PENGARUH KEPEMIMPINAN HUMANISTIK, SIKAP TRANSENDEN, DAN KOMPETENSI MENGELOLA KEBERAGAMAN
TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
ANTALILIS SIREGAR NIM. 8106132025
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN HUMANISTIK, SIKAP TRANSENDEN, DAN KOMPETENSI MENGELOLA KEBERAGAMAN
TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
ANTALILIS SIREGAR NIM. 8106132025
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRACT
ANTALILIS SIREGAR. NIM. 8106132025. Humanistic Leadership Influence, Attitude Transcendent, and Managing Diversity Competence for Teachers Job Satisfaction Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal. Thesis. Graduate Program in Medan State University.
ABSTRAK
ANTALILIS SIREGAR. NIM. 8106132025. Pengaruh Kepemimpinan
Humanistik, Sikap Transenden, dan Kompetensi Mengelola Keberagaman terhadap Kepuasan Kerja Guru Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penulis kelapangan waktu dan kemampuan berpikir sehingga tesis ini
dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di Program Studi Administrasi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Dalam tesis ini penulis
dibimbing oleh dosen pembimbing memilih judul “Pengaruh Kepemimpinan
Humanistik, Sikap Transenden, dan Kompetensi Mengelola Keberagaman terhadap
Kepuasan Kerja Guru Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal”.
Dalam penulisan tesis ini, Penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penyelesaiannya yang kesemuanya itu
disebabkan minimnya pengetahuan dan pengalaman Penulis dalam penelitian dan
penulisan karya ilmiah. Namun demikian, berkat bantuan dan bimbingan dari Dosen
Pembimbing: Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang dan Prof. Dr. Sri Milfayetty,
M.S.Kons., serta saran dari Narasumber: Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd.,
Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd., dan Dr. Saut Purba, M.Pd., Penulis dapat menyelesaikan
tesis ini sesempurna mungkin.
Pada kesempatan yang baik ini dengan segala kerendahan hati Penulis
mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Administrasi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
4. Para Dosen Pengajar Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
5. Staf adminsitrasi Pascasarjana Universitas Negeri Medan lainnya atas bantuan
administrasi kepada Penulis selama mengikuti perkuliahan S2.
6. Teristimewa kepada ayahanda H. Siregar, ibunda T. br. Sihombing dan mertua
saya E. br. Tambunan atas do’anya, didikan, dan bantuan moril/ materil selama
Penulis mengikuti perkuliahan.
7. Teristimewa suami tercinta Almuin Gultom dan anak-anak kami: Anfrisa, Andes
Nopatra, dan Kosga Nuari atas do’a dan dukungan sepenuhnya mulai Penulis
kuliah sampai selesai S2.
8. Rekan-rekan mahasiswa S2 Prodi Adminsitrasi Pendidikan Angkatan XIX-B:
Asrul, Zelfriyan, Zulkifli, Ratna, Yetti, Mariana, Juhum, Jumakir, Mael, Indra,
Mariatik, Ardan, Samsuddin, Debora, Baruddin, Posma, Artaida, Muara, Edison,
Tio, Kumala, Hendrianto, Bakhtiar. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya
kepada Penulis selama perkuliahan.
Untuk semua itu penulis mendo’akan, semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu dan Saudara/i. Akhirnya
Penulis mengharapkan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan mutu
pendidikan pada masa yang akan datang.
Medan, Februari 2013 Penulis
v
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 12
C. Pembatasan Masalah ... 13
D. Perumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN RANCANGAN HIPOTESIS... 16
A. Kajian Teori ... 16
1. Kepuasan Kerja... 16
2. Kepemimpinan humanistik ... 21
3. Sikap transenden... 30
4. Kompetensi mengelola keberagaman ... 38
5. Penelitian yang Relevan ... 43
B. Kerangka Berpikir... 44
1. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kepuasan kerja ... 44
2. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap sikap transenden ... 45
3. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi mengelola keberagaman ... 46
4. Pengaruh sikap transenden terhadap kepuasan kerja... 47
5. Pengaruh kompetensi mengelola keberagaman terhadap kepuasan kerja ... 48
C. Rancangan Hipotesis... 49
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 50
C. Definisi Operasional Penelitian ... 50
D. Populasi dan Sampel ... 52
E. Teknik Pengumpulan Data... 58
F. Teknik Analisis Data Penelitian ... 67
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 73
A. Deskripsi Data Penelitian... 73
B. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 79
C. Uji Persyaratan Analisis... 82
1. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 82
2. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 91
3. Uji Korelasi Antar Variabel ... 92
D. Uji Hipotesis Penelitian ... 94
E. Temuan Penelitian ... 98
F. Pembahasan Penelitian ... 100
G. Keterbatasan Penelitian... 103
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 105
A. Kesimpulan ... 105
B. Implikasi ... 106
C. Saran ... 108
vii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1. Kondisi Guru di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal... 6
2. Populasi Penelitian ... 53
3. Distribusi Populasi Penelitian ... 55
4. Hasil Perhitungan Penentuan Besarnya Sampel... 56
5. Hasil Perhitungan Responden Penelitian ... 58
6. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kepuasan Kerja... 60
7. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kepemimpinan Humanistik ... 61
8. Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Transenden... 62
9. Kisi-Kisi Instrumen Angket Kompetensi Mengelola Keberagaman.... 63
10. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X1 ... 73
11. Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Humanistik ... 74
12. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X2 ... 75
13. Distribusi Frekuensi Skor Sikap Transenden ... 75
14. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X3 ... 76
15. Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Mengelola Keberagaman ... 77
16. Ringkasan Karakteristik Data Variabel X4 ... 78
17. Distribusi Frekuensi Skor Kepuasan Kerja ... 78
18. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Humanistik ... 79
19. Tingkat Kecenderungan Variabel Sikap Transenden... 80
20. Tingkat Kecenderungan Variabel Kompetensi Mengelola Keberagaman... 81
21. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepuasan Kerja ... 82
22. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X2Atas X1... 83
23. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3Atas X1... 84
24. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X1... 86
25. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X2... 88
26. Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X3... 89
27. Ringkasan Hasil Analisis Normalitas Setiap Variabel Penelitian ... 91
28. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi, Analisis Jalur antara Variabel Eksogenus dengan Variabel Endogenus ... 93
29. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Butir Angket Kepemimpinan Humanistik ... 125
30. Ringkasan Hasil Perhitungan Varians Butir Angket Kepemimpinan Humanistik ... 127
31. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Angket Sikap Transenden ... 131
34. Ringkasan Hasil Perhitungan Varians Butir Angket Kompetensi
Mengelola Keberagaman ... 139
35. Ringkasan Hasil Perhitungan Validitas Angket Kepuasan Kerja ... 143
36. Ringkasan Hasil Perhitungan Varians Butir Angket Kepuasan Kerja . 145 37. Distribusi Frekuensi Variabel Kepemimpinan Humanistik ... 159
38. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Transenden... 160
39. Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Mengelola Keberagaman . 162 40. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja ... 163
41. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Humanistik ... 165
42. Tingkat Kecenderungan Variabel Sikap Transenden... 166
43. Tingkat Kecenderungan Variabel Kompetensi Mengelola Keberagaman... 166
44. Tingkat Kecenderungan Variabel Kepuasan Kerja ... 167
45. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X2atas X1... 169
46. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X3atas X1... 173
47. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X4atas X1... 177
48. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X4atas X2... 181
49. Perhitungan Jumlah Kuadrat Galat JK (G) X4atas X3... 185
50. Liliefors Variabel X2atas X1... 190
51. Liliefors Variabel X3atas X1... 192
52. Liliefors Variabel X4atas X1... 194
53. Liliefors Variabel X4atas X2... 196
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1. Diagram Kepuasan Kerja-Colquitt... 18
2. Bagan Determinan Kepuasan Kerja Menurut George & Jones ... 19
3. Kedudukan Tiga Keterampilan Manajerial ... 25
4. Hierarki Kebutuhan Maslow ... 32
5. Paradigma Penelitian... 52
6. Histogram Skor Kepemimpinan Humanistik ... 74
7. Histogram Skor Sikap Transenden... 76
8. Histogram Skor Kompetensi Mengelola Keberagaman... 77
9. Histogram Skor Kepuasan Kerja... 79
10. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X2... 84
11. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X3... 85
12. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X4... 87
13. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X2dengan X4... 89
14. Gambar Regresi Linier Sederhana antara X3dengan X4... 90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke
arah kedewasaan (Purwanto, 1997:10). Dalam arti luas, pendidikan diartikan
sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa,
watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah
suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan
dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui
lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga-lembaga-lembaga-lembaga
lain (Suwarno, 2006:20).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge) kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni mentransfer nilai
(transfer of value). Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja budaya yang
menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya
2
daya kritis dan partisipatif harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik.
Anehnya, pendidikan yang telah lama berjalan tidak menunjukkan hal yang
diinginkan. Justru pendidikan hanya dijadikan alat indoktrinasi berbagai
kepentingan. Hal inilah yang sebenarnya merupakan akar dehumanisasi (Arif,
2009).
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini
belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan
kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa
yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling
besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini. Tantangan dunia
pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar atau
humanisme pendidikan. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk
melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu
ada dalam lingkungan belajar yang dibutuhkan anak didik adalah kenyataan.
Sadar bahwa anak memiliki kekuatan di samping kelemahan, memiliki
keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga
bisa gembira.
Education as sosial funcional menekankan bahwa pendidikan sebagai
alat untuk memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa.
Pendidikan seringkali juga digunakan sebagai alat hegemoni kekuasaan dan
alat untuk melestarikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Sementara itu
pengaruh dunia industri terhadap dunia pendidikan adalah penyamaan antara
3
Murid diibaratkan sebagai raw input, sementara komponen pendidikan yang
lain seperti guru, kurikulum dan fasilitas pendidikan diibaratkan sebagai
komponen proses produksi dalam suatu pabrik. Model paradigma seperti ini
memandang manusia secara parsial yaitu sebagai makhluk jasmani dengan
kebutuhan materiil yang sangat dominan dan tentu saja kurang memperhatikan
hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi dan paling
sempurna, terutama dilihat dari dimensi spiritualitasnya. Dampak dari
pendidikan yang terlalu material oriented ini dapat berakibat pada
pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh humanisme
(Tobroni, 2008:viii).
Proses belajar tidak hanya memperhatikan sisi intelektual, tetapi juga
sisi fisik, perasaan, dan motivasi anak didik. Bagaimana mungkin peserta
didik memilki motivasi belajar yang tinggi bila dia dalam keadaan lapar dan
perasaan tertekan dengan berbagai problematikanya? Itulah sebabnya
dibeberapa negara maju sekolah menyiapkan makan siang bagi siswa dari TK
sampai SMA dan menurut para peta realitas kependidikan kita, tradisi ini di
Indonesia jarang sekali terjadi atau tidak pernah ada. Dengan memperlakukan
peserta didik secara humanistik, fenomena-fenomena semisal kenakalan
remaja dan tindakan-tindakan destruktif lainnya tidak akan terjadi, setidaknya
akan tereduksi. Rogers (2000:34) mengemukakan yang terpenting dalam
proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran, yaitu: (1) Menjadi manusia berarti memiliki
4
yang tidak ada artinya; (2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna
bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa; dan
(3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa, dan Belajar yang
bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Manusia sebagai aktor utama dalam proses pendidikan harus mampu
menjalankan pendidikan dengan sebaik-baiknya karena manusia dibekali
dengan akal yang sempurna. Kadang manusia menganggap pendidikan
hanyalah suatu bisnis yang menarik dan tidak berorientasi pada tujuan
pendidikan, sehingga pendidikan yang awalnya mencerdaskan kehidupan
bangsa menjadi pendidikan yang membodohkan bangsa. Bagi suatu bangsa
yang sedang membangun terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di
tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih.
Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mendapat sorotan lebih agar
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, perkembangan
anak didik serta kebutuhan-kebutuhannya. Sebab sejauh ini, sebagian lembaga
pendidikan di Indonesia, masih menggunakan konsep atau metode klasik yang
tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Tilaar (1999:104) menyatakan
“peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal, terutama mutu
gurunya”. Dengan demikian, jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan dapat
dipengaruhi peran guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional. Salah
5
meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan
kerjanya, sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan
berusaha untuk meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian
diharapkan keberhasilan pendidikan akan tercapai.
Meningkatkan kepuasan guru terhadap pekerjaannya merupakan hal
yang sangat penting, karena menyangkut masalah hasil kerja guru yang
merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada
siswa. Suwar (2008:79) menyatakan kepuasan kerja guru adalah perasaan guru
tentang menyenangkan atau tidak mengenai pekerjaan berdasarkan atas
harapan guru dengan imbalan yang diberikan oleh sekolah. Kepuasan kerja
guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja atau mengajar. Jika guru puas
akan keadaan yang mempengaruhi dia, maka dia akan bekerja atau mengajar
dengan baik. Jika guru tidak merasa puas, maka akan meniimbulkan gejala
seperti: kemangkiran, malas bekerja, banyaknya keluhan guru, rendahnya
prestasi kerja, rendahnya kualitas pengajaran, indisipliner guru dan gejala
negatif lainnya.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada sekolah di Sub Rayon
X SMA Negeri 1 Sunggal diperoleh kenyataan bahwa guru tidak puas dengan
pekerjaannya. Beberapa hal yang ditemukan peneliti mengindikasikan hal
tersebut, di antaranya: guru sering memarahi siswa yang terlalu sering
mengajukan pertanyaan, sering protes terhadap keputusan kepala sekolah,
terlambat menyerahkan hasil belajar siswa, sering meninggalkan kelas, dan
6
Pengawas Sekolah yang memberikan contoh data sebuah SMA di Sub Rayon
SMA Negeri Sunggal sebagaimana Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kondisi Guru di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal
No. Peristiwa Jumlah Kejadian Persentase
1. Guru selalu terlambat datang ke sekolah
Sumber: Data Pengawas Sekolah di Sub Rayon SMA Negeri 1 Sunggal Bulan Oktober 2012
Beberapa kepala sekolah yang ditemui penulis memberikan keterangan
bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya masih menunjukkan kondisi yang
kurang baik seperti: kurangnya kompotennya guru dalam mengajar, disiplin
guru yang masih rendah/ kurang, semangat kerja masih rendah, masih banyak
guru yang mengajar menggunakan cara tradisional dan belum semuanya
mengacu pada tuntutan kurikulum dan kegiatan pembelajaran afektif, inovatif
dan kreatif, dan menyenangkan yang pada saat sekarang ini dikenal dengan
(PAIKEM), belum semua guru menyiapkan RPP pada saat mengajar, sehingga
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga kurang jelas akhirnya berdampak
7
optimal. Banyak faktor yang menyebabkan kinerja guru rendah, satu di
antaranya kepuasan kerja yang dialami guru. Locke dalam Sopiah (2008:170),
kepuasan kerja merupakan satu ungkapan emosional yang bersifat positif atau
menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau
pengalaman kerja. Mulyasa (2007:8) mengemukakan beberapa alasan mengapa
kepuasan kerja guru dalam tugasnya sebagai pendidik, antara lain: (1) Tugas
guru bukan hanya sekedar memberikan pelajaran seperti yang terkandung di
dalam garis besar pengajaran dalam kurikulum formal tetapi juga meliputi
seluruh aspek kehidupan; (2) Adanya fenomena mengenai penurunan kinerja
guru, padahal guru merupakan pusat teladan dan mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan siswanya; dan (3) Peningkatkan mutu pendidikan secara formal
aspek guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkannya.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kepuasan kerja pada guru sangat
penting dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Hal ini juga
disebabkan, bahwa dengan kepuasan kerja yang baik akan didapat kesungguhan
seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, tidak merasa
dipaksakan, turut bertanggung jawab dalam mencapai tujuan sekolah yang
diinginkan. Dengan demikian disimpulkan bahwa kepuasan kerja pada guru
akan membuahkan peningkatan mutu sekolah sebagai suatu organisasi
pembelajaran.
Sehubungan dengan kepuasan kerja guru, Colquitt, dkk (2009:27)
mengemukakan teori yang menyatakan: bahwa sejumlah faktor yang
8
karakteristik individu (kepribadian dan nilai-nilai budaya, kemampuan) dan
faktor mekanisme kelompok (tim karakteristik, tim proses, kekuasaaan dan
pengaruh pemimpin, gaya kepemimpinan dan perilaku). Dari faktor-faktor di
atas, peneliti memfokuskan peningkatan kepuasan kerja guru dengan
mempertimbangkan faktor kepemimpinan kepala sekolah (kepemimpinan
humanistik), faktor kepribadian (sikap transenden), dan faktor kemampuan
(kompetensi mengelola keberagaman).
Kepala sekolah yang sekaligus sebagai pemimpin terdepan dan terdekat
dengan guru, harus memilki kepekaan dalam memahami semua ini. Tetapi
permasalahannya adalah berapa banyak kepala sekolah yang memahami
kepuasan kerja guru? Bahkan kepemimpinan kepala sekolah sering menjadi
pemicu kepuasan kerja guru menjadi rendah ini diakibatkan kurangnya peran
kepala sekolah terhadap mensupervisi guru. Atau barangkali keputusan/
kebijakan kepala sekolah secara tidak langsung telah menyebabkan seorang
guru merasa tidak puas dalam bekerja. Kinerja guru bisa menjadi rendah hanya
karena ketidakpuasannya kepada kepala sekolah. Ketidakpuasan dalam bekerja
dapat disebabkan karena guru menganggap bahwa perhatian kepala sekolah
sangat rendah atau dengan kata lain jarangnya peran kepala sekolah dalam
mensupervisi guru dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mengakibatkan
kepuasan kerja guru rendah dan tidak menghasilkan poduktivitas yang
memuaskan dalam pendidikan sekolah. Guru tidak merasa menjadi bagian
terdekat dari kepala sekolah karena kepala sekolah tidak menunjukkan sikap
9
dalam masalah yang dihadapi oleh guru. Robbins (1996:105) yang menyatakan
bahwa keterkaitan para manajer terhadap kepuasan kerja berpusat pada dampak
terhadap kinerja seseorang.
Pada hakekatnya kepemimpinan merupakan hubungan dimana diri
seseorang atau seorang pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk mau
bekerja sama secara sukarela, sehubungan dengan tugasnya untuk mencapai
yang diinginkan pemimpin. Terry (1997:458) “Leadership is the relationship
in which one person, or the leader, influences others to work together willingly
on related task to attain that which the leaders desire”. Sedangkan Musselman
dan Jackson (1990:112) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang-orang lain untuk berperilaku dalam suatu cara
tertentu. Mengingat setiap orang pemimpin mempunyai cara tersendiri dalam
menjalankan kepemimpinannya maka dalam mencapai tujuan organisasi akan
menggunakan seefektif mungkin kekuasaannya agar orang lain dapat diarahkan
perilakunya dalam berbagai kondisi.
Salah satu teori kepemimpinan yang patut dikedepankan adalah teori
kepemimpinan humanistik dimana menghendaki setiap individu diberi kondisi
yang bebas yang memungkinkannya merealisasikan potensi-potensi internal
yang ada dengan tidak melupakan tujuan komunitas kelompoknya. Terkait
dengan suatu proses kependidikan, maka teori kepemimpinan humanistik
menghendaki seorang guru sebagai kreator dan arsitek tunggal di medan
kerjanya dan memberikan suasana bebas bagi peserta didik. Kepemimpinan
10
dicapai dengan pengakuan dan perbuatan yang memperhatikan kepentingan
sosial, ekonomi dan lingkungan. Salah satu faktor dominan dalam
kepemimpinn humanistik adalah keterampilan dalam hubungan manusia. Stoner
dan Freeman (1992) mengemukakan bahwa keterampilan hubungan manusia
adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, dan
memotivasi orang lain, baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain baik
sebagai individu maupun kelompok dengan tujuan agar pimpinan memperoleh
partisipasi secara aktif dari anggota organisasi dalam pencapaian tujuan
(Handoko, 1992).
Pencapaian tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi sikap guru
dalam menjalankan tugas mengajarnya. Dalam keseharian, sudah sulit kita
jumpai guru yang selalu tersenyum dan menyambut gembira kedatangan
murid-muridnya. Sudah menjadi pandangan umum bahwa guru hanya menjalankan
tugasnya sehari-hari, yakni mengajar, mengajar, dan mengajar. Tidak banyak
lagi guru yang mau mendidik siswanya untuk menjadi manusia yang punyai
arti, yang ada guru yang hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan
tanpa memberikan rasa empati terhadap orang di sekitarnya. Hal ini menjadikan
banyaknya lulusan pendidikan yang cerdas, dan terampil tetapi tidak memiliki
tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya
sehingga seringkali menimbulkan masalah bagi masyarakat, menjadi beban
masyarakat dan bangsa, bahkan menggerogoti keutuhan bangsa serta dapat
11
Sebagai unsur kepribadian dan penentu perilaku, sikap (attitude)
merupakan hal yang banyak memiliki implikasi di dalam organisasi karena
bukan hanya kaitannya yang sangat erat dengan nilai, melainkan pula sering
dihubungkan dengan, atau bahkan mempengaruhi kinerja, kepuasan kerja,
perputaran pegawai, tingkat absensi pegawai (absenteeism) serta perilaku
organisasi lainnya (Greenberg dan Baron dalam Basalamah, 2004:102). Mead
dalam Usman (2005:108) menyatakan setiap individu akan merasa ada makna
sekiranya ada interaksi di antara satu dengan lainnya. Dengan demikian,
keperluan untuk saling berkomunikasi-berinteraksi-berinterrelasi antar manusia
merupakan keperluan alamiah, sebagai fitrah. Keperluan alamiah ini niscaya
akan berkembang dengan tetap berada pada landasan fitrah-nya, manakala
nilai-nilai transendental secara taat asas (konsisten, istiqamah) menjadi acuan
dan diimplementasikan secara kokoh dalam hidup dan kehidupannya.
Walsh dan Vaughan (1993) mengemukakan sikap transedensi diri (self
transedence) mengacu pada keadaan kesadaran (states of consciousness)
dimana diri berkembang melewati batas-batas wajar, identifikasi-identifikasi,
dan citra diri dari kepribadian individu serta merefleksikan suatu koneksi
fundamental, harmoni, atau kesatuan dengan orang lain dan dunia. Dengan
sikap transenden, guru menunjukkan sikap menerima dan melaksanakan
tugasnya dengan sepenuh hati, tanpa mengharapkan pujian berlebihan dari
orang-orang di sekitarnya. Kondisi ini membawa guru kepada kepuasan yang
12
Dalam menjalankan tugas sehari-hari di sekolah, guru adalah merupakan
makhluk sosial yang berada di organisasi sekolah. Sebagai makhluk sosial, guru
harus dapat menerima segala perbedaan (keragaman) baik dari segi pendidikan,
agama, suku, gender, dan sebagainya. Mengelola keberagaman pada angkatan
kerja berarti menarik, mempertahankan, memotivasi individu-individu dengan
latar belakang yang beragam dan bervariasi berkaitan yang dengan ras, jenis
kelamin, asal-usul, bahasa, status perkawinan, dan pendidikan (Cox dan Blake,
1991). Perbedaan-perbedaan di antara guru sering menciptakan konflik dalam
organisasi. Jika konflik tidak ditangani secara cepat maka akan menghasilkan
kinerja yang buruk. Isu-isu keberagaman dapat mempengaruhi perilaku guru di
sekolah, kelompok-kelompok kerja, hubungan-hubungan atau interaksi dua
arah dalam organisasi. Dari kondisi ini, guru harus dapat mengembangkan
kompetensi menerima keberagaman yang ada di sekolah.
Dari uraian di atas diprediksikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
yang humanistik dapat mempengaruhi sikap transenden, kompetensi mengelola
keberagaman, dan kepuasan guru dalam bekerja. Untuk membuktikan hal
tersebut, perlu dilakukan pengkajian dan penelitian yang berjudul pengaruh
Kepemimpinan Humanistik, Sikap Transenden, dan Kompetensi Mengelola
Keberagaman terhadap Kepuasan Kerja Guru.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
13
guru, antara lain: karakteristik individu, kekuasaan pemimpin, kepribadian
guru, kompetensi guru mengajar, kepemimpinan humanistik kepala sekolah,
sikap transenden guru dalam mengajar, kompetensi guru mengelola
keberagaman di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja guru, namun dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada kepemimpinan humanistik terhadap sikap
transenden, kompetensi mengelola keberagaman dan kepuasan kerja guru.
Sedangkan guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru-guru yang
mengajar di sekolah-sekolah pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal
Kabupaten Deli Serdang.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kepuasan
kerja guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli
Serdang?
2. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap sikap
transenden guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli
14
3. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi
mengelola keberagaman guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal
Kabupaten Deli Serdang?
4. Apakah terdapat pengaruh sikap transenden terhadap kepuasan kerja guru
di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang?
5. Apakah terdapat pengaruh kompetensi mengelola keberagaman terhadap
kepuasan kerja guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten
Deli Serdang?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kepuasan kerja guru di Sub
Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
2. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap sikap transenden guru di Sub
Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
3. Pengaruh kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi mengelola
keberagaman guru di Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
4. Pengaruh sikap transenden terhadap kepuasan kerja guru di Sub Rayon X
SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
5. Pengaruh kompetensi mengelola keberagaman terhadap kepuasan kerja
15
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis dalam penelitian ini adalah dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam
meningkatkan kepuasan kerja guru dalam upaya peningkatan mutu
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kepuasan guru
terhadap pekerjaannya.
2) Sebagai bahan masukan dalam melihat pengaruh kepemimpinan
humanistik terhadap sikap transenden, kompetensi mengelola
keberagaman, dan kepuasan kerja guru.
b. Bagi Kepala Sekolah
1) Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki pola kepemimpinannya
di sekolah.
2) Sebagai bahan masukan dalam upaya terus meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan tentang upaya peningkatan kepemimpinan
humanistik kepala sekolah, sikap transenden, kompetensi mengelola
105
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka
dapat disimpulkan:
1. Tingkat kecenderungan kepemimpin humanistik tergolong pada
kecenderungan sedang. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan hamunistik
harus terus ditingkatkan untuk mendukung kepuasan kerja guru.
2. Tingkat kecenderungan sikap transenden tergolong pada kecenderungan
sedang. Hal ini berarti bahwa sikap transenden harus terus ditingkatkan
untuk mendukung kepuasan kerja guru.
3. Tingkat kecenderungan kompetensi mengelola keberagaman tergolong
pada kecenderungan sedang. Hal ini berarti bahwa kompetensi mengelola
keberagaman harus terus ditingkatkan untuk mendukung kepuasan kerja
guru.
4. Hasil kecenderungan kepusan kerja guru tergolong pada kecenderungan
sedang. Hal ini berarti bahwa kepusan kerja guru harus terus ditingkatkan.
5. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepemimpinan
humanistik terhadap sikap transenden pada Sub Rayon X SMA Negeri 1
Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik kepemimpinan
humanistik maka semakin baik juga sikap transenden pada Sub Rayon X
106
6. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepemimpinan
humanistik terhadap kompetensi mengelola keberagaman pada Sub Rayon
X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik
kepemimpinan humanistik maka semakin baik juga kompetensi mengelola
keberagaman pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
7. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepemimpinan
humanistik terhadap kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri
1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik kepemimpinan
humanistik maka semakin baik juga kepuasan kerja guru pada Sub Rayon
X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
8. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara sikap transenden
terhadap kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal
Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik sikap transenden maka
semakin baik juga kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri 1
Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
9. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kompetensi mengelola
keberagaman terhadap kepuasan kerja guru pada Sub Rayon X SMA
Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli Serdang, artinya semakin baik
kompetensi mengelola keberagaman maka semakin baik juga kepuasan
kerja guru pada Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal Kabupaten Deli
107
B. Implikasi
Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan
memberikan implikasi terutama kepada pihak sekolah (Sub Rayon), kepala
sekolah, dan para guru dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di SMA
Sub Rayon X SMA Negeri 1 Sunggal. Untuk itu, guna meningkatkan kepuasan
kerja guru diperlukan upaya bersama dalam peningkatan kepemimpinan
humanistik, sikap transenden, dan kompetensi mengelola keberagaman.
1. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara
kepemimpinan humanistik terhadap sikap transenden. Hal ini berarti
semakin baik kepemimpinan humanistik maka semakin baik juga sikap
transenden guru. Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan upaya
dalam menumbuhkan sikap transenden guru, yang dapat diartikan bahwa
kepala sekolah melakukan upaya tertentu untuk meningkatkan sikap guru
melakukan pekerjaannya dengan keikhlasan dan menerima setiap kebijakan
yang telah ditetapkannya.
2. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara
kepemimpinan humanistik terhadap kompetensi mengelola keberagaman.
Hal ini berarti semakin baik juga kompetensi mengelola keberagaman pada
guru. Dalam hal ini kepala sekolah harus membuat aturan sekolah yang
mengharuskan setiap guru mengedepankan rasa hormatnya terhadap rekan
kerjanya, baik saat di dalam maupun di luar sekolah.
3. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara
108
semakin baik kepemimpinan humanistik maka semakin baik juga kepuasan
kerja guru. Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan upaya dalam
menjelaskan setiap pekerjaan yang diberikannya kepada guru. Selain itu
kepala sekolah harus mengapresiasikan setiap prestasi kerja guru.
4. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara
sikap transenden terhadap kepuasan kerja guru. Hal ini berarti semakin baik
sikap transenden maka semakin baik juga kepuasan kerja guru. Guru dapat
terus memberikan pelayanan belajar kepada setiap siswa yang
membutuhkan.
5. Dari hasil penelitian diperoleh pengaruh langsung yang signifikan antara
kompetensi mengelola keberagaman terhadap kepuasan kerja guru. Hal ini
berarti semakin baik kompetensi mengelola keberagaman maka semakin
baik juga kepuasan kerja guru. Hal ini dapat ditumbuhkan guru dengan
menjaga rasa saling hormat dan menghargai dengan rekan guru lainnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka dapat diberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada guru diharapkan berkeinginan untuk melatih diri mengembangkan
sikap transeden supaya dapat mengajar siswa dengan penuh keikhlasan dan
penerimaan. Dengan keikhlasan guru akan memberikan mencurahkan
segenap kemampuan dan pengetahuan dalam upaya membelajarkan siswa
109
siswa dapat belajar sendiri sesuai kemampuannya. Selain itu diharapkan
peran serta guru dalam menjaga keberagaman di sekolah.
2. Kepada kepala sekolah diharapkan berkeinginan untuk melatih diri dalam
mengembangkan kepemimpinan humanistik agar dapat mendukung setiap
kegiatan guru. Dengan kepemimpinan yang humanistik, kepala sekolah
dapat mengedapankan rasa kemanusiaan saat mengarahkan dan menjelaskan
pekerjaan pada setiap guru di sekolah. Selain itu kepala sekolah dapat
menetapkan aturan sekolah yang mengharuskan setiap guru saling
menghargai dan menghormati rekan guru di sekolah.
3. Kepada pihak sekolah diharapkan berkeinginan untuk menyediakan seluruh
kebutuhan guru di sekolah. Selain itu pihak sekolah harus menempatkan
kepala sekolah yang baik, yang dapat mengedapankan sikap manusiawi
dalam membuat keputusan di sekolah.
4. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang pengaruh kepemimpinan
humanistik, sikap transenden, dan kompetensi mengelola keberagaman
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, John T. 1988. “A Review of Size Dependent Survival During Pre-Recruit Stages of Fishes in Relation to Recruitment”. http://journal.nato.intVol. 8n 55 - 66
Anoraga, Pandji. 2008.Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Arif, Khilmi. 2009. “Humanisasi Pendidikan Dalam Perspektif Islam: Telaah atas Pemikiran Abdul Munir Mulkhan”. http:www.PendidikanNetwork. co.id, diakses 27 Oktober 2012 pukul 17:30:50.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta
Armstrong. Michael and Baron, 1998. Performance Manajemen. Alih Bahasa: Tony Setiarvan. Yogyakarta: Tugu Publisher
Basamalah, S.M, Anies. 2004.Perilaku Organisasi. Depok: Buku Pilihan.
Bennis, Warren. 1990.Why Leaders Can’t Lead. San Fransisco: Jossey-Bass
Bhawuk D.P. S dan Triandis H.C. 1993. “Bridging the Gap between Theory and Practice: Comparative Study of Current Diverstiy Program”. University of Illinois Center for Human Resource Management Working Paper Series, No. 2
Campbell, Jim. 2000. “Meningkatkan Kepuasan Karyawan dan Mengurangi Perputaran Karyawan”. http://www.oxfofduniversity.com, akses 05 Oktober 2012
Chien, Jennifer. 2011. “Hirarki Kebutuhan Maslow” dikutip dari http://www.jenniferchien.com/library/characteristics.pdf. Jumat, 16 Nopember 2012 pukul 20:12:45
Colquitt, dkk. 2009. Organizational Behavior. New York: Mcgraw-Hill Companies Inc.
Cox, T.H. dan Blake, S. 1991. “ Managing Cultural Diversity : Implication for Organizational Competitiveness”. Academy or Management Executive, Vol. 5 No. 3, 45-55
110
Debora. 2006. “Pengaruh Pemberdayaan Kerja dan Psikologis terhadap Kepercayaan Organisasional dan Kepuasan Kerja Dosen Tetap Perguruan Tinggi Swasta”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8 No. 2, September 2006: 61-71
Foster, R.P. 1998. “Work Force Diversity and Business”. Training and Development Journal. April: 39
George, J., & Jones, G. 2005. Understanding and Managing Organizational Behavior. (5th ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall
Gerungan, W.A. 2007.Psikologi Sosial. Bandung: Eresco
Gibson, J.I. Ivanevihch, J.M. dan Donelly, J.H. 2000. Perilaku Organisasi: Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Hadjar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Semarang: Rajawali
Handoko, TH. 1992. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM
Hasibuan, Malayu SP. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
http://the-mouse-trap.blogspot.com/11/28/2012/maslows-eight-basic-needs-and-eight.html
Husein, Muhammad Fakhri. 2008. “Keterkaitan Faktor-Faktor Organisasional, Individual, Konflik Peran, Perilaku Etis, dan Kepuasan Kerja Akuntan Manajemen”. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 1 No. 1, April 2008
Iswati, Sri. 2006. “Pengaruh Komitmen Profesional, Tipe Kepribadian, Gender terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik”.EKUITAS Vol. 12 No. 1 Maret 2008: 36-51
Johan, Rita. 2002. “Kepuasan Kerja Karyawan Dalam Lingkungan Institusi Pendidikan”.Jurnal Pendidikan Penabur – No. 01/Th. 1/ Maret 2002
Kondalkar, V.G. 2007. Organizational Behaviour. New Delhi: New Age Internasional Limited, Publishers
Kneller, G. 1967.An Introduction to The Philosophy of Education. NY: Wiley
111
Mar’at. 2004.Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Maslow, Abraham. 1973.The Farther Reaches of Human Nature. Harmondsworth, Middlesex: Penguin Books
Mulyasa E. 2007.Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Mulyono, Sugeng dan Zai Dani Almas. 2009. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan”. Jurnal Manajemen Gajayana Vol. 6, No. 2, November 2009, 137-150
Musselman, Vernon A. Dan Jackson, John H. 1990. Business: Risk, Pricing, Marketing: Labor-Management Relation. New York: Prentice Hall
Oliva, P.F. 1984. Supervision for to Days School. New York: Thomas J. Crowell Company
Pedhazur, Elazar, J. 1982. Multiple Regression in Behavioral Research. New York: CBS College Publishing
Purwanto, M. Ngalim. 1997. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya
Riawan, Amin. 2001. “Sistem Ekonomi Tawhidiyah dan Sistem Kontrol”. Sabili Edisi 28 Februari 2001
Riduwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta
Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep – Kontroversi – Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo
Rogers, Everett M.. 2000. “Communication and Inequitable Development: Narrowing The Socio-economic Benefits Gap”.Media Asia, Vol. 5 No. 1
Sarros, J. C. & Butchatsky, B. 1996.Leadership: Australia's Top CEOs: Finding out What Makes Them the Best.Sydney: Harper Collins Publishers
Slocum, John W. dan Don Hellriegel. 2009. Principles of Organizational Behaviour. Canada: Nelson Education, Ltd.
Sopiah. 2008.Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi Offset
112
Stoops, E. dan Johnson, E.R. 1977. Elementary School Administration. New York: Mc Graw-Hill Book Company
Sudjana. 1992.Metode Statistika.Bandung: Tarsito
_______. 1998.Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2000.Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: Alfabeta
Sutisna, O. 1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa
Suwarno, Wiji. 2006.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Terry, P. M. 1997. “Teacher burnout: Is it real? Can we prevent it? Paper presented at the annual meeting of the North Central Association of Colleges and Schools”, Chicago, IL. (ERIC Document Reproduction Service No. ED 408 258)
Thomas D.A dan Ely, R.J. 1996. “ Making Differences Matter: A new Paradigm for Managing Diversity”,Harvard Business Review, September-October, 79-88
Tilaar, H.A.R. 1999. Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas. Malang: UMM Press
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Bandung: Fokusmedia
Usman, Toerdin S. 2005. “Trasendensi Dalam Globalisasi di Indonesia: Satu Acuan Nilai”. Makalah
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta
Walsh, R dan Vaughan F. 1993. “On Transpersonal Definitions”. Journal of Transpersonal, Psychology 25: 199-2073
Wibowo. 2009.Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers
113
Yulk, Gary. 2008.Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: Indeks