdapat 2 model yaitu : Analisis Horizontal dan Analisis Vertikal. Hasil Analisis Perbandingan Menurut Kasmir (2014:74) hasil analisis perbandingan dapat ditunjukan dalam bentuk : jumlah dalam rupiah, jumlah penurunan dalam rupiah, jumlah kenaikan dalam rupiah, perbandingan dalam persentase perbandingan dalam bentuk rasio.

Menurut Hery (2015:135) Analisis tren merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah menunjukan kenaikan atau penurunan.

III.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriftif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengemukakan data berdasarkan keadaan yang sebenarnya, kemudian mengenalisis berdasarkan fakta yang ada sehingga mendapatkan informasi yang sebenar – benarnya, adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode pengamatan (observasi), metode wawancara, dokumentasi, metode kepustakaan (library research).

Objek penelitian adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi berdiri pada tanggal 23 Februari 1991 dengan akta pendirian nomor 9546/BH/KWK10/23, jumlah anggota sebanyak 116 orang yang terdiri dari karyawan/ karyawati Puskesmas dan Dinas Kesehatan yang mengelola usaha simpan pinjam saja. Pada Tahun 2008 Waserda mengembangkan usahanya berupa Penjualan barang elektronik dan berbagai alat rumah tangga (Cash dan Credit), pelayanan pembayaran listrik, telepon, penjualan pulsa, warung telepon (wartel), fotocopy yang tujuannya untuk meningkatkan kebutuhan anggota.

IV.

PEMBAHASAN

Modal usaha di KPRI Warga Husada berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan simpanan karyawisata yang berkembang cukup besar dengan adanya kesepakatan anggota untuk meningkatkan jumlah simpanan – simpanan tersebut, dengan pemotongan melalui kerjasama dengan

bendahara Dinas Kesehatan dan Bank Jabar. Unit Usaha Waserda menyediakan berbagai jenis kebutuhan sehari – hari misalnya ATK, sembako dan makanan ringan. Diharapkan agar para anggota koperasi lebih memilih berbelanja di waserda dari pada di supermarket. Selain kegiatan pertokoan, waserda menjual barang- barang elektronik penjualan tersebut dapat dilakukan secara cash maupun credit dengan bunga 20% dalam jangka waktu maksimal 12 bulan. Waserda pun melayani pembayaran listrik, telepon, penjualan pulsa, dan wartel warung telepon (wartel) untuk memenuhi kebutuhan anggota.

Untuk mencapai hasil yang optimal, proses pengelolaan Koperasi diawasi oleh pengawas, baik melalui pemeriksaan secara berkala maupun secara insidental. Hasil pengawasan/pemeriksaan dijadikan bahan oleh pengurus untuk meningkatkan kinerja, dan oleh pengawas sebagai bahan untuk menyusun laporan pertanggung jawaban yang akan disampaikan dalam forum RAT.

Untuk mengetahui penjualan pada Waserda KPRI Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dengan melakukan Analisis Trend, dimana dengan analisa tersebut dapat diketahui perkembangan atau trend penjualan dari Tahun 2014 – 2018. Penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp.66.927.300,- dan penjualan terendah terjadi pada tahun 2018 sebesar Rp.228.636.600,-.

Penjualan waserda KPRI Warga Husada mengalami fluktuatif di 3 tahun yaitu dari tahun 2014 - 2016 sedangkan di tahun 2016 - 2018 cenderung menurun. Penurunan penjualan yang drastis terjadi pada tahun 2016 - 2017. Penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar Rp. 263.368.292,- dan penjualan terendah yaitu sebesar Rp.66.927.300,- pada tahun 2018. Untuk lebih mengetahui perkembangan penjualan waserda KPRI Warga Husada, maka rasio penjualan setiap tahun dibandingkan dengan total penjualan selama 5 tahun yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Adapun naik/turun serta rasio perbandingan terhadap total penjualan akan dijelaskan sebagai berikut:

1.

Tahun 2014 merupakan periode awal, sehingga belum dapat dibandingkan dan rasio menunjukan nilai 27 % dari total penjualan Rp 235.369.500.

2.

Tahun 2015 menunjukan penurunan penjualan

sebesar -3% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar - Rp 6.732.900 dan rasio menunjukan nilai 26 % dari total penjualan 228.636.600. Ini disebabkan oleh penjualan barang melalui angsuran mengalami penurunan karena pengurus lebih selektif lagi dalam hal pemberian kredit barang dan mengurangi persediaan barang waserda.

3.

Tahun 2016 mengalami peningkatan pada penjualan sebesar 15% atau Rp 34.731.692 dengan rasio yang di bandingkan dengan total penjualan Rp 263.368.292 yaitu 30 %. Hal ini terjadi karena permintan akan kebutuhan sembako, alat kantor, jajanan, dan pemenuhan permintaan anggota akan barang elektronik melalui angsuran mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

(5)

menunjukan nilai rasio sebesar 10 % mengalami penurunan penjulan sebesar -67% atau - Rp175.198.992 hal tersebut di sebabkan karena waserda melakukan pengendalian dan pengurangan persediaan.

5.

Tahun 2018 nilai rasio yang di bandingkan dengan total penjualan Rp 66.927.300 yaitu sebesar 8 % dengan persentase penurunan -24 % atau - Rp 21.242.000 . Pada tahun ini penjualan barang lebih banyak berupa barang – barang elektronik melalui pihak ke tiga yaitu bekerjsama dengan bank BJB.

Penjualan pada KPRI Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada dasarnya mengalami fluktuatif yang cenderung menurun sebagaimana hasil analisa menunjukan total penjualan sebesar Rp.882.470.992,- dengan kontribusi naik/turun masing-masing tahun berkisar antara -67% - 15% pada tahun 2014-2016. Penjualan terendah pada tahun 2018 sebesar Rp.66.927.300,- dengan rasio 8 dari total penjualan. Sedangkan penjualan tertinggi pada tahun 2016 sebesar Rp.263.368.292 dengan rasio 30 dari total penjualan. Sehingga dapat diketahui kenaikan/penurunan penjualan selama 5 tahun sebesar -78% dengan rata-rata kenaikan/ penurunan pertahun sebesar -15,6 %.

Sebagaimana analisa terhadap pendapatan penjualan maka untuk mengetahui perkembangan laba dianalisa dengan metode yang sama yaitu menggunakan analisis tren terlebih dahulu. Laba bersih sebelum pajak (EBIT)

Dapat kita ketahui tren laba bersih cenderung menurun karena hanya mengalami kenaikan pada tahun 2015 dan merupakan kenaikan laba bertinggi yaitu sebesar Rp.26.028.823,- hal tersebut di dasari oleh penjualan yang fluktuatif sedangkan beban beban cenderung naik setiap tahunnya terutama beban gaji karyawan. Pada tahun 2017 laba kotor mengalami minus hal tersebut tidak banyak mempengaruhi laba waserda karena adanya pendapatan lain. Pendapatan lain berasal dari pendapatan sewa tempat fotocopy, wartel, penjualan pulsa, pendapatan bunga bank dan pendapatan lain – lain yaitu bunga dari penjualan barang elektronik. Pendapatan lain cenderung meningkat dari setiap tahunnya sampai pada tahun 2017 yaitu Rp.43.427.763,- merupakan kenaikan pendapatan lain yang tertinggi. Pada tahun 2018 mengalami penurunan pendapatan lain hanya Rp12.614.139,-.

Pada tahun 2015 sebesar Rp . 26.028.823,- , pada tahun 2015 ini mengalami kenaikan jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2014 sebesar Rp.8.105.682. Laba bersih mengalami penurunan dari tahun ketahun tetapi penurunan tercuram yaitu pada tahun 2017 - 2018 yaitu sebesar Rp.-23.270.591,-. Untuk menjelaskan naik/turun laba bersih pada waserda KPRI Warga Husada penulis menggunakan teknik yang sama yaitu analisis horizontal seperti analisis pada penjualan yaitu membandingkan naik/turun berdasarkan tahun sebelumnya dan rasio berdasarkan total laba bersih selama 5 tahun,

Adapun naik turun serta rasio perbandingan terhadap total laba bersih dijelaskan sebagai berikut :

1.

Tahun 2014 merupakan periode awal, sehingga

belum dapat dibandingkan dan rasio menunjukan nilai 24 % dari total laba bersih.

2.

Tahun 2015 menunjukan kenaikan laba bersih sebesar 221% dari tahun sebelumnya dan rasio menunjukan nilai 78% dari total Laba Bersih. Terdapat kenaikan laba dibandingkan dengan tahun sebelumnya hal ini dikarenakan ketaatan anggota untuk membayar angsuran cicilan barang dengan baik. Selain itu waserda juga dipengaruhi adanya pendapatan lain – lain yaitu kerjasama dengan pihak ketiga diantaranya; sewa tempat, penyediaan fasilitas pembayaran listrik, telepon, dan penjulanan pulsa elektronik.

3.

Tahun 2016 mengalami penurunan laba yang cukup besar yaitu -52 % dari tahun sebelumnya dan rasio menunjukan nilai 38% dari total Laba Bersih. Faktor penurunannya laba pada tahun ini adalah kurangnya sistem administrasi keuangan dan barang, sementara pengawasan terjun langsung oleh pengurus dilapangan belum dilakukan secara intensif.

4.

Tahun 2017 menunjukan penurunan Laba Bersih sebesar -21 % dari tahun sebelumnya dan rasio menunjukan nilai 30 % dari total Laba Bersih. Pendapatan dari penjualan secara tunai tidak terlalu banyak karena adanya pengendalian persediaan.

5.

Tahun 2018 menunjukan penurunan yang sangat

tajam sebesar -135% dari tahun sebelumnya dengan nilai rasio -70 % dari total laba bersih. Pada dasarnya tahun ini dengan jasa angsuran barang sebesar 20% ditambah dengan pendapatan warung dan pendapatan lain-lain laba yang diperoleh cukup tinggi akan tetapi pada tahun ini pembelian barang atas permintaan anggota lebih banyak berupa barang- barang elektronik (HP, Lapotop, TV,dsb) melalui pihak ketiga dengan menggunakan laba Laba waserda dan kekurangannya waserda meminjam dari dana simpan pinjam oleh karena itu dalam pencatatan laba mengalami minus tetapi waserda masih berjalan karena adanya piutang yang masih tinggi dan akan diakumulasikan kedalam pendapatan ditahun 2019. Laba Bersih pada waserda koperasi Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi naik hanya pada tahun kedua yaitu pada tahun 2015 sedangkan tahun selanjutnya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Total perolehan laba bersih tahun 2014 – 2018 sebesar Rp. 33.307.258, dengan persentase -135% - 221 %. Laba bersih terendah pada tahun 2018 sebesar Rp. 23.270.591, dengan persentase -135 % dan rasio menunjukan sebesar -70. Sedangkan yang tertinggi pada tahun 2015 sebesar Rp. 26.028.823,- dengan persentase 221% dan rasio sebesar 78. Kenaikan/penurunan yang terjadi selama 5 tahun sebesar 13 % dan rata-rata keanikan/penurunan pertahun sebesar 2,6%.

Selanjutnya untuk mengetahui Analisis Perbandingan Penjualan dengan Laba bersih Pada Waserda Koperasi Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, menganalisa dengan metode analisis

(6)

perbandingan yaitu membandingkan penjualan dengan laba bersih. Penjualan mempengaruhi laba, jika penjualan naik maka laba pun akan naik tetapi kita harus memperhatikan faktor lainnya seperti beban – beban dan pendapatan diluar penjualan. Dapat dilihat pada tahun 2014 dan 2015 penjualan tahun 2014 sebesar Rp.235.269.500,- lebih besar dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar Rp. 228.636.600,- akan tetapi laba yang diperoleh lebih besar pada tahun 2015 sebesar 26.208.823,- jika di bandingkan dengan laba tahun 2014 sebesar Rp.8105.682,-. Hal ini membuktikan bahwa penjualan yang tinggi memang merupakan faktor terbesar untuk memperoleh laba yang tinggi dengan memperhatikan beban – beban yang dikeluarkan dengan memperhatikan cara penjualannya juga melihat pendapatan lain yang diakumulasikan sebagai pendapatan. Untuk mempermudah dalam melakukan analisa berdasarkan data di atas, analisa perbandingan penjualan dengan laba bersih diperoleh perhitungan laba bersih dibagi penjualan kemudian dikali 100 % diantara lain sebagai berikut :

1. Tahun 2014 (Rp. 8.105.682/ Rp. 235.369.500) x 100 % = 3,4 % 2. Tahun 2015 (Rp. 26.028.823/ Rp. 228.636.600) x 100 % = 11,4 % 3. Tahun 2016 (Rp. 12.544.991/ Rp. 263.368.292) x 100 % = 4,8 % 4. Tahun 2017 (Rp. 9.898.353/ Rp. 88.169.300) x 100 % = 11,2 % 5. Tahun 2018 (Rp. -23.270.591/ Rp. 66.927.300) x 100% = -34,8 %

Rasio perbandingan penjualan dengan laba bersih tertinggi yaitu pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2018 sebesar -34.8. pada rasio perbandingan ini mengalami fluktuatif pada tahun 2014-2017 sedangkan tahun 2018 yaitu tahun akhir mengalami penurunan yang tajam. Ketika Penjualan naik seakan laba naik, ketika penjualan menurun maka laba pun demikian tetapi hal ini tidak padat dikatakan seperti demikian karena yang mempengaruhi laba bersih naik/turun bukan hanya penjualan melainkan ada beberapa faktor diantaranya pembelian, persediaan, sisa piutang, angsuran.

Pada data yang diperoleh laba mengalami kenaikan di 2 tahun awal yaitu tahun 2014 Rp 8.105.682 ke tahun 2015 Rp 26.028.823, akan tetapi kenaikan laba tersebut tidak di dasari penjualan karena pada tahun 2015 Rp 228.636.600 penjualan mengalami penurunan. Kenaikan laba pada tahun 2015 di pengaruhi karena adanya sisa piutang Rp 53.010.700 menurun dan pengurangan pembelian dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 laba Rp 12.544.991 mengalami penurunan meskipun pada tahun itu penjualan dan angsuran meningkat dan piutang menurun hal tersebut terjadi karena pembelian pada tahun 2016 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu Rp. 246.172.750,-. Laba terendah bahkan loss profit seakan koperasi mengalami kerugian terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp.-23.270.591,- hal tersebut terjadi karena pengurangan persediaan yang mempengaruhi penurunan penjualan waserda, adanya pembelian barang elektronik yang cukup tinggi meski tidak melebihi nilai dari tahun sebelumnya hanya

Rp.94.919.600,- dengan didasari angsuran menurun sehingga piutang naik.

Selanjutnya Analisis Perbandingan Penjualan dengan laba bersih di Waserda Koperasi Dinas kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 – 2018 dapat di ketahui melalui rasio perbandingan laba bersih dan penjualan didapat melalui laba bersih tahun hitung dibagi dengan penjualan tahun hitung yang dikali 100 %. Adapun Naik/ turunnya rasio perbandingan penjualan dengan laba bersih yaitu selisih antara rasio tahun hitung dikurangi rasio tahun sebelumnya.

Adapun naik turun serta rasio perbandingan penjualan dengan laba bersih terhadap total penjualan dengan laba bersih dijelaskan sebagai berikut:

1.

Tahun 2014 merupakan periode awal, sehingga belum dapat dibandingkan dan rasio menunjukan nilai 3,4 % dari total laba bersih yang di bandingkan dengan penjualan.

2.

Tahun 2014 ke tahun 2015 menunjukan kenaikan perbandingan penjualan dengan laba sebesar 7,9 % dan rasio menunjukan nilai 11,4 % dari total perbandingan penjualan dan laba bersih. Terdapat kenaikan laba dibandingkan dengan tahun sebelumnya hal ini dikarenakan meningkatnya ketaatan anggota untuk membayar angsuran cicilan barang dengan baik juga penjualan tunai yang cukup baik. Akan tetapi penjualan mengalami penurunan karena permintaan anggota akan alat komunikasi dan barang elektronik seperti handpone, televisi, notebook, mesin cuci dan lain-lain cukup tinggi, koperasi melakukan percobaan dengan lebih selektif dalam penjualan barang elektronik secara kredit untuk meminimalisir kredit macet. Sehingga meski penjualan menurun hal tersebut tidak memperngaruhi laba karena laba bersih pada waserda selain dipengaruhi penjualan dipengaruhi pula oleh pendapatan lain – lain diluar usaha. Selain itu pendapatan lain – lain dipengaruhi adanya kerjasama dengan pihak ketiga yaitu sewa tempat, penyediaan fasilitas pembayaran listrik, telepon, dan penjulanan pulsa elektronik.

3.

Tahun 2016 menunjukan penurunan perbandingan penjualan dengan laba sebesar -6,6 % dengan rasio menunjukan nilai 4,8 % dari total perbandingan penjualan dan laba bersih. Pada tahun ini penjualan meningkat karena permintaan terhadap barang elektronik meningkat, melihat ketaatan anggota dalam membayar cukup baik di tahun sebelumnya waserda melakukan penambahan kuota untuk pemberian kredit barang elektronik. Akan tetapi laba menurun meski piutang pada tahun ini mengalami penurunan hal ini tidak mempengaruhi pendapatan waserda, hal tersebut dikarenakan sistem administrasi barang dan keuangan belum membaik. Selain itu menurunnya laba pada tahun ini karena waserda melakukan peningkatan pembelian persediaan barang untuk memenuhi permintaan kredit barang sedangkan beban yang harus di bayar mengalami kenaikan setiap tahunnya.

(7)

total perbandingan penjualan dan laba bersih hal tersebut menunjukan pada tahun ini adanya kenaikan yang baik yaitu sebesar 6,5 % di bandingkan dari tahun sebelumnya. Pendapatan dari penjualan secara tunai tidak terlalu banyak karena adanya pengendalian persediaan. Akan tetapi pada tahun ini piutang barang menurun karena angsuran bayar barang elektronik terakomodir melalui pemotongan gaji. Hal tersebut membuktikan bahwa walau penjualan sedikit mengalami penurunan bukan berarti laba yang diperoleh menurun karena pada tahun 2017 laba mengalami peningkatan yang cukup tinggi karena adanya evaluasi terhadap laporan keuangan tahun buku 2016 yang di akumulasi ke tahun buku 2017. Pada tahun ini melihat kurangnya penjualan secara langsung pengurus berencana menutup waserda. Karena waserda sangat di butuhkan oleh karyawan melihat tidak adanya toko, warung ataupun swalayan terdekat sehingga waserda tidak jadi di tutup, sehingga pengurus memperbaiki sistem administrasi dan mulai membaik serta adanya koordinasi dan pengawasan yang dilakukan secara insentif. Akan tetapi, Laba tersebut dijadikan sebagai modal untuk pembelanjaan barang elektronik seperti pada tahun 2016.

5.

Tahun 2018 menunjukan penurunan perbandingan penjualan dengan laba sebesar -23,5 % dan rasio menunjukan nilai -34,8 % dari total perbandingan penjualan dan laba bersih. Pada dasarnya tahun ini dengan jasa angsuran barang sebesar 20% ditambah dengan pendapatan warung dan pendapatan lain- lain laba yang diperoleh cukup tinggi akan tetapi pada tahun ini pembelian barang atas permintaan anggota lebih banyak berupa barang- barang elektronik (HP, Lapotop, TV,dsb) dengan menggunakan laba waserda dan kekurangannya waserda meminjam dari dana simpan pinjam oleh karena itu dalam pencatatan laba mengalami minus. Meski penjualan meningkat tetapi angsuran cicilan barang relatif masih kecil karena penjualan terjadi pada pertengahan tahun dan lama angsuran 12 bulan hal tersebut mempengaruhi piutang yang barang yang cukup tinggi sehingga sebagian angsuran akan tercatat pada tahun 2019.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ketahui pada tahun 2018 adalah perbandingan yang terendah yaitu sebesar -34,8 % dengan rasio sebesar -23,5 % sedangkan perbandingan penjualan dengan laba bersih yang tertinggi pada tahun 2013 sebesar 11,4 % dengan rasio 7,9. Naik/turunnya perbandingan penjualan dengan laba bersih selama 5 tahun yaitu -15,8 % dengan rata-rata pertahun sebesar -3,16 %, sehingga dapat kita ketahui rasio perbandingan penjualan dengan laba bersih selama 5 tahun sebesar -4 % dan rata-rata pertahun sebesar 0.8 %

KESIMPULAN

Maka dari hasil penelitian dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

1. Penjualan pada Waserda KPRI Warga Husada

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 dengan total penjualan sebesar Rp.882.470.992,- pada dasarnya mengalami tren penjualan yang fluktuatif dengan kontribusi rasio masing-masing tahun berkisar antara 8% - 30%. Kenaikan/ penurunan penjualan terendah pada tahun 2017 sebesar -67% sedangkan kenaikan/ penurunan penjualan tertinggi pada tahun 2016 sebesar 15%. Kenaikan/ penurunan selama 5 tahun sebesar -78% dengan rata-rata pertahun sebesar -15, 6%.

2. Tren laba bersih pada Waserda KPRI Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi selama tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 yaitu mengalami penurunan dengan jumlah laba bersih sebesar Rp. 33.307.258. Kenaikan/ penurunan Laba bersih terendah pada tahun 2018 sebesar -135% dengan rasio sebesar -70 sedangkan yang tertinggi pada tahun 2015 sebesar 221% dengan rasio 78. Penurunan/ kenaikan yang terjadi selama 5 tahun sebesar 13% dan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 2,6%.

3. Analisis Perbandingan Penjualan dengan Laba bersih pada Waserda Koperasi Warga Husada Dinas Kesehatan Kota Sukabumi mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2018 adalah perbandingan penjualan dan laba bersih terendah yaitu sebesar -34,8 % sedangkan yang tertinggi pada tahun 2015 sebesar 11,4 %. Rasio perbandingan penjualan dengan laba bersih selama 5 tahun yaitu -4% dengan rata-rata pertahun sebesar – 0,8 %

R

EFERENSI

Alexano, Poppy. 2013. Manajemen Keuangan Untuk Pemula Orang Awam. Jakarta:

Laskar Aksara

Asrianti Nining. 2015. Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Tingkat Penjualan Motor Pada PT. Astra International Tbk. Cabang Kendari. Universitas Halu Oleo. Kendari

Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan.Bandung: ALFABETA Hery. 2016. Akuntansi Dasar 1 & 2. Jakarta: PT Grasindo Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan

Teori dan Soal Jawab. Bandung: Alfabeta

Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Laporan Keuangan.

Yogyakarta: CAPS ( Center Academic Publishing Service)

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada KPRI WH DINKES. 2014. Laporan RAT. Sukabumi

KPRI WH DINKES. 2015. Laporan RAT. Sukabumi KPRI WH DINKES. 2016. Laporan RAT. Sukabumi KPRI WH DINKES. 2017. Laporan RAT. Sukabumi KPRI WH DINKES. 2018. Laporan RAT.Sukabumi PSAK No. 27, 2007

PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009)

Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

(8)

Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga Subramanyam, K.R. Wild, John J. 2010. Analisis Laporan

Keuangan Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Sudarwanto, Adenk. 2013. Akuntansi Koperasi Pendekatan Praktis Penyusunan Laporan Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Swasta, Basu. 2014. Manajemen Penjualan Edisi 3 Cetakan Kedelapan. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKART

(9)

Referensi

Dokumen terkait

tawas juga memiliki sifat dapat menghambat pertumbuhan mikroba dengan mengurangi kadar air dalam bahan, hal tersebut dapat dibuktikan pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Pada hipermetropi dilakukan koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan jauh terbaik dan memungkinkan pasien untuk melakukan

Yang dimaksud dengan RAKERNAS SPKEP SPSI (Rapat Kerja Nasional Serikat Kimia, Energi dan Pertambangan SPSI) adalah forum konsultasi, informasi dan evaluasi secara

Remot control yang berfungsi transmitter atau sebagai sistem kendali yang dapat dikontrol dengan jarak jauh dan untuk megarahkan kapal tanpa awak tersebut dengan

Jika nilai produk/jasa industri dan volume barang/jasa sama besar, maka pilih kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan waktu terlama d3. Jika nilai produk/jasa

Jawa pos sendiri memiliki beberapa divisi di dalamnya seperti yang akan di bahas nantinya ialah divisi pemasaran dimana fungsinya bertugas memasarkan koran baik ke

55 Alimentarius, bahan tambahan makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan,

Karena hal ini, ditetapkan bagi bani Yisrael bahwa mereka harus berkabung pada hari kesepuluh bulan ketujuh – pada hari ketika berita yang membuat dia menangis karena Yoseph