TESIS
KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN MEMODERASI
PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA
DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN
DAERAH PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARANGASEM
I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM. 1391662036
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
KEMAMPUAN KOMITMEN ORGANISASI
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN MEMODERASI
PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA
DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI KEUANGAN
DAERAH PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARANGASEM
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI LANANG SUARMIKA NIM. 1391662036
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 21 JANUARI 2016
Pembimbing I,
Dr. Drs. I D G Dharma Suputra, M.Si., Ak. NIP. 19570110 198601 1 001
Pembimbing II,
Dr. I Nyoman Wijana A. P., SE, M.Si., Ak. NIP. 19650727 199203 1 009
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. NIP. 19641224 199103 1 002
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada : Tanggal 21 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, Nomor: 0346/UN14.4/HK/2016 Tanggal 15 Januari 2016
Ketua : Dr. Drs. I D G Dharma Suputra, M.Si., Ak.
Anggota :
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Kemampuan Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian
Intern Memoderasi Pengaruh Kapasitas Sumber Daya
Manusia dan Penerapan Sistem Informasi Keuangan Daerah
pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Karangasem
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tesis saya merupakan hasil karya
sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat
plagiasi dalam karya tulis tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2010 dan peraturan undang-undang yang berlaku.
Denpasar, 12 Januari 2016 Yang membuat pernyataan,
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia melalui Program Beasiswa STAR-BPKP yang telah memberikan bantuan finansial sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis tujukan kepada Dr. Drs. I D G Dharma Suputra, M.Si., Ak. sebagai pembimbing utama dan Dr. I Nyoman Wijana A. P., SE, M.Si., Ak. selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
vii
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh teman-teman mahasiswa STAR-BPKP khususnya angkatan II yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan dan kontribusinya dalam menyelesaikan tesis ini. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan pengorbanan yang besar sehingga tercapainya cita-cita yang diharapkan. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada isteri tercinta Ni Luh Suci Ratmini yang dengan penuh kasih dan pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada keluarga dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan semuanya.
viii ABSTRAK
Kemampuan Komitmen Organisasi dan Sistem Pengendalian Intern Memoderasi Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Penerapan
Sistem Informasi Keuangan Daerah pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang kemampuan komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern memoderasi pengaruh kapasitas SDM dan penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem.
Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karangasem menjadi populasi penelitian. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria SKPD yang berfungsi sebagai entitas akuntansi dan SKPD yang bertugas menkonsolidasi laporan keuangan seluruh SKPD menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Jumlah sampel penelitian sebanyak 42 SKPD. Analisis regresi moderasi menggunakan uji nilai selisih mutlak.
Hasil penelitian membuktikan bahwa: (1) Komitmen organisasi memperlemah pengaruh kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem; (2) Sistem pengendalian intern memperkuat pengaruh kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem; (3) Komitmen organisasi memperkuat pengaruh penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem; dan (4) Sistem pengendalian intern tidak memoderasi pengaruh penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem.
ix ABSTRACT
The Ability of Organizational Commitment and Internal Control System Moderating Influence of the Human Resource Capacity and the Local
Financial Information System Aplication On The Quality of Local Government Financial Report of Karangasem Regency
The study aim to examine the ability of the organization’s commitment and internal control system moderating influence of the human resource capacity and the local financial information system aplication on the quality of local government financial report of Karangasem Regency.
The population of the study are all the regional government agency (SKPD) in Karangasem Regency. The sampling technique use purposive sampling with SKPD criteria whose function as the accounting entity and SKPD whose responsible on consolidating all SKPD to local goverment financial report. The total sample are 42 SKPD. The moderated regression analysis use obsolute difference value.
The result of the study shows that: (1) Organization’s commitment able to moderate the effect human recource capacity on the quality of local government financial report of Karangasem Regency; (2) The internal control system able to moderate the effect human recource capacity on the the quality local government financial report of Karangasem Regency; (3) Organization’s commitment able to moderate the effect of local finacial information system application on the quality of local government financial report of Karangasem Regency; and (4) The internal control system is not able to moderate the effect of local financial information system aplication on the the quality of local government financial report of Karangasem Regency.
x RINGKASAN
Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga pemerintahan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban publik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah pemerintah daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Informasi yang tersaji di dalam laporan keuangan harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan tersebut menjelaskan 4 (empat) prasyarat normatif agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaksanakan audit secara periodik untuk menilai kualitas laporan keuangan. Hasil audit atas LKPD Kabupaten Karangasem tahun 2014 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Kondisi ini menggambarkan masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Karangasem dalam pengelolaan keuangan daerah. Hasil penelitian empiris membuktikan bahwa kapasitas SDM dan penerapan SIKD berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Namun beberapa peneliti membuktikan hasil yang berbeda. Ketidakkonsistenan hasil penelitian diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor atau variabel yang bersifat kondisional, diantaranya adalah komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti merumuskan hipotesis bahwa komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern memoderasi pengaruh kapasitas SDM dan penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem.
Populasi penelitian adalah seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karangasem. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria SKPD yang berfungsi sebagai entitas akuntansi dan SKPD yang bertugas menkonsolidasi laporan keuangan seluruh SKPD menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Jumlah sampel penelitian sebanyak 42 SKPD. Tiap SKPD dipilih 2 (dua) orang sehingga responden berjumlah 84 orang. Data penelitian yang diperoleh berdasarkan jawaban responden selanjutnya dianalisis menggunakan uji nilai selisih mutlak.
xi
tidak heteroskedastisitas dibuktikan dengan tidak adanya variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen absolut residual. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan memenuhi persyaratan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) sehingga layak dilakukan uji hipotesis. Berdasarkan hasil uji goodness of fit diketahui bahwa model regresi memiliki p-value (Sig. F) sebesar 0,000 < α (0,05), sehingga model penelitian layak untuk digunakan. Hasil uji koefesien determinasi diketahui besarnya nilai adjusted R2 adalah 0,854 yang berarti variabel kualitas laporan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel kapasitas SDM, penerapan SIKD, komitmen organisasi, dan sistem pengendalian intern sebesar 85,4% sedangkan sisanya sebesar 14,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Hasil uji regresi menunjukkan interaksi variabel komitmen organisasi dan kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem memiliki koefesien β sebesar -0,319 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,038 < 0,05. Hal ini berarti komitmen organisasi memperlemah pengaruh kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem. Interaksi variabel sistem pengendalian intern dan kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem memiliki koefesien β sebesar 0,402 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 < 0,05, sehingga sistem pengendalian intern memperkuat pengaruh kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem. Selanjutnya, interaksi komitmen organisasi dan penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem memiliki koefesien
xii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10
2.1.3 Pendekatan Kontinjensi ... 14
2.1.4 Kualitas Laporan Keuangan ... 15
2.1.5 Kapasitas Sumber Daya Manusia ... 18
2.1.6 Sistem Informasi Keuangan Daerah ... 20
2.1.7 Komitmen Organisasi ... 23
2.1.8 Sistem Pengendalian Intern ... 24
2.1.8.1 Komponen Sistem Pengendalian Intern ... 24
2.1.8.2 Komponen Pengendalian Sistem Informasi ... 27
2.2 Penelitian Terdahulu ... 28
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 34
3.1 Kerangka Berpikir ... 34
xiii
3.3 Hipotesis Penelitian ... 37
BAB IV METODE PENELITIAN ... 46
4.1 Rancangan Penelitian ... 46
4.2 Lokasi, Waktu Penelitian, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 48
4.3 Penentuan Sumber Data ... 48
4.3.1 Jenis Data Menurut Sifatnya ... 48
4.3.2 Jenis Data Menurut Sumbernya ... 48
4.3.3 Pupolasi dan Sampel ... 49
4.4 Variabel Penelitian ... 50
4.4.1 Identifikasi Variabel ... 50
4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 50
4.5 Instrumen Penelitian ... 52
4.5.1 Uji Reliabilitas dan Validitas ... 54
4.6 Prosedur Penelitian ... 55
4.7 Analisis Data ... 56
4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 56
4.7.2 Transformasi data Ordinal Menjadi Data Interval ... 57
4.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.7.4 Analisis Regresi ... 60
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63
5.1.1 Demografi Pemerintah Kabupaten Karangasem ... 63
5.1.2 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ... 63
5.2 Deskripsi Responden ... 66
5.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 67
5.3.1 Uji Validitas ... 67
5.3.2 Uji Reliabilitas ... 68
5.4 Analisis Data ... 68
5.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 68
5.4.2 Transformasi data Ordinal Menjadi Data Interval ... 73
5.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 74
5.4.4 Analisis Regresi ... 75
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 88
6.1 Simpulan ... 88
6.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rincian Opini LKPD se-Bali Tahun 2005 s/d 2014 ... 4
Tabel 4.1 Responden Penelitian ... 49
Tabel 4.2 Instrumen Penelitian ... 54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden... 69
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan Opini LKPD se-Bali Tahun 2005 s/d 2014 ... 3
Gambar 2.1 Komponen Pengendalian Sistem Informasi ... 28
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ... 35
Gambar 3.2 Konsep Penelitian ... 37
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Pengantar Kuesioner ... 97
Lampiran 2 Kuesioner ... 98
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Variabel Kapasitas SDM ... 109
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan SIKD ... 112
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi ... 113
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Pengendalian Intern ... 114
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Laporan Keuangan ... 117
Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kapasitas SDM ... 120
Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penerapan SIKD ... 121
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Komitmen Organisasi ... 122
Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Pengendalian Intern ... 123
Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kualitas Laporan Keuangan ... 124
Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas ... 125
Lampiran 14 Hasil Uji Multikolinieritas ... 126
Lampiran 15 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin
menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga pemerintahan.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban suatu instansi
pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya (Halim, 2007). Governmental Accounting Standards
Board(1999) dalamConcepts StatementNomor 1 tentangObjectives of Financial
Reporting mendefinisikan akuntabilitas sebagai dasar pelaporan keuangan di
pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan
menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya.
Salah satu bentuk pertanggungjawaban publik yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah pemerintah daerah
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui
nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan
operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas
2
dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan (PP No. 71 Tahun 2010).
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih
transparan dan akuntabel. Perubahan mendasar pada peraturan tersebut adalah
transformasi basis akuntansi dari basis kas ke basis akrual. Melalui pelaporan
berbasis akrual, stakeholder dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah
dan perubahannya sehingga dapat diukur kapasitas yang sebenarnya. Sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah
mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan
pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.
Informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan harus bermanfaat dan
sesuai dengan kebutuhan para pemakai. Informasi akan bermanfaat apabila
informasi tersebut relevan dan dapat diandalkan oleh pemakai dalam mengambil
keputusan (Shahwan, 2008). Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib
memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan
memenuhi 4 (empat) karakteristik kualitatif yang disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yakni relevan, andal, dapat dibandingkan, dan
dapat dipahami.
Penilaian atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan melaksanakan audit secara periodik.
3
Pengecualian (WTP) termasuk Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf
Penjelas (WTP-DPP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW),
dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Representasi kewajaran dituangkan
dalam bentuk opini dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan
keuangan dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP), kecukupan
pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
efektivitas pengendalian internal (BPK, 2014).
Gambar 1.1.
Perkembangan Opini LKPD se-Bali Tahun 2005 s/d 2014
Kualitas LKPD se-Bali selama 10 (sepuluh) tahun terakhir mengalami
peningkatan yang signifikan seperti terlihat pada Gambar 1.1. Indikatornya adalah
hasil audit BPK terhadap LKPD Provinsi, Kabupaten/Kota se-Bali tahun 2014
yang menyatakan bahwa dari 10 (sepuluh) pemerintah daerah yang ada sebanyak
4
pemerintah daerah memperoleh opini WDP. Kondisi ini menggambarkan
pemerintah daerah berhasil meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.
Tren meningkatnya kualitas laporan keuangan tidak diikuti oleh 3 (tiga)
kabupaten yang lain, yaitu Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, dan
Kabupaten Bangli. Pada Tabel 1.1. terlihat dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir
ketiga kabupaten ini mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian. Khusus
untuk Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Bangli pernah mendapatkan opini
TMP masing-masing atas laporan keuangan tahun 2010 dan 2013. Kondisi ini
mencerminkan ketiga kabupaten tersebut masih memerlukan banyak perbaikan
dalam pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tertuang dalam setiap laporan
hasil pemeriksaan BPK.
Tabel 1.1.
Rincian Opini LKPD se-Bali Tahun 2005 s/d 2014
Sumber: data diolah, 2016
Besarnya potensi kerugian daerah berkontribusi terhadap penilaian BPK atas
laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
BPK-RI Semester II Tahun 2014 diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten
Karangasem mengalami kerugian daerah yang paling besar dibandingkan dengan
Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli, yaitu sebesar Rp2.223,58 Juta.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Provinsi Bali WDP WDP WDP TMP WDP WDP WDP WDP WTP WTP
2 Kabupaten Badung WDP WDP WDP TMP WDP WDP WTPDPP WTP TW WTP
3 Kabupaten Bangli WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP TMP WDP
4 Kabupaten Buleleng WDP WDP WDP WDP WDP TMP WDP WDP WDP WTP
5 Kotamadya Denpasar WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WTP WTP WTP
6 Kabupaten Gianyar WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WTP
7 Kabupaten Jembrana WDP WDP WDP TMP TW TW WDP WDP WDP WTP
8 Kabupaten Karangasem WDP WDP WDP WDP WDP TMP WDP WDP WDP WDP
9 Kabupaten Klungkung WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP
10 Kabupaten Tabanan WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP TMP WDP WTPDPP
5
Sedangkan Kabupaten Klungkung mengalami kerugian daerah sebesar Rp374,66
Juta dan Kabupaten Bangli sebesar Rp455,38 Juta. Atas kondisi tersebut maka
Pemerintah Kabupaten Karangasem dipilih sebagai tempat penelitian kualitas
laporan keuangan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah saat ini untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah terbatasnya sumber daya manusia
yang kompeten dan profesional. Penerapan sistem akuntansi pemerintahan
berbasis akrual menghadirkan permasalahan baru, mulai dari kebijakan akuntansi
sampai dengan teknis analisa suatu transaksi. Treatment tepat dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut tidak dapat dilakukan oleh pegawai yang
tidak memiliki pengetahuan akuntansi (Indriasari, 2008). Sejalan dengan Halim
(2014) yang menyatakan bahwa penyiapan dan penyusunan laporan keuangan
yang berkualitas memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
serta menguasai akuntansi pemerintahan
Penelitian mengenai pentingnya kapasitas SDM dalam meningkatkan kualitas
laporan keuangan telah dilakukan oleh banyak peneliti dengan hasil yang
bervariasi. Choirunisah (2008), Irwan (2011), Wansyah (2012), Yudianta (2012),
Diani (2014), Ihsanti (2014), Mahaputra (2014), dan Nurillah (2014)
membuktikan secara empiris bahwa sumber daya manusia berpengaruh positip
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Darwanis (2009), Hullah
(2012), dan Sugandi (2014) membuktikan sumber daya manusia berpengaruh
positip dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah
6
kapasitas SDM tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Indriasari
(2008) menyatakan kapasitas SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan
oleh Winidyaningrum (2010) membuktikan sumber daya manusia berpengaruh
positip signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah
namun tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah bertambah
dengan meningkatnya jumlah anggaran dari tahun ke tahun. Meningkatnya
jumlah transaksi harus sejalan dengan meningkatnya kemampuan pemerintah
daerah mengelola keuangan daerahnya masing-masing (Sugijanto, 2002). Seiring
dengan diberlakukannya penyusunan laporan keuangan berbasis akrual, dapat
dipastikan bahwa penerapannya memerlukan sarana pendukung berupa teknologi
informasi yang berbasis sistem. Macmillan (2003) menyatakan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi dapat mempersingkat penyesuaian penerapan
pelaporan keuangan berbasis akrual. Untuk itu pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 yang mewajibkan setiap pemerintah
daerah menerapkan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) dalam mengelola
keuangan daerah.
Penelitian tentang penerapan SIKD telah dilakukan oleh banyak peneliti
dengan kontroversi hasil. Yuliani (2010), Wansyah (2012), Yudianta (2012),
Mahaputra (2014), dan Nurillah (2014) membuktikan secara empiris pemanfaatan
7
keuangan. Darwanis (2009), Hullah (2012), dan Sugandi (2014) menyatakan
pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Indriasari
(2008) dan Winidyaningrum (2010) menunjukkan pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan
Diani (2014) dan Ihsanti (2014) yang membuktikan sistem informasi akuntansi
keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan positip terhadap kualitas laporan
keuangan.
Govindarajan (1988) menyatakan bahwa pendekatan kontinjensi dapat
digunakan sebagai solusi atas ketidakkonsistenan hasil-hasil riset sebelumnya.
Pendekatan kontinjensi memberikan pandangan bahwa hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dipengaruhi oleh variabel yang bersifat kondisional,
diantaranya komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern.
Komitmen organisasi adalah suatu tingkat keyakinan sejauh mana seseorang
memihak pada suatu organisasi tertentu yang tujuannya berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi itu (Ikhsan, 2011). Sedangkan sistem pengendalian
internal merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa tujuan dan sasaran organisasi telah dicapai
(Mahmudi 2011). Kedua konsep tersebut menggambarkan bahwa komitmen
organisasi merupakan faktor internal (internal side) dalam diri setiap pegawai
yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai bersangkutan dalam pencapaian tujuan
8
eksternal (eksternal side) yang dirancang untuk dilaksanakan oleh setiap pegawai
agar tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Mengacu pada 2 (dua) konsep di atas, komitmen organisasi dan sistem
pengendalian intern kemungkinan dapat memperkuat atau memperlemah
pengaruh kapasitas SDM dan penerapan SIKD pada kualitas laporan keuangan.
Berdasarkan atas permasalahan tersebut, peneliti ingin menguji kemampuan
komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern memoderasi pengaruh
kapasitas SDM dan penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten
Karangasem. Penggunaan variabel moderasi yaitu komitmen organisasi dan
sistem pengendalian intern selain sebagai opsi jawaban atas kontroversi hasil
penelitian sebelumnya sekaligus juga yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh kapasitas SDM pada
kualitas LKPD Kabupaten Karangasem?
2) Apakah sistem pengendalian intern memoderasi pengaruh kapasitas SDM
pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem?
3) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh penerapan SIKD pada
9
4) Apakah sistem pengendalian intern memoderasi pengaruh penerapan SIKD
pada kualitas LKPD Kabupaten Karangasem?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan komitmen organisasi
memoderasi pengaruh kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten
Karangasem.
2) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan sistem pengendalian intern
memoderasi pengaruh kapasitas SDM pada kualitas LKPD Kabupaten
Karangasem.
3) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan komitmen organisasi
memoderasi pengaruh penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten
Karangasem.
4) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan sistem pengendalian intern
memoderasi pengaruh penerapan SIKD pada kualitas LKPD Kabupaten
10
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori khususnya untuk
menguji teori hubungan antara kapasitas SDM, penerapan SIKD, komitmen
organisasi, dan sistem pengendalian intern pada kualitas laporan keuangan.
2) Dapat memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi
khususnya mengenai kemampuan komitmen organisasi dan sistem
pengendalian intern memoderasi pengaruh kapasitas SDM dan penerapan
SIKD pada kualitas laporan keuangan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Memberi tambahan informasi kepada pengguna laporan keuangan terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
2) Memberi sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan demi terwujudnya akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah
1.4.3 Manfaat Kebijakan
Manfaat kebijakan berhubungan dengan manfaat bagi regulator yang
mengeluarkan kebijakan untuk kepentingan publik. Manfaat kebijakan dari
11
regulasi dalam menyempurnakan peraturan yang ada khususnya untuk
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang
relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam penelitian. Landasan teori ini berfungsi sebagai kerangka
acuan dan sudut pandang dalam mengarahkan suatu penelitian untuk memberi
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan, serta membantu
dalam penyusunan instrumen penelitian.
2.1.1 Stewardship Theory
Donaldson et al. (1989) mendefinisikan stewardship theory merupakan teori
yang menggambarkan situasi di mana para manajer tidaklah termotivasi oleh
tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka
untuk kepentingan organisasi. Teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi
yang telah dirancang di mana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk
bertindak sesuai keinginan prinsipal.
Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat
dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada
umumnya maupunshareholderspada khususnya. Manajer akan berperilaku sesuai
kepentingan bersama dan ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama,
maka steward akan berusaha bekerja sama dari pada menentangnya. Hal ini
13
disebabkan karena steward merasa bahwa kepentingan bersama dan berperilaku
sesuai dengan perilaku pemilik merupakan pertimbangan yang rasional serta
stewardlebih melihat pada usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
Mardiasmo (2009) menjelaskan dalam konteks organisasi sektor publik,
akuntabilitas merupakan kewajiban pemerintah sebagai pemegang amanah
(steward) untuk mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada rakyat sebagai
pihak pemberi amanah (principal) dengan mengungkap segala informasi, baik
keberhasilan maupun kegagalan yang dialami oleh organisasi tersebut. Hubungan
yang terjadi antara principal dan steward dalam hal ini rakyat dan pemerintah
adalah karena adanya sifat dasar manusia yang dapat dipercaya, mampu bertindak
dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap pihak
lain. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki banyak informasi dan
bertanggungjawab atas kepercayaan yang telah diberikan rakyat memiliki
kesadaran untuk terus mewujudkan transaparansi dan akuntabilitas melalui
pengungkapan laporan keuangan yang baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya
dalam mengaktualisasi diri sebagai pegawai pemerintah yang patuh maupun untuk
tujuan politik seperti mencari simpati agar bisa terpilih dalam pemilu selanjutnya
serta sebagai upaya untuk mendapatkan kepercayaan publik.
2.1.2 Goal-Setting Theory
Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory pertama kali dikemukakan
oleh Locke (1968) yang menyatakan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja
14
memahami tujuan organisasi, maka pemahaman tersebut akan mempengaruhi
prilaku kerjanya. Goal-setting theory mengisyaratkan bahwa seorang individu
berkomitmen pada tujuan (Robbins, 2008). Jika seorang individu berkomitmen
untuk mencapai tujuannya, maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerjanya.
Seiring dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, pemerintah daerah berkewajiban menyampaikan pertanggungjawaban
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi melalui media laporan
keuangan yang transparan dan akuntabel. Melalui pendekatangoal setting theory,
laporan keuangan pemerintah daerah yang transparan dan akuntabel diidentikkan
sebagai tujuan pemerintah daerah, sedangkan variabel kapasitas SDM, penerapan
SIKD, komitmen organisasi, dan sistem pengendalian intern sebagai faktor
penentu. Semakin tinggi keempat faktor penentu tersebut maka semakin tinggi
pula kemungkinan tujuan pemerintah daerah tercapai.
2.1.3 Pendekatan Kontinjensi
Pendekatan kontinjensi yang digunakan oleh para peneliti dalam penelitian
seperti ini adalah memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya
dipertimbangkan dalam perancangan penelitian. Para peneliti tertarik
menggunakan pendekatan kontinjensi karena mereka ingin mengetahui apakah
tingkat keandalan variabel independen selalu berpengaruh sama pada setiap
kondisi atau tidak terhadap variabel dependennya. Berdasarkan teori kontinjensi
maka ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lainnya yang mungkin akan
15
dalam bidang akuntansi menggunakan pendekatan kontinjensi untuk melihat
hubungan variabel-variabel konstekstual seperti ketidakpastian lingkungan
(Outley, 1980).
Tujuan penggunaan pendekatan kontinjensi adalah untuk mengidentifikasi
berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan
sistem pengendalian. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada
ketidakkonsistenan hasil antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, sehingga
disimpulkan terdapat variabel lain yang mempengaruhinya. Dengan demikian
melalui pendekatan kontinjensi penelitian ini mengargumenkan keberhasilan
kapasitas SDM dan penerapan SIKD menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas dipengaruhi oleh komitmen organisasi dan sistem pengendalian intern.
2.1.4 Kualitas Laporan Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menjelaskan karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan
agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi
16
lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat
dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi yang relevan :
a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Memberikan manfaat untuk evaluasi kinerja masa lalu dan memberikan
umpan balikan dalam rangka perencanaan keuangan dan perbaikan
kinerja di masa datang.
b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c) Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d) Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin
yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan
dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
2) Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
17
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial
dapat menyesatkan.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
a) Penyajian jujur (faithfulness of presentation)
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b) Dapat diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda.
c) Netralitas (neutrality)
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
3) Dapat dibandingkan (comparability)
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas
18
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4) Dapat dipahami (understandability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi
yang dimaksud.
2.1.5 Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia merupakan kemampuan seseorang atau
individu melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien. Guna menilai kapasitas dan kualitas sumber
daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi termasuk akuntansi, dapat dilihat
dari level of responsibilitydan kompetensi sumber daya tersebut (Tjiptoherijanto,
2001). Responsibility atau tanggung jawab tertuang dalam deskripsi jabatan.
Deskripsi jabatan merupakan dasar untuk melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa
adanya deskripsi jabatan yang jelas, sumber daya tersebut tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki
19
melaksanakan suatu pekerjaan (Hevesi, 2005). Selanjutnya Wyatt dalam Ruky
(2003) menyatakan bahwa kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan
(skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan
diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta
kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya. Boyatzis (1982)
mendefinisikan kompetensi merupakan kombinasi pengetahuan, ketrampilan dan
kemampuan dalam bidang karir tertentu yang memungkinkan seseorang untuk
melakukan tugas atau fungsi sesuai dengan keahliannya. Terdapat 5 (lima)
karakteristik kompetensi (Spencer dan Spencer, 1993), yaitu:
1) pengetahuan (knowledge) merupakan kemampuan seseorang yang terbentuk
dari informasi yang dimiliki dalam bidang kajian tersebut;
2) keterampilan (skill) adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu baik secara fisik maupun mental;
3) motif (motive) adalah sesuatu yang konsisten dipikirkan atau diinginkan
sehingga menyebabkan suatu tindakan;
4) sifat (traits) adalah karakteristik fisik dan respon-respon konsisten terhadap
situasi atau informasi; dan
5) konsep diri (self-concept) adalah gambaran tentang nilai luhur yang dijunjung
tinggi seseorang serta bayangan diri atau sikap terhadap sesuatu yang ideal,
dicita-citakan yang diwujudkan dalam pekerjaan dan kehidupannya.
Menurut Soeprapto (2010), dalam konteks sumber daya manusia hendaknya
difokuskan pada pengembangan ketrampilan dan keahlian, wawasan dan
20
etos kerjanya. Berdasarkan uraian di atas, variabel kapasitas SDM dalam
penelitian ini diukur dengan 4 indikator, yaitu tanggung jawab (responsibility),
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude).
2.1.6 Sistem Informasi Keuangan Daerah
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005
tentang sistem informasi keuangan daerah untuk memenuhi prinsip-prinsip akurat,
relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Peraturan tersebut menjelaskan sistem informasi keuangan
daerah adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta
mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi
informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah.
Pemerintah daerah menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah
dengan tujuan:
1) membantu kepala daerah dalam menyusun anggaran daerah dan laporan
pengelolaan keuangan daerah;
2) membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan keuangan daerah;
3) membantu kepala daerah dan instansi terkait lainnya dalam melakukan
evaluasi kinerja keuangan daerah;
4) membantu menyediakan kebutuhan statistik keuangan daerah; dan
21
Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 juga menjelaskan bahwa untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good Governence), pemerintah
daerah wajib mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Selain itu pemerintah daerah perlu mengoptimalisasikan pemanfaatan teknologi
informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses
kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan
penyerderhanaan akses antara unit kerja.
Teknologi informasi diartikan sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas. Menurut Wilkinson et al., (2000) teknologi informasi meliputi
komputer (mainframe,mini,micro), perangkat lunak (software), database, jaringan
(internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan
dengan teknologi.
Wilkinson et al., (2000) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi
akan berdampak pada peningkatan dalam hal:
1) pemrosesan transaksi dan data lainnya lebih cepat;
2) keakurasian dalam perhitungan dan pembandingan lebih besar;
3) kos pemrosesan masing-masing transaksi lebih rendah;
4) penyiapan laporan danoutputlainnya lebih tepat waktu;
5) tempat penyimpanan data lebih ringkas dengan aksesibilitas lebih tinggi
ketika dibutuhkan;
22
7) produktivitas lebih tinggi bagi karyawan dan manajer yang belajar untuk
menggunakan komputer secara efektif dalam tanggung jawab rutin dan
pembuatan keputusan.
Kelemahan sistem komputerisasi cenderung kurang fleksibel dan tidak dapat
cepat beradaptasi jika ada perubahan sistem. Pembuatan sistem komputerisasi
memakan waktu lebih lama, biaya pemasangan instalasi tinggi dan butuh kontrol
yang lebih baik. Jika terdapat bagian hardware yang tidak bekerja akan dapat
melumpuhkan sistem dan komputer tidak dapat mendeteksi penyebab
kesalahannya. Selain itu komputer peka terhadap pengaruh lingkungan dan data
yang disimpan mudah rusak.
Variabel sistem informasi keuangan daerah diukur dengan indikator sebagai
berikut:
1) Perangkat merupakan indikator untuk menggambarkan kelengkapan yang
mendukung terlaksananya penggunaan sistem informasi, meliputi perangkat
keras (komputer), perangkat lunak (software), dan sistem jaringan.
2) Pengelolaan data keuangan merupakan indikator untuk menggambarkan
pemanfaatan sistem informasi untuk pengelolaan data keuangan secara
sistematis dan menyeluruh.
3) Pemeliharaan merupakan indikator untuk menggambarkan adanya jadwal
pemeliharaan peralatan secara teratur terhadap perangkat sistem informasi
23
2.1.7 Komitmen Organisasi
Steers dan Porter (1987) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sikap
seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta
nilai-nilai dan tujuan serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Mowdayet al. (1982), komitmen
organisasi merupakan kekuatan relatif dari identifikasi individu dan keterlibatan
dalam organisasi khusus, meliputi kepercayaan, dukungan terhadap tujuan dan
nilai-nilai organisasi, dan keinginan yang kuat untuk menggunakan upaya yang
sungguh-sungguh untuk kepentingan organisasi, serta kemauan yang kuat untuk
memelihara keanggotaan dalam organisasi.
Mowday et al. (1979) mengelompokkan komitmen organisasi menjadi 3
(tiga) faktor, yaitu:
1) Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana
penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi pegawai
tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi kesamaan nilai
pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa bangga menjadi bagian dari organisasi.
2) Keterlibatan yaitu adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh pada
organisasi. Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di
organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima
hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan padanya.
3) Loyalitas yaitu adanya keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan di
dalam organisasi. Loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap
24
dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya
loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.
2.1.8 Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral dari tindakan dan
kegiatan yang dilakukan oleh manajemen (eksekutif) dan jajarannya untuk
memberikan jaminan atau keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efesien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan (PP No. 60 Tahun 2008). Adapun tujuan dibangunnya sistem
pengendalian intern adalah:
1) untuk melindungi aset (termasuk data) negara;
2) untuk memelihara catatan secara rinci dan akurat;
3) untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan andal;
4) untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku;
5) untuk efesiensi dan efektivitas operasi; dan
6) untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan
25
2.1.8.1 Komponen Sistem Pengendalian Intern
Komponen sistem pengendalian intern yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 200, terdiri atas:
1) Lingkungan pengendalian
Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
(a) penegakan integritas dan nilai etika; (b) komitmen terhadap kompetensi;
(c) kepemimpinan yang kondusif; (d) pembentukan struktur organisasi yang
sesuai dengan kebutuhan; (e) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
yang tepat; (f) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia; (g). perwujudan peran aparat pengawasan
intern pemerintah yang efektif; dan (h) hubungan kerja yang baik dengan
Instansi.
2) Penilaian resiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi
unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko meliputi:
(a) identifikasi risiko; dan (b) analisis risiko.
3) Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan
instansi pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efesien dan
efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian terdiri
26
pembinaan sumber daya manusia; (c) pengendalian atas pengelolaan sistem
informasi; (d) pengendalian fisik atas aset; (e) penetapan dan reviu atas
indikator dan ukuran kinerja; (f) pemisahan fungsi; (g) otorisasi atas transaksi
dan kejadian yang penting; (h) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas
transaksi dan kejadian; (i) pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya; (j) akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
(k) dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan
kejadian penting.
4) Informasi dan komunikasi
Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah
dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan
sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi
pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Untuk
menyelenggarakan sistem informasi yang efektif pimpinan instansi
pemerintah harus: (a) menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan
sarana komunikasi; dan (b) mengelola, mengembangkan, dan memperbaharui
sistem informasi secara terus menerus.
5) Pemantauan
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainya dapat segera
ditindaklanjuti. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut hasil
27
2.1.8.2 Komponen Pengendalian Sistem Informasi
Komponen kontrol merupakan komponen yang penting dan harus ada di
sistem informasi. Komponen kontrol ini digunakan untuk menjamin bahwa
informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi yang
akurat. Sistem pengendalian atau kontrol dalam sistem informasi dapat
diklasifikasikan sebagai sistem pengendalian secara umum (general control
system) dan sistem pengendalian aplikasi (application control system).
Pengendalian secara umum dapat terdiri dari pengendalian-pengendalian sebagai
berikut:
1) pengendalian organisasi;
2) pengendalian dokumentasi;
3) pengendalian perangkat keras;
4) pengendalian keamanan fisik;
5) pengendalian keamanan data; dan
6) pengendalian komunikasi.
Pengendalian aplikasi dapat diklasifikasikan sebagai pengendalian masukan
(input control), pengendalian proses (processing control), dan pengendalian
keluaran (output control). Pengendalian aplikasi umumnya merupakan
pengendalian yang sudah diprogramkan di perangkat lunaknya. Pengendalian
aplikasi diantaranya adalah control digit check, reasonable check, zero balance
check, matching check, echo check, danbatch control check.Adapun keseluruhan
28
Gambar 2.1.
Komponen Pengendalian Sistem Informasi
2.2 Penelitian Terdahulu
Choirunisah (2008) mengeksplorasi variabel-variabel independen sebagai
pembentuk faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan. Hasil
statistik mengindikasikan bahwa kemampuan sumber daya manusia, dukungan
pimpinan dan alat, fasilitas, organisasi tim, dan sistem pengendalian merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan yang
dihasilkan SAI pada satuan kerja di wilayah kerja KPPN Malang. Indriasari
(2008) menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi nilai informasi
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh
29
daerah. Sementara itu kapasitas SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh positip dan signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darwanis (2009) menunjukkan bahwa
secara parsial dan simultan kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi informasi, dan
pengendalian intern akuntansi mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Winidyaningrum (2010) membuktikan bahwa sumber daya
manusia dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positip terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah melalui pengendalian intern
akuntansi sebagai variabel intervening. Penelitian juga membuktikan bahwa
sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Yuliani (2010) menyimpulkan bahwa pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem
informasi keuangan daerah, dan peran internal audit berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
Irwan (2011) menguji pengaruh kompetensi SDM, penerapan SPIP, dan
penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan dengan analisa jalur (path
analysis). Hasil penelitian membuktikan secara empiris bahwa kompetensi SDM
berpengaruh terhadap penerapan SPIP, penerapan SAK dalam menyusun laporan
keuangan di SKPD dipengaruhi oleh penerapan SPIP dan kompetensi SDM, serta
30
penerapan SPIP, kompetensi SDM dan penerapan SAK. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hullah (2012) menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan
sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah.
Wansyah (2012) menguji pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi
informasi, dan kegiatan pengendalian terhadap nilai informasi pelaporan keuangan
SKPD pada Provinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas SDM,
pemanfaatan teknologi informasi dan kegiatan pengendalian secara simultan dan
parsial berpengaruh terhadap nilai informasi pelaporan keuangan SKPD pada
Provinsi Aceh. Yudianta (2012) menyimpulkan kapasitas SDM, pemanfaatan
teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan.
Sukirman (2013) meneliti pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi
informasi, dan komitmen organisasi pada keterandalan dan ketepatwaktuan
pelaporan keuangan pemerintah daerah dengan pengendalian intern akuntansi
sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian membuktikan secara empiris
kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi informasi, dan komitmen organisasi
secara simultan berpengaruh pada keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah. Sedangkan pengendalian intern akuntansi mampu
memoderasi pengaruh kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi informasi pada
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Namun pengendalian intern
akuntansi tidak mampu memoderasi pengaruh komitmen organisasi pada
31
Diani (2014) membuktikan secara empiris pemahaman akuntansi dan peran
internal audit berpengaruh positip dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Sementara itu pemanfaatan SIKD tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan. Ihsanti (2014) menyimpulkan bahwa kompetensi SDM
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Sedangkan
penerapan SAKD tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan.
Mahaputra (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
kapasitas SDM, pemanfaatan SIKD, sistem pengendalian intern, dan
implementasi SAP pada kualitas informasi pelaporan keuangan di SKPD
Kabupaten Gianyar. Hasil penelitian membuktikan secara empiris bahwa
kapasitas SDM, pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah, sistem
pengendalian intern dan implementasi SAP berpengaruh positif dan signifikan
pada kualitas informasi pelaporan keuangan di SKPD Kabupaten Gianyar. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ponamon (2014) menunjukkan bahwa
pengendalian intern, pemahaman tentang sistem akuntansi keuangan, dan
kapasitas SDM secara simultan berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan
keuangan. Namun kapasitas SDM tidak berpengaruh terhadap kualitas informasi
laporan keuangan.
Sugandi (2014) menganalisis pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan
teknologi, pengendalian akuntansi internal, dan komitmen organisasi terhadap
keterandalan pelaporan keuangan di Kabupaten Kuansing. Hasil penelitian
32
internal, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan
pelaporan keuangan di Kabupaten Kuansing. Nurillah (2014) membuktikan secara
empiris bahwa kompetensi SDM, penerapan SIKD, pemanfaatan teknologi
informasi, dan sistem pengendalian intern berpengaruh positip dan signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan.
Fikri (2015) melakukan penelitian pada SKPD di Pemerintah Provinsi NTB
untuk mengetahui pengaruh penerapan SAP, kompetensi aparatur, dan peran audit
internal terhadap kualitas informasi laporan keuangan dengan sistem pengendalian
intern sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan SAP, kompetensi aparatur, dan peran audit internal tidak berpengaruh
terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Sedangkan sistem pengendalian
intern tidak mampu memoderasi pengaruh penerapan SAP, kompetensi aparatur,
dan peran audit internal terhadap kualitas informasi laporan keuangan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2015) menyatakan bahwa
Kualitas sistem informasi akuntansi dapat ditingkatkan melalui komitmen
manajemen dan kompetensi pengguna. Wardhana (2015) melakukan penelitian
tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada SKPD di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tabanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
kompetensi pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan komitmen
organisasi sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian menunjukkan kompetensi
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan
komitmen organisasi memoderasi pengaruh kompetensi pada akuntabilitas kinerja
33
Macmillan (2003) melakukan penelitian untuk mengetahui peran teknologi
informasi, akuntan profesional, dan komitmen pemerintah di berbagai negara
dalam menyusun laporan keuangan berbasis akrual. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa penerapan teknologi informasi dapat mempersingkat
penyesuaian penerapan pelaporan keuangan berbasis akrual dari basis kas. Proses
bagaimana negara bisa mencapai pelaporan keuangan berdasarkan IPSASs akrual
sangat tergantung pada ketersediaan akuntan profesional dan komitmen
pemerintah dalam melaksanakan reformasi pelaporan. Xu (2003) meneliti faktor
kunci dari kualitas informasi akuntansi (studi kasus di Australia). Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa sumber daya manusia, sistem organisasi, dan
faktor eksternal merupakan faktor kritis yang menentukan kualitas informasi
akuntansi. Keandalan sistem harus didukung oleh keandalan SDM dan harus