ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER
DAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
DEO DEMONTA PANGGABEAN
NIM : 8106175003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER
DAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT INSTRUCTION
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
DEO DEMONTA PANGGABEAN
NIM : 8106175003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ANALISIS PEMAHAIT'IAN KONSEP
AWAL
DAIYKEMAMPUAI\
BERPIKIR KRITIS
BIDAIYG STUDI
FISIKA
MENGGUNAKAIY
MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANI ZE R
DAN MODEL PEMBELAJARAN
DIRECT
INSTRACTION
Disusun dan diajukan oleh : DEO
DEMONTA PANGGABEAN
NIM: 8106175003
Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada Tanggal 26 Februari 2013 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Medan, 26 Februari 2013
Menyetujui Tim Pembimbing
Pembimbing
I
Pembimbingtr
Pfof.
Dr. Sahyar,
M.S..M.M.NIP. 19600426198503 1003
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Dr. Retno
Dwi Suyanti M.Si.
NIP.
19660 126t9910E20A3n Sibuea, M.Pd. Mengetahui:
PERSETUJUAN
DEWAN PENGUJI
UJIA}{
TESISMAGISTER PENDIDIKAI\I
FISIKA
NO.
NAMA
Prof.
Dr. Sahyar,
M.S, M.M.
NIP.19600426 198s03I
003 (Pembimbingt)
Ilr. Retno Dwi Suyanti,
M.Si
rrrP. 19660126 19103
2 003 (PembimbineII)
Dr.
Nurdin Bukit, M.Si
htrP. 1964$418 199003 I m3 @enguji)Dr. Mariati P. Simanjuntab M.Si
I\IIP. 197111192W209 2 001 (Peneuji)Dr.
Ridwan A. Sani,M.Si
NIP. 19640610 U8803t
Afi
(Penguji)TAI\IDA
TAI\IGAI\
Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat dan Memalsukan Data
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Deo Demonta Panggabean
NIM
: 8106175003Program studi : Pendidikan Fisika
Angkatan
:XD(
(Sembilan Belas)Judul
Tesis :
Analisis Pemahaman KonsepAwal dan Kemampuan
Berpikir Kritis
Bidang Studi Fisika
MenggunakanModel
Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction.Dengan ini menyatakan bahwa:
1- Benar tesis saya adalah karya
saya sendiri, bukan dikerjakan orang lain2.
Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan tesis saya3.
Saya tidak merubah atau memalsukan data penelitian sayaJika ternyata dikemudian hari terbukti saya telah melakukan salatr satu hal di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi yang berlaku berupa pencopotan gelar saya. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarrya
Medan,07 Fehruari 2013 membuat pernyataan Mengetahui
Asisten Direktur
X,b
Syarifuddin, M. Sc.,Ph.D NIP. 19591 1 22198601 1001
ABSTRAK
Deo Demonta Panggabean, Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2013.
ABSTRACT
Deo Demonta Panggabean. The analysis of understanding the beginning concept and the ability in critical thinking in the physic lesson by using advance organizer and direct instruction models
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model
Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct
Instruction”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai Ketua Program studi Pendidikan Fisika dan pembimbing I, serta Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.
2. Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika dan narasumber 1, Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si sebagai narasumber II, dan Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si sebagai narasumber III yang telah memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D sebagai Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 4. Bapak Drs. Jongor Ranto Panjaitan sebagai kepala sekolah SMA Swasta
5. Teristimewa Ayahanda Joitan Panggabean dan Ibunda Nismah Pinem yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi serta kasih saying yang tak pernah berhenti.
6. Kakanda Justice Zeni Zari Panggabean, M.Pd.K, Abangda Christ Calman Cancer Panggabean, S.E, Adinda Rizky Junaedi Panggabean serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan.
7. Kekasih hati Drima Yance Parhusip, Am.Keb., SKM, yang selalu memberikan perhatian, semangat dan motivasi kepada penulis.
8. Rekan seperjuangan angkatan XIX Prodi Fisika : Dede, Ika, Melda, Pinondang, Rofikoh dan teman-teman sekalian yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, Februari 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 9
1.7. Defenisi Operasional 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12
2.1 Kerangka Teoritis 12
2.1.1 Pengertian Belajar 12
2.1.2 Teori-Teori Belajar 18
2.1.3 Pengertian Mengajar 23
2.1.4 Pemahaman Konsep 25
2.1.5 Kemampuan Berpikir Kritis 34 2.1.6 Model Pembelajaran Advance Organizer 39 2.1.7 Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) 47 2.1.8 Penelitian yang Relevan 50
2.2 Kerangka Konseptual 51
2.2.1. Ada Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizerdan Direct Instruction 51 2.2.2. Ada Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika untuk
Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah 53 2.2.3. Tidak Ada Interaksi Model Pembelajaran Advance Organizerdengan
Tingkat Pemahaman Konsep Awal Siswa dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis 55
2.3 Hipotesis 56
BAB III METODE PENELITIAN 57
3.3 Variabel Penelitian 58 3.4 Jenis dan Desain Penelitian 58
3.5 Prosedur penelitian 60
3.6 Instrumen Penelitian 63
3.6.1 Tes Pemahaman Konsep Awal 63 3.6.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis 63
3.6.3 Validitas Tes 64
3.6.4 Reliabilitas Tes 67
3.6.5 Tingkat Kesukaran Tes 69
3.6.6 Daya Pembeda Tes 70
3.7 Teknik Analisis Data 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 75
4.1 Hasil Penelitian 75
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 75
4.1.1.1 Pretes 75
4.1.1.2 Pemahaman Konsep Awal 78
4.1.1.3 Postest 79
4.1.1.3.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis DI dan AO 80 4.1.1.3.2 Analisis Berpikir Kritis Pada Pemahaman Konsep Awal Tinggi 82 4.1.1.3.3 Analisis Berpikir Kritis Pada Pemahaman Konsep Awal Rendah 83 4.1.1.3.4 Analisis Berpikir Kritis Pada Pemahaman Konsep Awal Tinggi
dan Rendah 85
4.1.1.3.5 Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis 87 4.1.1.3.6 Pengujian Hipotesis 87
4.2 Pembahasan 96
4.2.1 Terdapat Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Melalui Advance Organizer (AO) dan Direct Instruction(DI) 96 4.2.2 Terdapat Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Antara
Siswa yang Memiliki Kemampuan Pemahaman Konsep Awal
Rendah dan Konsep Awal Tinggi 98 4.2.3 Tidak Terdapat Interaksi Antara Advance Organizer (AO) dan
Direct Instruction(DI) dengan Pemahaman Konsep Siswa untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102
5.1 Kesimpulan 102
5.2 Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 104
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Persentase Ketuntasan KD T.P. 2009/2010 dan T.P. 2010/2011 4 Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 20 Tabel 2.2 Aspek dan Indikator Pemahaman Konsep 34 Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis 38 Tabel 2.4 Sintaks Model Pembelajaran Advance Organizer 45
Tabel 2.5 Sintaks Pembelajaran Langsung 48
Tabel 2.6 Perbedaan Teacher Centered denganStudent Centered 49
Tabel 2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan 50
Tabel 3.1 Two Group Pretes-Postest Design 59
Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA 2x2 59
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Awal 63 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 64 Tabel 3.5 Koefisien Korelasi Instrument Kemampuan Berpikir Kritis 67 Tabel 3.6 Statistik Realibilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis 68 Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 70 Tabel 3.8 Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 71
Tabel 3.9 Rangkuman Kelayakan Instrumen 72
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas DI dan AO 75
Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas DI 76 Tabel 4.3 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas AO 76 Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians dan Rata-Rata Nilai Pretes
Kelas DI dan AO 77
Tabel 4.5 Data Pemahaman Konsep Awal Kelas DI dan AO 78 Tabel 4.6 Data Konsep Awal Tinggi dan Rendah Kelas DI dan AO 79
Tabel 4.7 Data Postest DI dan AO 80
Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kemamapuan Berpikir Kritis DI dan AO 80 Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Awal Tinggi 82 Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Konsep Awal Rendah 83 Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Awal
Tinggi dan Rendah 85
Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis 86
Tabel 4.13 Uji Normalitas Postes Kelas DI 88
Tabel 4.14 Uji Normalitas Postes Kelas AO 88
Tabel 4.15 Uji Homogenitas Postes 89
Tabel 4.16 Jumlah Siswa Pemahaman Konsep Awal Rendah dan Tinggi 89
Tabel 4.17 Statistik ANOVA 90
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 107
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 122
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 137
Lampiran 2 : Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Awal 157
Lampiran 3 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis 159
Lampiran 4 : Instrumen Tes Pemahaman Konsep Awal 167
Lampiran 5 : Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 168
Lampiran 6 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 170
Lampiran 7 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 176
Lampiran 8 : Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 177
Lampiran 9 : Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol 179
Lampiran 10 : Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen 180
Lampiran 11 : Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol 181
Lampiran 12 : Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen 182
Lampiran 13 : Rekapitulasi Tes Pemahaman Konsep Awal Kelas Kontrol 183
Lampiran 14 : Rekapitulasi Tes Pemahaman Konsep Awal Kelas Eksperimen184
Lampiran 15 : Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis Konsep Awal
Tinggi dan Rendah Kelas Kontrol 185
Lampiran 16 : Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis Konsep Awal
Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen 186
Lampiran 17 : Perhitungan Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis 187
Lampiran 18 : Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 188
Lampiran 19 : Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 189
Lampiran 20 : Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 190
Lampiran 21 : Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 191
Lampiran 22 : Uji Homogenitas Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 192
Lampiran 23 : Uji Hipotesis ANOVA 2 Jalur 193
Lampiran 24 : Tabel Harga Kritik dari r Product Moment 196
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang
kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan
dirasakan secara langsung dalam perkembangan kehidupan masyarakat,
kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Besarnya pengaruh
pendidikan dalam kehidupan ditentukan oleh kualitas pendidikan itu sendiri.
Kualitas pendidikan hingga saat ini masih tetap merupakan suatu
permasalahan dalam usaha pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khusunya
kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mendapat perhatian besar dalam memajukan pengetahuan dan
teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Mata pelajaran Fisika baik yang ada di
SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata pelajaran IPA yang memperlajari
tentang sifat materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada hubungannya dengan
energi serta memperlajari keterkaitan antara konsep-konsep Fisika dengan kehidupan
nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan pemahaman
tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam tiap materi pelajaran tersebut.
Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study
(TIMSS) (Efendi, 2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab
2
nalar dan analisis, untuk bidang sains pada Tahun 1999 Indonesia menempati
peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari
46 negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49
negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembelajaran
fisika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah-masalah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan
yang muncul, perlu adanya pembaharuan-pembaharuan di lingkungan pendidikan
yang mengarahkan pembelajaran agar dapat selalu berpikir kritis. Banyak yang
beranggapan bahwa untuk dapat berpikir kritis memerlukan suatu tingkat
kecerdasan yang tinggi. Padahal, berpikir kritis dapat dilatih pada semua orang
untuk dipelajari. Di sini peranan pendidikan memberikan suatu konsep cara
belajar yang efektif.
Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha pemecahan masalah,
pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan
penemuan-penemuan keilmuan. Berpikir kritis diterapkan siswa untuk belajar
memecahkan masalah secara sistematis dalam menghadapi tantangan,
memecahkan masalah secara inovatif dan mendesain solusi yang mendasar.
Proses berpikir kritis hanya dapat muncul kalau ada keterbukaan pikiran,
3
sepenuhnya suatu kejadian. Berpikir kritis tetap menjaga keterbukaan pikiran
selama dia mencari untuk mendapatkan alasan, bukti dan kebenaran logika.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru. Tetapi guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan bukan satu satunya sumber informasi bagi siswa.
Sebaliknya siswa sebagai subyek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang
sangat luas untuk menentukan pencapaian kompetensi yang harus ia raih. Siswa
juga yang harus lebih aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang
dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu
dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar, guru mengajarkan
konsep melalui kegiatan yang kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan
secara aktif sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan
proses berpikirnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi
pembelajaran fisika dianggap sebagai hapalan, siswa dapat menyatakan konsep di
luar kepala tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa yang belajar dengan
hapalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991:111).
Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Swasta Teladan
Medan menunjukkan nilai rata-rata semester I untuk mata pelajaran fisika masih
rendah. Dari DKN (Daftar Kumpulan Nilai) T.P. 2009/2010 nilai rata-rata kelas
X-1 adalah 67,52 dan nilai rata-rata kelas X-2 adalah 66,93. Pada T.P. 2010/2011
nilai rata-rata kelas X-1 adalah 69,67 dan nilai rata-rata kelas X-2 adalah 67,44,
sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di sekolah tersebut adalah 65.
Berdasarkan KKM tersebut persentase ketuntasan kompetensi dasar semester I
4
Tabel 1. Persentase Ketuntasan KD T.P. 2009/2010 dan T.P. 2010/2011
NO Tahun Pembelajaran Rata-Rata Persentase Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 1. 2009/2010 67,23 88,89 % 11,11 % 2. 2010/2011 68,55 67,44 % 32,56 %
Dari tabel di atas pada T.P. 2009/2010 terdapat 88,89% siswa yang telah
memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 11,11% siswa belum tuntas dan
pada T.P. 2010/2011 terdapat 67,44% siswa yang telah memenuhi standar
ketuntasan sedangkan sisanya 32,56% siswa belum tuntas. Meskipun persentase
siswa yang sudah mencapai KKM besar, namun nilai yang diperoleh siswa sudah
ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas
pribadi/kelompok, kehadiran siswa, dan disiplin siswa, sehingga hasil belajar
siswa masih tergolong rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika SMA
Swasta Teladan Medan, dikatakan bahwa hal demikian bisa terjadi karena
perubahan jenjang dari siswa SMP menuju SMA. Ketika masih duduk di SMP
mata pelajaran IPA lebih dominan mempelajari biologi daripada fisika yang
menyebabkan minimnya pengetahuan dasar siswa terhadap pelajaran fisika.
Dalam proses pembelajaran cenderung menggunakan model pembelajaran
konvensional dan tidak menggunakan media pembelajaran. Penyebab yang lain
adalah penggunaan laboratorium sekolah juga masih terbatas yang disebabkan
oleh kelengkapan alat-alat dalam laboratorium masih kurang dan kondisi alat yang
tersedia sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya
minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Selain itu pemahaman konsep
5
kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian
secara analisis dan matematis.
Hal senada juga terlihat pada observasi awal yang dilakukan pada salah
satu kelas X di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan pada 19 Mei 2012
dengan jumlah siswa 32 orang. Pada kelas tersebut diberikan 7 butir pertanyaan
yang terdiri dari 3 butir pertanyaan pemahaman konsep dan 4 butir pertanyaan
berpikir kritis materi gerak lurus dengan rubrik penilaiannya berdasarkan
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis. Hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa pemahaman konsep dan tingkat kemampuan berpikir kritis
siswa di sekolah tersebut masih rendah. Secara umum, siswa memiliki
kemampuan yang baik dalam hal menuliskan variabel-variabel yang diketahui
pada soal, dan juga hal yang ditanyakan, namun untuk menyelesaikan masalah,
menganalisis (membedakan informasi), mensintesis (menggabungkan informasi),
siswa memiliki kemampuan yang rendah.
Sehubungan dengan masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang
dipilih dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran advance
organizer yang merupakan salah satu rumpun model pemrosesan informasi.
Advance organizer memiliki karakteristik interaktif, pengunaan contoh-contoh,
penyajian materi secara deduktif dan berurutan serta pengkaitan informasi baru
dengan konsep yang ada pada struktur kognitif siswa. Model pembelajaran
advance organizer dirancang untuk mengembangkan kemampuan mengolah
informasi dalam kapasitas untuk membentuk dan menghubungkan dengan
6
untuk menyelidiki lebih lanjut dan membiasakan siswa untuk berfikir secara cepat
dan belajar bermakna.
Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar
untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang
telah ada pada pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur
konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi
yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu. Advance organizer sebagai
materi pengantar berfungsi untuk menjembatani jurang yang terjadi antara apa
yang telah diketahui siswa dan apa yang dibutuhkan sebelum siswa berhasil
mempelajari tugas-tugas yang diberikan (Slameto, 2003:127). Selanjutnya
Ausubel (Dahar, 1991:117) mengatakan bahwa advance organizer mengarahkan
para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk
mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk
menanamkan pengetahuan baru.
Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi
advance organizer dalam pembelajaran, yakni Ivie (1998), Novak (2008), Githua
dan Rachel (2008), Putri (2010), Pachpande (2012), serta Shihusa dan Fred
(2009). Penelitian Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance organizer
mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan
evaluasi. Penelitian Novak (2008) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa
menggunakan advance organizer dalam bentuk peta konsep dapat meningkatkan
hasil belajar dibandingkan metode konvensional. Penelitian Githua dan Rachel
(2008) menyimpulkan bahwa Siswa yang diajarkan dengan advance organizer
7
siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Penelitian Putri (2010)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer memiliki pengaruh
yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa dibandingkan dengan
hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya
Pachpande (2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa model advance
organizer lebih efektif daripada metode konvensional pada pencapaian prestasi
siswa dalam pembelajaran matematika. Sementara Shihusa dan Fred (2009)
menyimpulkan bahwa advance organizer meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir
Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance
Organizerdan Model Pembelajaran Direct Instruction”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasikan
masalah yang ada di sekolah tersebut yaitu :
1. Penggunaan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru
menyebabkan pembelajaran kurang bermakna
2. Tidak adanya penggunaan media pembelajaran
3. Penggunaan laboratorium yang tidak maksimal karena terbatasnya
ketersediaan peralatan yang memiliki kondisi baik
4. Rendahnya hasil belajar fisika.
8
6. Pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa masih
rendah pada materi gerak lurus.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu :
1. Selama kegiatan pembelajaran, peneliti hanya membatasi pada
pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis siswa
2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kemampuan berpikir kritis
yang diperoleh melalui tes tertulis yang diberikan pada akhir penelitian
3. Materi pembelajaran Gerak Lurus
4. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran advance
organizerdan model pembelajarandirect instruction.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran advance organizerdan model pembelajaran direct
instruction?
2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis fisika siswa pada kelompok
pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman konsep awal rendah?
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran advance organizer dengan tingkat
pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
9
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis fisika siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran advance organizer dan model
pembelajaran direct instruction
2. Menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan kemampuan berpikir kritis
fisika siswa pada kelompok pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman
konsep awal rendah
3. Menganalisis apakah ada interaksi model pembelajaran advance organizer
dengan tingkat pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai referensi penerapan model pembelajaran advance organizer
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis bidang studi fisika
b. Sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar aktif,
bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
khususnya pada tingkat SMA sederajat.
d. Sebagai bahan pertimbangan maupun kerangka acuan bagi peneliti
10
1.7 Defenisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam pengertian
yang dikehendaki pada penelitian ini, maka penulis membuat definisi operasional
sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep merupakan suatu kegiatan memahami konsep.
Memahami berarti mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran,
baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui
pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses-proses kognitif dalam
kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan. (Anderson dan Krathwohl, 2010). Konsep adalah suatu
gagasan yang menyeluruh mengenai hukum (prinsip, azas) atau teori yang
mencakup berbagai hal yang terkandung dalam konsep tersebut (Darliana
dalam Sutarno, 2012). Pengelompokan pemahaman konsep awal pada
penelitian ini adalah siswa pemahaman konsep awal diatas rata-rata nilai
pemahaman konsep awal kelas dan siswa pemahaman konsep awal
dibawah rata-rata nilai pemahaman konsep awal kelas.
2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi
(Anggelo dalam Achmad, 2007).
3. Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar
untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan
11
struktur kognitif siswa dan pengetahuan mereka tentang pelajaran, serta
bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut
dengan baik ( Joyce, 2009).
4. Model pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan advance
organizer (AO) lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan direct
instruction(DI).
2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep
awal tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman
konsep awal rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model advance organizer (AO) dan direct
instruction (DI) dengan pemahaman konsep awal siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran dengan
pemahaman konsep awal tidak saling mempengaruhi dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Interaksi pada pembelajaran advance
organizer pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan
interaksi di pemahaman konsep awal rendah advance organizer, di
pemahaman konsep awal tinggi direct instruction, dan di pemahaman
konsep awal rendah direct instruction. Interaksi pemahaman konsep tinggi
direct instruction lebih baik dibandingkan interaksi pemahaman konsep
awal rendah advance organizer, dan interaksi pemahaman konsep awal
76
advance organizer lebih baik dibandingkan interaksi pemahaman konsep
awal rendah direct instruction.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya:
1. Dalam penyusunan rencana pembelajaran advance organizer (AO)
sebaiknya memperhatikan dan menyesuaikan alokasi waktu untuk setiap
fase pembelajaran dengan baik.
2. Dalam pelaksanaan advance organizer (AO), organizer yang ditampilkan
dalam bentuk peta konsep sebaiknya tidak memuat keterangan hubungan
dari setiap materi yang ada agar siswa dapat mengaktifkan kemampuan
berpikirnya dalam menentukan hubungan antarmateri pada organizer.
3. Materi yang disajikan hendaknya merupakan materi yang telah ada
sebelumnya dalam pengetahuan siswa agar siswa dapat melihat hubungan
104
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. 2007. Memahami berpikir Kritis. (Online).
(http://re-searchengines.com/1007arief3.html, diakses 13 Juni 2012)
Arends, R. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arikunto, S., 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta :
Bumi Aksara.
Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dalyono, M. 2005, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Darliana. 2011. Dasar Pemahaman Konsep dan Penyelesaian Masalah. (Online).
http://pipabdg.blogspot.com/2011/08/pemecahan-masalah-dengan-analisis-objek.html, diakses14 Mei 2012)
Djamarah, S.B. 2006, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Djiwandono, S. E.W. 2009, Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.
Efendi, R. 2010. Kemampuan fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trend Of
International On Mathematics and Science Study), Prosiding Seminar
Nasional Fisika 2010(Online).(http://www.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar% 20HFI%202010/CD%20Proceedings/Proceedings/FP%2012.pdf, diakses 14 Mei 2012)
Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. Australia : Cambridge
University Press
Githua, B.N., dan Rachel, A.N. 2008. Effects of advance organiser strategy during instruction on secondary school students’ mathematics achievement in
Kenya’s Nakuru district. International Journal of Science and
Mathematics Education.Volume 6, No. 3
Hake, R.R. 1998. Interactive engagement v.s traditional methods: six- thousand student survey of mechanics test data for introductory physics courses.
105
Ibrahim. 2010. Motivasi Belajar Berpikir Kritis. (Online).
(http://ibrahim.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_12.pdf, diakses 13 Juni 2012).
Ivie, S. D. 1988. Ausubel's Learning Theory: An Approach To Teaching Higher Order Thinking Skills.(educational psychologist David Paul Ausubel).
High School Journal82.1 (Oct 1998): p35(1).
Joyce, B., dan Weil, M. 2009. Models of Teaching.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kanginan, M. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurukulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Kusmanago, A. 2010. Aspek-Aspek Pemahaman Konsep. (Online).
(http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html, diakses 14 Mei 2012)
Margono, S.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka : Cipta.
Nasution, S. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara
Novak, J.D., P. Reiska., & M. Ahlberg. 2008. Study of concept maps usage effect
on meaningful learning frontier in Bloom's taxonomy for atomic structure mental concepts.Finland. hlm 1-4
Pachpande, N. G. 2012. Study of effect of advanced organizer model on
achievement of students in mathematics teaching at school level.Indian
Streams Research Journal.Volume 2, Issue. 6, Juli 2012
Putri, E. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Bidang
Studi Fisika. Kultura. Vol.11 No.1
Rastodio. 2009.Pengertian Mengajar. (Online). (http://rastodio.com/pembelajara
n/pengertian-mengajar.html, diakses 14 Mei 2012)
Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabet
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Shihusa, Hudson dan Fred N. Keraro. 2009. Using Advance Organizers to
Enhance Students Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & technology Education, 5(4), 413-420
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
106
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Supiyanto, (2007), Fisika Untuk Sma Kelas X, Jakarta : Phibeta.
Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sutarno. 2012.Kategori Pemahaman Konsep. (Online). (http://fisika21.wordpress
.com/2012/09/25/kategori-pemahaman-konsep/, diakses 12 Januari 2013)
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.
Surabaya: Prestasi Pustaka.
Uno, H., (2006),Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Usman, H. 2011. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahidin, D. 2008. Berpikir Kritis dan Pengembangannnya. (online).