• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKULERISASI LAGU-LAGU ROHANI PADA PELAKSANAAN UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS BATAK TOBA DI JEMAAT GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEKULERISASI LAGU-LAGU ROHANI PADA PELAKSANAAN UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS BATAK TOBA DI JEMAAT GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SEKULERISASI LAGU-LAGU ROHANI PADA PELAKSANAAN

UPACARA ADAT PERKAWINAN ETNIS BATAK TOBA DI JEMAAT

GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ENNI DEBORA SITINJAK

NIM 208342015

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: parjambaran adat batak toba

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis persembahkan kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”’Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani Pada Pelaksanaan Upacara

Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta Indonesia Medan’’

Skripsi ini merupakan hasil pemikiran penulis secara ilmiah yang dibangun berdasarkan teori-teori penelitian di lapangan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam proses penelitian skripsi, banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof Dr.Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, beserta jajarannya.

2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, beserta stafnya.

3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik yang memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Prodi Seni Musik yang juga telah banyak membantu dan memberikan motivasi.

5. Ibu Esra P.T Siburian, M.Sn selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Pembimbing Akademik yang telah yang banyak membantu dan memberikan masukan, arahan, bimbingan, doa, serta motivasi yang luar biasa kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Ibu..

6. Seluruh Dosen Sendratasik selaku sumber ilmu bagi penulis dari semester awal hingga penghujung. Terkhusus kepada Bapak Lamhot Basani Sihombing, M.Pd yang juga memberikan masukan, kritik dan saran serta pengalaman yang berharga kepada penulis sejak tahun 2008-2013. Terimakasih P’De..

7. Teristimewa skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku tersayang, yang sangat aku kasihi dan aku banggakan Ayahanda G.Sitinjak, terimakasih untuk segala perhatian, kasih sayang, pengorbanan, doa, didikan, nasehat, kesabaran, dan motivasi yang setiap saat diberikan kepada penulis dalam mendukung penyelesaian skripsi ini dan untuk Ibunda T.L Gutom. Yang sudah banyak berkorban, Terima kasih untuk segala perhatian, kasih saying,doa, didikan, nasehat yang setiap saat diberikan.

(7)

ii

Sitinjak, Novita Grace Sitinjak dan Lidia Veronika Sitinjak, Terimakasih atas segala bantuan, baik materi, moril, doa, nasehat, semangat, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada suamiku Dapot Renol Sianturi tercinta yang telah bersedia menemani setiap saat, yang telah memberikan motivasi, semangat, dan kasih sayang. Dan buat anak ku tersayang Alvin Elnino Sianturi yang selalu menemani Mama.

10. Kepada Bapak Pdt J Pasaribu,M.Th, Bapak Pdt A T Panjaitan selaku Narasumber, Terimakasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk melengkapi data penyusunan skripsi ini.

11. Buat seluruh teman-teman stambuk 07 dan 08 & teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi (Tirta,kak juli, kak Helen,kak jesika, Hasian Toni dan seluruh adik-adik stambuk 09, dll) terimakasih untuk kebersamaan kalian semua.

12. Dan juga teman-temanku tercinta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga Tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, baik moral maupun materi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti lain maupun pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan, khususnya di bidang seni musik sekolah di masa yang akan datang.

Medan, September 2013

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

………... i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………ii

i

DAF

TAR LAMPIRAN………iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Landasan Teoritis ... 12

1. Pengertian Sekulerisasi ... 13

2. Pengertian lagu-lagu Rohani ... 14

3. Pengertian Upacara ... 15

4. Pengertian Adat ... 16

5. Pengertian Perkawinan ... 17

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi danWaktu Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi... 22

2. Sampel ... 23

C. Metode Penelitian………. 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Observasi ... 27

2. Wawancara ... 28

3. Dokumentasi ... 30

4.Studi kepustakaan……… 30

E. Teknik Analisis Data……… 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pernikahan Masyarakat Batak Toba………….. 35

1. Rangkaian Perkawinan……… 35

2. Kekhasan Perkawinan………. 38

3. Latar Belakang Gereja Pentakosta Indonesia……… 41

4.Tata Upacara Adat Perkawinan………. 42

4.1 Tata Cara Sebelum Upacara Perkawinan………... 43

4.2 Pesta Perkawinan……….. 47

(10)

B. Penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara

AdatPerkawinan Etnis Batak Toba………. 55

C. Tanggapan Masyarakat Mengenai Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani

Pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di

Gereja Pentakosta Indonesia………... 58

D. Ragam-ragam Lagu-lagu Rohani Pada Pelaksanaan Upacara Adat

Perkawinan Etnis Batak Toba di Gereja Pentakosta

Indonesia……… 60

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ……….. 67

B. Saran……….. 69

(11)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sekulerisasi adalah perubahan masyarakat dari identifikasi

dekat dengan nilai-nilai dan institusi agama menjadi nilai-nilai dan

institusi non agama dan sekuler. Sekulerisasi mengarah pada keyakinan

bahwa ketika masyarakat berkembang,terutama melalui moderenisasi

dan rasionalisasi, agama kehilangan kekuasaannya disemua aspek

kehidupan sosial dan pemerintahan.

Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan

budayanya. Seluruh suku di Indonesia yang tersebar dari Sabang

sampai Merauke mempunyai budaya dan tradisi masing-masing

mengidentifikasi bahwa bangsa ini memiliki adat-istiadat dan

kebudayaan yang sangat banyak dan beranekaragaman. Begitu juga

dengan bahasa, kesenian dan tradisi dari setiap suku bangsa. Salah satu

pulau yang kaya akan adat istiadat dan budaya adalah Sumatera bagian

Utara.

Sumatera Utara adalah sebuah propinsi di indonesia yang

memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo,

Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu,dan Nias. Masing-masing etnik

(12)

2

baik dibidang kesenian daerah, adat istiadat, musik, dan lain-lain. Salah

satu hasil budaya yang paling menonjol dari tiap- tiap daerah adalah

lagu dan musik.

Musik dan lagu merupakan jalan atau cara bagi manusia untuk

secara langsung mengungkapkan jiwanya, getaran jiwanya dicetuskan

berupa lagu yang berirama, jeritan, kerinduan, atau kebahagian yang

diungkapkan melalui nyanyian. Nyanyian ibadah atau nyanyian rohani

bukan sekedar menghibur jemaat, namun lebih bermaksud menolong

jemaat untuk dapat mengekspresikan iman, pengaharapan dan

perasaannya kepada Tuhan. Disamping itu juga untuk menunjukan

agungnya kemuliaan Tuhan, besarnya kasih Tuhan dan wibawanya

pesan dan ajaran Tuhan. Nyanyian Kristen adalah suatu ungkapan

syukur atas karya besar Tuhan yang menyelamatkan manusia dari

belenggu dosa hal ini yang perlu dihayati saat menanyikan lagu-lagu

rohani. Sebuah nyanyian akan membuat kata-kata menjadi lebih

hidup,tulus, dan lebih bersungguh-sungguh.

Nanyian ibadah atau nyanyian rohani tidak dapat dipisahkan

dari jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia Jl.Tobanauli Medan, Gereja

Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dari riwayat pendirinya

yaitu Pendeta Evangelis Renatus Siburian. Pendeta Siburian adalah

satu-satunya pioner gerakan Pentakosta yang paling berhasil dan

pertama di daerah Tapanuli Utara khususnya dan Sumatera Utara.

(13)

3

Alkitab yang bersaksi dari rumah kerumah, dari dusun ke dusun

diberkati Tuhan menjadi ratusan ribu orang yang telah diselamatkan

dan puluhan organisasi gereja aliran Roh Kudus yang independen di

Sumatera Utara

Melalui nyanyian jemaat dapat mengekspresikan ungkapan

hatinya yang dituangkan kedalam kata-kata, khususnya dalam aktivitas

kebudayaan seperti perkawinan pada etnis batak toba.Aktivitas Upacara

adat ritual seremonial masyarakat batak toba, selalu berdampingan

dengan tradisi musik dan mengiringi kegiatan adat maupun ritual

keagamaan, seperti pada jemaat Gereja Pentakosta Indonesia yang akan

melangsungkan adat perkawinan.

Perkawinan merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup

manusia. Tahap-tahap yang ada disepanjang hidup manusia seperti

masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, masa pubertas, masa sesudah

menikah, masa tua dan sebagainya. Perkawinan juga merupakan media

budaya dalam mengatur hubungan antar sesama manusia yang

berlainan jenis kelamin. Perkawinan bertujuan untuk mencapai suatu

tingkat kehidupan yang lebih dewasa dan pada beberapa kelompok

masyarakat kesukuan perkawinan dianggap sebagai alat agar seorang

mendapat status yang lebih diakui ditengah kelompoknya

(Koentjaraningrat,1988:92).

Perkawinan adalah sebuah kegiatan universal dalam peradapan

(14)

4

biasanya melibatkan aspek agama atau religi. Ia diabsahkan secara adat

maupun agama.

Dalam suatu perkawinan, setiap suku bangsa memiliki konsep

dan aturan mengenai acara adat perkawinan. Tiap-tiap aturan acara

perkawinan tersebut berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini

berdasarkan bagaimana setiap suku bangsa memaknai dan menilai

setiap rangkaian upacara adat perkawinan baik itu berdasarkan

unsur-unsur budaya setiap suku bangsa , waktu dan biaya yang akan

dibutuhkan, ataupun kepentingan-kepentingan dari pihak keluarga yang

melangsungkan pernikahan.

Dalam perkawinan senantiasa dilakukan dengan upacara, karena

upacara merupakan rangkaian tindakan khusus yang mempunyai aturan

serta sarana yang khusus dalam menjalankannya. Perkawinan selalu

ada dalam kehidupan manusia dan akan mengikat dua orang yang

berlainan jenis antara seorang pria dan wanita, dimana mereka

mengikat diri untuk bersatu dalam kehidupan bersama.

Demikan hal nya dengan jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia

yang menganut suku Batak Toba. Suku batak memandang perkawinan

itu merupakan pembentukan suatu keluarga baru yang bernilai sakral,

untuk melahirkan keturunan (regenerasi). Dilaksanakan harus

memenuhi kriteria persyaratan sah menurut adat istiadat dan harus

disahkan oleh agama (pihak gereja yang beragama Kristen),serta

(15)

5

Biasanya, dalam upacara perkawianan Batak Toba

menggunakan bentuk perkawinan jujur dan menjunjung prinsip Dalian

Na Tolu dan maksudnya perkawinan ditandai dengan pembayaran

sinamot (mahar/jujuran) oleh kerabat pihak laki- laki kepada kerabat

pihak perempuan sebagai tanda penggantian pelepasan perempuan

keluar dari kekerabatan bapak dan masuk kedalam kerabat suami.

Dengan prinsip Dalian Na Tolu yang artinya yaitu somba marhula hula

(hormat pada keluarga ibu); elek marboru (ramah pada saudara

perempuan); dan manat mardongan tubu (kompak dalam hubungan

semarga).

Musik atau lagu mempunyai nilai penting terhadap seluruh

batak khususnya jemaat di Gereja Pentakosta Indonesia misalnya

digunakan untuk hiburan, memuliakan upacara adat, dan juga bernilai

religius. Apapun itu bentuk dan pelaksanaannya, mereka selalu

menyertakan musik sebagai media yang digunakan dalam upacara

perkawinan. Pada upacara perkawinan di Gereja Pentakosta Indonesia

biasanya digunakan lagu-lagu rohani atau lagu gereja meskipun tidak

semua lagu-lagu rohani itu digunakan pada acara adat tetapi lebih

melihat penempatan konteks lagu tersebut.

Penempatan konteks tersebut terlihat ketika seorang Pendeta

Gereja Pentakosta mengadakan pesta pernikahan anaknya (perempuan)

menyuruh atau menyanyikan lagu Poco-poco pada pernikahan anaknya

(16)

muda-6

mudi sebagai ungkapan percintaan kepada pasangannya, Pendeta

tersebut kasmaran atau jatuh cinta lagi ini merupakan hal yang salah.

Lagu tersebut lebih cocok digunakan pada acara khusus muda-mudi.

Menurut jemaat gereja suatu nyanyian atau lagu itu tidak dapat lepas

dari pemujaan terhadap Tuhan. Jemaat gereja lebih menyukai lagu

rohani digunakan pada acara adat perkawinan dari pada lagu-lagu pop (

lagu dunia), karena dengan dengan adanya lagu-lagu rohani acara lebih

sakral dan hikmat, seiring masuknya lagu- lagu pop rohani dan

perkembangan zaman dalam pelaksanaan ibadah atau acara pernikahan

merupakan hal yang lazim dan fenomena bagi masyarakat khususnya

jemaat Gereja Pentakosta Indonesia, ini merupakan sesuatu yang positif

yang justru memberi variasi terhadap lagu-lagu rohani yang digunakan

pada acara adat perkawinan, acara akan lebih hidup, sakral dan penuh

sukacita dan kegembiraan.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

memilih judul “Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan

Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di jemaat Gereja

(17)

7

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berasal dari

uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan di

teliti dan lingkup permasalahn yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi

masalah adalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta

mencakup masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Menurut pendapat

Hadeli (2006:23) mengatakan bahwa:’’Identifikasi masalah adalah

situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih factor

(seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya)

yang menimbukan beberapa pertanyaan”. Berdasarkan pendapat diatas

serta melihat latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini

dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana Penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di

jemaat Gereja Pentakosta Indonesia?

2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat perkawinan etnis

Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?

3. Apa saja ragam Lagu-lagu Rohani yang digunakan pada

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta

(18)

8

4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai sekulerisasi lagu-

lagu rohani pada pelaksanaan upacara perkawinan etnis Batak

toba di Gereja Pentakosta Indonesia?

5. Instrument apa saja yang dipakai pada pelaksanaan upacara

perkawinan etnis Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?

6. Apa saja makna dan nilai yang terkandung dalam lagu-lagu

rohani pada pelaksanaan upacara perkawinan etnis Batak toba

di Gereja Pentakosta Indonesia?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah dan untuk

mempersingkat cakupan, keterbatasan waktu, dana, kemampuan

penulis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk

mempermudah daam memecahkan masalah yang dihadapi dalam

penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat

Sukardi (2003;30) yang mengatakan bahwa:“Dalam merumuskan

ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah

bervariasi dan tergantung kepada kesenangan peneliti. Oleh karena itu

perlu hati-hati dan jeli dan mengevaluasi rumusan permasalahan

penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,

(19)

9

1. Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di

jemaat Gereja Pentakosta Indonesia?

2. Bagaimana proses Pelaksanaan Upacara adat Perkawinan Etnis

Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?

3. Apa saja ragam Lagu-lagu Rohani yang digunakan pada

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta

Indonesia?

4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Sekulerisasi

Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Perkawinan Etnis Batak

Toba di Gereja Pentakosta Indonesia?

D.Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah

penelitian yang hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian

merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu

perlu dirumuskan dengan baik, sehingga dapat mendukung untuk

menemukan jawaban. Berdasarkan pendapat tersebut serta uraian yang

terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :“Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-

lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak

(20)

10

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnya

pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu

yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak

tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan tersebut.

Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat

pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini

tujuan yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Sekulerisasi Lagu-lagu Rohani pada

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis Batak Toba di

jemaat Gereja Pentakosta Indonesia?

2. Apa saja ragam lagu-lagu rohani yang digunakan pada

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan di Gereja Pentakosta

Indonesia?

3. Bagaimana proses Pelaksanaan Upacara adat Perkawinan Etnis

Batak toba di Gereja Pentakosta Indonesia?

4. Bagaimana tanggapan masyarakat mengenai Sekulerisasi

Lagu-lagu Rohani pada Pelaksanaan Upacara Perkawinan Etnis Batak

(21)

11

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dicapai, diharapkan akan

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan

gagasan karya tulis kedalam bentuk proposal.

2. Bahan informasi pada lembaga pemerintah atau lembaga

masyrakat dalam memperkenalkan dan menunjukan bahwa

sekularisasi lagu-lagu Rohani dapat digunakan dalam

Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Etnis batak Toba.

3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang

relevan dengan topik penelitian ini.

4. Bahan motivasi bagi para pembaca.

5. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan Jurusan Sendratasik

Program Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan.

(22)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelum nya dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Batak Toba adalah salah satu sub suku Batak yang memiliki kebudayaan yang unik

dan khas di antara suku batak yang lain. Sistem kepemimpinan sosial, yakni harajoan

mih mereka jaga hingga sekarang. Realitas ini menunjukkan bahwa kebudayaan batak

toba masih di jadikan panduan hidup masyarakatnya. Dalam konteks untuk tetap

menjaga kearifan local, kebudayaan batak toba penting untuk dikaji dan di

dokumentasikan.Tanda kebesaran kebudayaan orang batak toba paling penting adalah

pernah diberlakukannya berbagai hukum adat. Berdasarkan hukum adat kehidupan

sosial orang batak toba diatur dalam sebuah bingkai kebudayaan tradisi. Dengan

begitu, kebudayaan batak toba akan terus ada dan tidak punah di telan zaman

2. Pernikahan juga suatu hal yang sakral dan penting dalam kehidupan dua insan yang

bertukar ikrar, termasuk keluarga mereka yang akan menyatu melalui kedua

mempelai. Saat memutuskan untuk mengarungi kehidupan pernikahan, umumnya,

kedua orangtua mempelai akan menyematkan harap untuk kedua mempelai. Setiap

suku memiliki adat dan kebiasaan masing-masing. Tak terkecuali dalam adat Batak.

(23)

Dalam pernikahan adat Batak, ada banyak tata aturan dan simbol. Dalam

simbol-simbol tersebut, tersemat harap dan doa dari keluarga, kerabat, dan handai taulan.

3. ada beberapa tahapan Perkawinan Adat Batak Toba antara lain adalah Paranakkon

Hata,Marhusip,Marhata sinamot, Marpudun saut, unjuk, tangiang perujungan.

4. Alat musik yang digunakan pada upacara adat perkawinan masyrakat Batak Toba

terdiri dari taganing, sulim, sarune, keyboard.

5. Penerapan sekulerisasi lagu-lagu rohani pada upacara adat perkawinan etnis batak

toba digereja pentakosta indonesia harus melihat konteks nya, bagaimana penempatan

lagu-lagu rohani tersebut akan dimainkan atau dinyanyikan. Dalam hal ini tidak ada

ketentuan yang menulis kana tau yang ditetapkan oleh gereja, bahwa lagu-lagu rohani

harus semua digunakan pada saat upacara adat.

B . Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran, antara lain :

1. Penggunaan instrument taganing, sulim, sarune, diharapkan tetap dilestarikan

mengingat pentingnya peranan musik dalam upacara perkawinan suku batak toba.

2. Agar lagu-lagu rohani jangan sampai ditiadakan dalam pernikahan adat batak dan

sebaik nya bukan hanya gereja pentakosta saja yang menerapakan lagu-lagu rohani

dalam pernikahan.

3. Masyarakat suku Batak toba sangat mengharapkan agar pemerintah daerah juga turut

bereperan dalam upaya pelestarian alat-alat music tradisional batak yang pada saat ini

(24)
(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin,Burhan.2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana

Badudu.J.S. 2007.Kamus kata-kata serapan asing dalam bahasa indonesia. Jakarta:buku kompas

http://id.wikipedia.org/wiki/sekulerisasi

http://id.wikipedia.org/wiki/suling

Irawati, Yuni. 2012. Peranan Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Gayo di Desa Hakim Wih Ilang Kabupaten Bener Meriah. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED

Lumbantoruan, Clara Julieta.2013. Peranan Musik Pada Upacara Adat Perkawinan Suku Nias Di Kecamatan SukaBangun Kabupaten Tapanuli Tengah. Medan: Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED

Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebuidayaan. Jakarta: Bumi Aksara

Matondang, Hamdani. 2010. Peranan Musik Ending-endeng Pada Perkawinan Masyarakat Labuhan Batu Utara. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED

Panggabean, Elisabeth. 2012. Kemampuan Anak Usia 10-15 Tahun Dalam Membaca Notasi Balok Buku Logu Pada Permaianan clavinova Di HKBP Indra Kasih Medan. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED

Sihombing, Ide. 2011. Pemanfaatan Boneka Puppet Dalam Pengajaran Lagu-lagu Ibadah Pada Anak Sekolah Minggu Di GKPI Gloria Medan. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED

Sinambela, Naomi.B.U.2011.Peranan musik pada Tata Ibadah Agama Budha Mahayana di Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol Medan. Medan : Skripsi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED

Soeharto.M. 1992. Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia,

Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kulaitatif Dan R & D.Bandung Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Hukum adat Batak Toba, khususnya perkawinan sangat memperhatikan prinsip dasar yaitu dalihan na tolu (artinya tungku nan tiga), yang merupakan suatu ungkapan yang menyatakan

Pandangan Jemaat Kharismatik (Gereja Pentakosta Indonesia) Tentang Budaya Batak Toba Di Desa Asahan Kecamatan Rambung Merah Pematang Siantar Skripsi.. Program Studi

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki peran dalam

Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Dalihan Na Tolu Dalam Pelaksanaan Upacara Perkawinan Batak Toba Di Desa Sibarani Nasampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba

Debora (2014) dalam skripsinya yang berjudul Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi (Pemberian Ulos) pada Siklus Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Modernisasi yang terdapat di kota medan menjadi salah satu penyebab perubahan yang terjadi dalam musik pada upacara adat perkawinan batak toba, khususnya di kota medan.. Masuknya

PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA.. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki