• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nyalah laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat terselesaikan dengan sebagaimana mestinya.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Penulisan laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :

1. Bapak Ir Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang.

2. Ibu Andi Early Febrinda, S. TP, MP, selaku Ketua Proram Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3. Bapak Vengata Subramaniam, selaku General Manager Mill Sungai Durian & Pamukan.

4. Bapak Ashrul Siregar, selaku Factory Mana ger PT. Laguna Mandiri, PKS Rantau.

5. Bapak M. Rubai, selaku Kepala Administrasi PT. Laguna Mandiri, PKS Rantau.

(6)

6. Bapak Sunaryo, selaku Assistant Proses Shift. 1 PT. Laguna Mandiri, PKS Rantau.

7. Bapak Uun Kristianto, S. TP, selaku Assistant Proses Shift 2 PT. Laguna Mandiri, PKS Rantau.

8. Bapak Elisa Ginsel Popang, S. TP, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama dalam penulisan laporan ini.

9. Bapak Anis Syauqi, S. TP, selaku Dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik dalam penulisan laporan ini.

10. Ayah dan Bunda tercinta yang selalu mendo’akan ananda seta memberi dorongan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.

11. Seluruh Staf dan Karyawan serta Karyawati PT. Laguna Mandiri, PKS Rantau yang telah membantu selama penulis me lakukan Praktek Kerja Lapang (PKL).

12. Dan rekan–rekan mahasiswa yang setia membantu penulis dalam penulisan laporan ini.

Harapan penulis semoga laporan praktek kerja lapang ini dapat memberikan manfaat kepada pihak–pihak yang membutuhkannya.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 2

C. Hasil Yang Diharapkan... 2

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan... 3

B. Manajemen Perusahaan... 4

C. Lokasi & Waktu Kegiatan PKL ... 4

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG A. Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi Crude Palm Oil (CPO)s. 5

B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit (IKS) ... 22

C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 33

D. Pengambilan Sampel ... 40

E. Standart di Minamas Plantations yang Ditetapkan oleh DO ... 43

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ……… 59

(8)

DAFTAR TABEL

No Tubuh Utama Halaman

1. Batas Toleransi Kriteria Buah yang Diterima (PKS Rantau) ... 7

2. Analisis Limbah Cair PKS ...…..………... 37

3. Baku Mutu Limbah Cair PKS (Minamas Plantations) ….……... 44

4. Standart Mutu MKS (Minamas Plantations) ... 45

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar. Halaman

1. PT. Laguna Mandiri ... 61

2. Weight Bridge (Jembatan timbang) ... 61

3. Hopper ... 62 4. Grading TBS ... 62 5. Transfer Carriage ... 63 6. Loading Ramp ... 63 7. Sterilizer ... 64 8. Autofeder... 64

9. Lori & Hoisting Crane ... 65

10. Threser... 65

11. Fruit Elevator... 66

12. Digester ... 66

13. Screw Press ... 67

14. Oil Gutter... 67

15. Sand Trap Tank ... 68

16. Vibrating Screen... 68

17. Cruide Oil Tank (COT)... 69

18. Clarifier Tank ... 69

(10)

20. Vaccum Dryer ... 70

21. Oil Storage Tank & Despatch Pump ... 71

22. Despatch Shed ... 71

23. Cake Breaker Conveyor (CBC)... 72

24. Depericarper... 72 25. Polishing Drum ... 73 26. Nut Silo ... 73 27. Ripple Mill ... 74 28. Sparating Column... 74 29. LTDS 1 & 2 ... 75 30. Clay Bath... 75 31. Kernel Silo ... 76 32. Gudang Penyimpanan ... 76 33. Bislay... 77 34. Fibre Cyclone ... 77 35. Kolam Limbah... 78 36. Fat Vit... 78

(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut TBS (tandan buah segar). Buah sawit di bagian sabut (daging buah atau mesocarp) menghasilkan minyak sawit kasar (Crude Palm Oil atau CPO), sementara itu di bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil atau PKO).

Untuk menyeimbangkan produksi yang semakin banyak akibat perkembangan pertanaman kelapa sawit yang sangat cepat, dibangun pabrik-pabrik ekstraksi minyak sawit kasar (CPO) dan minyak inti sawit (PKO), dengan demikian akan membuka peluang kerja yang sangat besar bagi tenaga terampil khususnya di bidang Tekhnologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Untuk menjadi tenaga yang terampil dan diperlukan suatu kemampuan dari seseorang yang tidak hanya memiliki latar belakang yang memadai, tetapi juga harus memiliki keahlian di bidang pengetahuan lapangan (praktek), sehingga nantinya mampu menjadi tenaga yang terampil yang dapat langsung praktek ke lapangan.

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda merupakan salah satu perguruan tinggi yang nantinya mampu menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian di bidangnya masing–masing.

(12)

Melalui kegiatan ini mahasiswa tidak hanya mengharapkan teori yang di dapat dari bangku kuliah semata melainkan praktek langsung dengan bentuk–bentuk kegiatan lapangan dan masalah–masalah ataupun kenyataan yang akan dihadapi kelak apabila mahasiswa bekerja pada suatu perusahaan nantinya.

B. Tujuan

Tujuan pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) adalah :

1. Menambah pengetahuan tentang prinsip kerja pengolahan minyak kelapa sawit.

2. Menambah pengetahuan tentang prinsip kerja pengolahan biji kelapa sawit.

3. Menambah pengetahuan tentang prinsip kerja pengolahan limbah pabrik kelapa sawit.

4. Mempelajari analisis CPO dan inti kelapa sawit (kernel).

5. Menambah pengetahuan mahasiswa agar mampu berfikir secara praktis mengenai kegiatan yang sesungguhnya di lapangan.

C. Hasil Yang Diharapkan

Dari kegiatan PKL ini diharapkan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya program studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan mampu menghasilkan tenaga terampil dan terlatih baik secara fisik, intelektual, sosial, maupun manajerial yang nanti mampu memberikan ilmu pengetahuan yang berarti di bidang perkebunan khususnya dan bagi bangsa dan negara pada umumnya.

(13)

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

Pabrik kelapa sawit Rantau berlokasi di Desa Manunggal Lama Kecamatan Sungai Durian Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Pabrik kelapa sawit rantau mulai beroperasi bulan Juli 2001 dengan kapasitas terpasang saat itu 30 ton/jam, tetapi untuk masa kedepan kapasitas yang di inginkan adalah 60 ton/jam.

Untuk merealisasikan rencana tersebut pabrik kelapa sawit rantau di dukung oleh beberapa kebun sebagai penyuplai tandan buah segar (TBS), kebun-kebun tersebut adalah Rantau Estate (RTE), Selabak Estate (SLE), Matalok Estate (MLE), Randi Estate (RDE), Lanting Estate (LNE), Sekayu Estate (SYE), Sangkoh Estate (SNE) dan Betung Estate (BTE).

Keadaan pabrik secara umum sampai saat ini berada pada kondisi yang cukup baik, ini dapat dilihat dari keadaan unit–unit proses yang secara umum dalam keadaan baik dan terjaga. Namun yang paling membanggakan adalah kebersihan lingkungan kerja / pabrik itu sendiri yang bagus.

Adapun kendala yang dihadapi adalah terpencilnya lokasi pabrik sehingga mengakibatkan terlambatnya komponen–komponen yang diperlukan secara urgent. Di samping itu kondisi jalan yang cukup sulit terutama pada waktu musim hujan sehingga pasokan buah ke pabrik terganggu.

(14)

B. Manajemen Perusahaan

Secara struktural selur uh kegiatan yang berlangsung diperkebunan berada di bawah pimpinan Director of Operations (DO). Namun kegiatan yang ada di kantor pusat berbeda kepemimpinannya dengan di pabrik perkebunan.

Seorang Direktor of Operations membawahi seorang Head Plantation Operations (HPO) yang bertanggung jawab terhadap semua urusan pabrik yang ada di Minamas Plantation. HPO membawahi General Manager (GM) Plantation Operations Region Kalimantan Selatan. GM di Kalimantan Selatan di jabat oleh Bapak Vengata Subramaniam. Beliau memegang 5 perusahaan yang wilayahnya berada di Kalimantan Selatan, dan salah satunya adalah PT. Laguna Mandiri (PKS Rantau). PKS Rantau Dipimpin oleh seorang GM dan membawahi seorang Manager, Staf GM dan Sekretaris GM. Untuk yang menangani proses di pabrik dibawah kekuasaan Manager, Manager membawahi Seorang Kepala Administrasi (KASI), seorang Kepala Assistant, dua orang Assistant Proses, dan seorang Assistant Mantenence. Untuk Mandor Proses ada 2 orang, untuk sift I Assistant Proses I berpasangan dengan Mandor I, untuk sift II Assistant Proses II berpasangan dengan Mandor II.

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

Kegiatan PKL ini dilaksanakan di Minamas Plantations PT. Laguna Mandiri Desa Manunggal Lama Kecamatan Sungai Durian Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan.

Kegiatan PKL dilaksanakan selama 2 bulan terhitung mulai tanggal 10 Maret 2008 sampai 10 Mei 2008.

(15)

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi Crude Palm Oil (CPO) 1. Stasiun Penimbangan

a. Tujuan

Untuk mengetahui berat bersih tandan buah sawit yang masuk ke pabrik untuk diolah.

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), proses pengolahan TBS diawali dari setiap truk atau trailer yang di tarik dengan wheel tractor apabila sudah sampai di pabrik terlebih dahulu harus di timbang di toledo (timbangan) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dan kosong adalah merupakan berat TBS yang akan diolah.

Kegunaan dari stasiun penimbangan itu sendiri yaitu :

1) Untuk menimbang berat TBS yang masuk ke pabrik untuk diolah. 2) Untuk menimbang hasil produksi CPO dan Kernel.

3) Untuk menimbang dalam bentuk lain–lain seperti solar, abu, tandan kosong, cangkang, dll.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 14 Maret 2008 Tempat : Stasiun Penimbangan

(16)

d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah jembatan timbang (plat form), komputer, printer, kertas nota bon, polpen, staples, timbangan otomatis, truk. Bahan yang digunakan adalah TBS kelapa sawit.

e. Prosedur Kerja 1) Truk Masuk

Pastikan plat form bersih, pastikan truk berada di tengah jembatan timbang (plat form), pastikan petunjuk timbangan pada posisi nol, pastikan data SPB lengkap dan tepat, input data dengan cermat periksa sebelum di print, file disimpan dengan rapi.

2) Truk keluar

Pastikan truk kosong sebelum ditimbang keluar, serahkan copy tiket kepada sopir, catat data timbang ke buku registrasi. Jika berat estimasi kebun dan data aktual berbeda lapor pada manager. Rekap data timbang setiap produk perhari, bila ada kerusakan, lapor pada manager.

f. Hasil Yang Dicapai

Pabrik mengetahui berat TBS kelapa sawit yang diterima untuk di olah lebih lanjut.

g. Pembahasan

Dengan adanya stasiun penimbangan ini, maka diketahuilah berat TBS yang masuk ke pabrik untuk diolah, dan berat produk lain yang keluar masuk di pabrik, seperti tankos,cangkang, solar, CPO, dll.

(17)

2. Sortasi Buah

a. Tujuan

Agar TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik untuk di olah sesuai dengan standart yang ditentukan, sehingga dapat mempertahankan mutu dari CPO yang dihasilkan.

Tabel 1. Batas Toleransi Kriteria Buah yang Diterima (PKS Rantau) Kriteria Buah Batas Toleransi

Mentah (Unripe) 0

Kurang Matang (Under Ripe) < 8,00

Matang (Ripe) > 90,00

Janjang Kosong (Empty Bunch) < 2,00 Gagang Panjang (Long Stalk)

dan

Potongan Gagang (Cut Stalk)

< 5,00

Old Crop 0

b. Dasar Teori

Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu, perlu dilakukan sortasi. Sortasi di lakukan pada setiap kebun dengan menentukan satu truk yang di anggap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga ( Sunarko, 2007 ).

c. Waktu dan Tempat Waktu : 15 Maret 2008

Tempat : Stasiun Grading (Loading Ramp) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah gancu, timbangan, sekop, kertas, polpen. Bahan yang digunakan adalah TBS kelapa sawit.

(18)

e. Prosedur Kerja

1) Truk masuk area Loading ramp.

2) Tentukan truk secara acak (random) untuk di grading.

3) Meminta SPB dari supir truk (angkutan) pengangkut buah, dan catat data SPB ke laporan pemeriksaan mutu TBS.

4) Menginstruksikan supir truk untuk menurunkan buah di tempat yang telah ditentukan, instruksikan mandor grading untuk menyusun 100 janjang sample, dan buat 10 kelompok yang masing- masing kelompok 10 janjang.

5) Lakukan grading buah (TBS) sesuai kriteria yang telah ditetapkan dan mandor grading mencatat data hasil grading ke laporan pemeriksaan mutu TBS, kemudian mandor grading menandatanganinya.

6) Apabila sudah tidak ada penyimpanan terhadap kriteria buah, Asisten lapangan Tqem menandatangani laporan pemeriksaan mutu TBS sebagai varifikasi hasil grading.

7) Menyerahkn copy hasil pemeriksaan mutu TBS ke kebun-kebun yang buahnya di grading.

8) Membuat rekapitulasi harian dan bulanan untuk pemeriksaan mutu TBS.

f. Hasil Yang Dicapai

Untuk TBS kelapa sawit yang memiliki penyimpangan melebihi dari batas toleransi yang ditetapkan, dan buah yang sudah restan lebih

(19)

dari 2 hari (Old Crop) tidak diterima oleh pabrik, kecuali TBS kelapa sawit tersebut berasal dari kebun sendiri (Rantau Estate).

g. Pembahasan

Dengan adanya grading (pemeriksaan mutu) TBS maka mutu buah yang masuk ke pabrik untuk diolah dapat dipertahankan dengan baik sesuai standar yang sudah ditentukan, sehingga didapatkan rendemen yang tinggi dan kwalitas yang terbaik. Terjadinya hubungan antara kebun dan pabrik dalam pengiriman TBS (Feed Back) serta adanya sistem pinalthy yang disebabkan pengiriman buah Old Crop. Jadi dengan adanya grading mampu memberikan gambaran mutu tentang buah yang dipanen dari setiap kebun dan divisi yang mengirim buah.

3. Loading Ramp ( Penerimaan Buah )

a. Tujuan

Untuk menampung semua tandan buah segar yang telah terangkut dan untuk memudahkan pemasukan TBS ke dalam lori.

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), tndan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukan ke dalam loading and storage ramp. Setiap bays dari loading ramp dapat menampung TBS sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara menyiramkan air di atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan mengurangi keausan alat–alat pengolahan. Setelah bersih, TBS dimasukan ke dalam lori–lori rebusan berkapasitas 2,5 ton TBS.

(20)

c. Waktu dan Tempat Waktu : 15 Maret 2008

Tempat : Stasiun Loading Ramp d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah hopper, pintu hidrolik, lori, capstan, transfer carriage.

Bahan yang digunakan adalah TBS kelapa sawit. e. Prosedur Kerja

1) Truk masuk area loading ramp, cek SPB dari supir truk, instruksikan sopir truk untuk menurunkan buah (TBS) di tempat yang telah ditentukan (Hopper).

2) Lakukan grading buah sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan.

3) Siapkan lori tepat di bawah pintu hopper.

4) Buka pintu hopper dengan hidrolik hingga buah masuk ke lori.

5) PengisianTBS ke lori harus penuh dan merata dengan system FIFO (First In - First Out).

6) Jika ada barang asing yang terikut bua h (besi, kayu, karang, dll) segera dibuang.

7) Pindahkan lori yang telah terisi dengan menggunakan Capstan dan

Transfer Carriage ke depan pintu sterilizer. f. Hasil Yang Dicapai

(21)

g. Pembahasan

Hopper pada loading ramp selain sebagai tempat penampungan TBS ternyata mampu mencegah terjadinya kenaikan FFA pada TBS. Hal ini di karenakan tidak adanya buah yang tertahan disebabkan hopper tempat penimbunan TBS dibuat sedimikian mungkin dengan kemiringan ± 30° sehingga menggunakan sistem FIFO, yaitu untuk TBS yang pertama masuk juga akan menjadi TBS yang pertama keluar untuk diolah.

4. Stasiun Perebusan ( Sterilizer )

a. Tujuan

1) Menghentikan kenaikan FFA yang terkandung dalam buah kelapa sawit.

2) Memudahkan proses selanjutnya yaitu pemipilan pada mesin threser. 3) Melunakan buah untuk memudahkan dalam proses pelumatan pada

mesin digester.

4) Penyempurnaan dalam pengolahan yaitu setelah dilakukan perebusan maka kadar air dalam buah akan berkurang, sehingga susunan daging buah menjadi berubah yang akan mempermudah proses pengambilan minyak pada saat pengepressan dan juga untuk proses pemisahan zat bukan lemak (Non Oil Solid).

5) Memudahkan dalam proses pemisahan inti dari cangkangnya, karena kadar air berkurang maka daya lekat antara cangkang dan kernel dapat berkurang.

(22)

b. Dasar Teori

Menurut Fauzi, dkk ( 2007 ), TBs yang telah di timbang beserta lorinya selanjutnya direbus didalam sterelizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125° C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang yang tidak rontok dari tandannya.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 17 Maret 2008

Tempat : Stasiun perebusan (Sterelizer) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah lori, capstan, sterilizer (ketel uap), program otomatis, alat ukur tekanan (Barometer).

Bahan yang digunakan adalah TBS kelapa sawit, dan air compresor. e. Prosedur Kerja

1) Buka pintu rebusan, masukan lori yang sudah terisi buah. 2) Tiap rebusan terdiri dari 10 lori.

3) Tutup pintu rebusan dengan rapat.

4) Lakukan perebusan secara otomatis dengan sistem triple peak (3 puncak), peak pertama dan kedua membuang udara yang

(23)

terperangkap dengan waktu peak pertama 13 dan 2 menit, peak kedua 12 dan 2 menit, sedangkan peak ketiga untuk menyempurnakan proses perebusan dengan waktu 13 menit pengisian uap dan tahan selama 43 menit kemudian pengeluaran uap dan air kondensat selam 5 menit. Jadi total perebusan memerlukan ewaktu selama 90 menit. 5) Keluarkan TBS yang sudah di rebus dan masukan TBS baru yang

akan direbus menggunakan kapstan.

6) Laporkan ke Maintenance bila ada kerusakan untuk segera diperbaiki. f. Hasil Yang Dicapai

Buah yang sudah direbus, dan siap untuk proses selanjutnya. g. Pembahasan

Dengan dilakukan perebusan memakai sistim triple peak dengan tekanan yaitu peak pertama 2,1 bar, peak kedua 2,3 bar, peak keempat 2,8 bar mengakibatkan TBS berkurang kadar airnya sehingga lunak dan mudah dalam proses pemipilan nantinya, dan kandungan ALB mampu ditekan seminimal mungkin.

5. Stasiun Penebahan (Threshing)

a. Tujuan

Untuk melepaskan brondolan dari janjangnya dengan cara membanting buah dalam drum dengan kecepatan putaran 23 – 25 rpm. b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), lori–lori tandan buah yang sudah direbus, ditarik keluar, lalu diangkat menggunakan hoisting crane yang

(24)

digerakan dengan motor dan dapat bergerak di atas lintasan. Hoisting

crane digunakan untuk mengangkat lori yang berisi tandan–tandan buah,

melintang lori, serta membalikannya ke atas mesin penebah ( threser) dengan tujuan melepaskan buah dari tandannya. Pembantingan tandan ini didasarkan pada gaya berat tandan itu sendiri. Buah yang telah lepas tadi masuk ke digester feed conveyor melalui conveyer dan elevator.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 18 Maret 2008

Tempat : Stasiun Pemipilan (Thressing) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah incleaned & horizontal conveyor, fruit elevator, bottom cross conveyor, conveyor bellow threser, threser drum , autofeder.

Bahan yang digunakan adalah TBS kelapa sawit yang sudah direbus. e. Prosedur Kerja

1) Buah (TBS) yang telah direbus yang berada dalam lori- lori ditarik keluar dari sterilizer. Kemudian buah di angkat oleh hoisting crane ke hopper. Kemudian buah di jatuhkan ke mulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah, sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses penebahan atau pelepasan buah dari tandan.

2) Buah disalurkan dan dimasukan ke dalam mesin threser dengan

menggunakan alat Autofeeder untuk mengatur masuknya TBS ke dalam mesin threser.

(25)

3) Perontokan buah dilakukan dengan membanting buah dalam drum berputar.

4) Buah yang sudah terlepas dari tandan akan jatuh melalui kisi-kisi dan

ditampung oleh under thereser kemudian masuk ke bottom cros conveyor kemudian di angkut menggunakan fruit elevator kemudian didistribusikan ke unit–unit mesin digester melalui fruit distributing conveyor.

5) Tandan kosong dibawa ke tempat penimbunan sementara melalui empty bunch conveyor.

f. Hasil Yang Dicapai

Buah kelapa sawit lepas dari tandannya. g. Pembahasan

Setelah memasuki mesin penebahan (threser) buah akan terpipil yang memudahkan proses selanjutnya. Tetapi terkadang pada proses ini masih ada buah yang melekat dalam tandan kosong , hal ini dapat disebabkan karena adanya buah sakit (abnormal), waktu perebusan terlalu singkat, Proses bantingan tidak tepat, dan buah yang masih terlalu mentah.

6. Stasiun Pelumatan & Pengepressan Buah ( Digester & Press )

a. Tujuan

Untuk memudahkan proses pengolahan selanjutnya yaitu pengepresan, dan untuk melepaskan daging buah dari nut melalui proses pemanasan, serta melepaskan sel–sel minyak dari daging buah dengan

(26)

cara mengaduk dengan suhu 90° C - 95° C, & untuk mengutip minyak pada daging buah yang sudah dilumatkan dengan cara memeras daging buah sehingga mengeluarkan minyak kasar (crude oil).

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), buah yang lepas dari mesin bantingan langsung dimasukan ke dalam ketel adukan (digester). Ketel ini memiliki dinding rangkap dan as berputar yang dilengkapi dengan pisau–pisau pengaduk. Dalam ketel adukan, buah dihancurkan dengan pisau–pisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (nut).

Menurut Fauzi, dkk ( 2007 ), prinsip ekstraksi dengan cara screw

press adalah menekan buah lumatan dalam tabung yang berlubang

dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang–lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat di atur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang akan di press. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan biji banyak yang pecah.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 18 Maret 2008

Tempat : Stasiun Pelumatan (Digesting) & Pressing d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah mesin digester dengan pisau-pisau pengaduk, screw press dengan worm screw, presscake, hidrolik cone.

(27)

Bahan yang digunakan adalah buah sawit rebus yang sudah lepas dari janjangannya.

e. Prosedur Kerja

1) Jalankan terlebih dahulu mesin digester dengan pintu corong tertutup kemudian diisi buah sebanyak 80%-90% dari volume isi atau ¾ dari isi.

2) Lakukan pengadukan terlebih dahulu selama 15 menit, jalankan screw press, cone hidrolik dimajukan sampai mendekati bibir cylinder press, kecepatan pengadukan 25 rpm.

3) Setelah digester penuh 80%-90%, buka pintu corong dan perhatikan keadaan screw press, apabila tekanan cone/fibre dalam cylinder press mulai keras dan ampere sedikit meninggi, cone press harus ditarik mundur sedikit demi sedikit sampai fibre keluar lancar dan ampere di control normal.

4) Hidrolik power pada saat awal agar di operasikan secara manual, Setelah berjalan lancar baru dioperasikan secara otomatis, dengan posisi switch di panel diputar ke auto dan gagang control valve power

pack kearah depan (maju).

f. Hasil Yang Dicapai

Dengan mesin digester menghasilkan buah yang lunak dan lumat tetapi tidak sampai seperti bubur karena serat–serat buah masih kelihatan dengan jelas. Sehingga memudahkan proses pengempaan. Pengempaan

(28)

menghasilkan minyak kasar kelapa sawit (crude oil) yang masih mengandung kotoran dan air.

g. Pembahasan

Mesin Digester adalah sebuah tabung silindris berbentuk vertical dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk, dan didukung dengan suhu pengadukan yang tinggi yaitu 90 - 95° C menyebabkan buah terkoyak dan hancur sehingga memudahkan proses selanjutnya yaitu pengepressan.

7. Stasiun Penampungan minyak sementara (Sandtrap tank & COT)

a. Tujuan

Untuk penampungan minyak sementara yang sudah di press sekaligus mengurangi kadar kotoran dan air yang terkandung didalam minyak dengan sistem pengendapan.

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), pengempaan dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah didalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung disebuah talang dan dialirkan ke crude

oil tank melalui vibrating screen.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 18 Maret 2008

(29)

d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah sand trap tank, oil vibrating screen, pompa crude Oil pump, crude oil tank.

Bahan yang digunakan adalah minyak kasar dari pengepresan. e. Prosedur Kerja

1) Pada proses pengepresan, minyak akan keluar melalui lubang saringan, sementara fibre dan nut keluar melalui celah antara saringan dan hidrolik cone. Minyak selanjutnya dikirim masuk ke dalam sand trap tank, sedangkan ampas berupa fibre dan nut dikirim ke depericarper melalui cake breaker conveyor.

2) Minyak kasar dari pengepressan masuk ke dalam sand trap tank , dan disini terjadi pengendapan dengan menginjeksikan steam sehingga perbedaan berat jenisnya semakin besar. Suhu operasinya 95°-100° C, pasir dibuang setiap 4 jam sekali. Kemudian minyak di alirkan ke COT dengan terlebih dahulu melalui oil vibrating screen, disini minyak disaring dengan 2 saringan yaitu 20 mesh dan 40 mesh yang digetarkan oleh motor dan di bantu dengan air panas untuk mempercepat penyaringan dengan perbandingan minyak dengan sludge yaitu 1:2. Kotoran yang disaring seperti fibre, lumpur , dan pasir hasil penyaringan di vibrating screen di bawa menuju ke bottom cross conveyor untuk kemudian di angkut menggunakan fruit elevator menuju fruit distributing conveyor untuk diumpankan kembali ke mesin digester untuk di press kembali.

(30)

f. Hasil Yang Dicapai

Kadar kotoran dan kadar air berkurang setelah melewati pengendapan di sandtrap tank dan disaring melalui vibrating screen kemudian diendapkan kembali di COT sehingga kotoran dapat dikurangi kembali.

g. Pembahasan

Sand trap tank dan COT adalah merupakan tempat penampungan serta pengendapan sementara CPO sebelum dilakukan pemurnian selanjutnya. Vibrating screen merupakan saringan yang tersusun dengan 2 ukuran yang berfungs i untuk menyaring kotoran dan serat.

8. Stasiun Pemurnian Minyak ( Klarifikasi )

a. Tujuan

Untuk memisahkan minyak dari kotoran–kotoran dan memperoleh kualitas minyak yang baik dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan memenuhi standart yang telah ditetapkan yaitu untuk CPO kadar FFA maksimal 3,5%, kadar kotoran maksimal 0,015%, dan kadar air maksimal 0,15%.

b. Dasar Teori

Menurut Risza ( 1994 ), melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan system pengendapan, sentrifugal, dan penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam Tanki timbun (storage).

(31)

c. Waktu dan Tempat Waktu : 19 Maret 2008

Tempat : Stasiun pemurnian minyak (clarifier tank) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah clarifier tank, oil tank, purifier, tanki apung (float tank), vaccum driyer, storage.

Bahan yang digunakan adalah CPO. e. Prosedur Kerja

1) Minyak dari COT menuju ke klarifier tank, disini minyak dipisahkan dari sludge melalui perbedaan berat jenis (pengendapan). Minyak yang mengapung dialirkan kedalam oil tank, disini minyak mendapat pemanasan dari Coil agar kotoran/padatan mengendap, dengan suhu selalu dipertahankan tetap 90°-95° C. Cara pengutipan minyak di clarifier tank ini yaitu jika level minyak tingginya kurang lebih 35 cm stirer diturunkan sampai minyak mengalir ke pipa saluran ke oil tank. Dan jika level minyak sudah tipis maka stirrer harus di naikan supaya sludge tidak terkirim ke oil tank.

2) Dari oil tank diolah kembali ke purifier yang fungsinya untuk mengurangi kotoran (impuritis) di dalam minyak dengan gaya sentrifiugal (5000-6000 rpm), minyak akan terdorong keluar melalui sudu-sudu menuju tanki apung (floats tank), yang fungsinya mengatur jumlah minyak yang masuk ke dalam tanki hampa udara (vaccum driyer) agar merata dan konstan. Dari tanki apung menuju ke

(32)

vaccum driyer untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam minyak dengan cara penguapan hampa. Minyak di uapkan dengan sistem pengabutan minyak.

3) Minyak yang sudah bebas air dipompakan ke tanki penimbunan melalui flow meter.

4) Suhu minyak dalam tanki dijaga sekitar 50° C.

5) Setiap pagi sebelum proses berjalan, terlebih dahulu dilakukan

pengukuran temperatur dan analisa mutu minyak di dalam Storage. f. Hasil Yang Dicapai

Minyak (CPO) yang sudah dikirim kedalam storage setelah diana lisis mengandung kadar air 0,149% dan kadar kotoran 0,01 % serta kandungan FFA 2,764 %.

g. Pembahasan

Minyak (CPO) yang sebelum dikirim kedalam storage untuk disimpan sementara sebelumnya harus dilakukan analisis untuk mengetahui kandungan didalam CPO Yaitu diusahakan mengandung kadar air max 0,15% dan kadar kotoran max 0,015% serta kandungan FFA max 3,5%.

B. Pengolahan Inti Kelapa Sawit ( IKS )

1. Stasiun Pemisahan Biji dan Ampas ( depericarper )

a. Tujuan

Depericarper tujuannya untuk memisahkan antara fibre dengan nut dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis kedua benda tersebut.

(33)

b. Dasar Teori

Depericarper merupakan tromol panjang dan tegak yang memiliki blower penghisap. Menurut Fauzi, dkk ( 2007 ), cake (ampas campur biji)

yang berasal dari perasan dimasukan kedalam cake breaker conveyor. Alat ini berupa talang yang memiliki dinding rangkap dan terdapat as screw yang mempunyai pisau–pisau pemecah (screw blade).

Campuran ampas dan biji yang datang dari cake breaker conveyor akan jatuh ke depericarper. Di dalam alat ini, ampas terhisap ke fibre

cyclone yang selanjutnya bisa dijadikan bahan bakar untuk ketel uap.

Sementara itu, bijinya jatuh ke nut polshing drum.

Nut polishing drum adalah alat berupa sebuah drum dengan

krangka berputar dan memiliki plat pada as- nya. Biji kelapa sawit yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk kedalam alat ini. Akibat putaran drum tersebut, biji–biji akan di poles (dilepaskan serat–seratnya yang masih tertinggal pada biji) oleh plat yang ada pada as.

c. Waktu dan Tempat

Waktu : 24 Maret 2008

Tempat : Stasiun pemisahan biji dan ampas (depericarper dan nut polishing drum)

d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah press, cake breaker conveyor, depericarper, nut polising drum, fan, fibre cyclone, boiler, ditributing conveyor. Bahan yang digunakan adalah ampas pressan (press cake).

(34)

e. Prosedur Kerja

1) Ampas dari pressan (press cake) berupa serabut dan nut biji dialirkan ke depericarper melalui cake breaker conveyor.

2) Didalam cake breaker conveyor akan terjadi pemisahan serabut dengan biji.

3) Pada depericarper memiliki hisapan udara yang mampu menyebabkan serabut sebagai fraksi yang lebih ringan akan naik terhisap udara (fan) yang selanjutnya akan dibawa menuju ke fibre cyclone dan melalui distributing conveyor fibre dibawa menuju ke Boiler untuk dijadikan sebagai bahan bakar.

4) Sedangkan untuk biji yang merupakan fraksi yang lebih berat akan jatuh menuju ke bawah yang selanjutnya akan jatuh dan masuk ke polishing drum.

5) Di nut polishing drum biji akan dibersihkan dari serabut yang masih melekat. Biji didalam drum akan ikut berputar dan terhempas yang menyebabkan efek gesekan antara permukaan permukaan biji dan dinding drum, sehingga serabutnya yang menempel akan terlepas dari biji.

f. Hasil Yang Dicapai

Biji terpisah dari seratnya. Biji akan segera diproses untuk diambil intinya, sedangkan serat untuk umpan boiler.

g. Pembahasan

Pada depericarper pemisahan dilakukan sedimikian mungkin sehingga pemisahan dapat ditekan semaksimal mungkin sehingga tidak ada biji yang terikut kedalam hisapan fan yang fungsinya hanya

(35)

menghisap fibre yang memiliki berat jenis lebih ringan dibanding dengan biji sehingga dapat mengurangi tingkat kerugian.

2. Stasiun Pemeraman / Pengeringan Inti ( Nut Silo )

a. Tujuan

Mengurangi kadar air yang terkandung didalam biji kelapa sawit sehingga memudahkan proses selanjutnya yaitu pelepasan inti dari cangkangnya pada ripple mill nantinya.

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), biji yang keluar dari nut polishing

drum di angkut ke nut silo untuk dikeringkan. Proses pengeringan

dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas. Pengeringan ini bertujuan agar inti tidak melekat di bagian cangkang dan untuk memudahkan pemecahan. Proses pengeringan ini berlangsung selama 8 jam. Biji yang akan diproses harus kering karena jika kurang kering menyebabkan biji utuh dan biji setengah pecah banyak terbawa oleh cangkang.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 25 Maret 2008

Tempat : Stasiun pemeraman biji (nut silo) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah polishing drum, screw conveyor, fan, nut silo. Bahan yang digunakan adalah nut (biji) dari press cake.

(36)

e. Prosedur Kerja

1) Biji yang keluar dari polishing drum akan dikirim ke nut silo melalui screw conveyor dan ditarik dengan fan untuk dimasukan ke nut silo. 2) Di nut silo biji dikeringkan dengan sumber panas uap panas yang

bertemperatur sekitar 70°-80°C.

3) Apabila di nut silo tidak digunakan heater, maka pengeringan di dalam nut silo hanya menggunakan suhu ruangan di dalam nut silo tersebut. 4) Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap pengeringan ini adalah agar inti

sawit lekang dari cangkangnya, sehingga mudah untuk proses pemisahan pada saat biji di pecah pada ripple mill nantinya.

f. Hasil Yang Dicapai

Biji setelah melalui pemeraman inti menjadi lengkang sehingga memudahkan proses pelepasan cangkang pada ripple mill.

g. Pembahasan

Di Nut silo terdapat heater yang berfungsi untuk mengatur suhu ruangan pada nut silo, agar suhu dapat terjaga dan terkontrol sehingga biji mengalami pengeringan yang sesuai sehingga biji lengkang secara merata.

3. Stasiun Pemecahan Biji ( Ripple Mill )

a. Tujuan

Ripple mill ini bertujuan untuk memecahkan biji sehingga inti lepas dari cangkangnya.

(37)

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), nut craker atau mesin pemecah biji merupakan alat centrifuge yang memiliki rotor berputar dengan kecepatan tinggi 950–1.000 putaran per menit. Biji–biji dari nut bin atau nut silo akan masuk ke dalam alat ini. Dalam rotor berputar biji–biji tersebut akan terlempar kuat ke dinding craker dan pecah sehingga inti lepas dari cangkang.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 26 Maret 2008

Tempat : Stasiun pemecahan biji (ripple mill) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah nut silo & ripple mill. Bahan yang digunakan adalah biji sawit (nut ). e. Prosedur Kerja

1) Biji dari nut silo yang sudah berkurang kadar air nya, sehingga biji menjadi lekang dari cangkangnya dan memudahkan pemecahan biji serta pemisahan inti dengan cangkangnya.

2) Biji kemudian dibawa menuju ke mesin pemecah (ripple mill).

3) Ripple mill ini berfungsi sebagai pemecah biji untuk mengambil inti sawitnya. Dengan inti pecah seminimal mungkin (max.15%).

4) Pada PKS rantau jenis ripple mill menggunakan nut creaker yang berjenis rotor horizontal. Alasannya digunakan jenis ini adalah karena

(38)

jenis kelapa sawit yang diolah adalah jenis tenera denga biji yang kecil dan kulit yang tipis (cangkangnya).

5) Dari ripple mill disalurkan menuju saringan getar (nut grading drum) yang fungsinya untuk menyaring biji yang belum pecah untuk di kirim kembali (direcikling) lagi. Sedangkan cangkang dan inti sawit yang lolos dikirim ke sparaing colum untuk pemisahan lebih lanjut.

f. Hasil Yang Dicapai

Biji terpecah sehingga menghasilkan inti yang lepas dari cangkangnya.

g. Pembahasan

Biji terpecah sehingga menghasilkan inti yang lepas dari cangkang, kemudian akan dilakukan pemisahan untuk inti dengan cangkang yang masih bercampur dengan dua cara yaitu pemisahan kering (sparating

column) dan pemisahan basah (clay bath).

4. Stasiun Pemisahan Inti dengan Cangkang (Sparating Column & Claybath)

a. Tujuan

Untuk memisahkan inti kelapa sawit dari pecahan cangkang dan shellnya.

b. Dasar Teori

Menurut Sastrosayono ( 2003 ), inti (kernel) dan pecahan-pecahan cangkang yang masih tercampur harus dipisahkan satu dengan lainnya. Cara memisahkannya dengan memanfaatkan berat jenis yang berbeda

(39)

antara kernel dan cangkang. Berat jenis kernel sekitar 1,07, sedangkan berat jenis cangkang sekitar 1,3. Pemisahan ini membutuhkan media berupa cairan yang berat jenisnya berada diantara 1,07-1,3. Idealnya adalah cairan yang berat jenisnya 1,2. Cairan yang biasa digunakan berupa larutan lumpur karena mudah didapat, murah, dan praktis.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 27 Maret 2008

Tempat : Stasiun pemisahan inti dari cangkang (sparating column dan claybath)

d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah sparating column, fan, claybath, saringan getar, ditributing conveyor, boiler.

Bahan yang digunakan adalah cangkang dan inti kelapa sawit, calsium, air. e. Prosedur Kerja

1) Pemisahan inti dengan cangkang dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kering dan cara basah.

2) Pemisahan yang pertama adalah dengan cara kering, yaitu biji yang sudah pecah menjadi inti dengan cangkangnya yang sudah lepas dan lolos dari saringan getar (nut grading drum) dikirim menuju ke sparating column untuk dipisahkan inti dari cangkangnya.

3) Cangkang dari inti akan terpisahkan akibat adanya hisapan udara (fan) yang terdapat pada sparating column. Cangkang yang lebih ringan akan terhisap ke atas menuju ke LTDS dan selanjutnya akan dikirim ke

(40)

boiler melalui distributing conveyor untuk dijadikan bahan bakar, sementara inti sawit karena lebih berat akan jatuh ke bawah kemudian dikirim ke claybath untuk dilakukan pemisahan lebih lanjut.

4) Pemisahan selanjutnya adalah pemisahan dengan cara basah yang dinamakan dengan claybath. Prinsip pemisahan pada claybath yaitu dengan perbedaan berat jenis antara inti sawit dengan cangkang. Dengan berat jenis inti sawit (Bj= 1,07) dan berat jenis cangkang (Bj= 1,15-1,20).

5) Inti yang sudah bersih jatuh dan menuju ke kernel silo dengan didorong melalui fan. Sedangkan cangkang basahnya di dorong oleh fan untuk dibawa masuk ke silo penampung (shell bin) dan dikeluarkan serta di angkut oleh truk untuk di buang keluar.

f. Hasil Yang Dicapai

Setelah di lakukan pemisahan secara 2 tahap di dapatkan kernel sawit yang bersih dari cangkang dan shell dan kemudian akan dikeringkan ke dalam kernel silo lalu di simpan ke dalam bislay yaitu tempat penampungan kernel yang sudah siap untuk di jual.

g. Pembahasan

Pemisahan cangkang dengan inti kelapa sawit dilakukan secara 2 tahap agar inti benar-benar bersih dari cangkang. Penggunaan cara dengan sistim claybath dikarenakan lebih ekonomis, praktis, dan mudah dengan didukung adanya perbedaan berat jenis dari inti dengan cangkang.

(41)

5. Stasiun Pengeringan Inti ( Kernel Silo )

a. Tujuan

Kernel dibawa ke kernel silo tujuannya agar dapat mengurangi kadar air yang terkandung di dalam kernel atau inti. Kandungan air dalam kernel diusahakan berkurang hingga memenuhi standart yang telah ditetapkan yaitu maksimal yaitu 7%.

b. Dasar Teori

Menurut Sunarko ( 2007 ), kernel silo adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengeringkan inti yang telah terpisah dari cangkang dengan mengalirkan udara panas dan uap.

c. Waktu dan Tempat Waktu : 28 Maret 2008

Tempat : Stasiun pemasakan inti (kernel silo) d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kernel silo, steam heater, fan. Bahan yang digunakan kernel (inti sawit yang sudah kering). e. Prosedur Kerja

1) Kernel yang sudah bersih dari cangkang dan kotoran dikirim menuju kernel silo melalui dorongan fan.

2) Kernel silo berbentuk tabung silinder vertikal, berfungsi sebagai tempat pengeringan kernel, karena kernel silo ini dilengkapi dengan pemanas steamheater. Udara panas dihembuskan oleh fan kedalam

(42)

silo, sehingga ruangan mempunyai suhu ± 70°C. Akibatnya kadar air pada kernel dapat diturunkan sampai 7 %.

3) Kernel silo harus berisi ¾ penuh dan suhu tetap dijaga yaitu 60 - 80°C. 4) Pembersihan dan pemeriksaan terhadap Heater dan silo harus teliti dan

bersih, serta pengeluaran dan pemasukan kernel haruslah seimbang. f. Hasil Yang Dicapai

Melalui proses pengeringan di kernel silo, kadar air kernel setelah dianalisis menjadi 6,4% dan kadar kotoran menjadi 5,299%.

g. Pembahasan

Kernel yang keluar dari kernel silo dan dikirim ke Bislay, sebelumnya harus dianalisis dan diusahakan memenuhi standart yang telah ditetapkan yaitu memiliki kadar air maksimal 7 %, kadar kotoran maksimal 6 %.

6. Stasiun Penyimpanan Kernel ( Bislay )

a. Tujuan

Bislay adalah silo tempat penyimpanan kernel dengan pengaturan suhu agar dapat memp ertahankan kadar air maksimal 7% dan kadar kotoran 6% serta memudahkan dalam pengisian kernel didalam truk. b. Waktu dan Tempat

Waktu : 29 Maret 2008

Tempat : Stasiun penyimpanan inti (bislay) c. Alat dan Bahan

(43)

Bahan yang digunakan adalah kernel yang sudah masak. d. Prosedur Kerja

1) Inti yang telah masak dari kernel silo dibawa melalui fan untuk dikirim menuju ke bislay.

2) Bislay digunakan sebagai tempat untuk menampung kernel yang sudah masak, dan tidak ada perlakuan yang lebih lanjut.

3) Dari bislay kernel dikeluarkan untuk mengisi truk-truk pengangkut silo untuk dikirim ke tempat lain untuk di olah lebih lanjut.

e. Hasil Yang Dicapai

Kernel yang siap untuk dikirim telah memenuhi standar yang telah ditetapkan dan memiliki kualitas ekspor.

f. Pembahasan

Bislay ini dibuat sedemikian rupa, sebagai tempat penyimpanan inti dan mempermudah dalam pengisian kernwl kedalam truk.

C. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ( PKS ) 1. Stasiun Pengolahan Limbah Padat

a. Tujuan

Untuk memenfaatkan limbah padat yang berupa janjangan kosong untuk diberikan ke pohon sawit dengan tujuan sebagai pupuk yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah dan menahan erosi pada lahan yang agak miring, serta serat dan cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar pada boiler.

(44)

b. Dasar Teori

Menurut Fauzi, dkk ( 2007 ), Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Tempurung kelapa sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam dalam limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin.

c. Waktu dan Tempat

Waktu : 21 s/d 23 April 2008

Tempat : Stasiun limbah padat (fibre cyclone, LTDS, shellbin, Hooper janjangan, dan kebun rantau)

d. Alat, Bahan, dan Prosedur Kerja Pemanfaatan Limbah Padat 1). Pemanfaatan serat

- Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah depericarper, fan, fibre cyclone, distributing conveyor, boiler.

Bahan yang digunakan adalah Serat ( Fibre ). - Prosedur Kerja

Press cake yang berupa serabut atau fibre yang di hisap oleh udara (Fan) pada depericarper di bawa menuju ke fibre cyclone dan melalui distributing conveyor dibawa menuju boiler untuk di jadikan bahan bakar untuk boiler.

(45)

2). Pemanfaatan Cangkang - Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah sparating column, fan, LTDS, shellbin, ditributing conveyor, boiler, clay Bath, saringan getar, truk. Bahan yang digunakan adalah cangkang biji sawit.

- Prosedur Kerja

Cangkang kering hasil pemisahan kering pada separator column di dorong oleh Fan kemudian di bawa menuju ke LTDS kemudian di bawa ke boiler melalui distributing conveyor untuk di jadikan bahan bakar.Sedangkan cangkang basah hasil dari proses pemisahan pada claybath tidak dimanfaatkan untuk bahan bakar karena masih mengandung kadar air yang tinggi, sehingga cangkang basah di buang keluar ke tempat penumpukan dengan mnggunakan truk.

3). Pemanfaatan Tandan Kosong - Alat dan Bahan

Alat ya ng digunakan adalah threser, cleaded conveyor, horizontal conveyor, distributing conveyor, hopper, truk, angkong & gancu.

Bahan yang digunakan adalah janjangan kosong (JJK). - Prosedur Kerja

Tandan kosong dari threser masuk ke horizontal conveyor menuju ke cleaded conveyor, kemudian melalui distributing conveyor, tandan kosong dimasukan ke dalam hopper janjangan

(46)

(tandan). Dari hopper tandan kosong dikeluarkan dan di angkut oleh truk dan di bawa ke kebun-kebun untuk dimanfaatkan menjadi mulsa atau pupuk alami tanpa ada penanganan lebih lanjut. Dari truk tandan kosong diturunkan dan secara manual janjangan kosong di angkut menggunakan angkong dan gancu untuk diletakan di gawangan mati.

e. Hasil Yang Dicapai

Limbah padat berupa tankos dimanfaatkan sebagai pupuk, cangkang kering sebagai bahan boiler, cangkang basah untuk pengurukan jalan

f. Pembahasan

Limbah pabrik dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan tidak terbuang dengan percuma. Limbah padat kelapa sawit dapat memberikan banyak manfaat sehingga secara tidak langsung mampu mengurangi biaya pada produksi.

2. Stasiun Pengolahan Limbah Cair

a. Tujuan

Untuk menanggulangi limbah cair yang ada dengan cara mengalirkan ke areal perkebunan sawit yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman seperti batang, buah dan daun.

(47)

b. Dasar Teori

Menurut Fauzi, dkk ( 2007 ), limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari clay bath. Limbah kelapa sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena itu diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar pula.

Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar 3–5.

Tabel. 2. Analisis Limbah Cair PKS ( Prihandana, dkk. 2006 )

Parameter Kadar Baku Mutu Maksimum

Ph 4,1 6-9 Total solute 46,185 mg/l Total soluble solute 21,170 mg/l 250 COD 34,720 mg/l 350 BOD 21,280 mg/l 100 Minyak dan lemak 3,100 mg/l 25 NH4N 13 mg/l 50

c. Waktu dan Tempat Waktu : 24 April 2008

(48)

d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah mesin pompa, pipa ukuran 6 inchi, 4 inchi, 2 inchi, kran , cangkul.

Bahan yang digunakan limbah cair (air perebusan limbah cair). e. Prosedur Kerja

1) Air kondensat rebusan dan dari klarifikasi kemudian dialirkan ke fat pit atau tempat penampungan yang terdiri dari 3 bak penampungan. Di fat pit limbah akan diproses untuk diambil minyaknya yang masih bercampur dengan sludge, yang dimana frekuensi ini minyak akan naik ke atas dan sludge berada di bawah.

2) Dari fat pit sludge/limbah akan dialirkan ke cooling tower yaitu pendinginan sebelum limbah tersebut dialirkan ke netralizing pond/kolam penetral. Limbah yang telah di netralir dibagi ke tiap-tiap kolam anaerobik melalui underflow dan overflow agar pengaliran air yang disesuaikan dengan kondisi kolam asal maupun kondisi air aliran.

3) Di kolam anaerobik, kolam tersebut diisi bakteri- bakteri yang bertugas untuk menguraikan air limbah. Peranan bakteri ditunjang dengan pemberian umpan yang tepat (tidak kurang dan tidak lebih) akan membuat hidup bakteri menjadi lebih baik dan aktif bergerak. Hal ini akan berdampak positif terhadap kolam limbah karena lumpur teraduk-aduk dan tidak mengendap, sehingga tidak terjadi pendangkalan. Bakteri beraktifitas agar seluruh limbah yang di

(49)

umpankan habis dicerna oleh bakteri. Selain jumlah umpan yang tepat, bakteri juga harus dapat umpan limbah yang berasal dari kolam limbah lain, sehingga mengakibatkan sebagian limbah- limbah tidak di makan, dan terjadi penurunan efesiensi pengurangan air limbah. 4) Limbah yang telah diproses di kolam anaerobik, kemudian di alirkan

ke kolam aerobik melalui pipa overflow. Selanjutnya kolam aerobik harus dilengkapi aerator yang berfungsi untuk mengalirkan udara/oksigen dalam kolam. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kinerja dari bakteri untuk menguraikan air limbah.

5) Untuk kapasitas pengumpanan bakteri 1% dari volume kolam. Untuk kapasitas pabrik 45 ton/jam dengan asumsi air limbah 60% dari TBS yang di olah dan jam olah perhari 24 jam. Jadi volume kolam limbah yang diperlukan adalah :

V = (45 x 20 x 0,6)

0,01

= 540 / 0,01 = 54.000

6) di kolam bakteri di PKS rantau memiliki ukuran bervariasi sekitar 60x30x4 yang berarti volumenya 7.200 m³. Jadi diperlukan kolam bakteri 54.000/7200 = 7,5 buah kolam limbah. Dari kolam aerobik limbah dialirkan ke kolam aplikasi. Pada saat limbah dituang ke alam bebas (keluar dari kolam limbah) maka kolam tersebut tidak boleh mengandung bakteri, untuk itu harus ada kolam pembunuh bakteri. Kolam tersebut adalah kolam aplication pond. Yang dimana di dalam kolam tersebut bakteri akan mati sendiri karena tidak mendapat

(50)

umpan. Selanjutnya limbah yang diaplikasikan ke kebun/unit selanjutnya akan menjadi pupuk tanaman.

e. Hasil Yang Dicapai

Limbah cair dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman sekaligus sebagai pemupukan tanaman kelapa sawit untuk kebun sendiri dengan terlebih dahulu mengalami beberapa proses penetralan terhadap kandungan pH air limbah sebelum dituang kealam bebas.

f. Pembahasan

Sistem kolam limbah diterapkan pada daerah–daerah dekat pabrik dan untuk daerah yang telah diterapkan sistem kolam limbah ini tidak lagi dilakukan pemupukan, karena limbah ini mengandung unsur hara yang sangat baik terhadap pertumbuhan.

D. Pengambilan Sample CPO dan Kernel 1. Pengambilan Sampel minyak di Storage

a. Tujuan

Pengambilan sample dilakukan untuk bahan pengujian, agar diketahui mutu minyak yang di hasilkan

b. Waktu dan Tempat Waktu : 1 April 2008 Tempat : Storage c. Alat dan Bahan

(51)

Bahan yang digunakan adalah minyak dalam storage. d. Prosedur Kerja

1) Ambil sample dari tangki timbun (storage) setiap pagi sebanyak 200ml sebelum proses.

2) Sample diambil dari 3 titik bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah tangki timbun.

3) Sample diambil menggunakan sampling cene kemudian dimasukan kedalam wadah (botol). Selanjutnya sample minyak dibawa ke lab untuk di analisa. Tingkat keasaman, kadar kotoran, dan kadar air. e. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui tingkat keasaman, kadar kotoran, serta kadar air yang terkandung di dalam minyak pada storage.

2. Pengambilan Sample Minyak Produksi di Oil Gutter

a. Tujuan

Pengambilan sample dilakukan untuk bahan pengujian, agar diketahui mutu minyak yang di hasilkan selama produksi sebelum disimpan dalam tanki penimbunan minyak (storage).

b. Waktu dan Tempat Waktu : 2 April 2008 Tempat : Gutter pump b. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah wadah (botol).

(52)

c. Prosedur Kerja

1) Sample minyak produksi diambil dari oil gutter setelah proses berjalan selama 2 jam. Kecuali terjadi kenaikan ALB atau tingkat asamnya tinggi. Pengambilan sample minyak produksi dilakukan 1 jam sekali.

2) Sample minyak produksi dimasukan kedalam botol/wadah yang sebelumnya sudah dibersihkan terlebih dahulu, dan kemudian dibawa ke lab untuk dianalisa tingkat keasaman, kadar kotoran dan kadar air. d. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui mutu CPO selama diproduksi.

3. Pengambilan Sampel Kernel di Kernel Silo

a. Tujuan

Pengambilan sample dilakukan untuk bahan pengujian, agar diketahui mutu kernel yang di hasilkan.

b. Waktu dan Tempat

Waktu : 4 & 5 April 2008 Tempat : Stasiun kernel silo c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah sekop, kantong plastik. Bahan yang digunakan adalah kernel.

d. Prosedur Kerja

1) Pengambilan sampel kernel berdasarkan 4 titik, yaitu misalnya 1 jam pertama di bagian depan di ambil yang sebelah kiri kemudian yang

(53)

bagian belakang di ambil yang sebelah kanan.kemudian 1 jam berikutnya sampel kernel di ambil di bagian depan yang sebelah kanan dan yang bagian belakang di ambil yang sebelah kiri. Intinya pengambilan sampel di lakukan secara bersilangan.

2) Sampel yang telah dipilih kemudian dimasukan ke dalam kantung plastik.

3) Sampel kemudian didawa ke lab untuk dianalisa.

4) Pengambilan sampel setiap 1 jam sekali selama pengolahan. 5) Pengambilan sampel dengan berat berkisar 1 kg.

e. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui mutu kernel yang dihasilkan selama produksi.

E. Standart di Minamas Plantation yang Ditetapkan oleh Direktor of Operations ( DO )

1. Baku Mutu Limbah

a. Tujuan

Ditetapkannya untuk standart mutu limbah agar setiap unit PT cabang dari Minamas Plantation dapat menerapkan dan berpatokan terhadap standart yang telah di tetapkan, sehingga limbah yang berbahaya tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

b. Standarisasi Limbah Cair Minamas Plantation

Air kondensat rebusan dan air air buangan klarifikasi masih mengandung minyak, lemak, zat padat, serat-serat, dll. Pengaruhnya yang

(54)

buruk terhadap lingkungan bila di buang langsung ke perairan adalah pengurangan kadar oksigen di dalam badan air yang menerimanya, sebagai akibat dari pemecahan bahan-bahan organik. Oleh karna itu, maka keadaan air limbah tersebut dinyatakan dengan Biological Oxygen Demand (BOD). Jumlah kondensat (buangan rebusan) dan air buangan proses klarifikasi berkisar antara 0,4 – 0,83 m³/ton TBS, dengan angka rata-rata 0,6 m³/ton TBS.

Tabel. 3. Baku Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Minamas Plantations)

Air Buangan Sebelum Effluent Parameter

Range Rata - Rata

pH 3,4 – 5,2 4,2 BOD 10.280 – 43.750 22.260 COD 15.550 – 100.380 50.710 Total Solids 11.460 – 78.710 40.370 Suspended Solid 8.770 – 71.610 17.620

Oil dan Grease 130 - 17.970 6.110

Amonical

Nitrogen 4 – 77 35

Total Nitrogen 180 – 1.360 750

2. Standart Mutu CPO di Minamas Plantations & Analisis CPO

Untuk menmperoleh mutu minyak yang baik perlu adanya sebuah standart yang mengatur agar mampu mengahilkan dan memproduksi minyak dengan kualitas yang tinggi, sehingga mampu bersaing dalam pasaran. Standart untuk mutu minyak kelapa sawit atau CPO yang ditetapkan oleh minamas plantation ditunjukan dalam Tabel 4.

(55)

Tabel. 4. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit (Minamas Plantations)

FFA Dirty Moist

Standart

% % %

Oil ex Oil

Tank - Max. 0,05 Max. 0,80

Oil Ex

Purifier - Max. 0,015 Max. 0,45

Oil

Production Max. 3,5 Max. 0,020 Max. 0,15

CPO Tank Max. 3,5 Max. 0,015 Max. 0,15

2. 1. Analisis Kadar FFA

a. Tujuan

Analisis penentuan FFA diperlukan untuk mengetahui jumlah FFA yang terkandung didalam minyak kelapa sawit (CPO) yang dihasilkan agar mutu dapat dipertahankan sesuai standart yang telah ditetapkan yaitu maksimal 3,5%.

b. Waktu dan Tempat

Waktu : 4 & 5 April 2008 Tempat : Laboratorium c. Alat dan Bahan.

Alat yang digunakan adalah timbangan elektrik cap. 200 gr, labu takar, erlemeyer cap.250ml, automatic burret cap 25 ml, hot plat (stirer).

Bahan yang digunakan adalah minyak dalam storage, IPA, lart. NaOH 0,1 N, Penol Pthalein AR (analitical reagent) 1%, Sodium hydroxide AR 0,1N.

(56)

d. Prosedur Kerja

1) Timbang 5 gr minyak sampai 0,001 gr yang terdekat dalam tabung krucut.

2) Ukur 50 ml Iso Propil Alkohol (IPA) yangn telah di netralkan lebih dahulu dengan menggunakan indicator pp dan larutan NaOH. Kemudian masukan IPA ke dalam gelas erlemeyer cap. 250 ml. Tambahkan 4 tetes pp dan di goyang hingga homogen.

3) Titrasi dengan 0,1 N sodium hidroxida (NaOH) tetes demi tetes dengan burret sampai larutan menjadi berwarna jingga yang lemah. 4) Pindahkan IPA yang telah di netralisir ke dalam erlemeyer berisi

minyak.

5) Letakan gelas erlemeyer dan isinya pada magnetic stirrer, biarkan campuran tersebut mendidih perlahan- lahan. Sementara itu di goyang agar minyak pecah menjadi tetesan-tetesan kecil.

6) Titrasi dengan menggunakan larutan 0,1 N NaOH. Goyang terus hingga timbul warna jingga yang tidak hilang selama 30 detik. e. Perhitungan

% FFA = 25,6 x t x N W

Keterangan : - 25,6 = Ketetapan FFA sebagai palmitat - t = Titrasi (ml)

- N = Normalitas NaOH - W = Sampel (gr)

(57)

% FFA = 25,6 x t x N W = 25,6 x 5,4 x 0,1 5,001 = 13,824 5,001 = 2,764 % f. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui kadar FFA yang terkand ung didalam CPO yang dihasilkan, dan setelah dianalisis kadar FFA yang terkandung yaitu 2,764%

2. 2. Analisis Kadar Air

a. Tujuan

Analisis kadar air diperlukan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung didalam minyak kelapa sawit (CPO) yang dihasilkan agar mutu dapat dipertahankan sesuai standart yang telah ditetapkan yaitu maksimal 0,15%.

b. Waktu dan Tempat

Waktu : 9 & 10 April 2008 Tempat : Laboratorium c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah piring kristal, oven, desikator, cawan. Bahan yang digunakan adalah minyak (CPO).

(58)

d. Prosedur Kerja

1) Keringkan piring kristal yang bersih ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 105°C.

2) Masukan ke dalam desikator dan biarkan menjadi dingin, kurang lebih ½ jam.

3) Timbang cawan (W1)

4) Timbang sampel minyak kira-kira 20 gr kurang lebih 0,1 gr (W2). 5) Keringkan minyak dalam oven selama 6 jam pada temperatur

105°C.

6) Dinginkan sampel tersebut di desikator selama ½ jam sebelum di timbang kembali (W3).

e. Perhitungan

% Kadar air = (W2 – W1) – (W3 – W1) x 100 (W2 – W1)

Keterangan : - W1 = Cawan kosong (gr) - W2 = Sampel + Cawan (gr)

- W3 = Sampel + Cawan setelah di oven (gr) % Kadar air = (26,78 – 6,7) – (26,75 – 6,7) x 100 (26,78 – 6,7) = (20,08 – 20,05) x 100 (20,08) = 0,03 x 100 20,08 = 0,00149 x 100 = 0,149

(59)

f. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui kadar air yang terkand ung didalam CPO yang dihasilkan, dan setelah dianalisis kandungan air dalam CPO adalah 0,149%.

2. 3. Analisis Kadar Kotoran

a. Tujuan

Analisis kadar kotoran diperlukan untuk mengetahui jumlah kotoran yang terkandung didalam minyak sawit (CPO) yang dihasilkan agar mutu dapat dipertahankan sesuai standart yang telah ditentukan yaitu maksimal 0,015%.

b. Waktu dan Tempat

Waktu : 11 & 12 April 2008 Tempat : Laboratorium c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kertas saring Gf/B, gooch crucible, oven, desikator, timbangan, piring kristal dan pengaduk, vaccum pump.

Bahan yang digunakan adalah minyak dan Hexana. d. Prosedur Kerja

1) Letakan kertas Whatman GF/B selembar pada gooch crucible, cuci dengan hexana kira-kira 10 ml.

2) Keringkan pada suhu 105° C selama 30 menit.

(60)

4) Sebuah piring kristal yang telah di keringkan dan dingin di timbang (W2).

5) Ambil kurang lebih 20 gr sampel ke dalam piring kristal (W3). 6) Tambah 100 ml hexane dan aduk sampai homogen.

7) Biarkan selama 5 menit sampai benda-benda yang tidak dapat larut mulai tenang.

8) Tuangkan cairan ini dengan hati- hati ke dalam gooch crucible dengan di hisap oleh vacum pump.

9) Pergunakan hexana baru untuk memindahka minyak dan benda yang tidak larut ke dalam wadah gooch crucible dan cuci piring kristal tersebut hingga bersih.

10) Bila mana semua pencucian telah selesai melewati filter, lepaskan vacum.

11) Angkat wadah dan usap bagian luar dengan kertas tisu yang bersih. 12) Keringkan di oven pada suhu 105° C selama ½ jam.

13) Dinginkan dalam desikator selama ½ jam dan timbang kembali wadah gooch crucible dengan isinya (W4).

e. Perhitungan

% Kadar kotoran = (W4 - W1) X 100 (W3 - W2)

Keterangan : - W1 = Cawan + kertas saring (gr) - W2 = Piring kristal (gr)

- W3 = Sampel + piring kristal (gr)

(61)

% Kadar kotoran = (15,649 – 15,641) x 100 (30,701 – 10,702) = 0,002 x 100

19,999

= 0,0001 x 100 = 0,01 f. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui kadar kotoran yang terkandung di dalam CPO yang dihasilkan, setelah dianalisis kadar kotoran yang terkandung dalam CPO adalah 0,01%.

3. Standart Mutu Inti Sawit di Minamas Plantations & Analisis Inti Sawit

Standart mutu inti kelapa sawit diperlukan agar inti kelapa sawit dapat dipertahankan mutunya agar nantinya mampu memproduksi minyak dari inti kelapa sawit yang bermutu tinggi. Adapun standart mutu dari inti kelapa sawit yang menjadi patokan di Minamas Plantation ditunjukan pada Tabel 5.

Tabel. 5. Standart Mutu Inti Kelapa Sawit (Minamas Plantations)

Standart Production Kernel

Quality %

Broken Kernel Max. 15

Shell Max. 7

Total Dirty Max. 6

Moist Max. 7

FFA Max. 1

(62)

3. 1. Penetapan Kadar Air Inti Sawit

a. Tujuan

Analisis kadar air diperlukan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung didalam inti (kernel) yang dihasilkan agar mutu dapat dipertahankan sesuai dengan standart yaitu maksimal 7%.

b. Waktu dan Tempat

Waktu : 14 & 15 April 2008 Tempat : Laboratorium c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan elektronik cap. 200 gr, piring petri, pisau, oven, desikator.

Bahan yang digunakan adalah kernel produksi. d. Prosedur Kerja

1) Seduah piringan Petri dengan diameter 0,05 mm ditimbang (W1). 2) Setiap kernel kemudian dipotong sampai menjadi irisan tipis

(kurang dari 1 mm tebalnya) dengan memakai pisau atau penyayat kernel. Total berat dari irisan ini harus berada antara 10-12 gr. 3) Irisan kernel ini kemudian diletakan pada piringan petri. Lalu

piringan dan irisan ditimbang bersama sampai 0,0001 gr terdekat (W2).

4) Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada temperatur105 °C dan kemudian di dinginkan di desikator selama ½ jam.

(63)

5) Kernel kering yang telah dingin ini kemudian ditimbang lagi (W3). e. Perhitungan

% Kadar air kernel = (W2 – W1) – (W3 – W1) x 100 (W2 – W1)

Keterangan : - W1 = Piring petri (gr)

- W2 = Piring petri + sampel (gr)

- W3 = Piring petri + sampel setelah dioven (gr) % Kadar air kernel = (15,92 – 5,6) – (15,26 – 5,6) x 100

(15,92 – 5,6) = (10,32 – 9,66) x 100 10,32 = 0,66 x 100 10,32 = 0,064 x 100 = 6,4 f. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui kadar air yang terkandung didalam inti (kerne l) kelapa sawit yang diproduksi, setelah di analisis kadar air yang terkandung dalam kernel adalah 6,4%.

3. 2. Analisis Inti Pecah dan Kadar Kotoran Inti Sawit

a.Tujuan

Analisis inti pecah dan kadar kotoran diperlukan untuk mengetahui jumlah inti yang pecah dan jumlah kotoran yang terkandung dalam 1 kg sampel yang mewakili semua inti (kernel) dihasilkan agar mutu dapat dipertahankan sesuai standart yang telah ditetapkan.

(64)

b. Waktu dan Tempat

Waktu : 14 & 15 April 2008 Tempat : Laboratorium c. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan elektronik cap.200gr. Bahan yang digunakan adalah kernel produksi.

d. Prosedur Kerja

1) Sampel 1 kg ditimbang sampai perhitungan 0,1 gr terdekat (W1). 2) Sampel kemudian disorter menjadi kernel utuh, kernel pecah, biji

setengah pecah, biji utuh, cangkang lepas dan sampah.

3) Biji setengah pecah dan biji utuh kemudian dipecahkan (sehingga hanya kernel saja), lalu cangkang ditimbang secara terpisah.

a. Cangkang lepas & sampah (W2) b. Cangkang dari biji pecah (W3) c. Cangkang dari biji utuh (W4) 4) Kernel pecah juga di timbang (W5)

5) Kernel utuh akan tetap dibiarkan untuk keperluan analisa kadar air.

e. Perhitungan

1. % Cangkang lepas/sampah = 100 x W2

W1

2. % Cangkang dari biji pecah = 100 x W3 W1 3. % Cangkang dari biji utuh = 100 x W4

(65)

4. Total kotoran = 100 x (W2 + W3 + W4) W1

5. % Kernel pecah = 100 x W5 W1 Keterangan : - W1 = Sampel (gr)

- W2 = Cangkang lepas dan Sampah (gr) - W3 = Cangkang dari biji pecah (gr) - W4 = Cangkang dari biji utuh (gr) - W5 = Kernel pecah (gr) 1. % Cangkang lepas/sampah = 100 x 12 1000,008 = 1200 1000,008 = 1,199 2. % Cangkang dari biji pecah = 100 x 18

1000,008 = 1800

1000,008 = 1,799 3. % Cangkang dari biji utuh = 100 x 23

1000,008 = 2300 1000,008 = 2,299 4. % Total kotoran = 100 x (12 + 18 + 23) 1000,008 = 100 x 53 1000,008

(66)

= 5300 1000,008 = 5,299 5. % Kernel pecah = 100 x 54 1000,008 = 5400 1000,008 = 5,399

f. Hasil Yang Dicapai

Mengetahui kadar kotoran dan inti pecah yang terkandung didalam inti (kernel) kelapa sawit yang diproduksi.

(67)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kegiatan PKL ini merupakan kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa, karena dapat memberikan suatu bekal bagi mahasiswa di masa yang akan datang. Kegiatan tersebut akan memberikan wawasan berfikir yang lebih maju.

Dari uraian kegiatan PKL yang di laksanakan di Minamas Plantation di PT. Laguna Mandiri dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses produksi kelapa sawit adalah proses yang cukup panjang dan sangat berkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya.

2. Pengangkutan TBS dan kematangan sangat menentukan kualitas minyak sawit yang akan di hasilkan.

3. Kualitas produksi CPO bergantung pada TBS yang dipanen dan juga pengolahan yang baik dipabrik.

4. Mesin Produksi juga ikut berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas CPO yang di hasilkan.

5. Limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan limbah padat dapat dimanfaatkan sebagai mulsa dan bahan bakar boiler.

6. Pada proses perebusan di PT. Laguna Mandiri PKS Rantau menggunakan prinsip first in first out (FIFO).

Gambar

Gambar 1. PT. Laguna Mandiri
Gambar 3. Hopper
Gambar 5.Transfer Carriage
Gambar 12.auto feder
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memahami hal-hal di atas, peserta bisa memraktikkan pengetahuan mengenai perubahan iklim dan pemanasan global sesuai dengan sektor yang mereka tekuni untuk melakukan

mirasidium dalam waktu 3 minggu  masuk ke tubuh Siput &amp; tumbuh mjd sporokista  redia  serkaria  serkaria keluar dr siput  berenang mencari H.P.II  berkembang

 Perspektif Schwartz, menyatakan media massa dalam persuasi bekerja dengan dua cara yang berbeda dalam mempengaruhi khalayak, yaitu model resonansi (evoked recall) dan

H3: Nilai signifikan variabel citra merek yaitu 0,000 &lt; 0,05 yang berarti citra merek secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

Terlebih lagi dengan terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu dimana musim hujan dengan curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan bencana seperti banjir

Syariah sedangkan saya meneliti di Asuransi Takaful Keluarga Cabang Palembang.11 Muhammad Warman 2012 “Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menabung pada Bank syari’ah

Dalam control rights yang kepemilikannya langsung, suatu persentase kepemilikan yang ada harus diklarifikasi apakah ada penyimpangan dari one-share-one-vote

Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara