RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS TATA RUANG, PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
PEMERINTAH KOTA BINJAI
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1)
Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara
Program Studi S1 Ekstensi Ilmu Administrasi Negara
DISUSUN OLEH:
090921008
AGUSTINA BR SITEPU
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama : Agustina Br Sitepu
NIM : 090921008
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan
Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.
Ketua Departemen
Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara
Dra. Nurlela Ketaren Msp.
NIP: 195405021982032002 NIP: 196401081991021001 Drs.M.Husni Thamrin Nasution,MSi
a.n Dekan FISIP USU Pembantu Dekan I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program
Studi S-1 Ekstensi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatra Utara Medan.
Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan adanya bimbingan, bantuan,
dorongan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda A. Sitepu dan
Ibunda S. Br Pinem yang telah membesarkan, mendidik, memberi do’a dan
memberikan kasih sayang kepada penulis beserta seluruh keluarga besar SITEPU.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Nurlela Ketaren M.SP selaku
Dosen Pembimbing atas waktu yang telah diluangkan dan bimbingan yang diberikan
pada penulis dalam menyusun Skripsi ini, Pada kesempatan ini pula penulis
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
1. Bapak Drs.Husni Thamrin Nasution, MSi selaku ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
2. Kak Dian dan kak Mega yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
administrasi penyelesaian skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah
memberikan bimbingan dan ajaran kepada penulis selama masa kuliah.
4. Seluruh staf karyawan Pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Pemerintah Kota Binjai.
5. For all my big family SITEPU and my family in BRANDAN thanks for all to
pray and support.
6. Keluarga besar Tampubolon, abang Pabak Nicho, kakakku Ua mamak Nicho
terimakasih banyak atas do’a nasehat dan supportnya smoga menjadi keluarga
yang bahagia selalu Amin,,,,
7. Buat ngah dan bang Pian terimakasih banyak atas do’a nasehat dan supportnya
somoga menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Warohma Amiiiiiiiiin
8. unda (Purnomo Sitepu SH.,) dan Kak Juli yang telah memberikan do’a, nasehat
dan supportnya, Semoga menjadi orang yang berguna dan sukses selalu dan
tambah sayang kepada orang yang disayanginya.
9. Buat adikku Djuanda Sitepu yang tampan, belajar yang rajin, raih prestasi
setinggi-tingginya, Jadikan dirimu yang terbaik.
10. Buat orang selalu menyayangiku terimakasih banyak atas bantuannya dan
11. Just For you bang Ginting terima kasih atas doa dan dukungannya serta terima
kasih atas semuanya.Selamat mengisi hari-hari yang lebih berarti, jangan
mengeluh. ingat semangkin kita dekat ma DIA semangkin besar pula cobaan
yang kita hadapi kam harus tetap spirit. Yakinkan hanya Allah yang menjamin
hidup dan kehidupan. Bujur Mejuah-juah.
12. Buat Bang Judho terima kasih atas doa dan dukungannya maaf kalau pupu gak
bisa jadi yang terbaik Selamat mengisi hari-hari yang lebih berarti, jangan
mengeluh. Jadilah laki-laki yang tegar.
13. Just For you Bobi Aulia terima kasih atas doa dan dukungannya serta terima
kasih atas semuanya.
14. Semua teman – teman Ekstensi AN”09 Rika, Fani, Kak Aisyah, Kak Mirna,
Tita, Sofi. Kak Maria, dan Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu terima kasih atas doa dan dukungannya serta terima kasih atas
semuanya.
Akhir kata penulis mendoakan semoga Allah SWT membalas semua bantuan
yang telah diberikan dengan pahala, rahmat, dan karunia yang berlipat ganda, dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Amin Ya Robbal Alamiin.
Medan, Januari 2011 Penulis
ABSTRAK
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Pemerintah Kota Binjai.
Nama : Agustina Br Sitepu NIM : 090921008
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren M.SP.
Salah satu sumber pendapatan keuangan daerah yang cukup mendapat perhatian adalah retribusi daerah. Dari sejumlah retribusi yang ada Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu retribusi yang berperan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Dan Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.
Penelitian dilakukan pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah. Faktor utama yang menghambat pemungutan IMB adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang diakibatkan oleh kurangnya sosialisasi tentang peraturan daerah yang mengatur mengenai IMB di Kota Binjai.
Maka dapat disimpulkan retribusi IMB di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah, yang menjadi hambatan pelaksanaannya adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang disebabkan kurangnya sosialisasi dan cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan sosialisasi tentang pemahanan IMB kepada masyarakat.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Kerangka Teori ... 6
1.5.1 Desentralisasi dan Otonomi Daerah... 6
1.5.2 Otonomi Daerah ... 8
1.5.3 Pendapatan Asli Daerah ... 11
1.5.4 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ... 13
1.5.5 Retribusi Daerah ... 15
1.5.6 Sarana dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ... 18
1.5.7 Perhitungan Retibusi Daerah ... 19
1.5.9 Maksud dan Tujian Izin Mendirikan Bangunan ... 22
1.5.10 Retribusi Izin Mendrikan Bangunan Dalam Mengisi Pendapatan Asli Daerah ... 26
1.6. Definisi Konsep ... 27
1.7. Definisi Operasional ... 28
1.8. Sistematika Penulisan ... 31
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian... 32
2.2. Lokasi Penelitian ... 32
2.3. Informan Penelitian ... 32
2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34
2.5. Teknik Analisa Data ... 35
BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Tinjauan Umum ... 36
3.2 Tugas Pokok dan Fungsi ... 37
3.3 Susunan Organisasi ... 38
3.4 Retribusi IMB di Pemerintahan Kota Binjai ... 44
3.4.1 Ketentuan dan Prosedur Perizinan ... 44
3.4.2 Ketentuan Retribusi dan Tata Cara Pemungutan ... 46
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Deskripsi Data Identitas Responden ... 48
4.1.1 Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 48
4.1.3 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 49
4.2 Informasi Jawaban Responden ... 50
4.3 Hasil Wawancara ... 60
4.3.1 Kesimpulan dari Hasil Wawancara... 63
BAB V ANALISA DATA 5.1 Peranan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah ... 67
5.1.1Penerimaan IMB dalam Mengisi Kas Daerah 4 Tahun Terakhir ... 71
5.1.2 Retribusi Izin Mendrikan Bangunan ... 72
5.1.3 Prosedur IMB ... 73
5.1.4 Besarnya Tarif ... 76
5.1.5 Kesadaran Wajib Retribusi ... 78
5.2 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. ... 80
5.3 Langkah yang diambil dalam Mengatasi Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ... 81
BABA VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 84
6.2 Saran ... 86
DARTAR TABEL
Halaman
Tabe l : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49
Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 50
Tabel 4 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Prosedur Pengurusan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) ... 51
Tabel 5 : Distribusi Jawaban Responden tentang Persyaratan IMB ... 52
Tabe 6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Orang Lain
(Calon) Dalam Mengurus IMB ... 52
Tabel 7 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Sanksi Hukum Bagi
Bangunan Yang Tidak Memiliki IMB ... 53
Tabel 8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyesuaian Antara Izin Yang
Diurus Dengan Peruntukan Bangunan ... 53
Tabel 9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pentingnya Melakukan
Pendataan Ulang Terhadap Bangunan Di Kota Binjai ... 54
Tabel 10 : Tanggapan Responden Tentang Tarif yang Dikenakan………. 54
Tabel 11 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Pembayaran Tari
Lain Yang Dikenakan Dalam Mengurus IMB ... 55
Tabel 12 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Adanya Keberatan Atas
Tabel 13 : Tanggapan Responden Terhadap PentingnyaPeraturan izin
Mendirikan Bangunan……… 56
Tabel 14 : Tanggapa Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya
Penyuluhan………... 56
Tabel 15 : Distribusi Jawaban Responden Apakah Dinas Tarukim Pemerintah
Kota Binjai Telah Melakukan Sosialisasi Tentang Prosedur Pengurusa 57
Tabel 16 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Retribusi IMB Dapat
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ... 57
Tabel 17 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan IMB Saat Ini
Berjalan Dengan Baik ... 58
Tabel 18 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlunya Pengelolaan
IMB Dengan Efisien………... 58
Tabel 19 : Rincian Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gbr.1. Kerangka Berpikir ... 28
Gbr.2. Stuktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Perumahan dan Pemukiman Kota
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar wawancara
2. Koesioner
3. Surat Permohonan
4. Jadwal Seminar Proposal
5. Surat Izin Penelitian
6. Surat Keterangan Penelitian
7. Daftar Hadir Seminar Proposal
ABSTRAK
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Pemerintah Kota Binjai.
Nama : Agustina Br Sitepu NIM : 090921008
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren M.SP.
Salah satu sumber pendapatan keuangan daerah yang cukup mendapat perhatian adalah retribusi daerah. Dari sejumlah retribusi yang ada Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan salah satu retribusi yang berperan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Dan Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.
Penelitian dilakukan pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, penyebaran kuesioner dan studi kepustakaan.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah. Faktor utama yang menghambat pemungutan IMB adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang diakibatkan oleh kurangnya sosialisasi tentang peraturan daerah yang mengatur mengenai IMB di Kota Binjai.
Maka dapat disimpulkan retribusi IMB di Kota Binjai sudah cukup berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah, yang menjadi hambatan pelaksanaannya adalah rendahnya kesadaran masyarakat yang disebabkan kurangnya sosialisasi dan cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan sosialisasi tentang pemahanan IMB kepada masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan yang
terus menerus pada kemajuan dan peningkatan kemakmuran rakyat yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
“Suatu kenyataan bahwa biaya yang tersedia bagi suatu Negara yang sedang
giat melaksanakan pembanguna seperti Indonesia , selalu terbatas di bandingkan
dengan banyaknya kegiatan pembangunan yang perlu di biayai “P. Siagian (1990:
156.)
Untuk mewujudkan pembangunan tersebut di butuhkan investasi dana dalam
jumlah yang cukup besar, yang pelaksanaanya harus berlandaskan kemandirian. Oleh
sebab itu sudah saatnya di letakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya
dana tersebut melalui sumber-sumber pendapatan dalam negeri, sehingga pendapatan
yang di peroleh dari sumber luar negeri tidak menjadi mutlak dalam memasok
sumber investasi pembangunan.
Sejalan dengan keinginan di atas pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintah di Daerah, yang
mengakibatkan terbentuknya daerah daerah otonom baik di Daerah Tingkat I maupun
Daerah Tingkat II.(P. Siagian, 1990:156)
Meskipun pemerintah pusat dapat memberikan subsidi atau bantuan kepada
tersebut penggunaannya telah diperioritaskan oleh pemerintah pusat, dan sifatnya
terbatas, seperti didalam undang-undang nomor 5 tahun 1974:
Agar supaya daerah dapat megurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka kepentingannya perlu diberikan yang cukup, tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan daerah, kepada daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri berdasarkan undang-undang.
Pada dasarnya pemerintah daerah di Indonesia, memperoleh 5 sumber pendapatan
atau keuangan yang dimungkinkan oleh perundang-undangan, yaitu:
(Johanes, 1992: 32)
1. Sumber pendapatan Asli Daerah, yang diperoleh dari berbagai sumber perpajakan daerah dan juga pungutan dari retribusi
2. penerimaan dari opsen atau bagi hasil pajak
3. sumber penerimaan daerah yang berupa subsidi dari pemerintah pusat 4. Sumber penerimaan dari perusahaan daerah
5. Sumber pinjaman dari pinjaman daerah.
Sehubungan dengan pendapatan asli daerah tersebut diatas menurut (Drs.
Josef Riwu 1988: 128) bahwa pendatan asli daerah dibagi menjadi 5 jenis yaitu:
1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Perusahaan Daerah 4. Dinas Daerah
5. Pendapatan Daerah lainnya.
Salah satu yang cukup mendapat perhatian penting didalam mengisi kas
daerah adalah retribusi. Walaupun jumlahnya lebih kecil dari pendapatan lainnya,
akan tetapi apabila pengelolaannya dilakukan secara baik pasti akan memberikan
andil yang besar dalam mengisi kas daerah.
Dari sejumlah rebribusi yang ada, retribusi izin memberikan bangunan
retribusi izin mendirikan bangunan dalam empat tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 : Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam empat tahun terakhir
No Tahun Target IMB Realisasi %
1. 2007/2008 Rp. 537.000.000,- Rp. 582.589.427,- 106,81
2. 2008/2009 Rp. 537.000.000,- Rp. 514.426.646,- 95,79
3. 2009/2010 Rp. 537.000.000,- Rp. 572.536.422,- 106,61
4. 2010/2011 Rp. 537.000.000.- Rp. 1.045.606.669,- 194,71
Sumber: Dokumen IMB kota Binjai Tahun 2007/2010
Dari uraian diatas, persentase penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan
terhadap Pendapatan Asli Daerah cendrung mengalami fluktuasi (naik turun), namun
demikian dapat kita perhatikan perkembangan Kota Binjai saat ini dan masa yang
akan datang diharapkan retribusi Izin Mendirikan Bangunan akan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan daerah.
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam empat tahun terakhir persentase
nya meningkat namun demikian masih banyak permasalahan yang dihadapi dan
banyak pula potensi daerah yang belum tergali oleh dinas perumahan dan pemukiman
pemerintah kota binjai hal ini disebabkan karena kurangnya kesdaran masyarakat
akan kegunaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan, adanya anggapan bahwa
melakukan renovasi/rehabilitas terhadap bangunan tidak perlu meminta Izin kepada
Pemerintah Daerah setempat melalui Tata Ruang dan Pemukiman Binjai sehingga
tidak meminta Izin kepada Pemerintah Daerah setempat melalui Tata Ruang dan
Pemukiman Binjai, tidak terjaganya ketertiban, keselarasan, kenyamanan, dan
keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya maupun lingkungan
sekitarnya. Karena Selain itu IMB juga diperlukan dalam pengajuan kredit bank,
Tidak terdapatnya pembinaan dari lembaga yang berwenang yang dapat membina
orang atau badan yang bermaksud membangun agar dapat membangun dengan benar
dan menghasilkan bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Tidak teraturnya pembangunan Jarak dari jalan ke bangunan, luas ruang terbuka, dan
lain-lain. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semrawut dan tidak
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, dengan tidak melapor IMB dapat juga
menyebabkan Pembangunan yang tidak terkendalikan bisa muncul dimana-mana
seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang dimaksudkan
menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa pengendalian. Selain itu laju
pembangunan perlu diperhatikan. Pembangunan yang begitu pesat juga bisa
membawa dampak buruk bagi lingkungan.
Adapun usaha yang dilakukan pemerintah yang dalam hal ini oleh Tata Ruang
perumahan dan Pemukiman Binjai untuk meningkatkan penerimaan retribusi Izin
mendirikan Bangunan serta usaha yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan
tersebut akan dibahas pada Bab selanjutnya.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam
1.2. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini membawa hasil yang diinginkan sesuai dengan arah
penelitian, maka perlu disebutkan perumusan masalahnya melalui interprestasi fakta
yang ada.
“Setiap penelitian dimulai dengan perumusan masalah, yaitu yang
memberikan berbagai gambaran bahwa ada sesuatu yang perlu diselesaikan atau
dipecahkan dalam arti dicari jawabannya. ( Hadari Nawawi 1990: 5)
Di dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana peranan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Pemerintah Kota Binjai.
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya hambatan-hambatan
terhadap pembayaran Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Pemerintah Kota Binjai.
1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah jelas mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini penulis merumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
hambatan-hambatan terhadap pembayaran retribusi Izin Mendirikan Bangunan pada
Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
Pemerintah Kota Binjai.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Guna mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir melalui
penulisan karya ilmiah serta melatih penulis menerapkan teori yang telah
didapat selama perkuliahan.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Dinas Tata Ruang, Perumahan dan
Pemukiman Pemerintah Kota Binjai pada khususnya dan pihak – pihak yang
berkepentingan pada umumnya untuk meningkatkan efektifitas peran IMB
sebagai PAD di Kota Binjai.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
1.5. Kerangka Teori
1.5.1. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Menurut Hoy dan Miskel dalam (Sugiono, 2005:55) teori adalah seperangkat
kosep, asumsi dan generalisasi yang digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, sebelum melakukan penelitian lebih
berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang
dipilihnya.
Maka dalam penelitian ini, menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:
Pengertian Desentralisasi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu
“de” berarti lepas dan “centrum” yang berarti “pusat”.
Jadi Desentralisasi mengandung arti melepaskan diri dari pusat.
Secara yuridis formal Desentralisasi dapat diartikan sebagai berikut :
“Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah yang menjadi urusan rumah tangganya” (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974:3)
Selanjutnya menurut Bayu Suryaningrat 1990:6-7 ada dua macam
Desentralisasi yaitu :
1. Desentralisasi Jabatan yaitu pemancaran kekuasaan dari atasan kepada
bawahan sehubungan dengan kepegawaian atas jabatan dengan maksud untuk
meningkatkan kelancaran kerja.
2. Desentralisasi Kenegaraan yaitu penyebaran kekuasaan untuk mengatur
Daerah dalam lingkungannya sebagai usaha untuk mewujudkan azas
demokrasi dalam Pemerintahan Negara. Di dalam Desentralisasi ini rakyat
secara langsung mempunyai kesempatan untuk turut serta dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Dari pengertian tersebut diatas penulis melihat bahwa Desentralisasi adalah
suatu pemancaran, bila dikaitkan dengan kepegawaian. Kemudian Desentralisasi
dapat juga berarti usaha untuk mewujudkan demokrasi dan sekaligus sebagai alat
Negara Republik indonesia menganut azas Desentralisasi ini sesuai dengan
Undang Dasar 1945 Pasal 18, yang konsekuensinya dikeluarkannya
Undang-Undang tentang pelaksanaan Desentralisasi yang dikenal dengan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah yang
menyangkut azas Desentralisasi dan Dekonsentrasi serta membuahkan dasar-dasar
bagi penyelenggaraan berbagai urusan Pemerintahan di Daerah menurut Azas
Pembantuan. Dengan dianutnya azas Desentralisasi ini maka terbentuklah
Daerah-Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah-Daerah.
Dari uraian tersebut diatas maka jelaslah bahwa penerapan Desentralisasi
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 menempatkan Desentralisasi sama
pentingnya dengan Dekonsentrasi yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam
suasana keseimbangan. Dari pelaksanaan azas Desentralisasi ini, maka terbentuklah
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II yang masing-masing tidak bersifat vertikal
karena memiliki Otonomi Daerah masing-masing.
1.5.2. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi Daerah merupakan persoalan inti dalam pelaksanaan mekanisme
pemerintahan di daerah dengan sebaik-baiknya, oleh sebab itu Otonomi Daerah perlu
mendapat perhatian demi untuk kemajuan daerah menuju daerah mandiri yang dapat
membiayai rumah tangganya sendiri.
Secara etimologi perkataan Otonomi berasal dari bahasa latin “autos” yang
etimologi saja tidak cukup untuk menjelaskan pengertian tentang Otonomi Daerah
tersebut.
Menurut (Abdurrahman 1987:3) “Otonomi Daerah adalah kebebasan untuk
memelihara dan memajukan kepentingan khusus Daerah dengan keuangan sendiri
dan Pemerintahan sendiri”.
Sedangkan pengertian Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1974 “Otonomi Daerah adalah hak dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku”.
Dari pengertian tersebut diatas yang dimaksud dengan menentukan hukum
sendiri dan Pemerintahan sendiri bukan berarti daerah bebas di dalam menentukan
hukum dan pemerintahannya. Jadi yang dimaksud dengan menentukan hukum sendiri
dan Pemerintahan sendiri diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
menyelenggarakan urusan rumah tangga Daerahnya.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penyelenggara
Otonomi Daerah didasarkan pada prinsip-prinsip :
1. Pelaksanaan pemberian Otonomi Daerah harus menunjang aspirasi
perjuangan rakyat, yakni memperkokoh negara kesatuan dan mempertinggi
tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia seluruhnya.
2. Pemberian Otonomi kepada Daerah harus merupakan otonomi yang nyata
3. Azas Desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan azas Dekonsentrasi,
dengan memberikan kemungkinan pula bagi pelaksanaan Azas Tugas
Pembantuan.
4. Pemberian Otonomi kepada Daerah mengutamakan aspek keserasian dan
tujuan di samping aspek pendemokrasian.
5. Tujuan pemberian Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk
meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa. (CST.
1991:11).
Mengenai titik berat Otonomi Daerah pada Daerah Tingkat II dengan
mempertimbangkan bahwa Daerah Tingkat II yang lebih langsung berhubungan
dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat lebih mengerti dan memenuhi aspirasi
masyarakat tersebut. Penyerahan urusan pemerintahan kepada Daerah dilakukan
secara bertahap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang
bersangkutan.
Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada daerah sebagai
pelaksanaan azas Desentralisasi tetapi tanggung jawab terakhir terhadap
urusan tersebut tetap berada ditangan Pemerintah dan apabila diperlukan
urusan-urusan yang telah diserahkan kepada daerah itu dapat ditarik kembali menjadi urusan-urusan
Sebagai konsekuensi prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1994 membuka kemungkinan penghapusan atau
penataan kembali daerah otonom.
1.5.3. Pendapatan Asli Daerah
Salah satu konsekwensi pada setiap Negara yang melaksanakan asas
desentralisasi, yang pada gilirannya melahirkan otonomi daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan-urusan pemerintahan yang mendaji urusan pada setiap
pemerintahan daerah (local government) yang menjalankannya, adalah menimbulkan
pembagian kewenangan pada sektor keuangan untuk membiayai penyelenggaraan
urusan tumah tangga (otonomi) pada pemerintahan tersebut. Meskipun deminkian,
bukan berarti bahwa pemerintahan nasional atau pusat (central government)
melepaskan tanggungjawabnya dalam masalah pembiayaan pemerintah daerah, bila
pemerintah daerah yang bersangkutan mengalami kesulitan di dalam mencari
sumber-sumber pembiayaan keuangan daerahnya.
Idealnya memang setiap pemerintahan daerah yang telah menerima otonomi
dari pemerintah pusat kemudian diikuti dengan pembagian kewenangan dalam
pencarian sumber-sumber pembiayaan, seharusnya dapat mandiri dalam hal mencari
sumber-sumber keuangan daerahnya, sebagai mana juga dikatakan oleh The Liang
Gia (1968:168) sebgai berikut:
mengikut i irama datangnya dan banyaknya bantuan dari pusat, serta syarat-syarat yang dikaitkan pada bantuan itu. Dengan demikian daerah itu dapat dikatakan mempunyai kehidupan sendiri”
Dalam Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan asli
daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan
pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pengelolaan pajak Daerah dan
Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan lainya termasuk Peraturan Daerah.
Menurut Insukindro, Dkk (1994:1) dalam kaitannya dengan pemberian otonomi
kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan
keungan daerah sesuai dengan kondisi daerah, Pendapatan Asli Daerah dapat
dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengurangi ketergantungan
suatu daerah kepada pusat.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah
daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD
dianggarkan secara bruto, yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang
dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka
menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah
1) Pendapatan Asli Daerah
2) Dana Perimbangan
3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Tentang pendapatan Asli Daerah disebutkan AW. Wijaya, 1992:42, yaitu:
“Merupakan salah satu modal Pemerintah Daerah dalam memenuhi dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah”
Apabila daerah telah berhasil menghimpun dana dari masyarakat untuk
membangun daerahnya, maka hal ini juga merupakan kemandirian daerah dalam
memperkecil ketergantungan daerah-daerah terhadap subsidi dari Pemerintah Pusat.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa modal
utama Daerah dalam membangun Daerahnya adalah dari pendapatan Asal Daerah
tersebut. Jadi semakin besar pendapatan Asli daerah tersebut semakin besar pula
keberhasilan yang akan diraih Daerah tersebut dalam melaksanakan pembangunan.
1.5.4. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah sebagai salah satu sumber kuangan daerah, pada
hakekatnya menempati posisi yang paling strategis bila dibandingkan dengan sumber
keuangan lainya.
Dikatakan menempati posisi yang paling strategis, karena sumber kuangan
daerah mempunyai keleluasan yang lebih besar dan didasarkan pada kreatifitas
masing-masing daerah untuk semaksimal mungkin memperoleh pendapatannya
sendiri berdasarkan kewenangan yang ada padanya, dan selain itu secara bebas pula
membiayai jalannya pemerintahan dan pembangunan daerah yang telah menjadi tugas
pokoknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan asli daerah ini
merupakan sumber pendapatan yang menjadi tulang punggung otomoni daerah,
bahkan dapat dikatakan lebih lanjut bahwa sektor pendapatan asli daerah inilah yang
menjadi salah satu ukuran penting untuk menilai apakah daerah-daerah akan mampu
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
Disamping itu penerimaan keuangan daerah yang bersumber dari pendapatan
asli daerah ini dimaksudkan pula untuk mencegah ketergantungan yang tinggi
terhadap penerimaan dari pemerintah pusat, sehingga dapat menghindari investasi
yang terlalu jauh oleh pusat terhadap jalannya otonomi daerah yang dirasakan
pemerintah daerah.
Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
antara lain :
a. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan daerah
4. Lain-lain perusahaan daerah yang sah
b. Dana perimbangan terdiri dari :
1. Dana bagi hasil.
2. Dana Alokasi Umum
c. Lain-lain pendapatan yang sah.
Jadi dalam hal ini retribusi daerah termasuk dalam pendapatan Asli Daerah
sesuai dengan Undang-Undang tersebut diatas.
1.5.5. Retribusi Daerah
Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu
pendapatan asli daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah, untuk menigkatkan dan meratakan
kesejahteraan masyarakat.
Menurut Ahmad Yani (2002:55) “ Daerah provinsi, kabupaten/kota diberi
peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangan dengan menetapkan jenis
retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi criteria yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat”.
Pemungutan retribusi daerah yang ada saat ini dilaksanakan sesuai dengan
undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah, yang menyatakan bahwa setiap daerah harus mampu mengurus dan
membiayai rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya oleh karena itu daerah
diwajibkan untuk menggali sumber keuangnya sendri menurut perundang-undangan
yang berlaku.
Retibusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara kerna
adanya jasa tertentu yang diberikan oleh nergara bagi penduduknya secara
perorangan. Jasa tersebut dapat dikatanakan bersifat langsung, yiatu hanya membayar
Menurut S. Munawir, 1980:4 retribusi adalah “……Iuran kepada Pemerintah
yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk, paksaan disini
bersifat ekonomis karena sipaa saja yang tidak merasakan jasa balik Pemerintah, dia
tidak dikenakan iuran itu
Dari uraian diatas penulis dapat diartikan sebagai ongkos yang harus dibayar
untuk memperoleh jasa yang dikeluarkan daerah menurut peraturan yang berlaku.
Kemudian dari pendapat diatas yang menjadi ciri pokok retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia sebagai berikut: (Sutedi, 2008:76)
1. Retribusi dipungut oleh Negara
2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomi.
3. Adanya interprestasi yang secara langsung dapat ditunjukkan.
4. Retribusi dapat dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau
mengenyam jasa uanmg diberijkan oleh pemerintah daerah dalam
perkembangan hingga saat ini jenis-jenis retribusi yang dinyatakan diserahkan
kepada daerah adalah sebagai berikut: (Riwu Kaho, Op cit:154)
1. Uang leges
2. Bea jalan, jembatan dan jalan tol
3. Bea pangkalan
4. Bea penambangan
5. Bea pemeriksaan, pembantaian hewan
6. Uang sewa tanah/ bangunan
7. Uang sempadan izin bangunan
9. Bea penguburan
10. Retribusi pengerukan kakus/ WC
11. Retribusi pelelangan ikan
12. Izin perusahaan industri kecil
13. Retribusi pengujian kendaraan bermotor
14. Retribusi jembatan timbang
15. Stasiun bis dan taksi
16. Balai pengobatan
17. Retribusi reklame
18. Retribusi pasar
19. Sewa pesanggarahan
20. Retribusi pengeluaran hasil hutan
21. Bea pemeriksanaan susu dan lain-lain
22. Retribusi tempat rekreasi.
(Josep Riwu Kaho, op cit1990 : 154).
Seperti yang telah disebutkan oleh Josep Riwu Kaho sebelumnya bahwa salah
satu retribusi telah diserahkan kepada Daerah sebanyak 22 jenis, diantaranya dalam
uang Sempadan Izin Bangunan.
Dari pendapat ahli ini terlihat bahwa uang Sempadan Izin Bangunan termasuk
dalam retribusi Daerah bila uang Sempadan Izin Bangunan yang dikelola oleh Dinas
Tata Kota besar jumlahnya maka besar pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Mengenai besar kecilnya uang Sempadan Izin Bangunan dalam mengisi pendapatan
1.5.6. Sarana dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah
Pemungutan retibusi daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh proses
kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun,
dalam pengertian ini tidak berarti bahwa pemerintah daerah tidak boleh bekerja sama
dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retibusi,
pemerintah daerah dapat mengajak badan-badan tertentu bekerja sama karena
profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagai tugas
pemungutan jenis retibusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan
retribusai yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan
perhitungan besarnya retribusi yang tertuang, pengawasan penyetoran retribusi, dan
pengalihan rertibusi.
Retribusi dipungut dengan Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang disamakan. SKRD adalah surat ketetapan retibusi yang
menentukan besarnya pokok retibusi. Dokumen lain yang dipersamakan antara lain
berupa karcis masuk, kupon, dan kartu langganan. Jika wajib retibusi tidak membayar
retibusi tepat pada waktunya atau kurang membayar, ia akan dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebersar dua persaen setiap bulan dari retibusi terutang
atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat Tagihan Retibusi Daerah
(STRD). Merupakan surat untuk melakukan taguhan retibusi dan atau sanksi
administrasi berupa bunga atau denda. Tata cara pelaksanaan pemungutan retibusi
1.5.7. Perhitungan Retribusi Daerah
Besarnya retibusi yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang
mengunakan jasa atau perijinan tertentu duhitung dengan cara mengalikan tarif
retibusi dengan tingkat penggunaan jasa. Dengan demikian besarnya retibusi yang
tertuang yang dihitung berdasarkan tarif retibusi dan tingkat penggunaan jasa.
a. Tingkat penggunaan jasa.
Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa
sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk menyelenggarakan jasa
yang bersangkutan, misalnya beberapa kali masuk tempat rekreasi, beberapa
kali/beberapa jam paerkir kendaraan dan sebagainya. Akan tetapi, ada pula
penggunaan jasa yang tidak dengan mudah diukur , dalam hal ini tingkat penggunaan
jasa mungkin perlu ditaksir berdasarkan rumusan tertentu yang didasarkan atas luas
tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana penggunaan
bangunan.
b. Tarif retribusi daerah
Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan
untuk menghitung besarnya retibusi daerah yang terutang. Tarif dapat ditentukan
seragam atau dapat diadakan perbedaan mengenai pengelolaan tarif sesuai dengan
sarana dan tarif tertentu, misalnya perbedaan retibusi tempat rekrasi antara anak dan
dewasa.
Tarif retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan memperhatikan prinsip
dan sarana penetapan tarif retribusi, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
bersangkutan. Dalam peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 ditetapkan bahwa
tariff retribusi ditinjau kembali paling lama lima tahun sekali.
c. Prinsip dan saran penetapan tarif retribusi daerah
Ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan prinsip dan saran
penetapan tarif yang berbeda antar golongan retribusi daerah. Sesuai dengan
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
Pasal 8-10 prinsip dan sarana penetapan retribusi daerah adalah sebagai berikut:
1. Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan
mempertimbangkan biaya penyedia jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan.
2. Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama untuk
memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat dianggap
memadai jika saja yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.
3. Tarif retribusi perijianan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan
meliputi pnerbitan dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum,
1.5.8 Izin Mendirikan Bangunan
1.5.7.1 Pengertian Izin Mendirikan Bangunan
Izin mendirikan bangunan (Dwi, 2008:11) atau lebih sering disebut IMB
adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangunan yang dapat
diterbitkan apabila rencana bangunan dinilai telah sesuai dengan ketentuan yang
meliputi sapek pertanahan, sapek plonologis (perencanaan), aspek tehnis, aspek
kesehatan, aspek kenyamanan dan aspek lingkungan.
Umumnya, IMB ditunjukan untuk 2 jenis bangunan:
1. Bangunan Rumah Tinggi adalah bangunan yang digunakan untuk tempat
tinggal bagi keluarga (single family). Jenis bangunan rumah tinggal ini harus
terletak diatas peruntukan wisma (Wisma besar/WBS, wisma flat /WFI,
wisma tanam/ WTM wisma sedang/WSD, wima kecil/WKC,
2. Bangunan Non Rumah Tinggal (NRT) adalah semua jenis bangunan umum
dengan penggunaan tertentu, seperti hunian (apartemen, kondominium, rumah
susun, hotel). Perdangangan (took/pertikoan, restoran, bioskop, pasar), kantor
tunggal/ perkantoran, industri pergudangan, sekolah, rumah sakit, rumah
ibadah (masjid, gereja, vihara), gedung pertemuan, terminal, stasiun kereta
api, bandara dan sebagainya.
Sebelumnya memulai mendirikan bangunan, gedung sebaiknya memiliki
kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan fungsinya.
Dalam pengurusan IMB diperlukan pengetahuan akan peraturan-peraturannya
sehingga dalam mengajukan IMB, informasi mengenai peraturan tersebut sudah
IMB mutlak harus dimiliki oleh setiap pemilik yang berniat mendirikan
bangunan sebab memiliki dasar hukum yang harus dipenuhi. Adapun dasar-dasar
hukum yang berlaku disetiap daerah berbeda-beda, demikian juga Kota Binjai yang
memiliki peraturannya sendiri, yaitu “ Peraturan Daerah Nomor 49 Tahun 1999
Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan”.
1.5.9. Maksud dan Tujuan Pemberian IMB
Sebelum memulai mendirikan bangunan, rumah sebaiknya memiliki kepastian
hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan fungsi. Ternyata IMB
tidak hanya diperlukan untuk mendirikan bangunan baru saja, tetapi juga dibutuhkan
untuk membongkar, merenovasi, menambah, mengubah, atau memperbaiki yang
mengubah bentuk atau struktur bangunan. IMB sendiri dikeluarkan oleh pemerintah
daerah setempat (kelurahan hingga kabupaten). Dalam pengurusan IMB diperlukan
pengetahuan akan peraturan-peraturannya sehingga dalam mengajukan IMB,
informasi mengenai peraturan tersebut sudah didapatkan sebelum pembuatan gambar
kerja arsitektur. Dari tulisan diatas, dapat diketahui maksud dari tujuan IMB.(PLKJ,
2009:7)
Adapun pemberian IMB dimaksudkan untuk:
1. Pembinaan.
Pembangunan sebuah bangunan memerlukan pembinaan. IMB dimaksudkan
agar lembaga yang berwenang dapat membina orang atau badan yang dimaksud
membangun agar dapat membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang
2. Pengaturan.
Bangunan-bangunan perlu diatur. Pengaturan bertujuan agar menghasilkan
sesuatu yang teratur . Pembangunan perlu memperhatikan peraturan-peraturan yang
erlaku. Jarak dari jalan kebangunan. Luas rung terbuka, dan lain-lain perlu diatur.
Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semangkin semerawut dan tidak
memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.
3. Pengendalian.
Pembangunan perlu dikendalikan. Tanpa pengendalian, bangunan bisa
muncul dimana-mana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku.
Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa
pengendalian. Selain itu laju pembangunan perlu diperhatiakan. Pembangunan yang
begitu pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan.
4. Pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan oleh orang pribadi atau badan.
IMB juga dimaksudkan agar segala kegiatan pembangunan sudah disetujui
oleh lembaga yang berwenang dan mematuhi semua peraturan yang berlaku. Jadi
rencana pembangunan perlu disetujui terlebih dahulu sebelum bisa diwujudkan.
Yang menjadi tujuan pemberian IMB adalah untuk:
1. Melindungai kepentingan umum.
Bertujuan melindungi kepentingan umum. Kegiatan pembangunan yang bisa
merusak lingkungan bisa saja ditolak. Terjaganya lingkungan juga merupakan
kepentingan umum. Kantor tidak bisa begitu saja dibangun diatas lahan hijau. Tidak
pembangunan yang dimaksud bertentangan dengan kepentingan umum masyarakat,
tidak ada orang yang ingin rumahnya kebanjiran. Tidak ada orang yang tak ingin
menghirup udara segar.
2. Memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut retribusi
sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Jadi segala bentuk pembangunan yang sudah mendapat IMB juga
menyumbang pendapatan daerah. Semangkin besar pembangunan berarti daerah itu
juga akan mendapatkan pemasukan yang berarti.
IMB sebaiknya diajukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pendirian
bangunan, sehingga pada saat pelaksanaan setiap aktivitas tidak terganjal/bermasalah
dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
IMB juga perlu diperbarui apabila dalam perjalanannya bangunan mengalami
perubahan signifikan atau renovasi yang menimbulkan kegiatan yang berdampak
pada lingkungan seperti perubahan fungsi dan atau bentuk. Perubahan pada bangunan
ini dapat disebabkan oleh kesengajaan /perencanaan khusus misalnya menambah
ruang, baik horizontal maupun vertikal, atau berubah fungsi menjadi took/tempat
usaha lain. Perubahan oleh karena kejadian yang berunsur ketidak sengajaan misalnya
disebabkan oleh bencana alam, seperti roboh karena gempa, rusak oleh banjir dan
sebagainyai juga memerlukan IMB baru jika akan membangun kembali diatas tanh
lahan yang sama.
Proses penelitian IMB memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan penelitian
baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitan diperlukan beberapa perizinan
1. Izin Pendahuluan, antara lain:
a. Izin pendahuluan persiapan, yaitu untuk memerlukan kegaitan
pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah,
pembongkaran bangunan/bangunan-bangunan dan untuk pemasangan
pertama.
b. Izin pendahuluan pondasi, yaitu izin memerlukan kegiatan pekerjaan
pondasi.
c. Izin pendahuluan struktur, yaitu izin untuk melakukan kegiatan
pelaksanaan struktur, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan
struktur bangunan/bangunan-bangunan.
d. Izin pendahuluan meneluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan
pelaksanaan bangunan/ bangunan-bangunan sampai selesai.
2. Izin peruntukan lahan (IPL)
Yaitu izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak
mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak
kawasan yang berlaku.
3. Surat Izin Peruntukan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)
Yaitu izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur utama.
4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/Lahan (SP3L)
Yaitu sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sbuah lokasi atau lahan
atau sebidang tanah untuk bangunan fisik.
5. Izin Penggunaan Lahan (LPB)
Yaitu izin peruntungan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian
guna pembangunan rumah atau bangunan lain.
1.5.10. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Mengisi Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, pasal 6 telah disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah dapat digali melalui 4 jenis pendapatan, diantaranya
adalah pendapatan dari hasil retribusi daerah. Seperti yang telah disebutkan dalam
peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah, salah satu
bagian dari jenis retribusi izin tertentu adalah retribusi izin mendirikan bangunan.
Izin mendirikan bangunan adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah
kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan bangunan yang dimaksudkan agar
desain pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan Nilai Dasar Bangunan
(NDB), Nilai Luar Bangunan (NLB), Ketinggian Bangunan (KB) yang ditetapkan
sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut,
orang lain dan lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan retribusi izin mendirkan bangunan adalah
pembayaran atas pemberian izin bangunan oleh pemerintah daerah kepada orang
pribadi atau bandan termasuk bangunan. (Panca, 2004:170).
Dari pengetian diatas pendapatan yang bersumber dari izin mendirikan
bangunan merupakan bagian dari retribusi daerah yang berdampak langsung terhadap
pendapatan asli daerah. Apabila iuran retribusi izin merndirikan bangunan yang
penerimaan pendapatan asli daerah. Mengenai besar kecilnya iuran retibusi izin
mendirikan bangunan mengisi pendapatan asli daerah dapat dilihat pada bab
selanjutnya.
1.6. Definisi Konsep
Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan
fenomena yang dirumuskan berdasarkan generasi dari sejumlah kejadian, keadaan
kelompok, atau individu yang menajadi pusat penelitian. ( Singarimbun 1993:31).
Maka dalam hal ini penulis mengemukakan definisi dari konsep yang dipergunakan
yaitu:
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah dapat di artikan sebagai pendapatan yang benar benar
di terima oleh Daerah dan merupakan modal Pemerintah Daerah dalam
memenuhi pembangunan belanja negara.
2. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Kerangka Berpikir
Gbr.1. Kerangka Berpikir
1.7. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur-unsur penerlitian yang memberitahukan
bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat
diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa ke dalam
variabel-variabel tersebut. ( Singarimbun 1989:46).
Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pendapatan yang bener-benar
diterima oleh daerah dan merupakan modal pemerintah dalam pembangunan dan
memenuhi belanja daerah, yang diukur melalui indicator: persentase penerimaan
1. Realisasi penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan .
2. Persentase penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan terhadap retribusi
daerah.
Retribusi izin mendirikan bangunan dapat diartikan sebagai kutipan yang
dikenakan kepada siapa saja yang hendak mendirikan bangunan, yang diukur melalui
indikator sebagai berikut:
1. Prosedur izin mendirikan bangunan, yaitu memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh pemerintah yaitu antara lain:
a. Pengambilan formulir di kantor dinas tata ruang dan pemukiman Kota
Madya Binjai, mana formulir tersebut harus dicantumkan nama,
alamat, pekerjaan dan jabatan pemohon, jenis pekerjaan bangunan,
penggunaan dari bahan-bahan bangunaan yang dilaksanakan, dan
status tanah tempat berdirinya bangunan.
b. Petugas memeriksa ke lokasi bangunan.
c. Jika telah memenuhi persyaratan, lengkap dan benar pemohon
diterima dan diberikan tanda bukti penerimaan.
d. Ditetapkannya besarnya retribusi yang harus dibayar.
e. Pejabat yang berwenang mengadakan penelitian kelengkapan
persyaratan pemohon untuk diterbitkan IMB.
f. Penerbitan IMB sebagai pengesahan dokumen rencana teknis untuk
dapat melalui pelaksanaan konstruksi.
2. Besarnya tarif, yaitu besarnya kutipan yang dilakukan oleh daerah melalui
Besarnya tarif ini didasarkan pada:
1. Luas bangunan
2. Tingkat bangunan.
3. Nilai struktur bangunan
4. guna/ manfaat bangunan.
3. Kesadaran wajib pajak/retribusi, yaitu pengetahuan dan pemahaman, serta
sikap dan prilaku dalam menerima segala perundang-undangan tentang
1.8. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, Manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi
konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini membuat penelitian, lokasi penelitian, informsi penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa
sejarah singkat, visi dan misi serta struktur organisasi.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini membuat penyajian data yang dilakukan dengan
menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini membuat pembahasan atau interprestasi dari data-data yang
disajikan pada bab sebelumnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
dilakukan dan saran-saran yang dianggab penting bagi pihak yang
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif
Kuanlitatif, metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi secara cermat dan faktual. Dengan kata lain metode ini tetuju
pada masalah yang ada pada masa sekarang atau gejala-gejala yang di anggap factual.
Dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan, menganalisa
serta mengirterprestasikan data tersebut.
2.2. Lokasi Penelitian
Adapun yang akan menjadi lokasi penelitian ini yaitu dilakukan pada Tata
Ruang Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai, jln. Cut Nyak Dhien No.
48 Binjai.
2.3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penerlitan kualitatif ini tidak dikenal adanya
populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam forkus penelitian
tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan
memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
1. Informasi kunci (key informan) , yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informasi utama, yaitu mereka yang terlihat secara langsung dalam interaksi
social yang teliti.
3. Informasi tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi social yang sedang diteliti.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak didasarkan
atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan
tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti
dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas:
1. Informan kunci, yaitu:
1. Seketaris Dinas Tata Ruang dan Pemukiman
2. Kepala Bidang Tata Bangunan dan Gedung Pemerintah
3. Kepala Sub bagian Keuangan
4. Kepala Seksi Tata Bangunan
5. Kepala Seksi Pengendalian dan Perizinan.
2. Informasi utama yaitu:
8 orang pegawai di Dinas Tata Ruang dan Pemukiman.
3. Informan tambahan yaitu:
2.4 Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi
penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan intrumen
sebagai berikut:
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan pernyataan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait
dengan suatu tujuan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh peneliti.
b. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang
ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai
acuan yang berkenaan dengan topic penelitian.
c. Angket/kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyebarkan sejumlah pertanyaan dalam bentuk angket kepada responden
yang dilengkapi dengan berbagai alternative jawaban.
2. Teknik Pengumpulan data Sekunder
Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
2.5 Tehnik Analisa Data
Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisa
kualitatif, yaitu menguraikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh dari
lapangan dan para informan.
Menurut Miles dan Huberman Manurung, 2008:89) ada tiga unsur penting dalam
proses analisa data penelitian kualitatif yaitu:
1. Reduksi data, bagian dari proses analisis yang mempertegas memperpendek
dan membuang hal-hal yang tidak penting sehingga kesimpulan penelitian
dapat dilaksanakan, jadi laporan lapangan sebagian disingkat dan disusun
lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi
memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh apabila
diperlukan.
2. Display data (penyajian data), sajian data adalah suatu susunan informasi yang
memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan penelian, penyajian data
dalam bentuk gambaran , skema, dan table mungkin akan berguna
mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam penyusunan
kesimpulan penelitian.
3. Verifikasi (penarikan kesimpulan), kesimpulan merupakan hasil akhir dari
reduksi data dan penyajian data. Kesimpulan penelitian perlu diverifikasi agar
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
3.1 Tinjauan Umum Wilayah
3.1.1 Sejarah Singakat Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintahan Kota binjai.
Usaha pelayanan dan pemberian izin mendirikan bangunan di daerah kota
binjai telah ada sejak kota binjai diresmikan. Dibentuknya Dinas Tata Ruang
Perumahan dan Pemukiman oleh daerah mengingat banyaknya permasalahan yang
harus di tanggulangi yang terjadi seiring dengan pesatnya pembangunan fisik di kota
Binjai , disamping untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat tentang tata
cara penyusunan dan pendirian bangunan yang mereka butuhkan. Adapun dasar
hukum terbentuknya Tata Ruang perumahan dan pemukiman didasarkan pada:
1. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang pokok-pokok Kepegawaian.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tenatang Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota binjai.
Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman mempunyai tugas pokok
untuk menyelenggarakan kewenangan desentralisasi di Bidang Tata Ruang,
Perumahan dan Pemukiman dan urusan pemerintah lain yang dilimpahkan oleh
pemerintah provinsi kepada pemerintah daerah dibidang Tata Ruang dan Pemukiman.
Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman mempunyai fungsi:
a. Merumuskan dan melaksanakan tugas pelayanan umum.
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan tugas pelayanan umum.
c. Menyiapkan kebijakan dan strategi pembangunan tata ruang perumahan dan
pemukiman.
d. Membina dan Pengaturan pembangunan tata ruang dan pemukiman.
e. Mengendalikan dan menguasai pembangunan tata ruang dan pemukiman.
f. Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka penyiapan
kebijaksanaan strategis pembangunan tata ruang dan pemukiman serta
gedung-gedung pemerintah.
g. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan dan strategi
pembangunan tata ruang dan pemukiman serta pembangunan gedung-gedung
pemerintah yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
h. Melaksanakan pemberian bimbingan penyuluhan dan pembinaan sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan kepada daerah dan peraturan
i. Merncanakan pembangunan, pemeliharaan, pengelolaan saran dan prasarana
dasar, lingkungan pemukiman dan bangunan pemerintah/rumah dinas,
fasilitas social dan umum.
j. Merumuskan pola kebijaksanaan pembangunan pembiayaan pembangunan
tata ruang perumahan dan pemukiman.
k. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugas, dan
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh bupati.
3.3 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai.
3.3.1 Susunan Organisasi. Pasal 1
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka susunan organiasi
Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai terdiri dari:
a. Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman dipimpin oleh kepada dan
membawahi seketaris, bidang – bidang, kelompok jabatan fungsional dan unit
pelaksanaan teknis dianas.
b. Seketaris dipimpin oleh seorang seketaris yang terdiri dari 3 (tiga) sub bagian
dan setiap sub bagian dipimpin oleh kepala sub bagian yaitu:
a. Sub bagian keungan dan kepegawaian
b. Sub bagian umum dan perlengkapan
c. Bidang pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman terdiri dari 3
(tiga) bidang dan setiap bidang dipimpin oleh kepala bidang yaitu:
a. Bidang tata ruang dan pengendalian.
b. Bidang tata bangunan dan gedung pemerintahan
c. Bidang penyehatan lingkungan dan pemukiman.
d. Bidang – bidang pada Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman terdiri
dari 2 (dua) seksi dan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi yaitu:
1. Bidang Tata Ruang dan Pengendalian, terdiri dari:
a. Seksi tata ruang.
b. Seksi pengendalian dan perizinan
2. Bidang Tata Bangunan dan gedung Pemerintah terdiri dari:
a. Seksi penyehatan.
b. Seksi Pemukiman.
e. Kelompok jabatan fungsional dan,
f. Unit pelaksanaan teknis dinas.
3.3.2 Tata Kerja, Hubungan Kerja Dan Tanggung Jawab Pasal 3
Kepala dinas mempunyai tugas pokok membatu bupati dalam melaksanakan
tugasnya dibidang penataan ruang dan pemukiman, yang dalam pelaksanaan tugasnya
Pasal 4.
Seketaris mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam
melaksanakan tugasnya dibidang seketariat yang dalam pelaksanaan tugas berada
dibawah dan bertanggung jaawab kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman.
Pasal 5.
Kepada bagian keuangan dan kepegawaian mempunyai tugas membantu
seketaris dalam melaksanakan tugasnya dibidang keuangan dan kepegawaian yang
dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada seketaris
Pasal 6.
Kepada sub bagian umum dan perlengkapan mempunyai tugas membantu
seketaris dalam melaksanakan tugasnya dibidang umum dan perlengakapan yang
dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada seketaris
Pasal 7.
Kepada sub bagian program dan akuntabilitas mempunyai tugas membantu
seketaris dalam melaksanakan tugas dibidang akuntabilitas yang dalam pelaksanaan
tugas berada dibawah dan bertanggung jawab kepada seketaris
Pasal 8.
Kepada bidang Tata Ruang dan pengendalian mempunyai tugas pokok
membantu kepada dinas dalam melaksanakan tugas dibidang tata ruang dan
pengendalian, yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab
Pasal 9.
Kepada seksi Tata Ruang mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang
tata ruang dan pengendalian dalam melaksanakan tugas di bidang tata ruang dan
pengendalian yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada kepala dinas tata ruang dan pemukiman.
Pasal 10.
Kepala saksi pengendalian dan perijinan mempunyai tugas pokok membantu
kepala bidang tata ruang dan pengendalian dalam melaksanakan tugas dalam bidang
pengendalian dan perizinan, yang di dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada kepala bidang tata tuang pengendalian.
Pasal 11.
Kepala bidang tata bangunan dan gendung pemerintah mempunyai tugas
pokok membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas dalam bidang sarana dan
prasarana tata bangunan dan gedung pemerintah, yang di dalam pelaksanaan tugas
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas tata ruang dan
pemukiman
Pasal 12.
Kepala seksi tata bangunan mempunyai tugas pokok membantu kepada
bidang tata bangunan dan gedung pemerintah dalam melaksanakan tugas dibidang
tata bangungan yang dalam pelaksanaan tugas berada dibawah dan bertanggung