• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok."

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

Margarita Ika Noviantari, 2016. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pokok materi kubus dan balok, (2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok, (3) mengetahui bagaimana kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan pengajaran remedial pada pokok materi kubus dan balok di kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Sleman dengan subjek penelitian adalah tiga orang siswa kelas VIII A yang mengalami kesulitan belajar matematika pada pokok materi kubus dan balok. Data penelitian dikumpulkan dengan instrumen tes awal, tes diagnostik, tes akhir, dan dengan teknik wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) kesulitan yang dialami oleh siswa pada penyelesaian soal kubus dan balok meliputi kesulitan untuk menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok (diagonal ruang dan bidang diagonal), kesulitan dalam menganalisis soal dan menerapkan rumus volume dan luas permukaan, serta kesulitan dalam menganalisis unsur kubus dan balok (menentukan bentuk dari bidang diagonal, menentukan panjang diagonal ruang, dan menentukan titik sudut dari sebuah jaring-jaring balok), (2) faktor-faktor penyebab kesulitan siswa antara lain faktor internal yaitu kurangnya persiapan belajar, kurangnya motivasi belajar, kurang dikuasainya materi prasyarat seperti luas persegi, luas persegi panjang, dan rumus Pythagoras serta kurang terampilnya mengoperasikan perkalian bilangan bulat, pembagian, dan perkalian bilangan pecahan. Faktor eksternal dari luar subjek antara lain suasana belajar di sekolah dan di rumah yang kurang mendukung, (3) pengajaran remedial dengan metode tanya jawab dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, ditandai dengan meningkatnya keberhasilan siswa pada penyelesaian soal tes akhir. Peningkatan subjek A yaitu 50%, subjek B 45 %, dan subjek C 50%.

(2)

viii

ABSTRACT

Margarita Ika Noviantari, 2016. The Diagnosis and Remediation of the Difficulties Experienced by the Students of Grade VIII A SMP Kanisius Sleman in the Academic Year 2015/2016 in the Topic of Cubes and Cuboids. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to (1) identify the difficulties in the learning process which was experienced by students in the topic of cubes and cuboids, (2) identify the factors that cause of the difficulties of the students in doing the test with the topic of cubes and cuboids, (3) identify how the difficulties in the learning process could be overcome with a remediation on the topic cubes and cuboids for class VIII A SMP Kanisius Sleman in the academic year 2015/2016.

The type of this research was exploratory research with qualitative and quantitative approaches. The research was conducted at SMP Kanisius Sleman, with the research subjects were three students of class VIII A who had difficulties in learning mathematics on the topic of cubes and cuboids. The data were collected using pre-test instruments, diagnostic tests, final test and interview techniques.

Based on the results of this research, the researcher concluded that (1) the difficulties which were experienced by the subjects in solving the problems about cubes and cuboids were naming and defining some elements of cubes and cuboids (particularly plane diagonal and space diagonal), calculating the volume and surface area of cubes and cuboids, and analyzing the elements of cubes and cuboids (determining the length of the space diagonal, and determining the vertices of cuboids), (2) the factors which caused the difficulties which were experienced by the students were internal factors which were the lack of preparation of the students to learn, the lack of motivation to learn, the lack of the prerequisites materials such as square, rectangle, the formula of Pythagoras and also the lack of skills experienced by the students in operating multiplication of integers, division, and multiplication of fractions. External factors were the learning environment at school and at home which did not support the learning process, (3) the remediation with interview methods helped to overcome the difficulties of the students, that were indicated by the increase of the scores of the students on the final test or remedial test. The amount of the increase for subject A was 50%, for subject B 45%, and for subject C 50%.

(3)

1

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA

POKOK MATERI KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Margarita Ika Noviantari

NIM : 121414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA

POKOK MATERI KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Margarita Ika Noviantari

NIM : 121414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku.”

~ Filipi 4 : 13

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia

memelihara kamu.”

~ 1 Petrus 5 : 7

Puji syukur kepada Tuhan...

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang senantiasa selalu menyertai dan selalu memberi penguatan kepadaku..

Bapak, Ibuk, Linda, Simbah serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukungku dalam bentuk apapun dan selalu memotivasi untuk terus berjuang..

Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Oktober 2016

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Margarita Ika Noviantari

NIM : 121414078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA POKOK MATERI KUBUS DAN BALOK.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin diri saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 19 Oktober 2016

Yang menyatakan

(10)

vii ABSTRAK

Margarita Ika Noviantari, 2016. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pokok materi kubus dan balok, (2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok, (3) mengetahui bagaimana kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan pengajaran remedial pada pokok materi kubus dan balok di kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Sleman dengan subjek penelitian adalah tiga orang siswa kelas VIII A yang mengalami kesulitan belajar matematika pada pokok materi kubus dan balok. Data penelitian dikumpulkan dengan instrumen tes awal, tes diagnostik, tes akhir, dan dengan teknik wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) kesulitan yang dialami oleh siswa pada penyelesaian soal kubus dan balok meliputi kesulitan untuk menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok (diagonal ruang dan bidang diagonal), kesulitan dalam menganalisis soal dan menerapkan rumus volume dan luas permukaan, serta kesulitan dalam menganalisis unsur kubus dan balok (menentukan bentuk dari bidang diagonal, menentukan panjang diagonal ruang, dan menentukan titik sudut dari sebuah jaring-jaring balok), (2) faktor-faktor penyebab kesulitan siswa antara lain faktor internal yaitu kurangnya persiapan belajar, kurangnya motivasi belajar, kurang dikuasainya materi prasyarat seperti luas persegi, luas persegi panjang, dan rumus Pythagoras serta kurang terampilnya mengoperasikan perkalian bilangan bulat, pembagian, dan perkalian bilangan pecahan. Faktor eksternal dari luar subjek antara lain suasana belajar di sekolah dan di rumah yang kurang mendukung, (3) pengajaran remedial dengan metode tanya jawab dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, ditandai dengan meningkatnya keberhasilan siswa pada penyelesaian soal tes akhir. Peningkatan subjek A yaitu 50%, subjek B 45 %, dan subjek C 50%.

(11)

viii

ABSTRACT

Margarita Ika Noviantari, 2016. The Diagnosis and Remediation of the Difficulties Experienced by the Students of Grade VIII A SMP Kanisius Sleman in the Academic Year 2015/2016 in the Topic of Cubes and Cuboids. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to (1) identify the difficulties in the learning process which was experienced by students in the topic of cubes and cuboids, (2) identify the factors that cause of the difficulties of the students in doing the test with the topic of cubes and cuboids, (3) identify how the difficulties in the learning process could be overcome with a remediation on the topic cubes and cuboids for class VIII A SMP Kanisius Sleman in the academic year 2015/2016.

The type of this research was exploratory research with qualitative and quantitative approaches. The research was conducted at SMP Kanisius Sleman, with the research subjects were three students of class VIII A who had difficulties in learning mathematics on the topic of cubes and cuboids. The data were collected using pre-test instruments, diagnostic tests, final test and interview techniques.

Based on the results of this research, the researcher concluded that (1) the difficulties which were experienced by the subjects in solving the problems about cubes and cuboids were naming and defining some elements of cubes and cuboids (particularly plane diagonal and space diagonal), calculating the volume and surface area of cubes and cuboids, and analyzing the elements of cubes and cuboids (determining the length of the space diagonal, and determining the vertices of cuboids), (2) the factors which caused the difficulties which were experienced by the students were internal factors which were the lack of preparation of the students to learn, the lack of motivation to learn, the lack of the prerequisites materials such as square, rectangle, the formula of Pythagoras and also the lack of skills experienced by the students in operating multiplication of integers, division, and multiplication of fractions. External factors were the learning environment at school and at home which did not support the learning process, (3) the remediation with interview methods helped to overcome the difficulties of the students, that were indicated by the increase of the scores of the students on the final test or remedial test. The amount of the increase for subject A was 50%, for subject B 45%, and for subject C 50%.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah membantu

dan membimbing penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

membimbing, memberikan saran dan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

dalam membimbing penulisan skripsi ini.

5. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. dan Ibu Margaretha Madha Melissa,

M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan bimbingan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah Ibu Nur Sukapti, S.Pd dan Guru Mata Pelajaran Matematika

(13)

x

Sleman yang telah memberikan tempat dan waktu untuk pengambilan data

penelitian.

7. Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan,

serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku, teman-teman Pendidikan Matematika Kelas B dan seluruh

teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2012 yang telah berjuang

bersama selama ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

berbagai macam keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis menerima

segala bentuk masukan dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 November 2016

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

(15)

xii

D. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 19

E. Remediasi ... 31

F. Kubus dan Balok ... 39

G. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 48

D. Variabel Penelitian ... 49

E. Metode Pengumpulan Data ... 50

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 56

H. Metode/Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Pelaksanaan Penelitian ... 58

B. Hasil Penelitian ... 59

C. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal ... 55

Tabel 4.1 Rincian Pelaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 4.2 Validitas Soal Tes Awal ... 61

Tabel 4.3 Hasil Tes Awal ... 62

Tabel 4.4 Letak Kesalahan Subjek (Pada Tes Awal) ... 63

Tabel 4.5 Penguasaan Subjek (Pada Tes Awal) ... 64

Tabel 4.6 Hasil Tes Diagnostik ... 67

Tabel 4.7 Hasil Wawancara Subjek ... 70

Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir ... 73

Tabel 4.9 Hasil Remediasi Subjek A ... 78

Tabel 4.10 Hasil Remediasi Subjek B ... 84

Tabel 4.11 Hasil Remediasi Subjek C ... 89

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH ... 39

Gambar 2 Unsur-unsur Kubus ABCD.EFGH ... 40

Gambar 3 Luas Permukaan kubus ... 41

Gambar 4 Volume kubus ... 41

Gambar 5 Balok ABCD.EFGH ... 42

Gambar 6 Luas Permukaan Balok ... 43

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Soal Tes Ujicoba ... 102

Lampiran 2 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Ujicoba ... 105

Lampiran 3 Soal Tes Awal & Tes Akhir ... 122

Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Tes Awal ... 125

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 126

Lampiran 6 Soal Tes Diagnostik ... 128

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Tes Diagnostik ... 133

Lampiran 8 Pedoman Wawancara ... 138

Lampiran 9 Transkrip Wawancara Guru... 139

Lampiran 10 Transkrip Wawancara Subjek A ... 140

Lampiran 11 Transkrip Wawancara Subjek B ... 142

Lampiran 12 Transkrip Wawancara Subjek C ... 144

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pengajaran Remedial... 146

Lampiran 14 Pekerjaan Tes Awal Subjek (A, B, C) ... 147

Lampiran 15 Analisis Tes Diagnostik ... 156

Lampiran 16 Pekerjaan Tes Akhir Subjek (A, B, C) ... 171

Lampiran 17 Lembar Validasi Instrumen Tes ... 180

Lampiran 18 Surat Ijin Penelitian ... 182

Lampiran 19 Foto-Foto ... 183

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Crow & Crow (1958) yang dikutip oleh Rohmah Noer

(2012), menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh

kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Kebiasaan, pengetahuan, dan sikap yang

diperoleh merupakan hasil dari belajar dan sifatnya relatif menetap dalam

diri individu yang belajar. Menurut Hintzman seperti yang dikutip oleh Syah

Muhibbin (2008), belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri

organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi,

belajar merupakan suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan

pengalaman untuk memperoleh pengetahuan yang baru berdasarkan

pengalaman, pengalaman manusia berinteraksi dengan orang lain atau

lingkungannya.

Belajar menjadi landasan pokok dalam setiap usaha pendidikan.

Sebagai suatu proses, belajar mendapatkan tempat dan perhatian yang besar

dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana manusia

dalam belajar dan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yaitu,

keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Lembaga sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai tempat

(20)

pendidik dan peserta didik. Proses pembelajaran yang terjadi adalah proses

interaksi antara peserta didik dan pendidik yang memiliki peranan penting

untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal bagi peserta didik. Proses

belajar mengajar di sekolah mengarah pada tujuan-tujuan pembelajaran

tertentu sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan. Hasil dari belajar

dapat dilihat dari keberhasilan belajar, berkembangnya pengetahuan dan

perubahan sikap peserta didik menuju ke arah yang lebih baik.

Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan kriteria, salah

satunya yaitu belajar tuntas. Berdasarkan pernyataan Suwarto (2013),

belajar tuntas merupakan suatu sistem belajar yang mengharapkan peserta

didik mencapai kompetensi atau sasaran yang sudah ditetapkan untuk

dicapai peserta didik dalam waktu dan materi tertentu. Dalam hal ini, peserta

didik yang dikatakan lambat belajar atau pencapaiannya jauh dibawah

kriteria belajar tuntas perlu mendapatkan perhatian, bimbingan, dan

kesempatan untuk dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan

minatnya sehingga dapat menguasai materi dengan baik. Beberapa sekolah

menerapkan kriteria ketuntasan belajar antara 70%-80% dari kompetensi

dasar yang ditetapkan. Biasanya di sekolah-sekolah menetapkan nilai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap mata pelajaran. Salah

satunya SMP Kanisisus Sleman yang menetapkan nilai KKM yaitu 65

khusus untuk mata pelajaran matematika.

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

(21)

deduktif dalam mempelajarinya sehingga matematika dinilai sebagai mata

pelajaran yang sulit untuk dipelajari oleh peserta didik di sekolah.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pokok dan wajib

dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan

tinggi karena ilmu dasar matematika penting digunakan di dalam semua

aspek kehidupan. Materi matematika yang dipelajari sifatnya

berkesinambungan, dalam artian materi-materi dasar yang sudah dipelajari

di sekolah dasar akan digunakan di jenjang pendidikan menengah pertama

dan menengah atas. Unsur matematika yang abstrak dan membutuhkan

pengetahuan matematis yang kuat mengharuskan siswa untuk dapat

menguasai setiap pokok materi pembelajaran matematika dengan baik,

supaya di jenjang-jenjang selanjutnya siswa tidak mengalami kesulitan.

Hasil observasi di SMP Kanisius Sleman pada bulan Mei 2016,

menunjukan bahwa pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Kanisius

Sleman berlangsung dengan baik. Pembelajaran matematika diampu oleh

seorang guru matematika yang ramah dengan siswa dan selalu mengajarkan

budaya disiplin kepada siswa.

Berdasarkan wawancara dengan beliau, siswa SMP Kanisius Sleman

heterogen dari segi kemampuan, keterampilan, dan tingkat kognitifnya.

Pembelajaran tidak hanya meningkatkan pengetahuan, namun juga

pembentukan pribadi yang baik. Metode yang digunakan dalam

pembelajaran matematika yaitu dengan latihan soal dan tanya jawab.

(22)

diminta untuk belajar berdasarkan masalah atau soal yang diberikan oleh

guru.

Meskipun kegiatan pembelajaran terlihat baik dan lancar, pada saat

mempelajari materi pokok bangun ruang beberapa siswa menyatakan

kesulitan dan banyak siswa yang hanya mengandalkan dengan

menghafalkan rumus untuk menyelesaikan soal tentang bangun ruang,

misalnya rumus volume, luas permukaan, dan sebagainya. Hal ini membuat

siswa menjadi kebingungan ketika mendapatkan soal yang menuntut

pemahaman siswa tentang bangun ruang atau soal aplikasi tentang bangun

ruang sedangkan siswa hanya menghafalkan rumusnya saja sehingga

menyebabkan nilai siswa tidak sesuai harapan. Pada akhirnya tidak sedikit

siswa yang mengeluh sulit, terlihat tidak minat mengerjakan soal, dan ada

yang hanya menunggu jawaban dari teman ketika diberikan soal. Namun,

ada juga beberapa siswa yang bersemangat dalam pembelajaran, terlihat

aktif menjawab pertanyaan guru dan mau mengerjakan soal, tetapi nilai

tesnya dibawah KKM.

Dalam pembelajaran matematika sebagian besar siswa mendapatkan

nilai dibawah KKM di setiap tes evaluasi pembelajaran, namun juga ada

beberapa siswa yang nilainya jauh diatas KKM. Hal ini ditunjukkan dari

hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang menunjukkan

bahwa siswa yang tuntas hanya 15% - 25% atau 3 – 5 orang saja di setiap

(23)

Bagi siswa yang nilainya belum tuntas atau belum mencapai nilai

KKM upaya yang dilakukan guru adalah dengan mengadakan remidi.

Kegiatan remidi biasa dilakukan untuk memperbaiki nilai tes atau

memperbaiki nilai rapot, sehingga remidi ini diadakan setelah tes akhir

semester. Remidi yang dilakukan adalah dengan meminta siswa

mengerjakan kembali soal tes tersebut sehingga siswa diharapkan

mendapatkan nilai yang lebih baik atau mencapai KKM.

Kegiatan remidi bertujuan untuk membantu siswa mencapai

keberhasilan belajar atau mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan

berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, kegiatan

remidi baiknya dilakukan oleh guru saat setelah diketahui beberapa siswa

tidak tuntas atau sebagian besar gagal dalam mempelajari suatu materi. Hal

ini dilakukan melalui sebuah pembelajaran remedial atau bimbingan

individual dengan metode yang sesuai bagi siswa.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mempelajari materi

matematika bisa menjadi indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar

matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII

A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi

Kubus dan Balok.” untuk mengetahui berbagai kesulitan yang dialami oleh

siswa pada materi kubus dan balok, mengetahui sebab-sebab siswa

mengalami kesulitan tersebut, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi

(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah,

yaitu:

1. Banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM di setiap tes

evaluasi mata pelajaran matematika.

2. Sebagian siswa mengaku mengalami kesulitan dalam mempelajari

materi bangun ruang terutama kubus dan balok.

3. Banyak siswa hanya mengandalkan hafalan dalam mempelajari materi

kubus dan balok.

4. Kegiatan remediasi dilakukan setelah tes akhir semester.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya menemukan

kesulitan siswa dalam mengerjakan soal tentang kubus dan balok,

menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa pada pokok

materi kubus dan balok, dan upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut

dengan melaksanakan pengajaran remedial.

D. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan permasalahan berdasarkan latar belakang dan masalah

(25)

a. Apa saja kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas VIII A SMP

Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan

balok?

b. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan yang dialami siswa

kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam

mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok?

c. Bagaimana pengajaran remedial dapat membantu siswa kelas VIII A

SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam mengatasi

kesulitan pada pokok materi kubus dan balok?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas VIII A SMP

Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan

balok.

b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan yang dialami

siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam

mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok.

c. Mengetahui bagaimana pengajaran remedial dapat membantu siswa

kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam

(26)

F. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut agar

penelitian ini mempunyai makna yang tidak kabur.

1. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kegagalan dalam mencapai tujuan belajar,

ditandai dengan prestasi belajar yang rendah (nilai yang diperoleh kurang

dari tujuh puluh lima). Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat

diketahui atau disimpulkan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes.

2. Diagnosis kesulitan belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menemukan letak kesulitan dan

jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan yang

dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.

3. Remediasi

Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan

belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang sudah dilakukan. Dalam

hal kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi ini dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran yang

kurang berhasil.

4. Kubus dan Balok

a. Kubus merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam

(27)

b. Balok merupakan merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk

oleh tiga pasang daerah persegi panjang, yang masing-masing

pasang kongruen dan letaknya saling berhadapan.

Berdasarkan istilah-istilah yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan

maksud dari judul penelitian ini adalah mendiagnosis siswa untuk

menentukan kesulitan belajar matematika, mencari faktor-faktor yang

menyebabkan kesulitan tersebut, serta meremediasi kesulitan belajar

matematika siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran

2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi

kesulitan belajar matematika khususnya pada materi kubus dan balok.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

memberikan gambaran dalam mengadakan diagnosis dan remediasi

belajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi bekal dan pengalaman bagi peneliti untuk

mengadakan diagnosis dan remediasi bagi siswa yang mengalami

kesulitan belajar matematika ketika sudah memasuki dunia kerja

(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan

pengalaman yang telah dimiliki individu untuk memperoleh suatu pengetahuan

baru yang berguna bagi kehidupan di masa yang akan datang. Hasil dari proses

belajar ditandai dengan perubahan sikap dan berkembangnya pengetahuan

yang dimiliki individu yang belajar.

Rohmah Noer (2012) menyatakan bahwa belajar adalah key term, ‘istilah

kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar

sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Menurut Syah Muhibbin (2008)

belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung

pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah, di lingkungan rumah,

atau di dalam keluarga.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut

beberapa ahli seperti dikutip dalam Buku Psikologi Pendidikan yang ditulis

oleh Syah Muhibbin (2008), antara lain:

1. Menurut Chaplin, belajar dikemukakan dalam dua rumusan. Rumusan

pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif

(29)

adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan

khusus.

2. Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri

organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

3. Menurut Reber, belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dan

perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan

yang diperkuat.

4. Menurut Biggs, belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu

belajar sebagai kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan

kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, belajar sebagai proses

“validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi

yang telah ia pelajari, dan belajar sebagai proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling

siswa.

Secara umum, belajar dapat dipahami sebagai suatu proses memperoleh

pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu berdasarkan pengalaman

dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

B. Belajar Tuntas

Belajar tuntas adalah sebuah filsafat tentang kegiatan belajar siswa dan

seperangkat teknik implementasi pembelajaran (Burns, 1987). Belajar tuntas

(30)

antara satu dengan yang lainnya, yang mempunyai hak yang sama untuk

mencapai keberhasilan belajar optimal. (“Belajar Tuntas”, Jurnal Pendidikan

Luar Biasa, diakses pada 5 Desember 2016)

Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengharapkan sebagian

besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas dengan

memberikan kualitas pembelajaran yang sesuai dan memberi perhatian khusus

bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar. (“Mastery Learning: Teori dan Praktis”, 2013)

Suwarto (2013) dalam bukunya Pengembangan Tes Diagnostik juga

mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan belajar tuntas, antara lain:

1. Ischak & Warji menyatakan bahwa belajar tuntas adalah suatu sistem

belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan

instruksional umum dari suatu unit pembelajaran. Tujuan umum

dilaksanakannya prinsip belajar tuntas adalah agar tujuan intruksional

dapat dicapai secara optimal sehingga proses belajar mengajar menjadi

lebih efektif dan efisien.

2. Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ada empat prinsip

yang utama dalam pembelajaran tuntas, yaitu: (1) kompetensi yang harus

dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis; (2) evaluasi yang

digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap komponen harus

diberikan feedback; (3) pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan

dimana diperlukan; (4) pemberian program pengayaan bagi siswa yang

(31)

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian kesulitan belajar

The Board of the Association for Children and Adulth with Learning Disabilities (ACALD) seperti yang dikutip oleh Abdurrahman (2009) mengemukakan definisi sebagai berikut:

a. Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga

bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu

perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau

nonverbal.

b. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi

ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki

intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensori

yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai

kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.

c. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan,

pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan sehari-hari

sepanjang kehidupan.

Menurut Mulyadi (2010), pada umumnya “kesulitan” merupakan

suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan

dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat

lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu

kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya

(32)

kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar

yang rendah (nilai yang diperoleh kurang dari tujuh puluh lima), yang

terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi pelajaran. Proses itu tidak

dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban

siswa atau soal-soal tes.

Suwarto (2013) mengemukakan pendapat bahwa kesulitan karena

mata pelajaran mungkin berkenaan dengan keabstrakan konsep. Suatu

mata pelajaran yang bersifat hierarki, yaitu dimulai dari yang paling

mudah hingga yang paling sukar akan memerlukan pemahaman yang

berkesinambungan. Apabila kesulitan di suatu konsep yang mendasar

tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan kesulitan untuk memahami

konsep yang berikutnya.

Dalam buku Pengembangan Tes Diagnostik karangan Suwarto

(2013), Djamarah mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar siswa

dapat dilihat dari gejala sebagai berikut: (1) menunjukkan prestasi belajar

rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa di

kelas); (2) hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang

dilakukan; (3) lambat dalam mengerjakan tugas-tugas; (4) sikap yang

menunjukkan kurang wajar; (5) menunjukkan tingkah laku yang tidak

(33)

2. Komponen utama kesulitan belajar

Lovit (1989) seperti yang dikutip oleh Runtukahu & Selpius

Kandou (2014) mengemukakan beberapa komponen kesulitan belajar

yang utama adalah sebagai berikut:

a. Perhatian

Perhatian adalah kemampuan untuk memilih stimulus (rangsangan)

dari sekian banyak stimulus ia dapat belajar. Kesulitan belajar terkait

respons pada stimuli apa saja yang dihadapinya. Jika siswa tidak

mampu memilih stimulus yang menunjang belajar, ia tidak tahan

belajar dan tidak dapat memusatkan perhatian pada belajar

b. Mengingat (memory)

Mengingat adalah kemampuan untuk meningkatkan apa yang telah

didengar, dilihat, dan dialami waktu belajar. Kesulitan belajar

biasanya kurang atau tidak mampu dalam mengingat kembali apa

yang telah dipelajari.

c. Persepsi

Ketidakmampuan untuk mengerti melalui terjemahan simbol

menyebabkan gangguan orientasi kiri-kanan, orientasi spasial, dan

belajar motorik serta melihat satu objek secara menyeluruh walaupun

yang disajikan adalah bagiannya.

d. Berpikir

Kesulitan utama dalam operasi kognitif ialah adanya kelainan dalam

(34)

asosiasi. Pemecahan masalah matematika membutuhkan kemampuan

membuat analisis dan sintesis, yaitu perilaku yang dapat membantu

anak mengadakan respons atau beradaptasi dengan situasi baru.

Pembentukan suatu konsep sangat tergantung pada kemampuan

mengklasifikasi objek dan peristiwa.

e. Bahasa

Kelainan jenis ini banyak ditemukan pada anak berkesulitan belajar

yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengadakan respons

terhadap suatu perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan

anak-anak normal.

3. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Abdurrahman (2009) mengemukakan bahwa secara garis besar

kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:

a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmental learning disabilities)

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa

dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku

sosial. Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar

diketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru karena tidak ada

pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang

akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(35)

dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus

dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan

berikutnya.

b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)

Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya

kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas

yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup

penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau

matematika. Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru

atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau

beberapa kemampuan akademik.

4. Jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapi siswa

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa bervariasi tingkat dan

jenisnya. Entang (1984) menjelaskan jenis dan tingkat kesulitan yang

dihadapi siswa, antara lain:

a. Ada sejumlah siswa yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan

tertentu akan tetapi hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat

kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang sukar

dari seluruh bahan yang harus dipelajarinya.

b. Sekelompok atau beberapa siswa belum dapat mencapai tingkat

ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum

dikuasainya atau mungkin juga karena proses belajar yang

(36)

karakteristik siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut mendapat

kesulitan dalam menempuh proses belajar yang harus

dilaksanakannya.

c. Secara konseptual siswa yang bersangkutan tidak menguasai bahan

yang dipelajari secara keseluruhan. Tingkat penguasaan bahan

(ketuntasannya) sangat rendah. Konsep-konsep dasar tidak

dikuasainya, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak difahaminya

mungkin bagian-bagian yang sedang dan mudah tidak dapat

dikuasainya dengan baik. Terhadap jenis tingkat kesulitan yang

dihadapi siswa semacam ini perlu bantuan dan penanganan khusus

dan individual.

5. Kesulitan belajar matematika

Jamaris Martini (2014) mengemukakan bahwa kesulitan yang

dialami oleh anak yang berkesulitan matematika adalah sebagai berikut:

a. Kelemahan dalam menghitung. Siswa tersebut melakukan kesalahan

karena mereka salah membaca simbol-simbol matematika dan

mengoperasikan angka secara tidak benar.

b. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan. Siswa tidak mampu

menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kenyataan yang

ada.

c. Pemahaman bahasa matematika yang kurang. Sebagian siswa

mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan yang

(37)

masalah hitungan soal yang disajikan dalam bentuk cerita.

Pemahaman tentang cerita perlu diterjemahkan ke dalam operasi

matematika yang bermakna.

d. Kesulitan dalam persepsi visual. Siswa mengalami kesulitan dalam

memvisualisasikan konsep-konsep matematika yang membutuhkan

kemampuan dalam menggabungkan kemampuan berpikir abstrak

dengan kemampuan persepsi visual, misalnya dalam menentukan

bentuk yang akan terjadi apabila tiga gambar W W W dirotasi.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menentukan jenis dan

penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif

dan efisien. (Abdurrahman, 2009)

1. Prinsip diagnosis

Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi

anak berkesulitan belajar. Menurut Abdurrahman (2009) prinsip-prinsip

tersebut adalah :

a. Terarah pada perumusan metode perbaikan.

Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi yang

bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program

(38)

b. Efisien

Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam jangka waktu

yang lama. Hal semacam ini dapat menjemukan, sehingga dapat

berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Diagnosis

hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak.

c. Menggunakan catatan kumulatif dan memperhatikan berbagai

informasi yang terkait.

Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di sekolah.

Catatan semacam itu dapat memberikan informasi yang sangat

berharga dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat

digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang

sesuai dengan tingkat kesulitan belajar anak.

d. Valid dan reliabel

Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen

tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi

yang dikumpulkan hendaknya hanya yang tepat, yang dapat dijadikan

landasan dalam menentukan program pengajaran remedial.

e. Penggunaan tes baku (kalau mungkin)

Tes baku adalah tes yang telah dikalibrasi, yaitu tes yang telah teruji

validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis terutama tes

inteligensi umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas

(39)

belajar yang umunya dibuat guru. Di Indonesia tes prestasi belajar

yang baku masih merupakan barang langka, lebih-lebih yang dapat

digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar. Hal ini mungkin

disebabkan oleh karena menyusun tes baku lebih sulit dan

memerlukan biaya tinggi dibandingkan dengan tes hasil belajar biasa.

f. Penggunaan prosedur informal

Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi

dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang

masih belum banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru

memegang peranan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis

kesulitan belajar anak. Dari observasi informal sering dapat diperoleh

informasi yang bermanfaat bagi penyusunan program pengajaran

remedial.

g. Kuantitatif

Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya

didasarkan pada pola-pola sekor atau dalam bentuk angka. Bila

informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka

informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga

sekor-sekor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui

kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat

pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga

memungkinkan bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran

(40)

h. Berkesinambungan

Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial

yang telah dikembangkan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam

keadaan semacam ini perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan

penyusunan program pengajaran remedial yang lebih efektif dan

efisien. Dengan demikian, diagnosis dilakukan secara

berkesinambungan untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas

dan efisiensi program pengajaran remedial.

2. Prosedur dan teknik diagnosis

Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan

belajar menurut Entang (1984) antara lain sebagai berikut:

a. Langkah 1: Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang

diperkirakan mengalami kesulitan belajar yaitu: menandai siswa

dalam satu kelas atau satu kelompok yang diperkirakan mengalami

kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang

sifatnya lebih khusus dalam mata pelajaran tertentu; atau dengan

teknik-teknik meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan

akademik, menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan

yang dibuatnya, observasi pada saat pembelajaran, memeriksa buku

catatan pribadi, dan melaksanakan sosiometris untuk melihat

(41)

b. Langkah 2: Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan). Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami

kesulitan belajar, maka selanjutnya yang perlu ditelaah adalah:

1) Dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu

terjadi.

Hal ini bisa dilakukan dengan mendekati kesulitan belajar pada

bidang studi tertentu, sehingga menjawab persoalan apakah

kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang

studi tertentu saja.

2) Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah

kesulitan itu terjadi. Burton mengatakan bahwa pada langkah ini

pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya

menggunakan tes diagnostik. Test diagnostik itu pada hakekatnya

adalah tes prestasi belajar (TPB atau THB). Dengan demikian

dalam keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus

dipersiapkan untuk keperluan ini, maka analisa masih tetap dapat

dilakukan dengan menggunakan naskah jawaban ujian tengah

semester atau akhir semester.

3) Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu

terjadi.

4) Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi. Hal

ini bisa dilakukan dengan beberapa strategi pendekatan, yaitu

(42)

mengidentifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan cara

evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan desain

pre-post-test dan bisa dilakukan dengan tes diagnostik.

c. Langkah 3: Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan.

Secara garis besar penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yang

berasal dari dalam diri dan luar diri individu, yaitu:

1) Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri

murid itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh :

a) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau

kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui

melalui test tertentu.

b) Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena

sakit dan sebagainya.

c) Gangguan yang bersifat emosional.

d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan

pelajaran-pelajaran tertentu.

e) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang

dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang

menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor

(43)

a) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang

murid untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa

belajar secara aktif “student active learning”).

b) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

c) Ketidakseragaman pola dan standard administrasi.

d) Beban studi yang terlampau berat.

e) Metoda mengajar yang kurang memadai.

f) Sering pindah sekolah.

g) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.

h) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan

aktivitas belajar.

Untuk mengenal faktor di atas dapat dipergunakan berbagai

cara dan alat, antara lain: tes kecerdasan, tes bakat khusus, skala sikap

baik yang sudah standard maupun yang secara sederhana bisa dibuat

oleh guru, inventory, wawancara dengan murid yang bersangkutan,

mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun di luar

kelas, wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua

atau teman-temannya bila dipandang perlu.

d. Langkah 4: Perkiraan kemungkinan bantuan.

Setelah mengetahui letak kesulitan siswa, jenis dan sifat kesulitan

dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka

(44)

a. Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi

kesulitannya atau tidak.

b. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang

dialami siswa tertentu.

c. Waktu dan tempat pertolongan itu dapat diberikan.

d. Orang yang dapat memberikan pertolongan.

e. Cara untuk menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara

efektif.

f. Siapa saja yang harus dilihat sertakan dalam menolong

mahasiswa tersebut.

e. Langkah 5: Penetapan kemungkinan cara mengatasinya.

Langkah yang kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau

beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu

mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini

hendaknya berisi:

1) Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan

yang dialami siswa tersebut.

2) Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.

Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan

dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang

berkepentingan yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam

pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat

(45)

f. Langkah 6: Tindak lanjut (Pelaksanaan Kegiatan Pemberian

Bantuan).

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran

remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat

berupa:

1) Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran

remedial untuk mata pelajaran tertentu.

2) Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu (guru/dosen)

dalam memberikan bantuan kepada siswa dan kepada dosen yang

sedang melaksanakan kegiatan pengajaran remedial.

3) Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa baik pemahaman

mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun

mencek tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap

saat diadakan revisi dan improvisasi.

4) Mentransfer atau mengirim (referal case) siswa yang menurut

perkiraan kita tidak mungkin lagi ditolong karena di luar

kemampuan dan wewenang guru maupun guru pembimbing atau

penyuluh atau guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah.

Transfer bisa dilakukan kepada orang atau lembaga lain

(psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan

sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat membantu siswa

(46)

3. Tes diagnostik

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang

dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik

dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal

dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu.

Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu

siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera

apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Hasil tes

diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum

dipahami dan yang telah dipahami. (Suwarto, 2013)

a. Penaksiran Diagnostik

Menurut Nitko & Brookhart seperti yang dikutip oleh Suwarto (2013)

ada enam pendekatan penaksiran diagnostik terkait dengan masalah

pembelajaran, antara lain:

1) Pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada

suatu bidang.

Pendekatan ini digunakan untuk melaporkan profil

kekuatan dan kelemahan siswa dalam mata pelajaran di sekolah.

Suatu mata pelajaran sekolah dibagi ke dalam bagian-bagian,

dimana masing-masing bagian dianggap sebagai ciri atau

kemampuan yang terpisah. Penaksiran diagnostik ini sangat

(47)

terdiri dari kelompok siswa-siswa kuat dan siswa-siswa yang

lemah.

2) Pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat.

Pendekatan ini mengeksplorasi apakah siswa-siswi

tertinggal dikarenakan mereka tidak memiliki pengetahuan atau

keahlian khusus yang dibutuhkan untuk memahami pelajaran

yang akan datang. Caranya adalah dengan membuat suatu

hierarki dari suatu target pembelajaran kemudian melakukan

analisis untuk mengidentifikasi prasyarat-prasyarat yang harus

dipahami oleh siswa.

3) Pendekatan mengidentifikasi target-target pembelajaran yang

tidak dikuasai.

Pendekatan ini memusatkan penaksiran pada target-target

yang penting dan spesifik dari tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Tes-tes pendek dibuat untuk mengukur keberhasilan

dari masing-masing target pembelajaran. Informasi-informasi

diagnostik yang ingin diperoleh dari pendekatan ini adalah suatu

daftar target pembelajaran yang sudah dikuasai atau tidak

dikuasai.

4) Pendekatan pengidentifikasian kesalahan siswa.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi

kekeliruan-kekeliruan siswa. Ketika guru mengidentifikasi dan

(48)

memberi pelajaran remidi. Mewawancarai siswa adalah cara

terbaik untuk menemukan banyak kekeliruan pada siswa dengan

meminta siswa menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan

sebuah soal, menjelaskan mengapa menjawab seperti itu dan

memberitahukan aturan untuk menyelesaikan suatu soal.

5) Pendekatan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa.

Pendekatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi

struktur pengetahuan siswa dengan menggunakan peta konsep.

Peta konsep adalah cara grafis untuk merepresentasikan

bagaimana seorang siswa memahami hubungan konsep-konsep

yang utama dalam materi pelajaran.

6) Pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk menyelesaikan

soal cerita.

Pendekatan ini berpusat pada pendiagnosisan apakah

siswa memahami komponen-komponen soal cerita. Diagnosis di

dalam pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi siswa yang

tidak dapat menyelesaikan soal cerita dan apakah kekurangan

mereka terletak pada pengetahuan linguistik dan faktual,

pengetahuan skematis, pengetahuan strategis, atau pengetahuan

algoritmis.

b. Macam-macam Tes Diagnostik

Beberapa macam tes diagnostik yang pernah digunakan

(49)

1) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda.

2) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai

alasan.

3) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai

pilihan alasan.

4) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian.

5) Tes diagnostik dengan instrumen uraian.

E. Remediasi

1. Pengertian remediasi

Remediasi dapat diartikan sebagai tindakan atau proses

penyembuhan. Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang sudah dilakukan.

Dalam hal kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi ini dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki

pembelajaran yang kurang berhasil, kegiatan remediasi dilakukan dalam

bentuk pengajaran remedial atau bimbingan individual.

Pengajaran remedial (remedial teaching) bertolak dari konsep

belajar tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh sistem pembelajaran

dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari

suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan setelah

adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai bahan

(50)

ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian, pengajaran

remedial pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah

mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang

belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

(Abdurrahman, 2009)

2. Prinsip pengajaran remedial

Berbagai prinsip pengajaran remedial matematika menurut

Abdurrahman (2009) antara lain:

a. Menyiapkan anak untuk belajar matematika.

Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya

adalah kurangnya kesiapan anak untuk mempelajari bidang studi

tersebut. Oleh karena itu, diperlukan waktu dan tenaga untuk

membangun kesiapan belajar agar anak tidak mengalami banyak

masalah dalam bidang studi matematika.

b. Maju dari konkret ke abstrak.

Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika

pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Pada tahapan konkret,

siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajar keterampilan.

Pada tahap abstrak, siswa dapat menggantikan gambar atau simbol

(51)

c. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.

Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep

secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan

ulangan.

d. Generalisasi ke situasi baru.

Siswa memperoleh kesempatan yang cukup untuk

menggeneralisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi.

Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal

dan mengaplikasikan operasi-operasi komputasional terhadap situasi

baru yang berbeda-beda.

e. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa.

Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan

untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan

ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaan matematika dan

operasi-operasi yang dapat dilakukan oleh siswa.

f. Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan

matematika.

g. Menyajikan program matematika yang seimbang.

Program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antara tiga

elemen, yaitu: konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah.

h. Penggunaan kalkulator.

Kalkulator dapat digunakan setelah siswa memiliki keterampilan

(52)

3. Langkah-langkah pengajaran remedial

Menurut Entang (1984), pengajaran remedial merupakan langkah

lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan ini

harus dilandasi kegiatan diagnosis. Langkah-langkah dalam melaksanakan

kegiatan pengajaran remedial menurut Entang (1984), antara lain:

a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih

definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang

dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor

utama penyebab kelemahan tersebut apakah masih bisa ditolong guru

atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus

diberikan, kapan, oleh siapa, dan sebagainya.

b. Melakukan alternatif tindakan.

Kegiatan ini dilakukan setelah mendapatkan gambaran yang lengkap

tentang siswa yang memerlukan bantuan. Merencanakan kegiatan

alternatif tindakan ini dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik

kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini bisa berupa:

1) Mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberi

petunjuk antara lain:

a) Tentang berbagai istilah yang harus dipahami yang terdapat

(53)

b) Menandai dan menunjukan bagian-bagian yang dianggap

penting dan merupakan kelemahan bagi siswa yang

bersangkutan.

c) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud

mengarahkan siswa dalam mempelajari materi tersebut.

d) Memberi dorongan dan semangat untuk belajar.

e) Menyediakan bahan lain yang bisa dibaca agar

mempermudah pemahaman terhadap bahan yang sedang

dipelajari.

f) Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan menjawab

pertanyaan siswa bila mendapat kesulitan.

2) Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan

belajar-mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai

tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional maupun efek

pengiring.

3) Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan

semata-mata kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena

hal lain seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap

negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan

belajar yang salah atau masalah lain dalam hubungan dengan

orang tua, teman sebayanya dan sebagainya, maka kepada siswa

tersebut harus terlebih dahulu diberikan pelayanan bimbingan dan

(54)

dapat diatasi barulah dilaksanakan pengajaran remidial seperti

pada butir a dan b.

c. Evaluasi pengajaran remidial.

Pada akhir kegiatan pengajaran remidial hendaknya dilakukan

evaluasi kembali (re-evaluasi) sampai sejauh mana pengajaran

remidial tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan paling

utama adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang

diharapkan misalnya 75% taraf penguasaan (level of mastery). Bila

ternyata masih belum berhasil maka hendaknya dilakukan kembali

diagnosis (re-diagnosis), prognosis, dan pengajaran remidial

berikutnya. Dan demikian daur/siklus ini akan berulang terus.

4. Metode pengajaran remedial

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan

dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari

langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak

selanjutnya. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan

pengajaran remedial seperti yang dikutip oleh Mulyadi (2010) yaitu:

a. Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas ialah suatu metode yang dilakukan guru

dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara

kelompok maupun secara individual, kemudian mereka diminta

pertanggungjawaban atas tugas-tugas tersebut. Metode pemberian

Gambar

Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH  ...................................................................
Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH
Gambar 2. Unsur-unsur kubus ABCD.EFGH
Gambar 3. Luas permukaan kubus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Ulujami, Pemalang pada Materi Pokok Kubus dan Balok antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penerapan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi volume kubus dan balok, untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran luas permukaan serta volume kubus dan balok ditinjau dari hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi luas permukaan kubus dan balok dan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan ilmiah

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap prestasi siswa pada materi pokok. kubus dan balok kelas VIII MTs

berbantuan media dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa materi4. pokok kubus

Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) mendeskripsikan penerapan pendekatan PMRI untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi menentukan jaring-jaring balok dan kubus pada

Berdasarkan tujuan penelitian yang kedua dilakukan implementasi perangkat untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis masalah pada materi kubus dan balok di kelas