SEKULERISASI LAGU-LAGU ROHANI PADA PELAKSANAAN
UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS BATAK TOBA DI JEMAAT
GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
ENNI DEBORA SITINJAK
NIM 208342015
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
▸ Baca selengkapnya: parjambaran adat batak toba
(2)(3)(4)(5)(6)i
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis persembahkan kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”’Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani Pada Pelaksanaan Upacara
Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta Indonesia Medan’’
Skripsi ini merupakan hasil pemikiran penulis secara ilmiah yang dibangun berdasarkan teori-teori penelitian di lapangan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam proses penelitian skripsi, banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr.Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, beserta stafnya.
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik yang memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Prodi Seni Musik yang juga telah banyak membantu dan memberikan motivasi.
5. Ibu Esra P.T Siburian, M.Sn selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Pembimbing Akademik yang telah yang banyak membantu dan memberikan masukan, arahan, bimbingan, doa, serta motivasi yang luar biasa kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Ibu..
6. Seluruh Dosen Sendratasik selaku sumber ilmu bagi penulis dari semester awal hingga penghujung. Terkhusus kepada Bapak Lamhot Basani Sihombing, M.Pd yang juga memberikan masukan, kritik dan saran serta pengalaman yang berharga kepada penulis sejak tahun 2008-2013. Terimakasih P’De..
7. Teristimewa skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku tersayang, yang sangat aku kasihi dan aku banggakan Ayahanda G.Sitinjak, terimakasih untuk segala perhatian, kasih sayang, pengorbanan, doa, didikan, nasehat, kesabaran, dan motivasi yang setiap saat diberikan kepada penulis dalam mendukung penyelesaian skripsi ini dan untuk Ibunda T.L Gutom. Yang sudah banyak berkorban, Terima kasih untuk segala perhatian, kasih saying,doa, didikan, nasehat yang setiap saat diberikan.
ii
Sitinjak, Novita Grace Sitinjak dan Lidia Veronika Sitinjak, Terimakasih atas segala bantuan, baik materi, moril, doa, nasehat, semangat, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada suamiku Dapot Renol Sianturi tercinta yang telah bersedia menemani setiap saat, yang telah memberikan motivasi, semangat, dan kasih sayang. Dan buat anak ku tersayang Alvin Elnino Sianturi yang selalu menemani Mama.
10. Kepada Bapak Pdt J Pasaribu,M.Th, Bapak Pdt A T Panjaitan selaku Narasumber, Terimakasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk melengkapi data penyusunan skripsi ini.
11. Buat seluruh teman-teman stambuk 07 dan 08 & teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi (Tirta,kak juli, kak Helen,kak jesika, Hasian Toni dan seluruh adik-adik stambuk 09, dll) terimakasih untuk kebersamaan kalian semua.
12. Dan juga teman-temanku tercinta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga Tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, baik moral maupun materi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti lain maupun pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan, khususnya di bidang seni musik sekolah di masa yang akan datang.
Medan, September 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK
………... i
KATA PENGANTAR……….ii
DAFTAR ISI………ii
i
DAF
TAR LAMPIRAN………iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah ... 1B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Landasan Teoritis ... 121. Pengertian Sekulerisasi ... 13
2. Pengertian lagu-lagu Rohani ... 14
3. Pengertian Upacara ... 15
4. Pengertian Adat ... 16
5. Pengertian Perkawinan ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi danWaktu Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
1. Populasi... 22
2. Sampel ... 23
C. Metode Penelitian………. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Observasi ... 27
2. Wawancara ... 28
3. Dokumentasi ... 30
4.Studi kepustakaan……… 30
E. Teknik Analisis Data……… 33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pernikahan Masyarakat Batak Toba………….. 351. Rangkaian Perkawinan……… 35
2. Kekhasan Perkawinan………. 38
3. Latar Belakang Gereja Pentakosta Indonesia……… 41
4.Tata Upacara Adat Perkawinan………. 42
4.1 Tata Cara Sebelum Upacara Perkawinan………... 43
4.2 Pesta Perkawinan……….. 47
B. Penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara
AdatPerkawinan Etnis Batak Toba………. 55
C. Tanggapan Masyarakat Mengenai Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani
Pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di
Gereja Pentakosta Indonesia………... 58
D. Ragam-ragam Lagu-lagu Rohani Pada Pelaksanaan Upacara Adat
Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta
Indonesia……… 60
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ……….. 67B. Saran……….. 69
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang MasalahSekulerisasi adalah perubahan masyarakat dari identifikasi
dekat dengan nilai-nilai dan institusi agama menjadi nilai-nilai dan
institusi non agama dan sekuler. Sekulerisasi mengarah pada keyakinan
bahwa ketika masyarakat berkembang,terutama melalui moderenisasi
dan rasionalisasi, agama kehilangan kekuasaannya disemua aspek
kehidupan sosial dan pemerintahan.
Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan
budayanya. Seluruh suku di Indonesia yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke mempunyai budaya dan tradisi masing-masing
mengidentifikasi bahwa bangsa ini memiliki adat-istiadat dan
kebudayaan yang sangat banyak dan beranekaragaman. Begitu juga
dengan bahasa, kesenian dan tradisi dari setiap suku bangsa. Salah satu
pulau yang kaya akan adat istiadat dan budaya adalah Sumatera bagian
Utara.
Sumatera Utara adalah sebuah propinsi di indonesia yang
memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo,
Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu,dan Nias. Masing-masing etnik
2
baik dibidang kesenian daerah, adat istiadat, musik, dan lain-lain. Salah
satu hasil budaya yang paling menonjol dari tiap- tiap daerah adalah
lagu dan musik.
Musik dan lagu merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk
secara langsung mengungkapkan jiwanya, getaran jiwanya dicetuskan
berupa lagu yang berirama, jeritan, kerinduan, atau kebahagian yang
diungkapkan melalui nyanyian. Nyanyian ibadah atau nyanyian rohani
bukan sekedar menghibur jemaat, namun lebih bermaksud menolong
jemaat untuk dapat mengekspresikan iman, pengaharapan dan
perasaannya kepada Tuhan. Disamping itu juga untuk menunjukan
agungnya kemuliaan Tuhan, besarnya kasih Tuhan dan wibawanya
pesan dan ajaran Tuhan. Nyanyian Kristen adalah suatu ungkapan
syukur atas karya besar Tuhan yang menyelamatkan manusia dari
belenggu dosa hal ini yang perlu dihayati saat menanyikan lagu-lagu
rohani. Sebuah nyanyian akan membuat kata-kata menjadi lebih
hidup,tulus, dan lebih bersungguh-sungguh.
Nanyian ibadah atau nyanyian rohani tidak dapat dipisahkan
dari jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia Jl.Tobanauli Medan, Gereja
Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dari riwayat pendirinya
yaitu Pendeta Evangelis Renatus Siburian. Pendeta Siburian adalah
satu-satunya pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan
pertama di daerah Tapanuli Utara khususnya dan Sumatera Utara.
3
Alkitab yang bersaksi dari rumah kerumah, dari dusun ke dusun
diberkati Tuhan menjadi ratusan ribu orang yang telah diselamatkan
dan puluhan organisasi gereja aliran Roh Kudus yang independen di
Sumatera Utara
Melalui nyanyian jemaat dapat mengekspresikan ungkapan
hatinya yang dituangkan kedalam kata-kata, khususnya dalam aktivitas
kebudayaan seperti perkawinan pada etnis batak toba.Aktivitas Upacara
adat ritual seremonial masyarakat batak toba, selalu berdampingan
dengan tradisi musik dan mengiringi kegiatan adat maupun ritual
keagamaan, seperti pada jemaat Gereja Pentakosta Indonesia yang akan
melangsungkan adat perkawinan.
Perkawinan merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup
manusia. Tahap-tahap yang ada disepanjang hidup manusia seperti
masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, masa pubertas, masa sesudah
menikah, masa tua dan sebagainya. Perkawinan juga merupakan media
budaya dalam mengatur hubungan antar sesama manusia yang
berlainan jenis kelamin. Perkawinan bertujuan untuk mencapai suatu
tingkat kehidupan yang lebih dewasa dan pada beberapa kelompok
masyarakat kesukuan perkawinan dianggap sebagai alat agar seorang
mendapat status yang lebih diakui ditengah kelompoknya
(Koentjaraningrat,1988:92).
Perkawinan adalah sebuah kegiatan universal dalam peradapan
4
biasanya melibatkan aspek agama atau religi. Ia diabsahkan secara adat
maupun agama.
Dalam suatu perkawinan, setiap suku bangsa memiliki konsep
dan aturan mengenai acara adat perkawinan. Tiap-tiap aturan acara
perkawinan tersebut berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini
berdasarkan bagaimana setiap suku bangsa memaknai dan menilai
setiap rangkaian upacara adat perkawinan baik itu berdasarkan
unsur-unsur budaya setiap suku bangsa , waktu dan biaya yang akan
dibutuhkan, ataupun kepentingan-kepentingan dari pihak keluarga yang
melangsungkan pernikahan.
Dalam perkawinan senantiasa dilakukan dengan upacara, karena
upacara merupakan rangkaian tindakan khusus yang mempunyai aturan
serta sarana yang khusus dalam menjalankannya. Perkawinan selalu
ada dalam kehidupan manusia dan akan mengikat dua orang yang
berlainan jenis antara seorang pria dan wanita, dimana mereka
mengikat diri untuk bersatu dalam kehidupan bersama.
Demikan hal nya dengan jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia
yang menganut suku Batak Toba. Suku batak memandang perkawinan
itu merupakan pembentukan suatu keluarga baru yang bernilai sakral,
untuk melahirkan keturunan (regenerasi). Dilaksanakan harus
memenuhi kriteria persyaratan sah menurut adat istiadat dan harus
disahkan oleh agama (pihak gereja yang beragama Kristen),serta
5
Biasanya, dalam upacara perkawianan Batak Toba
menggunakan bentuk perkawinan jujur dan menjunjung prinsip Dalian
Na Tolu dan maksudnya perkawinan ditandai dengan pembayaran
sinamot (mahar/jujuran) oleh kerabat pihak laki- laki kepada kerabat
pihak perempuan sebagai tanda penggantian pelepasan perempuan
keluar dari kekerabatan bapak dan masuk kedalam kerabat suami.
Dengan prinsip Dalian Na Tolu yang artinya yaitu somba marhula hula
(hormat pada keluarga ibu); elek marboru (ramah pada saudara
perempuan); dan manat mardongan tubu (kompak dalam hubungan
semarga).
Musik atau lagu mempunyai nilai penting terhadap seluruh
batak khususnya jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia misalnya
digunakan untuk hiburan, memuliakan upacara adat, dan juga bernilai
religius. Apapun itu bentuk dan pelaksanaannya, mereka selalu
menyertakan musik sebagai media yang digunakan dalam upacara
perkawinan. Pada upacara perkawinan di Gereja Pentakosta Indonesia
biasanya digunakan lagu-lagu rohani atau lagu gereja meskipun tidak
semua lagu-lagu rohani itu digunakan pada acara adat tetapi lebih
melihat penempatan konteks lagu tersebut.
Penempatan konteks tersebut terlihat ketika seorang Pendeta
Gereja Pentakosta mengadakan pesta pernikahan anaknya (perempuan)
menyuruh atau menyanyikan lagu Poco-poco pada pernikahan anaknya
muda-6
mudi sebagai ungkapan percintaan kepada pasangannya, Pendeta
tersebut kasmaran atau jatuh cinta lagi ini merupakan hal yang salah.
Lagu tersebut lebih cocok digunakan pada acara khusus muda-mudi.
Menurut jemaat gereja suatu nyanyian atau lagu itu tidak dapat lepas
dari pemujaan terhadap Tuhan. Jemaat gereja lebih menyukai lagu
rohani digunakan pada acara adat perkawinan dari pada lagu-lagu pop (
lagu dunia), karena dengan dengan adanya lagu-lagu rohani acara lebih
sakral dan hikmat, seiring masuknya lagu- lagu pop rohani dan
perkembangan zaman dalam pelaksanaan ibadah atau acara pernikahan
merupakan hal yang lazim dan fenomena bagi masyarakat khususnya
jemaat Gereja Pentakosta Indonesia, ini merupakan sesuatu yang positif
yang justru memberi variasi terhadap lagu-lagu rohani yang digunakan
pada acara adat perkawinan, acara akan lebih hidup, sakral dan penuh
sukacita dan kegembiraan.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
memilih judul “Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan
Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di jemaat Gereja
7
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berasal dari
uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan di
teliti dan lingkup permasalahn yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi
masalah adalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta
mencakup masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Menurut pendapat
Hadeli (2006:23) mengatakan bahwa:’’Identifikasi masalah adalah
situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih factor
(seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya)
yang menimbukan beberapa pertanyaan”. Berdasarkan pendapat diatas
serta melihat latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini
dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana Penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di
jemaat Gereja Pentakosta Indonesia?
2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat perkawinan etnis
Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?
3. Apa saja ragam Lagu-lagu Rohani yang digunakan pada
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta
8
4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai sekulerisasi lagu-
lagu rohani pada pelaksanaan upacara perkawinan etnis Batak
toba di Gereja Pentakosta Indonesia?
5. Instrument apa saja yang dipakai pada pelaksanaan upacara
perkawinan etnis Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?
6. Apa saja makna dan nilai yang terkandung dalam lagu-lagu
rohani pada pelaksanaan upacara perkawinan etnis Batak toba
di Gereja Pentakosta Indonesia?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah dan untuk
mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan
penulis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk
mempermudah daam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat
Sukardi (2003;30) yang mengatakan bahwa:“Dalam merumuskan
ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah
bervariasi dan tergantung kepada kesenangan peneliti. Oleh karena itu
perlu hati-hati dan jeli dan mengevaluasi rumusan permasalahan
penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,
9
1. Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di
jemaat Gereja Pentakosta Indonesia?
2. Bagaimana proses Pelaksanaan Upacara adat Perkawinan Etnis
Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?
3. Apa saja ragam Lagu-lagu Rohani yang digunakan pada
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta
Indonesia?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Sekulerisasi
Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Perkawinan Etnis Batak
Toba di Gereja Pentakosta Indonesia?
D.Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah
penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian
merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu
perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk
menemukan jawaban. Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang
terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :“Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-
lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak
10
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnya
pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu
yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak
tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan tersebut.
Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat
pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini
tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di
jemaat Gereja Pentakosta Indonesia?
2. Apa saja ragam lagu-lagu rohani yang digunakan pada
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta
Indonesia?
3. Bagaimana proses Pelaksanaan Upacara adat Perkawinan Etnis
Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Sekulerisasi
Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Perkawinan Etnis Batak
11
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dicapai, diharapkan akan
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan
gagasan karya tulis kedalam bentuk proposal.
2. Bahan informasi pada lembaga pemerintah atau lembaga
masyrakat dalam memperkenalkan dan menunjukan bahwa
sekularisasi lagu-lagu Rohani dapat digunakan dalam
Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis batak Toba.
3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang
relevan dengan topik penelitian ini.
4. Bahan motivasi bagi para pembaca.
5. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan Jurusan Sendratasik
Program Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelum nya dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Batak Toba adalah salah satu sub suku Batak yang memiliki kebudayaan yang unik
dan khas di antara suku batak yang lain. Sistem kepemimpinan sosial, yakni harajoan
mih mereka jaga hingga sekarang. Realitas ini menunjukkan bahwa kebudayaan batak
toba masih di jadikan panduan hidup masyarakatnya. Dalam konteks untuk tetap
menjaga kearifan local, kebudayaan batak toba penting untuk dikaji dan di
dokumentasikan.Tanda kebesaran kebudayaan orang batak toba paling penting adalah
pernah diberlakukannya berbagai hukum adat. Berdasarkan hukum adat kehidupan
sosial orang batak toba diatur dalam sebuah bingkai kebudayaan tradisi. Dengan
begitu, kebudayaan batak toba akan terus ada dan tidak punah di telan zaman
2. Pernikahan juga suatu hal yang sakral dan penting dalam kehidupan dua insan yang
bertukar ikrar, termasuk keluarga mereka yang akan menyatu melalui kedua
mempelai. Saat memutuskan untuk mengarungi kehidupan pernikahan, umumnya,
kedua orangtua mempelai akan menyematkan harap untuk kedua mempelai. Setiap
suku memiliki adat dan kebiasaan masing-masing. Tak terkecuali dalam adat Batak.
Dalam pernikahan adat Batak, ada banyak tata aturan dan simbol. Dalam
simbol-simbol tersebut, tersemat harap dan doa dari keluarga, kerabat, dan handai taulan.
3. ada beberapa tahapan Perkawinan Adat Batak Toba antara lain adalah Paranakkon
Hata,Marhusip,Marhata sinamot, Marpudun saut, unjuk, tangiang perujungan.
4. Alat musik yang digunakan pada upacara adat perkawinan masyrakat Batak Toba
terdiri dari taganing, sulim, sarune, keyboard.
5. Penerapan sekulerisasi lagu-lagu rohani pada upacara adat perkawinan etnis batak
toba digereja pentakosta indonesia harus melihat konteks nya, bagaimana penempatan
lagu-lagu rohani tersebut akan dimainkan atau dinyanyikan. Dalam hal ini tidak ada
ketentuan yang menulis kana tau yang ditetapkan oleh gereja, bahwa lagu-lagu rohani
harus semua digunakan pada saat upacara adat.
B . Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran, antara lain :
1. Penggunaan instrument taganing, sulim, sarune, diharapkan tetap dilestarikan
mengingat pentingnya peranan musik dalam upacara perkawinan suku batak toba.
2. Agar lagu-lagu rohani jangan sampai ditiadakan dalam pernikahan adat batak dan
sebaik nya bukan hanya gereja pentakosta saja yang menerapakan lagu-lagu rohani
dalam pernikahan.
3. Masyarakat suku Batak toba sangat mengharapkan agar pemerintah daerah juga turut
bereperan dalam upaya pelestarian alat-alat music tradisional batak yang pada saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Bungin,Burhan.2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana
Badudu.J.S. 2007.Kamus kata-kata serapan asing dalam bahasa indonesia. Jakarta:buku kompas
http://id.wikipedia.org/wiki/sekulerisasi
http://id.wikipedia.org/wiki/suling
Irawati, Yuni. 2012. Peranan Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Gayo di Desa Hakim Wih Ilang Kabupaten Bener Meriah. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Lumbantoruan, Clara Julieta.2013. Peranan Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Suku Nias Di Kecamatan SukaBangun Kabupaten Tapanuli Tengah. Medan: Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebuidayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Matondang, Hamdani. 2010. Peranan Musik Ending-endeng Pada Perkawinan Masyarakat Labuhan Batu Utara. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Panggabean, Elisabeth. 2012. Kemampuan Anak Usia 10-15 Tahun Dalam Membaca Notasi Balok Buku Logu Pada Permaianan clavinova Di HKBP Indra Kasih Medan. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Sihombing, Ide. 2011. Pemanfaatan Boneka Puppet Dalam Pengajaran Lagu-lagu Ibadah Pada Anak Sekolah Minggu Di GKPI Gloria Medan. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Sinambela, Naomi.B.U.2011.Peranan musik pada Tata Ibadah Agama Budha Mahayana di Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol Medan. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED
Soeharto.M. 1992. Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia,
Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif Dan R & D.Bandung Alfabeta