• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI (studi deskriptif pada siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI (studi deskriptif pada siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi)."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan

Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

Yustina Ananda Putri Widuri Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik layanan bimbingan pribadi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan jumlah keseluruhan sebanyak 101 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba angket kreativitas kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 26 siswa dan 75 siswa lainnya digunakan dalam penelitian. Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan skala

Guttman dan angket pernyataan. Instrumen penelitian ini adalah angket kreativitas yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (aptitude) dan afektif (nonaptitude) dengan 54 pernyataan. Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,785 dari 54 item. Uji validitas menunjukkan dari 54 item, terdapat sebanyak 46 item yang valid dan 8 item yang unvalid. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi Azwar yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

(2)

ABSTRACT

CREATIVITY OF CLASS V and VI

(Descriptive Study on Fifth and Sixth Grade Students of Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta Academic Year 2015/2016 and the Implication

to Propose Personal Guidance Service Topics)

Yustina Ananda Putri Widuri Sanata Dharma University

2015

This research is quantitative descriptive research that aims to describe how high the level of students creativity of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta academic year 2015/2016 and to identify the points of low creativity items to be proposed as personal guidance services topics.

The subjects were students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta and the total number were 101 students. Before conducting the study, researchers tested the questionnaire creativity to the students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta 26 students and 75 other students used in the study. Techniques and data collection instruments used Guttman scale and questionnaire statement. The research instrument was a questionnaire creativity that made based on aspects of the characteristics of creativity in cognitive (aptitude) and affective (nonaptitude) with 54 statements. The value of reliability coefficient of 0.785 out of 54 items. Validity test showed 54 items; 46 items were valid and 8 items were unvalid. The data analysis technique used was Azwar categorization which consists of five categories: very high, high, medium, low and very low.

(3)

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap

Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Yustina Ananda Putri Widuri

111114027

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap

Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Yustina Ananda Putri Widuri

111114027

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7)

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan

meluruskan jalanmu. ( Amsal 3 : 5-6 )

IT’S IMPOSSIBLE TO FAIL, AS LONG AS YOU NEVER QUIT.

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingiku

2. Kedua orangtuaku tercinta ( Bpk Antonius Rusmono & Ibu F.R. Sri Sulami ) 3. Kakakku tersayang ( Christina Rusma Arishinta )

4. Adikku tersayang ( Yohana Rusma Arimurti )

5. Dosen Pembimbing ( Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd ) 6. Sahabat-sahabat dekatku terkasih ( Aan, Wulan dan Agnes )

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Desember 2015

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yustina Ananda Putri Widuri

NIM : 111114027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan

Bimbingan Pribadi)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi

royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 2 Desember 2015 Yang menyatakan,

(10)

ABSTRAK

TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan

Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)

Yustina Ananda Putri Widuri Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik layanan bimbingan pribadi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan jumlah keseluruhan sebanyak 101 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba angket kreativitas kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 26 siswa dan 75 siswa lainnya digunakan dalam penelitian. Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan skala

Guttman dan angket pernyataan. Instrumen penelitian ini adalah angket kreativitas yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (aptitude) dan afektif (nonaptitude) dengan 54 pernyataan. Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,785 dari 54 item. Uji validitas menunjukkan dari 54 item, terdapat sebanyak 46 item yang valid dan 8 item yang unvalid. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi Azwar yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

(11)

ABSTRACT

CREATIVITY OF CLASS V and VI

(Descriptive Study on Fifth and Sixth Grade Students of Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta Academic Year 2015/2016 and the Implication

to Propose Personal Guidance Service Topics)

Yustina Ananda Putri Widuri Sanata Dharma University

2015

This research is quantitative descriptive research that aims to describe how high the level of students creativity of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta academic year 2015/2016 and to identify the points of low creativity items to be proposed as personal guidance services topics.

The subjects were students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta and the total number were 101 students. Before conducting the study, researchers tested the questionnaire creativity to the students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta 26 students and 75 other students used in the study. Techniques and data collection instruments used Guttman scale and questionnaire statement. The research instrument was a questionnaire creativity that made based on aspects of the characteristics of creativity in cognitive (aptitude) and affective (nonaptitude) with 54 statements. The value of reliability coefficient of 0.785 out of 54 items. Validity test showed 54 items; 46 items were valid and 8 items were unvalid. The data analysis technique used was Azwar categorization which consists of five categories: very high, high, medium, low and very low.

(12)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas rahmat dan

karuniaNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan tidak hanya dari usaha dan

kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya dukungan, bimbingan, bantuan,

dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu,

membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Suwardi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang

telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Vitus Gading S, S.Pd., Tri Teguh, S.Pd., Yanuar S, S.Pd., Anna Maria, S.Pd.,

selaku wali kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.

6. Siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yoyakarta tahun pelajaran

2015/2016 yang telah bersedia menjadi subjek dan membantu penulis dalam

proses pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Orangtua dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat, motivasi,

(13)

8. Stefanus Pryatmoko, selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu

peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan

skripsi.

9. Kakak dan adikku yang setia memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti

untuk menyelesaikan skripsi ini (Christina Rusma Arishinta dan Yohana Rusma

Arimurti).

10.Sahabat-sahabat dekatku (Angela Happy R., Natalia Wulan, dan Agnes Restuning

W.) yang sudah bersedia menjadi tempat mencurahkan pikiran dan perasaan

untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan dukungan, bantuan serta

motivasi kepada penulis.

11.Teman-temanku satu perjuangan dengan dosen pembimbing yang sama yang

telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

12.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2011 yang telah memberikan

dukungan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua adik-adik kostku yang telah memberikan dukungannya bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh

karena itu, sumbang saran dari pembaca, sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga

karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 2 Desember 2015

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional Variabel ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kreativitas ... 11

1. Pengertian Kreativitas ... 11

2. Kegiatan untuk Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Anak ... 14

3. Kondisi yang Mempengaruhi Kreativitas Anak ... 15

(15)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 22

6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas ... 24

B. Siswa Sekolah Dasar ... 30

1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar ... 30

2. Tugas Perkembangan Siswa SD ... 31

3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar ... 33

C. Bimbingan ... 37

1. Pengertian Bimbingan ... 37

2. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan ... 38

3. Pengertian Bimbingan Pribadi ... 40

4. Tujuan Bimbingan Pribadi ... 41

5. Ruang Lingkup Layanan Bimbingan Pribadi ... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Validitas dan Reliabilitas Angket ... 50

C. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

C. Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Pribadi yang Sesuai Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro- wajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Keterbatasan Penelitian ... 84

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Subjek Uji Coba Penelitian Siswa Kelas V SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 45

Tabel 2. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 46

Tabel 3. Norma Skoring Inventori Tingkat Kreativitas Siswa ... 48

Tabel 4. Kisi-kisi Angket Tingkat Kreativitas ... 49

Tabel 5. Rincian Item Valid dan Unvalid pada Angket ... 53

Tabel 6. Rincian Kisi-kisi Angket Setelah Uji Coba ... 54

Tabel 7. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 56

Tabel 8. Kriteria Guilford ... 56

Tabel 9. Norma Kategorisasi Inventori Tingkat Kreativitas Siswa ... 58

Tabel 10. Norma Kategorisasi Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 61

Tabel 11. Penggolongan Item-Item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran ... 63

Tabel 12. Item-item Kuesioner Tingkat Kreativitas Siswa Kategori Rendah ... 65

(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro-

wajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 62

Grafik 2. Grafik Penggolongan Item-item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penelitian Tingkat Kreativitas Sebelum Uji Coba ... 89

Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen di SD Kanisius Sorowajan ... 94

Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Validitas ... 96

Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 102

Lampiran 5. Angket Penelitian Tingkat Kreativitas Sesudah Uji Coba... 103

Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian ... 107

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 111

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Periode anak dari usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari

pra-sekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini dikenal juga sebagai masa

peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang

masa pra-pubertas. Dilihat dari tahap perkembangan, siswa sekolah dasar dapat

digolongkan ke dalam fase anak sekolah tingkat rendah (6-9 tahun) dan tingkat

tinggi (9-12 tahun). Pada masa ini juga anak dituntut agar mulai berusaha

mengenali kemampuan mereka yang dapat dilakukan di zaman sekarang.

Seseorang yang berada pada fase tingkat tinggi (9-12 tahun) masih mengalami

suatu perubahan baik dari mencari pengetahuan akan kemampuannya, menjadi

menerapkan pengetahuan akan kemampuan yang dimilikinya dan bertujuan

untuk dapat mengejar cita-cita mereka masing-masing.

Siswa lekat dengan memiliki kreativitas, berbagai macam kegiatan ataupun

aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekolah sangat membantu para siswa untuk

bisa lebih mengasah kemampuan kreativitasnya. Tersedianya berbagai macam

kegiatan, memudahkan bagi siswa untuk lebih mengeksplorasikan

(20)

bernyanyi di depan banyak orang, menciptakan sesuatu dari barang bekas,

menggambar ataupun berani mengemukakan pendapat di dalam kelas dan

mampu menentukan suatu jawaban atas pertanyaan yang diperolehnya. Hal ini

sangat membantu siswa agar dapat memberanikan diri mereka menunjukkan

kreativitas yang dimilikinya kepada banyak orang. Siswa yang kreatif biasanya

bebas dalam berfikir dan bertindak, mereka juga tidak mudah untuk dipengaruhi

oleh desakan-desakan dari orang lain. Hilgard dan Atkinson (dalam

Gandadiputra, 1983: 53) menambahkan bahwa orang-orang kreatif lebih fleksibel

dibandingkan orang yang tidak kreatif. Mereka yang memiliki kreativitas, juga

lebih realistis dalam pandangan-pandangan hidupnya dibandingkan dengan

orang-orang yang dinilai tidak kreatif. Fleksibilitas ini membuat orang-orang

kreatif dapat menghindari rintangan-rintangan dalam memecahkan persoalan

yang dihadapi.

Pada zaman modern sekarang, setiap individu mengalami berbagai

perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan yang cepat ini terjadi di

segala bidang dan dimensi kehidupan yang mengakibatkan kompleksitas

masalah serta ketidakmenentuan situasi dunia masa kini yang dipastikan berbeda

dengan masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan ini, setiap individu di tuntut

untuk mempersiapkan diri mereka agar mampu mengantisipasi berbagai

permintaan dan tuntutan di masa depan. Oleh sebab itu, setiap individu sangat

perlu dalam mengembangkan kreativitas agar dapat menghadapi berbagai

(21)

individu mampu menghasilkan segala sesuatu yang ingin mereka ciptakan

sendiri. Hal tersebut akan terwujud apabila setiap individu melakukannya dengan

cara berpikir maupun bersikap dan juga memiliki perasaan. Selain itu individu

juga harus mampu mengatasi segala perubahan yang akan terjadi di masa

sekarang ataupun masa yang akan datang.

Supriadi (1994: 7) mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan

seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun

karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Apabila kreativitas yang dimiliki individu terus diasah dengan mengikuti

berbagai macam kegiatan, hal ini dapat memperlancar kinerja setiap individu

dalam menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna.

Kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak didik dan hal ini termuat

dalam buku Utami Munandar (2012: 31), yaitu pertama karena dengan berkreasi

orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan

/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup

manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk

melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah,

merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat

perhatian dalam pendidikan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya

bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan

kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan

(22)

Dodi Suryana (dalam Antika 2015) memaparkan bahwa dalam praktiknya,

pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan aspek kreativitas. Pendidikan di

Indonesia cenderung menekankan pada aspek kognisi, hafalan dan mencari satu

jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Siswa jarang dirangsang

untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk

memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. Jadi, keadaan

tersebut dapat menjadi penghambat dalam pengembangan kreativitas siswa.

Bukan hanya itu, keadaan yang dapat menjadi penghambat dalam pengembangan

kreativitas siswa juga bisa datang dari orang-orang yang berada di sekitar anak

selain guru yaitu orang tua. Orang tua merupakan pengaruh paling besar dalam

pengembangan kreativitas anak, sebab dorongan dari orang tua dapat

menggerakkan kemauan anak untuk maju dan berkembang dalam mengasah

kreativitasnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang pernah melakukan

praktek lapangan dan wawancara dengan wali kelas di SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta, peneliti menemukan adanya kecenderungan siswa yang kurang

optimal dalam kreativitasnya. Namun, tidak sedikit juga siswa-siswi yang malu

untuk menunjukkan kreativitasnya lewat berbagai macam cara yang mereka

lakukan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di sekolah dapat membantu

siswa-siswi dalam mengoptimalkan kreativitas mereka. Banyak ditemukan siswa-siswa-siswi

(23)

yang terdapat di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi kebanyakan

mengasah kreativitasnya dengan mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada

di sekolah. Namun juga pada kenyataannya, terdapat siswa-siswi yang masih

sulit dan masih tidak mampu mengasah kreativitas yang dimilikinya.

Peneliti menemukan fakta di SD Kanisius Sorowajan bahwa siswa-siswi

masih mengalami kecenderungan akibat mereka kurang optimal dalam

kreativitasnya yang ditandai dengan fakta-fakta yang terjadi di sekolah.

Fakta-fakta tersebut diantaranya masih terdapat beberapa siswa-siswi yang tidak berani

dalam berpendapat ataupun bahkan tidak mampu bertanya. Pada kenyataannya

apabila anak berani dalam berpendapat akan membuat anak menjadi seorang

yang peka terhadap lingkungan dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya.

Fakta lain yang ditemukan ialah mereka lebih cenderung pasif dan beberapa dari

mereka hanya memilih untuk menerima informasi saja. Salah satu hal yang

terjadi yaitu ketika guru yang akan mengajari mereka bukan merupakan wali

kelas mereka sendiri, biasanya cenderung membuat mereka tidak aktif di kelas.

Adapula siswa-siswi yang masih sering mengalami kesulitan dalam mencari

beberapa alternatif-alternatif penyelesaian dari suatu masalah, seperti misalnya

kesulitan dalam menjawab soal yang sebenarnya telah terdapat pilihan

jawabannya. Lalu adapula siswa-siswi yang masih kurang dalam memiliki

keberanian untuk membantu mengembangkan potensi-potensi mereka, baik itu

dalam hal bernyanyi di depan kelas, tidak percaya diri menunjukkan bahwa

(24)

bekas. Hal inilah yang menandakan bahwa masih terdapat siswa-siswi yang

kurang optimal pada kreativitasnya. Semua permasalahan seperti di atas ini akan

berdampak lebih besar apabila tidak segera diatasi. Seharusnya siswa-siswi pada

usia ini dalam hal kreativitasnya mulai terlihat dengan menunjukkan segala

sesuatu yang mereka bisa tunjukkan di depan orang lain. Saat siswa-siswi berani

menunjukkan kemampuan mereka di depan orang lain, orang lain akan dengan

setia membantu dan menuntun mereka dalam mengembangkan kreativitasnya.

Setelah melihat penjelasan dari latar belakang dan fakta-fakta yang terjadi,

maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)” dalam pemenuhan tugas akhir. Melalu penelitian ini peneliti berharap ada manfaat yang

dapat diambil oleh siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dalam

meningkatkan kepercayaan diri pada kreativitas mereka. Pemilihan subjek yaitu

siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 karena

memiliki alasan dimana peneliti ingin melihat bagaimana tingkat kreativitas yang

ada pada diri siswa-siswi. Pemilihan tingkatan studi yaitu tingkat ajaran

2015/2016 karena diharapkan pada tingkat ini siswa-siswi tersebut dapat

benar-benar menemukan kemampuan yang dimilikinya dan terus mengembangkan

(25)

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang masalah di atas, terkait dengan kreativitas siswa-siswi

dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada ketidaksigapan dan kurangnya berpikir luwes untuk bisa menghasilkan

banyaknya gagasan seperti tidak mampu berpendapat atau memberikan

usulan.

2. Sebagian siswa-siswi masih memiliki ketidakyakinan di dalam dirinya untuk

mengeksplorasi kreativitasnya.

3. Sebagian siswa-siswi juga masih sering mengalami kesulitan bila mencari

alternatif jawaban atau penyelesaian suatu masalah.

4. Belum ada gambaran mengenai bagaimana tingkat kreativitas siswa-siswi

kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran

2015/2016.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian di arahkan pada menjawab masalah

mengenai kreativitas pada diri siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius

(26)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Berdasarkan analisis butir-butir item kreativitas yang teridentifikasi rendah,

usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi apa saja yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang teridentifikasi rendah

sebagai dasar usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD

Kanisius Sorowajan Yoyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat

(27)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca maupun mahasiswa

prodi bimbingan dan konseling untuk bisa menambah pengetahuan mereka

tentang kreativitas yang dimiliki oleh siswa-siswi di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan guru-guru SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh

kepala sekolah dan guru-guru untuk melihat bagaimana tingkat kreativitas

yang ada pada diri siswa kelas V dan VI di Tahun Ajaran 2015/2016.

Selain itu, kepala sekolah dan guru-guru juga dapat menentukan

langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa kelas V dan VI pada Tahun

Ajaran 2015/2016 untuk dapat meningkatkan kreativitas pada

siswa-siswinya.

b. Bagi siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

tahun ajaran 2015/2016.

Para siswa-siswi kelas V dan VI Tahun Ajaran 2015/2016 dapat

menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat bagaimana tingkat

kreativitas yang ada dalam diri dan melatih mereka untuk terus

mengembangkan serta meningkatkan rasa keyakinan akan adanya

(28)

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Kreativitas adalah suatu proses mental yang dapat dimunculkan secara

optimal untuk membentuk konsep baru dalam diri setiap individu yang

diungkapkan lewat sikap, perasaan dan pikiran.

2. Bimbingan pribadi adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang dapat

diberikan kepada setiap individu untuk membantu dalam mengarahkan

mereka agar mampu mengembangkan, mengatur dan memahami dirinya

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan mengenai kreativitas, siswa Sekolah Dasar dan

bimbingan.

A. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kata “kreatif” adalah bentuk sifat dari kata dalam bahasa Inggris

Create”. Create menurut Kamus Inggris Indonesia (Echols dan Hassan Shadily, 2000) berarti “menciptakan, menimbulkan, membuat”. Kata

turunannya antara lain kreativitas (creativity) yang berarti daya cipta, kreatif (creative) yang berarti bersifat memiliki daya cipta, kreasi (creation) yang artinya ciptaan, dan kreator (creator) yang artinya pencipta. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2011) mendefinisikan kreativitas sebagai

“kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,

atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru.”

Menurut Semiawan (2010: 31), kreativitas memiliki cakupan

pengertian luas yang penting bagi individu maupun masyarakat. Dalam

kaitannya dengan individu ada rentangan yang luas dalam cakupan berbagai

tugas, misalnya adalah kreativitas relevan dalam mengatasi masalah

berkenaan dengan tugas manusia. Pada tingkat masyarakat, kreativitas

antara lain menghasilkan ilmu baru, gerakan baru dalam bidang seni,

(30)

Kemudian menurut Santrock (2007: 342), kreativitas merupakan

kemampuan untuk berpikir mengenai sesuatu, dalam cara yang baru dan

tidak biasa serta menghasilkan pemecahan atau solusi-solusi unik terhadap

masalah.

Meskipun kreativitas secara keseluruhan adalah suatu daya cipta yang

dikeluarkan oleh seseorang, tetapi bukan berarti hanya untuk kebutuhannya

sendiri melainkan untuk dapat ditunjukkan kepada masyarakat atau bahkan

dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di

lingkungan masyarakat. Selain memiliki arti kemampuan dalam daya cipta,

seseorang yang memiliki kreativitas juga dikatakan memiliki perkembangan

dalam berpikir yang mampu menemukan cara baru dan mampu

memecahkan persoalan. Bila dilihat dari definisinya dapat dikatakan bahwa

hal tersebut mempengaruhi pencapaian tujuan setiap individu dengan cara

yang positif. Dikatakan seperti ini karena kreativitas yang dimiliki

seseorang bertujuan untuk memberikan manfaat guna menambah

pengetahuan maupun wawasan yang maksimal namun mudah untuk

dipahami.

Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan dalam diri setiap

individu terutama saat berada pada masa kanak-kanak. Kreativitas yang

dikembangkan semenjak masa kanak-kanak sama halnya membantu setiap

individu dalam memperkaya hidupnya, karena telah berhasil

(31)

Maslow, 1968 (dalam Munandar 1985: 45) mengungkapkan bahwa

kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya

dalam perwujudan dirinya. Dalam hal ini orang yang sehat akan mentalnya

dan terhindar dari segala hambatan dapat dengan mudah mewujudkan diri

sepenuhnya. Selain itu, Munandar (1985: 51) juga mengatakan bahwa

memiliki ciri-ciri berpikir belum menjamin perwujudan kreativitas

seseorang. Ciri-ciri lain yang berkaitan dengan perkembangan afektif (sikap

dan perasaan) seseorang sama pentingnya agar bakat kreatif seseorang dapat

terwujud.

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dimiliki oleh setiap

individu dalam menghasilkan segala sesuatu, baik itu ide maupun

gagasan-gagasan yang keluar dari pikiran mereka sendiri. Individu yang kreatif juga

mampu memiliki rasa percaya diri yang lebih besar untuk dapat

meningkatkan kualitas dan memperkaya wawasan hidupnya. Karena

individu yang memiliki rasa percaya diri yang lebih besar pasti mempunyai

sikap untuk berani mengambil resiko ketika mereka melakukan sesuatu.

Selain itu individu juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam suatu

kegiatan dan hal ini membuat individu aktif dalam mengoptimalkan

(32)

2. Kegiatan untuk Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Anak

Mujiyana (2001) mengatakan bahwa kegitan-kegiatan yang dapat

memacu perkembangan kemampuan kreativitas anak, antara lain: kegiatan

melukis, elekronika, daur ulang, dan olah kata. Jika kegiatan melukis dan

elektronika sudah tidak asing lagi bagi beberapa anak karena sudah banyak

dilakukan, baik di sekolah-sekolah maupun dalam sanggar seni rupa, lain

halnya dengan kegiatan daur ulang dan olah kata yang relatif masih belum

begitu dikenal oleh banyak anak.

Kegiatan olah kata dimaksudkan untuk merangsang, memupuk, dan

meningkatkan “penulisan Kreatif”. Sesuai dengan tujuan pusat-pusat

pengembangan kemampuan kreativitas anak, yakni merangsang, memupuk,

dan meningkatkan bakat kreatif anak (Mujiyana, 2001). Mujiyana (2001)

menambahkan bahwa sedangkan kegiatan daur ulang diartikan sebagai

sebuat kegiatan yang menggunakan barang-barang bekas atau yang sudah

tidak terpakai, contohnya seperti kotak, botol-botol, kardus, kantong plastik,

kayu, dan kertas/koran bekas). Barang-barang bekas tersebut secara kasat

mata sudah tidak berfungsi lagi, namun bagi orang yang kreatif

barang-barang tersebut dapat diubah menjadi suatu benda yang menarik dan dapat

digunakan. Misalnya saja dari barang bekas tersebut dapat diubah menjadi

sebuah pot yang menarik, kapal-kapalan, sebuah boneka ataupun menjadi

(33)

Kegiatan olah kata dengan cara menulis yang sesuai dengan

kemampuan dan minat anak merupakan suatu kegiatan yang dapat

mengembangkan kreativitas anak dan juga meningkatkan kecerdasan anak.

Melalui kegiatan ini, anak akan dapat belajar mengungkapkan perasaan dan

pikirannya dengan bahasa yang menarik. Sedangkan untuk kegiatan daur

ulang, dapat dikatakan bahwa kegiatan ini akan menambah kemampuan

anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan daur ulang ini dikenal

dengan kegiatan mengkombinasi barang-barang yang sudah tidak terpakai

atau bekas, namun masih dapat digunakan untuk dibentuk menjadi suatu

barang yang bernilai dan berguna. Sangat mengasyikan apabila anak mulai

dari kecil dikenalkan dalam membuat suatu benda dari barang bekas karena

akan mempengaruhi daya berpikir dan imajinasi anak.

3. Kondisi yang Mempengaruhi Kreativitas Anak

Menurut Carl Rogers (dalam Munandar 1988: 16-18), terdapat dua

kondisi dari pribadi yang kreatif, yaitu:

a. Kondisi internal, yang di dalamnya terdapat: keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan dari luar maupun dari

dalam (firasat, alam prasadar). Kemampuan untuk “bermain”

(bereksplorasi) dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, dan

(34)

pribadi seseorang dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari

hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Kondisi eksternal (dari lingkungan), yang bersifat memupuk kreativitas

yang konstruktif, dengan pentingnya iklim keamanan psikologis dan

kebebasan psikologis di dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan

kebebasan psikologis ialah kebebasan untuk mengungkapkan pikiran

dan perasaan bagi individu, dalam batas-batas yang dimungkinkan

dalam kehidupan bermasyarakat. Memperoleh kebebasan ini juga dapat

berarti bahwa seseorang harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan

juga lingkungannya. Sehingga dalam iklim keamanan dan kebebasan

psikologis ini kreativitas yang konstruktif dapat timbul dan tumbuh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas

seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam ciri-ciri kondisi. Ciri-ciri yang

dimaksudkan itu adalah dari kondisi internal dan juga kondisi eksternal.

Kondisi internal ialah kondisi yang bersumber dari dalam diri individu

sendiri, lalu kondisi eksternal itu yang berasal dari luar diri individu

tersebut. Kondisi internal dan juga eksternal ini merupakan kondisi yang

membantu setiap anak dalam menunjang pertumbuhan akan kreativitasnya.

Munandar (2012: 37) menunjukkan terdapat juga kondisi-kondisi

pribadi yang memiliki kreativitas diambil dari hasil yang dilakukan oleh

(35)

ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya kepada diri sendiri,

bersedia mengambil risiko, dan berani dalam pendirian serta keyakinan.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas mengenai kondisi-kondisi

pribadi yang memiliki kreativitas, dapat disimpulkan bahwa individu yang

memiliki kreativitas biasanya selalu berani dalam mengambil resiko ataupun

cukup mandiri dalam melakukan sesuatu dan memiliki rasa percaya diri

yang besar. Individu yang memiliki kreativitas, juga tidak akan malu dan

tidak akan mudah putus asa. Karena selain mereka memiliki rasa

kepercayaan diri yang besar, mereka juga memiliki ketekunan dalam

melakukan segala sesuatu. Dikatakan juga bahwa individu yang kreatif sama

sekali tidak memiliki ketakutan akan kesalahan yang bisa saja terjadi

padanya dan mereka selalu aktif dalam mengemukakan pendapat. Arti dari

melakukan sesuatu itu penting dan disukai oleh setiap individu yang kreatif,

karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan minat yang luas

dalam melakukan segala hal yang kreatif.

4. Aspek-Aspek Kreativitas

Munandar (1985: 87) mengatakan bahwa dalam rangka membangun

manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek

perkembangan manusia. Perkembangan tersebut memadukan antara

(36)

(sikap dan perasaan – nonaptitude). Keduanya sangat diperlukan agar perilaku kreatif seseorang dapat terwujud secara baik.

Kreativitas dapat dilihat dari ciri-ciri aptitude dan nonaptitude

(Munandar, 1985: 88-92), untuk mengenal lebih jauh mengenai

perkembangan kognitif (aptitude) dan juga afektif (nonaptitude), berikut merupakan uraian aspek-aspek yang diambil dari ciri-ciri aptitude dan

nonaptitude, yaitu: a. Kognitif (Aptitude)

1) Keterampilan berpikir

Keterampilan berpikir dalam hal ini meliputi keterampilan

berpikir kreatif secara lancar, luwes (fleksibel), orisinil, dan juga

terperinci (elaborasi). Keterampilan berpikir lancar didefinisikan

dapat mencetuskan banyak gagasan-gagasan, jawaban, penyelesaian

masalah, ataupun juga pertanyaan serta memiliki kecepatan dan

ketepatan saat mengungkapkan gagasan atau ide. Lalu pada

keterampilan berpikir luwes didefinisikan dapat menghasilkan

gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.

Kemudian keterampilan berpikir orisinil lebih didefinisikan untuk

mampu mengungkapkan ide-ide yang baru dan juga unik, serta

keterampilan berpikir terperinci (elaborasi) lebih didefinisikan untuk

menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek,

(37)

Perilaku-perilaku siswa yang memiliki keterampilan berpikir

lancar diantaranya sering mengajukan banyak pertanyaan dan lancar

dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya serta bisa bekerja lebih

cepat. Lalu perilaku siswa yang memiliki keterampilan dalam hal

berpikir luwes (fleksibel) yaitu siswa yang dalam membahas atau

mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda

ataupun bertentangan dari mayoritas kelompoknya dan jika diberikan

suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang

berbeda-beda untuk menyelesaikannya.

Perilaku siswa yang memiliki keterampilan dalam berpikir

orisinal adalah siswa yang selalu memikirkan masalah-masalah atau

hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain dan juga selalu

mempertanyakan cara yang lama dan berusaha memikirkan

cara-cara yang baru. Perilaku siswa yang memiliki keterampilan

memperinci (mengelaborasi) yaitu dapat mengembangkan ataupun

memperkaya gagasan orang lain dan suka menambahkan garis-garis,

warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya

sendiri atau gambar orang lain.

2)Keterampilan menilai (mengevaluasi)

Keterampilan menilai (mengevaluasi) didefinisikan dapat

menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu

(38)

mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka serta

tidak hanya mencetuskan gagasan/ide, tetapi juga melaksanakannya.

Perilaku-perilaku siswa yang memiliki keterampilan menilai

(mengevaluasi) yaitu siswa yang mampu memberikan pertimbangan

atas dasar sudut pandangnya sendiri. mempunyai alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan, serta

mampu merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang

tercetus.

b. Afektif (Nonaptitude) 1)Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu didefinisikan sebagai suatu rasa yang ditunjukkan

oleh individu untuk selalu terdorong mengetahui lebih banyak hal,

mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek,

dan situasi. Serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/

meneliti.

Dalam hal ini perilaku siswa yang memiliki rasa ingin tahu adalah

siswa yang senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar

dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, serta keinginan

untuk mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau

(39)

2)Berani mengambil risiko

Berani mengambil risiko didefinisikan sebagai suatu sikap yang

berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut

gagal atau mendapat kritikan. Serta tidak menjadi ragu-ragu karena

ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang

berstruktur.

Perilaku siswa yang memiliki sifat berani untuk mengambil resiko

yaitu siswa yang berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya

walaupun mendapat tantangan atau kritikan. Lalu berani menerima

tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, serta siswa yang

tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

3)Menghargai

Menghargai suatu bimbingan dan pengarahan dalam hidup dapat

diartikan juga sebagai seseorang yang mampu untuk menyikapi

segala kritikan maupun masukan yang diberikan kepadanya sebagai

suatu hal yang positif. Selain itu juga, menghargai kemampuan dan

bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang dapat diartikan sebagai

adanya sikap yang positif dari setiap individu untuk dapat menghargai

kemampuan dan bakat-bakat yang dimilikinya sendiri.

Perilaku siswa yang ditimbulkan dalam hal ini diantaranya seperti

(40)

yang mampu menghargai hak-haknya dan hak-hak orang lain serta

siswa yang mengetahui apa yang benar-benar penting dalam hidup.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Hurlock (1989: 8) menunjukkan adanya kenyataan bahwa kreativitas

mengikuti pola yang dapat diramalkan, namun ada variasi dalam pola ini.

Terdapat sejumlah faktor yang turut menimbulkan variasi ini dan lima

diantaranya dianggap penting, yaitu:

a. Jenis Kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak

perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk

sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap

anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberikan

kesempatan untuk mendiri, didesak untuk berani mengambil resiko, dan

juga didorong untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas,

sedangkan anak perempuan tidak seperti itu.

b. Status Sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih

kreatif dibandingkan dari anak kelompok yang lebih rendah. Pertama

kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis,

sedangkan yang terakhir kemungkinan lebih mengalami pendidikan yang

(41)

memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan

individualitasnya, mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya

sendiri.

Lebih penting lagi, lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang

lebih tinggi memberikan mereka banyak kesempatan untuk dapat

memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi

kreativitasnya. Misalnya, anak yang berasal dari keluarga sangat mampu

sosioekonominya pasti segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak untuk

menunjang pengetahuan mereka selalu dihadirkan di sekitar mereka dan

sudah pasti dapat mendorong mereka dalam mengembangkan

kreativitasnya. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi anak yang

berada pada kelompok sosioekonominya rendah.

c. Urutan Kelahiran

Pada umumnya anak yang lahir kedua, ketiga, keempat, dst (urutan

lahir ditengah, lahir belakangan, dan bahkan anak tunggal) mungkin lebih

kreatif dari anak yang lahir pertama. Karena anak yang lahir pertama

lebih banyak ditekan untuk dapat menyesuaikan diri mereka dengan

harapan kedua orang tua. Tekanan ini lebih mendorong anak untuk

menjadi penurut daripada pencipta. Berbeda dengan anak tunggal, karena

anak tunggal lebih bebas dari tekanan orang tua dan tidak adanya

(42)

d. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak

lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara

otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas

dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya. Lingkungan kota dapat

membuat kreativitas anak menjadi tinggi karena disebabkan oleh

banyaknya fasilitas yang disediakan untuk anak dalam menunjang

pertumbuhan dan juga pengetahuan mereka dalam berkembang.

e. Inteligensi

Pada setiap umur, anak yang memiliki kepandaian dapat

menunjukkan kreativitasnya yang lebih besar dari anak yang kurang

pandai. Mereka memiliki lebih banyak gagasan baru untuk menangani

suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak

penyelesaian bagi konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan

mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan

teman seusia mereka yang kurang pandai.

6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas

Hurlock (1989: 11) mengungkapkan bahwa terdapat kondisi yang bisa

meningkatkan kreativitas anak. Kondisi-kondisi yang mendukung untuk

(43)

a. Waktu

Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur

sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk

bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan

mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.

Pemberian waktu bagi anak untuk berkreasi dengan apa yang ingin

mereka kerjakan sebaiknya tidak dihalang-halang baik itu dari orang tua

ataupun orang yang berada di sekitar anak. Apabila anak diberikan

kebebasan untuk berkreasi, anak diyakinkan memiliki suatu kreativitas

yang dapat ditunjukan dihadapan orang lain. Setiap orang membutuhkan

waktu yang tidak sebentar untuk dapat mengeluarkan gagasan-gagasan

yang mereka miliki. Begitu juga yang terjadi pada anak-anak, apapun

yang mereka lakukan sebaiknya sebagai orang yang berada di sekitar

mereka melihat dan mendengarkan terlebih dahulu apa yang sebenarnya

akan dilakukan oleh anak.

b. Kesempatan Menyendiri

Hanya apabila tidak mendapatkan tekanan dari kelompok sosial,

anak dapat menjadi kreatif. Singer (dalam Hurlock 1989: 11)

menerangkan bahwa, “Anak membutuhkan waktu dan kesempatan

menyendiri untuk menggambarkan kehidupan imajinatif yang kaya”.

Diketahui bahwa tidak semua orang dengan mudahnya terpengaruh

(44)

orang memiliki kepribadian yang mampu melahirkan sesuatu dari usaha

yang dilakukannya secara sendiri. Hal yang dilakukan setiap orang

biasanya dengan cara menyendiri untuk membantu mereka menemukan

gagasan-gagasan baru yang dapat dikembangkan. Ini juga berlaku bagi

anak-anak yang tidak mendapatkan tekanan dari orang lain dan

diberikan kesempatan untuk menyendiri, karena dapat mempermudah

bagi mereka untuk memiliki pemikiran yang lebih luas akan keinginan

untuk dapat menciptakan sesuatu secara mandiri. Misalnya anak yang

diberi kesempatan untuk menyendiri dikamar dan orang tua tidak selalu

mencari tahu apa yang dilakukan oleh anak mereka, akan lebih baik saat

anak dibiarkan sendiri terlebih dahulu untuk mengasah imajinasi

mereka. Anak dengan sendirinya akan mengatakan kepada orang tua

ataupun orang yang berada di sekitarnya, apabila mereka memiliki suatu

gagasan ataupun karya untuk ditunjukkan.

c. Dorongan

Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang

dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan

kritik yang seringkali dilontarkan pada anak yang kreatif.

Tugas bagi orang yang berada di sekitar anak, setelah anak diberikan

kesempatan untuk menyendiri dan mampu menciptakan suatu gagasan

ataupun karya adalah dengan memberikan dorongan bagi anak untuk

(45)

tanpa harus menjatuhkan mental anak. Anak akan kehilangan semangat

dalam dirinya apabila mendapatkan tekanan negatif seperti ejekan yang

dapat menjatuhkan semangat mereka untuk bisa mengasah kreativitas

mereka secara optimal kepada semua orang.

d. Sarana

Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan

untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang

merupakan unsur penting dari semua kreativitas.

Sarana menjadi satu hal yang sangat penting untuk membantu anak

dalam mengembangkan kreativitasnya. Anak akan terbantu dengan

adanya sarana yang disediakan bagi mereka, walaupun anak belum

memperlihatkan kreativitas yang dimilikinya secara jelas sebagai orang

tua ataupun orang yang berada di sekitar anak sebaiknya langsung

menyediakan sarana seperti media ataupun benda-benda yang dapat

membantu anak dalam mengenali kreativitas yang sebenarnya dimiliki

oleh mereka.

e. Lingkungan yang Merangsang

Lingkungan sekolah dan rumah harus merangsang kreativitas dengan

memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang

akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak

(46)

kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara

sosial.

Contohnya seperti anak yang berada dilingkungan sekolah ketika

pada jam istirahat ataupun ketika mereka berada di dalam kelas, anak

bisa saja menemukan suatu ide yang kemudian dapat dikembangkannya

dihadapan guru dan teman-temannya lewat pelajaran yang ia ikuti.

Misalnya saja anak yang memiliki ide dalam menciptakan suatu karya

yang dapat diasah lewat pelajaran seni budaya ataupun memiliki ide

dalam menyelesaikan suatu soal yang diberikan. Sekolah menjadi hal

terpenting bagi anak, karena suatu kreativitas akan keluar dari diri anak

apabila anak berada disuatu lingkungan yang mendukungnya untuk

berkembang. Selain sekolah, rumah juga menjadi lingkungan yang dapat

merangsang kreativitas anak. Adanya sarana dan dukungan dari orang

yang berada di sekitar anak sebenarnya satu hal yang dapat membantu

mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kreativitas yang

optimal. Anak akan termotivasi untuk berkembang apabila lingkungan

keluarga dapat membantunya dalam memberikan dorongan dan

bukannya melarang mereka untuk berkembang.

f. Hubungan Orang Tua – Anak yang Tidak Posesif

Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap

anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang

(47)

anak mereka dalam melakukan segala sesuatu yang disukai dan tidak

memberikan larangan pada anak mereka untuk mengasah kreativitas.

Salah satu contohnya adalah ketika anak memiliki kemampuan

dalam bidang seni, orang tua dapat membantu anak dengan cara

memberikan fasilitas yang dapat mendukung kreativitas anak agar terus

terasah dan terarah. Dukungan seperti itu juga dapat membuat anak

menjadi lebih percaya diri, mandiri dan terampil dalam mengoptimalkan

kreativitasnya. Orang tua seperti contoh di atas inilah yang dikatakan

orang tua yang tidak posesif terhadap anak mereka sendiri.

g. Cara Mendidik Anak

Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan di

sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter

memadamkannya. Maksud dari kalimat di atas adalah mendidik anak

secara otoriter itu berarti mengekang anak dan tidak membiarkan anak

untuk memiliki ruang geraknya sendiri.

Anak yang diperlakukan seperti itu dapat menghambat mereka.

Karena dengan banyaknya larangan pada anak seperti tidak

diperbolehkan dalam berpendapat ataupun memiliki minat yang berbeda

akan mengakibatkan anak tidak berkembang. Akibat lain yang dapat

terjadi yaitu bisa membuat anak tumbuh menjadi orang yang selalu

bergantung pada orang lain dan menjadi anak yang keras kepala serta

(48)

secara demokratis, karena orang tua yang mendidik anak mereka secara

demokatis akan selalu mendengarkan pendapat anak ataupun

membiarkan anak melakukan segala sesuatu yang diinginkan.

h. Kesempatan Untuk Memperoleh Pengetahuan

Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak

pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk

mencapai hasil yang kreatif. Pulaski (dalam Hurlock 1989: 11)

mengatakan, “Anak-anak harus berisi agar dapat berfantasi”.

Anak sebaiknya diberikan pengetahuan yang banyak untuk dapat

merangsang kreativitasnya. Bukan hanya memberikan pengetahuan bagi

anak yang sudah remaja atau beranjak dewasa saja, anak yang berada

ditingkat sekolah dasar juga sudah mulai mengetahui banyak hal yang

terjadi dilingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila

orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak membagikan

pengetahuan mereka kepada anak untuk membantu mereka

menumbuhkan gagasan-gagasan baru.

B. Siswa Sekolah Dasar

1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar

Peserta didik merupakan individu yang sedang berada pada proses

pertumbuhan dan perkembangan. Peserta didik memiliki berbagai tingkatan

(49)

SD inilah yang lebih dibahas dalam bab ini. Karena pada dasarnya bagi anak

yang berada ditingkat sekolah dasar, diketahui saat ini tengah mengalami

proses pengenalan akan kemampuan mereka. Siswa yang dibahas kali ini

merupakan siswa yang berada pada masa kanak-kanak akhir dan anak

sekolah. Siswa yang berada pada masa tersebut rata-rata berusia 6-12 tahun

dan sedang menjalankan pendidikan di sekolah dasar. Seseorang yang

berada pada masa-masa ini, mengalami suatu perubahan yang berupa

mencari pengetahuan akan kemampuannya dimana bertujuan untuk dapat

mengasah kemampuan terpendam yang dimiliki.

Bagi anak yang berada pada tingkat pendidikan di kelas V dan VI,

mereka sudah dapat dikatakan mulai memasuki masa anak-anak akhir yang

berada pada fase anak sekolah tingkat tinggi (9-12 tahun). Siswa yang

berada pada masa-masa itu siap untuk berproses menerima tuntutan yang

dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan atau menyelesaikan tuntutan

itu demi pertumbuhan dan perkembangan diri mereka.

2. Tugas Perkembangan Siswa SD

Nurihsan dan Agustin (2011: 18) mengatakan menurut Havighurst, tugas

perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu

periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan

menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam

(50)

menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi

tugas-tugas berikutnya.

Yusuf (2008: 69-70) mengatakan bahwa terdapat tugas-tugas

perkembangan pada masa sekolah yang memiliki rentan usia 6 hingga 12

tahun, yaitu:

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.

b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai

makhluk biologis.

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.

d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.

g. Mengembangkan kata hati.

h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.

i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan

lembaga-lembaga.

Tugas perkembangan yang telah dipaparkan di atas merupakan

tugas-tugas perkembangan yang harus dapat dijalankan oleh setiap anak yang

berada pada tingkat sekolah dasar. Tidak semua anak mampu untuk dapat

(51)

akan sangat terbantu apabila anak mendapatkan perhatian khusus dalam

menjalankan semua tugas perkembangannya dengan baik.

Kesembilan tugas perkembangan di atas diketahui beberapa diantaranya

merupakan bagian dari kreativitas yaitu pertama, belajar menangkap konsep

sehari-hari yang diketahui dapat menambah pengalaman pembendaharaan

konsep-konsep pada anak. Karena tidak perlu diuraikan lagi bahwa dalam

kehidupan sangat banyak konsep yang dibutuhkan. Semakin bertambahnya

pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Sebagai

contohnya tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan

benar. Kedua, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, hal ini

menjadikan seorang anak mampu berdiri sendiri dalam arti dapat membuat

rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar

Sari (2005) mengatakan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti

pola yang dapat diramalkan. Hal ini dapat terlihat pertama-tama dalam

permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke berbagai bidang

kehidupan lainnya seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi dan

pekerjaan. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia tiga puluh

dan empat puluhan. Setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap akan

menurun. Kreativitas seseorang diketahui dapat ditinjau melalui proses

(52)

bahwa dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Jean Piaget

mengembangkan model pentahapan perkembangan individu yang terbagi

menjadi 4 tahapan, yaitu:

a. Tahap Sensorimotor, yang terjadi pada usia 0-2 tahun.

b. Tahap Praoperasional, yang terjadi pada usia 2-7 tahun.

1)Tahap Prakonseptual, yang terjadi pada usia 2-4 tahun.

2)Tahap Intuitif, yang terjadi pada usia 4-7 tahun.

c. Tahap Operasional Konkret, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.

d. Tahap Operasional Formal, yang terjadi pada usia 11-15 tahun.

Perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang berada pada usia 6-12

tahun termasuk kedalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak

telah menyesuaikan diri dengan realitas konkret, yang dikenal dengan masa

berakhirnya anak untuk berpikir khayal dan mulai untuk berpikiran konkret

(berkaitan dengan dunia nyata) serta keinginan untuk belajar demi

menambah pengetahuan mereka. Pada masa ini anak juga sudah memiliki

kemampuan dalam memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Pada saat ini juga banyak pelajaran menulis, berhitung, dan membaca

yang diberikan di sekolah, sehingga fungsi imajinasi yang terletak dalam

belahan otak sebelah kanan banyak terlalaikan. Hal ini dikarenakan

banyaknya kegiatan yang ditujukan pada fungsi kognitif yang dikelola oleh

belahan otak sebelah kiri (pada orang yang tidak kidal). Dalam usaha

(53)

juga pendidikan lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan.

Pembebanan otak dengan pengetahuan hafalan dan latihan ulangan yang

berlebihan tidak akan dapat mewujudkan penanjakan perkembangan

kognitif, melainkan akan menjadikan anak tidak berpikir kreatif dan lebih

mengarah pada hasil berpikir yang konvergen. Oleh sebab itu, agar

kreativitas setiap siswa tetap dapat berkembang dengan baik dan optimal,

maka semua pihak yang berada di sekitar anak baik orang tua, guru dan

lingkungan masyarakat lainnya harus dapat menciptakan situasi yang

mendukung dalam perkembangan kreativitas siswa.

Masa usia Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau

masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara

relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan

sesudahnya, seperti diketahui usia anak sekolah dasar terjadi pada usia 6

hingga 12 tahun. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada anak

Sekolah Dasar yang berada di kelas atas atau tertinggi. Yusuf (dalam

Sumanto 2014: 109) menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada

diri anak Sekolah Dasar tingkat atas (9 – 12 tahun), yaitu:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

b. Amat tinggi rasa ingin tahunya dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata

(54)

d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa

lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.

Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya

dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

e. Pada usia ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat

mengenai prestasi sekolahnya.

f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam

permainanan itu mereka suka tidak terikat lagi dengan aturan permainan

tradisional (yang sudah ada).

Ciri-ciri khas perkembangan anak yang memiliki rentan usia 9-12 tahun

ini sudah terlihat kemungkinannya bahwa anak mampu mengembangkan

kreativitasnya, seperti yang dijelaskan di atas diantaranya selain anak

memiliki perkembangan kognitif, anak juga memiliki perkembangan dalam

hal perasaan dan sikapnya yaitu anak yang berada pada rentan usia ini

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginannya untuk banyak

belajar. Selain itu juga seperti yang disebutkan diatas, anak hingga usia 11

tahun masih membutuhkan orang dewasa disekitarnya untuk menyelesaikan

tugas ataupun memenuhi keinginannya. Munandar (2009: 77) mengatakan

bahwa untuk membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu dilatih

dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan juga diberi

kesempatan untuk mengembangkan bakat ataupun talenta mereka. Para

(55)

merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif setiap anak serta

menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai yang dibutuhkan.

Terlepas dari adanya dukungan dan dorongan dari orang-orang di sekitar

anak, hal terpenting yang diperlukan adalah adanya motivasi intrinsik atau

keberanian pada diri anak untuk dapat melakukan sesuatu yang ingin

mereka lakukan.

C. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Moegiadi (dalam Winkel, 2010: 29) mendefinisikan bimbingan dalam

berbagai pengertian. Pertama, bimbingan adalah suatu usaha untuk

melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi,

tentang dirinya sendiri. Kedua, bimbingan sebagai suatu cara pemberian

bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara

efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan

pribadinya. Ketiga, bimbingan merupakan sejenis pelayanan kepada

individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan

tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana secara realistis, sehingga

mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan

dimana mereka hidup. Keempat, bimbingan dapat berarti suatu proses

pemberian bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri,

Gambar

Grafik 2. Grafik Penggolongan Item-item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan
Tabel 1 Data Subjek Uji Coba Penelitian
Tabel 2 Data Subjek Penelitian
Tabel 3 Norma Skoring
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini penulis mencoba untuk membuat suatu aplikasi dengan metode pembelajaran untuk anak-anak yang ingin mengetahui tentang keanekaragaman hewan yang disertai dengan

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa sensitive sensor warna sebagai sensor kekeruhan air.Berdasarkan dari permasalahan yang ada, untuk pendeteksi

Pengawasan terhadap izin tata ruang dan bangunan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2015 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Pemrintah Kota Medan, dalam

Dengan demikian secara umum frekuensi terjadinya kerugian operasional atas suatu kejadian tertentu dapat dinyatakan sebagai distribusi Poisson.. Karakteristik dari

Penurunan VS yang terbesar pada perlakuan Sirkulasi 4 liter/menit, hal ini terkait dengan konversi dari bahan organik menjadi biogas dimana pada grafik 1 dan

Prinsip-Prinsip Manajemen Bisnis Keluarga (Family Business) Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, VOL.1 2, NO.. Dinamika Bisnis Perempuan Pengusaha Batik

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EVALUASI PENENTUAN BIAYA PER KAMAR PER

 Pilih nomor urut sesuai dengan kelipatan yang ditetapkan, dimulai dari bilangan pertama yang dipilih.  Berhentilah apabila ukuran sampel