• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN TINGKAT LITERASI MEDIA PADA SISWA SMA KELAS XII SMA NEGERI 10 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUKURAN TINGKAT LITERASI MEDIA PADA SISWA SMA KELAS XII SMA NEGERI 10 BANDUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN TINGKAT LITERASI MEDIA PADA SISWA SMA KELAS XII SMA NEGERI 10 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

YONI TRI KUSHENDARTO NIM. 0906174

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengukuran Tingkat Literasi Media pada siswa SMA kelas XII SMA Negeri 10 Bandung” adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Bandung, Oktober 2015 Yang Membuat Pernyataan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

YONI TRI KUSHENDARTO

0906174

PENGUKURAN TINGKAT LITERASI MEDIA PADA SISWA SMA KELAS XII SMA

NEGERI 10 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Dr. Deni Darmawan, M.Si NIP. 197112281998021001

Pembimbing II

Dr. Cepi Riyana, M.Pd NIP. 1975123020012112001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ketua Prodi

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Teknologi Pendidikan

(4)

i

Yoni Tri Kushendarto, 2015

ABSTRAK

Yoni Tri Kushendarto (0906174). Pengukuran Tingkat Literasi Media Pada Siswa SMA Kelas XII SMA Negeri 10 Bandung. Skripsi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2015. Penelitian dilakukan berdasarkan studi pendahuluan dan observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 10 Bandung dimana terdapat banyak siswa yang memiliki tingkat literasi media dan pengetahuan tentang media-media baru yang berbeda-beda pada tiap siswa. Hal yang menjadi daya tarik adalah seberapa tinggi kah tingkat literasi media pada setiap siswa di SMA Negeri 10 Bandung. Penelitian ini menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu “Bagaimana tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung ?”. Secara lebih rinci rumusan masalah terdiri dari “Bagaimana tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek keterampilan teknis, pemahaman kritis, dan kemampuan komunikatif”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Teknik analisis data dilakukan dengan perhitungan skor total tiap instrumen. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diambil kesimpulan, bahwa Tingkat Literasi Media siswa kelas XII SMA Negeri 10 Bandung pada aspek keterampilan teknis berada di level medium, pemahaman kritis berada pada level basic, dan kemampuan komunikatif berada di level medium, berdasarkan kriteria interpretasi skor; Berdasarkan pernyataan tersebut maka diberikan rekomendasi, yaitu dengan tingginya literasi media pada siswa perlu ditunjang lagi media-media pembelajaran yang diperlukan siswa untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran di kelas.

(5)

ABSTRACT

Yoni Tri Kushendarto (0906174). Media Literacy Level Measurement In High School Class XII student of SMAN 10 Bandung. Thesis Department of Curriculum and Educational Technology, Faculty of Education, University of Indonesia, Year 2015. The study was conducted based on preliminary studies and observations conducted by researchers at SMAN 10 Bandung where there are many students who have high levels of media literacy and knowledge about new media Different for each student. It is the main attraction is how high the level of media literacy on whether each student at SMAN 10 Bandung. This research is to answer the problem of research that have been formulated, namely "What level of media literacy skills in class XII student at SMA Negeri 10 Bandung?". In a more detailed formulation of the problem consists of "What is the level of media literacy skills in class XII student at SMA Negeri 10 Bandung on aspects of technical skills, critical understanding and communicative abilities". This research uses descriptive method with quantitative approach. The research instrument used in the form of objective tests. The sampling technique used was cluster random sampling with a sample size of 30 people. Data analysis technique is done by calculating the total score for each instrument. Based on the results of research in the field, it can be concluded, that the level of Media Literacy class XII student of SMAN 10 Bandung on aspects of technical skills are in the medium level, a critical understanding at the level of basic and communicative abilities are in the medium level, based on the criteria of interpretation of the score; Based on this statement, the given recommendation, ie with a high media literacy in students need to be supported again the media student learning necessary to facilitate students in the classroom.

(6)

vi

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

3. Dampak-dampak Terhadap Media ... 21

(7)

vii

b. Dampak Negatif Media ... 23

D. Literasi Media ... 26

1. Pengertian Literasi Media ... 26

2. Fungsi Literasi Media ... 27

3. Pemahaman Terhadap Budaya Media ... 28

4. Pemahaman Terhadap Media Baru ... 30

5. Literasi Media di Indonesia ... 33

6. Elemen Literasi Media ... 35

7. Prinsip Literasi Media ... 39

8. Kemampuan Literasi Media ... 41

9. Model Literasi Media ... 43

10. Kriteria Penilaian Tingkat Literasi Media... 45

a. Individual Competences ... 47

b. Environmental Factor ... 49

c. Evaluasi Tingkat Kompetensi ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 54

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Subjek Penelitian ... 55

C. Definisi Operasional ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Analisis Instrumen Tes ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen ... 64

(8)

viii

Yoni Tri Kushendarto, 2015

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88 1. Tingkat Literasi Media Aspek Keterampilan Teknis ... 88 2. Tingkat Literasi Media Aspek Pemahaman Kritis ... 90 3. Tingkat Literasi Media Aspek Kemampuan Komunikatif .... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kompetensi individu dan social ... 48

Tabel 2.2 Tingkat kompetensi ... 52

Tabel 3.1 Kriteria koofisien Daya Pembeda ... 61

Tabel 4.1 Uji Validitas Instrumen ... 65

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 66

(10)

x

Yoni Tri Kushendarto, 2015

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Kecakapan Bermedia ... 68

Grafik 4.2 Kemampuan Menganalisis Informasi ... 69

Grafik 4.3 Kemampuan Menggunakan Media ... 70

Grafik 4.4 Kemampuan Merangkum Data di Media ... 71

Grafik 4.5 Keakuratan Informasi ... 72

Grafik 4.6 Kemampuan Menilai Informasi ... 73

Grafik 4.7 Pemahaman Terhadap Informasi Media ... 74

Grafik 4.8 Kemampuan Menganalisis Media ... 75

Grafik 4.9 Media Bagi Pembelajaran... 76

Grafik 4.10 Kemampuan Mengklasifikasi Situs Web ... 77

Grafik 4.11 Kemampuan Membedakan Isi Media ... 78

Grafik 4.12 Jenis Media ... 79

Grafik 4.13 Frekuensi Menggunakan Media ... 80

Grafik 4.14 Pemahaman Penggunaan Media ... 81

Grafik 4.15 Kemampuan Mengoperasikan Media ... 82

Grafik 4.16 Media Cetak dan Elektronik ... 83

Grafik 4.17 Menjelajah Informasi dan Pencarian Kritis Informasi ... 84

Grafik 4.18 Mengunjungi Situs Baru ... 85

Grafik 4.19 Kemampuan Menciptakan Media ... 86

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media di Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dari sisi teknologi media maupun konten medianya itu sendiri. Media yang dimaksud mencakup berbagai macam jenis media, baik televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, rekaman, film, dan internet. Saat ini para siswa dituntut untuk lebih cerdas dalam menggunakan media. Siswa tidak hanya dituntut untuk mampu mengoperasikan media, namun juga kritis terhadap konten-konten yang ada didalamnya. Dalam penggunaan media tidak serta merta seorang pendidik langsung mempraktekan di kelasnya, namun dibutuhkan model pembelajaran yang mendukung terhadap keberhasilan belajar.

Menurut Heinich (1996) yang termasuk karakteristik umum adalah umur, tingkat kemampuan, faktor budaya atau sosial ekonomi. Biasanya analisis awal dari karakteristik siswa dapat membantu dalam menyeleksi metode dan media pembelajaran. tetapi nyatanya banyak guru yang tidak bisa menganalisis kemampuan peserta didiknya sendiri, padahal seharusnya salah satu tugas seorang guru adalah mampu mengenal karakteristik yang dimiliki

peserta didikinya, kelemahan itu terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh

(

Rudi susilana:2005).

(13)

Berkaitan dengan hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh guru khususnya di Jawa Barat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisis karakterisitik yang dimiliki siswanya, itu didasari banyaknya ditemukan copypaste yang dilakukan guru dalam merancang RPP, padahal idealnya seorang guru mengetahui dan memahami apa yang menjadi tujuan mengajarnya. Dalam bagan di atas dituliskan seorang guru mampu menganalisis siswanya padahal masih jauh dari kenyataan bahwa guru masi belum mampu menganalisis kemampuan yang dimiliki siswanya. Salah satunya adalah mengassessmen kemampuan siswanya yang merupakan hal penting untuk report dan track record bagi siswa

pada masa mendatang.

Pada pembelajaran abad 21 di tandai dengan peran besar pengaruh teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan khususnya pada proses belajar mengajar . menurut Harli Trisdiono dan Widyaiswara Muda dalam tulisanya “ Pemanfaatan teknologi, khususnya tekonologi informasi komunikasi, memfasilitasi siswa mengikuti perkembangan teknologi, dan mendapatkan berbagai macam sumber dan media pembelajaran. Sumber belajar yang semakin variatif memungkinkan siswa mengekplorasi materi ajar dengan berbagai macam pendekatan sesuai dengan gaya dan minat belajar siswa”. dalam hal ini pembelajar di haruskan mampu menghadapi tantangan abad 21. pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran masa depan dimana pembelajaran berpusat pada siswa, siswa ditempatkan sebagai subyek yang secara aktif mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sendiri.

Skill atau kemampuan merupakan hal yang utama, adapun kemampuan yang ada dalam pembelajaran abad 21 yang ada di situs www.P21.org Partnership for 21st Century Skills mengidentifikasi kemampuan abad 21 meliputi : berpikir kritis, pemecahan

masalah, komunikasi dan kolaborasi. diantaranya “information,media,and technology skill”.

Di masyarakat dapat disaksikan bahwa teknologi komunikasi terutama televisi, komputer dan internet telah mengambil alih beberapa fungsi sosial manusia (masyarakat),

setiap saat kita semua menyaksikan realitas baru di masyarakat, dimana realitas itu tidak sekedar sebuah ruang yang merefleksikan kehidupan masyarakat nyata dan peta analog atau

(14)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

merupakan salah satu kekuatan yang sangat mempengaruhi umat manusia di abad 21. Media ada di sekeliling kita, media mendominasi kehidupan kita dan bahkan mempengaruhi emosi serta pertimbangan kita.

Keberadaan media dimana-mana dan juga periklanan telah mengubah pengalaman sosial dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Media merupakan unsur penting dalam pergaulan sosial masa kini. Kebudayaan masyarakat tidak terlepas dari media, dan budaya itu sendiri direpresentasikan dalam media. Konsekuensi dari perkembangan tersebut adalah media massa mendorong khalayaknya untuk menikmati dirinya sendiri dan membeli produk,

sehingga media massa menyajikan apa yang laku atau populer di masyarakat tanpa memperdulikan apakah hal tersebut melecehkan logika, mengacak-ngacak budaya, menumpulkan hati nurani, atau mengabaikan kepentingan publik (Subiakto, 2005).

Teknologi internet inilah yang makin memperbesar dan mempermudah arus informasi, sehingga kini setiap orang dapat mengakses informasi apapun dan saling terhubung tanpa terhalang oleh kendala jarak dan waktu. Hasil survei dari MarkPlus Insight Netizen (2012), menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di indonesia telah mencapai 61 juta orang pada tahun 2012. Jumlah itu membuat persentase pengguna internet dibanding jumlah penduduk adalah 23,5%. Dari jumlah tersebut, 40% di antaranya mengakses internet lebih dari 3 jam sehari. Adapun jumlah pengguna internet yang menggunakan perangkat mobile seperti ponsel dan tablet mencapai 58 juta jiwa.

Sebuah penelitian yang dikutip detikINET dari Silicon India menyebutkan Indonesia menempati posisi ke delapan negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia. Penelitian dari Boston Consulting Group menilai jumlah pengguna internet di Indonesia akan terus meningkat. Sampai angka tiga kali lipat di tahun 2015 dibandingkan tahun 2010. Pornografi juga merupakan masalah yang perlu diwaspadai di era digital saat ini. Dilansir dari Tribunnews.Com (Tribunnews.Com, 2010), Indonesia merupakan negara terbesar ke-4 sebagai pengakses kata “sex” atau “porn” dalam mesin pencari google. Peri Umar Farouk, ketua gerakan “Jangan Bugil Depan Kamera”, menunjukkan data bahwa sejak Mei 2007 terdapat 500 jenis video porno asli Indonesia dan pada tahun 2010 berkembang menjadi 800

(15)

mahasiswa, sementara sisanya adalah oknum PNS, pejabat, petinggi partai, penegak hukum dan kepala daerah.

Perkembangan media massa ini mengakibatkan konten media semakin banyak sehingga sensor atau kontrol negara terhadap isi media semakin sulit dilakukan (Buckingham, 2001). Oleh karena itu, konsumen media massa memerlukan alternatif lain agar dapat terlindungi dari efek-efek negatif media massa. Literasi media merupakan upaya pembelajaran bagi khalayak media sehingga menjadi khalayak yang berdaya hidup di tengah dunia yang disebut dunia sesak-media (media-saturated) (Iriantara, 2009). Selain itu, literasi media juga

diperlukan untuk mempersiapkan warga masyarakat bersentuhan atau diterpa (exposure) media massa (Buckingham, 2001).

Berdasarkan hal tersebut, dapat kita lihat bahwa sebenarnya saat ini kondisi masyarakat cukup mengkhawatirkan. Oleh karena itu, kemampuan literasi media menjadi sangat penting untuk menyiapkan dan memproteksi masyarakat dari dampak-dampak negatif media massa. Selain itu, literasi media juga penting untuk peningkatan kualitas media (Subiakto, 2005), merubah cara pandang masyarakat terhadap media massa (Iriantara, 2009), pengembangan demokratisasi dan partisipasi (Kellner, 2003), melindungi anak-anak dan dewasa dari efek buruk komunikasi massa modern (Curry, 1999).

Dengan demikian, literasi media menjadi pengetahuan wajib yang harus dikuasai oleh siswa SMA agar mereka siap dalam menghadapi tantangan-tantangan di era sesak-media ini. Siswa SMA saat ini harus mampu menjadi manusia literat yang menguasai kompetensi-kompetensi literasi media yang mencakup kemampuan menggunakan, menganalisa, mengevaluasi, dan memproduksi informasi di media. Jika kompetensi-kompetensi tersebut tidak terpenuhi, maka siswa SMA saat ini dikhawatirkan akan terpengaruh efek negatif media serta tidak mampu bersaing di era globalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai literasi media siswa, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam merancang program-program pendidikan literasi media di Sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti memfokuskan masalah penelitian terhadap masalah-masalah yang timbul

(16)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

merancang pembelajaran masih dikategorikan kurang. Hal ini bisa terlihat dari pembuatan dokumen kurikulum, banyak dokumen kurikulum yang diduga merupakan saduran (Copy

paste) dari dokumen kurikulum yang telah ada.

Kedua, tahapan analisis dan identifikasi kebutuhan peserta didik dalam perencanaan pembelajaran masih jarang diimplementasikan guru. Ketiga, kemampuan literasi media masih kurang mendapat perhatian dari sekolah. Umumnya kemampuan literasi media hanya terdapat dalam pembelajaran teknologi dan informasi, padahal kemampuan literasi media merupkan salah satu kemampuan dalam memahami wawasan tentang meia yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Keempat, masih belum tersedianya standar alat asesmen untuk keterampilan menulis siswa. Sehingga guru harus membuat sebuah alat asesmen secara informal. Dimana, guru menyusun, memberikan, dan menafsirkan hasil asesmen sendiri.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat kemampuan literasi media siswa”. Atau secara lebih detail rumusan masalah ini adalah :

1. Bagaimana tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek keterampilan teknis ?

2. Bagaimana tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek pemahaman kritis ?

3. Bagaimana tingkat kemampuan literasi media siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek kemampuan komunikatif ?

D. Tujuan Penelitian

(17)

1. Mengetahui tingkat kemampuan Literasi Media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek keterampilan teknis

2. Mengetahui tingkat kemampuan Literasi Media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek pemahaman kritis

3. Mengetahui tingkat kemampuan Literasi Media siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek kemampuan komunikatif

E. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semuanya, terutama

bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun manfaat yang diharapkan muncul dari penelitian ini, antara lain :

a. Secara teoritis (akademik)

Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi inovasi dalam pembelajaran dan memberikan informasi umum kepada sekolah.

b. Secara empirik (praktek)

1. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, informasi, dan wacana baru mengenai pembelajaran cloud computing yang dapat digunakan di sekolah-sekolah.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Track record pada siswa sekolah dapat mempermudah guru dalam mengajar. Karena assessment itu penting bagi dunia pendidikan maupun tiap sekolah.

3. Bagi Peneliti

Sebagai dasar dan motivasi untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitian ini tidak hanya sampai di sini dan untuk melengkapi jika ada kekurangan-kekurangan pada

(18)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara alamiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian yang dilakukan itu memiliki kegunaan dan tujuan tertentu. Umunyan tujuan dari penelitian itu ada 3 macam yaitu: bersifat penemuan, bersifat pembuktian, dan bersifat pengembangan. Pengertian metode penelitian menurut (Syaodih, 2007, p. 52) adalah “rangkaian cara atau kegiatan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang peristiwa dalam variable tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel. Artinya, variabel yang diteliti bias tunggal (satu variabel) bias juga lebih dari satu variable. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan suatu peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Menurut Nawawi (2003 : 64) metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian

pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

(19)

2. Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Sugiyono (Sugiyono, 2011, p. 57) memberikan pengertian bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas XII SMA Negeri 10 Kota Bandung.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Menurut (Zainal, 2011, p. 215) sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (minitur population), dalam penelitian ini adalah kelas XII SMA Negeri 10 Kota Bandung.

C. Definisi Operasional

Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut. Sebuah definisi operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian. Menurut (Zainal, 2011)definisi operasional adalah definisi khusus yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan, dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti.

1. Pengukuran

Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih informatif dan lebih bermanfaat.

2. Literasi

Makna literasi semakin berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan makna tersebut mengikuti perkembangan zaman yang bergerak cepat. Perkembangan zaman yang pesat

(20)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

baca-tulis. Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Oleh karenanya para pakar pendidikan dunia berpaling kepada definisi baru tentang literasi. Selain itu, dewasa ini kata literasi banyak disandingkan dengan kata-kata lain, misalnya literasi komputer, literasi virtual, literasi matematika dan sebagainya. Hal tersebut merupakan transformasi makna literasi karena perkembangan zaman.

3. Media

Secara umum media merupakan alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau

ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metoda yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.

4. Literasi Media

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memuat semua teknologi yang berhubungan dengan penanganan informasi. Penanganan ini meliputi pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Jadi, TIK adalah teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Mengenai hal ini Sugiyono (2010:308) menyatakan “Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes objektif pilihan berganda karena tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Bentuk tes ini berupa pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Jumlah soal ditentukan berdsarkan uji validitas dan reliabilitas yang penyesunannya

(21)

E. Analisis Instrumen Tes

Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak (Arikunto, 2005). Untuk memenuhi kriteria tersebut, peneliti melakukan uji coba instrumen dan analisis yang dilakukan sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada penelitian ini, untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Sukmadinata (2010 : 228) ”validitas instrumen menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur”.

Sugiyono (2011 : 129) menyatakan bahwa “bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas yang tinggi”. Maka untuk mengetahui validitas instrumen dalam penelitian ini, digunakan rumus korelasi product-moment (Arifin 2009 : 254) :

  

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagaimana yang dikemukakan oleh Arifin (2009 : 257) berikut :

(22)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

Setelah diperoleh koefisien korelasinya, langkah selanjutnya adalah menguji tingkat signifikasinya dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono 2011:257) t = Nilai t hitung r = Koefisien korelasi n = Jumlah banyak subjek

Nilai thitung kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan taraf nyata 0,05 dengan

derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila thitung > ttabel, berarti korelasi tersebut signifikan atau

berarti.

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2013 : 228) mengemukakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran”. Selanjutnya Arifin (2009 : 258), menjelaskan bahwa :

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrument. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda

Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown. Adapun rumus

Spearman Brown adalah:

r11= 2 x r1+r1/21/2

1/21/2ሻ

(23)

r½½ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

r11 = koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan

3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal ini dimaksudkan untuk mengetahui kategori soal yang telah dirancang sebelumnya, termasuk kepada kategori mudah, sedang ataupun sukar. Taraf kesukaran soal dilihat dari kesanggupan siswa dalam menjawab soal.

Arifin (2009:266) mengemukakan bahwa “tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (porposional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik”.

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat digunakan dengan cara :

WL = Jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah

WH = Jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas

nL = Jumlah kelompok bawah

nH = Jumlah kelompok atas

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal yang dikemukakan Arifin (2009 : 270) : “Jika jumlah presentase sampai dengan 27% termasuk mudah. Jika jumlah presentase 28% - 72% termasuk sedang. Jika jumlah presentase 73% ke atas termasuk sukar”.

Untuk memperoleh hasil yang baik, sebaiknya proporsi antara tingkat kesukaran soal

tersebar secara normal. Perhitungan proporsi tersebut dapat diatur sebagai berikut: 1) Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25% atau

2) Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20% atau 3) Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%.

(24)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

4. Daya Pembeda

“Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kritesia tertentu” (Arifin, 2009:273).

Adapun rumus untuk mencari daya pembeda adalah :

DP =

n WH WL

(Arifin, 2009:273)

DP = daya pembeda

WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah N = 27% x N

Tabel 3.1

Kriteria Koefisien Daya Pembeda

Index of discrimination Item evaluation

0.40 and up Very good items

0.30 – 0.39 Reasonably good, but possibly subject to improvement

0.20 – 0.29 Marginal items, usially needing and being subject to improvement

(25)

F. Teknik Analisis Data

Perhitungan prosentase teknik analsisi data yang digunakan pada penelitian perhitungan prosentase. Teknik persentase digunakan untuk melihat banyaknya responden menjawab suatu item pertanyaan dalam angket. Melalui teknik persentase ini peneliti dapat mempresentasekan setiap jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti.

Teknik persentase ini menggunakan rumus sebagai berikut: % = n/N x 100

Sumber: Moh Ali (1992:184) Keterangan:

n = Nilai yang diperoleh N = jumlah seluruh nilai

Setelah selesai melakukan perhitungan data, selanjutnya dirumuskan kriteria interpretasi skornya. Adapun kriteria interpretasi skor menurut riduwan (2012:89), sebagai berikut :

Angka 0% - 20% = Sangat rendah Angka 21% - 40% = Rendah Angka 41% - 60% = Cukup Angka 61% - 80% = Tinggi

(26)

Yoni Tri Kushendarto, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penarikan kesimpulan ini dilakukan setelah pelaksanaan penelitian dan pengolahan data hasil penelitian. Pada kesimpulan ini akan dipaparkan jawaban atas rumusan masalah secara umum dan pertanyaan penelitian secara khusus.

1. Kesimpulan Umum

Setelah dilakukan penelitian tentang Pengukuran Tingkat Literasi Media Pada Siswa SMA Kelas XII SMA Negeri 10 Bandung. Secara umum analisis data yang diajukan peneliti diterima. Berdasarkan perolehan data dari hasil penelitian , tingkat literasi media siswa berada di level tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek keterampilan teknis, pemahaman kritis, dan kemampuan komunikatif.

2. Kesimpulan Khusus

a. Dari hasil penelitian menyatakan tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek keterampilan teknis memiliki skor yang tinggi. Dengan hasil tersebut menunjukan tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek keterampilan teknis berada di level Tinggi.

b. Dari hasil penelitian menyatakan tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek pemahaman kritis memiliki skor yang tinggi. Dengan hasil tersebut menunjukan tingkat kemampuan literasi media pada siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek pemahaman kritis berada di level Tinggi.

(27)

media siswa kelas XII di Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung pada aspek kemampuan komunikatif berada di level Tinggi.

B. Saran 1. Bagi Siswa

Bagi siswa yang memiliki kebutuhan yang tinggi pada suatu mata pelajaran tetapi pembelajaran di kelas tidak mendukung maka siswa tidak hanya terpatok oleh pembelajaran di kelas saja. Tetapi siswa pun dapat mencari bahan pembelajaran diluar dengan menggunakan media apapun yang menunjang pembelajaran.

2. Bagi Guru

Guru diharapkan lebih menguasai media yang ada saat ini agar dapat mengontrol para siswa dalam menggunakan media yang ada. Selain itu guru harus bisa melihat bahwa kebutuhan siswa sebaiknya berimbang dengan kemampuan siswa yang sangat tinggi, agar proses pembelajaran berjalan baik. Jika melihat tidak berimbang, ada beberapa alternatif yang dapat seorang guru lakukan, salah satunya dengan metode mengajar yang menyenangkan bagi siswa agar meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan media.

3. Bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi disiplin ilmu Teknologi Pendidikan dalam pengembangan media pembelajaran sebagai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(28)

1

Yoni Tri Kushendarto, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ashidisiregar. Literasi Media. 2013. http:/ / id.wikipedia.org/ wiki/ Literasi-media (27 April 2014).

Aufderheide, Patricia. General Principles in media Literacy. 2012. http:/ / newsreel.org/ articles/ aufderhe.htm (12 Mei 2014).

Baran, J. Stanley & Dennis K. Davis (2000). Mass Communication Theory:

Foundations, Ferment and Future. California: Wadsworth Publishing

Company.

Baran, Stanley J. 2004. Introduction to mass communication: Media Literacy and

Culture. 2nd edition. New York: McGraw-Hills.

Buckingham, D. (2001, Maret). Media Education: A Global Strategy for Development. A Policy Paper for UNESCO Sector of Communicationand

Information. Dipetik Agustus 9, 2010, dari

www.ccsonline.org.uk/mediacenter/Research_Pro-jects/UNESCO_policy.html

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Celot, Paolo. 2010. Study on Assessment Criteria for Media Literacy Levels: A

comprehensive view of the concept of media literacy and an understanding

of how media literacy levels in Europe should be assessed. Final Report,

(29)

2

Curry, M. J. (1999). Media Literacy for English Language Learner: A Smiotics Approach. Literacy and Numeracy Studies Vol. 9/no. 2 .

EuropeanCommission. (2009). Study on Assessment Criteria for Media Literacy

Levels. Brussels.

Fauzi, Akbar Restu. Melihat Pentingnya Literasi Media. 2013. http:/ / edukasi.kompasiana.com/ 2013/ 12/ 23/

melihat-pentingnya-literasi-media-620866.html ( 16 Maret 2014).

Furqon. (2004). Statitika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Griffin, P. and Nix, P. (1991), Educational Assessment and Reporting, Harcourt Brace Jovanovich, Sydney

Hanafiah & Suhana, C. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama.

Iriantara, Y. (2009). Literasi Media. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Isjoni & Mohd Arif I. (2008). Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Isjoni. (2010). Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok). Bandung : Alfabeta

Iskandar. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Referensi

Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Offline]. Tersedia :

http://pusatbahasa.kemendiknas.go.id/kbbi. [Diakses : 26 April 2013]

Kern, Richard. 2000. Literacy and Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.

(30)

3

Yoni Tri Kushendarto, 2015

Lie, A. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning Di

Dalam Kelas. Jakarta : Grasindo.

McQuail, Denis. 1987. Mass Communication Theory. Jakarta: Gelora Aksara

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Miarso,Yusufhadi, 2007, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Kencana, Edisi I Cetakan 3, Jakarta.

Molenda, Heinich, Smaldino & dkk. (2005). Instructional Technology and Media For Learning.New Jersey: Pearson Education Inc. e-book Pdf diunduh Nov 2013

Nandika, Dodi, 2007. Pendidikan di tengah Gelombang Perubahan, LP3ES, Cetakan 1, Jakarta.

Nurudin. 2008. Hubungan Media Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Oak, Manali. Negatives Influences of Media. 2012. http:/ / www.buzzle.com/

articles/ negative-influences-of-media.html (12 Mei 2014).

Potter, W James. Media Literacy. California: SAGE Publications, 2012.

Pratama.

Prawira, Dilaga; Salma, Dewi., 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan, Kencana, Edisi Pertama, Cetakan 2, Jakarta.

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

(31)

4

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Santoso, S. (2003). SPSS Statistika Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Seels, Barbara B., . Ritchey, Rita C dalam Miarso, Yusufhadi et.al(Penerjemah), 1995, Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya, Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. 12, Jakarta

Shoemaker & Reese, 1996, Mediating the Message: Theories of Influences on Mass Media Content, USA:Longman.

Subiakto, H. (2005). Mengembangkan Media Literacy melalui Pemberdayaan Media Watch. Forum Fasilitasi Pembentukan dan Pengembangan Media Watch di Perguruan Tinggi - Departemen Komunikasi dan Informatika dan Universitas Airlangga. Surabaya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sukmadinata, Nana S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumaryati, S. (2011, Februari 1). Apa yang Masyarakat Indonesia Tonton di 2010?. (online). Tersedia: http://swa.co.id/2011/02/apa-yang-masyarakat-indonesia-tonton-di-2010/. Diakses pada tanggal 30 September 2013

Supriyanto, Aji. Pengantar Teknologi Informasi. 2005. Salemba Infotek. Jakarta.

Susilana, R & Cepi R. (2008). Media Pembelajaran (Hakikat, Pengembangan,

(32)

5

Yoni Tri Kushendarto, 2015

Tribunnews.Com. (2010, Juni 19). Video Porno Indonesia 90 Persen Pelakunya Pelajar. (online). Tersedia: :http://www.tribunnews.com/2010/06/19/video-porno-indonesia-90-persen-pelakunya-pelajar. Diakses pada tanggal 30

September 2013

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bersama khususnya bagi peneliti untuk dapat memahami lebih jauh tentang peran media massa

Berdasarkan hasil pengolahan, diketahui pengaruh pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan, dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh simultan yang signifikan

SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya

Meningkatkan pemahaman siswa tentang sistem pemerintahan pada pembelajaran PKn melalui model contextual teaching and learning di kelas IV SD Negeri I Asem Kecamatan

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,

Hasil studi pendahuluan penelitian menunjukkan: (1) perilaku tiga tokoh arif kontemporer sesuai dengan perilaku orang arif klasik, (2) ajaran mereka dikelompokkan ke dalam

[r]