DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bungin, Burhan Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2003.
Dwi, Yuni. Panduan Praktis Mengurus IMB. Pustaka Grahatama, Yogyakarta, 2008.
Hasni. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010.
Hermit, Herman. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang. Bandung: Mandar Maju. 2008.
Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Surabaya, Bayu Media Publishing, 2005.
Irfan, Fahmi. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, cetakan pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung, 2012.
Muljana, BS. Perencanaan Pembangunan Nasional, Proses Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional dengan Fokus Repelita V. Jakarta: UI -Press. 2001.
Rahardjo, Satjipto “Paradigma Hukum Indonesia dalam Perspektif
Sejarah”,2010, Rineka Cipta
Ridwan, HR. Hukum Administrasi Negara, UII press, Yogyakarta, 2010.
Siahaan, Marihot Pahala, Hukum Bangunan Gedung di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2003.
Sunarto, Pajak dan Retribusi Daerah, Amus dan Citra Pustaka, Yogyakarta, 2005.
Sunarto, Pajak dan Retribusi Daerah, Amus dan Citra Pustaka, Yogyakarta, 2005.
Susanta, Gatut. Mudah Mengurus IMB. Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009.
Tiasnaadmidjaja, DA dalam Asep Warlan Yusuf. Pranata Pembangunan. Bandung: Universitas Parahiayang 1997.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2015 tentang Retribusi Mendirikan Bangunan
Makalah
Makalah.S y m p o s i u m N a s i o n a l I l m u H u k u m T e n t a n g P a r a d i g m a d a l a m I l m u H u k u m Indonesia, Program S3 Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 10 Pebruari 1998.
Internet
Februari 2016)
http://hematenergi.wordpress.com/Kriteria dan KonsepTata Ruang Ideal, Yasmin.,ST diakses pada 03 April 2016
diakses pada tanggal 11 Mei 2016.
BAB III
PELAKSANAAN IZIN TATA RUANG DAN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MEDAN
A. Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan 1. Sejarah Singkat Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan
Cikal bakal Kota Medan adalah Medan Putri, sebuah kampung kecil yang
terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari Jalan
Putri Hijau sekarang. Kampung Medan Putri sendiri dibangun pada tahun 1590
oleh Guru Patimpus, cucu Singa Maraja yang memerintah negeri Berkerah di
dataran tinggi Karo dan termasuk dalam wilayah Raja Urung asal Kato, di Deli.
Perkembangan Kota Medan juga tidak terlepas dari keberadaan
Kesultanan Deli yang diproklamasikan oleh Tuanku Panglima Perungit, yang
memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Aceh pada tahun 1669. Berdasarkan
isi "Politiek Contract" atau perjanjian politiknya dengan Pemerintah Hindia
Belanda padatahun 1907, daerah kekuasaan Kesultanan Deli meliputi:
a. Wilayah Deli Asli, yaitu wilayah pesisir pantai mulai dari sekitar kiri dan
kanan Sungai Deli, yang didiami suku bangsa Melayu, termasuk Kampung
Medan Putri.
b. Wilayah-wilayah Urung (Negheri), yaitu; Wilayah Hamparan Perak, Sunggal,
Kampung Baru, Sinembah Patumbak, yang didiami suku Melayu di hilir dan
Suku Karo di hulu.44
Beberapa faktor yang mendorong kampung Medan Putri mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Pertama, posisinya yang sangat strategis karena
terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura yang merupakan jalur
lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Karenanya Kampung Medan Putri
sejak awal telah berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan transit
yang cukup penting. Kedua, adanya, kebijakan Sultan Deli pada tahun 1863,
untuk memberikan tanah di Tanjung Spassi dekat Labuhan seluas 4000 bahu, (1
bahu-0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun kepada Mienhuys Van der Flak dan Elliot
dari Firma Van Keeuwenen Mainz and Co, untuk dijadikan lahan perkebunan
tembakau.
Kualitas yang sangat baik dari tembakau yang dihasilkan kemudian
mendorong berkembangnya perkebunan-perkebunan tembakau hingga mencapai
22 perusahaan. Berkembangnya perkebunan tembakau juga, mendorong
berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan dan eksport. Tahun 1879,
lbukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, dan 1 Maret
1887, Ibukota Residen Sumatera Utara dipindahkan pula dari Bengkalis ke
Medan.
Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan
juga dipindahkan dengan selesainya pembangunan Istana Maimun pada tanggal
18 Mei 1891 yang menjadikan Ibukota Deli resmi pindah ke Medan. Dengan
demikian Perkembangan Kota Medan menjadi pusat perdagangan juga telah
mendorongnya menjadi Pusat Pemerintahan.45
Pembangunan Kota Medan secara historis tidak terlepas dari
perkembangan perkebunan tembakau yang ada. Perkebunan tembakau tersebut
ternyata mempekerjakan orang-orang Cina dari Swatow (Tiongkok), Singapura,
Malaya Tamil dari Penang, dan orang-orang pribumi yaitu Minangkabau dan
Jawa. Kebijakan ketenagakerjaan inilah yang kemudian berdampak
beranekaragamnya etnis, yang berdomisili di Kota Medan saat ini. Oleh
karenanya, masyarakat Kota Medan saat ini adalah campuran dari berbagai suku
bangsa yang ada di Indonesia seperti suku Melayu, Batak, Cina, Jawa, Minang,
Karo dan sebagainya. Adanya heterogenitas suku yang berdiam di Kota Medan
juga menimbulkan banyak corak budaya yang ada sehingga berdampak
beragamnya nilai-nilai budaya yang dikenal.
Sangat diyakini, hidupnya nilai-nilai budaya dapat menjadi potensi besar
dalam mencapai kemajuan. Adanya keragaman suku sebagainya tentunya
merupakan potensi, kekuatan sekaligus kesempatan bagi Kota Medan untuk
menjadi kota yang memiliki wajah sendiri, yang berbeda dengan kota-kota lainnya
di Indonesia. Adanya pluralisme ini juga merupakan benteng untuk tidak unculnya
isu-isu primordialisme yang dapat meretakkan sendi-sendi kehidupan sosial. Pada
awal pembentukan permukinian di Kota Medan, terdapat kelompok-kelompok
hunian berdasarkan kesukuan seperti Kampung Mandailing, Pecinan, Pemukiman
Belanda. di Polonia, dan sebagainya. Saat ini, perumahan-perumahan yang
terbentuk telah merupakan pembauran berbagai suku, walaupun di beberapa
melayu dan sebagainya. Oleh karenanya, pembangunan perumahan harus dalam
mempertimbangkan kekayaan budaya sebagai rahmat Tuhan tersebut.
Bidang penataan kota dan bangunan pada awalnya merupakan bagian dari
pekerjaan umum. Pengawasan bangunan dan planologi (perencanaan wilayah dan
kota) sampai dengan tahun 1950 dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pada
tahun 1950, Dinas Pekerjaan Umum dipisah menjadi 2 (dua) dinas, yaitu Dinas
Pekerjaan Umum dan Dinas Pengawasan Bangunan. Pada tahun 1963, Dinas
Pengawasan Bangunan dimekarkan menjadi 2 (dua) dinas; yaitu Dinas
Pengawasan Bangun-Bangunan dan Dinas Planologi. Dalam hal ini, Dinas
Planologi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya KDH Tingkat II
Medan tanggal 22 Juni 1963 terhitung mulai 1 Juli 1963.
Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan
yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978
tentang Susunan Organisasi dan Tata, Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II
Medan. Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada
tahun 1987 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 1
tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota
Kotamadya Dati II Medan. Adapun Susunan organisasi dan tata, kerja Dinas
Bangun-bangunan Kotamadya Dati II Medan diatur dalam Perda No. 13 Tahun
1987.46
46 Ibid
Pembentukan Organisasi dan Tata, Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang
merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangun-bangunan dan
penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963.
Penggabungan Dinas Tata kota dengan sebagian Dinas Bangun-Bangunan
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan
penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Pada tahun
2009 awal dibentuklah Dinas Tata, Ruang dan Tata, Bangunan sebagai pengganti
Dinas Tata, Kota dan Tata, Bangunan akibat penyesuaian terhadap kebijakan PP
41 yang mengatur Struktur Organisasi dan Tata, Laksana Pemerintahan Daerah.
Dinas Tata Ruang. dan Tata, Bangunan Kota Medan adalah unsur pelaksana
Pemerintah Kota Medan dalam bidang tata, ruang dan tata, bangunan yang
dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
2. Struktur Organisasi
Dalam organisasi terdapat hubungan yang erat di antara fungsi yang satu
dengan fungsi yang lain sehingga ada keterkaitan antara kegiatan-kegiatan yang
dilakukan. Semakin banyak kegiatan yang di lakukan dalam suatu organisasi,
maka semakin kompleks hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu perlu di buat
bagan yang menggambarkan hubungan tersebut termasuk fungsi masing-masing
kegiatannya. Bagan itu di namakan bagan organisasi atau struktur organisasi.
Yang menjadi dasar dalam organisasi ini adalah pembagian kekuasaan (Autority)
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan, 2015
U
ni
v
er
si
ta
s Sum
a
te
ra
U
ta
4. Bidang-bidang kerja / Job Description
Berikut ini akan di uraikan dengan secara singkat tugas dari
masing-masing bidang yang ada pada TRTB Tingkat II Kotamadya Medan :
a. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Dinas
menyelenggarakan fungsi :
1) perumusan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan tata bangunan;
2) penyeienggaraan urusan pernerintahan dan pelayanan umum di bidang tata
ruang dan tata bangunan;
3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan tata bangunan;
dan
4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas
Dibidang kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program;
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sekretariat menyelenggarakan fungsi :
1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan;
2) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program dinas;
3) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan dinas;
4) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan;
5) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas;
6) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
7) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan;
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
c. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(1) Sub Bagian Umum rnempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :
a) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;
b) penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;
c) pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah
dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan dinas;
d) pengelolaan administrasi kepegawaian;
e) penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian;
(3) penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;
(4) penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
(5) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Dinas;
(6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya
d. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
(1) Sub Baglan Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan;
(2) Dalam melaksanakan tugas, pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
a) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Program;
b) pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan
program Dinas;
c) penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas;
d) penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;
e) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan dinas;
f) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya
e. Bidang Pengukuran dan pemetaan
Bidang Pengukuran dan Pemetaan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
(1) Bidang Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan
sistem;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Pengukuran dan pemetaan menyelenggarakan fungsi :
a) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengukuran dan
Pemetaan;
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup pengukuran, pemetaan,
pengembangan data dan sistem;
c) pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan bidang tugas
d) Penyelenggaraan kegiatan pengukuran pemetaan dan fotogrametri rencana
kota;
e) penyelenggaraan kegiatan di bidang pengukuran tanah dan ketinggian
bangunan untuk rencana pengembangan data tata ruang kota.
f) penyelenggaraan pemeliharaan/perawatan dan pembaruan peta dasar, foto
udara, dan dokumentasi lapangan, serta penerapan GIS dalam pemetaan;
g) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengukuran dan pemetaan;
h) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
f. Seksi Pengukuran
Seksi Pengukuran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang pengukuran dan pemetaan.
(1) Seksi Pengukuran tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pengukuran dan Pemetaan lingkup pengukuran;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pengukuran menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengukuran;
b) penyusunan bahan petunjuk teknis pengukuran;
c) pelaksanaan pengukuran untuk bahan penetapan rencana kota dan untuk
d) pelaksanaan pengukuran tanah untuk menentukan letak tanah sesuai,
permohonan untuk mendapatkan Keterangan Rencana Peruntukan (KRP)
dan IMB
e) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
g. Seksi Pemetaan
Seksi Pemetaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengukuran dan Pemetaan.
(1) Seksi Pemetaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pengukuran dan Pemetatan lingkup pemetaan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Seksi
Pemetaan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemetaan;
b) penyusunan bahan petunjuk lingkup pemetaan;
c) pembuatan peta-peta ikhtisar dan memetakan hasil pengukuran yang telah
dibuat oleh Seksi Pengukuran;
d) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas
e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
h. Seksi Pengembangan
Data dan Sistem Seksi Pengembangan Data dan Sistem dipimpin oleh Kepala
Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang
Pengukuran dan Pemetaan (1) Seksi Pengembangan Data dan Sistem mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang pengukuran dan Pemetaan
lingkup pengembangan data dan sistem; (2) Dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pengembangan Data dan Sistem
menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Data dan
sistem;
b) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan data dan
sistem;
c) pelaksanaan pemetaan fotografis dan memetakan hasil evaluasi yang telah
terwujud di lapangan;
d) pelaksanaan pemeliharaan / perawatan dan pembaharuan peta dasar dan
foto udara yang dikembangkan dengan Pola GIS;
e) pelaksanaan pengumpulan / penghimpunan data dan informasi untuk
penyusunan dan evaluasi, rencana tata ruang kota serta kebijaksanaan
teknis penataan ruang kota dan bangunan;
f) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
i. Bidang Tata Ruang
Bidang Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Dinas (1) Bidang Tata Ruang mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup penelitiaan rencana tata ruang dan
tata letak, evaluasi dan pengembangan rencana tata ruang; (2) Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Tata
Ruang menyelenggarakan fungsi :
a) penyusunan rencana, prograrn, dan kegiatan Bidang Pengukuran dan
Pemetaan;
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup pengukuran, pemetaan,
pengembangan data dan sistem;
c) pelaksanaan pengendalian rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan
teknis penataan ruang dan bangunan melalui mekanisme advis plan;
d) pelaksanaan penelitian terhadap lokasi permohonan Keterangan Rencana
Peruntukan (KRP) dan IMB agar sesuai dengan rencana tata ruang kota
dan kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan;
e) perencanaan dan penelitian kelayakan site plan (tata letak) pada
permohonan IMB agar sesuai dengan rencana tata ruang kota dan
kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan;
f) perencanaan kebutuhan fasilitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau
lingkungan;
h) penyusunan perencanaan penelitian/survey dalam rangka perumusan,
penyusunan, evaluasi/revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota,
kawasan strategis, dan kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan
bangunan yang telah ditetapkan;
i) penyusunan,dan penyebarluasan ketentuan-ketentuan norna, standar,
pedoman dan manual bagi pelaksanaan penataan ruang di daerah dengan
mempedomani ketentuan yang berlaku;
j) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang tata
ruang;
k) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
j. Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang
Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Seksi, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang.
(1) Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Tata Ruang lingkup penelitian rencana tata ruang;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Penelitian Rencana Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penelitian Rencana Tata
Ruang;
b) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penelitian rencana tata ruang;
c) pelaksanaan penelitian / survey terhadap lokasi permohonan Keterangan
rencana jalan, garis sempadan bangunan, ketinggian bangunan, koefisien
dasar bangunan (KDB) dan kebutuhan fasilitas parkir, serta
ketentuan-ketentuan dalam rencana tata ruang kota dan ketentuan-ketentuan lainnya;
d) penyusunan plot setiap advis plan yang telah diproses pada peta kerja
rencana tata ruang kota;
e) pemberian saran terhadap permohonan perijinan yang memerlukan kajian
kelayakan;
f) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
k. Seksi Rencana Tata Letak
Seksi Rencana Tata Letak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang.
(1) Seksi Rencana Tata Letak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Tata Ruang lingkup rencana tata letak;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Rencana Tata Letak menyelenggarakan fungsi
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Rencana Tata Letak;
b) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup rencana tata letak;
c) perencanaan dan penggambaran site plan (tata letak) permohonan IMB
maupun advis plan (Keterangan Rencana Peruntukan / KRP sesuai dengan
hasil penelitian Seksi Penelitian Rencana Ruang ataupun hasil evaluasi
d) penghitungan retribusi terkait ijin pemanfaatan ruang dan merencanakan
fasilitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau lingkungan;
e) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
l. Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang
Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang dipimpin oleh Kepala
Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata
Ruang.
(1) Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Tata Ruang lingkup evaluasi dan
pengembangan rencana tata ruang;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang menyelenggarakan
fungsi :
a) penyiapan rencana program, dan kegiatan Seksi Evaluasi dan
Pengembangan Rencana Tata Ruang;
b) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup evaluasi dan pengembangan
rencana tata ruang;
c) penyiapan dan penyusunan perencanaan penelitian / survey dalarn rangka
perumusan, evaluasi /revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota;
d) penyiapan plot advis plan yang telah dievaluasi pada peta kerja rencana
e) penyiapan bahan dan data penyusunan rencana tata ruang kota, kawasan
strategis dan tata lingkungan, serta mempersiapkan dan menyebarluaskan
norms, standar, pedoman, dan manual lingkup penataan ruang;
f) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
g) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
m. Bidang Tata Bangunan
Bidang Tata Bangunan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(1) Bidang Tata Bangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas lingkup perancangan, konstruksi, dan konservasi bangunan dan
kawasan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Tata Bangunan menyelenggarakan fungsi :
a) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Tata Bangunan;
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup tata bangunan;
c) pelaksanaan proses penerbitan IMB
d) penelitian setiap permohonan IMB menyangkut disain dan konstruksi
bangunan sesuai advis plan;
e) pemberian bimbingan kepada masyarakat menyangkut disain arsitektur,
f) pengawasan, memfasilitasi, dan membina upaya-upaya pelestarian dan
konservasi bangunan, kawasan dan lingkungan kota serta memberikan
usulan-usulan peningkatan pelestarian bangunan / kawasan;
g) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang tata
bangunan;
h) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
n. Seksi Perancangan Bangunan
Seksi Perancangan Bangunan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Bangunan.
(1) Seksi Perancangan Bangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas BidangTata Bangunan lingkup perancangan bangunan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Perancangan Bangunan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi perancangan Bangunan;
b) penyusunan bahan pedoman dan standar disain serta fasilitas dan prasarana
bangunan / kelompok bangunan;
c) pelaksanaan proses penerbitan IMB sesuai dengan ketentuan;
d) penelitian setiap permohonan IMB menyangkut desain arsitektur dan
perhitungan retribusi;
e) pemberian bimbingan dan saran kepada masyarakat menyangkut desain
arsitektur dan fasilitas bangunan / kelompok bangunan;
g) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
o. Seksi Konstruksi Bangunan
Seksi Konstruksi Bangunan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Bangunan.
(1) Seksi Konstruksi Bangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bidang Tata Bangunan lingkup konstruksi bangunan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Konstruksi Bangunan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Konstruksi Bangunan;
b) penyiapan penyusunan standar penilaian dan pemeriksaan gambar
konstruksi bangunan sesuai standar dan ketentuan yang berlaku;
c) penelitian setiap permohonan IMB menyangkut konstruksi bangunan;
d) pemberian bimbingan dan saran kepada masyarakat menyangkut
konstruksi bangunan;
e) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
f) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
p. Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan
Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan dipimpin oleh Kepala Seksi,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata
(1) Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Tata Bangunan lingkup konservasi
bangunan dan kawasan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Konservasi Bangunan dan Kawasan menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Konservasi Bangunan
dan Kawasan;
b) pelaksanaan penelitian dan perencanaan serta penyusunan
ketentuan-ketentuan teknis konservasi terhadap bangunan dan kawasan yang perlu
dilestarikan maupun direvitalisasi,
c) pengawasan, memfasilitasi, dan pembinaan upaya-upaya pelestarian dan
konservasi bangunan, kawasan dan lingkungan kota;
d) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
q. Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dipimpin oleh Kepala Bidang,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
(1) Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengawasan, penyuluhan, dan
pengaduan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
a) penyusunan rencana; program, dan kegiatan Bidang Pengendalian
Pemanfaatan;
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan, penyuluhan dan
pengaduan;
c) pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan agar tidak menyimpang dari IMB dan atau tanpa IMB;
d) pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait untuk
penindakan/penertiban terhadap bangunan yang menyimpang dan tanpa
IMB;
e) pelaksanaan kegiatan penyuluhan / sosialisasi kepada masyarakat yang
berkenaan dengan kebijakan dibidang rencana tata ruang kota serta
menggali dan meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kota
f) penerimaan / proses pengaduan dan keberatan masyarakat sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku;
g) pelaksanaan proses hukum terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan yang menyimpang dari IMB dan atau tanpa IMB dengan
berpedoman kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk diajukan
ke pengadilan;
h) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengendalian pemanfaatan ruang;
i) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
r. Seksi Pengawasan
Seksi Pengawasan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian pemanfaatan Ruang.
(1) Seksi Pengawasan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang lingkup pengawasan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pengawasan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi pengawasan;
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup tata bangunan;
c) pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan agar tidak menyimpang dari IMB;
d) penelitian, menganalisa, dan mengevaluasi bangunan yang menyimpang
dari SIMB dan tanpa SIMB;
e) pembuatan laporan dan perintah stop secara terlulis tentang pelaksanaan
pembangunan yang tidak memiliki SIMB dan yang menyimpang dari
SIMB;
f) penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait
untuk penindakan / penertiban terhadap bangunan yang menyimpang dan
tanpa IMB;
g) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
h) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
s. Seksi Penyuluhan
Seksi Penyuluhan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
(1) Seksi Penyuluhan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang lingkup penyuluhan;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Penyuluhan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penyuluhan;
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup penyuluhan;
c) pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada
masyarakat menyangkut penerapan rencana tata ruang kota dan
kebijaksanaan penataan ruang kota dan bangunan
d) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
0. Seksi Pengaduan
Seksi Pengaduan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
(1) Seksi Pengaduan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang lingkup pengaduan ;
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pengaduan menyelenggarakan fungsi :
b) penyusunan petunjuk teknis lingkup pengaduan;
c) penerimaan, penelitian dan proses pengaduan dan keberatan masyarakat
dalam bidang bangunan dan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku;
d) pelaksanaan proses hukum terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan yang menyimpang dari IMB dan atau tanpa IMB sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
berkoordinasi dengan instansi terkait untuk diajukan ke pengadilan
penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya
B. Izin Mendirikan Bangunan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2015 Tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, IMB, adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kecuali untuk bangunan fungsi khusus oleh Pemerintah kepada
pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah/
memperbaiki/rehabilitasi/renovasi, memperluas, mengurangi, dan/ atau merawat
bangunan, dan/ atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
Izin Mendirikan Bangunan merupakan izin yang diberikan oleh
pemerintah daerah kepada badan atau orang untuk mendirikan suatu bangunan
yang dimaksudkan agar desain pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai
Ketinggian Bangunan (KB) yang ditet:pkan sesuai dengan syarat-syarat
keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut, orang lain dan
lingkungan.47
Menurut Gatut Susanta IMB adalah izin yang diberikan oleh pemerintah
daerah kepada pribadi, sekelompok orang atau badan untuk membangun dalam
rangka pemanfaatan ruang sesuai dengan izin yang diberikan karena telah
memenuhi ketentuan dari berbagai aspek, baik pertanahan, teknis, perencanaan
serta lingkungan.48
Sedangkan menurut Yuni Dwi, IMB atau lebih sering dikenal IMB adalah
izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangun yang dapat diterbitkan
apabila rencana bangunan dinilai telah sesuai dengan ketentuan yang meliputi
aspek pertanahan, aspek planologis (perencanaan), aspek teknis, aspek kesehatan,
Aspek kenyamanan, dan aspek lingkungan.49
Izin mendirikan bangunan adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah kabupaten/kota kepada pemilik gedung untuk membangun baru, Sebelum memulai mendirikan
bangunan, bangunan sebaiknya memiliki kepastian hukum atas kelayakan,
kenyamanan, keamanan, sesuai dengan fungsinya. Ternyata, IMB tidak hanya
diperlukan untuk mendirikan bangunan baru saja, tetapi juga dibutuhkan untuk
membongkar, merenovasi, menambah, mengubah, atau memperbaiki yang
mengubah bentuk atau struktur bangunan.
47
Sunarto, Pajak dan Retribusi Daerah, Amus dan Citra Pustaka, Yogyakarta, 2005, hal 125
48 Gatut Susanta, Mudah Mengurus IMB. Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, hal 6
49 Yuni Dwi. Panduan Praktis Mengurus IMB. Pustaka Grahatama, Yogyakarta, 2008,
mengubah, memperluas, mengurangi dan atau merawat bangunan gedung sesuai
dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku.50
C. Syarat dalam memperoleh Izin Mendirikan Bangunan dari Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IMB adalah izin untuk
mendirikan bangunan yang meliputi kegiatan penelitian tata letak dan desain
bangunan, pengawasan peIaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan
rencana tata ruang yang berIaku.
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) gedung diberikan oleh pemerintah
daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh pemerintah pusat melalui
proses permohonan izin mendirikan bangunan gedung harus mengikuti
prinsip-prinsip pelayanan prima dan murah/terjangkau. Status kepemilikan bangunan
gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan bangunan gedung yang
diberikan oleh pemerintah cioerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh
pemerintah pushtherdhsarkhn hasil pendataan bangunan gedung. Kegiatan
pendataan bangunan gedung baru dilakukan bersamaan dengan proses IMB
gedung untuk keperluan tertib pentbangunan clan pemanfaatan bangunan gedung
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2015 tentang izin
mendirikan bangunan, SK Walikota Medan No. 3 Tahun 2005 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksana Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2012 tentang
50 Marihot Pahala Siahaan. Hukum Bangunan Gedung di Indonesia, RajaGrafindo
retribusi izin mendirikan bangunan, persyaratan dalam mengurus izin mendirikan
bangunan adalah :
a. Persyaratan Administrasi
1. Mengisi dan mengajukan Surat Perohonan IMB
2. Foto copy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
3. Foto copy pelunasan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan
Surat Tanda Terima Setoran (STTS) PBB tahun terakhir
4. a. Foto copy Alas Sertifikat tanah yang telah dilegalisir oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN)
b. Bagi surat tanah yang tidak bersertifikat :
b.1. Alas Hak SK camat, Grand Sultan, Grand C (Notaris/ BPN)
b.2. Surat keterangan tidak silang sengketa yang dibuat oleh lurah
diketahui camat
5. Asli rekomendasi dari bank bagi tanah yang sedang diagunkan
6. Surat Jaminan Ketahanan Konstruksi dari tenaga ahli teknik sipil untuk
penambahan tingkat asli rekomendasi dari bank bagi tanah yang sedang
diagunkan
7. Rekomendasi dari instansi terkait (pembangunan rumag ibadah, tempat
persemayaman mayat, SPBU, dan sarana pendidikan dan lain-lain.
8. Asli surat kuasa, akte perusahaan, surat keputusan instansi, bagi pemohon
yang bukan pemilik tanah
9. Denah lokasi yang dimohon (jelas alamat dan daerah sekitar lokasi
b. Persyaratan Teknis
1. Gambar rencana bangunan (denah/ Site plan, tampak depan dan samping,
dan potongan memanjang dan melintang) rangkap 3 yang ditandatangani
oleh perencana
2. Gambar konstruksi (pondasi, sloop, kolom, balok, lantai, tangga dan
rencana atap) rangkap 3
3. Pembuatan air hujan (sumur resapan, septitank, dan bak control) rangkap 3
4. Bangunan pagar (tampak potongan dan situasi)
5. Perhitungan konstruksi yang dibuat oleh konsultan
6. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk bangunan tower/
menara,tanki, gapura/ tugu dan cerobong asap dan rehabilitasi bangunan
D. Sanksi Hukum Jika Tidak Memiliki Izin Mendirikan Bangunan
Penerapan sanksi merupakan salah satu upaya penting untuk
mengusahakan agar hukum itu efektif (jadi mempunyai dampak hukum positif),
adalah dengan menetapkan sanksi. Sanksi tersebut sebenarnya merupakan suatu
rangsangan untuk berbuat atau tidak berbuat. Kadang-kadang sanksi dirumuskan
sebagai suatu persetujuan atau penolakan terhadap pola perilaku tertentu dalam
masyarakat.
Pengenaan sanksi dalam pelanggaran Perda Penataan Ruang terutama pada
Pasal 67 ayat (3), pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi
dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, yang tidak
memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi
pidana denda sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam
kenyataannya tidaklah terlalu mudah untuk menetapkan bahwa hukum tertentu
pasti akan efektif apabila disertai dengan sanksi-sanksi,.akan tetapi faktor utama
yang perlu diperhatikan untuk menentukan apakah sanksi tersebut berperan di
dalam mengefektifkan hukum adalah masalah karakteristik dari sanksi itu sendiri.
Hal yang berkaitan erat dengan itu ialah persepsi warga masyarakat di dalam
menanggung resiko, terutama kalau melanggar suatu peraturan yang disertai
dengan suatu sanksi yang negatif. Kalau seseorang warga masyarakat berani
menanggung risiko, walaupun sifatnya spekulatif maka akan dapat diduga bahwa
sanksi yang negatif tersebut sangat terbatas akibatnya.51
1. peringatan tertulis;
Sesuai Pasal 45 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, sanksi hukum jika tidak memiliki
izin mendirikan bangunan dapat berupa
2. Pembatasan kegiatan pembangunan;
3. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
4. penutupan lokasi dan penyegelan;
5. pembekuan IMB;
6. pencabutan IMB; dan/atau
7. Pembongkaran bangunan.
E. Pelaksanaan Izin Tata Ruang dan Mendirikan Bangunan Kota Medan berdasarkan Peraturan Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Pelaksanaan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) berdasarkan
arahan dan tuntunan yang telah diatur di dalam Perda Kota Medan Nomor 3
Tahun 2015 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan bidang
hukum perizinan.
Secara umum, esensi dari Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan keteraturan, kerapihan,
keindahan, kenyamanan dan keamanan dalam penataan bangunan di kota Medan.
Oleh karena itu, IMB yang dikeluarkan mengacu kepada dan merupakan
perwujudan dari esensi yang disebutkan di atas. Sehingga ketika berbicara
mengenai pelaksanaan Perda Tata Bangunan maka senantiasa yang paling awal
untuk dibahas dalam konteks hukum tata negara adalah pembicaraan tentang
lembaga yang berwenang dalam melaksanakan dan merealisasikan esensi tersebut.
Maksudnya, siapakah atau lembaga apakah yang berwenang dalam melaksanakan
aturan di dalam Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan.
Salah satu tugas dari pemerintah yang sekaligus juga merupakan hak dari
warga masyarakat adalah terselenggaranya pelayanan publik. Perizinan
merupakan suatu bentuk manifestasi yang melintasi aspek-aspek tersebut. Dengan
Demikian dapat dikatakan bahwa perizinan merupakan wujud pelayanan public
yang menonjol dalam tata pemerintahan. Dalam relasi antara pemerintah dan
apakah sebuah tata pemerintahan sudah mencapai kondisi“good governance”atau
belum.Maka untuk mencapai kondisi tersebut, pemerintah berusaha menciptakan
suatu system pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah Dalam
penciptaan yang optimal adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Adapun yang menjadi alasan pemerintah
Melaksanakan penyelenggaraan PTSP tersebut adalah:
a. Perizinan merupakan pelayanan pemerintah yang tidak dapat digantikan Oleh
pihak swasta.
b. Perizinan adalah entri point kegiatan usaha.
c. Perizinan adalah persyaratan bagi akses terhadap modal
d. Perizinan adalah fungsi awal untuk melakukan control dalam pembinaan.
e. Perizinan menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang dapat menambah
Objek pajak.
f. Pelayanan perizinan merupakan salah satu cermin kulitas pelayanan
BAB IV
PENGAWASAN TERHADAP IZIN TATA RUANG DAN MENDIRIKAN BANGUNAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN
NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
D. Pemeriksaan Izin Tata Ruang dan Mendirikan Bangunan Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Medan Nomor 3 tahun 2015
Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan dilingkungan pemerintahan
menurut penanganan yang lebih serius agar tidak terjadi pemborosan dan
penyelewengan yang dapat mengakibatkan kerugian pada Negara.Untuk
menghindari hal tersebut maka diperlukan suatu system pengawasan yang
tepat.Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar pelaksanaannya dapat
berjalan dengan baik. Pengawasan secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan
administrasi yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjaan yang
sudah diselesaikan apakah sesuai dengan rencana atau tidak.Karena itu bukanlah
untuk mencari siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih diarahkan kepada
upaya untuk melakukan koreksi terhadap hasil kegiatan.Dengan demikian jika
terjadi kesalahan atau penyimpangan-penyimpagan yang tidak sesuai dengan
sasaran yang ingin dicapai, maka segera diambil langkah-langkah yang dapat
meluruskan kegiatan berikutnya sehingga terarah pelaksanaanya.
Pengawas mempunyai peranan yang penting dalam manajemen
kepegawaian. Pengawasan mempunyai hubungan yang terdekat dengan
sebagian besar akan tergantung kepada betapa efektifnya ia bergaul dengan
mereka.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan apabila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.52
Pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan
atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria,
norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Admosudirdjo
53
(1) Walikota atau pejabat yang dihunjuk berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka
melaksanakan Peraturan Daerah ini. .
Dari beberapa definisi pengawasan tersebut, dapat dimpulkan pengertian
pengawasan sebagai berikut pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pimpinan untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangn, mengevaluasi
pelaksanaan pekerjaan pegawai dan mengadakan tindakan perbaikan apabila
diperlukan untuk menjamin tercapainya sasaran hasil kerja dan saran lainnya
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Pasal 44
52 Fahmi Irfan, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi, cetakan pertama, Penerbit
: Alfabeta, Bandung, 2012, hal 139.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa, wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan serta dokumen
lain yang berhubungan dengan Objek Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan kepada petugas yang dihunjuk untuk memasuki
tempat atau ruangan yang dianggap memberikan bantuan guna kelancaran
pemeriksaan; dan
c. memberikan keterangan yang dianggap perlu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi
sebagimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota
E. Penyidikan Izin Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2015
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015, Pasal
47, menyebutkan bahwa:
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah
agar keterangan atau laporan tesebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan, bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(4) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku.
F. Penegakan Hukum terhadap Izin Tata Ruang dan Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2015
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam
kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai
rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.54
54 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta, 2003, hal 87.
Sedangkan menurut Satjipto
konsep-konsep tentang keadian, kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya.
Jadi penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan
konsep-konsep tersebut menjadi kenyataan.
Penegakan hukum terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2015 mempunyai fungsi
instrumental yaitu pengendalian perbuatan terlarang dan saksinya ditujukan pada
perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut.
Dengan demikian, ada beberapa aspek yang tekait dalam penegakan hukum
terhadap peraturan daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2015, yaitu
pengawasan,sanksi administratif dan gugatan administrasi.55
55
Satjipto Rahardjo “Paradigma Hukum Indonesia dalam Perspektif Sejarah”, Makalah.S y m p o s i u m N a s i o n a l I l m u H u k u m T e n t a n g P a r a d i g m a d a l a m I l m u H u k u m Indonesia, Program S3 Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 10 Pebruari 1998
Penegakan hukum terhadap penerbitan izin mendirikan bangunan yang
melanggar tata ruang. Dengan tujuan supaya Kota Medan menjadi kota yang sehat
dan ramah lingkungan, maka perlu adanya penegakan hukum yang tegas terkait
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas mengenai Pengawasan Terhadap
Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, maka penulis
dapat memaparkan beberapa faktor sebagai berikut :
1. Pengaturan mengenai IMB diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2015
tentang Retribusi IMB. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung dan Perda tersebut diatur tentang asas, tujuan
dan lingkup dari bangunan gedung, fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung yaitu syarat administratif dan syarat teknis, peranan
masyarakat, pembinaan terhadap bangunan gedung dan sanksi yang terdiri
atas sanksi administratif dan sanksi denda.
2. Pelaksanaan izin tata ruang dan bangunan Kota Medan, Peraturan Daerah
No. 3 Tahun 2015, pelaksanakan pengawasan sekaligus mengambil
tindakan hukum terhadap pelaksanaan pembangunan bangunan berupa
pembongkaran apabila pelaksanaan mendirikan bangunan bertentangan,
tidak sesuai atau menyimpang dari izin yang telah diberikan dan
3. Pengawasan terhadap izin tata ruang dan bangunan berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2015 tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan. Pemrintah Kota Medan, dalam rangka
menginplementasikan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2015 telah
melaksanakan pengawasan dan sekaligus mengambil tindakan hukum
terhadap pelaksanaan pembangunan bangunan berupa pembongkaran
apabila pelaksanaan mendirikan bangunan bertentangan, tidak sesuai atau
menyimpang dari izn yang telah diberikan dan pelaksanaan mendirikan
bangunan tidak memiliki izin.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan masalah Pengawasan
Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, antara
lain :
1. Dalam rangka menciptakan ketertiban dan keselarasan dalam pelaksanaan
pembangunan di Kota Medan maka pengerjaan pembangunan baik yang
dilakukan masyarakat maupun pihak pengusaha dan instansi pemerintahan
harus mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) agar dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Medan dan tidak merusak lingkungan
2. Dalam angka tertib dan keteraturan pelaksanaan pembangunan di Kota
pembangunan perumahan harus mempunyai IMB, maka perlu diberikan
keringanan dan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan pengurusan
IMB sehingga pelakanaan pembangunan di Kota Medan dapat dilaksanakan
dengan berwawasan lingkungan.
3. Supaya tugas pengawasan dapat berjalan dengan baik maka pihak pengawas
bangunan perlu diperlengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana, misalnya
penambahan unit komputer, sehingga diharapan tugas pengawasan dapat
BAB II
PENGATURAN IZIN TATA RUANG DAN MENDIRIKAN BANGUNAN KOTA MEDAN
A. Pengertian Tata Ruang dan Bangunan
Menurut D.A. Tisnaadmidjaja, yang dimaksud dengan ruang adalah
“wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan
wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu
kualitas kehidupan yang layak”.10 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan
pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.11
Secara yuridis pengertian mengenai tata ruang dijelaskan dalam Ketentuan
Umum Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 1
ayat (1) dan (2). Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya, sedangkan tata ruang adalah wujud struktur ruang dan
pola ruang.12
10
D.A Tiasnaadmidjaja dalam Asep Warlan Yusuf. Pranata Pembangunan. Universitas Parahiayang 1997, Bandung, hal. 6
11 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 1 angka (2) 12 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Pasal 1 ayat (6)
dikemukakan oleh Suratman Woro dalam materi perkuliahan Tata Ruang dan
Perencanaan Lingkungan.13
Tata ruang adalah bidang keilmuan yang menyangkut banyak aspek seperti
sosial, ekonomi, teknologi dan lingkungan. Semua aspek tersebut saling terkait
dan mempengaruhi dalam sebuah sistem. Sistem inilah yang disebut tata ruang.
Sebagai suatu sistem, maka tata ruang mempunyai tiga unsur sistem, yaitu: dasar,
sistem dan komponen. Ketiga unsur ini menentukan kinerja dari sebuah sistem.
Oleh karena itu, tata ruang yang baik harus memiliki dasar, sistem (proses) dan
komponen yang jelas dan baik.14
Menurut Herman Hermit “sebagaimana asas hukum yang paling utama
yaitu keadilan, maka arah dan kerangka pemikiran serta pendekatan-pendekatan
dalam pengaturan (substansi peraturan perundang-undangan) apa pun, termasuk
Undang-Undang Penataan Ruang, wajib dijiwai oleh asas keadilan”.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat simpulkan bahwa tata ruang
bangunan adalah wujud struktur ruang dan pola, meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup.
15
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ditegaskan bahwa
penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:16
13 Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. 14
http://hematenergi.wordpress.com/Kriteria dan KonsepTata Ruang Ideal, Yasmin.,ST diakses pada 03 April 2016.
15 Herman Hermit. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang. Mandar Maju. 2008, Bandung, hal. 68.
1. Keterpaduan.
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan antara
lain, adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan
pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan.
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya
yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
5. Keterbukaan.
Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan.
Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan umum.
Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian hukum dan keadilan.
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan
perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan
kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
9. Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.
Klasifikasi penataan ruang ditegaskan dalam Undang-Undang Penataan Ruang
kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis
kawasan.17
Selanjutnya ditegaskan sebagai berikut:18
1. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem
internal perkotaan.
2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budi daya.
3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administrasi terdiri atas penataan
ruang wilayah nasional, penataaan ruang wilayah provinsi, dan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota.
4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan, dan penataan ruang kawasan perdesaan.
5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penatan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan hal sebagai
berikut:19
1. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana.
2. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan,
kondisi ekeonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan,
lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan.
3. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota harus dilakukakn secara berjenjang dan
komplementer. Komplementer yang dimaksud disini adalah bahwa penataan
ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota saling melengkapi satu sama lain, bersinergi, dan dalam
penyelenggaraannya tidak terjadi tumpah tindih kewenangan.20Tugas negara
dalam penyelenggaraan penatan ruang meliputi dua hal, yaitu; (a) police making,
ialah penentuan haluan negara; (b) task executing, yaitu pelaksanaan tugas
menurut haluan yang telah ditetapkan oleh negara.21
Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi: Dalam pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud di atas, negara memberikan kewenangan penyelenggaraan
penataan ruang kepada pemerintah dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan
penataan ruang itu dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
22
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.
20
Muhammad Akib, Charles Jackson dkk. Op.,Cit,. hal. 37
21 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. RadjaGrafindo Persada. 2006, Jakarta, hal. 13.
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional.
3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional.
4. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama
penataan ruang antarprovinsi.
Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penataan
ruang meliputi:23
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan
penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota.
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi.
3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi.
4. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja sama
penataan ruang antarkabupaten/kota.
Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi:24
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota.
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
4. Kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.
Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:25
1. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota.
2. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
3. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
Kegiatan pembangunan merupakan bagian terpenting dan tidak dapat
terpisahkan dari proses penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Indonesia
sebagai salah satu negara yang menganut paham Welfare state berkewajiban
untuk dapat menyelenggarakan pembangunan dengan memanfaatkan secara
optimal berbagai sumber daya yang ada guna memenuhi kebutuhan hidup
rakyatnya. Kewajiban negara ini diperkuat dengan dicantumkannya dalam
konstitusi negara yakni pada Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa negara
memiliki kekuasaan atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Dengan
kata lain, ketentuan ini bermakna bahwa negara dengan berbagai cara dan tanpa
alasan apapun dituntut untuk dapat mensejahterakan rakyatnya.26
Dalam proses penyelenggaraan pembangunan yang mensejahterakan
tersebut tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan atau dapat secara
ideal berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh rakyat atau yang termasuk
dalam kontitusi negara. Hal ini perlu disadari dan dipahami bahwa kegiatan
pembangunan selama ini atau di negara manapun bukan tanpa masalah atau
25 Ibid, Pasal 10 ayat (2)
hambatan. Demikian juga yang terjadi di Negara Indonesia yang merupakan
negara berkembang dengan pola pemerintahan yang masih inkonsisten. Hadirnya
konsep otonomi daerah yang digulirkan sejak tahun 1999 hanya merupakan intuisi
sesaat yang terpengaruh oleh euphoria sementara mengenai pola pemerintahan
yang dianggap ideal yakni perubahan system pemerintahan dari sentralistik ke
desentralistik yang pada kenyataannya dapat dibilang masih ragu-ragu dan belum
terbukti keefektifannya.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang. Pada Undang-Undang Penataan Ruang, perencanaan rencana tata ruang
wilayah nasional, rencana tata ruaang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi.27 Perencanaan Pembangunan Nasional terbagi atas
tiga jenis perencanaan yaitu:28
Pasal 19 Undang-Undang Penataan Ruang menyatakan bahwa
Penyusuanan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional harus memeperhatikan: Rencana Jangka Panjang, Rencana Lima Tahunan,
dan Rencana Tahunan.
29
1. Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
2. Perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil pengkajian
implikasi penataan ruang nasional.
27Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Op.,Cit. Pasal 15.
28 B.S. Muljana. Perencanaan Pembangunan Nasional, Proses Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional dengan Fokus Repelita V. UI -Press. 2001, hal. 4.
3. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas
ekonomi.
4. Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
5. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
6. Rencana pembangunan jangka panjang nasional.
7. Rencana tata ruang kawasan strategis nasional.
8. Rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Rencana Tata Ruang Nasional nantinya akan menjadi acuan terhadap
rencana tata ruang provinsi, kabupaten/kota. Adapun Rencana Tata Ruang
Provinsi adalah sebagai berikut:30
(1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
b. Pedoman bidang penataan ruang.
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
(2)Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:
a. Perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang provinsi.
b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi.
c. Keselarasan aspirasi pembangunan provinsi dan pembangunan
kabupaten/kota.
d. Daya dukung dan da