IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED
PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan IPA
Oleh
Erni Yuliah Kosasih
1201524
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK
Oleh:
Erni Yuliah Kosasih, S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pascasarjana
© Erni Yuliah Kosasih Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
ERNI YULIAH KOSASIH
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE NESTED
PADA KONTEN DIFUSI DAN OSMOSIS MENGGUNAKAN PROJECT- BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LEARNING SKILLS SISWA SMK
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. H. rer.nat. Ahmad Mudzakir, M.Si.
Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Sri Redjeki, M.Pd.
Mengetahui,
Erni Yuliah Kosasih, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam bukan sekedar penguasaan dari
kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja akan
tetapi berkzaitan dengan cara mencari tahu dan menjawab tentang gejala alam
secara sistematis sebagai suatu penemuan dan proses dialog berkelanjutan dengan
lingkungan sekitarnya. Hakikat IPA adalah penemuan itu sendiri yang dapat
berperan sebagai metode, pendekatan, model pembelajaran, sebagai alat untuk
mengembangkan kepribadian dan sikap-sikap ilmiah yang tercakup di dalamnya
(Rustaman, dkk. 2005).
Adanya perubahan dari Kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kepada Kurikulum 2013 memberikan
penyempurnaan pola pikir tersendiri bagi pendidikan dan pembelajaran termasuk
pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Kejuruan. Pengembangan Kurikulum
2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Beberapa
penyempurnaan kurikulum diantaranya: standar kompetensi lulusan diturunkan
berdasarkan kebutuhan, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, pembelajaran berpusat
kepada siswa dan bersifat interaktif, siswa aktif menyelidiki dalam konteks dunia
nyata, membentuk lingkungan jejaring dalam pembelajaran berbasis tim,
Erni Yuliah Kosasih, 2015
tanggungjawab kepada siswa untuk memberikan kesempatan kepada mereka agar
dapat berpikir kritis dan kreatif (Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan struktur Kurikulum 2013, mata pelajaran IPA di SMK
termasuk ke dalam mata pelajaran kelompok C yaitu Mata Pelajaran Dasar
Bidang Kejuruan yang dikenal dengan istilah IPA Terapan. IPA Terapan
merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karena ituIPA
Terapanmempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. IPA Terapan adalah
ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan,
dinamika, dan energetika zat yangmelibatkan keterampilan dan
penalaran.Karakteristik Terapan pada SMK Pariwisata adalah yang berkaitan
dengan ilmu terapan yang ada dibidang pariwisata serta
kegunaannya.(Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan penyempurnaan pola pikir pada Kurikulum 2013 di atas maka
tujuan pembelajaran IPA Terapandi SMK bidang keahlian Pariwisata dirumuskan
sebagai berikut : 1) membentuk sikap positif terhadap mata pelajaran IPA, 2)
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerjasama dengan orang lain, 3) menerapkan metode ilmiah melalui percobaan
atau eksperimen, 4) meningkatkan kesadaran tentang penerapan IPA dalam
kehidupan, 5) memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA serta keterkaitan
dan penerapannya dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 6)
menggunakan pengetahuan dasar IPA sebagai landasan dalam mengembangkan
kompetensi di masing-masing bidang keahlian(Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan tujuan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA
menghendaki outcome yang menguasai pengetahuan dan multi keterampilan
seperti keterampilan berpikir dan keterampilan sosial. Sementara itu dalam
Erni Yuliah Kosasih, 2015
pengetahuan saja. Dengan demikian, dalam upaya pencapaian berbagai
keterampilan ini dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran terpaduyang
dapat memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematisnya. Salah satu
tipe pembelajaran terpadu adalah Nested Model (model sarang) yakni
pembelajaran yang dapat meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah
learning skills (keterampilan belajar) yang ingin dilatihkan oleh seorang guru
kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran. Pada pendekatan terpadu tipe ini,
guru akan merancang kegiatan pembelajaran yang mudah dipahami dan
berorientasi pada dunia nyata yang dihadapi siswa serta dapat menumbuhkan
berbagai keterampilan seperti keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan
keterampilan mengorganisasi sebagai tujuan belajar yang akan dicapai (Fogarty,
1991).
Multi keterampilan di atas merupakan bekal siwa dalam kehidupannya di
masa yang akan datang. Terlebih, lulusan SMK memiliki kesempatan untuk
melanjutkan ke Perguruan Tinggi, bekerja, maupun berwirausaha. Arifah (2013)
mengemukakan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah bahwa hanya
sekitar 20% lulusan SMK yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi sedangkan
sisanya 80% bersaing mendapatkan pekerjaan di sektor industri dan wirausaha.
Persentase yang cukup besar ini memerlukan perhatian yang khusus sehingga para
lulusan dapat berkembang bahkan bersaing sesuai dengan harapan masyarakat.
Berdasarkan beberapa penelitian, dunia kerja membutuhkan personal yang
memiliki hard skill dan soft skill yang seimbang bahkan cenderung
mengutamakan mereka yang memiliki proporsi soft skill yang lebih besar
dibandingkan dengan hard skillnya dengan asumsi bahwa soft skill merupakan
keterampilan yang sulit didapatkan. Hal ini senada dengan salah satu elemen
perubahan penting dalam kurikulum 2013 dari aspek kompetensi lulusan yaitu
Erni Yuliah Kosasih, 2015
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan(Kemendikbud, 2013).
Beberapasoft skill yang menjadi prioritas bagi kompetensi seseorang di
dunia kerja diantaranya keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.Hal senada
diungkapkan oleh Mujakir (2012) bahwa tantangan masa depan yang selalu
berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran
pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif
dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan
dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk IPA untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Sangat disayangkan, sampai saat ini fokus dan
perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir dalam IPA jarang
tersentuh oleh pendidik. Padahal kemampuan tersebut sangat diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif. Salah satu pendekatan dalam mendorong dan
mengupayakan kegiatan berpikir adalah kegiatan pembelajaranyang berorientasi
pada masalah dalam suatu tugas atau situasi.
Sejatinya, setiap penguasaan keterampilan termasuk keterampilan berpikir
dan sosial bukanlah sesuatu yang instan dalam diri seorang siswa akan tetapi perlu
dilatihkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai upaya nyata untuk menghasilkan
siswa SMK yang seimbang dalamhard skill dan softskill.Fakta di
lapanganmemperlihatkan bahwamasih banyak pembelajaran IPA di SMK yang
menganut teacher centereddan hanya berorientasi pada penguasaan konsep
semata sehingga keterampilan lainnya seperti keterampilan berpikir dan
keterampilan sosial menjadi sesuatu yang terabaikan padahal sebagaimana uraian
di atas, keterampilan ini akan sangat menunjang dalam kehidupan siswa sebagai
Erni Yuliah Kosasih, 2015
tinggi maupun ketika terjun ke dunia kerja. Tidak dapat dipungkiri, pada
kenyataannyaada beberapa guru IPAyang telah berusaha menerapkan
pembelajaran aktif dan berorientasi pada siswa (student centered) guna
mengembangkan berbagai keterampilan siswa salah satunya dengan
menggunakan metode praktikum dalam bentukpercobaan. Metode praktikumdapat
melibatkan aktivitas fisik (hands on) siswa melalui kegiatan praktikum dan
aktivitas berpikir (minds on) melalui kegiatan diskusi sehingga membuat siswa
lebih aktif dibandingkan hanya menjadi pendengar sebagaimana dalam
pembelajaran dengan menggunakan meteode ceramah. Akan tetapi, metode
praktikum yang diterapkan oleh beberapa guru tersebut pada umumnya masih
menggunakan petunjuk praktikum yang dirancang oleh guru.
Sampai saat ini telah banyak para ahli dan peneliti yang berhasil
mendesain model pembelajaran yang efektif dan bermakna serta dapat
mengembangkan domain pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa. Beberapa
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan Student Centered
Learning (SCL) diantaranya : 1) Model pembelajaran Kontekstual, 2) Model
Pembelajaran Kooperatif, 3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah, 4) Model
Pembelajaran Tematik, 5) Model Pembelajaran Berbasis Komputer , 6) Model
PAKEM, 7) Model Pembelajaran Berbasis WEB(Rusman, 2011). Sedangkan
model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013 diantaranya : 1)
Discovery Learning, 2) Problem Based-Learning, dan 3) Project Based-Learning.
Ke tiga model pembelajaran ini berlandaskan kepada proses Scientific
Approachyang memunculkan kegiatan 5M (Mengamati,Menanya,
Mencoba,Menalar/ Membuat Jejaring, dan Mengkomunikasikan) dalam
pembelajaran termasuk pembelajaran IPA (Kemendikbud, 2013).
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013 yang
menghendaki lulusan yang memiliki multi keterampilan,makakegiatan
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Nested. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi alternatifdalam
pembelajaran dengan pendekatan IPA Terpadu tipe ini adalah Project Based
Learning. Dalam pembelajaran ini siswa dapat dilatih untuk memiliki berbagai
keterampilan belajar (learning skills)diantaranya keterampilan berpikir dan
keterampilan sosial karena pembelajaran berlangsung dalam kelompok
kolaboratif. Sejumlah penelitian tentang penggunaan Project Based Learningtelah
dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya : Penelitian oleh Doppelt
(2003),tentang implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam lingkungan
belajar yang fleksibel dengan menggunakan asesmen portofolio berhasil
meningkatkan motivasi, konsep diri, dan sikap siswa dalam pembelajaran secara
signifikan. Fatmawati (2011)dalam penelitiannya menerapkanpembekalan
kemampuan merancang proyek melalui perkuliahan Mikrobiologi Berbasis
Proyekyang ternyata dapatmeningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.
Wibowo (2012) menerapkan model pembelajaran Fisika Berbasis Proyek, dan
hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir
kreatif siswa SMA. Selain itu, hasil penelitian Rahmadani (2012) menyatakan
bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan
proses sains dan penguasaan konsep siswa SMK. Dengan demikian, peneliti
terinspirasi untuk mengadakan penelitian tentang penggunaan model
Pembelajaran Berbasis Proyek dalam mata pelajaran IPA Terapan sejalan dengan
implementasi Kurikulum 2013 di SMK Bidang Keahlian Pariwisata.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah konsep difusi dan osmosis
yang terdapat pada Kompetensi Inti 3 yaitu K.D. 3.16 :Mendeskripsikan difusi dan
osmosis, K.D. 3.14: Menerapkan konsep difusi dan osmosis di bidang pariwisata.
Selain itu terdapat pula pada Kompetensi Inti 4 yaitu K.D. 4.16 : Menalar
peristiwa difusi dan osmosis yang terjadi sehari-hari dan K.D. 4.14: Mengevaluasi
peristiwa difusi dan osmosis di bidang pariwisata. Materi ini merupakan konsep
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Pariwisata. Disamping itu, menurut pertimbangan peneliti bahwa konsep difusi
dan osmosis merupakan konsep penting yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam bidang jasaboga pembuatan makanan. Masih banyak yang
belum menyadari bahwa gejala yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari terjadi
berdasarkan prinsip difusi dan osmosis sehingga akhirnya mengalami kesulitan
untuk memecahkan masalah yang terkait dengan hal tersebut. Sebagai contoh,
berkaitan dengan beberapa kualitas produk makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat luas sangat tergantung pada prinsip osmosis yang berhubungan
dengan teknik pengeluaran air dari dalam sel tumbuhan seperti umbi-umbian,
buah-buahan agarmenjadi berbagai panganan yang memiliki citarasa yang khas
dan renyah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan pembelajaran IPA terpadu
tipe Nested menggunakan Project-Based Learningdengan mengangkat judul “Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested pada Konten Difusi dan Osmosis Menggunakan Project Based Learning untuk Meningkatkan Learning
Skills Siswa SMK.”
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Penerapan Kurikulum 2013 menghendaki lulusan SMK yang memiliki multi
keterampilan sedangkan pada umumnya kegiatan pembelajaran masih
berorientasi pada penguasaan konsep atau materi saja.
2. Lulusan SMK diharapkan memiliki proporsi hard skills dan soft skills yang
seimbang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
maupun terjun ke dunia kerja.Keterampilan yang dapat dilatihkan dalam
kegiatan pembelajaran untuk menunjang soft skills siswa adalah thinking
Erni Yuliah Kosasih, 2015
3. Pembelajaran IPA di SMK masih banyak yang berpusat pada guru(teacher
centered) sehingga diperlukan upayapenerapan model atau metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dan berkaitan
dengan bidang keahlian yang ditekuninya.
4. Penelitian tentang pembelajaran IPA dengan pendekatan IPA terpadu
menggunakan Project Based Learning dalam meningkatkan keterampilan
belajar siswa seperti thinking skills dan social skillsmasih jarang dilakukan.
5. Materi difusi dan osmosis merupakan materi baru dalam Kurrikulum 2013
yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana implementasi
pembelajaran IPA TerpaduTipe Nestedpada konten Difusi dan Osmosis
menggunakan Project Based Learningdalam meningkatkan Learning Skillssiswa
SMK?”
Rumusan masalah ini dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana desain dan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe
Nested pada konten Difusi dan Osmosis dengan menggunakan Project
Based Learning di SMK?
2. Bagaimana peningkatan thinking skills siswa SMK setelah pembelajaran
IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based Learning dan
menggunakan metode praktikum?
3. Bagaimana perbandingan profil social skills siswa SMK dalam
pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan Project Based
Learning dan menggunakan metode praktikum?
4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan pembelajaran IPA
Erni Yuliah Kosasih, 2015
D. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini diantaranya:
1. Learning Skills diambil dari Fogarty (1991) yang meliputi thinking skills
dan social skills.
2. Keterlaksanaan pembelajaran dilihat dari aspek guru mengajar (mengelola
pembelajaran).
3. Project Based Learning yang digunakan merupakan tahapan Project Based
Learning dari Doppelt yang telah dimodifikasi oleh Fatmawati (2011).
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan desain pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested pada konten
Difusi dan Osmosis menggunakan Project Based Learningserta
keterlaksanaannya.
2. Mendapatkan gambaran peningkatan thinking skills siswa SMK setelah
pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis
menggunakan Project Based Learning dan yang menggunakan metode
praktikum.
3. Mendapatkan gambaran perbandingan profil social skills siswa SMK dalam
pembelajaran IPA terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis
menggunakan Project Based Learning.
4. Menjaring tanggapan siswa dan guru terhadap implementasi pembelajaran
IPA terpadu tipe Nested pada konten Difusi dan Osmosis menggunakan
Project Based Learning di SMK
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi berbagai pihak sebagai
wujud kontribusi positif terhadap pendidikan IPA khususnya di Sekolah
Menengah Kejuruan diantaranya :
1. Bagi siswa dapat memberikan pengalaman belajar IPA yang menarik dan
diaplikasikan sesuai dengan bidang keahliannya dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara memfasilitasi mereka untuk mengembangkan Learning Skills
sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Bagi guru dapat memberikan informasi dan wawasan tentang dampak
penggunaan Project Based Learning dalam pembelajaran IPA Terpadu
terhadap peningkatan berbagai keterampilan siswa diantaranya kemampuan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa.
3. Bagi sekolah mendapatkan referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
melalui penggunaan model pembelajaran yang bermakna dan meningkatkan
berbagai keterampilan yang diperlukan oleh siswa.
4. Bagi peneliti, memperoleh gambaran dan inspirasi untuk mengadakan
investigasi lebih lanjut terhadap penerapan Project Based Learning dalam
Erni Yuliah Kosasih, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen. Ciri khas dari penelitian ini tidak mungkin untuk mengontrol semua
variabel yang relevan kecuali beberapa variabel-variabel tersebut (Sugiyono,
2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran IPA
terpadu menggunakan Project Based Learning dan variabel terikatnya adalah
learning skills yang terdiri dari thinking skills dan social skills.
Desain penelitian yang digunakan adalah the matching only pre-test
post-test control group design. Pada desain ini, peneliti memasangkan pembelajaran
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada variabel-variabel
tertentu tetapi tidak memiliki jaminan bahwa mereka setara satu sama lain. Subjek
sudah berada dalam kelompok yang utuh sehingga pemilihan sampel tidak
dilakukan dengan Random subjek melainkan dengan cara Cluster Random atau
acak kelas. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Desain Penelitian The Matching Only Pre-Test Post-Test
Control Group design
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
Kelas Eksperimen
O1 X O2
Kelas Kontrol O1 C
O2
(Fraenkel dan Wallen, 2006: 278)
Keterangan :
Erni Yuliah Kosasih, 2015
X : Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested menggunakan Project
Based Learning
C : Pembelajaran IPA menggunakan metode Praktikum O2 : Post test untuk melihat learning skills siswa
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X program keahlian Jasa Boga
yang terdiri dari 3 kelas pada salah satu SMK Negeri di Kota Bandung tahun
pelajaran 2013/2014.
Sampel penelitian terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol
masing-masing berjumlah 24 orang siswa serta dipilih secara purposive yakni
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).
C. Definisi Operasional
1. Pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu
disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas
peserta didik. Pada penelitian ini pembelajaran IPA terpadu yang
digunakan adalah tipe Nested dalam satu disiplin ilmu dengan memadukan
berbagai keterampilan siswa yang dikembangkan oleh Fogarty (1991)
yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir (thinking
skills) dan keterampilan sosial (social skills) dalam konten materi Difusi
dan Osmosis.
2. Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berawal
dari permasalahan dengan menggunakan proyek sebagai media bagi siswa.
Proyek dikerjakan dalam tim kolaboratif berdasarkan tahapan
pembelajaran hasil modifikasi Fatmawati (2011) yang terdiri dari tahap
awal pemodelan dan observasi, tahap merancang proyek, pelaksanaan
proyek, presentasi proyek, dan penilaian. Pembelajaran ini dilakukan
dalam dua pertemuan, pertemuan pertama terdiri dari tahap awal sampai
Erni Yuliah Kosasih, 2015
akhir proyek yang terdiri dari pelaksanaan proyek, presentasi, dan
penilaian.
3. Learning skills merupakan keterampilan yang dapat membantu siswa
untuk belajar dan berperan penting dalam menunjang kesuksesan siswa di
sekolah dan kehidupannya. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini
adalah learning skill yang dikembangkan oleh Fogarty (1991) diantaranya
keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan sosial (social
skills).
a. Keterampilan berpikir (thinking skills) yang diukur mencakup
keterampilan Memprediksi (prediction), Menyimpulkan (inference),
Membandingkan (compare/contrast), Mengelompokkan (classify),
dan Memprioritaskan (prioritize). Thinking skills diperoleh melalui tes
keterampilan berpikir berupa soal pilihan ganda.
b. Keterampilan sosial (sociall Skills) yang diamati meliputi mendengar
dengan perhatian (attentive listening), Mengklarifikasi (clarifying),
Mengungkapkan (paraphrasing), Menerima gagasan (accepting
ideas), Memberikan bantahan (disagreeing), dan Mencari kesepakatan
(consensus seeking). Sociall skills diperoleh melalui observasi
kegiatan dengan menggunakan daftar chek list.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel
3.2. berikut.
Tabel 3.2. Instrumen Penelitian
No. Instrumen Target
asesmen
Erni Yuliah Kosasih, 2015
No. Instrumen Target
asesmen
Deskripsi Waktu
dari
pembelajaran yang telah dilakukan
jawaban siswa yang ambigu dan
pendapat guru mengenai
pembelajaran yang telah dilakukan
E. Prosedur Penelitian
Berikut ini prosedur yang digunakan dalam penelitian:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan berupa wawancara informal dengan
guru IPA SMK disertai studi literatur dari berbagai sumber tentang
pembelajaran IPA Terapan dan variabel yang akan diteliti.
b. Perumusan pembelajaran IPA Terapan menggunakan Project Based
Learning mencakup analisis materi berdasarkan standar isi IPA
Terapan dalam Kurikulum 2013 kemudian penyusunan perangkat
pembelajaran IPA berupa RPP, Lembar Kerja Siswa Berbasis Proyek.
c. Penyusunan instrumen penelitian yaitu menyusun soal-soal yang akan
diujikan berupa soal thinking skills dan pembuatan rubrik
keterampilan sosial (social skills) berdasarkan indikator yang
dikembangkan oleh Fogarty (1991), serta angket respon siswa
Erni Yuliah Kosasih, 2015
d. Judgement dan Uji coba soal yang akan digunakan dalam penelitian
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat
kesukaran soal yang akan diujikan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 45 menit untuk setiap pertemuan, didahului dengan
kegiatan pre-test sedangkan post-test dilakukan di luar kegiatan
pembelajaran. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan kelas yang akan menjadi sampel dalam penelitian
secara purposive sampling.
b. Melakukan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui kehomogenan
sampel, juga untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal
thinking skills siswa sebelum diberi perlakuan.
c. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen yaitu pembelajaran
menggunakan Project Based Learning dan kelas kontrol dengan
metode praktikum disertai observasi terhadap keterlaksanaan
pembelajaran oleh observer.
d. Mengobservasi keterampilan sosial (social skills) siswa oleh
observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
e. Mengadakan post-test setelah pertemuan terakhir untuk
mendapatkan data thinking skills siswa setelah diberi perlakuan.
f. Menjaring data respon siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu
menggunakan Project Based-Learning dengan menggunakan angket.
g. Melakukan wawancara mendalam dengan beberapa perwakilan
siswa dan guru IPA yang mengajar di sekolah tersebut.
Erni Yuliah Kosasih, 2015
a.
Mengolah data hasil penelitian yang telah diperoleh.b.
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis dari semua datayang diperoleh.
Erni Yuliah Kosasih, 2015 - Rendahnya Soft skills siswa
SMK
Penggunaan Pendekatan IPA Terpadu tipe Nested dan model pembelajaran Project Based Learning
Penyusunan instrumen penelitian Validasi dan Expert judgment
Uji coba instrumen
Revisi Instrumen jadi
Pre Test
Kelas kontrol Kelas eksperimen
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dapat dilihat berdasarkan tabel 3.3
berikut ini.
Tabel 3.3., Teknik Pengumpulan Data
No. Kegiatan Instrumen Jenis Data Sumber
Data
Siswa Setelah proses pembelajaran
4. Menjaring tanggapan tentang pembelajaran
Kuesioner Respon terhadap pelaksanaan
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Sebelum dilakukan tes Thinking skills, 15 butir soal pilihan ganda diuji
coba terlebih dahulu pada salah satu kelas yang telah mendapatkan pembelajaran
tentang materi Difusi dan Osmosis. Data hasil uji coba soal ini bertujuan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal.
1) Validitas Item
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product
moment dengan angka kasar, dengan rumus:
= �� − � �
√{ �� − � } { �� − � }… … …
dimana:
rxy = koefisien validitas item soal
N = jumlah siswa yang mengikuti tes X = skor item ke-I yang diukur validitasnya Y = Skor total
Untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi maka digunakan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.4., Interpretasi Nilai Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 < r ≤ 1,00 sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2013)
Nilairxy dikatakan valid jika memenuhi kriteria cukup sampai dengan
sangat tinggi. Nilai rxy dikatakan tidak valid jika memiliki kriteria rendah
Erni Yuliah Kosasih, 2015
2) Reliabilitas
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan
rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
= + / /
/ / … … …
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas instrumen yang sudah disesuaikan
r1/21/2= rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara skor-skor
setiap belahan tes
jika r hitung > r tabel maka tes yang dilakukan reliabel.
Koefisien korelasi reliabilitas instrumen diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.5. Klasifikasi Reliabilitas Tes
Koefisien Korelasi Kriteria 0.00 < r ≤ 0.20 Sangat rendah 0.20 < r ≤ 0.40 Rendah
0.40 < r ≤ 0.60 Sedang 0.60 < r ≤ 0.80 Tinggi
0.80 < r ≤ 1.00 Sangat tinggi (Arikunto, 2012)
3) Tingkat Kesukaran Item
Disamping memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik, tes juga
mengandung adanya keseimbangan dari aspek kesulitan tes tersebut. Cara yang
digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:
� = � ………
Dimana:
Erni Yuliah Kosasih, 2015
B = banyaknya siswa menjawab benar Js = banyaknya peserta tes
Tabel 3.6. Interpretasi Indeks kesukaran
Interval Kriteria
Daya pembeda diukur dengan menggunakan rumus berikut ini:
� = � − � = � − � ……… Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
� = � = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)
� = � = proporsi peserta kelompok bawah atas yang menjawab benar
Tabel 3.7. Interpretasi Daya Pembeda
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang didapat, butir soal selanjutnya
dianalisis. Uji ini bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya soal yang
digunakan dalam penelitian ini. Analisis mencakup validitas butir soal, daya
pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Untuk mencari nilai reliabilitas
digunakan program SPSS versi 16.0 dan diperoleh koefisien reliabilitas 0,78
dengan kriteria reliabilitas tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
instrumen tersebut reliabel. Sedangkan analisis validitas, tingkat kesukaran dan
daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dilakukan dengan menggunakan
program Anates Versi 4.09. Berdasarkan analisis soal yang berjumlah 15 butir
maka ada soal yang digunakan untuk penelitian dan ada juga yang direvisi.
Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal pilihan ganda.
Tabel 3.8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Pilihan Ganda Thinking Skills
Erni Yuliah Kosasih, 2015
15 0,38 Cukup 0,83 Mudah 0,416 Cukup Dipakai
Dari data pada tabel 3.8 bahwa semua soal (15 butir soal) digunakan dalam
penelitian. Sebaran soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan aspek
thinking skills dapat dilihat pada tabel 3.9. berikut ini.
Tabel. 3.9. Soal Thinking Skills yang Digunakan Berdasarkan Indikatornya
No Aspek Thinking Skills Nomor Soal
1. Membandingkan 1,2,9,11
2. Memprediksi 3,6,7,10
3. Mengelompokkan 4,5
4. Memprioritaskan 14,15
5. Menyimpulkan 8,12,13
b. Teknik pengolahan data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh
melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor thinking skills siswa
sedangkan data kualitatif berupa persentase social skills siswa beserta data
pendukung lainnya meliputi data keterlaksanaan pembelajaran, data angket respon
siswa terhadap pembelajaran, dan hasil wawancara guru dan siswa yang dianalisis
dengan cara deskriptif.
1) Analisis data social skills siswa
Observasi terhadap social skills siswa dilakukan berdasarkan indikator
yang dikembangkan oleh Fogarty (1991). Setiap indikator yang dilakukan siswa
diberi skor 1 dan skor 0 untuk indikator yang tidak dilakukan. Langkah
pengolahan datanya adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skor setiap siswa dari setiap indikator social skills pada
Erni Yuliah Kosasih, 2015
b. Menghitung rata-rata skor siswa dari setiap indikator social skills pada
setiap pertemuan kemudian menghitung persentasenya.
c. Menjumlahkan persentase skor rata-rata social skills pada setiap
pertemuan kemudian dihitung rata-ratanya sebagai persentase social skills
siswa selama rangkaian pembelajaran.
Dengan mengadopsi kategori validitas dan reliabilitas butir soal (Arikunto,
2013) maka hasil skor rata-rata kelas dapat dikategorikan dengan menggunakan
interval seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.10. Kategori Social Skills
Skor (%) Kategori
0 < S ≤ 20 Sangat rendah
20 < S ≤ 40 Rendah
40 < S ≤ 60 Cukup
60 < S ≤ 80 Baik
80 < S ≤ 100 Baik sekali 2) Analisis data thinking skills siswa
Data thinking skills merupakan nilai yang diperoleh siswa melalui kegiatan
pre test dan pos test. Analisis data dilakukan berdasarkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban
b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan post test
c. Mengkonversi skor mentah menjadi nilai dengan skala 0-100 dengan
menggunakan rumus:
Nilai siswa =∑ j y e
∑
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Nilai rata − rata =nilai total jawaban benarumlah siswa
e. Menentukan peningkatan thinking skills siswa dengan cara menghitung
Normalized Gain menggunakan rumus:
� − �� =nilai maksimum − nilai � �nilai � − nilai � �
Tabel 3.11. Kategori Perolehan Nilai Indeks N-Gain
Rentang nilai Kategori
g ≤ 0,30 Rendah
0,31<g≤ 0,70 Sedang
g ≥ 0,71 Tinggi
(Hake, 1999)
f. Melakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik untuk menentukan
apakah hasil pre test dan post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda signifikan. Uji hipotesis dilakukan berdasarkan langkah-langkah
berikut ini :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0
dengan penafsiran sebagai berikut: Jika nilai signifikansi pada kolom
asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program SPSS
Erni Yuliah Kosasih, 2015
pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data
homogen
3. Data terdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan menggunakan
uji rata-rata dua pihak (Independent Sample t – Test) pada program
SPSS versi 16.0 dengan penfasiran sebagai berikut: Jika nilai
signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata skor pre test maupun post test pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak
dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3) Analisis data respon siswa
Angket digunakan untuk menjaring data tanggapan siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu menggunakan Project Based Learning.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap
pernyataan diikuti beberapa respon yang menunjukkan tingkatan (Sugiyono,
2011).
a. Respon atau tanggapan terhadap masing-masing pernyataan dinyatakan dalam
4 kategori, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS
(sangat tidak setuju). Bobot kategori SS = 4; S= 3; TS = 2; dan STS = 1.
Perhitungan secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan persentase
(%).
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Tabel 3.12., Interpretasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Nilai Kategori
80 – 100 Baik sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup
40 – 55 Kurang
0 – 39 Kurang sekali
4) Analisis keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe Nested menggunakan
Project Based Learning
Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPA menggunakan Project
Based Learning diambil menggunakan lembar observasi. Instrumen ini
berbentuk daftar cheklist yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer
memberikan tanda cek (√ ) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang teramati selama proses pembelajaran. Analisis terhadap keterlaksanaan
pembelajaran dideskripsikan berdasarkan data yang terekam dalam lembar
observsi guru.
Kriteria penilaian aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.13. Kriteria Penilaian Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
Erni Yuliah Kosasih, 2015
Perolehan rata-rata skor dari jumlah seluruh skor aktivitas guru selama
pembelajaran dikonversikan dengan kriteria penilaian kefektifan guru dalam
mengelola pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 3.14. Kriteria Keefektifan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Rata-rata skor Keterangan
0,00-1,49 Tidak Baik
1,50-2,59 Kurang
2,60-3,49 Cukup Baik
3,5- 4,00 Baik
(Depdiknas, 2006)
5) Analisis data wawancara guru dan siswa
Data hasil wawancara dengan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui
respon guru dan siswa terhadap pemb elajaran yang telah dilakukan secara
mendalam. Di samping itu, hasil wawancara digunakan pula untuk mengungkap
beberapa data penting yang berkaitan dengan hasil penelitian kemudian data
Erni Yuliah Kosasih, 2015
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan pada Bab IV
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan
menggunakan model Project Based Learning dapat diimplementasikan di Sekolah
Menengah Kejuruan. Kegiatan pembelajaran pada implementasi Project Based
Learning pada konsep Difusi dan Osmosis di SMK terlaksana sesuai dengan
tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek. Secara keseluruhan, peningkatan thinking
skills siswa pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning termasuk
pada kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode
praktikum dalam bentuk percobaan termasuk pada kategori rendah. Aspek
thinking skills membandingkan, memprioritaskan dan menyimpulkan lebih tinggi
pada kelas eksperimen dibandingkan dengan pada kelas kontrol sedangkan pada
keterampilan memprediksi dan mengelompokkan lebih tinggi pada kelas kontrol
dibandingkan dengan kelas eksperimen. Demikian pula untuk social skills siswa
pada kelas yang menerapkan model Project Based Learning lebih baik
dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode praktikum dalam
bentuk percobaan. Social skills pada kelas eksperimen termasuk pada kategori
baik sedangkan pada kelas kontrol termasuk pada kategori cukup. Aspek social
skills yang tinggi terdapat pada keterampilan mendengarkan dengan perhatian dan
keterampilan mencari kesepakatan sedangkan aspek social skills yang rendah
terdapat pada aspek menerima bantahan. Siswa memberikan tanggapan positif
terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan
menggunakan model Project Based Learning dalam hal motivasi belajar, dapat
Erni Yuliah Kosasih, 2015
dengan bidang keahlian siswa serta sesuai untuk diterapkan di Sekolah Menengah
Kejuruan. Demikian pula guru memberikan tanggapan positif terhadap
implementasi pembelajaran IPA Terpadu Tipe Nested dengan menggunakan
Project Based Learning sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa SMK.
B. Saran
Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat kekurangan dan kendala yang
dihadapi sehingga memerlukan perbaikan dan peningkatan untuk penelitian
selanjutnya antara lain:
1. Waktu lebih banyak dihabiskan untuk pelaksanaan proyek sehingga
kegiatan presentasi hasil proyek dan diskusi kelas kurang terlaksana dengan
baik. Hal ini menyebabkan siswa kurang mendapatkan penguatan konsep
dari guru karena terpaku pada pembahasan produk yang dihasilkan. Dengan
demikian dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk menemukan
keterkaitan antara konsep difusi dan Osmosis dengan tugas proyek yang
sudah diselesaikan. Untuk meminimalisasi hal ini disarankan adanya
pembagian waktu yang jelas sehingga seluruh rangkaian kegiatan dapat
terlaksana dengan optimal.
2. Informasi atau sumber data yang dimiki oleh siswa terbatas pada artikel
yang diberi oleh guru sehingga siswa menjadi kurang kaya informasi.
Rekomendasi untuk pembelajaran selanjutnya adalah pemberian tugas
pendahuluan kepada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan
tugas proyek yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
3. Pada Lembar Kerja Siswa diberi ruang untuk mencatat hasil observasi pada
saat kegiatan pemodelan serta lebih diperkaya dengan pernyataan yang
mengandung kata-kata berpikir (thinking words) agar menuntun dan
Erni Yuliah Kosasih, 2015
4. Observer merasa kesulitan dalam mengamati keterampilan sosial yang
muncul. Rekomendasi untuk menjaring keterampilan sosial pada penelitian
selanjutnya adalah menggunakan kamera video untuk merekam aktivitas
kelompok dengan lebih mendetail sehingga menghasilkan data yang lebih
rinci.
5. Lembar observasi keterampilan sosial dirancang untuk seluruh kegiatan
siswa, untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbaikan diantaranya
membuat lembar observasi untuk setiap tahapan pembelajaran sehingga
dapat terlihat keterampilan sosial yang muncul pada setiap tahapan