Upaya Mengubah Sikap Siswa Melalui Pembelajaran IPS Menggunakan Metode Value Clarification Technique (VCT)
Putry Nurhidayany S. Meliala, 2015
ABSTRACT
An Effort To Change Student’s Attitude By VCT Method For Social Science Learning Process
(CLASS ACTION RESEARCH in 7th D of 4th Pasundan High School, Bandung)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pendidikan seharusnya menjadi hal yang paling utama dalam suatu negara,
khususnya Indonesia. Namun di negara kita seringkali diabaikan, padahal
pendidikan menjadi tolak ukur dari keberhasilan suatu negara. Pendidikan juga
merupakan identitas yang paling utama untuk mengukur kemajuan negara menjadi
negara hebat. Besarnya jumlah penduduk Indonesia seharusnya membuat
pendidikan menjadi salah satu faktor utama yang penting dalam suatu negara.
Mengapa demikian? Karena dengan pendidikan suatu negara akan menjadi negara
yang besar dan berkembang bahkan akan menjadi negara yang maju.
Mengingat pentingnya pendidikan, dalam hal ini pendidikan akan sangat
penting untuk menunjang hidup seseorang. Pendidikan pun akan mengubah gaya
dan pola hidup seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari keadaan
masyarakat Indonesia dimana pembuktian semakin tinggi pendidikan seseorang
maka kesehatan seseorang pun akan terjamin, tingkat ekonomi menjadi meningkat,
imbas dari negara pun akan baik bahkan menjadi negara maju.
Pendidikan sangat penting bagi anak bangsa Indonesia untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat. Pendidikan merupakan proses untuk membina dan
mengantarkan anak didik agar menemukan jati dirinya. Dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Kementrian pendidikan dan kebudayaan memberikan kebijakan dimana
dalam setiap mata pelajaran harus memuat dan mengembangkan 18 karakter,
karakter tersebut antara lain: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12) Menghargai prestasi, (13)
Bersahabat/ komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16) Peduli
lingkungan, (17) Peduli sosial, dan (18) Tanggung Jawab.
Media sosial seperti internet membantu untuk media penunjang
pembelajaran di kelas melalui handphone yang siswa miliki sebab hampir semua
siswa di kelas sudah memiliki handphone yang menunjang adanya internet. Pola
merangkum materi yang ada di dalam buku pun menjadi salah satu hal yang sering
dilakukan guru di sekolah ini. Namun, faktanya ini membuat siswa menjadi malas
dan cenderung tidak memerhatikan guru pada saat menjelaskan.
Di sini penulis mengamati keadaan siswa siswa kelas VII D. Keadaan siswa
kelas VII D yaitu siswa ribut di dalam kelas dan sulit diatur, banyak sampah di
dalam kelas, di kelas gaduh, kurangnya kepedulian siswa terhadap pembelajaran
IPS, pada saat penulis menjelaskan materi ada siswa yang keluar masuk kelas, siswa
terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai pelajaran yang pada
saat itu diajarkan, baju dikeluarkan, tidak mengharagai guru, hanya aktif pada hal
yang tidak berkaitan dengan materi. Ini membuat siswa dalam bersikap kurang baik
di dalam sekolah maupun di kelas. Cara berbicara dan menaati aturan yang ada di
dalam sekolah pun menjadi salah satu masalah yang masih harus dibenahi. Dalam
hal ini beberapa siswa cenderung mengeluarakan kata kasar dengan sengaja dan
tanpa sengaja sebab sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, membully teman. Adapun
hal lain yaitu tidak ingin bertanya walaupun tidak paham dengan materi tersebut
dan hal ini terlihat dari siswa yang pada saat sesi tanya jawab hanya berdiam diri
saja, tidak ada respon.
SMP Pasundan 4 Bandung merupakan sekolah Swasta yang terletak di jalan
Kebonjati. SMP ini merupakan salah satu contoh sekolah yang sudah terakreditasi “A” namun masih ada beberapa fasilitas yang kurang di sekolah ini. Penulis di SMP ini memanfaatkan fasilitas seadanya di sekolah. Penulis juga mencoba mengaitkan
apa saja yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran. Media yang biasa
digunakan siswa adalah buku teks pelajaran yang ada di perpustakaan. Buku teks
Berdasarkan masalah yang dihadapi siswa kelas VII D SMP Pasundan 4
Bandung, penulis memfokuskan masalah dari segi Psikomotorik atau konatif, yakni
perilaku (behavioral) yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan. Dalam hal
ini dikaitkan dengan perubahan sikap melalui suatu tindakan. Artinya adanya
tindakan penulis yang nantinya dikaitkan dengan keterampilan IPS. Keterampilan
IPS di sini siswa mampu dan cekatan menganalisis apa yang diberikan oleh penulis
atau mampu membuat atau mengolah apa yang telah ditugaskan oleh penulis. Hal
ini bertujuan untuk mengubah sedikit demi sedikit pola sikap siswa khususnya di
dalam kelas.
Siswa di sini diharapkan mampu memiliki sikap yang baik dengan memacu
dalam pembentukan keterampilan IPS dengan pengarahan yang tepat. Samuel A.
Cypert dalam buku 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang (2007, hlm. 50)
Sikap mental positif merupakan upaya sadar untuk mengganti pikiran negatif yang dapat merusak diri sendiri dengan pikiran positif yang lebih menjanjikan kepuasaan batin. Melatih sikap mentl positif harus dilakukan terus-menerus dengan tekun dan telaten hingga membentuk kebiasaan dalam perilaku kita.
Merunut dari pernyataan yang telah dijelaskan bahwa untuk menilai skala
sikap dan memacu pembentukan keterampilan ips, siswa diarahkan untuk
mengetahui kemampuannya dengan cara menganalisis melalui gambar, cerita
rekaan, peristiwa, tulisan. Hal ini pun diharapkan mampu membuat siswa
mengalami perubahan sikap dari awal yang sulit diarahkan menjadi lebih terarah.
Melihat dari apa yang telah dipahami di atas apabila dikaitkan dengan sikap
bahwa setiap siswa di sini memiliki caranya masing-masing untuk belajar dan
bagaimana agar paham terhadap materi khususnya IPS. Di sinilah penulis mencoba
mengaitkan bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran IPS yang awalnya
memang keadaan kelas tidak kondusif dan ada beberapa hal yang menyimpang
menjadi kearah yang positif dan tidak menyimpang. Hal ini pun dikaitkan dengan
perubahan sikap melalui pembelajaran ketarmpilan melalui IPS yang kemudian
dirumuskan dalam empat tingkat adaptasi sikap.
Sikap dan perilaku siswa bisa dipengaruhi oleh faktor ekonomi keluarga
keluarga menjadi salah satu perubahan sikap siswa menjadi kurang terarah. Adapun
yang memengaruhinya yaitu lingkungan, sebab lingkungan menjadi salah satu
faktor yang membuat seseorang akan berperilaku positif dan negatif. Di sini perlu
adanya pembelajaran dan belajar satu sama lain antara penulis dan siswa. Belajar
adalah aktvitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang baik
secara aktual maupun potensial.
Belajar IPS adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan
syarat bahwa perubahan yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya kematangan
atau perubahan sementara karena suatu hal. Pembelajaran IPS dapat dipandang dari
dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat
peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial pengayaan). Gagne dalam Komalasari (2010, hlm. 2)
mengemukakan.
“Belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan”
Pada dasarnya perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu
merupakan hasil dari proses belajar. Tujuan dari pembelajaran IPS yaitu agar terjadi
perubahan melalui belajar IPS dan siswa tidak hanya mengetahui pengetahuan
tetapi mendapatkan keterampilan dan mengaplikasikan untuk hidup di masyarakat
terutama dalam hal pemecahan masalah dan mampu merubah sikap menjadi lebih
baik. Dalam hal ini juga pembelajaran IPS diharapkan mampu membuat penulis
dan siswa menjadi berkembang dalam hal pemikiran dan menyadari bahwa IPS
merupakan salah satu pembelajaran untuk menujang proses pendidikan yang tidak
kalah menarik dengan mata pelajaran lain.
Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen
penting dalam pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen
sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa
pada kurikulum sekolah yang berlaku. Adapun materi yang kemudian ditunjang
dengan adanya media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi sebagai
pembawa informasi dari sumber (penulis) menuju penerima. Melihat dari apa yang
telah siswa dan penulis lakukan dalam pembelajaran, dibutuhkan satu kerjasama
yang baik walaupun kadang apa yang telah direncanakan tidak sesuai dengan apa
yang akan terjadi nanti.
Siswa di sini diharapkan mampu memiliki sikap yang baik. Berdasarkan
hasil penulisan tersebut, penulis menggunakan pembelajaran VCT atau yang lebih
dikenal dengan Value Clarification Technique (selanjutnya disingkat menjadi
VCT) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat. Menurut Djahiri
dalam Komalasari (2010, hlm. 99) metode VCT diharapkan mampu memahami
sikap dalam pembentukan keterampilan siswa dalam pembelajaran IPS yang
meliputi VCT Analisis Nilai, VCT Daftar, dan VCT Game yang ada dalam
pendekatan pembelajaran berbuat. Hal ini pun yang nantinya akan dilakukan oleh
penulis.
Adapun menurut Stiggins dalam Komalasari (2010, hlm. 149)
mengemukakan empat jenis assesment dasar yaitu (1) Selected Response
assesment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda, benar salah, menjodohkan atau
mencocokkan, dan isian singkat; (2) Essay Assessment, dalam assesssment ini siswa
diberikan beberapa persoalan kompleks yang menuntut jawaban tertulis berupa
paparan dari solusi terhadap persoalan tersebut; (3) Performance Assessment,
merupakan pengukuran langsung terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa dalam
proses pembelajaran. Assessmennit ini terutama didasarkan pada kegiatan
observasi dan evaluasi terhadap proses dimana suatu keterampilan, sikap dan
produk ditunjukkan oleh siswa (4) Personal Communication Assessment, termasuk
ke dalamnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru selama
pembelajaran, awancara, perbincangan, percakapan, dan diskusi yang menuntut
munculnya keterampilan siswa dalam mengemukakan jawaban/gagasan.
VCT di sini diharapkan mampu mengubah sikap siswa dilihat dari
keterampilan siswa dalam pembelajaran IPS menjadi lebih terarah dan tidak
bagaimana siswa merangkai dan menuangkan apa yang telah dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari baik di rumah, lingkungan luar rumah, sekolah dan kelas. Dari
sinilah dapat diketahui sejauh mana siswa menguasai materi IPS dan apa yang siswa
pelajari di dalam kelas. Ini juga dapat menjadi salah satu proses untuk mengetahui
kemampuan siswa.
Adapun mendidik dalam hal ini ialah memimpin perkembangan anak dan
bukan membentuk anak. Di sini mampu membuat anak aktif sendiri,
memperkembangkan diri, tumbuh sendiri, tetapi dalam keaktifannya itu ia harus
dibantu pemimpin (Purwanto, 2009. hlm. 15). Pemimpin dalam hal ini yaitu
pendidik atau penulis yang ada di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Artinya di
sini tugas pendidik adalah mendidik bagaimana anak bisa menjadi seorang yang
memiliki pribadi yang baik dengan adanya arahan dari pendidik di sekolah terutama
di dalam kelas. Pendidikan disebut pimpinan karena dengan perkataan ini tersimpul
arti.
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). Yaitu
melalui penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara
bersama-sama dalam suatu kelompok (Komalasari, 2010, hlm. 98). Hal ini menarik
sebab berdasarkan apa yang ada di dalam kelas, diharapkan akan membuat siswa
menjadi lebih aktif. Pada akhirnya penulis memberikan salah satu kesimpulan
mengenai hasil dari diskusi agar siswa mengetahui hasil akhir dari diskusi yang
telah dilakukan di dalam kelas. Strategi pembelajaran untuk SMP Pasundan 4 pada
siswa kelas VII D seperti ini merupakan strategi yang dapat membuat aktivitas
belajar siswa yang tidak kondusif menjadi lebih terarahh, membuat tingkat
kedispilinan siswa meningkat, sikap menjadi lebih baik, mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis nilai-nilai melalui
pembelajaran di dalam kelas.
Pembelajaran IPS dengan penggunaan VCT memiliki keterhubungan. VCT
mempunyai peranan sebagai teknik pembelajaran untuk mengembangkan,
mengidentifikasi dan menganalisis serta mampu menilai dan memahami ini dengan
diharapkan apa yang telah dijelaskan di dalam kelas akan mengatasi penilaian sikap
melalui pembelajaran IPS dengan VCT pada siswa kelas VII D SMP Pasundan 4.
Berdasarkan hasil pengamatan terkait permasalahan dan rencana pemecahan untuk
penyelesaiannya penulis tertarik menganalisis sikap di dalam kelas menggunakan
VCT “Upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran IPS menggunakan Value Clarification Technique (VCT).”
Berbagai fenomena yang banyak terjadi di dalam remaja dalam bersikap
terhadap orang tua, teman sebaya, dan yang dibawah umur tidak pantas untuk kita
tiru. Karena adanya ketidakmampuan siswa dalam menghadapi dunia pergaulan
anak baik itu di dalam keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Studi
menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan dalam bersikap santun memiliki
kecenderungan yang lebih rendah terhadap teman sebanyanya dengan ejekan atau
menyoraki temannya.
Untuk dapat bersikap santun dan dengan berperilaku yang sesuai dengan
etika bersikap santun, tentunya harus dipenuhi dulu persyaratan bahwa kita telah
dapat menguasai bahasa dan perilaku yang baik. mengingat bahwa perilaku
sangatlah penting dalam berinteraksi. Agar terhindar dari perselisihan yang
disebabkan oleh sikap tidak menghargai antar individu, mengingat Indonesia kaya
akan keragaman suku bangsa. Jawa Barat khususnya kota Bandung sebagian besar
suku Sunda, banyaknya suku lain yang merantau dan menetap di Jawa Barat,
sehingga masyarakat harus saling menghargai dan menghormati perbedaan suku.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Sekolah merupakan salah satu sarana belajar. Sekolah juga dharapkan
mampu membentuk sikap siswa menjadi lebih baik melalui didikan guru. Selain
keluarga atau oarang tua yang ada di rumah, guru juga merupakan salah satu yang
mampu membantu merubah sikap siswa ke arah lebih baik. Adapun masalah yang
dihadapi siswa kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung, penulis memfokuskan
masalah dari segi Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral) yang
terlihat melalui predisposisi suatu tindakan. Dalam hal ini dikaitkan dengan
perubahan sikap melalui suatu tindakan. Artinya adanya tindakan penulis yang
mampu dan cekatan menganalisis apa yang diberikan oleh penulis atau mampu
membuat atau mengolah apa yang telah ditugaskan oleh penulis. Hal ini bertujuan
untuk mengubah sedikit demi sedikit pola sikap siswa khususnya di dalam kelas.
VCT dalam hal ini mampu membantu pembelajaran siswa di dalam kelas.
Tujuan dari VCT yaitu mampu mengubah sikap siswa menjadi lebih baik dengan
pengarahan keterampilan IPS. Pembelajaran IPS di sini, misalnya siswa mampu
memahami, membuat dan mengidentifikasi materi yang ada dalam IPS. VCT lebih
menekankan bagaiamana perubahan sikap siswa yang awalnya menyimpang atau
kurang terarah menjadi lebih terarah. Adapun kelemahan VCT hanya mampu
dilihat berdasarkan kebiasaan siswa di dalam kelas/ sekolah atau kebiasaan siswa
di dalam kelas/ sekolah. Ini pun harus dilakukan setiap pertemuan/ setiap hari.
Kelebihan VCT yaitu dapat diketahui lebih jelas kebiasaan baik dan buruk siswa di
kelas, menanamkan karakter di dalam kelas serta mendidik siswa menjadi lebih
baik dan mengarahkan sisw amenjadi bersipak baik.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, untuk
mengarahkan pembahasan, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
siswa kelas VII D seperti ini merupakan strategi yang dapat membuat aktivitas
belajar siswa yang tidak kondusif menjadi lebih terarah, membuat sikap siswa
menjadi lebih baik di dalam kelas dengan pengembangan keterampilan IPS,
mengembangkan kemampuan siswa untuk menidentifikasi dan menganalisis
nilai-nilai melalui pengamatan di dalam kelas.
1. Bagaimana merencanakan aktivitas belajar dalam menangani siswa yang
tidak kondusif melalui VCT di dalam kelas VII D SMP Pasundan 4?
2. Bagaimana membentuk sikap siswa siswa kelas VII D SMP Pasundan 4
menjadi lebih terarah saat pembelajaran menggunakan VCT?
3. Bagaimana VCT mampu meningkatkan sikap siswa menjadi lebih baik
dengan melalui pembelajaran IPS di dalam kelas VII D SMP Pasundan 4?
D. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu merencanakan aktivitas belajar dalam menangani siswa yang tidak
kondusif melalui VCT di dalam siswa kelas VII D SMP Pasundan 4.
2. Mampu membentuk sikap siswa siswa kelas VII D SMP Pasundan 4
menjadi lebih terarah saat pembelajaran menggunakan VCT.
3. VCT mampu meningkatkan sikap siswa menjadi lebih baik dengan
pembentukan keterampilan IPS di dalam kelas VII D SMP Pasundan 4.
E. Manfaat Penulisan
Pelaksanaan penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya keilmuan dan sebagai referensi bagi penulis
selanjutnya.
b. Hasil penulisan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar
penulis untuk memahami upaya mengubah sikap siswa melalui
pembelajaran ips menggunakan value clarification technique (vct) yang
sesuai untuk diterapkan di dalam kelas.
2. Manfaat Praktis
Dengan diadakannya penulisan ini, diharapkan mampu memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran
IPS sekaligus sebagai pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan
dikembangkan. Selain itu, memberikan bekal sebagai calon penulis agar
siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
Mampu menilai sikap melalui VCT.
a. Untuk sekolah
Untuk bahan masukan terhadap kualitas pembelajaran IPS di sekolah,
agar mampu berpartisipasi memperbaiki pendidikan Nasional.
b. Untuk penulis
Untuk bahan masukan bagi penulis dalam upaya mengubah sikap siswa
melalui pembelajaran ips menggunakan value clarification technique
c. Untuk Siswa
Mengembangkan kreatifitas, kualitas pribadi, kelompok dan
memperbaiki sikap sebagai upaya mengubah sikap siswa melalui
pembelajaran ips menggunakan value clarification technique (vct).
d. Untuk penulis
Dengan diadakannya penulisan ini, diharapkan menjadi pembelajaran
tersendiri dan dapat dijadikan bekal dalam menghadapi siswa dalam
upaya mengubah sikap siswa melalui pembelajaran ips menggunakan
value clarification technique (vct).
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi yang berjudul “UPAYA MENGUBAH SIKAP SISWA MELALUI PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN METODE VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)” tersusun sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dikemukan mengenai latar belakang
masalah yang akan diteliti, berupaya mendekati masalah-masalah yang
melatarbelakanginya dengan mengungkapkan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Selanjutnya, dikemukakan rumusan masalah yang merupakan
persoalan-persoalan penting yang memerlukan pemecahan. Dilanjutkan dengan
tujuan dan manfaat penulisan yang memuat tentang maksud-maksud dari
pemilihan masalah tersebut. Terakhir dalam bab ini dituliskan mengenai organisme
penulisan skripsi.
Bab II Tinjuan Kepustakaan, bab ini berisi pemaparan terhadap beberapa
sumber kepustakaan yang dijadikan sebagai rujukan bagi penulis dalam mengkaji permasalahan yang diangkat yaitu mengenai “Perubahan Sikap Melalui VCT dengan Pembentukan Keterampilan IPS”. Fokus kajian di bab ini meliputi perencanaan aktivitas belajar dalam menangani perubahan sikap siswa menjadi
lebih terarah melalui VCT, pembentukan sikap siswa menjadi lebih terarah dengan
VCT melalui pendekatan berbuat dan peningkatan sikap menjadi lebih baik dengan
pembentukan keterampilan IPS.
Bab III Metodologi Penulisan, bab ini berisi pemaparan mengenai metode
subjek penulisan, instrumen, teknik pengumpulan data, prosedur dan tahap-tahap
dalam melakukan penelitan ini.
Bab IV Hasil Penulisan dan Pembahasan, bab ini berisi pemaparan
mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan
pembahasan temuan yang didapatkan pada pelaksanaan penulisan dilapangan.
Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi pemaparaan mengenai
penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil temuan yang akan menjawab rumusan
masalah yang telah dibuat, selain itu dalam bab ini di paparkan rekomendasi yang
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi tempat penelitian adalah SMP Pasundan 4Bandung. SMP Pasundan
4 merupkan salah satu sekolah yang awalnya sudah menggunakan kurikulum 2013
dan sekarang berganti ke KTSP karena adanya atauran baru yang dibuat oleh Mentri
RI yang saat sedang menjabat. SMP PASUNDAN 4Bandung terletak di Jalan
Kebonjati No. 31 Bandung. Peneliti pamong peneliti adalah peneliti mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas VII D, yaitu Ibu Hj. R. Sutini Kartika, A.
Md. Pd. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII D yang
berjumlah 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih
kelas VII D menjadi subjek penelitian karena kelas VII D ada sikap yang harus
diarahkan agar lebih baik dan terarah serta mendukung untuk memperbaiki sikap
siswa di kelas dalam pembelajaran IPS melalui metode VCT.
Subjek penelitian ini adalah peneliti IPS dan siswa-siswi kelas VII D SMP
Pasundan 4Bandung semester genap tahun ajaran 2014-2015 yang meliputi 40
orang siswa. Dengan jumlah siswa perempuan 20 orang dan siswa laki-laki
berjumlah 19 orang. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, dan juga hasil
berdiskusi dengan peneliti mitra, didapatkan gambaran bahwa secara keseluruhan
karakteristik dan hasil observasi pada beberapa pertemuan, dapat disimpulkan
bahwa kelas VII D Di sini peneliti mengamati keadaan siswa siswa kelas VII D.
Keadaan siswa kelas VII D yaitu ribut di dalam kelas dan sulit diatur, banyak
sampah di dalam kelas, di kelas gaduh, kurangnya kepedulian siswa terhadap
pembelajaran IPS, pada saat peneliti menjelaskan materi ada siswa yang keluar
masuk kelas, siswa terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai
pelajaran yang pada saat itu diajarkan, hanya aktif pada hal yang tidak berkaitan
dengan materi. Ini membuat siswa dalam bersikap kurang baik di dalam sekolah
maupun di kelas. Cara berbicara dan menaati aturan yang ada di dalam sekolah pun
menjadi salah satu masalah yang masih harus dibenahi. Dalam hal ini beberapa
sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, membully teman. Adapun hal lain yaitu tidak
ingin bertanya walaupun tidak paham dengan materi tersebut dan hal ini terlihat
dari siswa yang pada saat sesi tanya jawab hanya berdiam diri saja, tidak ada respon.
B. Desain Penelitian
Metode Penelitian Tindakan Kelas atau yang lebih dikenal dengan PTK
merupakan ragam kegiatan penelitian tindakan yang tergolong dalam penelitian
kualitatif. Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena peneliti
beranggapan bahwa perlu adanya perbaikan tindakan pada permasalahan penelitian
ini. Yaitu memperbaiki praktek-praktek pembelajaran yang dinilai kurang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan tujuan pendidikan nasional. Penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari tiga tahap pada setiap siklus. Satu siklus terdiri dari tiga tindakan.
Apabila dalam tindakan kelas ini ditemukan kekurangan dan tidak terciptanya
target yang telah ditentukan, maka tidak akan tercapainya suatu perubahan dalam
suatu pembelajaran di dalam kelas. Hal ini yang kemudian membuat adnaya
perbaikan ke arah yang lebih bak dari setiap siklus pada perencanaan dan
pelaksanaan siklus berikutnya.
Model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart melalui
beberapa siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian
tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada
kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
tindakan/pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Gambar model tindakan Kemmis
[image:15.595.244.442.589.686.2]dan McTaggart dijelaskan pada gambar 3.1
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga tahap pada satu siklus,
apabila dalam tindakan kelas ini ditemukan kekurangan dan tidak terciptanya
target yang telah ditentukan, maka ini ditemukan dan tidak tercapainya target
yang telah ditentukan, maka diadakan perbaikan pada perencanaan dan
pelaksanaan siklus berikutnya. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model spiral Kemmis dan Mc Taggart dengan melalui beberapa siklus
tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu :
a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai
solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan
tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum
penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah
tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti
tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran,
metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek
penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.
b. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh peneliti atau peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan
tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya.
Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas
sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan
serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh
diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian
sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi
di kelas.
c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan
kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang
dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui
ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan
d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi
ini, peneliti bersama-sama peneliti dapat melakukan revisi perbaikan
terhadap rencana awal. Melalui refleksi, peneliti akan dapat menetapkan apa
yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari
tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses
pembelajaran antara peneliti dan siswa, metode, alat peraga maupun
evaluasi.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk menggali nilai-nilai Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) yang dimiliki siswa khususnya dengan metode VCT
bagaimana penerapan metode tersebut di terapkan pada mata pelajaran IPS di
kelas. Penelitian ini merupakan usaha untuk menerapkan pembelajaran yang
berorientasi pada sikap siswa dengan melatih siswa dalam setiap pembelajaran
di dalam kelas agar terciptanya perubahan sikap melalui keterampilan ips di
dalam kelas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan
penelitian untuk mengubah sikap siswa secara bertahap dengan metode
mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan lain sebagainya. PTK
merupakan pengalaman selama melakukan tindakan yang kemudian lama
kelamaan mengalami perubahan dalam diri mereka yang menjdai suatu
kebiasaan untuk mengevaluasi diri (self evaluation). (Arikunto, Suharsimi.
2013, hlm. 132-133).
Penerapan metode VCT dengan keterampilan IPS merupakan penelitian
tindakan yang pelaksanaannya melalui observasi langsung terhadap praktik
pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini diharapkan mampu membuat
perubahan sikap siswa selama pembelajaran di kelas dari yang awalnya tidak
baik menjadi lebih terarah. Penelitian kualitatif ini mengenai hal yang timbul
dari masalah yang ada di dalam kelas dan dikaitkan dengan cara siswa mampu
mengidentifikasi hasil karya atau sumber yang diberikan oleh peneliti yang
Menurut Kemmis dalam Arikunto (2012, hlm. 12) menjelaskan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri refleksi yang dilakukan
secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek sosial,
pemahaman mengenai kegiatan praktek pendidikan dan situasi yang
memungkinkan terlaksanakannya kegiatan praktek ini.
Hopkins (1993) dalam Sin (2011, hlm. 66), menyatakan bahwa
instrumen dalam penelitian tindakan kelas adalah peneliti sendiri sebagai ”sole
instrument” sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara-cara
seperti observasi, wawancara dan dokumentasi yang terfokus pada
konsep-konsep pengembangan sikap siswa menjadi ke arah yang lebih baik. Adapun
alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan melengkapi data agar lebih valid
antara lain dengan menggunakan angket, catatan lapangan (field notes) dalam
hal ini catatan harian yang dilakuakn oleh peneliti setip hari.
Dokumen-dokumen seperti Satuan Pelajaran dan Rencana Pelajaran, alat perekam dan alat
pemotretan atau dokumentasi atau catatan lapangan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam
penelitian ini, sebagai berikut :
1) Identifikasi Masalah
Ide peneliti untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat dikelas yaitu
adanya perubahan sikap melalui VCT yang dikaitkan dengan Keterampilan siswa
di dalam kelas, baik itu membuat, menganalisis maupun mengidentifikasi dan
mengerjakan tugas soal dari epenliti. Hal ini menjadi suatu tindakan pemecahan
masalah yang ada di kelas VII D SMP Pasundan 4 Bandung. Permasalahan yang
ada di dalam kelas VII D yaitu siswa ribut di dalam kelas dan sulit diatur, banyak
sampah di dalam kelas, di kelas gaduh, kurangnya kepedulian siswa terhadap
pembelajaran IPS, pada saat peneliti menjelaskan materi ada siswa yang keluar
masuk kelas, siswa terlihat acuh dan tidak banyak bertanya dan kritis mengenai
pelajaran yang pada saat itu diajarkan, baju dikeluarkan, tidak mengharagai guru,
Ini membuat siswa dalam bersikap kurang baik di dalam sekolah maupun di
kelas. Cara berbicara dan menaati aturan yang ada di dalam sekolah pun menjadi
salah satu masalah yang masih harus dibenahi. Dalam hal ini beberapa siswa
cenderung mengeluarakan kata kasar dengan sengaja dan tanpa sengaja sebab sudah
menjadi kebiasaan sehari-hari, membully teman. Adapun hal lain yaitu tidak ingin
bertanya walaupun tidak paham dengan materi tersebut dan hal ini terlihat dari
siswa yang pada saat sesi tanya jawab hanya berdiam diri saja, tidak ada respon..
Penelitian awal yaitu melihat permasalahan di dalam kelas agar dapat
melaksanakan penelitian dan menentukan cara pembelajaran serta memperbaiki
permasalahan yang ada pada siswa. Penelitian ini memfokuskan peneliti yaitu
perubahan sikap melalui VCTdengan pembentukan keterampilan IPS. Karena
dengan menggunakan VCT akan diketahui perubahan siswa setiap hari khuusnya
pada saat pembelajaran IPS di dalam kelas. Hal ini pun yang akan memantau sikap
siswa yang secara bertahap akan berubah menjadi lebih baik.
2) Perencana (plan)
Rencana merupakan serangkaian tindakan untuk memperbaiki serta
meningkatkan apa yang terjadi. Pada tahap perencanaan, peneliti bekerjasama
dengan mitra peneliti untuk menyusun rencana kegiatan dan tindakan yang akan
dilaksanakan, guna mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisis masalah yang
diperoleh saat melakukan pra observasi. Rencana tindakan dalam PTK, harus
berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Tahap ini merupakan tahap awal dalam
pelaksanaan PTK yang dilakukan oleh peneliti. Adapun rencana yang disusun
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Memastikan kelas yang akan menjadi tempat penelitian;
b. Meminta kesediaan guru untuk dijadikan sebagai pengawas pelaksanaan
dalam menilai sikap siswa kela VII D baik di dalam kelas maupun di luar
kelas atau lingkungan sekolah, sebab guru mitra serta wali kelas lebih tahu
bagaimana sikap siswa tersebut
c. Melakukan pengamatan kembali saat pra penelitian terhadap kelas yang
d. Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan penelitian;
e. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam
hal ini materi apapun bisa masuk ke dalam penelitian sebab peneliti
memfokuskan kepada perubahan sikap siswa kela VII D secara bertahap;
f. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian dalam
metode VCT yang difokuskan pada pendekatan pembelajaran berbuat,
sehingga dapat diketahui perubahan sikap siswa secara bertahap;
g. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan guru dengan peneliti;
h. Melakukan wawancara dengan bk dan wali kelas.
i. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan, sebagai tindak lanjut dari
diskusi balikan yang telah dilakukan;
j. Merencanakan untuk mengolah data dari hasil penelitian.
3) Pelaksanaan Tindakan (act)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan dalam
melakukan suatu penelitian dimaksudkan untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Pelaksanaan tindakan yang hendak dilakukan oleh peneliti
dijabarkan sebagai berikut:
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan
pada tahap perencanaan dengan langkah-langkahnya berdasarkan pada
silabus serta RPP;
b. Menerapkan metode VCT yang dikaitkan dengan keterampilan IPS
sebagai sarana mengidentifikasi pola perubahan sikap pada siswa;
c. Mengadakan identifikasi sikap anak di dalam kelas;
d. Menggunakan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai alat
observasi, untuk melihat, merekam atau mencatat segala aktivitas siswa
saat berlangsungnya proses pembelajaran;
e. Melakukan diskusi balikan dengan guru;
f. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan;
g. Melakukan pengolahan data penelitian
Tahap yang ketiga adalah observasi, pada tahap ini observer mengamati
aktivitas peneliti serta siswa, saat berlangsungnya proses pembelajaran. Selain
itu, observasi mempunyai fungsi mendokumentasi (mencatat dan merekam)
proses, hasil, pengaruh dan masalah baru yang muncul selama pembelajaran IPS
di dalam kelas VII D SMP PASUNDAN 4Bandung. Tahap pengamatan juga
berfungsi sebagai implikasi tindakan yang diberikan kepada siswa, sehingga
hasil observasi merupakan dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan
kemudian dijadikan bahan analisis, untuk menyusun rencana tindakan
selanjutnya. Tahapan observasi dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan saat berlangsungnya proses pembelajaran;
b. Melakukan pengamatan dan identifikasi siswa di dalam kelas;
c. Melakukan pengamatan terhadap siswa pada saat proses pembelajaran
yang bisa juga dilakukan melalui pengamatan secara bertahap melalui
pembelajaran di dalam kelas, teman sebangku dan sekelas.
5) Refleksi (reflect)
Tahap refleksi berusaha untuk melakukan suatu pengkajian kembali akan
suatu tindakan yang telah dilakukan, terhadap subjek penelitian dan telah dicatat
berdasarkan pengamatan. Tahapan ini merupakan tahap terakhir, dimana peneliti
dan mitranya melakukan evaluasi serta diskusi balikan. Tujuannya yaitu, untuk
melihat hasil dari pelaksanaan tindakan dan mengetahui kekurangan dan
kelebihan proses pembelajaran. Selanjutnya, mengoreksi rencana pembelajaran
menuju arah yang lebih baik. Setelah itu merefleksikan diskusi balikan untuk
perbaikan pelaksanaan siklus selanjutnya. Refleksi penelitian yang dilakukan
meliputi kegiatan:
a. Melakukan diskusi dengan mitra peneliti dan siswa setelah dilakukan
tindakan;
b. Melakukan diskusi dengan bk dengan wali kelas.
c. Menyimpulkan hasil diskusi, apakah penelitian dapat dihentikan atau
dilanjutkan kesiklus selanjutnya.
Pendekatan VCT ini dapat memperbaiki orang-orang yang memiliki
penyakit nilai didasarkan pada perilaku seseorang didasarkan pada nilai
masing-masing, sementara orang yang bingung dengan nilainya sendiri akan berperilaku
tidak konsisten, kadang-kadang dia sangat penrut pada suatu waktu sangat penolak
tanpa alasan yang jelas. Agar orang tersebut menjadi seorang yang konsisten dia
harus dibimbing agar menrima dirinya sendiri secara sadar dan terinternalisasi yang
dilakukan tanpa paksaan, sebab menanamkan nilai secara paksa pada seseorang,
akan menghasilkan efek-efek negtaif jangka panjang
2. Pembelajaran Sikap
Menurut Komalasari (2010, hlm. 156-157) Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen,
yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen
konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek atau sikap. Penilaian sikap merupakan
penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau penilaian siswa,
kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan untuk berperilaku siswa
berkaitan dengan suatu objek.
3. Keterampilan IPS
Keterampilan adalah proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyaji, menalar dan mencipta hal-hal penting yang ada di dalam kelas. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kelas dan seperti apa masalah yang
ada di dalam kelas. Ini pun dapat diamati setiap hari pada saat pembelajaran di
dalam kelasberlangsung. Keterampilan juga dimaksudkan agar seseorang mampu
memiliki kemampuan dalam berpikir dan bertindak sehingga mampu mengerjakan
dengan baik tugas yang diberikan. Ruang lingkup kajian IPS sangat luas. IPS
merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu. IPS tidak mengkaji setiap bidang
ilmu secara terpisah, melainkan lebih menekankan kepada pembahasan yang lebih
luas. Seperti halnya dalam permasalahan lingkungan, IPS tidak membahasnya
sebagai permasalahan dari sisi sosial saja akan tetapi membahasnya dari persepektif
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang berada di lapangan. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan yaitu :
a. Format Observasi.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati langsung mengenai permasalahan yang diamati dan mencatatkan apa
yang terjadi dilapangan. Peneliti membuat lembar observasi terfokus dengan format
check list yang digunakan untuk memberikan pengamatan serta penilaian terhadap
aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru serta segala kondisi kegiatan
belajar mengajar.
b. Lembar Observasi Aktifitas Siswa
Lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama proses pelaksanaan tindakan
penelitian. Lembar observasi ini bertujuan untuk melihat dan mengamati kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS yang mencakup ; tahap orientasi, tahap
kegiatan inti dan tahap kegiatan akhir
c. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas guru selama pelaksanaan tindakan
berlangsung diantaranya mencakup ; Tahap orientasi yang terdiri kemampuan guru
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan lain-lain. Tahap kegiatan inti terdiri
kemampuan guru dalam menarik minat siswa untuk belajar, adanya pembentukan
perubahan sikap dan lain-lain. Tahap kegiatan akhir yang terdiri dari guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tindak lanjut
terhadap kegiatan pembelajaran dan menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama-sama dengan siswa.
d. Format Catatan lapangan
Catatan lapangan dalam suatu penelitian dilakukan pada saat penelitian
dilakukan pada saat peneliti berada pada tahap pengumpulan data. Catatan
kegiatan penelitian yang telah dicatat pada saat melakukan penelitian. Format
catatan lapangan meliputi pengisian waktu, deskripsian kegiatan pembelajaran,
dan refleksi analisis dari hasil deskripsi kegiatan pembelajaran. Menurut Sanjaya
(2011, hlm. 98) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan
lapangan yaitu:
a) Catatan ditulis dengan segala kegiatan yang berlangsung.
b) Hal-hal yang ditulis adalah yang yang bersangkutan secara langsung dengan
fokus masalah.
c) Ditulis dengan kata-katasingkat dan padat sesuai dengan fokus dan sasran
peneliti.
d. Format Lembar Penilaian
Lembar penilaian digunakan untuk menilai perubahan sikap yang terjadi di
dala kelas, keterampilan sisiwa dalam menganalisis, mengidentifikasi atau
membuat serta mengolah tugas yang diberikan. Di sini juga siswa mampu
memahami pelajaran serta tidak ada lagi siswa yang berperilaku menyimpamg.
Perilaku menyimpang atau negatif dalam hal ini, siswa tidak bolos, tidak
berdiskusi dengan teman diluar konteks materi IPS, tidak keluar masuk kelas pada
saat guru menjelaskan materi, tidak berkata kasar, menghargai guru dan lain
sebagainya. Peneliti membuat lembar penilaian sesuai dengan Rubik Penilaian
yang telah dibuat.
a) Lembar Penilaian Perubahan Sikap melalui VCT dengan pengembangan
keterampilan IPS
Lembar penilaian kemampuan perubahan sikap siswa melalui VCT ini
merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
seberapa besar dan cepat tahapan perubahan sikap siswa di dalam kelas selama
proses penelitian tindakan kelas dilakukan.
e. Format Rubrik Penilaian
Rubik berisikan tentang aspek-aspek yang akan menjadi penilaian siswa
untuk mengukur pencapaian tujuan penelitian terhadap seluruh siswa yang
dilakukan secara individu khususnya terhadap pola perubahan sikap siswa secara
penilaian terhadap tingkat tercapainya perubahan sikap sisiwa setiap kali
pembelajaran di kelas dan aspek kegiatan pembelajaran lainya.
F. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
dengan cara :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan melalui
pengamatan terhadap objek yang diteliti. Metode observasi akan lebih baik bila
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian yang berupa perilaku,
kegiatan, atau perbuatan yang sedang dilakukan oleh subjek penelitian. (Dimyati,
2013, hlm. 96)
b. Wawancara
Wawancara menurut Basrowi & Suwandi (2008, hlm.127) dapat didefinisikan sebagai “percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) menjawab pertanyaan tersebut”.
Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan-alasan yang lebih mendalam
bagi siswa atau peneliti yang telah mengisi angket dengan bertanya kembali setiap
pertanyaan yang tertera dalam angket berikut penjelasan rinci dari partisipan.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis
bahan-bahan tertulis di dalam kelas sekolah seperti silabus, program tahunan,
program bulanan, program mingguan, RPP, catatan harian peneliti yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar dan cepeat perkembangan dan perubahan siskap
yang terjadi pada diri siswa. Pengamatan yang bersifat langsung dilakukan oleh
peneliti juga mampu membuat peneliti lebih paham dan mampu mengidentifikasi
dan menganalisis serta medapatkan hasil dari apa yang nantinya akan didapatkan
dan diarahkan oleh peneliti di dalam pengamatan dan alat untuk membuat sikap
siswa menjadi lebih baik. Peneliti mempelajari dan menganalisis bahan-bahan
pengajaran yang telah dibuat sebelumnya seperti silabus apakah sudah relevan atau
d. Foto
Foto merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengabadikan setiap
peristiwa penting dengan memotret kejadian yang ada danan sudah sesuai dengan
tujuan pembelajaran atau belum.
G. Analisis Data
Data penelitian yang akan dianalisis secara kualitatif. Data didapat oleh
peneliti secara langsung dari lapangan berupa data mentah. Setelah mendapatkan
data mentah dari hasil penerapan tindakan yang dilakukan di dalam kelas. Hasil
data mentah itu perlu diolah agar dapat menggambarkan kejadian sebenarnya yang
terjadi. Berikut teknik analisis data dan yang dilakukan oleh peneliti adalah data
kualitatif. Analisis data yaitu:
1. Mendeskripsikan Data
Pendeskripsian data dilakukan supaya data yang telah diperoleh dapat kita
seleksi menjadi bermakna.
2. Catatan Pinggir dan Catatan Reflektif
Dari catatan lapangan dibuat secara harian yang dilakukan sesaat setelah
catatan lapangan dibuat, hal ini bertujuan agar penulis dapat menganalisis
kejadian selama proses pembelajaram.
3. Membuat Kesimpulan Berdasarkan Deskripsi Data
Dalam proses penelitian, menganalisis dan menginterpretasikan
temuan-temuan penelitian atau hasil dengan merujuk atau menghubungkannya
dengan teori dan norma-norma lainnya yang telah diterima secara umum.
H. Validitas Data
Validasi data yang digunakan sesuai dengan model yang
dikembangkan, dengan cara Member Check, Saturasi, Audit Trail, Ekspert
Opinion (Hopskins dalam Wiriaatmadja) Mengenai validitas data, penulis
menggunakan validasi yang berlaku dalam penelitian ini. Data yang telah
dikategorikan kemudian divalidasi sesuai dengan model yang dikembangkan,
dengan “cara Member check, Saturasi, Audit trail, Ekspert Opinion” Hopskins
dalam Wiriaatmadja (2005, hlm. 168-171). Adapun kegiatannya sebagai
1. Trianggulasi
Dalam proses ini, peneliti mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh dari sumber data, yaitu peneliti utama, guru, siswa, BK dan Wali Kelas
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang telah dipilih dan disepakati
bersama. Dari peneliti utama, data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan
diperoleh melalui lembar observasi tentang aktifitas guru dalam bentuk catatan.
Guru berperan memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan melakukan refleksi-kolaboratif pada saat diskusi balikan di setiap
akhir siklus tindakan.
BK berperan sebagai pengamat yang lebih menegtahui secara jelas
bagaimana kebiasaan anak melalui daftar catatan BK dan yang lebih fokus dalam
menangani siswa yang bermasalah dan tidak, serta mengetahui proses dan mengapa
siswa melakukan masalah atau penyimpangan tersebut. Siswa berperan dalam
memberikan informasi mengenai keadaan kelas dan teman analisis mengenai teman
sebangku dan memberikan data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan
dilakukan dengan melalui wawancara terhadap beberapa orang siswa yang dapat
dianggap memberikan informasi yang tepat setelah berakhirnya keseluruhan
tindakan.
2. Member check
Dalam proses ini peneliti meninjau kembali kebenaran dan kesahihan data
penelitian dengan mengkonfirmasikannya pada sumber data.
3. Audit trail,
Dalam proses ini adanya audit data yang diperoleh dari catatan harian oleh
peneliti, catatan lapangan, lembar observasi seorang auditor yang netral yaitu Ditha
Arsita.
4. Expert opinion, maksudnya mengkonsultasikan hasil temuan peneliti
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian yang
telah dilakukan. Rekomendasi bertujuan sebagai bahan kajian baik untuk pihak
sekolah, guru, siswa, penulis, serta peneliti selanjutnya yang mengkaji masalah
serupa. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Upaya Mengubah Sikap Siswa Melalui Pembelajaran IPS
Menggunakan Metode Value Clarification Technique (VCT) pada siswa kelas
VII D SMP SMP Pasundan 4 Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Merencanakan penyusunan metode VCT untuk membentuk perubahan
sikap siswa ke arah yang positif dengan penggunaan keterampilan IPS
yang diterapkan di dalam kelas. Untuk melihat perubahan siswa di dalam
kelas dalam pembelajaran IPS maka terdapat beberapa tahapan yaitu:
a. Memperhatikan lingkungan kelas dan sikap siswa di dalam kelas.
b. Menyusun dan mengkaji silabus pembelajaran IPS serta SK/KD yang
dimuat di dalamnya.
c. Setelah melakukan kajian terhadap silabus dan SK/KD penulis melihat
keadaan dan iklim kelas agar diketahui materi, metode dan media apa
yang cocok untuk dikaji dan dikembangkan dalam pembelajaran.
d. Menentukan SK/KD yang akan dikembangkan agar mengetahui
tindakan kedepannya. Setelah menentukan SK/KD penulis membuat
RPP agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan terstruktur
sesuai harapan penulis.
e. Menentukan tema menarik dalam RPP serta mempersiapkan keperluan
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
f. Mengaitkan materi dengan metode VCT yang akan berdampak positif
g. Menonjolkan konsep pembelajaran sikap melalui metode VCT dengan
mengaitkan pada pembelajaran IPS agar sisiwa mampu memahami
materi, mengubah sikap secara bertahap dengan baik.
h. Memperhatikan sikap siswa pada saat pembelajaran secara personal,
agar mampu mengetahui masalah dan solusi.
2. Melaksanakan Metode VCT untuk membantu merubah sikap siswa di
dalam kelas yang dilakukan dengan:
a. Pengamatan kebiasaan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas.
b. Mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS.
c. Mengetahui kemampuan sisiwa dalam interaksi di dalam kelas.
d. Mengetahui apakah siswa mampu dalam menngani masalah yang ada di
dalam kelompok baik individu mapun kelompok.
e. Mengetahui siswa mampu membedakan hal positi dan negatif yang
sebenarnya tidak baik dilakukan di dalam kelas.
f. Mengetahui perubahan sikap siswa pada saat pembelajaran IPS di
dalam kelas.
g. Mengetahui proses belajar siswa di dalam kelas (dalam keadaan baik
atau tidak).
3. Mencari kendala serta pemecahan masalah yang terjadi pada saat
pembelajaran melalui Metode VCT dengan pembentukan Keterampilan
IPS untuk mengembangkan pemahaman konsep pembelajaran IPS.
Kendala-kendala yang dihadapi saat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Kendala Bagi Guru
1) Guru telah berupaya melaksanakan skenario belajar yang telah
dibuat, namun masih ada beberapa langkah yang terlewat.
2) Kurangnya waktu dalam menggunakan metode VCT karena untuk
mengetahui perubahan yang cukup besar diperlukan waktu yang
lama.
3) Guru juga belum menggunakan media pembelajaran secara optimal
4) Pemahaman guru tentang produser belajar VCT perlu lebih
dipelajari lagi sebab metode ini adalah metode yang menarik bila
dilakukan dengan waktu yang relati lama dan dapat diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran apapun di dalam kelas dan
lingkungan sekolah.
5) Dalam proses belajar yang sudah dilakukan, guru sudah percaya
diri hanya saja dalam menjelaskan kepada siswa sedikit sulit
karena inti dari metode ini penulis simpulkan mampu untuk
mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik.
6) Perlunya kesabaran dalam mengubah sikap siswa saat di dalam
kelas.
7) Pengetahuan guru terhadap metode VCT masih minim.
b. Kendala Bagi Siswa
1) Rendahnya pemahaman siswa terhadap penjelasan guru tentang
VCT.
2) Siswa belum terbiasa dengan metode VCT, metode yang selama ini
biasa digunakan oleh guru adalah ceramah, diskusi, PBL, dan debat
serta metode lain yang dipadu padankan seperti VCT dalam Role
Palying, dan lain sebagainya.
3) Siswa kurang fokus dalam belajar sehingga lebih tertinggal dari
siswa lainnya.
4) Kebingungan dalam pelaksanaan metode VCT.
5) Adanya perubahan dari siswa menjadi lebih baik setelah
penggunaan metode VCT dengan adanya dukungan melalui
pembentukan keterampilan IPS yang bertujuan mampu
mengembankan kreatifitas siswa.
Secara umum kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik
berkat diskusi dan bimbingan yang intensif dilakukan penulis dengan Drs.
M.Pd selaku dosen pembimbing PPL dan dosen pembimbing dua, dan
Ditha Arsita yang berperan sebagai observer dan tidak jarang memberikan
masukan kepada penulis. Penulis diberikan saran baik dalam menentukan
tema pembelajaran dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Media
pembelajaran yang penulis buat adalah memanfaatkan barang bekas
seperti dus bekas yang kemudian diolah menjadi suatu media
pembelajaran penunjang untuk mengetahui perubahan sikap siswa.
Adapun hal lain yaitu penulis meminta siswa untuk mengasah
keterampilan sesuai dnegan materi yang telah dijelaskan oleh penulis. Di
sini dapat diamati perubahan sikap siswa dari cara kerjasama,
keterampilan membuat, interaksi dan indikator terkait dengan perubahan
sikap yang penulis telah buat. Indikator ini pun merujuk berdasarkan ahli
teori. Pengembangan metode VCT diharapkan mampu mengubah sikap
sisa secara bertahap. Seluruh aspek ini mengalami perkembangan dari
siklus pertama hingga siklus ketiga dan stu siklus teridiri dari tiga tindakan
yang dinilai dari kualitas kurang, cukup, baik menjadi sangat baik dengan
persentase 46,9% menjadi 69,7% kemudian naik lagi menjadi 84%.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama melaksanakan penelitian
dengan menggunakan metode VCT dengan ditunjang oleh pembentukan
keterampilan IPS mampu mengubah sikap siswa kelas VII D secara bertahap,
terdapat beberapa poin yang menjadi saran penulis bagi berbagai pihak terkait
penelitian ini yang ditunjukan untuk perubahan sikap siswa melalui metode
VCT dengan pembentukan keterampilan IPS adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah
Penulis berharap dengan penggunaan metode VCT dalam
pembelajaran IPS dapat membantu mengubah sikap siswa menjadi lebih
baik di SMP Pasundan 4 Bandung sebab melihat dari situasi dan keadaan
siswa, perlu adanya perhatian dan arahan bukan hanya dari BK atau wali
untuk mengubah sikap siswa menjadi lebih baik sebab sekolah ini terletak
di daerah yang strategis dan siswa pun menjadi mudah dipengaruhi oleh
dunia luar.
2. Bagi guru
Adanya penelitian ini, penulis berharap strategi pembelajaran yang
digunakan dapat lebih bervariasi, sehingga menjadi inspirasi untuk lebih
mengembangkan model serta media pembelajaran. Bagi siswa, adanya
penelitian mampu mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik dan
terarah sehingga baik dalam pembelajaran di dalam kelas mapun di luar
kelas. Dapat memacu untuk lebih memahami dan metode ini sehingga
menjadi modal dalam memecahkan sebuah permasalahan yang terjadi
dalam kehidupan nyata.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini menjadi sebuah pengalaman, motivasi, tolak ukur,
kerja keras dan jerih payah dalam menjalankan pendidikan di jenjang
perkuliahan agar pada penelitian selanjutnya lebih baik serta menjadi salah
satu bentuk kontribusi terhadap dunia pendidikan.
4. Bagi penelitian selanjutnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini
bukanlah penelitian yang sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut
agar mampu mengetahui cara mengubah sikap siswa mejadi lebih baik
secara bertahap dan hanya untuk mengembangkan pemahaman konsep
pembelajaran IPS. Di sini pun perlu adanya proses penelitian dengan
memanfaatkan waktu yang tesedia saat proses belajar mengajar. Selain itu,
hendaknya penelitian selanjutnya memaksimalkan penilaian dan catatan
harian yang dilakukan oleh penulis dan pendekatan secara personal dengan
siswa dan memaksimalkan informasi dari BK sebab BK memiliki banyak
inormasi siswa, baik dari latar belakang keluarga, kebiasaan siswa dan lain
sebagainya.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan.
pendidikan di Indonesia dan secara khusus menjadi bahan pertimbangan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Arifin, Zaenal. (2009). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Dimyati, Johni. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya
pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana.
Djahiri A, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaram Afekti-Nilai-moral VCT
dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung.
Dradjat, Zakariah (1971). Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta:
Bulan Bintang.
Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hasan, Chalidjah. (1990). Psikologi Sosial, Interaksi Sosial, Sikap Sosial.
Bandung: Fakultas Usuludin Sunan Gunung Jati IAIN Bandung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta, Departemen Pendidikan
Indonesia: Balai Pustaka.
Kartono, Kartini (eds). 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika
Aditama.
Komalasari, Kokom. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: -
Kuswana, Sunaryo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mar’at. (1982). Pengantar Psikologi Sosial. Bandung: Bina Cipta. Haryati, Mimin. (2006). Sistem Penilaian. Jakarta. GPPRESS.
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Nuh, Muhammad. (2014). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Kementrian
Palmquist, Stephen. (2005). Fondasi Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Putra, Rizema. (2012). Desain Evaluasi Beljar Berbasis Kinerja. Jember:
Diva Press.
Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan
Kewarganegaraan
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Seti
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung
W, John. (2007). Remaja (Edisi 11 Jilid 1). University of Texas, Dallas:
Erlangga.
Wiriatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Zakiyah dan Rusdiana. (2014). Pendidikan Nilai (Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah). Bandung: Pustaka Setia.
SKRIPSI
Wiriatmadja, Agung. (2013). Penerapan Value Clarivicatian Technique
(VCT) Model Role Playing untuk menekan Prilaku Bullying Siswa Di
SMP 4 Bandung. (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-E SMPN 4
Bandung). Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Pebrianti, Puti. (2014). Efektivitas Penerapan Metode VCT Dalam
Pembelajaran Ips Untuk Meningkatkan Sikap Santun DI Kelas VII E