ABSTRAK
TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)
Yustina Ananda Putri Widuri Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik layanan bimbingan pribadi.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan jumlah keseluruhan sebanyak 101 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba angket kreativitas kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 26 siswa dan 75 siswa lainnya digunakan dalam penelitian. Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan skala
Guttman dan angket pernyataan. Instrumen penelitian ini adalah angket kreativitas yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (aptitude) dan afektif (nonaptitude) dengan 54 pernyataan. Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,785 dari 54 item. Uji validitas menunjukkan dari 54 item, terdapat sebanyak 46 item yang valid dan 8 item yang unvalid. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi Azwar yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
ABSTRACT
CREATIVITY OF CLASS V and VI
(Descriptive Study on Fifth and Sixth Grade Students of Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta Academic Year 2015/2016 and the Implication
to Propose Personal Guidance Service Topics)
Yustina Ananda Putri Widuri Sanata Dharma University
2015
This research is quantitative descriptive research that aims to describe how high the level of students creativity of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta academic year 2015/2016 and to identify the points of low creativity items to be proposed as personal guidance services topics.
The subjects were students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta and the total number were 101 students. Before conducting the study, researchers tested the questionnaire creativity to the students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta 26 students and 75 other students used in the study. Techniques and data collection instruments used Guttman scale and questionnaire statement. The research instrument was a questionnaire creativity that made based on aspects of the characteristics of creativity in cognitive (aptitude) and affective (nonaptitude) with 54 statements. The value of reliability coefficient of 0.785 out of 54 items. Validity test showed 54 items; 46 items were valid and 8 items were unvalid. The data analysis technique used was Azwar categorization which consists of five categories: very high, high, medium, low and very low.
TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap
Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Yustina Ananda Putri Widuri
111114027
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap
Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Yustina Ananda Putri Widuri
111114027
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7)
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan
meluruskan jalanmu. ( Amsal 3 : 5-6 )
IT’S IMPOSSIBLE TO FAIL, AS LONG AS YOU NEVER QUIT.
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu mendampingiku
2. Kedua orangtuaku tercinta ( Bpk Antonius Rusmono & Ibu F.R. Sri Sulami ) 3. Kakakku tersayang ( Christina Rusma Arishinta )
4. Adikku tersayang ( Yohana Rusma Arimurti )
5. Dosen Pembimbing ( Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd ) 6. Sahabat-sahabat dekatku terkasih ( Aan, Wulan dan Agnes )
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Desember 2015
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yustina Ananda Putri Widuri
NIM : 111114027
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan
Bimbingan Pribadi)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi
royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 2 Desember 2015 Yang menyatakan,
ABSTRAK
TINGKAT KREATIVITAS SISWA KELAS V dan VI
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan
Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)
Yustina Ananda Putri Widuri Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik layanan bimbingan pribadi.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dan jumlah keseluruhan sebanyak 101 siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba angket kreativitas kepada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta sebanyak 26 siswa dan 75 siswa lainnya digunakan dalam penelitian. Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan skala
Guttman dan angket pernyataan. Instrumen penelitian ini adalah angket kreativitas yang dibuat berdasarkan aspek-aspek dari ciri-ciri kreativitas secara kognitif (aptitude) dan afektif (nonaptitude) dengan 54 pernyataan. Nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,785 dari 54 item. Uji validitas menunjukkan dari 54 item, terdapat sebanyak 46 item yang valid dan 8 item yang unvalid. Teknik analisis data yang digunakan adalah kategorisasi Azwar yang terdiri dari lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
ABSTRACT
CREATIVITY OF CLASS V and VI
(Descriptive Study on Fifth and Sixth Grade Students of Kanisius Sorowajan Elementary School Yogyakarta Academic Year 2015/2016 and the Implication
to Propose Personal Guidance Service Topics)
Yustina Ananda Putri Widuri Sanata Dharma University
2015
This research is quantitative descriptive research that aims to describe how high the level of students creativity of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta academic year 2015/2016 and to identify the points of low creativity items to be proposed as personal guidance services topics.
The subjects were students of class V and VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta and the total number were 101 students. Before conducting the study, researchers tested the questionnaire creativity to the students of class V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta 26 students and 75 other students used in the study. Techniques and data collection instruments used Guttman scale and questionnaire statement. The research instrument was a questionnaire creativity that made based on aspects of the characteristics of creativity in cognitive (aptitude) and affective (nonaptitude) with 54 statements. The value of reliability coefficient of 0.785 out of 54 items. Validity test showed 54 items; 46 items were valid and 8 items were unvalid. The data analysis technique used was Azwar categorization which consists of five categories: very high, high, medium, low and very low.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas rahmat dan
karuniaNya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan tidak hanya dari usaha dan
kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya dukungan, bimbingan, bantuan,
dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma.
3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, serta membantu,
membimbing, dan mendampingi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Suwardi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang
telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Vitus Gading S, S.Pd., Tri Teguh, S.Pd., Yanuar S, S.Pd., Anna Maria, S.Pd.,
selaku wali kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas.
6. Siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yoyakarta tahun pelajaran
2015/2016 yang telah bersedia menjadi subjek dan membantu penulis dalam
proses pengumpulan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Orangtua dan keluarga besar yang selalu memberikan semangat, motivasi,
8. Stefanus Pryatmoko, selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu
peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan
skripsi.
9. Kakak dan adikku yang setia memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti
untuk menyelesaikan skripsi ini (Christina Rusma Arishinta dan Yohana Rusma
Arimurti).
10.Sahabat-sahabat dekatku (Angela Happy R., Natalia Wulan, dan Agnes Restuning
W.) yang sudah bersedia menjadi tempat mencurahkan pikiran dan perasaan
untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan dukungan, bantuan serta
motivasi kepada penulis.
11.Teman-temanku satu perjuangan dengan dosen pembimbing yang sama yang
telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
12.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2011 yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Semua adik-adik kostku yang telah memberikan dukungannya bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, sumbang saran dari pembaca, sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 2 Desember 2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Definisi Operasional Variabel ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Kreativitas ... 11
1. Pengertian Kreativitas ... 11
2. Kegiatan untuk Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Anak ... 14
3. Kondisi yang Mempengaruhi Kreativitas Anak ... 15
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 22
6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas ... 24
B. Siswa Sekolah Dasar ... 30
1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar ... 30
2. Tugas Perkembangan Siswa SD ... 31
3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar ... 33
C. Bimbingan ... 37
1. Pengertian Bimbingan ... 37
2. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan ... 38
3. Pengertian Bimbingan Pribadi ... 40
4. Tujuan Bimbingan Pribadi ... 41
5. Ruang Lingkup Layanan Bimbingan Pribadi ... 42
BAB III METODE PENELITIAN... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Subjek Penelitian ... 44
C. Teknik Pengumpulan Data ... 46
D. Validitas dan Reliabilitas Angket ... 50
C. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Hasil Penelitian ... 60
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
C. Usulan Topik-topik Layanan Bimbingan Pribadi yang Sesuai Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro- wajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Keterbatasan Penelitian ... 84
C. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Subjek Uji Coba Penelitian Siswa Kelas V SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 45
Tabel 2. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 46
Tabel 3. Norma Skoring Inventori Tingkat Kreativitas Siswa ... 48
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Tingkat Kreativitas ... 49
Tabel 5. Rincian Item Valid dan Unvalid pada Angket ... 53
Tabel 6. Rincian Kisi-kisi Angket Setelah Uji Coba ... 54
Tabel 7. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 56
Tabel 8. Kriteria Guilford ... 56
Tabel 9. Norma Kategorisasi Inventori Tingkat Kreativitas Siswa ... 58
Tabel 10. Norma Kategorisasi Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 61
Tabel 11. Penggolongan Item-Item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran ... 63
Tabel 12. Item-item Kuesioner Tingkat Kreativitas Siswa Kategori Rendah ... 65
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Grafik Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Soro-
wajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ... 62
Grafik 2. Grafik Penggolongan Item-item Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Angket Penelitian Tingkat Kreativitas Sebelum Uji Coba ... 89
Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen di SD Kanisius Sorowajan ... 94
Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Validitas ... 96
Lampiran 4. Hasil Reliabilitas... 102
Lampiran 5. Angket Penelitian Tingkat Kreativitas Sesudah Uji Coba... 103
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian ... 107
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 111
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Periode anak dari usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari
pra-sekolah ke masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini dikenal juga sebagai masa
peralihan dari kanak-kanak awal ke masa kanak-kanak akhir sampai menjelang
masa pra-pubertas. Dilihat dari tahap perkembangan, siswa sekolah dasar dapat
digolongkan ke dalam fase anak sekolah tingkat rendah (6-9 tahun) dan tingkat
tinggi (9-12 tahun). Pada masa ini juga anak dituntut agar mulai berusaha
mengenali kemampuan mereka yang dapat dilakukan di zaman sekarang.
Seseorang yang berada pada fase tingkat tinggi (9-12 tahun) masih mengalami
suatu perubahan baik dari mencari pengetahuan akan kemampuannya, menjadi
menerapkan pengetahuan akan kemampuan yang dimilikinya dan bertujuan
untuk dapat mengejar cita-cita mereka masing-masing.
Siswa lekat dengan memiliki kreativitas, berbagai macam kegiatan ataupun
aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekolah sangat membantu para siswa untuk
bisa lebih mengasah kemampuan kreativitasnya. Tersedianya berbagai macam
kegiatan, memudahkan bagi siswa untuk lebih mengeksplorasikan
bernyanyi di depan banyak orang, menciptakan sesuatu dari barang bekas,
menggambar ataupun berani mengemukakan pendapat di dalam kelas dan
mampu menentukan suatu jawaban atas pertanyaan yang diperolehnya. Hal ini
sangat membantu siswa agar dapat memberanikan diri mereka menunjukkan
kreativitas yang dimilikinya kepada banyak orang. Siswa yang kreatif biasanya
bebas dalam berfikir dan bertindak, mereka juga tidak mudah untuk dipengaruhi
oleh desakan-desakan dari orang lain. Hilgard dan Atkinson (dalam
Gandadiputra, 1983: 53) menambahkan bahwa orang-orang kreatif lebih fleksibel
dibandingkan orang yang tidak kreatif. Mereka yang memiliki kreativitas, juga
lebih realistis dalam pandangan-pandangan hidupnya dibandingkan dengan
orang-orang yang dinilai tidak kreatif. Fleksibilitas ini membuat orang-orang
kreatif dapat menghindari rintangan-rintangan dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi.
Pada zaman modern sekarang, setiap individu mengalami berbagai
perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan yang cepat ini terjadi di
segala bidang dan dimensi kehidupan yang mengakibatkan kompleksitas
masalah serta ketidakmenentuan situasi dunia masa kini yang dipastikan berbeda
dengan masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan ini, setiap individu di tuntut
untuk mempersiapkan diri mereka agar mampu mengantisipasi berbagai
permintaan dan tuntutan di masa depan. Oleh sebab itu, setiap individu sangat
perlu dalam mengembangkan kreativitas agar dapat menghadapi berbagai
individu mampu menghasilkan segala sesuatu yang ingin mereka ciptakan
sendiri. Hal tersebut akan terwujud apabila setiap individu melakukannya dengan
cara berpikir maupun bersikap dan juga memiliki perasaan. Selain itu individu
juga harus mampu mengatasi segala perubahan yang akan terjadi di masa
sekarang ataupun masa yang akan datang.
Supriadi (1994: 7) mengatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Apabila kreativitas yang dimiliki individu terus diasah dengan mengikuti
berbagai macam kegiatan, hal ini dapat memperlancar kinerja setiap individu
dalam menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna.
Kreativitas perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak didik dan hal ini termuat
dalam buku Utami Munandar (2012: 31), yaitu pertama karena dengan berkreasi
orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan
/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup
manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah,
merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat
perhatian dalam pendidikan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya
bermanfaat (bagi diri pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan
kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan
Dodi Suryana (dalam Antika 2015) memaparkan bahwa dalam praktiknya,
pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan aspek kreativitas. Pendidikan di
Indonesia cenderung menekankan pada aspek kognisi, hafalan dan mencari satu
jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Siswa jarang dirangsang
untuk melihat suatu masalah dari berbagai macam sudut pandang atau untuk
memberikan alternatif-alternatif penyelesaian suatu masalah. Jadi, keadaan
tersebut dapat menjadi penghambat dalam pengembangan kreativitas siswa.
Bukan hanya itu, keadaan yang dapat menjadi penghambat dalam pengembangan
kreativitas siswa juga bisa datang dari orang-orang yang berada di sekitar anak
selain guru yaitu orang tua. Orang tua merupakan pengaruh paling besar dalam
pengembangan kreativitas anak, sebab dorongan dari orang tua dapat
menggerakkan kemauan anak untuk maju dan berkembang dalam mengasah
kreativitasnya.
Berdasarkan pengamatan peneliti sebagai mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang pernah melakukan
praktek lapangan dan wawancara dengan wali kelas di SD Kanisius Sorowajan
Yogyakarta, peneliti menemukan adanya kecenderungan siswa yang kurang
optimal dalam kreativitasnya. Namun, tidak sedikit juga siswa-siswi yang malu
untuk menunjukkan kreativitasnya lewat berbagai macam cara yang mereka
lakukan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di sekolah dapat membantu
siswa-siswi dalam mengoptimalkan kreativitas mereka. Banyak ditemukan siswa-siswa-siswi
yang terdapat di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi kebanyakan
mengasah kreativitasnya dengan mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada
di sekolah. Namun juga pada kenyataannya, terdapat siswa-siswi yang masih
sulit dan masih tidak mampu mengasah kreativitas yang dimilikinya.
Peneliti menemukan fakta di SD Kanisius Sorowajan bahwa siswa-siswi
masih mengalami kecenderungan akibat mereka kurang optimal dalam
kreativitasnya yang ditandai dengan fakta-fakta yang terjadi di sekolah.
Fakta-fakta tersebut diantaranya masih terdapat beberapa siswa-siswi yang tidak berani
dalam berpendapat ataupun bahkan tidak mampu bertanya. Pada kenyataannya
apabila anak berani dalam berpendapat akan membuat anak menjadi seorang
yang peka terhadap lingkungan dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya.
Fakta lain yang ditemukan ialah mereka lebih cenderung pasif dan beberapa dari
mereka hanya memilih untuk menerima informasi saja. Salah satu hal yang
terjadi yaitu ketika guru yang akan mengajari mereka bukan merupakan wali
kelas mereka sendiri, biasanya cenderung membuat mereka tidak aktif di kelas.
Adapula siswa-siswi yang masih sering mengalami kesulitan dalam mencari
beberapa alternatif-alternatif penyelesaian dari suatu masalah, seperti misalnya
kesulitan dalam menjawab soal yang sebenarnya telah terdapat pilihan
jawabannya. Lalu adapula siswa-siswi yang masih kurang dalam memiliki
keberanian untuk membantu mengembangkan potensi-potensi mereka, baik itu
dalam hal bernyanyi di depan kelas, tidak percaya diri menunjukkan bahwa
bekas. Hal inilah yang menandakan bahwa masih terdapat siswa-siswi yang
kurang optimal pada kreativitasnya. Semua permasalahan seperti di atas ini akan
berdampak lebih besar apabila tidak segera diatasi. Seharusnya siswa-siswi pada
usia ini dalam hal kreativitasnya mulai terlihat dengan menunjukkan segala
sesuatu yang mereka bisa tunjukkan di depan orang lain. Saat siswa-siswi berani
menunjukkan kemampuan mereka di depan orang lain, orang lain akan dengan
setia membantu dan menuntun mereka dalam mengembangkan kreativitasnya.
Setelah melihat penjelasan dari latar belakang dan fakta-fakta yang terjadi,
maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Kreativitas Siswa Kelas V dan VI (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi)” dalam pemenuhan tugas akhir. Melalu penelitian ini peneliti berharap ada manfaat yang
dapat diambil oleh siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta dalam
meningkatkan kepercayaan diri pada kreativitas mereka. Pemilihan subjek yaitu
siswa-siswi SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 karena
memiliki alasan dimana peneliti ingin melihat bagaimana tingkat kreativitas yang
ada pada diri siswa-siswi. Pemilihan tingkatan studi yaitu tingkat ajaran
2015/2016 karena diharapkan pada tingkat ini siswa-siswi tersebut dapat
benar-benar menemukan kemampuan yang dimilikinya dan terus mengembangkan
B. Identifikasi Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas, terkait dengan kreativitas siswa-siswi
dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Ada ketidaksigapan dan kurangnya berpikir luwes untuk bisa menghasilkan
banyaknya gagasan seperti tidak mampu berpendapat atau memberikan
usulan.
2. Sebagian siswa-siswi masih memiliki ketidakyakinan di dalam dirinya untuk
mengeksplorasi kreativitasnya.
3. Sebagian siswa-siswi juga masih sering mengalami kesulitan bila mencari
alternatif jawaban atau penyelesaian suatu masalah.
4. Belum ada gambaran mengenai bagaimana tingkat kreativitas siswa-siswi
kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran
2015/2016.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, fokus kajian di arahkan pada menjawab masalah
mengenai kreativitas pada diri siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
2. Berdasarkan analisis butir-butir item kreativitas yang teridentifikasi rendah,
usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi apa saja yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan tingkat kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius
Sorowajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Mengidentifikasi butir-butir item kreativitas yang teridentifikasi rendah
sebagai dasar usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswa-siswi kelas V dan VI SD
Kanisius Sorowajan Yoyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca maupun mahasiswa
prodi bimbingan dan konseling untuk bisa menambah pengetahuan mereka
tentang kreativitas yang dimiliki oleh siswa-siswi di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah dan guru-guru SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh
kepala sekolah dan guru-guru untuk melihat bagaimana tingkat kreativitas
yang ada pada diri siswa kelas V dan VI di Tahun Ajaran 2015/2016.
Selain itu, kepala sekolah dan guru-guru juga dapat menentukan
langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa kelas V dan VI pada Tahun
Ajaran 2015/2016 untuk dapat meningkatkan kreativitas pada
siswa-siswinya.
b. Bagi siswa-siswi kelas V dan VI SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta
tahun ajaran 2015/2016.
Para siswa-siswi kelas V dan VI Tahun Ajaran 2015/2016 dapat
menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat bagaimana tingkat
kreativitas yang ada dalam diri dan melatih mereka untuk terus
mengembangkan serta meningkatkan rasa keyakinan akan adanya
G. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Kreativitas adalah suatu proses mental yang dapat dimunculkan secara
optimal untuk membentuk konsep baru dalam diri setiap individu yang
diungkapkan lewat sikap, perasaan dan pikiran.
2. Bimbingan pribadi adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang dapat
diberikan kepada setiap individu untuk membantu dalam mengarahkan
mereka agar mampu mengembangkan, mengatur dan memahami dirinya
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan mengenai kreativitas, siswa Sekolah Dasar dan
bimbingan.
A. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kata “kreatif” adalah bentuk sifat dari kata dalam bahasa Inggris
”Create”. Create menurut Kamus Inggris Indonesia (Echols dan Hassan Shadily, 2000) berarti “menciptakan, menimbulkan, membuat”. Kata
turunannya antara lain kreativitas (creativity) yang berarti daya cipta, kreatif (creative) yang berarti bersifat memiliki daya cipta, kreasi (creation) yang artinya ciptaan, dan kreator (creator) yang artinya pencipta. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2011) mendefinisikan kreativitas sebagai
“kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,
atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru.”
Menurut Semiawan (2010: 31), kreativitas memiliki cakupan
pengertian luas yang penting bagi individu maupun masyarakat. Dalam
kaitannya dengan individu ada rentangan yang luas dalam cakupan berbagai
tugas, misalnya adalah kreativitas relevan dalam mengatasi masalah
berkenaan dengan tugas manusia. Pada tingkat masyarakat, kreativitas
antara lain menghasilkan ilmu baru, gerakan baru dalam bidang seni,
Kemudian menurut Santrock (2007: 342), kreativitas merupakan
kemampuan untuk berpikir mengenai sesuatu, dalam cara yang baru dan
tidak biasa serta menghasilkan pemecahan atau solusi-solusi unik terhadap
masalah.
Meskipun kreativitas secara keseluruhan adalah suatu daya cipta yang
dikeluarkan oleh seseorang, tetapi bukan berarti hanya untuk kebutuhannya
sendiri melainkan untuk dapat ditunjukkan kepada masyarakat atau bahkan
dapat membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Selain memiliki arti kemampuan dalam daya cipta,
seseorang yang memiliki kreativitas juga dikatakan memiliki perkembangan
dalam berpikir yang mampu menemukan cara baru dan mampu
memecahkan persoalan. Bila dilihat dari definisinya dapat dikatakan bahwa
hal tersebut mempengaruhi pencapaian tujuan setiap individu dengan cara
yang positif. Dikatakan seperti ini karena kreativitas yang dimiliki
seseorang bertujuan untuk memberikan manfaat guna menambah
pengetahuan maupun wawasan yang maksimal namun mudah untuk
dipahami.
Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan dalam diri setiap
individu terutama saat berada pada masa kanak-kanak. Kreativitas yang
dikembangkan semenjak masa kanak-kanak sama halnya membantu setiap
individu dalam memperkaya hidupnya, karena telah berhasil
Maslow, 1968 (dalam Munandar 1985: 45) mengungkapkan bahwa
kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya
dalam perwujudan dirinya. Dalam hal ini orang yang sehat akan mentalnya
dan terhindar dari segala hambatan dapat dengan mudah mewujudkan diri
sepenuhnya. Selain itu, Munandar (1985: 51) juga mengatakan bahwa
memiliki ciri-ciri berpikir belum menjamin perwujudan kreativitas
seseorang. Ciri-ciri lain yang berkaitan dengan perkembangan afektif (sikap
dan perasaan) seseorang sama pentingnya agar bakat kreatif seseorang dapat
terwujud.
Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dimiliki oleh setiap
individu dalam menghasilkan segala sesuatu, baik itu ide maupun
gagasan-gagasan yang keluar dari pikiran mereka sendiri. Individu yang kreatif juga
mampu memiliki rasa percaya diri yang lebih besar untuk dapat
meningkatkan kualitas dan memperkaya wawasan hidupnya. Karena
individu yang memiliki rasa percaya diri yang lebih besar pasti mempunyai
sikap untuk berani mengambil resiko ketika mereka melakukan sesuatu.
Selain itu individu juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam suatu
kegiatan dan hal ini membuat individu aktif dalam mengoptimalkan
2. Kegiatan untuk Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Anak
Mujiyana (2001) mengatakan bahwa kegitan-kegiatan yang dapat
memacu perkembangan kemampuan kreativitas anak, antara lain: kegiatan
melukis, elekronika, daur ulang, dan olah kata. Jika kegiatan melukis dan
elektronika sudah tidak asing lagi bagi beberapa anak karena sudah banyak
dilakukan, baik di sekolah-sekolah maupun dalam sanggar seni rupa, lain
halnya dengan kegiatan daur ulang dan olah kata yang relatif masih belum
begitu dikenal oleh banyak anak.
Kegiatan olah kata dimaksudkan untuk merangsang, memupuk, dan
meningkatkan “penulisan Kreatif”. Sesuai dengan tujuan pusat-pusat
pengembangan kemampuan kreativitas anak, yakni merangsang, memupuk,
dan meningkatkan bakat kreatif anak (Mujiyana, 2001). Mujiyana (2001)
menambahkan bahwa sedangkan kegiatan daur ulang diartikan sebagai
sebuat kegiatan yang menggunakan barang-barang bekas atau yang sudah
tidak terpakai, contohnya seperti kotak, botol-botol, kardus, kantong plastik,
kayu, dan kertas/koran bekas). Barang-barang bekas tersebut secara kasat
mata sudah tidak berfungsi lagi, namun bagi orang yang kreatif
barang-barang tersebut dapat diubah menjadi suatu benda yang menarik dan dapat
digunakan. Misalnya saja dari barang bekas tersebut dapat diubah menjadi
sebuah pot yang menarik, kapal-kapalan, sebuah boneka ataupun menjadi
Kegiatan olah kata dengan cara menulis yang sesuai dengan
kemampuan dan minat anak merupakan suatu kegiatan yang dapat
mengembangkan kreativitas anak dan juga meningkatkan kecerdasan anak.
Melalui kegiatan ini, anak akan dapat belajar mengungkapkan perasaan dan
pikirannya dengan bahasa yang menarik. Sedangkan untuk kegiatan daur
ulang, dapat dikatakan bahwa kegiatan ini akan menambah kemampuan
anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan daur ulang ini dikenal
dengan kegiatan mengkombinasi barang-barang yang sudah tidak terpakai
atau bekas, namun masih dapat digunakan untuk dibentuk menjadi suatu
barang yang bernilai dan berguna. Sangat mengasyikan apabila anak mulai
dari kecil dikenalkan dalam membuat suatu benda dari barang bekas karena
akan mempengaruhi daya berpikir dan imajinasi anak.
3. Kondisi yang Mempengaruhi Kreativitas Anak
Menurut Carl Rogers (dalam Munandar 1988: 16-18), terdapat dua
kondisi dari pribadi yang kreatif, yaitu:
a. Kondisi internal, yang di dalamnya terdapat: keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan dari luar maupun dari
dalam (firasat, alam prasadar). Kemampuan untuk “bermain”
(bereksplorasi) dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, dan
pribadi seseorang dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari
hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
b. Kondisi eksternal (dari lingkungan), yang bersifat memupuk kreativitas
yang konstruktif, dengan pentingnya iklim keamanan psikologis dan
kebebasan psikologis di dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan
kebebasan psikologis ialah kebebasan untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan bagi individu, dalam batas-batas yang dimungkinkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Memperoleh kebebasan ini juga dapat
berarti bahwa seseorang harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan
juga lingkungannya. Sehingga dalam iklim keamanan dan kebebasan
psikologis ini kreativitas yang konstruktif dapat timbul dan tumbuh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
seseorang dipengaruhi oleh berbagai macam ciri-ciri kondisi. Ciri-ciri yang
dimaksudkan itu adalah dari kondisi internal dan juga kondisi eksternal.
Kondisi internal ialah kondisi yang bersumber dari dalam diri individu
sendiri, lalu kondisi eksternal itu yang berasal dari luar diri individu
tersebut. Kondisi internal dan juga eksternal ini merupakan kondisi yang
membantu setiap anak dalam menunjang pertumbuhan akan kreativitasnya.
Munandar (2012: 37) menunjukkan terdapat juga kondisi-kondisi
pribadi yang memiliki kreativitas diambil dari hasil yang dilakukan oleh
ingin tahu, senang berpetualang, penuh energi, percaya kepada diri sendiri,
bersedia mengambil risiko, dan berani dalam pendirian serta keyakinan.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas mengenai kondisi-kondisi
pribadi yang memiliki kreativitas, dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki kreativitas biasanya selalu berani dalam mengambil resiko ataupun
cukup mandiri dalam melakukan sesuatu dan memiliki rasa percaya diri
yang besar. Individu yang memiliki kreativitas, juga tidak akan malu dan
tidak akan mudah putus asa. Karena selain mereka memiliki rasa
kepercayaan diri yang besar, mereka juga memiliki ketekunan dalam
melakukan segala sesuatu. Dikatakan juga bahwa individu yang kreatif sama
sekali tidak memiliki ketakutan akan kesalahan yang bisa saja terjadi
padanya dan mereka selalu aktif dalam mengemukakan pendapat. Arti dari
melakukan sesuatu itu penting dan disukai oleh setiap individu yang kreatif,
karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan minat yang luas
dalam melakukan segala hal yang kreatif.
4. Aspek-Aspek Kreativitas
Munandar (1985: 87) mengatakan bahwa dalam rangka membangun
manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek
perkembangan manusia. Perkembangan tersebut memadukan antara
(sikap dan perasaan – nonaptitude). Keduanya sangat diperlukan agar perilaku kreatif seseorang dapat terwujud secara baik.
Kreativitas dapat dilihat dari ciri-ciri aptitude dan nonaptitude
(Munandar, 1985: 88-92), untuk mengenal lebih jauh mengenai
perkembangan kognitif (aptitude) dan juga afektif (nonaptitude), berikut merupakan uraian aspek-aspek yang diambil dari ciri-ciri aptitude dan
nonaptitude, yaitu: a. Kognitif (Aptitude)
1) Keterampilan berpikir
Keterampilan berpikir dalam hal ini meliputi keterampilan
berpikir kreatif secara lancar, luwes (fleksibel), orisinil, dan juga
terperinci (elaborasi). Keterampilan berpikir lancar didefinisikan
dapat mencetuskan banyak gagasan-gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah, ataupun juga pertanyaan serta memiliki kecepatan dan
ketepatan saat mengungkapkan gagasan atau ide. Lalu pada
keterampilan berpikir luwes didefinisikan dapat menghasilkan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
Kemudian keterampilan berpikir orisinil lebih didefinisikan untuk
mampu mengungkapkan ide-ide yang baru dan juga unik, serta
keterampilan berpikir terperinci (elaborasi) lebih didefinisikan untuk
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek,
Perilaku-perilaku siswa yang memiliki keterampilan berpikir
lancar diantaranya sering mengajukan banyak pertanyaan dan lancar
dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya serta bisa bekerja lebih
cepat. Lalu perilaku siswa yang memiliki keterampilan dalam hal
berpikir luwes (fleksibel) yaitu siswa yang dalam membahas atau
mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda
ataupun bertentangan dari mayoritas kelompoknya dan jika diberikan
suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang
berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
Perilaku siswa yang memiliki keterampilan dalam berpikir
orisinal adalah siswa yang selalu memikirkan masalah-masalah atau
hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain dan juga selalu
mempertanyakan cara yang lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru. Perilaku siswa yang memiliki keterampilan
memperinci (mengelaborasi) yaitu dapat mengembangkan ataupun
memperkaya gagasan orang lain dan suka menambahkan garis-garis,
warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya
sendiri atau gambar orang lain.
2)Keterampilan menilai (mengevaluasi)
Keterampilan menilai (mengevaluasi) didefinisikan dapat
menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka serta
tidak hanya mencetuskan gagasan/ide, tetapi juga melaksanakannya.
Perilaku-perilaku siswa yang memiliki keterampilan menilai
(mengevaluasi) yaitu siswa yang mampu memberikan pertimbangan
atas dasar sudut pandangnya sendiri. mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan, serta
mampu merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang
tercetus.
b. Afektif (Nonaptitude) 1)Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu didefinisikan sebagai suatu rasa yang ditunjukkan
oleh individu untuk selalu terdorong mengetahui lebih banyak hal,
mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek,
dan situasi. Serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/
meneliti.
Dalam hal ini perilaku siswa yang memiliki rasa ingin tahu adalah
siswa yang senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar
dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, serta keinginan
untuk mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau
2)Berani mengambil risiko
Berani mengambil risiko didefinisikan sebagai suatu sikap yang
berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut
gagal atau mendapat kritikan. Serta tidak menjadi ragu-ragu karena
ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang
berstruktur.
Perilaku siswa yang memiliki sifat berani untuk mengambil resiko
yaitu siswa yang berani mempertahankan gagasan atau pendapatnya
walaupun mendapat tantangan atau kritikan. Lalu berani menerima
tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal, serta siswa yang
tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
3)Menghargai
Menghargai suatu bimbingan dan pengarahan dalam hidup dapat
diartikan juga sebagai seseorang yang mampu untuk menyikapi
segala kritikan maupun masukan yang diberikan kepadanya sebagai
suatu hal yang positif. Selain itu juga, menghargai kemampuan dan
bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang dapat diartikan sebagai
adanya sikap yang positif dari setiap individu untuk dapat menghargai
kemampuan dan bakat-bakat yang dimilikinya sendiri.
Perilaku siswa yang ditimbulkan dalam hal ini diantaranya seperti
yang mampu menghargai hak-haknya dan hak-hak orang lain serta
siswa yang mengetahui apa yang benar-benar penting dalam hidup.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Hurlock (1989: 8) menunjukkan adanya kenyataan bahwa kreativitas
mengikuti pola yang dapat diramalkan, namun ada variasi dalam pola ini.
Terdapat sejumlah faktor yang turut menimbulkan variasi ini dan lima
diantaranya dianggap penting, yaitu:
a. Jenis Kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak
perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk
sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap
anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberikan
kesempatan untuk mendiri, didesak untuk berani mengambil resiko, dan
juga didorong untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas,
sedangkan anak perempuan tidak seperti itu.
b. Status Sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih
kreatif dibandingkan dari anak kelompok yang lebih rendah. Pertama
kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis,
sedangkan yang terakhir kemungkinan lebih mengalami pendidikan yang
memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan
individualitasnya, mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya
sendiri.
Lebih penting lagi, lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang
lebih tinggi memberikan mereka banyak kesempatan untuk dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi
kreativitasnya. Misalnya, anak yang berasal dari keluarga sangat mampu
sosioekonominya pasti segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak untuk
menunjang pengetahuan mereka selalu dihadirkan di sekitar mereka dan
sudah pasti dapat mendorong mereka dalam mengembangkan
kreativitasnya. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi anak yang
berada pada kelompok sosioekonominya rendah.
c. Urutan Kelahiran
Pada umumnya anak yang lahir kedua, ketiga, keempat, dst (urutan
lahir ditengah, lahir belakangan, dan bahkan anak tunggal) mungkin lebih
kreatif dari anak yang lahir pertama. Karena anak yang lahir pertama
lebih banyak ditekan untuk dapat menyesuaikan diri mereka dengan
harapan kedua orang tua. Tekanan ini lebih mendorong anak untuk
menjadi penurut daripada pencipta. Berbeda dengan anak tunggal, karena
anak tunggal lebih bebas dari tekanan orang tua dan tidak adanya
d. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak
lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara
otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas
dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya. Lingkungan kota dapat
membuat kreativitas anak menjadi tinggi karena disebabkan oleh
banyaknya fasilitas yang disediakan untuk anak dalam menunjang
pertumbuhan dan juga pengetahuan mereka dalam berkembang.
e. Inteligensi
Pada setiap umur, anak yang memiliki kepandaian dapat
menunjukkan kreativitasnya yang lebih besar dari anak yang kurang
pandai. Mereka memiliki lebih banyak gagasan baru untuk menangani
suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan
mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan
teman seusia mereka yang kurang pandai.
6. Kondisi yang Meningkatkan Kreativitas
Hurlock (1989: 11) mengungkapkan bahwa terdapat kondisi yang bisa
meningkatkan kreativitas anak. Kondisi-kondisi yang mendukung untuk
a. Waktu
Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur
sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk
bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan
mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
Pemberian waktu bagi anak untuk berkreasi dengan apa yang ingin
mereka kerjakan sebaiknya tidak dihalang-halang baik itu dari orang tua
ataupun orang yang berada di sekitar anak. Apabila anak diberikan
kebebasan untuk berkreasi, anak diyakinkan memiliki suatu kreativitas
yang dapat ditunjukan dihadapan orang lain. Setiap orang membutuhkan
waktu yang tidak sebentar untuk dapat mengeluarkan gagasan-gagasan
yang mereka miliki. Begitu juga yang terjadi pada anak-anak, apapun
yang mereka lakukan sebaiknya sebagai orang yang berada di sekitar
mereka melihat dan mendengarkan terlebih dahulu apa yang sebenarnya
akan dilakukan oleh anak.
b. Kesempatan Menyendiri
Hanya apabila tidak mendapatkan tekanan dari kelompok sosial,
anak dapat menjadi kreatif. Singer (dalam Hurlock 1989: 11)
menerangkan bahwa, “Anak membutuhkan waktu dan kesempatan
menyendiri untuk menggambarkan kehidupan imajinatif yang kaya”.
Diketahui bahwa tidak semua orang dengan mudahnya terpengaruh
orang memiliki kepribadian yang mampu melahirkan sesuatu dari usaha
yang dilakukannya secara sendiri. Hal yang dilakukan setiap orang
biasanya dengan cara menyendiri untuk membantu mereka menemukan
gagasan-gagasan baru yang dapat dikembangkan. Ini juga berlaku bagi
anak-anak yang tidak mendapatkan tekanan dari orang lain dan
diberikan kesempatan untuk menyendiri, karena dapat mempermudah
bagi mereka untuk memiliki pemikiran yang lebih luas akan keinginan
untuk dapat menciptakan sesuatu secara mandiri. Misalnya anak yang
diberi kesempatan untuk menyendiri dikamar dan orang tua tidak selalu
mencari tahu apa yang dilakukan oleh anak mereka, akan lebih baik saat
anak dibiarkan sendiri terlebih dahulu untuk mengasah imajinasi
mereka. Anak dengan sendirinya akan mengatakan kepada orang tua
ataupun orang yang berada di sekitarnya, apabila mereka memiliki suatu
gagasan ataupun karya untuk ditunjukkan.
c. Dorongan
Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang
dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan
kritik yang seringkali dilontarkan pada anak yang kreatif.
Tugas bagi orang yang berada di sekitar anak, setelah anak diberikan
kesempatan untuk menyendiri dan mampu menciptakan suatu gagasan
ataupun karya adalah dengan memberikan dorongan bagi anak untuk
tanpa harus menjatuhkan mental anak. Anak akan kehilangan semangat
dalam dirinya apabila mendapatkan tekanan negatif seperti ejekan yang
dapat menjatuhkan semangat mereka untuk bisa mengasah kreativitas
mereka secara optimal kepada semua orang.
d. Sarana
Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan
untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang
merupakan unsur penting dari semua kreativitas.
Sarana menjadi satu hal yang sangat penting untuk membantu anak
dalam mengembangkan kreativitasnya. Anak akan terbantu dengan
adanya sarana yang disediakan bagi mereka, walaupun anak belum
memperlihatkan kreativitas yang dimilikinya secara jelas sebagai orang
tua ataupun orang yang berada di sekitar anak sebaiknya langsung
menyediakan sarana seperti media ataupun benda-benda yang dapat
membantu anak dalam mengenali kreativitas yang sebenarnya dimiliki
oleh mereka.
e. Lingkungan yang Merangsang
Lingkungan sekolah dan rumah harus merangsang kreativitas dengan
memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang
akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak
kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara
sosial.
Contohnya seperti anak yang berada dilingkungan sekolah ketika
pada jam istirahat ataupun ketika mereka berada di dalam kelas, anak
bisa saja menemukan suatu ide yang kemudian dapat dikembangkannya
dihadapan guru dan teman-temannya lewat pelajaran yang ia ikuti.
Misalnya saja anak yang memiliki ide dalam menciptakan suatu karya
yang dapat diasah lewat pelajaran seni budaya ataupun memiliki ide
dalam menyelesaikan suatu soal yang diberikan. Sekolah menjadi hal
terpenting bagi anak, karena suatu kreativitas akan keluar dari diri anak
apabila anak berada disuatu lingkungan yang mendukungnya untuk
berkembang. Selain sekolah, rumah juga menjadi lingkungan yang dapat
merangsang kreativitas anak. Adanya sarana dan dukungan dari orang
yang berada di sekitar anak sebenarnya satu hal yang dapat membantu
mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kreativitas yang
optimal. Anak akan termotivasi untuk berkembang apabila lingkungan
keluarga dapat membantunya dalam memberikan dorongan dan
bukannya melarang mereka untuk berkembang.
f. Hubungan Orang Tua – Anak yang Tidak Posesif
Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap
anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang
anak mereka dalam melakukan segala sesuatu yang disukai dan tidak
memberikan larangan pada anak mereka untuk mengasah kreativitas.
Salah satu contohnya adalah ketika anak memiliki kemampuan
dalam bidang seni, orang tua dapat membantu anak dengan cara
memberikan fasilitas yang dapat mendukung kreativitas anak agar terus
terasah dan terarah. Dukungan seperti itu juga dapat membuat anak
menjadi lebih percaya diri, mandiri dan terampil dalam mengoptimalkan
kreativitasnya. Orang tua seperti contoh di atas inilah yang dikatakan
orang tua yang tidak posesif terhadap anak mereka sendiri.
g. Cara Mendidik Anak
Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan di
sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter
memadamkannya. Maksud dari kalimat di atas adalah mendidik anak
secara otoriter itu berarti mengekang anak dan tidak membiarkan anak
untuk memiliki ruang geraknya sendiri.
Anak yang diperlakukan seperti itu dapat menghambat mereka.
Karena dengan banyaknya larangan pada anak seperti tidak
diperbolehkan dalam berpendapat ataupun memiliki minat yang berbeda
akan mengakibatkan anak tidak berkembang. Akibat lain yang dapat
terjadi yaitu bisa membuat anak tumbuh menjadi orang yang selalu
bergantung pada orang lain dan menjadi anak yang keras kepala serta
secara demokratis, karena orang tua yang mendidik anak mereka secara
demokatis akan selalu mendengarkan pendapat anak ataupun
membiarkan anak melakukan segala sesuatu yang diinginkan.
h. Kesempatan Untuk Memperoleh Pengetahuan
Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak
pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk
mencapai hasil yang kreatif. Pulaski (dalam Hurlock 1989: 11)
mengatakan, “Anak-anak harus berisi agar dapat berfantasi”.
Anak sebaiknya diberikan pengetahuan yang banyak untuk dapat
merangsang kreativitasnya. Bukan hanya memberikan pengetahuan bagi
anak yang sudah remaja atau beranjak dewasa saja, anak yang berada
ditingkat sekolah dasar juga sudah mulai mengetahui banyak hal yang
terjadi dilingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila
orang tua ataupun orang yang berada di sekitar anak membagikan
pengetahuan mereka kepada anak untuk membantu mereka
menumbuhkan gagasan-gagasan baru.
B. Siswa Sekolah Dasar
1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar
Peserta didik merupakan individu yang sedang berada pada proses
pertumbuhan dan perkembangan. Peserta didik memiliki berbagai tingkatan
SD inilah yang lebih dibahas dalam bab ini. Karena pada dasarnya bagi anak
yang berada ditingkat sekolah dasar, diketahui saat ini tengah mengalami
proses pengenalan akan kemampuan mereka. Siswa yang dibahas kali ini
merupakan siswa yang berada pada masa kanak-kanak akhir dan anak
sekolah. Siswa yang berada pada masa tersebut rata-rata berusia 6-12 tahun
dan sedang menjalankan pendidikan di sekolah dasar. Seseorang yang
berada pada masa-masa ini, mengalami suatu perubahan yang berupa
mencari pengetahuan akan kemampuannya dimana bertujuan untuk dapat
mengasah kemampuan terpendam yang dimiliki.
Bagi anak yang berada pada tingkat pendidikan di kelas V dan VI,
mereka sudah dapat dikatakan mulai memasuki masa anak-anak akhir yang
berada pada fase anak sekolah tingkat tinggi (9-12 tahun). Siswa yang
berada pada masa-masa itu siap untuk berproses menerima tuntutan yang
dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan atau menyelesaikan tuntutan
itu demi pertumbuhan dan perkembangan diri mereka.
2. Tugas Perkembangan Siswa SD
Nurihsan dan Agustin (2011: 18) mengatakan menurut Havighurst, tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu
periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan
menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya.
Yusuf (2008: 69-70) mengatakan bahwa terdapat tugas-tugas
perkembangan pada masa sekolah yang memiliki rentan usia 6 hingga 12
tahun, yaitu:
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
Tugas perkembangan yang telah dipaparkan di atas merupakan
tugas-tugas perkembangan yang harus dapat dijalankan oleh setiap anak yang
berada pada tingkat sekolah dasar. Tidak semua anak mampu untuk dapat
akan sangat terbantu apabila anak mendapatkan perhatian khusus dalam
menjalankan semua tugas perkembangannya dengan baik.
Kesembilan tugas perkembangan di atas diketahui beberapa diantaranya
merupakan bagian dari kreativitas yaitu pertama, belajar menangkap konsep
sehari-hari yang diketahui dapat menambah pengalaman pembendaharaan
konsep-konsep pada anak. Karena tidak perlu diuraikan lagi bahwa dalam
kehidupan sangat banyak konsep yang dibutuhkan. Semakin bertambahnya
pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Sebagai
contohnya tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan
benar. Kedua, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, hal ini
menjadikan seorang anak mampu berdiri sendiri dalam arti dapat membuat
rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
3. Perkembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar
Sari (2005) mengatakan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti
pola yang dapat diramalkan. Hal ini dapat terlihat pertama-tama dalam
permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke berbagai bidang
kehidupan lainnya seperti pekerjaan sekolah, kegiatan rekreasi dan
pekerjaan. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada usia tiga puluh
dan empat puluhan. Setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap akan
menurun. Kreativitas seseorang diketahui dapat ditinjau melalui proses
bahwa dengan mengobservasi aspek perkembangan intelektual, Jean Piaget
mengembangkan model pentahapan perkembangan individu yang terbagi
menjadi 4 tahapan, yaitu:
a. Tahap Sensorimotor, yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
b. Tahap Praoperasional, yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
1)Tahap Prakonseptual, yang terjadi pada usia 2-4 tahun.
2)Tahap Intuitif, yang terjadi pada usia 4-7 tahun.
c. Tahap Operasional Konkret, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
d. Tahap Operasional Formal, yang terjadi pada usia 11-15 tahun.
Perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar yang berada pada usia 6-12
tahun termasuk kedalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak
telah menyesuaikan diri dengan realitas konkret, yang dikenal dengan masa
berakhirnya anak untuk berpikir khayal dan mulai untuk berpikiran konkret
(berkaitan dengan dunia nyata) serta keinginan untuk belajar demi
menambah pengetahuan mereka. Pada masa ini anak juga sudah memiliki
kemampuan dalam memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Pada saat ini juga banyak pelajaran menulis, berhitung, dan membaca
yang diberikan di sekolah, sehingga fungsi imajinasi yang terletak dalam
belahan otak sebelah kanan banyak terlalaikan. Hal ini dikarenakan
banyaknya kegiatan yang ditujukan pada fungsi kognitif yang dikelola oleh
belahan otak sebelah kiri (pada orang yang tidak kidal). Dalam usaha
juga pendidikan lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan.
Pembebanan otak dengan pengetahuan hafalan dan latihan ulangan yang
berlebihan tidak akan dapat mewujudkan penanjakan perkembangan
kognitif, melainkan akan menjadikan anak tidak berpikir kreatif dan lebih
mengarah pada hasil berpikir yang konvergen. Oleh sebab itu, agar
kreativitas setiap siswa tetap dapat berkembang dengan baik dan optimal,
maka semua pihak yang berada di sekitar anak baik orang tua, guru dan
lingkungan masyarakat lainnya harus dapat menciptakan situasi yang
mendukung dalam perkembangan kreativitas siswa.
Masa usia Sekolah Dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau
masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara
relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan
sesudahnya, seperti diketahui usia anak sekolah dasar terjadi pada usia 6
hingga 12 tahun. Dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada anak
Sekolah Dasar yang berada di kelas atas atau tertinggi. Yusuf (dalam
Sumanto 2014: 109) menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada
diri anak Sekolah Dasar tingkat atas (9 – 12 tahun), yaitu:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b. Amat tinggi rasa ingin tahunya dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata
d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa
lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya
dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
e. Pada usia ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
f. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam
permainanan itu mereka suka tidak terikat lagi dengan aturan permainan
tradisional (yang sudah ada).
Ciri-ciri khas perkembangan anak yang memiliki rentan usia 9-12 tahun
ini sudah terlihat kemungkinannya bahwa anak mampu mengembangkan
kreativitasnya, seperti yang dijelaskan di atas diantaranya selain anak
memiliki perkembangan kognitif, anak juga memiliki perkembangan dalam
hal perasaan dan sikapnya yaitu anak yang berada pada rentan usia ini
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginannya untuk banyak
belajar. Selain itu juga seperti yang disebutkan diatas, anak hingga usia 11
tahun masih membutuhkan orang dewasa disekitarnya untuk menyelesaikan
tugas ataupun memenuhi keinginannya. Munandar (2009: 77) mengatakan
bahwa untuk membantu anak mewujudkan kreativitasnya, anak perlu dilatih
dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan juga diberi
kesempatan untuk mengembangkan bakat ataupun talenta mereka. Para
merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif setiap anak serta
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai yang dibutuhkan.
Terlepas dari adanya dukungan dan dorongan dari orang-orang di sekitar
anak, hal terpenting yang diperlukan adalah adanya motivasi intrinsik atau
keberanian pada diri anak untuk dapat melakukan sesuatu yang ingin
mereka lakukan.
C. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Moegiadi (dalam Winkel, 2010: 29) mendefinisikan bimbingan dalam
berbagai pengertian. Pertama, bimbingan adalah suatu usaha untuk
melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi,
tentang dirinya sendiri. Kedua, bimbingan sebagai suatu cara pemberian
bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara
efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan
pribadinya. Ketiga, bimbingan merupakan sejenis pelayanan kepada
individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan
tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana secara realistis, sehingga
mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan
dimana mereka hidup. Keempat, bimbingan dapat berarti suatu proses
pemberian bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri,