PERUBAHAN PROSES UPACARA ADAT
PERKAWINAN ETNIS KARO DI DESA PERBULAN
KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ERNA PUPUT RESKYA GINTING
NIM : 309 122 019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
i
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo, untuk menemukan dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam proses perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo, dan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat etnis Karo di Desa Pebulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo terhadap perubahan proses upacara perkawinan adat Karo.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif melalui penelitian lapangan (field research) dan tekhnik pengumpulan data adalah dengan menggunakan pengamatan dan wawancara langsung dengan masyarakat yang mengetahui masalah yang diteliti untuk mencari data dan fakta dalam penelitian ini. Penentuan informan menggunakan tekhnik purpossive sampling yaitu pengambilan objek penelitian atau informan secara sengaja berdasarkan kriteria tertentu. Selain itu, untuk data pendukung dalam penelitian ini juga melakukan studi pustaka (studi literatur) yakni dengan menelaah pada sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan judul penelitian. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo.
Hasil penelitian ini yakni : perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo yaitu : (1) tahap atau urutan dalam upacara adat perkawinan, dimana dulunya tahap atau urutan dalam proses upacara adat perkawinan karo adalah 10 tahap namun sekarang hanya tinggal 7 tahapan saja. (2) Dari segi waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan, dimana dahulu setiap akan melaksanakan proses runggu atau pertemuan selalu dilakukan pada larut malam yakni pada pukul 22.00 WIB dan hanya dihadiri oleh kerabat terdekat saja. Namun sekarang dari segi waktu dipercepat menjadi pukul 20.00 WIB dan dihadiri oleh warga kampung, dalam arti tidak hanya kerabat terdekat saja yang hadir. (3) Jenis makanan santapan dalam pesta perkawinan. Jika dulu penggunaan daging babi merupakan suatu prestise bagi masyarakat namun sekarang penggunaaan daging babi digantikan dengan penggunaan daging sapi atau ayam, mengingat kini masyarakat telah heterogen etnis maupun agama.
Perubahan-perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo ini terjadi dipengaruhi oleh faktor migrasi dan kontak dengan kebudayaan lain, faktor ekonomi, waktu, pendidikan dan agama.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena berkat rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Perubahan Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis
Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo”.
Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan telah penulis selesaikan dalam batas waktu yang telah ditentukan. Penulis
berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya baik
untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada yang sangat teristimewa dalam hidup penulis yaitu kedua orang tua
penulis yang sangat penulis sayangi, ayahanda A.T Ginting dan ibunda E.W
Marbun yang telah memberikan dukungan doa dan materiilnya. Hanya ini yang
dapat ananda persembahkan sebagai makna dari pengorbanan dalam setiap doa
dan sujudmu. Terkhusus penulis ucapkan terimakasih kepada adik-adikku Damai
Yanty Valentina Reskya Ginting, Sri Widya Sari Ginting, Thia Adhelia Ginting
dan Mutiara Ginting yang tak henti-hentinya menguatkan dan memberikan
motivasi kepada penulis. Kalian adik-adik kakak yang hebat. Semoga kesuksesan
juga mengiringi langkah kalian.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
atas kejasama dan bantuannya baik secara langsung maupun tak langsung dalam
iii
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan
Antropologi.
4. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, MSP sebagai dosen pembimbing skripsi.
Terimakasih atas saran, kritik dan masukan oleh ibu, yang banyak
membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Semoga ibu selalu sukses dalam setiap aktivitas.
5. Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si sebagai dosen pembimbing
akademik penulis selama menjadi mahasiswa di jurusan pendidikan
antropologi. Terimakasih atas arahan dan bimbingan bapak selama
masa perkuliahan.
6. Ibu Dra. Trisni Andayani, Msi, dan ibu Rosramadhana, M.Si selaku
dosen penguji. Terimakasih atas saran dan masukan atas perbaikan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen prodi Pendidikan Antropologi. Terimakasih atas
didikan dan pengajarannya selama ini.
8. Bapak Suhendri Ginting beserta keluarga kecilnya selaku Kepala Desa
Perbulan. Terimakasih telah menizinkan penulis meneliti di daerahnya,
iv
9. Keluarga A. Sembiring Kembaren. Terimakasih atas penerimaan
penulis di rumahnya, terimakasih atas pengajaran, dukungan dan
semangatnya.
10.Terkhusus abangnda Ertin Sembiring Kembaren S.Kom. You are so
special for me. Terimakasih atas bantuannya selama penelitian,
terimakasih atas pengajaran, bimbingan, kesetiaan, dukungan dan
semangatmu selama ini. Semoga selalu diberi kelancaran dan
kesuksesan dalam setiap aktivitasmu.
11.Kedua pengantin, Balinton Sitepu dan Heriati Harianja. Semoga
menjadi keluarga kecil yang bahagia.
12.Permata GBKP Klasis Lau Baleng Desa Perbulan, Jericko, Doni, Dani,
Bayang, kak Sani, Ngana, dan lainnya yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu.
13.Masyarakat Desa Perbulan dan semua informan yang telah
dicantumkan namanya dilampiran.
14.Sahabat tercinta yang selalu ada dalam suka dan duka. Mushdar
Asingkilnay, Dhini D’aries, Hotnida, Irna Pakaek. Terimakasih telah
menjadi sahabat terbaik bagi penulis.
15.Rekan antro seperjuangan stambuk 2009. Akhirnya tiba juga kita di
batas perjuangan selama 4 tahun ini. Semoga kita dapat
mengaplikasikan ilmu yang kita miliki.
16.Abangda dan kakanda rekan antro 2008, adinda rekan antro 2010,
v
17.Teman-teman PPLT SMA Katolik Kabanjahe. Terimakasih atas
solidaritas, motivasi, kekocakan dan kehangatan kita selama menjadi
guru sementara.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
dari segi bahasa.
Akhirnya penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan
mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Medan, Juli 2013
Penulis
Erna Puput Reskya Ginting
vi
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI………. 10
2.1. Kajian Pustaka dan Penelitian Yang Relevan.……….. 10
2.2. Landasan Teori... 13
2.2.1. Kebudayaan... 13
2.2.2. Perubahan... 15
2.2.3. Adat istiadat Etnis Karo... 17
2.2.4. Upacara... 19
2.2.5. Perkawinan Etnis Karo... 21
2.3. Kerangka berpikir ………....…... 23
3.4.1. Pengamatan Atau Observasi... 28
3.4.2. Wawancara... 29
vii
3.4.4. Studi Kepustakaan... 31
3.5. Tekhnik Analisis Data... 31
3.5.1. Mengelompokkan Hasil Data... 31
3.5.2. Menginterpretasi Data... 32
3.5.3. Melakukan Analisis dan Penyajian Data... 32
3.5.4. Membuat Kesimpulan... 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………... 33
4.1.1. Letak Geografis... 33
4.1.2. Sejarah Desa Perbulan... 36
4.1.3. Komposisi Penduduk Desa Perbulan... 38
4.2. Proses Upacara Perkawinan Adat Karo di Desa Perbulan... 41
4.2.1. Persiapan kerja adat... 44
4.2.1.1.Ertutur... 44
4.2.1.2.Naki-naki... 45
4.2.1.3.Nungkuni... 46
4.2.1.4.Nangkih erjabu/maba nangkih... 46
4.2.1.5.Maba belo selambar... 49
4.2.1.6.Nganting manuk... 54
4.2.2. Hari pesta adat... 57
4.2.2.1.Kerja erdemu bayu... 57
4.2.2.2.Naroh kalimbubu... 61
4.2.2.3.Mukul... 61
4.2.3. Sesudah pesta adat... 63
4.2.3.1.Ngulihi tudung/ngulihi bulang... 63
4.2.3.2.Ertaktak... 63
4.3. Perubahan Yang Terjadi Dalam Proses Perkawinan Adat Karo... 65
4.3.1. Tahap atau urutan dalam proses pelaksanaan adat perkawinan... 65
viii
4.3.3. Jenis makanan dalam pesta perkawinan... 69
4.4. Persepsi Masyarakat Etnis Karo Di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo Terhadap Perubahan Proses Upacara Perkawinan Adat Karo... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 79
5.1. Kesimpulan... 79
5.2. Saran... 80
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir... 23
2. Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Karo... 34
3. Gambar 4.2. Persiapan Runggu Maba Belo Selambar... 49
di Losd Desa Perbulan
4. Gambar 4.3. Saat Mempersiapkan Kampil Silima... 50
dalam Acara Maba Belo Selambar
5. Gambar 4.4. Peraturan Adat Tentang Gantang Tumba/Unjuken... 52
(Mahar) Dalam Perkawinan Etnis Karo Yang Dipajang
di Losd Desa Perbulan
6. Gambar 4.5. Pengantin dan Pengiring Saat Hendak... 58
Masuk Gereja Untuk Melaksanakan Pasu-Pasu (Pemberkatan)
di GBKP klasis Lau Baleng, Perbulan
7. Gambar 4.6. Acara Pasu-Pasu Perkawinan Oleh Pendeta... 58
8. Gambar 4.7. Kedua Pengantin di Pelaminan Saat... 59
Kerja Erdemu Bayu di Losd.
9. Gambar 4.8. Kedua Pengantin Saat Diadu Menari (Adu Landek)... 59
10.Gambar 4.9. Pihak Anak Beru Memberikan Penghormatan... 59
Kepada Pihak Kalimbubu
11.Gambar 4.10. Kedua Pengantin Saat Diberi Wejangan... 60
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk... 38
2. Tabel 4.2. Taraf Pendidikan Penduduk... 38
3. Tabel 4.3. Struktur Mata Pencaharian Penduduk... 39
4. Tabel 4.4. Agama Penduduk... 40
5. Tabel 4.5. Kesukuan/Etnis Penduduk... 41
6. Tabel 4.6. Perubahan Yang Terjadi Dalam Proses... 71
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan
lainnya. Masyarakat etnis Karo merupakan salah satu ragam suku bangsa
Indonesia yang termasuk salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah
Propinsi Sumatera Utara. Masyarakat etnis Karo berdasarkan tempat tinggalnya
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu yang tinggal di dataran tinggi Tanah
Karo yakni sekitar Tiga Binanga, daerah Singalor Lau, Lau Baleng, dsb, sering
disebut sebagai Karo Gugung sedangkan masyarakat etnis Karo yang menetap di
dataran rendah seperti Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat dan
Kotamadya Binjai sering disebut sebagai Karo Jahe.
Sebagai suatu desa yang terletak di daerah perbatasan, Desa Perbulan
dapat dikatakan sebagai desa yang heterogen dalam hal budaya karena terdiri dari
beragam etnis. Desa Perbulan terletak di Kabupaten Karo, Kecamatan Lau Baleng
Propinsi Sumatra Utara dan berbatasan dengan Dairi, Aceh Tenggara.
Beragamnya etnis yang bermukim di Desa Perbulan dapat dilihat pada struktur
masyarakat yang terdiri dari Etnis Batak Toba, Etnis Gayo, Pakpak, Jawa juga
Etnis Alas. Keragaman tersebut menimbulkan keragaman perilaku-perilaku
2
sebagai sebuah konsepsi menurut C. Kluckhon dalam (Marzali, 2007:112)
mempengaruhi perilaku manusia tentang alam, tentang tempat manusia dalam
alam, tentang hubungan manusia dengan manusia, dan tentang seharusnya
diinginkan dan yang tidak seharusnya diinginkan, sebagaimana mereka itu dapat
dikaitkan dengan hubungan manusia-lingkungan dan antar manusia. Hal ini
nantinya yang akan mempengaruhi persepsi masyarakat dalam memandang proses
upacara perkawinan dalam etnisnya masing-masing.
Seperti kita ketahui, semua masyarakat manusia mengalami proses dalam
mencapai tingkatan-tingkatan hidup. Proses tersebut misalnya proses yang
dimulai dari masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa
setelah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia, dan kematian. Pada setiap
masa peralihan proses dari satu tingkat ketingkat berikutnya, biasanya diadakan
upacara-upacara tertentu, yang sesuai dengan adat-istiadat pendukungnya.
Namun tidak semua kebudayaan menganggap semua masa peralihan itu
sama pentingnya. Mungkin dalam satu kebudayaan tertentu, ketika seseorang
memasuki proses tingkatan hidup yang baru, dianggap sebagai sesuatu hal yang
sangat penting, sementara dalam kebudayaan tertentu lainnya, hal itu berjalan
dengan wajar dan sebagaimana adanya.
Umumnya dalam berbagai kebudayaan, ada anggapan bahwa masa
peralihan merupakan saat-saat yang penuh dengan bahaya, baik bahaya nyata
maupun gaib. Pada banyak etnis, upacara kehamilan, upacara kelahiran, upacara
pemberian nama, potong rambut, mengasah gigi, upacara khitanan, juga upacara
3
dapat timbul ketika seseorang beralih dari satu tingkat ketingkat hidup lainnya.
Selain daripada itu, upacara-upacara seperti itu juga memiliki fungsi sosial yang
penting, antara lain untuk memberitahukan kepada masyarakat ramai mengenai
perubahan tingkatan hidup yang dicapai itu.
Setiap kelompok masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Erlina
Sembiring dalam tulisan mengenai adat istiadat dalam upacara nengget pada
masyarakat batak karo (http://repository.usu.ac.id.pdfdiakses26februari05:07wib),
memiliki berbagai macam jenis kegiatan upacara kebudayaan dan upacara religi
yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya Pada saat proses dan
pelaksanaan upacara kebudayaan dan upacara religi juga pasti berbeda-beda
antara suku yang satu dengan suku yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat banyak sekali macam jenis upacara kebudayaan yang terdapat di
Indonesia. Seperti halnya upacara yang berkaitan dengan ritus peralihan seperti
kelahiran, pernikahan dan kematian pada masyarakat etnis Karo.
Masyarakat etnis Karo masih memegang teguh adat istiadat yang
umumnya dilaksanakan dalam bentuk upacara-upacara tradisional. Adat istiadat
tadi lama kemudian menjadi suatu tradisi bagi masyarakatnya. Seperti yang
dikemukakan Bangun (1990:111), suatu tradisi atau adat istiadat suatu etnik, akan
diwariskan secara begitu saja kepada turunan atau generasi penerusnya, bukan
diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Soekanto (1982:177), bahwa kebudayaan telah ada terlebih
dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan
4
diteruskan atau diwariskan secara sosial, artinya kebudayaan merupakan warisan
sosial, dan bukan warisan biologis.
Tradisi atau adat istiadat tadi tidak tercipta atau berkembang dengan
sendirinya secara bebas. Namun ada masyarakat sebagai pendukung dari
kebudayaan tersebut yang mempertahankan, mengembangkan dan mengelola
kebudayaanya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Shils
(1981:12) dalam tulisan mengenai adat istiadat dalam upacara nengget pada
masyarakat batak karo (http://repository.usu.ac.id.pdfdiakses26februari05:07wib),
yang menyatakan bahwa manusia yang masih hidup, mengetahui dan berhasratlah
yang mampu menciptakan, mencipta ulang, dan mengubah suatu tradisi atau adat
istiadat tersebut. Artinya, tradisi atau adat istiadat itu adalah ciptaan manusia
Penyelenggaraan pesta upacara ketika memasuki proses tingkatan hidup yang
berikutnya, yang bersifat universal ini disebabkan karena adanya kesadaran bahwa
setiap tahap baru dalam hidup seseorang menyebabkan ia masuk ke dalam
lingkungan sosial yang baru dan lebih luas, yakni hidup seseorang tersebut
menjadi bergantung kepada orang-orang lain di sekitarnya.
Demikian juga halnya pada masyarakat etnis Karo, masih banyak terdapat
upacara-upacara tradisi yang berkaitan dengan kepercayaan religius mereka.
Adapun ritual-ritual yang dipercayai masyarakat etnis Karo antara lain : Upacara
Erlau-Lau, Erpangir Ku Lau, Perumah Begu, Raleng Tendi, Mengket Jabu, Cawir
Bulung, Nengget, dan masih banyak lagi lainnya upacara-upacara tradisi yang
lebih tertuju pada konsep kepercayaan religius pada masyarakat etnis Karo yang
5
dalam masyarakat etnis Karo sejalan dengan pendapat Simanjuntak (2003:15)
dalam tulisan mengenai adat istiadat dalam upacara nengget pada masyarakat
batak karo (http://repository.usu.ac.id.pdfdiakses26februari05:07wib), yang
menyatakan bahwa walaupun etnis Karo sudah menganut agama seperti Islam dan
Kristen umumnya, namun konsep-konsep kepercayaan dan religi purba masih
hidup, terutama pada masyarakat yang hidup di pedesaan.
Saat peralihan yang pada setiap masyarakat dianggap penting adalah
peralihan dari tingkat hidup remaja ketingkat hidup berkeluarga, yakni
perkawinan. Terkait dengan kebudayaan manusia, perkawinan merupakan
pengatur tingkah laku manusia yang berkaitan dengan kehidupan kelaminnya.
Perkawinan membatasi seseorang untuk berhubungan intim dengan lawan jenis
lain selain suami atau istrinya. Selain sebagai pengatur kehidupan kelamin,
perkawinan mempunyai berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu
meneruskan keturunan dan memberi perlindungan kepada anak-anak hasil
perkawinan itu, memenuhi kebutuhan manusia akan teman hidup, memenuhi
kebutuhan akan harta dan gengsi, juga untuk memelihara hubungan sosial dengan
kelompok kerabat tertentu.
Pada dasarnya adat perkawinan etnis Karo mengandung nilai sakral.
Dikatakan sakral dalam pemahaman adat Karo bermakna pengorbanan bagi pihak
pihak sinereh, karena ia memberikan anak perempuannya kepada orang lain yakni
pihak sipempoken, sehingga pihak laki-laki juga harus menghargainya dengan
6
suatu upacara di mana mempersatukan seorang laki-laki dengan perempuan atau
dipersatukanya dua sifat keluarga yang berbeda melalui hukum.
Sebelum melaksanakan adat perkawinan etnis Karo, terjadi tindak tutur
antara pihak anak beru laki-laki (pihak penerima istri) dengan pihak anak beru
perempuan (pihak pemberi istri), kemudian dilakukan pertuturan antara anak beru
laki-laki dengan kalimbubunya (pihak penerima istri), begitu juga antara anak
beru perempuan dengan kalimbubunya (pihak pemberi istri). Anak beru disini
berfungsi sebagai penyambung lidah antara kepentingan dua kelompok keluarga,
yaitu keluarga pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Hal ini berarti bahwa
perkawinan adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
wanita, termasuk keseluruhan keluarga.
Masyarakat etnis Karo tidak berbeda dengan masyarakat lain dalam
perkawinan. Masyarakat pada dasarnya beranggapan bahwa pesta perkawinan
adalah pesta adat yang sangat penting. Karena perkawinan itu suci, dan dengan
melalui perkawinan setiap manusia berharap mendapatkan kebahagiaan rohani
maupun kebahagiaan secara jasmani.
Untuk melaksanakan upacara perkawinan adat Karo, ada beberapa
tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu tahapan sebelum perkawinan (persiapan
kerja adat), saat perkawinan (hari pesta adat), dan sesudah perkawinan (sesudah
pesta adat). Ketika melaksanakan upacara adat perkawinan, mempunyai tradisi
bagaimana pelaksanaan tahap-tahap tersebut, dan mengandung unsur-unsur
7
Namun akhir-akhir ini acara pelaksanaan upacara perkawinan adat Karo
tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan tradisi, dimana tahapan pelaksanaan
upacara adat perkawinan tersebut kemungkinan dipersingkat, dengan alasan
menghemat dan menghargai waktu agar bisa mengerjakan rencana kerja lainnya
yang disusun sedemikian rupa. Adapun yang diduga menjadi faktor penyebab
perubahan ini adalah faktor komunikasi atau kontak dengan kebudayaan lain,
migrasi, faktor ekonomi, waktu, pendidikan dan agama.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian yang berjudul “Perubahan
Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan
Lau Baleng Kabupaten Karo”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan proses upacara perkawinan adat Karo di daerah
perbatasan.
2. Perubahan proses upacara perkawinan adat Karo di daerah perbatasan.
3. Persepsi masyarakat etnis Karo terhadap proses upacara perkawinan
adat Karo aslinya.
4. Perspepsi masyarakat etnis Karo terhadap perubahan proses upacara
8
1.3. Pembatasan Masalah
Melihat begitu luasnya identifikasi masalah diatas, maka penulis
membatasi masalah pada “Perubahan Proses Upacara Adat Perkawinan Etnis
Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo”.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis
Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo?
2. Perubahan apa saja yang terjadi dalam proses upacara perkawinan adat
Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng
Kabupaten Karo?
3. Bagaimana persepsi masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan Kecamatan
Lau Baleng Kabupaten Karo terhadap perubahan proses upacara
perkawinan adat Karo.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana proses upacara
perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa Perbulan
9
2. Untuk menemukan dan mengetahui perubahan apa saja yang terjadi dalam
proses upacara perkawinan adat Karo pada masyarakat etnis Karo di Desa
Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo?
3. Untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat etnis Karo di Desa Pebulan
Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo terhadap perubahan proses
upacara perkawinan adat Karo.
1.6. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian, adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan bagi peneliti,
akademis, dan masyarakat lainnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti
79 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa
point kesimpulan. Adapun kesimpulan yang didapat, yaitu :
1. Bahwa proses upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa Perbulan
Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo adalah dimulai dari kegiatan Ertutur
terlebih dahulu, selanjutnya masuk ke tahap Naki-Naki, lalu Nungkuni,
Nangkih Erjabu/Maba Nangkih, Maba Belo Selambar, Nganting Manuk, Kerja
Erdemu Bayu, Mukul, Ngulihi Tudung/Bulang, dan yang terakhir adalah
Ertaktak.
2. Saat ini telah terjadi pergeseran yang merupakan bagian dari perubahan dalam
proses perkawinan adat karo di Desa Perbulan Kecamatan Lau Baleng
Kabupaten Karo. Proses perkawinan adat Karo yang sekarang lebih singkat
dibandingkan proses perkawinan adat Karo yang dahulu. Perubahan yang
terjadi adalah dalam hal : (1) tahap atau urutan dalam upacara adat perkawinan,
(2) waktu dan jumlah orang dalam prosesi perkawinan, dan (3) jenis makanan
santapan dalam pesta perkawinan.
3. Secara tekhnis, perubahan dalam tahap atau urutan upacara adat perkawinan
karo di Desa Perbulan dipersingkat. Jika dulunya tahap ini terdiri dari 10
tahapan dimulai dari Ertutur, Naki-Naki, Nungkuni, Nangkih Erjabu, Maba
80
Tudung/Bulang dan ertaktak, maka yang sekarang hanya terdiri dari 7 tahap
saja dimana nganting manuk, mukul dan ertaktak tidak dilakukan lagi seperti
yang dulu.
4. Perubahan ke-2 yang terjadi adalah dalam hal waktu dan jumlah orang dalam
prosesi perkawinan. Jika dulunya setiap runggu dimulai pukul 22.00 WIB
dengan dihadiri 20-30 orang kerabat dekat, sedangkan yang sekarang
dipercepat menjadi pukul 20.00 WIB dengan dihadiri 200-300 orang, tidak
hanya kerabat dekat juga warga kampung.
5. Perubahan ke-3 terjadi dalam hal jenis makanan dalam pesta perkawinan.
Dahulunya makanan santapan dalam pesta perkawinan adalah daging babi.
Namun sekarang penggunaan daging babi digantikan dengan daging sapi atau
ayam. Hal ini berkaitan dengan pengefektifan biaya pengeluaran dari segi
ekonomi dan mengingat keheterogenan dalam masyarakat.
6. Perubahan-perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo di Desa
Perbulan Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo ini terjadi dipengaruhi oleh
faktor migrasi dan kontak dengan kebudayaan lain, faktor ekonomi, waktu,
pendidikan dan agama.
5.2. Saran
Menurut saya perubahan dalam upacara adat perkawinan etnis Karo
tersebut mengandung nilai positif dan negatif. Nilai positif dari adanya perubahan
ini adalah dari segi tekhnis pelaksanaan upacara perkawinan dapat menghemat
81
masyarakat Karo, khususnya generasi muda Karo menjadi tidak mengetahui lagi
adat istiadat aslinya. Sebaiknya bagi generasi muda Karo, agar tidak kehilangan
adat istiadat aslinya, walaupun terjadi perubahan seiring perkembangan jaman,
tetap mempelajari mengenai budayanya, meskipun untuk sekedar tahap
DAFTAR PUSTAKA
Adat istiadat karo. Makalah Seminar Adat Istiadat Karo Moderamen (GBKP), 31
Agustus s/d 3 September 1983 di KWK GBKP BERASTAGI.
Bangun, Drs. Tridah. 1990. Penelitian dan Pencatatan Adat Istiadat Karo.
Jakarta: Yayasan Merga Silima.
Darwin, Prints. 2012. Adat Karo. Medan: Bina Media Perintis.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Proposal.
Etzioni, Amitai dan Eva Etzioni-Halevy. 1973. Sosial Change; Sources, Patterns,
And Consequences. New York: United States Of America.
Goode. William J. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Haviland, William. 1988. Antropologi Jilid I Alih Bahasa R. G. Soekadijo.
Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit PT Rineka
Indah.
______________. 1998. Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta:
Penerbit PT Rineka Indah.
Marzali, Amri. 2007. Antropologi Dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Penerbit
Kencana.
Nurja, Dewi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Adat
Perkawinan Pada Etnis Gayo Di Desa Durin Kecamatan Blangkejeren
Kabupaten Gayo Lues. Skripsi jurusan geografi. UNIMED.
Pasaribu, Sjawal. 2011. Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga. Medan: Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera
Utara.
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pasca
Sarjana IKIP Jakarta Bekerja Sama Dengan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana.
Simanjuntak, Prof. Bungaran Antonius, Prof. Soedjito Sosrodiharjo. 2009. Metode
Penelitian Sosial. Medan: Bina Media Perintis.
Simarmata, Sezy Octavia. 2008. Perubahan Adat Nganting Manuk Dalam Proses
Pernikahan Adat Karo Di Desa Namopuli, Pancur Batu. Skripsi jurusan sejarah.
UNIMED.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Bacaan Dari Internet:
http://repository.usu.ac.id/pdfdiakses26februari5:07wib.
http://wahyuddin-wahyuddin.blogspot.com/diakses20maret2013pukul21:05wib
http://setiawantopan.wordpress.comdiakses20maret2013pukul20:54wib
http://carapedia.com/diakses31maret2013pukul20:25wib
http://dspace.widyatama.ac.id/diakses29maret2013pukul08:59wib