NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH
UNTUK UKM BATIK
(Studi Kasus di Batik Y Laweyan)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh:
GEA AYUNING KAWURYAN
D 600 090 036
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
e I0z
Iunf
'euB)lsrnse>lelsnd rBUBp tuel€p u€>ltnqeslp u€p Iul q")lseu luelep
dltqp
sIInUel urecas EnerII?neI
ourel Euurosllntlp
qeu:ed Euet elmq nele ledepued pdeprol >1upr1 e8n[ e'(es uBnqspEuadeEueluedes
uep
rEfiurl
uemnEre4n]Pns
Ip
ueeuefteselrule8
qeloredueur
{n}un
ue:pfeqqeured Eued u,ftu4
pdeprel
{epp
1uIJIqIY
su8nl ei(qeq
uu1e1u'(ueur e'(esrut
ueEua6PERANCANGAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH
UNTUK UKM BATIK
(Studi Kasus di Batik Y Laweyan)
1
Gea Ayuning Kawuryan
2
Ratnanto Fitriadi, 2Ida Nursanti
1
Mahasiswa Teknik Industri UMS,2Dosen Teknik Industri UMS
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura, Surakarta 57102 Telp. 0271 717417
ABSTRAKSI
Industri yang survive dan kompetitif adalah industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga mampu menjadi industri yang survive dan mampu bersaing dipasar global. Perkembangan industri batik ini semakin meningkat setiap tahunnya. Bukan hanya perkembangan teknologi yang harus diikuti tetapi juga pemikiran terhadap lingkungan sekitar area usaha. Salah satu UKM penghasil produk batik di kota Solo adalah UKM Batik Y yang berada di Pajang, Solo. UKM Sekar Arum ini memiliki dua tempat produksi yaitu tempat produksi warna muda dan warna tua.UKM tersebut dalam memproduksi batik yang dihasilkan belum memperhatikan adanya pengaruh buruk terhadap lingkungan sekitar atau ekosistem disekitar tempat produksi. Selain itu, UKM tersebut juga tidak memperhatikan tentang tata letak fasilitas yang digunakan dalam proses produksi
Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan perancangan strategi produksi bersih adalah mengidentifikasi proses produksi dan bahan-bahan yang digunakan. Dengan mengidentifikasi hal tersebut maka penulis akan mengetahui apakah yang membuat produksi batik tersebut tidak baik.
Dari hasil penelitian dan pengujian agar kadar limbah yang meliputi BOD, COD dan pH sesuai baku mutu harus dilakukan 3 kali proses penyaringan. Untuk menerapkan strategi produksi dapat dilakukan dengan cara penataan ulang fasilitas dan alat-alat proses produksi dan juga dapat dilakukan dengan cara penambahan fasilitas.
Kata Kunci: cleanner production, limbah, lay out, proses produksi
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Industri batik di kota Solo juga memberikan kontribusi yang besar karena tingginya permintaan produk batik di dalam negeri ataupun diluar negeri sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Kompasiana.com). Namun, dalam pembuatan batik tersebut tak jarang UKM batik yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar dan masih jarang yang menerapkan strategi produksi bersih atau Cleaner Production pada proses produksinya.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi proses produksi
2. Analisa dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh UKM Batik Y.
1. Cleaner Production
Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Winardi dan Ina, 2006).
2. Limbah
Limbah juga dapat diartikan sebagai benda yang dibuang, baik berasal dari alam ataupun dari hasil proses teknologi. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran. Dalam kata arti lain limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah menurut karateristiknya dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu: 1. Limbah Cair
2. Limbah Padat 3. Limbah Gas
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) 3.
Parameter Limbah Cair
Dalam pengukuran parameter limbah cair yang perlu diperhatikan adalah nilai BOD,COD dan
pH dari limbah cair tersebut. Apabila nilai BOD, COD dan pH memlebihi baku mutu yang telah
ditetapkan maka dapat dikategorikan limbah cair tersebut berbahaya dan diperlukan tindakan untuk
pengolahan limbah cair
4. Batik
Dalam bahasa Jawa sendiripun, kata batik berasal dari kata „tik‟, yang mempunyai korelasi pada sesuatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang halus, lembut, detil, dan memiliki unsur keindahan secara visual. Secara etimologis, batik berarti menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk corak yang terdiri atas titik dan garis. Sedangkan jika ditinjau sebagai kata benda, batik merupakan hasil penggambaran corak di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat menggambar dan malam sebagai zat perintangnya. Dengan kata lain, membatik merupakan penerapan corak di atas kain melalui proses celup rintang warna dengan malam sebagai medium perintang.
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi
a. Identifikasi Limbah b. Identifikasi Proses c. Identifikasi Lingkungan 2. Wawancara
3. Studi Kepustakaan
Mulai
Identifikasi awal (pengumpulan data awal)
Bahan dan Proses
Limbah Cair
(BOD,COD,Ph) Lingkungan
Pengolahan Data
Identifikasi Bahan dan Proses (Teknik pembuatan)
Limbah: BOD COD pH
Lingkungan: Layout Lingkungan UKM
Perbaikkann dengan strategi cleaner production
Analisis peningkatan manajemen lingkungan
Kesimpulan dan Saran
Selesai Perumusan masalah
BOD,COD dan pH < Ambang Batas
Ya
Tidak
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi proses produksi dan bahan
Proses pembatikkan pada batik cap secara garis besarnya dibagi menjadi: a. Proses Persiapan
c. Proses Pewarnaan d. Proses Pelorodan
e. Proses Pembilasan (pencucian)
System Boundary dari proses produksi batik dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:
Persiapan Pengecapan Pewarnaan
Pembilasan Pengeringan
Kain/Katun
Kain batik Pelorodan
Warna 1/2/3 kali
Waste (1)
Malam Naptol dan Garam naptol, air sir, air soda abu
Kanji
Pembilasan Pengeringan
Emisi dan waste
(2) Waste (3) Waste (4)
Waste (6) Waste (5) Manufacturing Prosecess Batik
Gam bar4.2.1 System Boundary batik
2. Identifikasi Limbah Produksi
Dari hasil analisa diatas dapat diketahui bahwa limbah yang dihasilkan oleh batik dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Limbah Padat: perca mori, lelehan malam dan sisa malam. b. Limbah Gas: gas CO, CO2 dan SO2
c. Limbah Cair: sisa pewarnaan, sisa pembilasan 1, sisa pelorodan, sisa pembilsan 2.
Limbah cair dihasilkan dari beberapa stasiun kerja yaitu dari stasiun kerja pewarnaan (limbah cair hasil pewarnaan), stasiun kerja pembilasan 1 (limbah cair hasil pembilasan 1), stasiun kerja pelorodan (limbah cair hasil pelorodan) dan stasiun kerja pembilasan 2 (limbah cair hasil pembilasan 2). Untuk mengetahui apakah limbah cair tersebut mencemari lingkungan, maka dilakukan pengukuran terhadap limbah cair tersebut dengan parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah COD, BOD dan pH. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1 Pengukuran Limbah Cair Batik
Asal Limbah Cair BOD COD pH
Data
Baku
Mutu Data
Baku
Mutu Data Baku Mutu
Sisa pewarnaan 406,0
60
1.592
150
9,3
6 sampai 9
Sisa pembilasan 1 33,6 135 6,0
Sisa pelorodan 1.045,0 3.483 5,8
Sisa pembilasan 2 27,2 92 6,7
Sumber:Bakti Husada Yogyakarta, 15 Mei 2013
3. Tata Letak Produksi
1 2 4 3 5 6 7 8 9 10 13 11 12
Stasiun Kerja Jarak Pemotongan ke
Pengecapan 12,3 m Pengecapan ke pewarnaan Pewarnaan ke pembilasan Pembilasan ke pelorodan Pelorodan ke pembilasan Pembilasan ke pengeringan 5,3 m 3,6 m 1,6 m 1,6 m 4,2 m
Aliran proses kain Aliran malam 14
Pemasakan malam ke pengecapan Sisa Malam ke
pemasakan malam 5,6 m 3,7 m Pengeringan ke gudang barang jadi 3,9 m Keterangan :
1. Pemotongan Kain dan gudang barang jadi
2. Pengecapan batik dengan malam
3. Gudang
4. Naptol 5. Garam Naptol 6. Air sir 7. Air soda 8. Air Pembilasan 1 9. Air pembilasan 2 10. Pelorodan 11. Selokan
12. Tempat Pengeringan 13. Pembuatan malam 14. Sisa-sisa malam
Gambar 4.3 Tata letak produksi Batik Y
4. Rekomendasi Produksi Bersih a. Penanganan Limbah
Dalam menangani limbah batik, dilakukan penanganan yang berbeda-beda untuk tiap kategori limbah.
1). Limbah Cair
dengan penyaringan air limbah sebanyak 3 kali dengan filter berupa arang, serabut kelapa dan pasir. Sehingga didapatkan hasil olahan limbah cair yang ramah lingkungan. hal itu terbukti dengan adanya pengujian air limbah setelah diolah. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 4.4.1.1 hasil uji limbah 3 kali penyaringan
Asal LimbahCair
BOD COD pH
Data Baku Mutu Data Baku Mutu Data Baku Mutu sisa
pewarnaan 58,1
60
145,4
150
7,2
6 sampai 9 sisa
pelorodan 59,3 143,2 7,1
di bak
penampung 46,9 135,1 7,4
Dari hasil uji diatas didapatkan bahwa nilai BOD, COD dan pH mengalami
perubahan. Nilai BOD pada sisa pewarnaan, sisa pelorodan dan di bak penampung
mengalami penurunan dan dibawah baku mutu. Sehingga limbah cair yang tidak
bisa digunakan lagi dapat dibuang ke sungai.
2). Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh batik berupa perca mori, lelehan malam dan sisa malam. Untuk limbah perca mori digunakan untuk penbuatan bantal atau dijual lagi, untuk limbah lelehan malam dan sisa malam tidak dibuang tetapi didaur ulang lagi. Lelehan malam dan sisa malam digunakan lagi untuk pembuatan malam. Sehingga untuk limbah padat tidak berpotensi mencemari lingkungan.
3). Limbah Gas
Limbah gas yang dihasilkan oleh batik adalah berupa polutan gas CO, CO2 dan SO2.
Polutan yang dihasilkan ini apabila dihirup akan membahayakan kesehatan pekerja. Hal ini dapat dicegah dengan cara good house keeping, pengaturan tata letak produksi, penambahan alat dan penggunaan APD (alat pelindung diri) pada pekerja.
Dalam penanganan limbah berupa gas tersebut dilakukan pengelompokkan proses produksi yang menghasilkan gas yang timbul dari pemanasan malam seperti proses pengecapan dan pembuatan malam diletakan berdekatan dengan alasan agar gas yang ditimbulkan terkumpul pada satu tempat dan akan mempermudah dalam penanganannya.
Dalam hal ini tempat yang menghasilkan limbah berupa gas diberi kipas atau diberi cerobong asap sehingga gas yang ada dapat keluar dan berbaur langsung dengan lingkungan luar. Atau bisa juga dengan mendesain layout. Pada stasiun yang menghasilkan limbah berupa gas tidak diletakkan ditempat yang tertutup melainkan tempat tersebut terbuka.
5. Re-layout
14
17
1
2
3 15
16
4 5 6 7 8
9
10
11
12 13
Keterangan : 1. Pemotongan Kain
dan gudang barang jadi 2. Pengecapan batik dengan malam 3. Tempat pemasakan malam 4. Naptol
5. Garam Naptol 6. Air sir 7. Air soda 8. Filter Pewarnaan 9. Bak penampung 10. Pembilasan 2 11. Pembilasan 1 12. Pelorodan 13. Sisa-sisa malam 14. filter Pembilas 1 15. Filter Pelorodan 16 Selokan
17. Tempat penjemuran
Gambar 3 Layout Usulan
Dari layout diatas dapat dianalisa bahwa layout diatas sudah mampu memeneuhi kekurangan dari layout awal. Hal ini bisa dilihat pada stasiun kerja nomor 2 dan nomor 3 yaitu stasiun kerja pengecapan dan stasiun kerja pembuatan malam/pemasakan malam. Yang pada layout awal stasiun kerja ini terpisah tetapi pada layout usulan didekatkan dikarenakan proses yang terjadi pada stasiun kerja tersebut sama-sama menghasilkan limbah berupa gas jadi pada stasiun kerja tersebut diberi exhaust atau cerobong agar gas yang dihasilkan pada proses tersebut dapat langsung terbuang keluar.
Layout usulan ini juga mempertimbangkan tentang pengolahan limbah pada proses produksinya yang pada saat ini sangat berpotensi mencemari lingkungan.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di Batik Y dapat diketahui permasalahan yang terjadi ialah permasalahan terkait dengan limbah.
3. Rekomendasi strategi produksi bersih dengan membuat sistem pengolahan limbah cair agar lebih ramah lingkungan dengan cara re-layout.
DAFTAR PUSTAKA
Mahida, U.N. 1986. “Pencemaran air dan pemanfaatan limbah industry”. CV. Rajawali: Jakarta.
Budiono. 2007. Tugas Akhir “Batik Keraton Surakarta”.Universitas Negeri Surakarta.Surakarta
Hakimi, Rini dan Budi
man, Daddy.2006.”Aplikasi Produksi Bersih (
Cleaner Production)
pada
Industri Nata De Coco”. Universitas Andalas. Jurnal Teknik Mesin Vol.3, No.2, Desember
2006.
Nugraha, Winardi Dwi dan Susanti, Ina.2006. “Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus pada
perusahaan
Pulp and Paper
serang)”. Jurnal Presipitasi Vol.1, No.1, September 2006. Hal
43-48
Purwanto. 2004.
Model of Implementation of Cleaner Production in the Small Medium Industries,
Prosiding Nasional Seminar on Chemical and Process
VI, Jakarta, 23 Maret.
Sudantoko, Djoko. 2010. “Pemberdayaan Industri Batik Skala Kecil di Jawa Tengah”. Universitas