“Meningkatkan Suasana belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Dengan Menggunakan Powerpoint Plus”
Jufrianto Dg. Masserang, Muhamad Yusuf, S.Si, M.Si *, Nova E. Ntobuo, S.Pd. MPd ** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi
F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Email:[email protected]
ABSTRACT
Meningkatkan Suasana Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Dengan Menggunakan
Powerpoint Plus Pada Materi Dinamika Litosfer Dan Pedosfer Serta Dampaknya Terhadap
Kehidupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa untuk meningkatkan suasana belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan menggunakan
Powerpoint Plus yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas X SMA
Negeri I Biluhu 25 orang. data diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan aktifitas guru, lembar pengamatan aktifitas siswa. Berdasarkan penelitian ini, dengan meningkatkan suasana belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan menggunakan Powerpoint Plus di SMA Negeri I Biluhu pada Materi Dinamika Litosfer Dan Pedosfer Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan, dengan hasil belajar siswa pada siklus I dari 25 siswa hanya terdapat 8 orang siswa yang mencapai kriteria ketuntasan atau sebesar 32 %. Selanjutnya, diperbaiki pada siklus II, dari 25 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 20 orang atau sebesar 80 %. Dengan demikian berdasarkan indikator keberhasilan yang ditentukan telah tercapai dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Jufriyanto Dg. Masserang. NIM. 451 407 028. Jurusan fisika, Prodi Geografi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo 2013. Dibawah bimbingan
Muhamad Yusuf, S.Si, M.Si selaku pembimbing I dan Nova E. Ntobuo, S.Pd. M.Pd selaku
Pembimbing II.
Kata kunci : Powerpoint Plus, Dinamika Litosfer Dan Pedosfer
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu wadah yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul serta mampu menghadapi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, maka dari itu tidaklah heran jika pendidikan saat ini adalah sebuah cerminan pokok yang menjadi landasan dasar untuk kiranya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang diamanatkan di dalam Undang-Undang dasar 1945.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas, 2003:5).
Dalam pendidikan yang perlu kita lihat yaitu proses belajar mengajar dan peran guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat teridentifikasi dari bebrapa maksud sbb. a. kondisi belajar atau strategi yang mempunyai pengertian suatu gari-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Ada empat kondisi atau strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi serta menetapkan dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilah dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam mengerjakan kegiatan mengajarnya.
b. Media yang tersedia belum dimanfaatkan oleh guru
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitan ini adalah “apakah dengan menggunakan Powerpoint plust dapat meningkatkan Suasana belajar pada mata pelajaran Geografi ?”.
1.4 Pemecahan Masalah
Proses belajar mengajar yang terjadi selama ini dikelas, belum mampu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh para siswa. Guru hanya mampu menyampaikan materi sesuai dengan indikator yang diinginkan tanpa harus menggunakan metode atau strategi untuk menarik perhatian dari siswa. Siswa sering mendapat kesulitan ketika menerima materi, ketika menerima materi yang membutuhkan perhatian khusus karena siswa hanya mampu melihat dan mendengar apa yang disampaikan guru tanpa memahami isi dari materi tersebut. Hal ini mencerminkan daya tangkap siswa menjadi lemah, malas belajar, bahkan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan standar Nilai yang sudah ditentukan yaitu kriteria ketuntasan minimum adalah (KKM 75).
1.5 Tujuan Penelitian
“Untuk melihat harus menggunakan Powerpint Plust dapat meningkatkan suasana belajar”
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: a. Bagi guru
Sebagai gambaran profesionalitas guru dalam peningkatan kualitas dalam pendidikan dan diharapkan menjadi bahan acuan atau masukan serta referensi dalam memilih teknik pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan, khususnya pada mata pelajaran Geografi untuk model pembelajaran dengan mengunakan Powerpoint
Plus sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan suasana belajar siswa Kelas X.
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar nya serta memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran .
Dapat memahami materi melalui PowerPoint Plus c. Bagi sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan rujukan pembelajaran untuk memperbaiki kinerja proses belajar siswa di sekolah yang menyenangkan dan menjadikan model pembelajaran yang di sukai sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Bagi Peneliti Dapat digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam suasana dan kondisi belajar yang berbeda melalui penggunaan PowerPoint Plus dalam rangka menemukan pembelajaran yang efektif.
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritik
2.1.1 Perngertian Suasana Belajar
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi belajar antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lainnya. Berhasil tidaknya suatu interaksi proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang, maupun suasana proses interaksi pembelajaran tersebut suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja materi yang diajarkan ataupun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut diajarkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Suasana diartikan sebagai keadaan disekitar sesuatu atau dalam lingkunangan sesuatu, belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, pengertian belajar yang lebih moderen dinyatakan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.
Suasana dalam kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Suasana dalam kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.Tinjauan tentang suasana kelas dikemukakan oleh Nasution (2010: 119). Menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam mengajarkan materi pelajaran.
2.1.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suasana Belajar Mengajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi suasana belajar mengajar adalah faktor-faktor yang menentukan terciptakan kondisi belajar yang kondusif, dinamis dan produktif bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
2.2 Media Belajar
Media merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang harfia berarti tengah’.’perantara’ atau pengantar pesan dari pengirim kepada peneriam pesan. Menurut Gerlach & Ely (1997 : 3) mengatakan bahwa media apabilah dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memper oleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan media belajar.
Selain pendapat tersebut, mengatakan media adalah sumber belajar sehingga secara luas media pembelajaran dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan serta keterampilan. Media merupakan alat bantu yang dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.
2.2.2 Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam pembelajaran. penggunaan media pembelajaran dapat memberikan rangsangan kepada siswa dalam proses belajar, sehingga dapat mempertinggi kualitas belajar mengajar dan dapat mempertinggi hasil belajar siswa. hal ini sebagaimana dijelaskan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Konsep-konsep yang sulit dijelaskan secara langsung seperti peredaran darah, bentuk transaksi dan lain sebagainya dapat disederhanakan dengan menggunakan media gambar atau bagan. Objek yang terlalu besar dapat digantikan oleh gambar, foto, dan model, sedangkan objek yang terlalu kecil dapat disajikan dengan menggunakan mikroskop dan lainnya. Peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan melalui rekapan video, sedangkan peristiwa alam seperti letusan gunung berapi dapat disajikan dalam bentuk simulasi komputer.
2.2.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional meliputi pesan, orang, maupun peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan misalnya teori atau konsep baru serta teknologi, media pembelajaran terus mengalami perkembangan, tampil dalam berbagai jenis, dengan masing-masing ciri serta kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan atau pembelajaran di sekolah.
2.2.4 Pengertian Belajar
Belajar pada dasarnya adalah merupakan statu proses mental karena orang yang belajar perlu memikir, menganalisa, mengingat, dan mengambil kesimpulan dari apa yang dipelajari. Sehubungan dengan itu terdapat bermacam-macam pendapat tentang apa yang dimaksud dengan belajar. Dibawah ini akan diketengahkan beberapa pendapat tentang belajar yang dikemukakan oleh beberapa aliran psikologi.
1. Menurut aliran psikologi koneksionisme yang dipelopori oleh Thorndike, belajar adalah merupakan usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi. Menurut pendapat ini orang belajar karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan perangsang atau stimulus terhadap individu. Kemudian individu itu mengadakan reaksi terhadap rangsangan itu dan bilamana reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan perangsang dan reaksi dan terjadilah peristiwa belajar.
2. Belajar menurut aliran fungsionalisme adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi atau situasi situasi yang terdapat di sekitar kita. Dalam pengertian menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan kecekatan dan sikap yang baru.
3. Aliran behaviorisme dan psicho-reflexologi menganggap belajar sebagai usaha untuk membentuk reflex-reflex baru. Bagi aliran ini belajar adalah perbuatan yang berwujud rentetan gerakan reflek dan dengan adanya conditioning. Rentetan gerakan-gerakan reflek itu dapat menimbulkan reflek reflek buatan.
4. Menurut aliran psikologi asosiasi, belajar adalah merupakan usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru. Peristiwa dipandang sebagai masalah yang harus dipecahkan berdasarkan tanggapan-tanggapan yang telah ada. Orang mendapatkan hubungan antara tanggapan tanggapan itu dan hubungan antara tanggapan tanggapan dengan obyek yang dipecahkan.
5. Para ahli psikologi pikir dan psikologi gestalt mengatakan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses yang aktif, yang dimaksud dengan aktif disini bukan hanya aktivitas yang tampak seperti gerakan gerakan anggota anggota badan tetapi juga aktivitas aktivitas mental seperti persepsi berpikir, mengingat ingat dan sebagainya. 6. Psikologi dalam dan Klinis mengemukakan belajar adalah suatu usaha untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan psichis. Bila orang ingin mencapai tujuan dan ternyata mendapatkan rintangan, maka hal itu bisa menimbulkan ketegangan. Ketegangan itu baru bisa berkurang bila rintangan itu di atasi, dan usaha mengatasi rintangan itulah yang dinamakan belajar.
2.3 Dinamika Litosfer Dan Pedosfer Beserta Dampaknya Terhadap Kehidupan
Pengertianlitosfer berasal dari bahas yunani yaitu litos : Batuan Sfeer/Shapaira : Bulatan lapisan litosfer tersebut memiliki ketebalan lebih kurang 1.200 Km
2.3.1 Jenis – Pembentuk Kulit Bumi
a. Batuan beku
Batuan beku terbentuk karena magma pijar yang mendingin dan menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya sebagai berikut
1. Batuan beku dalam (Batuan Tubir). Batuan beku ini terbentuk jauh dari dalam kulit bumi. Zat – zat dari magma terbentuk kristal – kristal yang besar karena pendinginan batuan ini lambat sekali contohnya : batuan granit
2. Batuan beku luar (Batuan Lelehan). Batuan ini membeku diluar kulit bumi sehingga temperaturnya turun cepat sekali. Zat – zat dari magma hanya membentu kristal – kristal kecil bahkan sama sekali tidak terjadi kristal. 3. Batuan beku gang (Batuan korok). Batuan ini terbentu didalam korok – korok
atau ganggang letak batuan ini dekat dengan permukaan tanah sehingga pendinginannya lebih cepat.
b. Batuan endapan (Batuan Sedimen). Batuan ini merupakan hasil endapan dari batuan beku yang lapuk terlepas dan diangkut oleh air, angin, dan es. Batuan ini mula – mula lunak, tetapi lama – kelamaan menjadi keras karena proses pembatuan
2.3.2 Siklus Batuan
Siklus batuan merupakan proses perubahan dalam waktu ratusan bahkan jutaan taun.
Bagan siklus batuan
Proses siklus berawal ketika magma mengalami pembekuan karena pendinginan, lama – kelamaan magma semakin padat ahirnya membeku menjadi batuan beku. Batuan beku rusak dan hancur karena tenaga eksogen (air hujan, panas, dingin, angin, es, dan organisme). Batuan tersebut diangkut dan diendapkan menjadi batuan sedimen.
2.4 Pengertian Mengajar
Mengajar secara umum diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan sejumlah fakta, informasi atau pengetahuan kepada siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya di kelas. Pada hal fungsi guru dalam mengajar tidak hanya menyampai sejumlah pengetahuan kepada siswa, tetapi juga membentuk kepribadian siswa. Pengetahuan yang disampaikan hanyalah sebagai alat untuk membentuk kepribadian siswa yang utuh dalam arti beriman dan berbudi pekerti luhur, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani, demokratis dan bertanggunga jawab, mandiri dan demokratis, cinta tanah air dan bangsa. Dengan demikian didalam mengajar, guru juga mendidik. Mengajar sebagai alat untuk mendidik. Sedang mendidik, prosesnya berlangsung dalam kegiatan mengajar. Tugas mendidik inilah kadang-kadang dilupakan oleh guru dalam kegiatan mengajar yang dilakukannya di kelas.
2.4.1 Komunikasi Guru – Siswa dalam Interaksi Belajar Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sadar, sistimatis dan terencana. Mengajar dilakukan secara sadar artinya bahwa proses komunikasi itu dilakukan dengan sengaja yaitu dengan melakukan aktivitas :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam proses mengajar 2. Menyiapkan bahan pelajaran yang disampaikan sesuai dengan tuntutan kurikulum 3. Memilih metode yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran
4. Memilih media pengajaran yang sesuai dengan bahan pelajaran yang disampaikan 5. Menyusun evaluasi untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar
BATUAN SEDIMEN
BATUAN BEKU BATUAN METAMORF
Agar aktivitas itu dapat dilaksanakan secara efektif, selanjutnya disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau program satuan pelajaran yang akan menjadi acuan guru di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistimatis artinya kegiatan itu dilakukan menurut urutan langkah langkah tertentu dimulai dari persiapan, penyampaian bahan pelajaran, pelaksanaan dan diakhiri dengan penutupan pelajaran. Urutan langkah-langkah dalam mengajar itu, juga disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau program satuan pengajaran.
2.4.2 Faktor Sosial
Faktor-faktor sosial di sini adalah faktor yang berhubungan dengan kehadiran manusia, baik manusia itu ada ( hadir ), maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan artinya tidak langsung hadir yang dapat mengganggu proses belajar mengajar di kelas. Kehadiran sesorang atau orang lain pada waktu siswa sedang belajar dapat mengganggu suasana belajar dalam kelas. Misalnya ketika sesorang guru sedang menjelaskan materi pelajaran kepada siswa dalam kelas, siswa kelas sebelahnya ribut karena tidak ada gurunya atau siswa-siswa disebelahnya sedang belajar menyanyi atau tiba-tiba seorang siswa-siswa yang terlambat hadir datang mengetuk pintu . Hal ini dapat mengganggu suasana belajar di kelas tersebut. Selain daripada itu kehadiran seseorang secara tidak langsung mempengaruhi juga suasana belajar dalam kelas. Misalnya pada waktu siswa-siswa sedang mengerjakan soal-soal matimatika, maka terdengar suara radio atau televisi yang sedangkan menyiarkan pertandingan bulu tangkis atau sepak bola antara kesebelasan Indonesia melawan kesebelasan Korea Selatan.
2.4.3 Faktor Non Sosial
Faktor-faktor non sosial yang dapat mengganggu suasana belajar ini tak terbilang banyaknya antara lain dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor alam dan alat-alat perlengkapan atau fasilitas yang digunakan untuk belajar. Faktor alam misalnya keadaan cuaca. Cuaca yang agak panas tentu akan mempengaruhi belajar siswa di dalam kelas. Selain daripada itu juga waktu belajar. Belajar di waktu pagi hari tentu lebih baik dari pada belajar pada waktu sore hari. Mengenai hal ini telah banyak dilakukan penelitian oleh ahli-ahli pendidikan. Mengenai fasilitas dapat dicontohkan misalnya tempat belajar. Belajar di tempat yang tenang tentu akan lebih berhasil jika dibandingkan dengan belajar di tempat yang gaduh. Hal inipun telah banyak dilakukan penelitian. Selain dari pada itu dapat pula dicontohkan misalnya keadaan gedung. Keadaan gedung yang baik, jika dibandingkan dengan keadaan gedung belajar yang kurang baik, tentu suasana belajarnya akan berbeda. Kaadaan gedung yang baik ditunjang dengan fasilitas belajar yang cukup tentu akan membawa pengaruh pada suasana belajar yang baik.
2.4.4 Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis individu juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa atau siswi. Faktor fisiologis adalah keadaan jasmani manusia. Keadaan jasmani siswa atau siswa yang segar tentu akan lain dengan keadaan jasmani yang tidak segar pada saat menerima pelajaran dalam kelas. Keadaan jasmani yang lelah tentu akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani siswa yang tidak lelah. Dalam kaitan ini perlu dijelaskan mengenai pengaruh nutrisi terhadap tonus jasmani manusia. Kekurangan kadar makanan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani yang mengakibatkan timbulnya kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, daya tahan rendah, konsentrasi rendah dan sebagainya. Hal ini tentu saja akan membawa pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa dalam kelas. Selain dari pada itu keadaan fungsi fisiologis juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa terutama fungsi panca indera. Sampai saat ini
telah terbukti bahwa diantara panca indera yang lima macam tersebut, mata dan telinga memegang peranan yang penting sekali dalam belajar. Penyelidikan-penyelidikan mengenai daya diskriminasi, kemampuan membuat orientasi, ketepatan dan kecepatan persepsi langsung bersangkut paut dengan fungsi panca indera ini. Lebih-lebih penglihatan ( mata ) dan pendengaran ( telinga ). Siswa yang selalu bertanya karena kurangnya pendengaran dan penglihatan tentu akan mengganggu aktivitas belajar di kelas.
2.4.5 Faktor-Faktor Psikologis
Belajar sebagai masalah psikologis disyaratkan oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis memegang peranan yang menentukan di dalam belajar. Karena itu sudah sepantasnya faktor-faktor ini mendapatkan pembahasan dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar dalam kelas. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor perhatian, faktor kognitif, faktor affektif, faktor konatif atau motivasi dan intelegensi.
2.4.6 Strategi Guru Dalam Menciptakan Iklim Belajar Dan Pembelajaran Yang Nyaman, Aman, Tenang Dan Menyenangkan
Iklim belajar dan pembelajar yang kondusif dalam arti nyaman, aman. tenang dan menyenangkan merupakan prasyarat bagi berlangsung kegiatan belajar yang dinamis, kreatif dan produktif. Kondisi seperti ini akan meningkat hasil belajar siswa, karena siswa termotivasi dalam belajar dan belajar tanpa merasa tertekan.
Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif adalah :
1. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Dalam sistem pembelajaran kelasikal, sebagian peserta didik akan sulit untuk mengikuti pembelajaran secara optimal dan menuntut peran ekstra guru untuk memberikan pembelajaran remedial
2. Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah. Dalam sistem pembelajaran kelasikal, sebagian peserta didik akan sulit untuk mengikuti pelajaran secara optimal. Dan menuntut peran serta guru untuk memberikan pembelajaran remedial
3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif dan efisien
4. Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sangsi atau dipermalukan.
5. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing dan manusia sumber. Sekali-kali cobalah untuk melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, agar mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar.
7. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri ( self evaluation ). Dalam hal ini guru sebagai fasilitator harus mampu
membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilaluinya. Dengan terkondisinya iklim belajar yang kondusif, akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efetktif dan bermakna yang lebih menekankan pada belajar mengetahui ( learning
to know ), belajar berkarya ( learning to do ), belajar menjadi diri sendiri ( learning to be ) dan belajar hidup bersama-sama secara harmonis ( learning tog live together
). Suasana seperti itu akan memupuk tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan siswa, bersifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa enterprenership ulet, inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, kerja keras, disiplin, menghargai kualitas dan berani mengambil resiko.
2.5 Pengertian Powerpoint Plus
PowerPoint plus merupakan salah satu program dalam Microsoft Affice. Microsoft Office Power Point plus adalah salah satu jenis program yang tergabung dalam Microsoft office. Microsoft Office Power Point plus merupakan program aplikasi yang dirancang secara
khusus untuk menampilkan program multimedia.
Program Microsoft Office Power Point plus adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Microsoft Office Power Point
plus adalah perangkat lunak yang mampu menampilkan program multimedia dengan
menarik, mudah dalam pembuatan, penggunaan serta relatif murah. Microsoft Office Power
Point plus memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsure media seperti
pengolahan teks, warna, gambar, grafik, serta animasi. Terdapat tiga tipe penggunaan
Microsoft Office Power Point yaitu personal presentation, stand alone dan web besed.
2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Jalarwin Dabuta (2008) dengan judul
“Pengaruh Media Pembelajaran Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Di SMK I Trisakti Logubokti Kabupaten Toba Somosir”. Hasil penelitian dari penelitian ini
adalah :
1. Ada pengaruh yang sangat signifikan dengan penggunaan media powerpoint pada siswa hasil belajarnya tinggi terhadap hasil belajar sub kompotensi pelaksanaan prosedur pengelasan
2. Ada pengaruh yang sangat signifikan penggunaan media program Powerpoint pada siswa hasil belajarnya rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi pelaksanaan prosedur pelaksanaan
3. Terdapat interaksi yang signifikan antara pengajaran yang menggunakan media program Powerpoint dan metode konversional terhadap perolehan hasil belajar sub kompetensi pelaksanaan prosedur pelaksanaan
METODOLOGI PENELITIAN
1.3 Setting Penelitian dan Karakteristik Penelitian
3.1.1 Setting Penelitian
lokasi dalam Penelitian ini yaitu di SMA Negeri I Biluhu dikelas X pada tahun ajaran 2012/ 2013 Semester Ganjil.
3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, dengan jumlah 25 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 8 orang dan siswa Perempuan 17 orang dengan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa berbeda-beda.
3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut arikunto (2007 : 16-20) menyebutkan bahwa ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yakni (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
3.2.1 Tahap perencanaan (Planing)
Dalam tahap ini penelitian tindakan kelas dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam kelas.
Pengamatan ini dilakukan lebih dari dua orang dengan tujuan untuk mendapatkan mutu kecermatan dalam pengamatan, karena apabilah peneliti mengamati dirinya sendiri dalam proses pelaksanaan tindakan biasanya kurang teliti dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan oleh orang lain yang bertindak sebagai pengamat terhadap berlangsungnya suatu tindakan dalam kelas dan lebih meyakinkan bahwa pengamatan ini memang benar – benar dilakukan bukan hanya rekayasa.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan (Acting)
Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara kolaboratif yakni bekerja sama dengan guru mata pelajaran yang sejenis yang bertindak sebagai pengamat terhadap pelaksanaan tindakan. Hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan tindakan ini adalah guru sebagai pelaksana tindakan agar menaati dan menerapkan apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, sesuai dengan prosedur yang ada.
3.2.3 Tahap pengamatan (Observasi)
Kegiatan pengamatan akan dilakukan oleh pengamat. Dimana pengamat yang dimaksud adalah guru geografi SMA Negeri I Biluhu, yang berperan mencatat apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan berlansung dalam hal ini proses pembelajaran dalam kelas pada tahap pembelejaran berlangsung. Dalam proses kegiatan pengamatan ini terdiri dari dua aspek yaitu peneliti bertindak sebagai guru, dan guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri I Biluhu bertindak sebagai pengamat berlansungnya tindakan.
Tahap refleksi merupakan suatu kegiatan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dalam hal ini yang berhubungan dengan proses pelaksanaan tindakan, kegiatan refleksi ini dilakukan setelah guru melakukan tindakan. Tindakan yang dimaksud adalah tercapai atau tidaknya penerapan model pembelajaran yang Menggunakan PowerPoint Plust Dalam Meningkatkan Suasana Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri I Biluhu.Tahap refleksi ini dilakukan untuk melihat apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau sebaliknya, dengan menggunakan kriteria ketercapaian hasil belajar siswa, apabilah hasil refleksi yang dilakukan belum memenuhi kriteria ketuntasan dalam siklus I maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya.
3.3 Variabel Penelitian
Komponen-komponen variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Variabel input yaitu mencangkup materi pembelajaran, media yang digunakan, prosedur evaluasi, lingkungan belajar dan materi pembelajaran.yang akan digunakan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Variabel proses yaitu penerapan model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan power point plust 3. Variabel output yaitu suasanan belajar
3.4 Prosedur penelitian Siklus I
3.4.1 Tahap persiapan
Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti perlu mengadakan persiapan, sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Membuat surat izin meneliti dari Dinas Pendidikan Kota Gorontalo.
b. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah ditempat penelitian sekaligus meminta izin atas persetujuan dalam melakukan penelitian.
c. Mengadakan observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan proses belajar mengajar SMA Negeri I biluhu
d. Mempersiapkan perangkat dalam penelitian tindakan kelas seperti rancangan proses pembelajaran (RPP), lembar pengamatan aktivitas guru, lembar pengamatan aktivitas siswa, Mempersipkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3.4.2 Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dapat dilihat dalam aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kekurangan-kekurangan peneliti yang bertindak sebagai guru dalam proses pembelajaran berlangsung, yakni pada kegiatan pembuka, kegiatan inti dan sampai pada kegitan penutup).
2. Model pembelajaran yang digunakan
Pengamatan mengenai keterlaksanaan metode Powerpoint Plust, yang akan diterapkan oleh sipeneliti bertindak sebagai guru.
3. Suasana belajar
Pada dasarnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, suasana dalam kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan pembelajaran. Suasan belajar yang dimaksud adalah dengan menggunakan Powerpoint Plust yaitu dengan melihat jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 75%
3.4.3 Tahap Refleksi
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mana setiap akhir siklus akan diadakan evaluasi dimaksudkan untuk melihat apakah tindakan yang dilaksanakan telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan atau belum. Apabilah hasil refleksi menunjukan tidak mencapai indikator kinerja yang ditetapkan maka pelaksanaan tindakan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Pengamatan mengenai kemampuan guru dalam menerapkan metode belajar
Powerpoint Plust
2. Teknik yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu diobservasi langsung oleh guru di SMA Negeri I Biluhu dengan mengunakan lembar observasi kegiatan guru, komponen-komponen yang diamati untuk dinilai dari seluru kegiatan guru meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan pembelajaran serta keterlaksanaan model yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
3. Pengamatan aktifitas siswa dalam kelas
4. Teknik yang digunakan dalam mengamati kegiatan siswa yaitu observasi oleh pengamat mengenai aktivitas siswa dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
3.6 Teknik Analisis Data
Data dianalisis secara bertahap yaitu mengacu pada kriteria pencapaian tujuan yang meliputi pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
SB = Sangat baik C = Cukup baik
B = Baik K = Kurang
Data aktifitas siswa dan guru dapat dijelaskan pada pedoman penilaian pada tabel berikut :
Pedoman Penilaian Hasil Pengamatan Tingkat
Penguasaan (%) Nilai huruf Bobot Predikat
85-100 A 4 Sangat baik
75-84 B 3 Baik
51-74 C 2 Cukup
25-50 D 1 Kurang
0 20 40 60 80 100 SB B C K 0 25 66 8 0 66 34 0 0 83 0 0 0 58 39 8 P ro p o rs i
Skala Penilaian
Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
Pertemuan I pertemuan II pertemuan III rata-rata (%)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Suasana Belajar Siklus I
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hasil yang diperoleh pada siklus I. adapun pengamatan yang dilakukan pada kedua siklus adalah keterlaksanaan pembelajara aktivitas guru, akrtivitas siswa pada mata pelajaran geografi dengan memperhatikan kondisi atau suasana belajar siswa dimana pada proses belajar mengajar yang dinilai melalui tes hasil belajar. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan PowerPoint Plust dimana metode ini digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dengan menggunakan PowerPoint Plust diharapkan dapat membantu meransang siswa dalam berpikir hingga termotivasi mengikuti pembelajaran.
4.2 Suasana Pengamatan Siklus I 4.2.1 Pengamatan aktivitas Guru
Pada pengamatan aktifitas ini dilakukan oleh seorang guru mitra sebagi pengamata dengan jumlah aspek yang diamati sebayank 12 aspek. Hasil pengamatan aktifitas guru dapat dilihat pada lampiran 3. (Hal 65), dan hasil presentase sebagaimana pada tabel berikut ini
Tabel. Data Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Skala
Penilaian
Persentase Jumlah Aspek (%) Rata-rata (%) Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
SB 0 0 0 0
B 25 66 83 58
C 66 34 0 39
K 8 0 0 8
Berdasarkan tabel presentasi aktifitas guru maka dapat dilihat grafik sebagai berikut :
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 53% 64% 75% 64% S k al a P er se n tas e
Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II pertemuan III rata-rata %
Dari tabel dan grafik di atas diatas, dapat dijelaskan bahwa pengamatan aktifitas guru yang memenuhi kriteria sangat baik (-) dan baik (mengawali, menyajikan apersepsi dan motivasi, menyajikan tujuan pembelajaran, menyajikan materi dalam bentuk Powerpoint
Plus, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS, memeberikan kepada
salah satu siswa untuk membacakan LKS, menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami, menyimpulkan materi, memberikan penghargaan, membimbing siswa melakukan refleksi, menyampaikan materi selanjutnya dan berdoa). Hanya mecapai 58 %, sedangkan yang memenuhi kriteria cukup (menyajikan apersepsi dan motivasi, menyajikan tujuan pembelajaran, menyajikan materi dalam bentuk Powerpoint Plus, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS, memeberikan kepada salah satu siswa untuk membacakan LKS, menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami, menyimpulkan materi, memberikan penghargaan, membimbing siswa melakukan refleksi, menyampaikan materi selanjutnya dan berdoa) hanya mencapai 47% Sehingga perlu dilanjutkan untuk diperbaiki pada siklus II.
4.2.2 Pengamatan Aktivitas Siswa
Lembar pengamatan siswa terdapat 11 aspek yang harus diamati dalam proses pembelajaran. Dari 11 aspek yang diamati hasil presntasi dapat dilihat pada lampiran 2 aktifitas siswa (Hal 63)
Tabel Data Pengamatan Aktifitas Siswa Siklus I Skor Capaian
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
53 % 64% 75%
64%
Berdasarkan tabel presentasi aktifitas siswa maka dapat dilihat grafik sebagai berikut
Gambar_2_aktivitas sisiwa siklus I
Berdasarkan table dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan, aktifitas siswa pada tabel diatas menunjukan bahwa aktifitas siswa dalam proses pembelajaran belum
0 10 20 30 40 50 60 SB B C K 17 58 25 0 58 42 0 0 38 50 12 0 P rop or si
Skala Penilaian
Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata %
memenuhi Kriteria ketuntasan, yakni hanya mencapai 64 %, dan perlu ditindak lanjuti untuk diperbaiki
pada siklus II.
4.3 Hasil Pengamatan Siklus II
4.4.1 Pengamtan Aktivitas Kegiatan Guru
Hasil pengamatan ini didapatkan dari pengamat guru mata pelajaran dengan menggunakan 12 aspek yang diamati. Hasil pengamatan aktifitas guru dapat dilihat pada lampiran 3. Hal 66 dan hasil presentase sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel. Data Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Skala
Penilaian
Persentase Jumlah Aspek (%) Rata-rata (%) Pertemuan I Pertemuan II
SB 17 58 38
B 58 42 50
C 25 0 12
K 0 0 100
Berdasarkan tabel presentasi aktivitas guru siklus II maka dapat dilihat grafik sebagai berikut :
Gambar_ 3_Aktivitas guru siklus II
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa pengamatan aktifitas guru untuk kategori sangat baik dan baik mencapai 88%, sedangkan kategori cukup dan kurang hanya 12%, sehingga dikatakan bahwa pada siklus II ini dinyatakan telah memenuhi kriteria kentuntasan yaitu 75 %.
60% 65% 70% 75% 80% 85% 70% 82% 76% S k al a P er se n tas e
Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II rata-rata %
Pengamatan hasil aktifitas siswa Siklus II, dengan jumlah aspek yang diamati sebanyak 11 aspek, pengamatan aktivitas siswa ini dapat dilihat pada lampiran 2. (Hal.64). dan hasil persentasenya sebagaiman pada tabel berikut ini
Tabel. Data Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Skor Capaian Pertemuan I Pertemuan II 70% 82 % 76%
Berdasarkan tabel presentasi aktivitas siswa siklus II maka dapat dilihat grafik sebagai berikut :
Gambar _4_Aktivitas siswa siklus II
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus ini mengalami peningkatan yakni mencapai 76%, maka dapat dikatakan pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan, sehingga tidak perlu lagi dilanjutkan perbaikan pada siklus selanjutnya.
4.5 Pembahasan
Belajar merupakan kegiatan terencana yang dapat dilakukan oleh seseorang guru, siswa atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Hal itu pula yang manjadi landasan objektif dalam pelaksanaan pembelajaran materi Dinamika litosfer dan pedosfer beserta dampaknya terhadap kehidupan dengan menggunakan Powerpoint Plus. Hasil yang dicapai akan terlihat dari perubahan kemampuan dalam menguasai materi tersebut.
4.5.1 Aktivitas guru
Pengamatan aktivitas guru pada siklus I dari 12 aspek yang diamati belum mencapai kriteri ketuntasan yang diharapkan. Dimana hanya mencapai ketuntasan 58%. Hal ini disebabkan kurangnya persiapan guru dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga pengelolaan pembelajaran menjadi kurang optimal.
4.5.2 Aktivitas siswa
Rendahnya hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I disebabkan karena siswa tidak mengikuti dengan baik seluruh pengarahan guru, dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dimana ketuntasan pada Siklus I hanya mencapai 64% belum mencapai ketuntasan yang diharapkan, sehingga perlu diadakan perbaikan pada Siklus II. Pada Siklus II pengamatan aktifitas siswa telah mengalami peningkatan yang signifikan dimana ketuntasan pada Siklus II telah mencapai 76%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada Siklus ini telah mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan sehingga tidak perlu lagi diadakan perbaikan pada Siklus berikutnya.
Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi “Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Dengan Menggunakan Powertoint Plus dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan. Di kelas X SMA I Biluhu.
Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi “Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Dengan Menggunakan Powertoint Plus dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi dinamika litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan. Di kelas X SMA I Biluhu.
TABEL. DATA PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA SIKLUS I
NO. NAMA SISWA
SKOR CAPAIAN RATA-RATA SISWA RPP I RPP II RPP III 1 Andri kadri 28 55 72 52 2 Anton M lihawa 64 72 72 69 3 Apianto H Nasim 55 72 81 69 4 Dicky Ahmad 55 55 72 61 5 Iswan Karim 63 81 81 75 6 Prasetyo Abubakar 36 55 64 52 7 Ronaldi panai 36 73 81 63
8 Sigit Pregio Panai 55 64 72 64
9 Dewinta Panai 45 55 73 58 10 Ervina Y Hasan 55 64 82 67 11 Fitriyani Karim 64 73 82 73 12 Indrawati Y Ahamad 55 64 82 67 13 Nurafni Ahmad 55 55 73 61 14 Nurhuda J katili 55 64 64 61 15 Pepin R Yunus 55 55 73 61 16 Rafni Djafar 55 55 64 58 17 Ratna Kango 55 64 73 64 18 Sintia Rahman 64 73 73 70 19 Sintia Rahim 55 64 82 67 20 Srimeilan A harun 55 55 82 64 21 Srimerlan R hemeto 27 55 73 56
22 Siti Nurmawa Rahman 64 73 73 70
24 Yusna Ma’ruf 55 64 73 64
25 Yayu K mantali 45 64 73 61
Jumlah 53% 64% 75% 64%
TABEL. DATA PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA SIKLUS II
NO. NAMA SISWA SKOR CAPAIAN RATA-RATA
SISWA RPP I RPP II 1 Andri kadri 45 64 55 2 Anton M lihawa 55 73 64 3 Apianto H Nasim 73 82 78 4 Dicky Ahmad 45 82 64 5 Iswan Karim 55 64 50 6 Prasetyo Abubakar 73 73 73 7 Ronaldi panai 55 64 60
8 Sigit Pregio Panai 55 82 69
9 Dewinta Panai 82 91 87 10 Ervina Y Hasan 64 82 73 11 Fitriyani Karim 73 82 78 12 Indrawati Y Ahamad 82 91 87 13 Nurafni Ahmad 64 82 73 14 Nurhuda J katili 73 82 78 15 Pepin R Yunus 82 91 87 16 Rafni Djafar 82 82 82 17 Ratna H Kango 73 73 73 18 Sintia Rahman 82 91 87 19 Sintia Rahim 91 91 91 20 Srimeilan A harun 55 82 69 21 Srinorlan R hemeto 73 82 78
22 Siti Nurmawa Rahman 82 91 87
23 Tantiriwati Agu 73 82 78
24 Yusna Ma’ruf 82 91 87
25 Yayu K mantali 64 82 73
Jumlah 70% 82% 76%
TABEL. ANALISIS AKTIVITAS GURU SIKLUS I
NO. ASPEK YANG DI AMATI Pertemuan I Pertemua II Pertemuan III
SB B C K SB B C K SB B C K
1. Mengawali
2. Menyajikan apersepsi dan motivasi
3. Menyajikan tujuan pembelajaran
4. Menyajikan materi dalam bentuk Powerpoint Plus
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS
6. Memebrikan kepada salah satu siswa untuk membacakan LKS
7. Menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami
8. Menyimpulkan materi
9. Memberikan penghargaan
10. Membimbing siswa melakukan refleksi
11. Menyampaikan materi selanjutnya
Jumlah 3 8 1 8 4 10 2 Presentasi 25 66 8 66 34 83 17 SB 0% B 58% C 39% K 8%
TABEL. ANALISIS AKTIVITAS GURU SIKLUS II
NO. ASPEK YANG DI AMATI Pertemuan I Pertemua II
SB B C K SB B C K
1. Mengawali
2. Menyajikan apersepsi dan motivasi
3. Menyajikan tujuan pembelajaran
4. Menyajikan materi dalam bentuk Powerpoint Plus
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS
6. Memebrikan kepada salah satu siswa untuk membacakan LKS
7. Menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami
8. Menyimpulkan materi
9. Memberikan penghargaan
10. Membimbing siswa melakukan refleksi
11. Menyampaikan materi selanjutnya
12. Berdoa Jumalah 2 7 3 0 7 5 0 0 Presentasi 17 58 25 0 58 42 SB 38% B 50% C 12% K 0%
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dalam penulisan ini dapat diuraikan ke simpulan sebagai berikut: “Meningkatkan suasana Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Degan Menggunakn Powert point Plus. Lokasi Penelitian Di SMA Negeri I Biluhu”telah memenuhi kriteria keberhasilan seperti yang telah dirumuskan pada indikator kinerja.
Keberhasilan siswa dalam belajar tersebut nampak setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran sebanyak dua siklus. Dari hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I yang tuntas sebanyak 8 orang siswa 32 %, sedangkan pada siklus dua meningkat menjadi 20 orang siswa (80%).
5.2 Saran
Adapun saran dalam tulisan ini yang kiranya dapat bermanfaat adalah sebagai berikut. 1. Dalam pembelajaran geografi khususnya Dinamika litosfer dan pedosfer pada siswa
kelas X SMA Negeri I Biluhu perlu diyakini bagi seorang guru bahwa dengan menerapkan pembelajaran Menggunakan Powerpoint Plus merupakan salah satu alternatif dalam meningkatankan hasil belajar siswa tentang materi yang dimaksud. 2. Tidak ada model atau strategi pembelajaran yang sempurna. Kekurang dan kelebihan
pasti akan selalu menyertainya di setiap umat manusia. Oleh karena itu, untuk menyempurnakan model atau teknik pembelajaran patutlah ditetapkan model dan metode lainnya, sehingga tampak terdapat variasi pembelajaran yang kemudian bisa memberikan efek positif terhadap siswa dan suasana belajar siswa.
3. Dalam memilih model atau metode yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan serta karakteristik seluruh siswa di kelas yang di ajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Drs. Arief S. Sadiman, M.sc (dkk) (2008:6) media pendidikan pengertian pengembangan dan pemanfaatannya. Diterbitkan oleh pustikom Dikbud dan PT. Raja Grafindo perseda, jakarta dalam rangka ECD projed USAID
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A. (2008 : 2) media pembelajaran. Hak penerbitan PT Raja Grafindo perseda, Jakarta
Arsyad (2011:3) media pembelajaran. jakarta rajawali pres
Sumiati, (2008:128) metode pembelajaran. bandung : CV wacana prima
Rudy Bertz (2008:20) media pendidikan pengertian pengembangan dan pemanfaatannya. Diterbitkan oleh pustikom Dikbud dan PT. Raja Grafindo perseda, jakarta dalam rangka ECD projed USAID
Arsyad (2011:19) media pembelajran jakarta: Raja wali press
Daryanto. 2006. Belajar Komputer Visual Basic. Bandung: CV Yrama Widya.
Jalarwin Dabuta (2008) Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa SMK I Trisakti Logubokti. Toba Somosir : Skripsi
Gerlach & Ely (1997 : 3). Media pembelajaran. Hak penerbitan pada PT Raja Grafindo Persada, jakarta
Sanyawa wina (2010:204) perencanaan dan desanin sistem pembelajaran. Jakarta : kencana pernada media Grup
http://www.effectivemeetings.com/presenting/tools/powerpointplus.asp Hari jum’at 19- des- 2012
Jalarwin Dabuta (2008) dengan judul “Pengaruh Media Pembelajaran Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Di SMK I Trisakti Logubokti Kabupaten Toba Somosir”.