TESIS
KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI
PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA
MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMERINTAH PADA KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
KLUNGKUNG
I GUSTI NGURAH SIWAMBUDI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
i
KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI
PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA
MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
KLUNGKUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI NGURAH SIWAMBUDI NIM : 1391662034
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 Mei 2016
Pembimbing I,
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. NIP. 19650123 199303 1 002
Pembimbing II,
Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. NIP. 19641225 199303 1 003
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA, Ak. NIP. 19641224 199103 1 002
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada : Tanggal: 25 Mei 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, Nomor: 2236/UN 14.4/HK/2016, tanggal 19 Mei 2016
Ketua : Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si.
Anggota :
1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. 2. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE., M.Si., Ak.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I Gusti Ngurah Siwambudi
NIM : 1391662034
Program Studi : Akuntansi
Judul Tesis : Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi Pengaruh
Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Klungkung
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tesis saya merupakan hasil
karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti
terdapat plagiasi dalam karya tulis tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17
tahun 2010 dan peraturan undang-undang yang berlaku.
Denpasar,
Yang membuat pernyataan,
I Gusti Ngurah Siwambudi
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis yang
berjudul Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi Sumber
Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Klungkung.Penulis menyadari bahwa tesis ini
dapat terselesaikan pada waktunya berkat bantuan dan atas bimbingan dari
berbagai pihak. Perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. selaku
Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama dan Bapak Dr. I Dewa
Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi sekaligus
pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian telah memberikan
motivasi, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program
pascasarjana khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Bapak Dr. Ida Bagus Putra
Astika, SE., M.Si., Ak, Bapak Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra,SE., M.Si.,
Ak dan Ibu Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembahas dan
penguji yang telah banyak memberikan koreksi, sanggahan dan saran demi
kesempurnaan tesis ini.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Bapak Prof. DR. Dr. Ketut
Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan
fasilitas yang disediakan selama mengikuti perkuliahan di Universitas Udayana.
Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas
vi
disediakan selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana. Ibu Prof. Dr. Dr. A. A. Raka Sudewi, SP. S(K), selaku
Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan
fasilitas yang disediakan selama mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak, selaku
ketua jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang
telah banyak memberikan arahan demi kelancaran terselesaikannya tesis ini.
Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA, Ak, Ketua Program Studi Magister
Akuntansi Universitas Udayana dan Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E.,
M.Si., Ak selaku sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Udayana yang telah banyak memfasilitasi proses perkuliahan dan penyelesaian
tesis ini. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada Program Magister Akuntansi
Konsentrasi Akuntansi Sektor Publik yang membimbing kami dalam berdiskusi
dan membagi ilmu pada kami. Karyawan dan karyawati pada Sekretariat Magister
Akuntansi Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam proses
perkuliahan ini. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik
Indonesia c.q, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Bali
yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk beasiswa penuh melalui
program STAR-BPKP. Pemerintah Kabupaten Tabanan khususnya Inspektorat
Kabupaten Tabanan atas pemberian tugas belajar dan fasilitasi dalam penelitian
ini. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Magister Akuntansi
vii
Keluarga tercinta atas doa, dukungan materiil dan spirituilnya. Sahabat dan
teman-teman tercinta atas doa dan dukungannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusinya
kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa
selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan penyelesaian tesis ini.
Denpasar,
viii
ABSTRAK
KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI
PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
KABUPATEN KLUNGKUNG
Laporan keuangan berkualitas sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan satuan kerja perangkat daerah kepada publik mutlak dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris mengenai komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Klungkung.
Penelitian ini dilakukan pada 37 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kabupaten Klungkung. Jumlah responden adalah 36 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) yang dipilih dengan metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Data yang dianalisis adalah data primer. Data tersebut diperoleh melalui survey dengan teknik kuisioner. Metode analisis yang digunakan adalah Moderated Regression Analysis.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, sistem pengendalian intern berpengaruh positif pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, interaksi komitmen organisasi dengan kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan interaksi komitmen organisasi dengan sistem pengendalian intern tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
ix
ABSTRACT
ORGANIZATION COMMITMENT AS MODERATED THE EFFECT OF HUMAN RESOURCE COMPETENCY AND GOVERNMENT INTERN
CONTROLLING SYSTEM AT THE QUALITY OF GOVERNMENT FINANCIAL REPORT IN THE KLUNGKUNG REGENCY.
Quality of financial statements as a form of public financial accountability absolute implemented to realize prestigious and good governance. The objectives of this study are to determine and obtain empirical evidence related organization commitment as moderated the effect of human resource competency and government intern controlling system at the quality of government financial report in the klungkung regency.
This study was conducted on 37 work unit departments of Klungkung regency. Total number of respondent is 36 functionaries of financial department which was selected through purposive sampling technique. The analyzed data was primary data gained through survey and questionary technique. Then, data was analyzed by applying Moderated Regression Analysis method.
The result of hipotesis testing shows that human resource competence have not effect on local government financial statement quality, however government intern controlling system do. Organization interaction commitment and both, human resource competence and government intern controlling system have not effect on local government financial statement quality.
x
RINGKASAN
KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
Terwujudnya good governance mewajibkan setiap satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah secara transparan kepada publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) selama ini melaksanakan audit keuangan pada Pemerintah Daerah setiap tahunnya dan mengeluarkan opini atas audit tesebut. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK-RI Semester II Tahun 2014 menunjukkan bahwa opini WTP sebanyak 30 persen, mengingat pemerintah menargetkan LKPD yang memperoleh opini WTP tahun 2014 mencapai 60 persen. Kabupaten Klungkung sebagai salah satu Kabupaten yang pada hasil pemeriksaan BPK dari tahun 2009 sampai dengan 2014 memperoleh opini WDP. Opini WDP ini bukan merupakan suatu hasil yang maksimal serta mengindikasikan bahwa masih banyak kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan daerah yang perlu diperbaiki (Indriasih, 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai komitmen organisasi memoderasi pengaruh SDM dan SPIP pada Kualitas LKPD.
Penelitian ini dilakukan di 37 (tigapuluh tujuh) SKPD pada Pemerintah Kabupaten Klungkung dengan 36 responden yaitu PPK SKPD menggunakan metode purposive Sampling. Adapun variabel penelitian terdiri dari Kompetensi SDM (X1), SPIP (X2), Komitmen organisasi (X3) dan Kualitas LKPD (Y). Analisis data menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) dengan uji interaksi. Model persamaan Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X1X3 + β5X2 X3 + ε. Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas, serta data terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji ketepatan model (goodness of fit) dengan melihat koefisien determinasi (Adjusted R2), hasil uji F.
xi
regresi penelitian ini dapat dikatakan memenuhi syarat uji asumsi klasik. Uji F memperoleh p-value sebesar 22,871 dan koefisien determinasi dengan menggunakan indikator Adjusted R2 sebesar 0,758 (75,8 persen) yang berarti bahwa variabilitas variabel kualitas LKPD dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi SDM, SPIP dan komitmen organisasi sebesar 75,8 persen sedangkan sisanya 24,2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil analisis ini menolak H1, kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD karena
hasil SPSS menunjukkan koefisien β = - 1,286 dengan p-value sebesar 0,077 yang
lebih besar dari α = 0,05. Demikian juga dengan hipotesis H2, SPIP berpengaruh
positif pada kualitas LKPD diterima dengan melihat hasil SPSS yang menunjukkan nilai koefisien β = 1,751 dengan p-value sebesar 0,006 yang lebih
kecil dari α = 0,05. Hipotesis H3 dengan uji regresi moderasi menunjukkan bahwa
interaksi komitmen organisasi dengan kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD hasil SPSS menunjukkan koefisien β = 0,406 dengan p-value sebesar 0,084 yang lebih besar dari α = 0,05. Sedangkan hipotesis H4 menunjukkan bahwa interaksi komitmen organisasi dengan SPIP tidak berpengaruh pada kualitas LKPD hasil SPSS menunjukkan koefisien β = - 0,360 dengan p-value sebesar 0,107 yang lebih besar dari α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD. SPIP berpengaruh positif pada kualitas LKPD. Interaksi komitmen organisasi dengan kompetensi SDM tidak berpengaruh pada kualitas LKPD. Interaksi komitmen organisasi dengan sistem pengendaliaan intern tidak berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Klungkung. Pemerintah Kabupaten Klungkung diharapkan untuk meningkatkan kompetensi SDM secara rutin dengan mengadakan kegiatan pendidikan, pelatihan dan diklat-diklat serta dalam perekrutan pegawai diharapkan sesuai dengan kebutuhan formasi yang ada dan penempatan pegawai diharapkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki pegawai..
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TESIS ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
2.1.4 Kualitas Laporan Keuangan ... 17
2.1.5 Kompetensi Sumber daya Manusia ... 20
2.1.5.1 Pengertian Kompetensi ... 20
2.1.5.2 Kompetensi Aparatur ... 21
2.1.6 Sistem Pengendalian Intern ... 22
2.1.7 Komitmen Organisasi ... 25
2.2 Kajian Empiris ... 26
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28
3.1 Kerangka Berpikir ... 28
3.2 Konsep Penelitian ... 30
xiii
4.4.3 Populasi dan sampel penelitian ... 43
4.4 Variabel Penelitian ... 45
4.5.1 Identifikasi variabel ... 45
4.5.2 Definisi operasional variabel ... 45
4.5 Instrumen Penelitian ... 48
4.5.1 Uji validitas dan reliabilitas ... 49
4.6 Prosedur Penelitian ... 50
Uji Koefisien Determinasi ... 54
Uji Hipotesis ... 54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
5.1 Deskripsi responden ... 56
5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 57
5.3 Analisis Data ... 59
5.3.1 Trampormasi data ... 59
5.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 59
5.3.3 Deskriptif Variabel Penelitian ... 60
5.3.4 Analisis regresi moderasi ... 66
5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
5.4.1 Pengaruh Kompetensi SDM pada Kualitas LKPD . 69 5.4.2 Pengaruh SPIP pada Kualitas LKPD ... 71
5.4.3 Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompeten SDM pada Kualitas LKPD ...72
5.5.4. Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh SPIP pada Kualitas LKPD ... 73
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 75
6.1 Simpulan ... 75
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Opini LKPD Kab/Kota di Provinsi Bali Tahun 2009 s/d 2014 ... 4
5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 56
5.2 Deskriptif Statistik ... 61
5.3 Nilai rata-rata indikator kompetensi SDM ... 62
5.4 Nilai rata-rata indikator SPIP ... 63
5.5 Nilai rata-rata indikator Komitmen ... 64
5.6 Nilai rata-rata indikator kualitas LKPD ... 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Pengantar Kuesioner ... 86
Lampiran 2 Kuisioner ... 87
Lampiran 3 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 95
Lampiran 4 SKPD pada Pemkab Klungkung ... 100
Lampiran 5 Tabulasi Data ... 101
Lampiran 6 Tabulasi Data Yang Sudah di MSI ... 105
Lampiran 7 Perhitungan Nilai Interval ... 109
Lampiran 8 Hasil Uji validitas SDM ... 118
Lampiran 9 Hasil Uji validitas SPIP ... 119
Lampiran10 Hasil Uji validitas Komitmen Organisasi ... 120
Lampiran 11 Hasil Uji validitas Kualitas LKPD ... 121
Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas SDM ... 122
Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas SPIP ... 123
Lampiran 14 Hasil Uji Reliabilitas Komitmen Organisasi ... 124
Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas LKPD ... 125
Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas ... 126
Lampiran 17 Hasil Uji Multikolinierritas ... 127
Lampiran 18 Hasil Uji Heteroskedastissitas ... 129
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya
good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini
ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat yang akan menunjang terciptanya
aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam
menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), Pemerintah Daerah
harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah. Terwujudnya good governance mewajibkan setiap
satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah secara transparan
kepada publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
Pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah dalam bentuk
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang disusun oleh Kepala Satuan
Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) selaku Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) berdasarkan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan
daerah. LKPD yang disajikan pemerintah daerah harus mampu memberikan
2
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan. Menurut Agyei (2013) tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
dan kemampuan beradaptasi keuangan suatu entitas yang berguna untuk berbagai
pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Standar kualitas laporan keuangan
terdiri dari prinsip-prinsip yang komprehensif yang netral, konsisten, sebanding,
relevan dan dapat diandalkan (Suryanto, 2015). Menurut Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 71 Tahun 2010 Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan
keuangan yang memiliki karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan serta
dapat dipahami.
Relevan yaitu informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu
atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengkoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Andal yaitu informasi dalam laporan keuangan
bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan
setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan
lain pada umumnya. Dapat dipahami dalam artian dapat dimengerti oleh pengguna
dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
3
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) selama ini
melaksanakan audit keuangan pada Pemerintah Daerah setiap tahunnya dan
mengeluarkan opini atas audit tesebut. Opini yang diberikan oleh BPK atas suatu
LKPD merupakan cermin bagi kualitas akuntabilitas keuangan atas pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penilaian atas kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh BPK RI dinyatakan
dalam 4 (empat) bentuk opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) termasuk
Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP), Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW) dan Tidak Memberikan Pendapat
(TMP). Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan
mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan standar
akuntansi pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal (BPK,
2014).
Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK-RI Semester II Tahun
2014 menunjukkan bahwa opini WTP sebanyak 158 LKPD atau 30 persen, WDP
sebanyak 310 LKPD atau 59 persen, TW sebanyak 11 LKPD atau 2 persen, TMP
sebanyak 45 LKPD atau 9 persen. Masih sedikitnya LKPD yang memperoleh
opini WTP di Indonesia menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dianalisis,
mengingat pemerintah menargetkan LKPD yang memperoleh opini WTP tahun
2014 mencapai 60 persen seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2011
4
opini BPK di Daerah Provinsi Bali dari tahun 2009 sampai dengan 2014 dapat
dilihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Opini LKPD Kabupaten / Kota di Provinsi Bali Tahun 2009 sampai dengan 2014
NO KABUPATEN/KOTA TAHUN
Tabel 1.1 menunjukan bahwa dalam kurun waktu tahun 2009 sampai
dengan 2014 raihan opini Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di
Provinsi Bali selama 6 (enam) tahun terakhir mengalami peningkatan. Hasil audit
BPK terhadap LKPD 9 (sembilan) Kabupaten/Kota se-Bali tahun 2014 ada
sebanyak 6 (enam) pemerintah daerah memperoleh opini WTP sedangkan 3 (tiga)
pemerintah daerah memperoleh opini WDP. Kenaikan opini WTP serta penurunan
opini WDP, TMP dan TW, secara umum menggambarkan adanya perbaikan yang
dicapai oleh entitas pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan
yang wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku (BPK, 2014).
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Klungkung sebagai salah satu
Kabupaten yang pada hasil pemeriksaan BPK tahun 2015 untuk LKPD tahun
2014 memperoleh opini WDP. Opini WDP ini bukan merupakan suatu hasil yang
5
pencatatan dan pelaporan keuangan daerah yang perlu diperbaiki (Indriasih,
2014).
Permasalahan yang menghambat Kabupaten Klungkung untuk
mencapai opini WTP berdasarkan laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK RI tahun
2015 atas LKPD Kabupaten Klungkung tahun 2014 antara lain seperti:
1) Temuan SPI
- Pengelolaan pajak hotel dan restoran tidak sesuai ketentuan;
- Penatausahaan persediaan Pemerintah Kabupaten Klungkung tidak tertib;
- Penatausahaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Klungkung tidak tertib;
- Penatausahaan PBB tidak tertib;
- Belanja bedah rumah dianggarkan pada dua anggaran yang berbeda;
2) Temuan kepatuhan
- Pengelolaan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Klungkung
kepada koperasi tidak sesuai naskah perjanjian;
- Penetapan surat ketetapan pajak air tanah oleh bidang pajak Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten
Klungkung Tahun 2014 kurang memadai;
- Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang tunai sebesar
Rp68.750.000,00 pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tidak
sesuai ketentuan;
- Laporan realisasi penggunaan dana atas belanja bantuan sosial dan hibah
6
- Kegiatan pengadaan pembangkit listrik tenaga surya (plts) dan biogas
pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, KB dan
Pemerintahan Desa (BPMPKBPD) tidak efektif;
- Realisasi belanja pelayanan medik tidak sesuai ketentuan;
- Penerima bantuan keuangan TA 2014 belum seluruhnya menyampaikan
laporan penggunaan dana sebesar Rp896.572.186,00;
- Bantuan keuangan pemerintah desa untuk iuran BPJS ketenagakerjaan
tidak memiliki dasar hukum sebesar Rp149.963.048,20 dan atas
realisasinya lebih catat sebesar Rp4.289.125,00;
- Hasil pelaksanaan belanja modal pada tiga SKPD tidak sesuai spesifikasi
teknis;
- Penghapusan dan pemindahtanganan atas empat kendaraan dinas senilai
Rp236.970.000,00 dan aset pada rumah jabatan senilai Rp95.282.788,32
tidak sesuai dengan peraturan perundangan;
- Alokasi anggaran untuk belanja modal tidak memadai;
- Dana BOS dari Pemerintah Pusat Tidak Disajikan dalam Laporan
keuangan pemerintah Kabupaten Klungkung.
Rendahnya kualitas LKPD dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan penerapan sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP), hal ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningsih dkk (2011), Karmila (2013),
Nurillah (2014). Rendahnya kualitas laporan keuangan tidak serta merta hanya
7
yaitu komitmen organisasi yang dapat memberikan dampak meningkatnya
kualitas LKPD.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, maka
SDM yang melaksanakan sistem akuntansi sangatlah penting. Begitu juga di
instansi pemerintahan, untuk menghasilkan Laporan Keuangan Daerah yang
berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami dan kompeten dalam akuntansi
keuangan Pemerintahan Daerah (Nurillah, 2014). SDM adalah salah satu elemen
yang paling penting dari organisasi, oleh karena itu harus dipastikan bahwa SDM
dilakukan dalam rangka memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian
tujuan organisasi (Suwanda 2015). Suatu sistem yang sebaik apapun akan sia-sia
begitu saja, apabila tidak ditunjang oleh kualitas SDM yang memadai khususnya
kualitas pribadi SDM yang terdiri dari potensi pendidikan, pengalaman, dan
pelatihan (Indriasih, 2014).
Kompetensi pegawai yang menyusun laporan keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Klungkung belum memadai. Salah satu
indikatornya adalah latar belakang pendidikan pegawai yang bertanggung jawab
menyusun laporan keuangan SKPD. Dari 37 Pejabat Penatausahaan Keuangan
(PPK) SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klungkung, hanya 6 orang
atau 16,22 persen dengan latar belakang pendidikan akuntansi dan 31 orang
8
Penelitian mengenai pentingnya kompetensi SDM dalam meningkatkan
kualitas laporan keuangan telah dilakukan oleh banyak peneliti dengan hasil yang
bervariasi. Choirunisah (2008), Roviyanti (2011), Sukmanigrum (2011), Nurillah
(2014), Mahaputra (2014), membuktikan secara empiris bahwa SDM berpengaruh
positip dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Indriasari (2008) menyatakan
bahwa kompetensi SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Ponamon
(2014) bahwa kompetensi SDM tidak berpengaruh terhadap kualitas LKPD.
Penelitian yang dilakukan oleh Winidyaningrum (2010) menunjukkan bahwa
SDM berpengaruh positip signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah namun tidak berpengaruh terhadap ketepat waktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan
adalah SPIP yang dibangun dari lima komponen berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 yaitu (1) lingkungan pengendalian, (2)
penilaian risiko, (3) aktivitas pengendalian, (4) informasi dan komunikasi serta (5)
monitoring. Gubernur, Bupati dan Walikota selaku kepala daerah wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan serta
menyampaikan LKPD yang disusun dengan mengikuti SAP yang telah diterima
secara umum sehingga pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel dapat dicapai (Indriasih, 2014). Penelitian sebelumnya tentang
9
secara empiris bahwa pengendalian internal akuntansi pemerintah daerah
berpengaruh terhadap nilai laporan keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan
dengan ketepat waktuan dan keterandalan. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Choirunisah (2008), Irwan (2011), Yudianta (2012), Mahaputra
(2014), dan Nurillah (2014) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian intern
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Setiyawati (2013) dan Yensi
(2014) bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan Karmila (2014) menyatakan
bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh signifikan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan SKPD.
Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh
kompetensi SDM dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
disebabkan oleh adanya faktor kontinjensi. Salah satunya adalah komitmen
organisasi yang diduga dapat memperlemah atau memperkuat pengaruh antara
kompetensi SDM dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Hal ini didukung dari hasil penelitian Sugandi (2014) yang menyatakan
bahwa komitmen organisasi mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Rashid et al., (2003)
menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan
organisasi. Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2015) menunjukkan bahwa
komitmen organisasi memoderasi atau memperkuat pengaruh kapasitas sumber
10
mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Penelitian yang dilakukan Ratifah dan Ridwan (2012) menunjukkan
bahwa komitmen organisasi memperkuat pengaruh SIKD terhadap kualitas
laporan keuangan. Secara konseptual komitmen organisasi adalah suatu tingkat
keyakinan sejauh mana seseorang memihak pada suatu organisasi tertentu yang
tujuannya berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu (Ikhsan dkk,
2011). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai
komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh kompetensi SDM dan SPIP
pada kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1) Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif pada kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung?
2) Apakah sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif pada
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung?
3) Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh kompetensi sumber daya
manusia pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Klungkung?
4) Apakah komitmen organisasi memperkuat pengaruh sistem pengendalian
intern pemerintah pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
11
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris kompetensi
sumber daya manusia pada kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Klungkung.
2) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris sistem
pengendalian intern pemerintah pada kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.
3) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris komitmen
organisasi memperkuat kompetensi sumber daya manusia pada kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.
4) Untuk mengetahui pengaruh dan mendapatkan bukti empiris komitmen
organisasi memperkuat sistem pengendalian intern pemerintah pada
kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung.
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1 Manfat Teoritis
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori khususnya untuk
menguji teori hubungan antara kompetensi sumber daya manusia, sistem
pengendalian intern dan komitmen organisasi pada kualitas laporan
12
2) Dapat memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi
khususnya mengenai komitmen organisasi sebagai pemoderasi pengaruh
kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern
pemerintah pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat penelitian bagi lembaga terkait adalah sebagai berikut:
1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang faktor
kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern
pemerintah serta komitmen organisasi yang dibutuhkan dalam
memperbaiki kualitas laporan keuangan pemerintah daerah untuk
meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah di masa yang akan datang.
2) Bagi Pemerintah Kabupaten Klungkung, penelitian ini diharapkan dapat
berguna sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah demi terwujudnya akuntabilitas dan
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori
yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam penelitian. Landasan teori ini berfungsi sebagai kerangka
acuan dan sudut pandang dalam mengarahkan suatu penelitain untuk memberi
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan, serta membantu
dalam penyusunan instrumen penelitian.
2.1.1 Teori Stewardship
Donaldson dan Davis (1989) mendefinisikan stewardship theory
merupakan teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori ini mempunyai dasar psikologi
dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward
termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal.
Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat
dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada
umumnya maupun shareholders pada khususnya. Manajer akan berperilaku sesuai
kepentingan bersama dan ketika kepentingan steward dan pemilik tidak sama,
maka steward akan berusaha bekerja sama dari pada menentangnya. Hal ini
14
sesuai dengan perilaku pemilik merupakan pertimbangan yang rasional serta
steward lebih melihat pada usaha untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajer selaku steward akan lebih mementingkan kredibilitas atau
kepercayaan publik. Salah satu hal yang mendasari hal ini adalah manajer merasa
memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal pengelolaan dan pengalokasian
sumberdaya yang ada dengan cara yang bijaksana dan hati-hati demi
melaksanakan pelayanan kebutuhan masyarakat luas. Sehingga mereka tidak
termotivasi untuk memenuhi keinginan pribadi mereka, tetapi dengan memenuhi
kebutuhan masyarakat luas inilah maka manajer tersebut merasa bahwa aktualisasi
dirinya sudah terpenuhi serta dengan kepercayaan publik yang didapat, maka
mereka tidak lagi menginginkan hal-hal materiil karena sejatinya kebutuhan
mereka telah terpenuhi.
Dalam konteks organisasi sektor publik, Mardiasmo (2009)
menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban pemegang amanah
(steward) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Hubungan yang terjadi antara
prinsipal dan steward dalam hal ini rakyat sebagai prinsipal dan pemerintah
sebagai steward adalah hubungan karena adanya sifat dasar manusia yang dapat
dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas,
dan kejujuran terhadap pihak lain. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki
15
rakyat memiliki kesadaran untuk terus mewujudkan transaparansi dan
akuntabilitas melalui pengungkapan laporan keuangan yang baik. Hal ini
dilakukan sebagai upaya dalam mengaktualisasi diri sebagai pegawai pemerintah
yang patuh maupun untuk tujuan politik seperti mencari simpati agar bisa terpilih
dalam pemilu selanjutnya serta sebagai upaya untuk mendapatkan kepercayaan
publik.
2.1.2 Pendekatan Kontijensi
Pendekatan kontinjensi merupakan pendekatan yang digunakan dalam
rangka memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya dipertimbangkan
dalam perancangan penelitian. Pendekatan kontinjensi yang digunakan banyak
menarik minat para peneliti karena mereka ingin mengetahui apakah tingkat
keandalan variabel independen selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau
tidak terhadap variabel dependennya. Dengan didasarkan pada teori kontinjensi
maka ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lainnya yang mungkin akan
saling berinteraksi didalam mempengaruhi situasi tertentu. Beberapa penelitian
dalam akuntansi menggunakan pendekatan kontinjensi adalah untuk melihat
hubungan variabel-variabel konstekstual seperti ketidakpastian lingkungan (Otley,
1980).
Tujuan penggunaan pendekatan kontijensi dalam beberapa penelitian
adalah untuk mengidentifikasi berbagai variabel kontijensi yang memengaruhi
perancangan dan penggunaan sistem pengendalian. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti
16
memengaruhinya. Perbedaan hasil temuan tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan pendekatan kontijensi (Govindarajan, 1988). Pendekatan kontijensi
memungkinkan adanya variabel-variabel yang dapat bertindak sebagai moderating
maupun intervening.
Keterkaitan interaksi hubungan antara komitmen organisasi dengan
kompetensi SDM dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas LKPD
dijelaskan oleh pendekatan kontigensi. Dengan demikian teori kontinjensi dalam
peneliatian ini mengargumenkan bahwa kompetensi SDM dan sistem
pengendalian intern dalam mencapai kualitas laporan keuangan yang baik akan
tergantung pada suatu kondisi tertentu, salah satunya adalah komitmen organisasi. 2.1.3 Teori Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan prilaku yang relatif permanen,
terjadi sebagai hasil pengalaman (Robbins, 2008). Perubahan perilaku
menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi dalam cara tertentu. Pembelajaran
terjadi ketika seorang individu berprilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil
dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berprilaku
sebelumnya. Pengalaman bisa didapat secara langsung melalui pengamatan,
latihan, ataupun bisa didapatkan secara tidak langsung. Teori pembelajaran
(learning theory) juga menguraiakan bahwa seseorang dapat belajar dengan
mengamati apa yang terjadi pada individu lain dan hanya dengan diberi tahu
mengenai sesuatu, seperti belajar dari pengalaman langsung. Teori ini juga
mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan atau pelatihan dan
17
2.1.4 Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan merupakan persyaratan normatif yang harus
dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan keuangan tersebut. Kualitas pelaporan keuangan adalah informasi yang
lengkap dan transparan, dirancang tidak menyesatkan kepada pengguna (Jonas
dan Blanchett, 2000). Laporan keuangan dalam penelitian ini dikatakan
berkualitas jika memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdapat
dalam PP Nomor 71 tahun 2010.
PP Nomor 71 tahun 2010 menyatakan bahwa karakteristik kualitatif
laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik
berikut merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yakni :
1) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan jika informasi yang termuat
di dalamnya dapat memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu. Informasi keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi yang relevan antara lain memiliki
18
(a) memiliki manfaat umpan balik (feedback value), yaitu informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi di masa lalu.
(b) memiliki manfaat prediktif (predictive value), yaitu informasi dapat
membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
(c) tepat waktu, yakni informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
(d) lengkap, yakni informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan
selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang
dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatar
belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan
informasi dapat dicegah.
2) Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
(a) penyajian jujur, yaitu informasi menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
dapat diharapkan untuk disajikan.
(b) dapat diverifikasi (veriability), yaitu informasi yang disajikan dalam
19
sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
(c) netralitas, yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
3) Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas
yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4) Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna untuk mempelajari informasi yang
20
2.1.5 Kompetensi Sumber Daya Manusia 2.1.5.1 Pengertian Kompetensi
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 10 tentang
Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan kerja
setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang sesuai standar yang ditetapkan. Efendy (2010) memberikan batasan bahwa
kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari
motif, pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan
dengan sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja
superior. Boutler et al (1999) mengatakan kompetensi adalah karakteristik yang
mendasari seseorang dapat menunjukkan prestasi kerja yang baik di bidang
pekerjaan, peran atau situasi tertentu. Selanjutnya Cheng et al (2002 ) mengatakan
bahwa kompetensi adalah orang yang memiliki pengetahuan (pendidikan ,
pengalaman dan keterampilan) dan perilaku etis dalam karya. Kompetensi
menurut Sudarmanto (2009) disimpulkan sebagai sebuah pernyataan terhadap apa
yang seseorang harus lakukan ditempat kerja untuk menunjukan pengetahuannya,
keterampilannya dan sikap sesuai standar yang dipersyaratkan. Kompetensi
didefinisikan sebagai kemampuan, pengetahuan, kemampuan, motivasi, dan
persyaratan lainnya, yang diperlukan dalam rangka untuk melakukan pekerjaan
dengan sukses (Jamshidi et al 2013). Definisi kompetensi dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam pelaksanaan tugas jabatannya secara professional,
21
2.1.5.2 Kompetensi Aparatur
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun
2003 menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga PNS tersebut dapat
melaksanakan tugasnya secara professional, efektif, dan efisien. Pengertian
kompetensi menurut Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang
Kurikulum Inti Perguruan Tinggi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Suprapto (2002) menjelaskan bahwa kualifikasi PNS dapat ditinjau dari
tiga unsur utama, yaitu: keahlian, kemampuan teknis dan sifat-sifat personil yang
baik. Keahlian PNS antara lain: (a) memiliki pengalaman yang sesuai dengan
tugas dan fungsinya; (b) memiliki pengetahuan yang mendalam dibidangnya; (c)
memiliki wawasan yang luas dan (d) beretika. Memahami tugas-tugas
dibidangnya merupakan kemampuan teknis yang harus dimiliki PNS dan
sifat-sifat pegawai yang baik antara lain harus memiliki disiplin yang tinggi, jujur,
sabar, menaruh minat, terbuka, objektif, pandai berkomunikasi, selalu siap dan
terlatih.
Pengembangan kompetensi aparatur dilakukan melalui program
pendidikan dan pelatihan. Pelatihan menurut Smith (2000) adalah proses
terencana untuk mengubah sikap/perilaku, pengetahuan dan keterampilan melalui
22
Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai harus diberikan secara berkala agar setiap
pegawai terpelihara kompetensinya untuk peningkatan kinerja organisasi melalui
peningkatan produktivitas, efektitas dan efisiensi organisasi (Donalson dan
Scannel, 1993, Schuler dan Jackson, 1997, Simanjuntak 2007, Rivai 2009).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) mengatur tentang pengembangan kompetensi pegawai melalui
pendidikan dan pelatihan. Pasal 70 disebutkan bahwa setiap pegawai ASN
memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Setiap instansi
pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi ASN dalam
rangka pengembangan karir PNS. Pengukuran kompetensi ASN dalam
pengembangan karir PNS antara lain:
a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan,
pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan.
2.1.6 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Rai (2011) menyatakan bahwa SPI merupakan kebijakan dan prosedur
yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen
bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. PP No 8 Tahun 2006
23
yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian
efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah.
Unsur-unsur SPIP menurut PP No 60 Tahun 2008, mengacu pada unsur
SPI yang telah dipraktikan pada lingkungan pemerintahan meliputi:
1) Lingkungan pengendalian
Pimpinan instansi pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian dalam keseluruhan organisasi yang
menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan
manajemen yang sehat. Lingkungan pengendalian mencakup (a) penegakan
integritas dan nilai etika; (b) komitmen terhadap kompetensi; (c) kepemimpinan
yang kondusif; (d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
kebutuhan; (e) pendelagasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f)
penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM; (g)
perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif; serta
(h) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2) Penilaian risiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang
dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko terdiri
atas (a) identifikasi risiko; dan (b) analisis risiko.
3) Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arah pimpinan
24
dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian terdiri atas: (a) reviu
atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan; (b) pembinaan SDM; (c)
pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; (d) pengendalian fisik atas aset;
(e) pemisahan fungsi; (f) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi
dan kejadian; (g) dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta
transaksi dan kejadian penting serta (h) pembatasan akses atas sumber daya dan
pencatatannya.
4) Informasi dan komunikasi
Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada instansi pemerintah dan
pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana
tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi pemerintah
melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Penyelenggaraan sistem
informasi yang efektif oleh pimpinan instansi pemerintah mesti: (a) menyediakan
dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; (b) mengelola,
mengembangkan, dan memperbaharui sistem informasi secara terus menerus.
5) Pemantauan
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu
dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segara
ditindak lanjuti. Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil rekomendasi audit
25
2.1.7 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah sebuah sikap mental yang mewakili
keinginan, kebutuhan dan kewajiban untuk melanjutkan pekerjaan dalam suatu
organisasi (Seyyed et all 2013). Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai
sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan
tujuan-tujuannya, serta berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi itu (Robbins dan Judge, 2008). Steers dan Porter (1987)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sikap seseorang dalam
mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta nilai-nilai dan tujuan serta
keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan menurut Mowday et al (1979) mengemukakan bahwa
komitmen organisasi terbangun apabila masing-masing individu mengembangkan
tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi dan atau profesi, yaitu:
1) identifikasi, yaitu pemahaman atau penghayatan terhadap tujuan organisasi;
2) keterlibatan, yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaaan
bahwa pekerjaan tersebut adalah menyenangkan; dan
3) loyalitas, yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya bekerja dan
tinggal.
Meyer dan Allen (1991) mengemukakan tiga komponen mengenai
komitmen organisasi, yaitu:
1) Komitmen afektif (affective commitment) terjadi apabila karyawan ingin
menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional atau
26
2) Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila karyawan tetap
bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan
keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan
lain. Dengan kata lain, karyawan tersebut tinggal di organisasi itu karena dia
membutuhkan organisasi tersebut.
3) Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai diri
karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi karena
memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal
yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, karyawan tersebut tinggal di
organisasi itu karena dia merasa berkewajiban untuk itu.
Dari ketiga jenis komitmen tersebut, komitmen afektif adalah jenis yang
paling diinginkan oleh perusahaan. Karyawan yang memiliki loyalitas, yaitu
karyawan yang mempunyai komitmen afektif akan cenderung tetap tinggal
(bekerja dalam perusahaan). Mereka akan merekomendasikan kepada orang lain
bahwa tempat kerjanya merupakan tempat yang bagus. Mereka akan dengan
sukarela melakukan pekerjaan tambahan untuk perusahaan dan memberikan
saran-saran bagi perbaikan serta kemajuan organisasi.
2.2 Kajian Empiris
Kajian empiris penelitian ini merupakan hasil penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan dari pengujian data valid yang diolah dan dikembangkan menjadi
suatu teori yang dapat menjelaskan data serta dalam taraf tertentu mampu
meramalkan suatu pengetahuan. Kajian empiris yang digunakan dalam penelitian
27
(2008), Indriasari (2008), Nugraheni (2008), Winidyaningrum (2010), Irwan
(2011), Zeyn (2011), Sari (2012), Yudianta (2012), Panomon (2013), Setiawati
(2014), Indriasih (2014), Nurillah (2014), Karmila (2014), Mahaputra (2014),
Yensi (2014), Roviyanti (2011), Widyaningsih (2011), Sukmaningrum (2011),
Susilawati (2014), Afiah (2014). Ringkasan dari hasil kajian empiris tersebut
sebagai referensi penelitian ini disajikan pada Lampiran 3.