• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2010

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN CILACAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka terbentuknya organisasi perangkat daerah yang efektif, efisien, rasional dan proporsional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka susunan organisasi dan tata kerja Lembaga Lain sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Kabupaten Cilacap perlu dievaluasi dan ditinjau kembali;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Kabupaten Cilacap.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah – Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Agustus 1950) ;

2. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

4. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

(2)

5. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660);

6. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

10. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

11. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 25 ).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP

dan

BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN CILACAP.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Cilacap ;

2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Cilacap ;

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap;

4. Bupati adalah Bupati Cilacap ;

(3)

6. Lembaga Lain adalah Lembaga Lain Kabupaten Cilacap yang merupakan unsur pelaksana kebijakan pemerintah sebagai bagian dari Perangkat Daerah;

7. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan adalah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cilacap;

8. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah BPBD Kabupaten Cilacap;

9. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut Kepala BPBD adalah Kepala BPBD Kabupaten Cilacap;

10. Kepala Pelaksana adalah Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap;

11. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT adalah UPT BPBD Kabupaten Cilacap;

12. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri ;

13. Kelompok Jabatan Fungsional adalah kumpulan jabatan fungsional yang terdiri dari sejumlah tenaga ahli dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai keahliannya.

BAB II PEMBENTUKAN

Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Lembaga Lain yang terdiri dari : a. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan;

b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

BAB III

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

Bagian Pertama

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

Pasal 3

(1) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan merupakan unsur pelaksana kebijakan Pemerintah di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan;

(2) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 4

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan.

(4)

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis bidang penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan dan ketahanan pangan;

d. penyusunan programa penyuluhan kabupaten yang sejalan dengan kebijakan dan program penyuluhan provinsi dan nasional;

e. pelaksanaan penyuluhan;

f. Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal) Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas pada tingkat Kabupaten; g. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

penyuluhan;

h. pengembangan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan;

i. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengemasan dan penyebaran materi penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

j. pelaksanaan pembinaan pengembangan kerjasama serta kemitraan penyuluhan; k. pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana;

l. pengelolaan pembiayaan penyuluhan;

m. penumbuhkembangan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; n. pelaksanaan fasilitasi forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha;

o. pelaksanaan peningkatan kapasitas penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS), swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan; dan

p. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 6

(1) Susunan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, terdiri dari :

a. Kepala Badan;

b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Subbagian Perencanaan; 2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Umum.

c. Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan, terdiri dari : 1. Subbidang Programa dan Pengembangan Metode;

2. Subbidang Pengembangan Materi Penyuluhan dan Kemitraan Usaha. d. Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, terdiri dari: 1. Subbidang Kelembagaan Penyuluhan;

2. Subbidang Pengembangan Sumber Daya Manusia. e. Bidang Ketahanan Pangan, terdiri dari :

1. Subbidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

(5)

f. Balai Penyuluhan

g. Kelompok Jabatan Fungsional

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang Sekretaris yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

(3) Bidang – Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris;

(4) Subbagian – Subbagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang bertanggung jawab kepada Sekretaris;

(5) Subbidang – Subbidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbidang yang bertanggung jawab kepada Kepala Bidang;

(6) Balai Penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan kelembagaan non struktural bidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di Tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh seorang koordinator Balai Penyuluhan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan;

(7) Bagan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Pasal 7

(1) Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan perangkat daerah kabupaten yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana.

(2) BPBD dipimpin oleh seorang Kepala BPBD yang secara ex officio dijabat oleh Sekretaris Daerah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati.

Pasal 8 BPBD mempunyai tugas :

a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan merata;

b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana; d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

e. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya;

f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

g. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan

(6)

Pasal 9

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien;

b. pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh; dan

c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 10 (1) BPBD terdiri atas :

a. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana; b. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.

(2) Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (2) , unsur pengarah penanggulangan bencana menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan konsep pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana;

b. pemantauan;

c. pengevaluasian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(4) Keanggotaan Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas :

a. pejabat pemerintah daerah terkait;

b. anggota masyarakat profesional dan ahli.

(5) Keanggotaan Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud ayat (4) huruf b dipilih melalui uji kepatutan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) .

(6) Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b mempunyai tugas secara terintegrasi yang meliputi prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana.

(7) Susunan Organisasi Unsur Pelaksana BPBD terdiri dari : a. Kepala Pelaksana;

b. Sekretariat Unsur Pelaksana, terdiri dari : 1. Subbagian Perencanaan;

2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Umum.

c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdiri dari : 1. Seksi Pencegahan;

2. Seksi Kesiapsiagaan.

d. Bidang Kedaruratan dan Logistik, terdiri dari : 1. Seksi Penanganan Kedaruratan;

(7)

e. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, terdiri dari : 1. Seksi Rehabilitasi;

2. Seksi Rekonstruksi. f. UPT, terdiri dari ;

1 UPT Cilacap, terdiri dari : a. Kepala ;

b. SubbagianTata Usaha. 2 UPT Kroya, terdiri dari : a. Kepala ;

b. SubbagianTata Usaha. 3 UPT Sidareja, terdiri dari : a. Kepala ;

b. SubbagianTata Usaha. 4 UPT Majenang, terdiri dari : a. Kepala ;

b. SubbagianTata Usaha. g. Kelompok Jabatan Fungsional.

(8) Kepala Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD;

(9) Sekretariat Unsur Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat yang bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana;

(10) Bidang – Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana melalui Kepala Sekretariat;

(11) Subbagian – Subbagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang bertanggung jawab kepada Kepala Sekretariat;

(12) Seksi – Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing – masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang bertanggung jawab kepada Kepala Bidang; (13) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh

seorang Kepala UPT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pelaksana melalui Kepala Sekretariat.

(14) Subbagian Tata Usaha pada UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT.

(15) Bagan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 11

(1) Pada Lembaga Lain dapat ditetapkan jabatan fungsional tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk dalam Kelompok Jabatan Fungsional.

(8)

(3) Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Kabupaten sesuai dengan keahlian dan ketrampilan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V ESELON

Pasal 12

(1) Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan jabatan struktural eselon II b;

(2) Sekretaris merupakan jabatan struktural eselon III a;

(3) Kepala Sekretariat dan Kepala Bidang merupakan jabatan struktural eselon III b; (4) Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, Kepala Seksi dan Kepala UPT

merupakan jabatan struktural eselon IV a.

(5) Kepala Subbagian Tata Usaha pada UPT merupakan jabatan struktural eselon IV b.

BAB VI TATA KERJA

Pasal 13

a. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Badan, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Subbidang dan Kelompok Jabatan Fungsional pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertikal dan horisontal baik dalam lingkungan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan maupun satuan kerja perangkat daerah lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

b. Dalam melaksanakan tugasnya Unsur Pengarah, Unsur Pelaksana dan Kelompok Jabatan Fungsional pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertikal dan horisontal baik dalam lingkungan dinas maupun satuan kerja perangkat daerah lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14

(1) Pelaksanaan tugas Lembaga Lain Kabupaten Cilacap berdasarkan Peraturan Daerah ini mulai efektif tanggal 1 Januari 2011.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka bagi pejabat struktural yang dilantik berdasarkan Peraturan Daerah terdahulu masih tetap melaksanakan tugas dan kewajiban serta diberikan hak kepegawaian dan hak administrasi lainnya sampai dengan tanggal 31 Desember 2010.

(9)

Pasal 15

Pejabat struktural eselon IIIa pada semua Satuan Kerja Perangkat Daerah sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, apabila dilantik menjadi Kepala Bidang dan Kepala Sekretariat sesuai dengan Peraturan Daerah ini, tetap diberikan hak kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural Eselon IIIa.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain (Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 Nomor 30) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 17

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.

Disahkan di Cilacap

pada tanggal 13 Desember 2010

WAKIL BUPATI CILACAP, Cap ttd

TATTO SUWARTO PAMUJI

Diundangkan di Cilacap

pada tanggal 13 Desember 2010

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CILACAP Cap ttd

M. MUSLICH

(10)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2010

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN CILACAP

I. PENJELASAN UMUM

Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah menyatakan bahwa “Apabila dipandang perlu perubahan besaran organisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, dapat dilakukan setelah organisasi perangkat daerah ditetapkan dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007.

Mendasarkan pada ketentuan tersebut dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor efektifitas, efisiensi, rasionalitas dan proporsionalitas lembaga perangkat daerah, maka Lembaga Lain Kabupaten Cilacap yang telah dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 22 Tahun 2008 tanggal 27 September 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Kabupaten Cilacap perlu dikaji dan ditata kembali besaran organisasi dinas daerah sesuai dengan perkembangan dan perubahan kebutuhan yang terjadi dalam masyarakat (aspek empiris), perubahan beban kerja serta perubahan dari aspek yuridis, seperti :

a. Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut mengatur secara teknis mengenai bentuk kelembagaan penanggulangan bencana di daerah yang terdiri dari unsur pengarah dan unsur pelaksana penanggulangan bencana di daerah.

b. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang di dalamnya menyatakan bahwa Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten/ Kota merupakan instansi vertikal.

Lembaga lain sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini meliputi Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Beberapa istilah terkait dengan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan serta ketahanan pangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai berikut :

1. Sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan adalah rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha pertanian, perikanan dan kehutanan;

(11)

2. Penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengoordinasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, usaha pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup;

3. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan atau penyuluh kehutanan baik penyuluh pegawai negeri sipil, swasta maupun swadaya yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan;

4. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja serta manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat;

5. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkunganya secara berkelanjutan mulai pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang di laksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan;

6. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang diselengarakaan secara terpadu dan berkelanjutan;

7. Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan petani, pekerja kebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan beserta kelurga intinya;

8. Pelaku usaha adalah perorangan warga Negara Indonesia atau korporasi yang di bentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanaan dan kehutanaan;

9. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau;

10. Ketersediaan Pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi Dalam Negeri dan/ atau sumber lain.

Beberapa istilah terkait dengan penanggulangan bencana daerah berdasarkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi; 2. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya

untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana;

3. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana;

4. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelematan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan sarana;

(12)

5. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana;

6. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana;

7. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan prasarana dan sarana dengan melakukan kegiatan upaya rehabilitasi;

8. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana;

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1)

Balai Penyuluhan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf f adalah merupakan kelembagaan non struktural bidang penyuluhan di tingkat kecamatan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha.

Adapun Balai Penyuluhan yang berada di bawah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, meliputi :

1. Balai Penyuluhan Kroya; 2. Balai Penyuluhan Nusawungu; 3. Balai Penyuluhan Binangun; 4. Balai Penyuluhan Adipala; 5. Balai Penyuluhan Maos; 6. Balai Penyuluhan Sampang; 7. Balai Penyuluhan Cilacap; 8. Balai Penyuluhan Kesugihan; 9. Balai Penyuluhan Jeruklegi; 10. Balai Penyuluhan Kawunganten; 11. Balai Penyuluhan Bantarsari; 12. Balai Penyuluhan Kampung Laut;

(13)

13. Balai Penyuluhan Sidareja;

14. Balai Penyuluhan Gandrungmangu; 15. Balai Penyuluhan Karangpucung; 16. Balai Penyuluhan Patimuan; 17. Balai Penyuluhan Cipari; 18. Balai Penyuluhan Kedungreja; 19. Balai Penyuluhan Majenang; 20. Balai Penyuluhan Cimanggu; 21. Balai Penyuluhan Wanareja; 22. Balai Penyuluhan Dayeuhluhur. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6)

Masing - masing koordinator Balai Penyuluhan ditunjuk oleh Bupati melalui Keputusan Bupati. Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13

Yang dimaksud dengan “koordinasi” adalah peran serta para pejabat struktural dan pejabat fungsional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Yang dimaksud dengan “integrasi” adalah penyelenggaraan fungsi-fungsi Lembaga Lain yang dilaksanakan secara terpadu dalam suatu organisasi Lembaga Lain sebagai bagian dari perangkat daerah.

Yang dimaksud dengan “sinkronisasi” adalah konsistensi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan norma, prinsip dan standar yang berlaku.

Yang dimaksud dengan “simplifikasi” adalah penyederhanaan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang efisien, efektif, rasional dan proporsional.

(14)

Pasal 14

Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 15

Bagi pejabat yang sudah atau sebelumnya memangku jabatan struktural eselon IIIa sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkan, kemudian dilantik menjadi Kepala Bidang, sesuai dengan Peraturan Daerah ini, maka kepada yang bersangkutan tetap diberikan hak-hak kepegawaian dan hak administrasi lainnya dalam jabatan struktural eselon IIIa.

Jabatan struktural eselon III b Kepala Bidang dan Kepala Sekretariat pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah efektif diberlakukan bagi pejabat baru yang dipromosikan Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas.

(15)

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 16 TAHUN 2010

TANGGAL : 13 DESEMBER 2010

BAGAN ORGANISASI

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN

KABUPATEN CILACAP

SUBBIDANG PROGRAMA DAN PENGEMBANGAN METODE SUBBIDANG PENGEMBANGAN MATERI PENYULUHAN DAN KEMITRAAN USAHA BIDANG PENYELENGGARAAN PENYULUHAN SUBBIDANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN UPTD BALAI PENYULUHAN SUBBIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG KELEMBAGAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG KETAHANAN PANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN PERENCANAAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM SUBBIDANG KONSUMSI, KEAMANAN DAN PENGEMBANGAN PANGAN SUBBIDANG KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN

KEPALA BADAN

WAKIL BUPATI CILACAP, Cap ttd

(16)

LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 16 TAHUN 2010

TANGGAL : 13 DESEMBER 2010

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KABUPATEN CILACAP

BIDANG PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKSI REHABILITASI SEKSI REKONSTRUKSI SEKSI PENANGANAN KEDARURATAN SEKSI SARANA, PRASARANA DAN LOGISTIK SEKSI PENCEGAHAN SEKSI KESIAPSIAGAAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN PERENCANAAN SUBBAGIAN UMUM SEKRETARIAT UNSUR PELAKSANA KEPALA PELAKSANA BPBD KEPALA BPBD UNSUR PENGARAH KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAGIAN TATA USAHA UPT

WAKIL BUPATI CILACAP, Cap ttd

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai jenis-jenis mamalia yang mengunjungi kubangan babi hutan di hutan konservasi PT Tidar Kerinci Agung dan PT Kencana Sawit Indonesia, Solok

Penambahan ekstrak batang Cissus quadrangula (Salisb.) dengan konsentrasi 0,6 mg/ml ke dalam medium kultur dapat meningkatkan proliferasi dan menginduksi terjadinya

Simpulan yang dapat ditarik bahwa ekstrak batang Sipatah-patah dapat meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel punca mesenkimal sumsum tulang tikus menjadi osteoblas dan

Lee (1966) ini adalah bertepatan dengan kajian ini kerana faktor penolak tradisi merantau merupakan satu daripada induk kepada teori ini. Jenis jantina juga merupakan satu

Artinya adalah pada periode bulan Oktober hingga Desember tahun 2016, konsumen di Provinsi Aceh menyatakan persepsi bahwa kondisi ekonominya meningkat dibandingkan dengan

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif

Kemampuan penulis dalam merancang, melaksanakan, dan menilai hasil pembelajaran membandingkan isi berbagai resensi untuk menemukan sistematika sebuah resensi