• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED

PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

Oleh

Erni Yuliah Kosasih

1201524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK

Oleh:

Erni Yuliah Kosasih, S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana

© Erni Yuliah Kosasih Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ERNI YULIAH KOSASIH

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED

PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT- BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. H. rer.nat. Ahmad Mudzakir, M.Si.

Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Sri Redjeki, M.Pd.

Mengetahui,

(4)
(5)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam bukan sekedar penguasaan dari

kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja akan

tetapi berkzaitan dengan cara mencari tahu dan menjawab tentang gejala alam

secara sistematis sebagai suatu penemuan dan proses dialog berkelanjutan dengan

lingkungan sekitarnya. Hakikat IPA adalah penemuan itu sendiri yang dapat

berperan sebagai metode, pendekatan, model pembelajaran, sebagai alat untuk

mengembangkan kepribadian dan sikap-sikap ilmiah yang tercakup di dalamnya

(Rustaman, dkk. 2005).

Adanya perubahan dari Kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kepada Kurikulum 2013 memberikan

penyempurnaan pola pikir tersendiri bagi pendidikan dan pembelajaran termasuk

pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Kejuruan. Pengembangan Kurikulum

2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Beberapa

penyempurnaan kurikulum diantaranya: standar kompetensi lulusan diturunkan

berdasarkan kebutuhan, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap

pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, pembelajaran berpusat

kepada siswa dan bersifat interaktif, siswa aktif menyelidiki dalam konteks dunia

nyata, membentuk lingkungan jejaring dalam pembelajaran berbasis tim,

(6)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

tanggungjawab kepada siswa untuk memberikan kesempatan kepada mereka agar

dapat berpikir kritis dan kreatif (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan struktur Kurikulum 2013, mata pelajaran IPA di SMK

termasuk ke dalam mata pelajaran kelompok C yaitu Mata Pelajaran Dasar

Bidang Kejuruan yang dikenal dengan istilah IPA Terapan. IPA Terapan

merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karena ituIPA

Terapanmempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. IPA Terapan adalah

ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana

gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan,

dinamika, dan energetika zat yangmelibatkan keterampilan dan

penalaran.Karakteristik Terapan pada SMK Pariwisata adalah yang berkaitan

dengan ilmu terapan yang ada dibidang pariwisata serta

kegunaannya.(Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan penyempurnaan pola pikir pada Kurikulum 2013 di atas maka

tujuan pembelajaran IPA Terapandi SMK bidang keahlian Pariwisata dirumuskan

sebagai berikut : 1) membentuk sikap positif terhadap mata pelajaran IPA, 2)

memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat

bekerjasama dengan orang lain, 3) menerapkan metode ilmiah melalui percobaan

atau eksperimen, 4) meningkatkan kesadaran tentang penerapan IPA dalam

kehidupan, 5) memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA serta keterkaitan

dan penerapannya dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 6)

menggunakan pengetahuan dasar IPA sebagai landasan dalam mengembangkan

kompetensi di masing-masing bidang keahlian(Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan tujuan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA

menghendaki outcome yang menguasai pengetahuan dan multi keterampilan

seperti keterampilan berpikir dan keterampilan sosial. Sementara itu dalam

(7)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

pengetahuan saja. Dengan demikian, dalam upaya pencapaian berbagai

keterampilan ini dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran terpaduyang

dapat memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematisnya. Salah satu

tipe pembelajaran terpadu adalah Nested Model (model sarang) yakni

pembelajaran yang dapat meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah

learning skills (keterampilan belajar) yang ingin dilatihkan oleh seorang guru

kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran. Pada pendekatan terpadu tipe ini,

guru akan merancang kegiatan pembelajaran yang mudah dipahami dan

berorientasi pada dunia nyata yang dihadapi siswa serta dapat menumbuhkan

berbagai keterampilan seperti keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan

keterampilan mengorganisasi sebagai tujuan belajar yang akan dicapai (Fogarty,

1991).

Multi keterampilan di atas merupakan bekal siwa dalam kehidupannya di

masa yang akan datang. Terlebih, lulusan SMK memiliki kesempatan untuk

melanjutkan ke Perguruan Tinggi, bekerja, maupun berwirausaha. Arifah (2013)

mengemukakan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah bahwa hanya

sekitar 20% lulusan SMK yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi sedangkan

sisanya 80% bersaing mendapatkan pekerjaan di sektor industri dan wirausaha.

Persentase yang cukup besar ini memerlukan perhatian yang khusus sehingga para

lulusan dapat berkembang bahkan bersaing sesuai dengan harapan masyarakat.

Berdasarkan beberapa penelitian, dunia kerja membutuhkan personal yang

memiliki hard skill dan soft skill yang seimbang bahkan cenderung

mengutamakan mereka yang memiliki proporsi soft skill yang lebih besar

dibandingkan dengan hard skillnya dengan asumsi bahwa soft skill merupakan

keterampilan yang sulit didapatkan. Hal ini senada dengan salah satu elemen

perubahan penting dalam kurikulum 2013 dari aspek kompetensi lulusan yaitu

(8)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan(Kemendikbud, 2013).

Beberapasoft skill yang menjadi prioritas bagi kompetensi seseorang di

dunia kerja diantaranya keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.Hal senada

diungkapkan oleh Mujakir (2012) bahwa tantangan masa depan yang selalu

berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran

pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif

dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan

dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk IPA untuk membekali peserta

didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerjasama. Sangat disayangkan, sampai saat ini fokus dan

perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir dalam IPA jarang

tersentuh oleh pendidik. Padahal kemampuan tersebut sangat diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti, dan kompetitif. Salah satu pendekatan dalam mendorong dan

mengupayakan kegiatan berpikir adalah kegiatan pembelajaranyang berorientasi

pada masalah dalam suatu tugas atau situasi.

Sejatinya, setiap penguasaan keterampilan termasuk keterampilan berpikir

dan sosial bukanlah sesuatu yang instan dalam diri seorang siswa akan tetapi perlu

dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya nyata untuk menghasilkan

siswa SMK yang seimbang dalamhard skill dan softskill.Fakta di

lapanganmemperlihatkan bahwamasih banyak pembelajaran IPA di SMK yang

menganut teacher centereddan hanya berorientasi pada penguasaan konsep

semata sehingga keterampilan lainnya seperti keterampilan berpikir dan

keterampilan sosial menjadi sesuatu yang terabaikan padahal sebagaimana uraian

di atas, keterampilan ini akan sangat menunjang dalam kehidupan siswa sebagai

(9)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

tinggi maupun ketika terjun ke dunia kerja. Tidak dapat dipungkiri, pada

kenyataannyaada beberapa guru IPAyang telah berusaha menerapkan

pembelajaran aktif dan berorientasi pada siswa (student centered) guna

mengembangkan berbagai keterampilan siswa salah satunya dengan

menggunakan metode praktikum dalam bentukpercobaan. Metode praktikumdapat

melibatkan aktivitas fisik (hands on) siswa melalui kegiatan praktikum dan

aktivitas berpikir (minds on) melalui kegiatan diskusi sehingga membuat siswa

lebih aktif dibandingkan hanya menjadi pendengar sebagaimana dalam

pembelajaran dengan menggunakan meteode ceramah. Akan tetapi, metode

praktikum yang diterapkan oleh beberapa guru tersebut pada umumnya masih

menggunakan petunjuk praktikum yang dirancang oleh guru.

Sampai saat ini telah banyak para ahli dan peneliti yang berhasil

mendesain model pembelajaran yang efektif dan bermakna serta dapat

mengembangkan domain pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Beberapa

model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan Student Centered

Learning (SCL) diantaranya : 1) Model pembelajaran Kontekstual, 2) Model

Pembelajaran Kooperatif, 3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah, 4) Model

Pembelajaran Tematik, 5) Model Pembelajaran Berbasis Komputer , 6) Model

PAKEM, 7) Model Pembelajaran Berbasis WEB(Rusman, 2011). Sedangkan

model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013 diantaranya : 1)

Discovery Learning, 2) Problem Based-Learning, dan 3) Project Based-Learning.

Ke tiga model pembelajaran ini berlandaskan kepada proses Scientific

Approachyang memunculkan kegiatan 5M (Mengamati,Menanya,

Mencoba,Menalar/ Membuat Jejaring, dan Mengkomunikasikan) dalam

pembelajaran termasuk pembelajaran IPA (Kemendikbud, 2013).

Berkaitan dengan tujuan pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013 yang

menghendaki lulusan yang memiliki multi keterampilan,makakegiatan

(10)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Nested. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi alternatifdalam

pembelajaran dengan pendekatan IPA Terpadu tipe ini adalah Project Based

Learning. Dalam pembelajaran ini siswa dapat dilatih untuk memiliki berbagai

keterampilan belajar (learning skills)diantaranya keterampilan berpikir dan

keterampilan sosial karena pembelajaran berlangsung dalam kelompok

kolaboratif. Sejumlah penelitian tentang penggunaan Project Based Learningtelah

dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya : Penelitian oleh Doppelt

(2003),tentang implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam lingkungan

belajar yang fleksibel dengan menggunakan asesmen portofolio berhasil

meningkatkan motivasi, konsep diri, dan sikap siswa dalam pembelajaran secara

signifikan. Fatmawati (2011)dalam penelitiannya menerapkanpembekalan

kemampuan merancang proyek melalui perkuliahan Mikrobiologi Berbasis

Proyekyang ternyata dapatmeningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.

Wibowo (2012) menerapkan model pembelajaran Fisika Berbasis Proyek, dan

hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir

kreatif siswa SMA. Selain itu, hasil penelitian Rahmadani (2012) menyatakan

bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan

proses sains dan penguasaan konsep siswa SMK. Dengan demikian, peneliti

terinspirasi untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan model

Pembelajaran Berbasis Proyek dalam mata pelajaran IPA Terapan sejalan dengan

implementasi Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian Pariwisata.

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah konsep difusi dan osmosis

yang terdapat pada Kompetensi Inti 3 yaitu K.D. 3.16 :Mendeskripsikan difusi dan

osmosis, K.D. 3.14: Menerapkan konsep difusi dan osmosis di bidang pariwisata.

Selain itu terdapat pula pada Kompetensi Inti 4 yaitu K.D. 4.16 : Menalar

peristiwa difusi dan osmosis yang terjadi sehari-hari dan K.D. 4.14: Mengevaluasi

peristiwa difusi dan osmosis di bidang pariwisata. Materi ini merupakan konsep

(11)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Pariwisata. Disamping itu, menurut pertimbangan peneliti bahwa konsep difusi

dan osmosis merupakan konsep penting yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam bidang jasaboga pembuatan makanan. Masih banyak yang

belum menyadari bahwa gejala yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari terjadi

berdasarkan prinsip difusi dan osmosis sehingga akhirnya mengalami kesulitan

untuk memecahkan masalah yang terkait dengan hal tersebut. Sebagai contoh,

berkaitan dengan beberapa kualitas produk makanan yang dikonsumsi oleh

masyarakat luas sangat tergantung pada prinsip osmosis yang berhubungan

dengan teknik pengeluaran air dari dalam sel tumbuhan seperti umbi-umbian,

buah-buahan agarmenjadi berbagai panganan yang memiliki citarasa yang khas

dan renyah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan pembelajaran IPA terpadu

tipe Nested menggunakan Project-Based Learningdengan mengangkat judul “Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested pada Konten Difusi dan Osmosis Menggunakan Project Based Learning untuk Meningkatkan Learning

Skills Siswa SMK.”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penerapan Kurikulum 2013 menghendaki lulusan SMK yang memiliki multi

keterampilan sedangkan pada umumnya kegiatan pembelajaran masih

berorientasi pada penguasaan konsep atau materi saja.

2. Lulusan SMK diharapkan memiliki proporsi hard skills dan soft skills yang

seimbang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

maupun terjun ke dunia kerja.Keterampilan yang dapat dilatihkan dalam

kegiatan pembelajaran untuk menunjang soft skills siswa adalah thinking

(12)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

3. Pembelajaran IPA di SMK masih banyak yang berpusat pada guru(teacher

centered) sehingga diperlukan upayapenerapan model atau metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dan berkaitan

dengan bidang keahlian yang ditekuninya.

4. Penelitian tentang pembelajaran IPA dengan pendekatan IPA terpadu

menggunakan Project Based Learning dalam meningkatkan keterampilan

belajar siswa seperti thinking skills dan social skillsmasih jarang dilakukan.

5. Materi difusi dan osmosis merupakan materi baru dalam Kurrikulum 2013

yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana implementasi

pembelajaran IPA TerpaduTipe Nestedpada konten Difusi dan Osmosis

menggunakan Project Based Learningdalam meningkatkan Learning Skillssiswa

SMK?

Rumusan masalah ini dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana desain dan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe

Nested pada konten Difusi dan Osmosis dengan menggunakan Project

Based Learning di SMK?

2. Bagaimana peningkatan thinking skills siswa SMK setelah pembelajaran

IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based Learning dan

menggunakan metode praktikum?

3. Bagaimana perbandingan profil social skills siswa SMK dalam

pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based

Learning dan menggunakan metode praktikum?

4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran IPA

(13)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

D. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini diantaranya:

1. Learning Skills diambil dari Fogarty (1991) yang meliputi thinking skills

dan social skills.

2. Keterlaksanaan pembelajaran dilihat dari aspek guru mengajar (mengelola

pembelajaran).

3. Project Based Learning yang digunakan merupakan tahapan Project Based

Learning dari Doppelt yang telah dimodifikasi oleh Fatmawati (2011).

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan desain pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested pada konten

Difusi dan Osmosis menggunakan Project Based Learningserta

keterlaksanaannya.

2. Mendapatkan gambaran peningkatan thinking skills siswa SMK setelah

pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis

menggunakan Project Based Learning dan yang menggunakan metode

praktikum.

3. Mendapatkan gambaran perbandingan profil social skills siswa SMK dalam

pembelajaran IPA terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis

menggunakan Project Based Learning.

4. Menjaring tanggapan siswa dan guru terhadap implementasi pembelajaran

IPA terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis menggunakan

Project Based Learning di SMK

(14)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi berbagai pihak sebagai

wujud kontribusi positif terhadap pendidikan IPA khususnya di Sekolah

Menengah Kejuruan diantaranya :

1. Bagi siswa dapat memberikan pengalaman belajar IPA yang menarik dan

diaplikasikan sesuai dengan bidang keahliannya dalam kehidupan sehari-hari

dengan cara memfasilitasi mereka untuk mengembangkan Learning Skills

sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

2. Bagi guru dapat memberikan informasi dan wawasan tentang dampak

penggunaan Project Based Learning dalam pembelajaran IPA Terpadu

terhadap peningkatan berbagai keterampilan siswa diantaranya kemampuan

keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa.

3. Bagi sekolah mendapatkan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan

melalui penggunaan model pembelajaran yang bermakna dan meningkatkan

berbagai keterampilan yang diperlukan oleh siswa.

4. Bagi peneliti, memperoleh gambaran dan inspirasi untuk mengadakan

investigasi lebih lanjut terhadap penerapan Project Based Learning dalam

(15)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

eksperimen. Ciri khas dari penelitian ini tidak mungkin untuk mengontrol semua

variabel yang relevan kecuali beberapa variabel-variabel tersebut (Sugiyono,

2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran IPA

terpadu menggunakan Project Based Learning dan variabel terikatnya adalah

learning skills yang terdiri dari thinking skills dan social skills.

Desain penelitian yang digunakan adalah the matching only pre-test

post-test control group design. Pada desain ini, peneliti memasangkan pembelajaran

dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada variabel-variabel

tertentu tetapi tidak memiliki jaminan bahwa mereka setara satu sama lain. Subjek

sudah berada dalam kelompok yang utuh sehingga pemilihan sampel tidak

dilakukan dengan Random subjek melainkan dengan cara Cluster Random atau

acak kelas. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Desain Penelitian The Matching Only Pre-Test Post-Test

Control Group design

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Kelas Eksperimen

O1 X O2

Kelas Kontrol O1 C

O2

(Fraenkel dan Wallen, 2006: 278)

Keterangan :

(16)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

X : Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested menggunakan Project

Based Learning

C : Pembelajaran IPA menggunakan metode Praktikum O2 : Post test untuk melihat learning skills siswa

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X program keahlian Jasa Boga

yang terdiri dari 3 kelas pada salah satu SMK Negeri di Kota Bandung tahun

pelajaran 2013/2014.

Sampel penelitian terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol

masing-masing berjumlah 24 orang siswa serta dipilih secara purposive yakni

berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu

disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas

peserta didik. Pada penelitian ini pembelajaran IPA terpadu yang

digunakan adalah tipe Nested dalam satu disiplin ilmu dengan memadukan

berbagai keterampilan siswa yang dikembangkan oleh Fogarty (1991)

yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir (thinking

skills) dan keterampilan sosial (social skills) dalam konten materi Difusi

dan Osmosis.

2. Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berawal

dari permasalahan dengan menggunakan proyek sebagai media bagi siswa.

Proyek dikerjakan dalam tim kolaboratif berdasarkan tahapan

pembelajaran hasil modifikasi Fatmawati (2011) yang terdiri dari tahap

awal pemodelan dan observasi, tahap merancang proyek, pelaksanaan

proyek, presentasi proyek, dan penilaian. Pembelajaran ini dilakukan

dalam dua pertemuan, pertemuan pertama terdiri dari tahap awal sampai

(17)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

akhir proyek yang terdiri dari pelaksanaan proyek, presentasi, dan

penilaian.

3. Learning skills merupakan keterampilan yang dapat membantu siswa

untuk belajar dan berperan penting dalam menunjang kesuksesan siswa di

sekolah dan kehidupannya. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini

adalah learning skill yang dikembangkan oleh Fogarty (1991) diantaranya

keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan sosial (social

skills).

a. Keterampilan berpikir (thinking skills) yang diukur mencakup

keterampilan Memprediksi (prediction), Menyimpulkan (inference),

Membandingkan (compare/contrast), Mengelompokkan (classify),

dan Memprioritaskan (prioritize). Thinking skills diperoleh melalui tes

keterampilan berpikir berupa soal pilihan ganda.

b. Keterampilan sosial (sociall Skills) yang diamati meliputi mendengar

dengan perhatian (attentive listening), Mengklarifikasi (clarifying),

Mengungkapkan (paraphrasing), Menerima gagasan (accepting

ideas), Memberikan bantahan (disagreeing), dan Mencari kesepakatan

(consensus seeking). Sociall skills diperoleh melalui observasi

kegiatan dengan menggunakan daftar chek list.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel

3.2. berikut.

Tabel 3.2. Instrumen Penelitian

No. Instrumen Target

asesmen

(18)
(19)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

No. Instrumen Target

asesmen

Deskripsi Waktu

dari

pembelajaran yang telah dilakukan

jawaban siswa yang ambigu dan

pendapat guru mengenai

pembelajaran yang telah dilakukan

E. Prosedur Penelitian

Berikut ini prosedur yang digunakan dalam penelitian:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan berupa wawancara informal dengan

guru IPA SMK disertai studi literatur dari berbagai sumber tentang

pembelajaran IPA Terapan dan variabel yang akan diteliti.

b. Perumusan pembelajaran IPA Terapan menggunakan Project Based

Learning mencakup analisis materi berdasarkan standar isi IPA

Terapan dalam Kurikulum 2013 kemudian penyusunan perangkat

pembelajaran IPA berupa RPP, Lembar Kerja Siswa Berbasis Proyek.

c. Penyusunan instrumen penelitian yaitu menyusun soal-soal yang akan

diujikan berupa soal thinking skills dan pembuatan rubrik

keterampilan sosial (social skills) berdasarkan indikator yang

dikembangkan oleh Fogarty (1991), serta angket respon siswa

(20)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

d. Judgement dan Uji coba soal yang akan digunakan dalam penelitian

untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat

kesukaran soal yang akan diujikan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 x 45 menit untuk setiap pertemuan, didahului dengan

kegiatan pre-test sedangkan post-test dilakukan di luar kegiatan

pembelajaran. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai

berikut :

a. Menentukan kelas yang akan menjadi sampel dalam penelitian

secara purposive sampling.

b. Melakukan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui kehomogenan

sampel, juga untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal

thinking skills siswa sebelum diberi perlakuan.

c. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran

menggunakan Project Based Learning dan kelas kontrol dengan

metode praktikum disertai observasi terhadap keterlaksanaan

pembelajaran oleh observer.

d. Mengobservasi keterampilan sosial (social skills) siswa oleh

observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

e. Mengadakan post-test setelah pertemuan terakhir untuk

mendapatkan data thinking skills siswa setelah diberi perlakuan.

f. Menjaring data respon siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu

menggunakan Project Based-Learning dengan menggunakan angket.

g. Melakukan wawancara mendalam dengan beberapa perwakilan

siswa dan guru IPA yang mengajar di sekolah tersebut.

(21)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

a.

Mengolah data hasil penelitian yang telah diperoleh.

b.

Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis dari semua data

yang diperoleh.

(22)

Erni Yuliah Kosasih, 2015 - Rendahnya Soft skills siswa

SMK

Penggunaan Pendekatan IPA Terpadu tipe Nested dan model pembelajaran Project Based Learning

Penyusunan instrumen penelitian Validasi dan Expert judgment

Uji coba instrumen

Revisi Instrumen jadi

Pre Test

Kelas kontrol Kelas eksperimen

(23)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dapat dilihat berdasarkan tabel 3.3

berikut ini.

Tabel 3.3., Teknik Pengumpulan Data

No. Kegiatan Instrumen Jenis Data Sumber

Data

Siswa Setelah proses pembelajaran

4. Menjaring tanggapan tentang pembelajaran

Kuesioner Respon terhadap pelaksanaan

(24)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Sebelum dilakukan tes Thinking skills, 15 butir soal pilihan ganda diuji

coba terlebih dahulu pada salah satu kelas yang telah mendapatkan pembelajaran

tentang materi Difusi dan Osmosis. Data hasil uji coba soal ini bertujuan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal.

1) Validitas Item

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product

moment dengan angka kasar, dengan rumus:

= �� − � �

√{ �� − � } { �� − � }… … …

dimana:

rxy = koefisien validitas item soal

N = jumlah siswa yang mengikuti tes X = skor item ke-I yang diukur validitasnya Y = Skor total

Untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi maka digunakan

kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4., Interpretasi Nilai Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r ≤ 1,00 sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2013)

Nilairxy dikatakan valid jika memenuhi kriteria cukup sampai dengan

sangat tinggi. Nilai rxy dikatakan tidak valid jika memiliki kriteria rendah

(25)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

2) Reliabilitas

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

= + / /

/ / … … …

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas instrumen yang sudah disesuaikan

r1/21/2= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara skor-skor

setiap belahan tes

jika r hitung > r tabel maka tes yang dilakukan reliabel.

Koefisien korelasi reliabilitas instrumen diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.5. Klasifikasi Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Kriteria 0.00 < r ≤ 0.20 Sangat rendah 0.20 < r ≤ 0.40 Rendah

0.40 < r ≤ 0.60 Sedang 0.60 < r ≤ 0.80 Tinggi

0.80 < r ≤ 1.00 Sangat tinggi (Arikunto, 2012)

3) Tingkat Kesukaran Item

Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga

mengandung adanya keseimbangan dari aspek kesulitan tes tersebut. Cara yang

digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

� = � ………

Dimana:

(26)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

B = banyaknya siswa menjawab benar Js = banyaknya peserta tes

Tabel 3.6. Interpretasi Indeks kesukaran

Interval Kriteria

Daya pembeda diukur dengan menggunakan rumus berikut ini:

� = � − � = � − � ……… Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar

� = = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)

� = = proporsi peserta kelompok bawah atas yang menjawab benar

Tabel 3.7. Interpretasi Daya Pembeda

(27)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang didapat, butir soal selanjutnya

dianalisis. Uji ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya soal yang

digunakan dalam penelitian ini. Analisis mencakup validitas butir soal, daya

pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Untuk mencari nilai reliabilitas

digunakan program SPSS versi 16.0 dan diperoleh koefisien reliabilitas 0,78

dengan kriteria reliabilitas tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

instrumen tersebut reliabel. Sedangkan analisis validitas, tingkat kesukaran dan

daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dilakukan dengan menggunakan

program Anates Versi 4.09. Berdasarkan analisis soal yang berjumlah 15 butir

maka ada soal yang digunakan untuk penelitian dan ada juga yang direvisi.

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda.

Tabel 3.8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Pilihan Ganda Thinking Skills

(28)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

15 0,38 Cukup 0,83 Mudah 0,416 Cukup Dipakai

Dari data pada tabel 3.8 bahwa semua soal (15 butir soal) digunakan dalam

penelitian. Sebaran soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan aspek

thinking skills dapat dilihat pada tabel 3.9. berikut ini.

Tabel. 3.9. Soal Thinking Skills yang Digunakan Berdasarkan Indikatornya

No Aspek Thinking Skills Nomor Soal

1. Membandingkan 1,2,9,11

2. Memprediksi 3,6,7,10

3. Mengelompokkan 4,5

4. Memprioritaskan 14,15

5. Menyimpulkan 8,12,13

b. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh

melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor thinking skills siswa

sedangkan data kualitatif berupa persentase social skills siswa beserta data

pendukung lainnya meliputi data keterlaksanaan pembelajaran, data angket respon

siswa terhadap pembelajaran, dan hasil wawancara guru dan siswa yang dianalisis

dengan cara deskriptif.

1) Analisis data social skills siswa

Observasi terhadap social skills siswa dilakukan berdasarkan indikator

yang dikembangkan oleh Fogarty (1991). Setiap indikator yang dilakukan siswa

diberi skor 1 dan skor 0 untuk indikator yang tidak dilakukan. Langkah

pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skor setiap siswa dari setiap indikator social skills pada

(29)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

b. Menghitung rata-rata skor siswa dari setiap indikator social skills pada

setiap pertemuan kemudian menghitung persentasenya.

c. Menjumlahkan persentase skor rata-rata social skills pada setiap

pertemuan kemudian dihitung rata-ratanya sebagai persentase social skills

siswa selama rangkaian pembelajaran.

Dengan mengadopsi kategori validitas dan reliabilitas butir soal (Arikunto,

2013) maka hasil skor rata-rata kelas dapat dikategorikan dengan menggunakan

interval seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10. Kategori Social Skills

Skor (%) Kategori

0 < S ≤ 20 Sangat rendah

20 < S ≤ 40 Rendah

40 < S ≤ 60 Cukup

60 < S ≤ 80 Baik

80 < S ≤ 100 Baik sekali 2) Analisis data thinking skills siswa

Data thinking skills merupakan nilai yang diperoleh siswa melalui kegiatan

pre test dan pos test. Analisis data dilakukan berdasarkan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan post test

c. Mengkonversi skor mentah menjadi nilai dengan skala 0-100 dengan

menggunakan rumus:

Nilai siswa =∑ j y e

(30)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Nilai rata − rata =nilai total jawaban benarumlah siswa

e. Menentukan peningkatan thinking skills siswa dengan cara menghitung

Normalized Gain menggunakan rumus:

� − �� =nilai maksimum − nilai � �nilai � − nilai � �

Tabel 3.11. Kategori Perolehan Nilai Indeks N-Gain

Rentang nilai Kategori

g ≤ 0,30 Rendah

0,31<g≤ 0,70 Sedang

g ≥ 0,71 Tinggi

(Hake, 1999)

f. Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik untuk menentukan

apakah hasil pre test dan post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

berbeda signifikan. Uji hipotesis dilakukan berdasarkan langkah-langkah

berikut ini :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi pada kolom

asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program SPSS

(31)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data

homogen

3. Data terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan menggunakan

uji rata-rata dua pihak (Independent Sample t – Test) pada program

SPSS versi 16.0 dengan penfasiran sebagai berikut: Jika nilai

signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat

disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

rata-rata skor pre test maupun post test pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak

dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara

rata-rata pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3) Analisis data respon siswa

Angket digunakan untuk menjaring data tanggapan siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu menggunakan Project Based Learning.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap

pernyataan diikuti beberapa respon yang menunjukkan tingkatan (Sugiyono,

2011).

a. Respon atau tanggapan terhadap masing-masing pernyataan dinyatakan dalam

4 kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS

(sangat tidak setuju). Bobot kategori SS = 4; S= 3; TS = 2; dan STS = 1.

Perhitungan secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan persentase

(%).

(32)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Tabel 3.12., Interpretasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Nilai Kategori

80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

0 – 39 Kurang sekali

4) Analisis keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan

Project Based Learning

Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPA menggunakan Project

Based Learning diambil menggunakan lembar observasi. Instrumen ini

berbentuk daftar cheklist yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer

memberikan tanda cek (√ ) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang teramati selama proses pembelajaran. Analisis terhadap keterlaksanaan

pembelajaran dideskripsikan berdasarkan data yang terekam dalam lembar

observsi guru.

Kriteria penilaian aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran disajikan

pada tabel berikut ini:

Tabel 3.13. Kriteria Penilaian Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Skor Kriteria

4 Sangat Baik

3 Baik

2 Cukup

(33)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

Perolehan rata-rata skor dari jumlah seluruh skor aktivitas guru selama

pembelajaran dikonversikan dengan kriteria penilaian kefektifan guru dalam

mengelola pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3.14. Kriteria Keefektifan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Rata-rata skor Keterangan

0,00-1,49 Tidak Baik

1,50-2,59 Kurang

2,60-3,49 Cukup Baik

3,5- 4,00 Baik

(Depdiknas, 2006)

5) Analisis data wawancara guru dan siswa

Data hasil wawancara dengan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui

respon guru dan siswa terhadap pemb elajaran yang telah dilakukan secara

mendalam. Di samping itu, hasil wawancara digunakan pula untuk mengungkap

beberapa data penting yang berkaitan dengan hasil penelitian kemudian data

(34)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan pada Bab IV

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan

menggunakan model Project Based Learning dapat diimplementasikan di Sekolah

Menengah Kejuruan. Kegiatan pembelajaran pada implementasi Project Based

Learning pada konsep Difusi dan Osmosis di SMK terlaksana sesuai dengan

tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek. Secara keseluruhan, peningkatan thinking

skills siswa pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning termasuk

pada kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode

praktikum dalam bentuk percobaan termasuk pada kategori rendah. Aspek

thinking skills membandingkan, memprioritaskan dan menyimpulkan lebih tinggi

pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pada kelas kontrol sedangkan pada

keterampilan memprediksi dan mengelompokkan lebih tinggi pada kelas kontrol

dibandingkan dengan kelas eksperimen. Demikian pula untuk social skills siswa

pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning lebih baik

dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode praktikum dalam

bentuk percobaan. Social skills pada kelas eksperimen termasuk pada kategori

baik sedangkan pada kelas kontrol termasuk pada kategori cukup. Aspek social

skills yang tinggi terdapat pada keterampilan mendengarkan dengan perhatian dan

keterampilan mencari kesepakatan sedangkan aspek social skills yang rendah

terdapat pada aspek menerima bantahan. Siswa memberikan tanggapan positif

terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan

menggunakan model Project Based Learning dalam hal motivasi belajar, dapat

(35)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

dengan bidang keahlian siswa serta sesuai untuk diterapkan di Sekolah Menengah

Kejuruan. Demikian pula guru memberikan tanggapan positif terhadap

implementasi pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan

Project Based Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa SMK.

B. Saran

Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat kekurangan dan kendala yang

dihadapi sehingga memerlukan perbaikan dan peningkatan untuk penelitian

selanjutnya antara lain:

1. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk pelaksanaan proyek sehingga

kegiatan presentasi hasil proyek dan diskusi kelas kurang terlaksana dengan

baik. Hal ini menyebabkan siswa kurang mendapatkan penguatan konsep

dari guru karena terpaku pada pembahasan produk yang dihasilkan. Dengan

demikian dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk menemukan

keterkaitan antara konsep difusi dan Osmosis dengan tugas proyek yang

sudah diselesaikan. Untuk meminimalisasi hal ini disarankan adanya

pembagian waktu yang jelas sehingga seluruh rangkaian kegiatan dapat

terlaksana dengan optimal.

2. Informasi atau sumber data yang dimiki oleh siswa terbatas pada artikel

yang diberi oleh guru sehingga siswa menjadi kurang kaya informasi.

Rekomendasi untuk pembelajaran selanjutnya adalah pemberian tugas

pendahuluan kepada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan

tugas proyek yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

3. Pada Lembar Kerja Siswa diberi ruang untuk mencatat hasil observasi pada

saat kegiatan pemodelan serta lebih diperkaya dengan pernyataan yang

mengandung kata-kata berpikir (thinking words) agar menuntun dan

(36)

Erni Yuliah Kosasih, 2015

4. Observer merasa kesulitan dalam mengamati keterampilan sosial yang

muncul. Rekomendasi untuk menjaring keterampilan sosial pada penelitian

selanjutnya adalah menggunakan kamera video untuk merekam aktivitas

kelompok dengan lebih mendetail sehingga menghasilkan data yang lebih

rinci.

5. Lembar observasi keterampilan sosial dirancang untuk seluruh kegiatan

siswa, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbaikan diantaranya

membuat lembar observasi untuk setiap tahapan pembelajaran sehingga

dapat terlihat keterampilan sosial yang muncul pada setiap tahapan

Gambar

Tabel 3.1.  Desain Penelitian The Matching Only Pre-Test Post-Test Control Group design
Tabel 3.3.,  Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.4., Interpretasi Nilai Validitas
Tabel 3.5. Klasifikasi Reliabilitas Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABAD 21 (4Cs) SISWA SMP Universitas

[r]

Pola pengajaran di atas dapat membantu peserta didik dalam mempelajari keterampilan gerak. Namun, tujuan pembelajaran penjas menginginkan lebih dari sekedar siswa

Kegiatan ekstrakulikuler mungkinmenjadi media ekspresi bagi siswa di banyak sekolah // Selain karena sifat kegiatan yang mewadahi bakat dan minat siswa / kegiatan

Dalam hal kajian yang berkaitan dengan pemanfaatan struktur, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai budaya novel Negeri 5 Mena ra sebagai bahan ajar sastra di SMA, siswa

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KOMPENSASI FINANSIAL DAN NON FINANSIAL DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSA DI RUMAH SAKIT HORAS INSANI

DIJADIKAN BISNIS // UNTUK MENCAPAI LOKASI / PARA PEMBURU CODOT / HARUS LEBIH DULU MENYUSURI JALAN SETAPAK / YANG TERJAL // MELEWATI PERBUKITAN / BAHKAN MELEWATI HUTAN // LOKASI

Dalam penelitian ini, sumber data adalah keseluruhan informasi yang berupa kata, kalimat, pernyataan, paragraf yang menggambarkan struktur novel, nilai-nilai