• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN HUMANISTIK, SIKAP TRANSENDEN, DAN KOMPETENSI MENGELOLA KEBERAGAMAN TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN HUMANISTIK, SIKAP TRANSENDEN, DAN KOMPETENSI MENGELOLA KEBERAGAMAN TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN HUMANISTIK, SIKAP TRANSENDEN, DAN KOMPETENSI MENGELOLA KEBERAGAMAN

TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

ANTALILIS SIREGAR NIM. 8106132025

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH KEPEMIMPINAN HUMANISTIK, SIKAP TRANSENDEN, DAN KOMPETENSI MENGELOLA KEBERAGAMAN

TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

ANTALILIS SIREGAR NIM. 8106132025

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)

i ABSTRACT

ANTALILIS SIREGAR. NIM. 8106132025. Humanistic Leadership Influence, Attitude Transcendent, and Managing Diversity Competence for Teachers Job Satisfaction Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal. Thesis. Graduate Program in Medan State University.

(5)

ABSTRAK

ANTALILIS SIREGAR. NIM. 8106132025. Pengaruh Kepemimpinan

Humanistik, Sikap Transenden, dan Kompetensi Mengelola Keberagaman terhadap Kepuasan Kerja Guru Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan penulis kelapangan waktu dan kemampuan berpikir sehingga tesis ini

dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di Program Studi Administrasi

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Dalam tesis ini penulis

dibimbing oleh dosen pembimbing memilih judul “Pengaruh Kepemimpinan

Humanistik, Sikap Transenden, dan Kompetensi Mengelola Keberagaman terhadap

Kepuasan Kerja Guru Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal”.

Dalam penulisan tesis ini, Penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penyelesaiannya yang kesemuanya itu

disebabkan minimnya pengetahuan dan pengalaman Penulis dalam penelitian dan

penulisan karya ilmiah. Namun demikian, berkat bantuan dan bimbingan dari Dosen

Pembimbing: Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang dan Prof. Dr. Sri Milfayetty,

M.S.Kons., serta saran dari Narasumber: Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd.,

Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd., dan Dr. Saut Purba, M.Pd., Penulis dapat menyelesaikan

tesis ini sesempurna mungkin.

Pada kesempatan yang baik ini dengan segala kerendahan hati Penulis

mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Administrasi

Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

4. Para Dosen Pengajar Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

(7)

5. Staf adminsitrasi Pascasarjana Universitas Negeri Medan lainnya atas bantuan

administrasi kepada Penulis selama mengikuti perkuliahan S2.

6. Teristimewa kepada ayahanda H. Siregar, ibunda T. br. Sihombing dan mertua

saya E. br. Tambunan atas do’anya, didikan, dan bantuan moril/ materil selama

Penulis mengikuti perkuliahan.

7. Teristimewa suami tercinta Almuin Gultom dan anak-anak kami: Anfrisa, Andes

Nopatra, dan Kosga Nuari atas do’a dan dukungan sepenuhnya mulai Penulis

kuliah sampai selesai S2.

8. Rekan-rekan mahasiswa S2 Prodi Adminsitrasi Pendidikan Angkatan XIX-B:

Asrul, Zelfriyan, Zulkifli, Ratna, Yetti, Mariana, Juhum, Jumakir, Mael, Indra,

Mariatik, Ardan, Samsuddin, Debora, Baruddin, Posma, Artaida, Muara, Edison,

Tio, Kumala, Hendrianto, Bakhtiar. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya

kepada Penulis selama perkuliahan.

Untuk semua itu penulis mendo’akan, semoga Tuhan Yang Maha Esa

melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu dan Saudara/i. Akhirnya

Penulis mengharapkan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan mutu

pendidikan pada masa yang akan datang.

Medan, Februari 2013 Penulis

(8)

v

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 12

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Perumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN RANCANGAN HIPOTESIS... 16

A. Kajian Teori ... 16

1. Kepuasan Kerja... 16

2. Kepemimpinan humanistik ... 21

3. Sikap transenden... 30

4. Kompetensi mengelola keberagaman ... 38

5. Penelitian yang Relevan ... 43

B. Kerangka Berpikir... 44

1. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kepuasan kerja ... 44

2. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap sikap transenden ... 45

3. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi mengelola keberagaman ... 46

4. Pengaruh sikap transenden terhadap kepuasan kerja... 47

5. Pengaruh kompetensi mengelola keberagaman terhadap kepuasan kerja ... 48

C. Rancangan Hipotesis... 49

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 50

(9)

C. Definisi Operasional Penelitian ... 50

D. Populasi dan Sampel ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data... 58

F. Teknik Analisis Data Penelitian ... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 73

A. Deskripsi Data Penelitian... 73

B. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 79

C. Uji Persyaratan Analisis... 82

1. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 82

2. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 91

3. Uji Korelasi Antar Variabel ... 92

D. Uji Hipotesis Penelitian ... 94

E. Temuan Penelitian ... 98

F. Pembahasan Penelitian ... 100

G. Keterbatasan Penelitian... 103

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Implikasi ... 106

C. Saran ... 108

(10)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1. Kondisi Guru di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal... 6

2. Populasi Penelitian ... 53

3. Distribusi Populasi Penelitian ... 55

4. Hasil Perhitungan Penentuan Besarnya Sampel... 56

5. Hasil Perhitungan Responden Penelitian ... 58

6. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kepuasan Kerja... 60

7. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kepemimpinan Humanistik ... 61

8. Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Transenden... 62

9. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kompetensi Mengelola Keberagaman.... 63

10. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X1 ... 73

11. Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Humanistik ... 74

12. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X2 ... 75

13. Distribusi Frekuensi Skor Sikap Transenden ... 75

14. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X3 ... 76

15. Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Mengelola Keberagaman ... 77

16. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X4 ... 78

17. Distribusi Frekuensi Skor Kepuasan Kerja ... 78

18. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Humanistik ... 79

19. Tingkat Kecenderungan Variabel Sikap Transenden... 80

20. Tingkat Kecenderungan Variabel Kompetensi Mengelola Keberagaman... 81

21. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepuasan Kerja ... 82

22. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X2Atas X1... 83

23. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3Atas X1... 84

24. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X1... 86

25. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X2... 88

26. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X3... 89

27. Ringkasan Hasil Analisis Normalitas Setiap Variabel Penelitian ... 91

28. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi, Analisis Jalur antara Variabel Eksogenus dengan Variabel Endogenus ... 93

29. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Butir Angket Kepemimpinan Humanistik ... 125

30. Ringkasan Hasil Perhitungan Varians Butir Angket Kepemimpinan Humanistik ... 127

31. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Angket Sikap Transenden ... 131

(11)

34. Ringkasan Hasil Perhitungan Varians Butir Angket Kompetensi

Mengelola Keberagaman ... 139

35. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Angket Kepuasan Kerja ... 143

36. Ringkasan Hasil Perhitungan Varians Butir Angket Kepuasan Kerja . 145 37. Distribusi Frekuensi Variabel Kepemimpinan Humanistik ... 159

38. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Transenden... 160

39. Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Mengelola Keberagaman . 162 40. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja ... 163

41. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Humanistik ... 165

42. Tingkat Kecenderungan Variabel Sikap Transenden... 166

43. Tingkat Kecenderungan Variabel Kompetensi Mengelola Keberagaman... 166

44. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepuasan Kerja ... 167

45. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X2atas X1... 169

46. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X3atas X1... 173

47. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X4atas X1... 177

48. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X4atas X2... 181

49. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X4atas X3... 185

50. Liliefors Variabel X2atas X1... 190

51. Liliefors Variabel X3atas X1... 192

52. Liliefors Variabel X4atas X1... 194

53. Liliefors Variabel X4atas X2... 196

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Diagram Kepuasan Kerja-Colquitt... 18

2. Bagan Determinan Kepuasan Kerja Menurut George & Jones ... 19

3. Kedudukan Tiga Keterampilan Manajerial ... 25

4. Hierarki Kebutuhan Maslow ... 32

5. Paradigma Penelitian... 52

6. Histogram Skor Kepemimpinan Humanistik ... 74

7. Histogram Skor Sikap Transenden... 76

8. Histogram Skor Kompetensi Mengelola Keberagaman... 77

9. Histogram Skor Kepuasan Kerja... 79

10. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X2... 84

11. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X3... 85

12. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X4... 87

13. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X2dengan X4... 89

14. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X3dengan X4... 90

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke

arah kedewasaan (Purwanto, 1997:10). Dalam arti luas, pendidikan diartikan

sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa,

watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah

suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan

dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui

lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga-lembaga-lembaga-lembaga

lain (Suwarno, 2006:20).

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of

knowledge) kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni mentransfer nilai

(transfer of value). Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja budaya yang

menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya

(14)

2

daya kritis dan partisipatif harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik.

Anehnya, pendidikan yang telah lama berjalan tidak menunjukkan hal yang

diinginkan. Justru pendidikan hanya dijadikan alat indoktrinasi berbagai

kepentingan. Hal inilah yang sebenarnya merupakan akar dehumanisasi (Arif,

2009).

Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini

belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan

kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa

yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling

besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini. Tantangan dunia

pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar atau

humanisme pendidikan. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk

melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu

ada dalam lingkungan belajar yang dibutuhkan anak didik adalah kenyataan.

Sadar bahwa anak memiliki kekuatan di samping kelemahan, memiliki

keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga

bisa gembira.

Education as sosial funcional menekankan bahwa pendidikan sebagai

alat untuk memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa.

Pendidikan seringkali juga digunakan sebagai alat hegemoni kekuasaan dan

alat untuk melestarikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Sementara itu

pengaruh dunia industri terhadap dunia pendidikan adalah penyamaan antara

(15)

3

Murid diibaratkan sebagai raw input, sementara komponen pendidikan yang

lain seperti guru, kurikulum dan fasilitas pendidikan diibaratkan sebagai

komponen proses produksi dalam suatu pabrik. Model paradigma seperti ini

memandang manusia secara parsial yaitu sebagai makhluk jasmani dengan

kebutuhan materiil yang sangat dominan dan tentu saja kurang memperhatikan

hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi dan paling

sempurna, terutama dilihat dari dimensi spiritualitasnya. Dampak dari

pendidikan yang terlalu material oriented ini dapat berakibat pada

pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh humanisme

(Tobroni, 2008:viii).

Proses belajar tidak hanya memperhatikan sisi intelektual, tetapi juga

sisi fisik, perasaan, dan motivasi anak didik. Bagaimana mungkin peserta

didik memilki motivasi belajar yang tinggi bila dia dalam keadaan lapar dan

perasaan tertekan dengan berbagai problematikanya? Itulah sebabnya

dibeberapa negara maju sekolah menyiapkan makan siang bagi siswa dari TK

sampai SMA dan menurut para peta realitas kependidikan kita, tradisi ini di

Indonesia jarang sekali terjadi atau tidak pernah ada. Dengan memperlakukan

peserta didik secara humanistik, fenomena-fenomena semisal kenakalan

remaja dan tindakan-tindakan destruktif lainnya tidak akan terjadi, setidaknya

akan tereduksi. Rogers (2000:34) mengemukakan yang terpenting dalam

proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip

pendidikan dan pembelajaran, yaitu: (1) Menjadi manusia berarti memiliki

(16)

4

yang tidak ada artinya; (2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna

bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan

bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa; dan

(3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan

ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa, dan Belajar yang

bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Manusia sebagai aktor utama dalam proses pendidikan harus mampu

menjalankan pendidikan dengan sebaik-baiknya karena manusia dibekali

dengan akal yang sempurna. Kadang manusia menganggap pendidikan

hanyalah suatu bisnis yang menarik dan tidak berorientasi pada tujuan

pendidikan, sehingga pendidikan yang awalnya mencerdaskan kehidupan

bangsa menjadi pendidikan yang membodohkan bangsa. Bagi suatu bangsa

yang sedang membangun terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di

tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih.

Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mendapat sorotan lebih agar

dapat berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, perkembangan

anak didik serta kebutuhan-kebutuhannya. Sebab sejauh ini, sebagian lembaga

pendidikan di Indonesia, masih menggunakan konsep atau metode klasik yang

tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Tilaar (1999:104) menyatakan

“peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu

gurunya”. Dengan demikian, jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan dapat

dipengaruhi peran guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional. Salah

(17)

5

meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan

kerjanya, sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan

berusaha untuk meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian

diharapkan keberhasilan pendidikan akan tercapai.

Meningkatkan kepuasan guru terhadap pekerjaannya merupakan hal

yang sangat penting, karena menyangkut masalah hasil kerja guru yang

merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada

siswa. Suwar (2008:79) menyatakan kepuasan kerja guru adalah perasaan guru

tentang menyenangkan atau tidak mengenai pekerjaan berdasarkan atas

harapan guru dengan imbalan yang diberikan oleh sekolah. Kepuasan kerja

guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja atau mengajar. Jika guru puas

akan keadaan yang mempengaruhi dia, maka dia akan bekerja atau mengajar

dengan baik. Jika guru tidak merasa puas, maka akan meniimbulkan gejala

seperti: kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya

prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru dan gejala

negatif lainnya.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada sekolah di Sub Rayon

X SMA Negeri 1 Sunggal diperoleh kenyataan bahwa guru tidak puas dengan

pekerjaannya. Beberapa hal yang ditemukan peneliti mengindikasikan hal

tersebut, di antaranya: guru sering memarahi siswa yang terlalu sering

mengajukan pertanyaan, sering protes terhadap keputusan kepala sekolah,

terlambat menyerahkan hasil belajar siswa, sering meninggalkan kelas, dan

(18)

6

Pengawas Sekolah yang memberikan contoh data sebuah SMA di Sub Rayon

SMA Negeri Sunggal sebagaimana Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kondisi Guru di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal

No. Peristiwa Jumlah Kejadian Persentase

1. Guru selalu terlambat datang ke sekolah

Sumber: Data Pengawas Sekolah di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal Bulan Oktober 2012

Beberapa kepala sekolah yang ditemui penulis memberikan keterangan

bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya masih menunjukkan kondisi yang

kurang baik seperti: kurangnya kompotennya guru dalam mengajar, disiplin

guru yang masih rendah/ kurang, semangat kerja masih rendah, masih banyak

guru yang mengajar menggunakan cara tradisional dan belum semuanya

mengacu pada tuntutan kurikulum dan kegiatan pembelajaran afektif, inovatif

dan kreatif, dan menyenangkan yang pada saat sekarang ini dikenal dengan

(PAIKEM), belum semua guru menyiapkan RPP pada saat mengajar, sehingga

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga kurang jelas akhirnya berdampak

(19)

7

optimal. Banyak faktor yang menyebabkan kinerja guru rendah, satu di

antaranya kepuasan kerja yang dialami guru. Locke dalam Sopiah (2008:170),

kepuasan kerja merupakan satu ungkapan emosional yang bersifat positif atau

menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau

pengalaman kerja. Mulyasa (2007:8) mengemukakan beberapa alasan mengapa

kepuasan kerja guru dalam tugasnya sebagai pendidik, antara lain: (1) Tugas

guru bukan hanya sekedar memberikan pelajaran seperti yang terkandung di

dalam garis besar pengajaran dalam kurikulum formal tetapi juga meliputi

seluruh aspek kehidupan; (2) Adanya fenomena mengenai penurunan kinerja

guru, padahal guru merupakan pusat teladan dan mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan siswanya; dan (3) Peningkatkan mutu pendidikan secara formal

aspek guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkannya.

Dari uraian di atas terlihat bahwa kepuasan kerja pada guru sangat

penting dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Hal ini juga

disebabkan, bahwa dengan kepuasan kerja yang baik akan didapat kesungguhan

seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, tidak merasa

dipaksakan, turut bertanggung jawab dalam mencapai tujuan sekolah yang

diinginkan. Dengan demikian disimpulkan bahwa kepuasan kerja pada guru

akan membuahkan peningkatan mutu sekolah sebagai suatu organisasi

pembelajaran.

Sehubungan dengan kepuasan kerja guru, Colquitt, dkk (2009:27)

mengemukakan teori yang menyatakan: bahwa sejumlah faktor yang

(20)

8

karakteristik individu (kepribadian dan nilai-nilai budaya, kemampuan) dan

faktor mekanisme kelompok (tim karakteristik, tim proses, kekuasaaan dan

pengaruh pemimpin, gaya kepemimpinan dan perilaku). Dari faktor-faktor di

atas, peneliti memfokuskan peningkatan kepuasan kerja guru dengan

mempertimbangkan faktor kepemimpinan kepala sekolah (kepemimpinan

humanistik), faktor kepribadian (sikap transenden), dan faktor kemampuan

(kompetensi mengelola keberagaman).

Kepala sekolah yang sekaligus sebagai pemimpin terdepan dan terdekat

dengan guru, harus memilki kepekaan dalam memahami semua ini. Tetapi

permasalahannya adalah berapa banyak kepala sekolah yang memahami

kepuasan kerja guru? Bahkan kepemimpinan kepala sekolah sering menjadi

pemicu kepuasan kerja guru menjadi rendah ini diakibatkan kurangnya peran

kepala sekolah terhadap mensupervisi guru. Atau barangkali keputusan/

kebijakan kepala sekolah secara tidak langsung telah menyebabkan seorang

guru merasa tidak puas dalam bekerja. Kinerja guru bisa menjadi rendah hanya

karena ketidakpuasannya kepada kepala sekolah. Ketidakpuasan dalam bekerja

dapat disebabkan karena guru menganggap bahwa perhatian kepala sekolah

sangat rendah atau dengan kata lain jarangnya peran kepala sekolah dalam

mensupervisi guru dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mengakibatkan

kepuasan kerja guru rendah dan tidak menghasilkan poduktivitas yang

memuaskan dalam pendidikan sekolah. Guru tidak merasa menjadi bagian

terdekat dari kepala sekolah karena kepala sekolah tidak menunjukkan sikap

(21)

9

dalam masalah yang dihadapi oleh guru. Robbins (1996:105) yang menyatakan

bahwa keterkaitan para manajer terhadap kepuasan kerja berpusat pada dampak

terhadap kinerja seseorang.

Pada hakekatnya kepemimpinan merupakan hubungan dimana diri

seseorang atau seorang pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk mau

bekerja sama secara sukarela, sehubungan dengan tugasnya untuk mencapai

yang diinginkan pemimpin. Terry (1997:458) “Leadership is the relationship

in which one person, or the leader, influences others to work together willingly

on related task to attain that which the leaders desire”. Sedangkan Musselman

dan Jackson (1990:112) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi orang-orang lain untuk berperilaku dalam suatu cara

tertentu. Mengingat setiap orang pemimpin mempunyai cara tersendiri dalam

menjalankan kepemimpinannya maka dalam mencapai tujuan organisasi akan

menggunakan seefektif mungkin kekuasaannya agar orang lain dapat diarahkan

perilakunya dalam berbagai kondisi.

Salah satu teori kepemimpinan yang patut dikedepankan adalah teori

kepemimpinan humanistik dimana menghendaki setiap individu diberi kondisi

yang bebas yang memungkinkannya merealisasikan potensi-potensi internal

yang ada dengan tidak melupakan tujuan komunitas kelompoknya. Terkait

dengan suatu proses kependidikan, maka teori kepemimpinan humanistik

menghendaki seorang guru sebagai kreator dan arsitek tunggal di medan

kerjanya dan memberikan suasana bebas bagi peserta didik. Kepemimpinan

(22)

10

dicapai dengan pengakuan dan perbuatan yang memperhatikan kepentingan

sosial, ekonomi dan lingkungan. Salah satu faktor dominan dalam

kepemimpinn humanistik adalah keterampilan dalam hubungan manusia. Stoner

dan Freeman (1992) mengemukakan bahwa keterampilan hubungan manusia

adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, dan

memotivasi orang lain, baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain baik

sebagai individu maupun kelompok dengan tujuan agar pimpinan memperoleh

partisipasi secara aktif dari anggota organisasi dalam pencapaian tujuan

(Handoko, 1992).

Pencapaian tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi sikap guru

dalam menjalankan tugas mengajarnya. Dalam keseharian, sudah sulit kita

jumpai guru yang selalu tersenyum dan menyambut gembira kedatangan

murid-muridnya. Sudah menjadi pandangan umum bahwa guru hanya menjalankan

tugasnya sehari-hari, yakni mengajar, mengajar, dan mengajar. Tidak banyak

lagi guru yang mau mendidik siswanya untuk menjadi manusia yang punyai

arti, yang ada guru yang hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan

tanpa memberikan rasa empati terhadap orang di sekitarnya. Hal ini menjadikan

banyaknya lulusan pendidikan yang cerdas, dan terampil tetapi tidak memiliki

tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya

sehingga seringkali menimbulkan masalah bagi masyarakat, menjadi beban

masyarakat dan bangsa, bahkan menggerogoti keutuhan bangsa serta dapat

(23)

11

Sebagai unsur kepribadian dan penentu perilaku, sikap (attitude)

merupakan hal yang banyak memiliki implikasi di dalam organisasi karena

bukan hanya kaitannya yang sangat erat dengan nilai, melainkan pula sering

dihubungkan dengan, atau bahkan mempengaruhi kinerja, kepuasan kerja,

perputaran pegawai, tingkat absensi pegawai (absenteeism) serta perilaku

organisasi lainnya (Greenberg dan Baron dalam Basalamah, 2004:102). Mead

dalam Usman (2005:108) menyatakan setiap individu akan merasa ada makna

sekiranya ada interaksi di antara satu dengan lainnya. Dengan demikian,

keperluan untuk saling berkomunikasi-berinteraksi-berinterrelasi antar manusia

merupakan keperluan alamiah, sebagai fitrah. Keperluan alamiah ini niscaya

akan berkembang dengan tetap berada pada landasan fitrah-nya, manakala

nilai-nilai transendental secara taat asas (konsisten, istiqamah) menjadi acuan

dan diimplementasikan secara kokoh dalam hidup dan kehidupannya.

Walsh dan Vaughan (1993) mengemukakan sikap transedensi diri (self

transedence) mengacu pada keadaan kesadaran (states of consciousness)

dimana diri berkembang melewati batas-batas wajar, identifikasi-identifikasi,

dan citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu koneksi

fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain dan dunia. Dengan

sikap transenden, guru menunjukkan sikap menerima dan melaksanakan

tugasnya dengan sepenuh hati, tanpa mengharapkan pujian berlebihan dari

orang-orang di sekitarnya. Kondisi ini membawa guru kepada kepuasan yang

(24)

12

Dalam menjalankan tugas sehari-hari di sekolah, guru adalah merupakan

makhluk sosial yang berada di organisasi sekolah. Sebagai makhluk sosial, guru

harus dapat menerima segala perbedaan (keragaman) baik dari segi pendidikan,

agama, suku, gender, dan sebagainya. Mengelola keberagaman pada angkatan

kerja berarti menarik, mempertahankan, memotivasi individu-individu dengan

latar belakang yang beragam dan bervariasi berkaitan yang dengan ras, jenis

kelamin, asal-usul, bahasa, status perkawinan, dan pendidikan (Cox dan Blake,

1991). Perbedaan-perbedaan di antara guru sering menciptakan konflik dalam

organisasi. Jika konflik tidak ditangani secara cepat maka akan menghasilkan

kinerja yang buruk. Isu-isu keberagaman dapat mempengaruhi perilaku guru di

sekolah, kelompok-kelompok kerja, hubungan-hubungan atau interaksi dua

arah dalam organisasi. Dari kondisi ini, guru harus dapat mengembangkan

kompetensi menerima keberagaman yang ada di sekolah.

Dari uraian di atas diprediksikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

yang humanistik dapat mempengaruhi sikap transenden, kompetensi mengelola

keberagaman, dan kepuasan guru dalam bekerja. Untuk membuktikan hal

tersebut, perlu dilakukan pengkajian dan penelitian yang berjudul pengaruh

Kepemimpinan Humanistik, Sikap Transenden, dan Kompetensi Mengelola

Keberagaman terhadap Kepuasan Kerja Guru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

(25)

13

guru, antara lain: karakteristik individu, kekuasaan pemimpin, kepribadian

guru, kompetensi guru mengajar, kepemimpinan humanistik kepala sekolah,

sikap transenden guru dalam mengajar, kompetensi guru mengelola

keberagaman di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja guru, namun dalam

penelitian ini dibatasi hanya pada kepemimpinan humanistik terhadap sikap

transenden, kompetensi mengelola keberagaman dan kepuasan kerja guru.

Sedangkan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru-guru yang

mengajar di sekolah-sekolah pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal

Kabupaten Deli Serdang.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kepuasan

kerja guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli

Serdang?

2. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap sikap

transenden guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli

(26)

14

3. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi

mengelola keberagaman guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal

Kabupaten Deli Serdang?

4. Apakah terdapat pengaruh sikap transenden terhadap kepuasan kerja guru

di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang?

5. Apakah terdapat pengaruh kompetensi mengelola keberagaman terhadap

kepuasan kerja guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten

Deli Serdang?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kepuasan kerja guru di Sub

Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

2. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap sikap transenden guru di Sub

Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

3. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi mengelola

keberagaman guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.

4. Pengaruh sikap transenden terhadap kepuasan kerja guru di Sub Rayon X

SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

5. Pengaruh kompetensi mengelola keberagaman terhadap kepuasan kerja

(27)

15

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoretis dalam penelitian ini adalah dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam

meningkatkan kepuasan kerja guru dalam upaya peningkatan mutu

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kepuasan guru

terhadap pekerjaannya.

2) Sebagai bahan masukan dalam melihat pengaruh kepemimpinan

humanistik terhadap sikap transenden, kompetensi mengelola

keberagaman, dan kepuasan kerja guru.

b. Bagi Kepala Sekolah

1) Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki pola kepemimpinannya

di sekolah.

2) Sebagai bahan masukan dalam upaya terus meningkatkan mutu

pembelajaran di sekolah.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan tentang upaya peningkatan kepemimpinan

humanistik kepala sekolah, sikap transenden, kompetensi mengelola

(28)

105

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka

dapat disimpulkan:

1. Tingkat kecenderungan kepemimpin humanistik tergolong pada

kecenderungan sedang. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan hamunistik

harus terus ditingkatkan untuk mendukung kepuasan kerja guru.

2. Tingkat kecenderungan sikap transenden tergolong pada kecenderungan

sedang. Hal ini berarti bahwa sikap transenden harus terus ditingkatkan

untuk mendukung kepuasan kerja guru.

3. Tingkat kecenderungan kompetensi mengelola keberagaman tergolong

pada kecenderungan sedang. Hal ini berarti bahwa kompetensi mengelola

keberagaman harus terus ditingkatkan untuk mendukung kepuasan kerja

guru.

4. Hasil kecenderungan kepusan kerja guru tergolong pada kecenderungan

sedang. Hal ini berarti bahwa kepusan kerja guru harus terus ditingkatkan.

5. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepemimpinan

humanistik terhadap sikap transenden pada Sub Rayon X SMA Negeri 1

Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik kepemimpinan

humanistik maka semakin baik juga sikap transenden pada Sub Rayon X

(29)

106

6. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepemimpinan

humanistik terhadap kompetensi mengelola keberagaman pada Sub Rayon

X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik

kepemimpinan humanistik maka semakin baik juga kompetensi mengelola

keberagaman pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.

7. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepemimpinan

humanistik terhadap kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri

1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik kepemimpinan

humanistik maka semakin baik juga kepuasan kerja guru pada Sub Rayon

X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

8. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara sikap transenden

terhadap kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal

Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik sikap transenden maka

semakin baik juga kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri 1

Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

9. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kompetensi mengelola

keberagaman terhadap kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA

Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik

kompetensi mengelola keberagaman maka semakin baik juga kepuasan

kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli

(30)

107

B. Implikasi

Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan

memberikan implikasi terutama kepada pihak sekolah (Sub Rayon), kepala

sekolah, dan para guru dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di SMA

Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal. Untuk itu, guna meningkatkan kepuasan

kerja guru diperlukan upaya bersama dalam peningkatan kepemimpinan

humanistik, sikap transenden, dan kompetensi mengelola keberagaman.

1. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara

kepemimpinan humanistik terhadap sikap transenden. Hal ini berarti

semakin baik kepemimpinan humanistik maka semakin baik juga sikap

transenden guru. Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan upaya

dalam menumbuhkan sikap transenden guru, yang dapat diartikan bahwa

kepala sekolah melakukan upaya tertentu untuk meningkatkan sikap guru

melakukan pekerjaannya dengan keikhlasan dan menerima setiap kebijakan

yang telah ditetapkannya.

2. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara

kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi mengelola keberagaman.

Hal ini berarti semakin baik juga kompetensi mengelola keberagaman pada

guru. Dalam hal ini kepala sekolah harus membuat aturan sekolah yang

mengharuskan setiap guru mengedepankan rasa hormatnya terhadap rekan

kerjanya, baik saat di dalam maupun di luar sekolah.

3. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara

(31)

108

semakin baik kepemimpinan humanistik maka semakin baik juga kepuasan

kerja guru. Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan upaya dalam

menjelaskan setiap pekerjaan yang diberikannya kepada guru. Selain itu

kepala sekolah harus mengapresiasikan setiap prestasi kerja guru.

4. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara

sikap transenden terhadap kepuasan kerja guru. Hal ini berarti semakin baik

sikap transenden maka semakin baik juga kepuasan kerja guru. Guru dapat

terus memberikan pelayanan belajar kepada setiap siswa yang

membutuhkan.

5. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara

kompetensi mengelola keberagaman terhadap kepuasan kerja guru. Hal ini

berarti semakin baik kompetensi mengelola keberagaman maka semakin

baik juga kepuasan kerja guru. Hal ini dapat ditumbuhkan guru dengan

menjaga rasa saling hormat dan menghargai dengan rekan guru lainnya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka dapat diberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru diharapkan berkeinginan untuk melatih diri mengembangkan

sikap transeden supaya dapat mengajar siswa dengan penuh keikhlasan dan

penerimaan. Dengan keikhlasan guru akan memberikan mencurahkan

segenap kemampuan dan pengetahuan dalam upaya membelajarkan siswa

(32)

109

siswa dapat belajar sendiri sesuai kemampuannya. Selain itu diharapkan

peran serta guru dalam menjaga keberagaman di sekolah.

2. Kepada kepala sekolah diharapkan berkeinginan untuk melatih diri dalam

mengembangkan kepemimpinan humanistik agar dapat mendukung setiap

kegiatan guru. Dengan kepemimpinan yang humanistik, kepala sekolah

dapat mengedapankan rasa kemanusiaan saat mengarahkan dan menjelaskan

pekerjaan pada setiap guru di sekolah. Selain itu kepala sekolah dapat

menetapkan aturan sekolah yang mengharuskan setiap guru saling

menghargai dan menghormati rekan guru di sekolah.

3. Kepada pihak sekolah diharapkan berkeinginan untuk menyediakan seluruh

kebutuhan guru di sekolah. Selain itu pihak sekolah harus menempatkan

kepala sekolah yang baik, yang dapat mengedapankan sikap manusiawi

dalam membuat keputusan di sekolah.

4. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang pengaruh kepemimpinan

humanistik, sikap transenden, dan kompetensi mengelola keberagaman

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, John T. 1988. “A Review of Size Dependent Survival During Pre-Recruit Stages of Fishes in Relation to Recruitment”. http://journal.nato.intVol. 8n 55 - 66

Anoraga, Pandji. 2008.Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arif, Khilmi. 2009. “Humanisasi Pendidikan Dalam Perspektif Islam: Telaah atas Pemikiran Abdul Munir Mulkhan”. http:www.PendidikanNetwork. co.id, diakses 27 Oktober 2012 pukul 17:30:50.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta

Armstrong. Michael and Baron, 1998. Performance Manajemen. Alih Bahasa: Tony Setiarvan. Yogyakarta: Tugu Publisher

Basamalah, S.M, Anies. 2004.Perilaku Organisasi. Depok: Buku Pilihan.

Bennis, Warren. 1990.Why Leaders Can’t Lead. San Fransisco: Jossey-Bass

Bhawuk D.P. S dan Triandis H.C. 1993. “Bridging the Gap between Theory and Practice: Comparative Study of Current Diverstiy Program”. University of Illinois Center for Human Resource Management Working Paper Series, No. 2

Campbell, Jim. 2000. “Meningkatkan Kepuasan Karyawan dan Mengurangi Perputaran Karyawan”. http://www.oxfofduniversity.com, akses 05 Oktober 2012

Chien, Jennifer. 2011. “Hirarki Kebutuhan Maslow” dikutip dari http://www.jenniferchien.com/library/characteristics.pdf. Jumat, 16 Nopember 2012 pukul 20:12:45

Colquitt, dkk. 2009. Organizational Behavior. New York: Mcgraw-Hill Companies Inc.

Cox, T.H. dan Blake, S. 1991. “ Managing Cultural Diversity : Implication for Organizational Competitiveness”. Academy or Management Executive, Vol. 5 No. 3, 45-55

(34)

110

Debora. 2006. “Pengaruh Pemberdayaan Kerja dan Psikologis terhadap Kepercayaan Organisasional dan Kepuasan Kerja Dosen Tetap Perguruan Tinggi Swasta”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8 No. 2, September 2006: 61-71

Foster, R.P. 1998. “Work Force Diversity and Business”. Training and Development Journal. April: 39

George, J., & Jones, G. 2005. Understanding and Managing Organizational Behavior. (5th ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall

Gerungan, W.A. 2007.Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Gibson, J.I. Ivanevihch, J.M. dan Donelly, J.H. 2000. Perilaku Organisasi: Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Semarang: Rajawali

Handoko, TH. 1992. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM

Hasibuan, Malayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

http://the-mouse-trap.blogspot.com/11/28/2012/maslows-eight-basic-needs-and-eight.html

Husein, Muhammad Fakhri. 2008. “Keterkaitan Faktor-Faktor Organisasional, Individual, Konflik Peran, Perilaku Etis, dan Kepuasan Kerja Akuntan Manajemen”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 1 No. 1, April 2008

Iswati, Sri. 2006. “Pengaruh Komitmen Profesional, Tipe Kepribadian, Gender terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik”.EKUITAS Vol. 12 No. 1 Maret 2008: 36-51

Johan, Rita. 2002. “Kepuasan Kerja Karyawan Dalam Lingkungan Institusi Pendidikan”.Jurnal Pendidikan Penabur – No. 01/Th. 1/ Maret 2002

Kondalkar, V.G. 2007. Organizational Behaviour. New Delhi: New Age Internasional Limited, Publishers

Kneller, G. 1967.An Introduction to The Philosophy of Education. NY: Wiley

(35)

111

Mar’at. 2004.Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia

Maslow, Abraham. 1973.The Farther Reaches of Human Nature. Harmondsworth, Middlesex: Penguin Books

Mulyasa E. 2007.Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Mulyono, Sugeng dan Zai Dani Almas. 2009. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan”. Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 6, No. 2, November 2009, 137-150

Musselman, Vernon A. Dan Jackson, John H. 1990. Business: Risk, Pricing, Marketing: Labor-Management Relation. New York: Prentice Hall

Oliva, P.F. 1984. Supervision for to Days School. New York: Thomas J. Crowell Company

Pedhazur, Elazar, J. 1982. Multiple Regression in Behavioral Research. New York: CBS College Publishing

Purwanto, M. Ngalim. 1997. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya

Riawan, Amin. 2001. “Sistem Ekonomi Tawhidiyah dan Sistem Kontrol”. Sabili Edisi 28 Februari 2001

Riduwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta

Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep – Kontroversi – Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo

Rogers, Everett M.. 2000. “Communication and Inequitable Development: Narrowing The Socio-economic Benefits Gap”.Media Asia, Vol. 5 No. 1

Sarros, J. C. & Butchatsky, B. 1996.Leadership: Australia's Top CEOs: Finding out What Makes Them the Best.Sydney: Harper Collins Publishers

Slocum, John W. dan Don Hellriegel. 2009. Principles of Organizational Behaviour. Canada: Nelson Education, Ltd.

Sopiah. 2008.Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi Offset

(36)

112

Stoops, E. dan Johnson, E.R. 1977. Elementary School Administration. New York: Mc Graw-Hill Book Company

Sudjana. 1992.Metode Statistika.Bandung: Tarsito

_______. 1998.Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2000.Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: Alfabeta

Sutisna, O. 1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa

Suwarno, Wiji. 2006.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Terry, P. M. 1997. “Teacher burnout: Is it real? Can we prevent it? Paper presented at the annual meeting of the North Central Association of Colleges and Schools”, Chicago, IL. (ERIC Document Reproduction Service No. ED 408 258)

Thomas D.A dan Ely, R.J. 1996. “ Making Differences Matter: A new Paradigm for Managing Diversity”,Harvard Business Review, September-October, 79-88

Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo

Tobroni. 2008. Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas. Malang: UMM Press

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Bandung: Fokusmedia

Usman, Toerdin S. 2005. “Trasendensi Dalam Globalisasi di Indonesia: Satu Acuan Nilai”. Makalah

Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta

Walsh, R dan Vaughan F. 1993. “On Transpersonal Definitions”. Journal of Transpersonal, Psychology 25: 199-2073

Wibowo. 2009.Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers

(37)

113

Yulk, Gary. 2008.Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: Indeks

Gambar

Tabel 1. Kondisi Guru di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penelitian lebih ke arah manajemen pemasaran IAIN Walisongo yang meliputi strategi dan sistem pemasaran (promosi) yang digunakan. Metode pengumpulan data peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan, rata-rata penerimaan, serta rata-rata pendapatan yang diperoleh perusahaan kecap di

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Minat belajar, Kompetensi Guru, Intensitas Penggunaan

Sistem pemasaran dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen saat ini harus bisa menerapkan konsep pemasaran 3.0 yaitu pemasaran yang dipicu oleh nilai-nilai ( values-driven ),

Dasar tujuan dari pendidikan Islam adalah pendidikan yang dapat membentuk lulusannya menjadi manusia dengan kepribadian Islami (ber- akhlaqulkarimah), dan hal

Perlakuan pupuk NPK Mutiara pada berbagai dosis efektif meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang dengan dosis 3 g/tanaman (N4) sebagai dosis yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesalahan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 5 Kota Serang dalam menyelesaikan soal cerita Program Linear berdasarkan prosedur Polya

Usulan penulis tersebut dapat dijadikan amandemen bagi pemerintah untuk mengubah sila pertama dari Pancasila menjadi sila yang lebih membawa kedamaian, tidak ada