• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

DAN MODEL PEMBELAJARAN

DIRECT INSTRUCTION

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

DEO DEMONTA PANGGABEAN

NIM : 8106175003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP AWAL DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS BIDANG STUDI FISIKA MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

DAN MODEL PEMBELAJARAN

DIRECT INSTRUCTION

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

DEO DEMONTA PANGGABEAN

NIM : 8106175003

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)

ANALISIS PEMAHAIT'IAN KONSEP

AWAL

DAIY

KEMAMPUAI\

BERPIKIR KRITIS

BIDAIYG STUDI

FISIKA

MENGGUNAKAIY

MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANI ZE R

DAN MODEL PEMBELAJARAN

DIRECT

INSTRACTION

Disusun dan diajukan oleh : DEO

DEMONTA PANGGABEAN

NIM: 8106175003

Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

pada Tanggal 26 Februari 2013 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Medan, 26 Februari 2013

Menyetujui Tim Pembimbing

Pembimbing

I

Pembimbing

tr

Pfof.

Dr. Sahyar,

M.S..M.M.

NIP. 19600426198503 1003

Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Dr. Retno

Dwi Suyanti M.Si.

NIP.

19660 126t9910E20A3

n Sibuea, M.Pd. Mengetahui:

(4)

PERSETUJUAN

DEWAN PENGUJI

UJIA}{

TESIS

MAGISTER PENDIDIKAI\I

FISIKA

NO.

NAMA

Prof.

Dr. Sahyar,

M.S, M.M.

NIP.19600426 198s03

I

003 (Pembimbing

t)

Ilr. Retno Dwi Suyanti,

M.Si

rrrP. 19660126 19103

2 003 (Pembimbine

II)

Dr.

Nurdin Bukit, M.Si

htrP. 1964$418 199003 I m3 @enguji)

Dr. Mariati P. Simanjuntab M.Si

I\IIP. 197111192W209 2 001 (Peneuji)

Dr.

Ridwan A. Sani,

M.Si

NIP. 19640610 U8803

t

Afi

(Penguji)

TAI\IDA

TAI\IGAI\

(5)

Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat dan Memalsukan Data

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Deo Demonta Panggabean

NIM

: 8106175003

Program studi : Pendidikan Fisika

Angkatan

:

XD(

(Sembilan Belas)

Judul

Tesis :

Analisis Pemahaman Konsep

Awal dan Kemampuan

Berpikir Kritis

Bidang Studi Fisika

Menggunakan

Model

Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction.

Dengan ini menyatakan bahwa:

1- Benar tesis saya adalah karya

saya sendiri, bukan dikerjakan orang lain

2.

Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan tesis saya

3.

Saya tidak merubah atau memalsukan data penelitian saya

Jika ternyata dikemudian hari terbukti saya telah melakukan salatr satu hal di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi yang berlaku berupa pencopotan gelar saya. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarrya

Medan,07 Fehruari 2013 membuat pernyataan Mengetahui

Asisten Direktur

X,b

Syarifuddin, M. Sc.,Ph.D NIP. 19591 1 22198601 1001

(6)

ABSTRAK

Deo Demonta Panggabean, Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2013.

(7)

ABSTRACT

Deo Demonta Panggabean. The analysis of understanding the beginning concept and the ability in critical thinking in the physic lesson by using advance organizer and direct instruction models

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model

Pembelajaran Advance Organizer dan Model Pembelajaran Direct

Instruction”, disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai Ketua Program studi Pendidikan Fisika dan pembimbing I, serta Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika dan narasumber 1, Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si sebagai narasumber II, dan Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si sebagai narasumber III yang telah memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D sebagai Asisten Direktur I Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 4. Bapak Drs. Jongor Ranto Panjaitan sebagai kepala sekolah SMA Swasta

(9)

5. Teristimewa Ayahanda Joitan Panggabean dan Ibunda Nismah Pinem yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi serta kasih saying yang tak pernah berhenti.

6. Kakanda Justice Zeni Zari Panggabean, M.Pd.K, Abangda Christ Calman Cancer Panggabean, S.E, Adinda Rizky Junaedi Panggabean serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan.

7. Kekasih hati Drima Yance Parhusip, Am.Keb., SKM, yang selalu memberikan perhatian, semangat dan motivasi kepada penulis.

8. Rekan seperjuangan angkatan XIX Prodi Fisika : Dede, Ika, Melda, Pinondang, Rofikoh dan teman-teman sekalian yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Februari 2013 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

LEMBAR PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

1.7. Defenisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1 Kerangka Teoritis 12

2.1.1 Pengertian Belajar 12

2.1.2 Teori-Teori Belajar 18

2.1.3 Pengertian Mengajar 23

2.1.4 Pemahaman Konsep 25

2.1.5 Kemampuan Berpikir Kritis 34 2.1.6 Model Pembelajaran Advance Organizer 39 2.1.7 Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) 47 2.1.8 Penelitian yang Relevan 50

2.2 Kerangka Konseptual 51

2.2.1. Ada Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Menggunakan Model Pembelajaran Advance Organizerdan Direct Instruction 51 2.2.2. Ada Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika untuk

Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah 53 2.2.3. Tidak Ada Interaksi Model Pembelajaran Advance Organizerdengan

Tingkat Pemahaman Konsep Awal Siswa dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis 55

2.3 Hipotesis 56

BAB III METODE PENELITIAN 57

(11)

3.3 Variabel Penelitian 58 3.4 Jenis dan Desain Penelitian 58

3.5 Prosedur penelitian 60

3.6 Instrumen Penelitian 63

3.6.1 Tes Pemahaman Konsep Awal 63 3.6.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis 63

3.6.3 Validitas Tes 64

3.6.4 Reliabilitas Tes 67

3.6.5 Tingkat Kesukaran Tes 69

3.6.6 Daya Pembeda Tes 70

3.7 Teknik Analisis Data 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 75

4.1 Hasil Penelitian 75

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 75

4.1.1.1 Pretes 75

4.1.1.2 Pemahaman Konsep Awal 78

4.1.1.3 Postest 79

4.1.1.3.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis DI dan AO 80 4.1.1.3.2 Analisis Berpikir Kritis Pada Pemahaman Konsep Awal Tinggi 82 4.1.1.3.3 Analisis Berpikir Kritis Pada Pemahaman Konsep Awal Rendah 83 4.1.1.3.4 Analisis Berpikir Kritis Pada Pemahaman Konsep Awal Tinggi

dan Rendah 85

4.1.1.3.5 Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis 87 4.1.1.3.6 Pengujian Hipotesis 87

4.2 Pembahasan 96

4.2.1 Terdapat Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Melalui Advance Organizer (AO) dan Direct Instruction(DI) 96 4.2.2 Terdapat Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Antara

Siswa yang Memiliki Kemampuan Pemahaman Konsep Awal

Rendah dan Konsep Awal Tinggi 98 4.2.3 Tidak Terdapat Interaksi Antara Advance Organizer (AO) dan

Direct Instruction(DI) dengan Pemahaman Konsep Siswa untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102

5.1 Kesimpulan 102

5.2 Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 104

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Persentase Ketuntasan KD T.P. 2009/2010 dan T.P. 2010/2011 4 Tabel 2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 20 Tabel 2.2 Aspek dan Indikator Pemahaman Konsep 34 Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis 38 Tabel 2.4 Sintaks Model Pembelajaran Advance Organizer 45

Tabel 2.5 Sintaks Pembelajaran Langsung 48

Tabel 2.6 Perbedaan Teacher Centered denganStudent Centered 49

Tabel 2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan 50

Tabel 3.1 Two Group Pretes-Postest Design 59

Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA 2x2 59

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Awal 63 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 64 Tabel 3.5 Koefisien Korelasi Instrument Kemampuan Berpikir Kritis 67 Tabel 3.6 Statistik Realibilitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis 68 Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 70 Tabel 3.8 Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 71

Tabel 3.9 Rangkuman Kelayakan Instrumen 72

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas DI dan AO 75

Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas DI 76 Tabel 4.3 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas AO 76 Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians dan Rata-Rata Nilai Pretes

Kelas DI dan AO 77

Tabel 4.5 Data Pemahaman Konsep Awal Kelas DI dan AO 78 Tabel 4.6 Data Konsep Awal Tinggi dan Rendah Kelas DI dan AO 79

Tabel 4.7 Data Postest DI dan AO 80

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Kemamapuan Berpikir Kritis DI dan AO 80 Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Awal Tinggi 82 Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Konsep Awal Rendah 83 Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Berpikir Kritis Pemahaman Konsep Awal

Tinggi dan Rendah 85

Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis 86

Tabel 4.13 Uji Normalitas Postes Kelas DI 88

Tabel 4.14 Uji Normalitas Postes Kelas AO 88

Tabel 4.15 Uji Homogenitas Postes 89

Tabel 4.16 Jumlah Siswa Pemahaman Konsep Awal Rendah dan Tinggi 89

Tabel 4.17 Statistik ANOVA 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 107

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 122

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 137

Lampiran 2 : Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Awal 157

Lampiran 3 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis 159

Lampiran 4 : Instrumen Tes Pemahaman Konsep Awal 167

Lampiran 5 : Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 168

Lampiran 6 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 170

Lampiran 7 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis 176

Lampiran 8 : Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis 177

Lampiran 9 : Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol 179

Lampiran 10 : Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen 180

Lampiran 11 : Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol 181

Lampiran 12 : Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen 182

Lampiran 13 : Rekapitulasi Tes Pemahaman Konsep Awal Kelas Kontrol 183

Lampiran 14 : Rekapitulasi Tes Pemahaman Konsep Awal Kelas Eksperimen184

Lampiran 15 : Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis Konsep Awal

Tinggi dan Rendah Kelas Kontrol 185

Lampiran 16 : Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis Konsep Awal

Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen 186

Lampiran 17 : Perhitungan Gain Ternormalisasi Kemampuan Berpikir Kritis 187

Lampiran 18 : Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 188

Lampiran 19 : Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 189

Lampiran 20 : Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 190

Lampiran 21 : Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 191

Lampiran 22 : Uji Homogenitas Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 192

Lampiran 23 : Uji Hipotesis ANOVA 2 Jalur 193

Lampiran 24 : Tabel Harga Kritik dari r Product Moment 196

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan

dirasakan secara langsung dalam perkembangan kehidupan masyarakat,

kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Besarnya pengaruh

pendidikan dalam kehidupan ditentukan oleh kualitas pendidikan itu sendiri.

Kualitas pendidikan hingga saat ini masih tetap merupakan suatu

permasalahan dalam usaha pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khusunya

kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu cabang ilmu

pengetahuan yang mendapat perhatian besar dalam memajukan pengetahuan dan

teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang

diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Mata pelajaran Fisika baik yang ada di

SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata pelajaran IPA yang memperlajari

tentang sifat materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada hubungannya dengan

energi serta memperlajari keterkaitan antara konsep-konsep Fisika dengan kehidupan

nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan pemahaman

tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam tiap materi pelajaran tersebut.

Data The Trends in Internasional Mathematics and Sciense Study

(TIMSS) (Efendi, 2010) menyebutkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab

(16)

2

nalar dan analisis, untuk bidang sains pada Tahun 1999 Indonesia menempati

peringkat 32 dari 38 negara, Tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari

46 negara, sedangkan Tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49

negara. Rendahnya hasil TIMSS ini tidak terlepas dari proses pembelajaran yang

dilaksanakan di sekolah-sekolah.

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembelajaran

fisika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah-masalah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan

yang muncul, perlu adanya pembaharuan-pembaharuan di lingkungan pendidikan

yang mengarahkan pembelajaran agar dapat selalu berpikir kritis. Banyak yang

beranggapan bahwa untuk dapat berpikir kritis memerlukan suatu tingkat

kecerdasan yang tinggi. Padahal, berpikir kritis dapat dilatih pada semua orang

untuk dipelajari. Di sini peranan pendidikan memberikan suatu konsep cara

belajar yang efektif.

Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha pemecahan masalah,

pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan

penemuan-penemuan keilmuan. Berpikir kritis diterapkan siswa untuk belajar

memecahkan masalah secara sistematis dalam menghadapi tantangan,

memecahkan masalah secara inovatif dan mendesain solusi yang mendasar.

Proses berpikir kritis hanya dapat muncul kalau ada keterbukaan pikiran,

(17)

3

sepenuhnya suatu kejadian. Berpikir kritis tetap menjaga keterbukaan pikiran

selama dia mencari untuk mendapatkan alasan, bukti dan kebenaran logika.

Proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru. Tetapi guru hanya

berperan sebagai fasilitator dan bukan satu satunya sumber informasi bagi siswa.

Sebaliknya siswa sebagai subyek proses pembelajaran diberi keleluasaan yang

sangat luas untuk menentukan pencapaian kompetensi yang harus ia raih. Siswa

juga yang harus lebih aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang

dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu

dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.

Pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar, guru mengajarkan

konsep melalui kegiatan yang kurang berpusat pada siswa. Siswa tidak dilibatkan

secara aktif sehingga kurang memberikan kesempatan untuk mengembangkan

proses berpikirnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang menyebabkan isi

pembelajaran fisika dianggap sebagai hapalan, siswa dapat menyatakan konsep di

luar kepala tetapi tidak mampu memaknai maknanya. Siswa yang belajar dengan

hapalan tingkat kebermaknaannya akan relatif rendah (Dahar, 1991:111).

Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Swasta Teladan

Medan menunjukkan nilai rata-rata semester I untuk mata pelajaran fisika masih

rendah. Dari DKN (Daftar Kumpulan Nilai) T.P. 2009/2010 nilai rata-rata kelas

X-1 adalah 67,52 dan nilai rata-rata kelas X-2 adalah 66,93. Pada T.P. 2010/2011

nilai rata-rata kelas X-1 adalah 69,67 dan nilai rata-rata kelas X-2 adalah 67,44,

sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di sekolah tersebut adalah 65.

Berdasarkan KKM tersebut persentase ketuntasan kompetensi dasar semester I

(18)

4

Tabel 1. Persentase Ketuntasan KD T.P. 2009/2010 dan T.P. 2010/2011

NO Tahun Pembelajaran Rata-Rata Persentase Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas 1. 2009/2010 67,23 88,89 % 11,11 % 2. 2010/2011 68,55 67,44 % 32,56 %

Dari tabel di atas pada T.P. 2009/2010 terdapat 88,89% siswa yang telah

memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya 11,11% siswa belum tuntas dan

pada T.P. 2010/2011 terdapat 67,44% siswa yang telah memenuhi standar

ketuntasan sedangkan sisanya 32,56% siswa belum tuntas. Meskipun persentase

siswa yang sudah mencapai KKM besar, namun nilai yang diperoleh siswa sudah

ada nilai tambahan dari guru yaitu penilaian guru terhadap tugas

pribadi/kelompok, kehadiran siswa, dan disiplin siswa, sehingga hasil belajar

siswa masih tergolong rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika SMA

Swasta Teladan Medan, dikatakan bahwa hal demikian bisa terjadi karena

perubahan jenjang dari siswa SMP menuju SMA. Ketika masih duduk di SMP

mata pelajaran IPA lebih dominan mempelajari biologi daripada fisika yang

menyebabkan minimnya pengetahuan dasar siswa terhadap pelajaran fisika.

Dalam proses pembelajaran cenderung menggunakan model pembelajaran

konvensional dan tidak menggunakan media pembelajaran. Penyebab yang lain

adalah penggunaan laboratorium sekolah juga masih terbatas yang disebabkan

oleh kelengkapan alat-alat dalam laboratorium masih kurang dan kondisi alat yang

tersedia sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya

minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Selain itu pemahaman konsep

(19)

5

kesulitan dalam mengerjakan persoalan fisika yang membutuhkan penyelesaian

secara analisis dan matematis.

Hal senada juga terlihat pada observasi awal yang dilakukan pada salah

satu kelas X di SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan pada 19 Mei 2012

dengan jumlah siswa 32 orang. Pada kelas tersebut diberikan 7 butir pertanyaan

yang terdiri dari 3 butir pertanyaan pemahaman konsep dan 4 butir pertanyaan

berpikir kritis materi gerak lurus dengan rubrik penilaiannya berdasarkan

pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis. Hasil yang diperoleh

menunjukan bahwa pemahaman konsep dan tingkat kemampuan berpikir kritis

siswa di sekolah tersebut masih rendah. Secara umum, siswa memiliki

kemampuan yang baik dalam hal menuliskan variabel-variabel yang diketahui

pada soal, dan juga hal yang ditanyakan, namun untuk menyelesaikan masalah,

menganalisis (membedakan informasi), mensintesis (menggabungkan informasi),

siswa memiliki kemampuan yang rendah.

Sehubungan dengan masalah di atas, salah satu model pembelajaran yang

dipilih dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran advance

organizer yang merupakan salah satu rumpun model pemrosesan informasi.

Advance organizer memiliki karakteristik interaktif, pengunaan contoh-contoh,

penyajian materi secara deduktif dan berurutan serta pengkaitan informasi baru

dengan konsep yang ada pada struktur kognitif siswa. Model pembelajaran

advance organizer dirancang untuk mengembangkan kemampuan mengolah

informasi dalam kapasitas untuk membentuk dan menghubungkan dengan

(20)

6

untuk menyelidiki lebih lanjut dan membiasakan siswa untuk berfikir secara cepat

dan belajar bermakna.

Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar

untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang

telah ada pada pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur

konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi

yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu. Advance organizer sebagai

materi pengantar berfungsi untuk menjembatani jurang yang terjadi antara apa

yang telah diketahui siswa dan apa yang dibutuhkan sebelum siswa berhasil

mempelajari tugas-tugas yang diberikan (Slameto, 2003:127). Selanjutnya

Ausubel (Dahar, 1991:117) mengatakan bahwa advance organizer mengarahkan

para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk

mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk

menanamkan pengetahuan baru.

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi

advance organizer dalam pembelajaran, yakni Ivie (1998), Novak (2008), Githua

dan Rachel (2008), Putri (2010), Pachpande (2012), serta Shihusa dan Fred

(2009). Penelitian Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance organizer

mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi pada level analisis, sintesis dan

evaluasi. Penelitian Novak (2008) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa

menggunakan advance organizer dalam bentuk peta konsep dapat meningkatkan

hasil belajar dibandingkan metode konvensional. Penelitian Githua dan Rachel

(2008) menyimpulkan bahwa Siswa yang diajarkan dengan advance organizer

(21)

7

siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Penelitian Putri (2010)

menyimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer memiliki pengaruh

yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa dibandingkan dengan

hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya

Pachpande (2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa model advance

organizer lebih efektif daripada metode konvensional pada pencapaian prestasi

siswa dalam pembelajaran matematika. Sementara Shihusa dan Fred (2009)

menyimpulkan bahwa advance organizer meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pemahaman Konsep Awal dan Kemampuan Berpikir

Kritis Bidang Studi Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Advance

Organizerdan Model Pembelajaran Direct Instruction”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasikan

masalah yang ada di sekolah tersebut yaitu :

1. Penggunaan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru

menyebabkan pembelajaran kurang bermakna

2. Tidak adanya penggunaan media pembelajaran

3. Penggunaan laboratorium yang tidak maksimal karena terbatasnya

ketersediaan peralatan yang memiliki kondisi baik

4. Rendahnya hasil belajar fisika.

(22)

8

6. Pemahaman konsep fisika dan kemampuan berpikir kritis siswa masih

rendah pada materi gerak lurus.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu

dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu :

1. Selama kegiatan pembelajaran, peneliti hanya membatasi pada

pemahaman konsep awal dan kemampuan berpikir kritis siswa

2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kemampuan berpikir kritis

yang diperoleh melalui tes tertulis yang diberikan pada akhir penelitian

3. Materi pembelajaran Gerak Lurus

4. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran advance

organizerdan model pembelajarandirect instruction.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran advance organizerdan model pembelajaran direct

instruction?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis fisika siswa pada kelompok

pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman konsep awal rendah?

3. Apakah ada interaksi model pembelajaran advance organizer dengan tingkat

pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

(23)

9

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis fisika siswa

yang diajarkan dengan model pembelajaran advance organizer dan model

pembelajaran direct instruction

2. Menganalisis apakah ada perbedaan kemampuan kemampuan berpikir kritis

fisika siswa pada kelompok pemahaman konsep awal tinggi dan pemahaman

konsep awal rendah

3. Menganalisis apakah ada interaksi model pembelajaran advance organizer

dengan tingkat pemahaman konsep awal siswa untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai referensi penerapan model pembelajaran advance organizer

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis bidang studi fisika

b. Sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar aktif,

bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam

pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

khususnya pada tingkat SMA sederajat.

d. Sebagai bahan pertimbangan maupun kerangka acuan bagi peneliti

(24)

10

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam pengertian

yang dikehendaki pada penelitian ini, maka penulis membuat definisi operasional

sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep merupakan suatu kegiatan memahami konsep.

Memahami berarti mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran,

baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui

pengajaran, buku, atau layar komputer. Proses-proses kognitif dalam

kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan

menjelaskan. (Anderson dan Krathwohl, 2010). Konsep adalah suatu

gagasan yang menyeluruh mengenai hukum (prinsip, azas) atau teori yang

mencakup berbagai hal yang terkandung dalam konsep tersebut (Darliana

dalam Sutarno, 2012). Pengelompokan pemahaman konsep awal pada

penelitian ini adalah siswa pemahaman konsep awal diatas rata-rata nilai

pemahaman konsep awal kelas dan siswa pemahaman konsep awal

dibawah rata-rata nilai pemahaman konsep awal kelas.

2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang

tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal

permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi

(Anggelo dalam Achmad, 2007).

3. Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar

untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan

(25)

11

struktur kognitif siswa dan pengetahuan mereka tentang pelajaran, serta

bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut

dengan baik ( Joyce, 2009).

4. Model pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar

yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang

terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang

(26)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan advance

organizer (AO) lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan direct

instruction(DI).

2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep

awal tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki pemahaman

konsep awal rendah.

3. Tidak terdapat interaksi antara model advance organizer (AO) dan direct

instruction (DI) dengan pemahaman konsep awal siswa untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran dengan

pemahaman konsep awal tidak saling mempengaruhi dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis. Interaksi pada pembelajaran advance

organizer pemahaman konsep awal tinggi lebih baik dibandingkan

interaksi di pemahaman konsep awal rendah advance organizer, di

pemahaman konsep awal tinggi direct instruction, dan di pemahaman

konsep awal rendah direct instruction. Interaksi pemahaman konsep tinggi

direct instruction lebih baik dibandingkan interaksi pemahaman konsep

awal rendah advance organizer, dan interaksi pemahaman konsep awal

(27)

76

advance organizer lebih baik dibandingkan interaksi pemahaman konsep

awal rendah direct instruction.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki

beberapa saran untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya:

1. Dalam penyusunan rencana pembelajaran advance organizer (AO)

sebaiknya memperhatikan dan menyesuaikan alokasi waktu untuk setiap

fase pembelajaran dengan baik.

2. Dalam pelaksanaan advance organizer (AO), organizer yang ditampilkan

dalam bentuk peta konsep sebaiknya tidak memuat keterangan hubungan

dari setiap materi yang ada agar siswa dapat mengaktifkan kemampuan

berpikirnya dalam menentukan hubungan antarmateri pada organizer.

3. Materi yang disajikan hendaknya merupakan materi yang telah ada

sebelumnya dalam pengetahuan siswa agar siswa dapat melihat hubungan

(28)

104

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami berpikir Kritis. (Online).

(http://re-searchengines.com/1007arief3.html, diakses 13 Juni 2012)

Arends, R. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Companies.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Arikunto, S., 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta :

Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Dahar, R. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dalyono, M. 2005, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Darliana. 2011. Dasar Pemahaman Konsep dan Penyelesaian Masalah. (Online).

http://pipabdg.blogspot.com/2011/08/pemecahan-masalah-dengan-analisis-objek.html, diakses14 Mei 2012)

Djamarah, S.B. 2006, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djiwandono, S. E.W. 2009, Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Efendi, R. 2010. Kemampuan fisika Siswa Indonesia dalam TIMSS (Trend Of

International On Mathematics and Science Study), Prosiding Seminar

Nasional Fisika 2010(Online).(http://www.fi.itb.ac.id/~dede/Seminar% 20HFI%202010/CD%20Proceedings/Proceedings/FP%2012.pdf, diakses 14 Mei 2012)

Fisher, A. 2001. Critical Thinking An Introduction. Australia : Cambridge

University Press

Githua, B.N., dan Rachel, A.N. 2008. Effects of advance organiser strategy during instruction on secondary school students’ mathematics achievement in

Kenya’s Nakuru district. International Journal of Science and

Mathematics Education.Volume 6, No. 3

Hake, R.R. 1998. Interactive engagement v.s traditional methods: six- thousand student survey of mechanics test data for introductory physics courses.

(29)

105

Ibrahim. 2010. Motivasi Belajar Berpikir Kritis. (Online).

(http://ibrahim.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_12.pdf, diakses 13 Juni 2012).

Ivie, S. D. 1988. Ausubel's Learning Theory: An Approach To Teaching Higher Order Thinking Skills.(educational psychologist David Paul Ausubel).

High School Journal82.1 (Oct 1998): p35(1).

Joyce, B., dan Weil, M. 2009. Models of Teaching.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kanginan, M. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurukulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kusmanago, A. 2010. Aspek-Aspek Pemahaman Konsep. (Online).

(http://aguskusmanago.blogspot.com/2010/04/aspek-aspek-pemahaman-konsep.html, diakses 14 Mei 2012)

Margono, S.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineka : Cipta.

Nasution, S. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Novak, J.D., P. Reiska., & M. Ahlberg. 2008. Study of concept maps usage effect

on meaningful learning frontier in Bloom's taxonomy for atomic structure mental concepts.Finland. hlm 1-4

Pachpande, N. G. 2012. Study of effect of advanced organizer model on

achievement of students in mathematics teaching at school level.Indian

Streams Research Journal.Volume 2, Issue. 6, Juli 2012

Putri, E. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Bidang

Studi Fisika. Kultura. Vol.11 No.1

Rastodio. 2009.Pengertian Mengajar. (Online). (http://rastodio.com/pembelajara

n/pengertian-mengajar.html, diakses 14 Mei 2012)

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabet

Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Shihusa, Hudson dan Fred N. Keraro. 2009. Using Advance Organizers to

Enhance Students Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & technology Education, 5(4), 413-420

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

(30)

106

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Supiyanto, (2007), Fisika Untuk Sma Kelas X, Jakarta : Phibeta.

Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sutarno. 2012.Kategori Pemahaman Konsep. (Online). (http://fisika21.wordpress

.com/2012/09/25/kategori-pemahaman-konsep/, diakses 12 Januari 2013)

Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.

Surabaya: Prestasi Pustaka.

Uno, H., (2006),Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Usman, H. 2011. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahidin, D. 2008. Berpikir Kritis dan Pengembangannnya. (online).

Gambar

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Belajar
Tabel 1. Persentase Ketuntasan KD T.P. 2009/2010 dan T.P. 2010/2011

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Maka Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bone Bolango Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut :.

Therefore, if the irrigation water in rice cultivation containing vinasse, then of course the rice crop will provide growth response varies according to the characteristics

Pengetahuan Kebijakan Rencana Tanggap Darurat Sistim Peringatan Bencana Kemampuan Memobilisasi Sumber Daya Indeks sekolah KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH. „ Komunitas sekolah

Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana efektivitas pelaksanaan program P4GN yang dilihat melalui alat ukur penelitian

(2) Dengan dibentuknya Desa Kaduagung Tengah Kecamatan Cibadak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka wilayah kerja Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak dikurangi

Deming’s Seven Deadly Diseases ini merupakan ringkas-an dari pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat merintangi transformsi menuju kemajuan bisnis berkualitas tingkat

Pada musim timur hingga musim peralihan timur-barat, nilai rata-rata SPL cenderung lebih tinggi dan sebaliknya pada musim barat hingga musim peralihan barat-timur rata-rata