SKRIPSI
Oleh :
NALENDRA AYU PRATISTA H.R
NPM. 0943010267
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOCIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
dengan judul “ MAKNA KOMUNIKASI SIMBOLIK PADA TATTOO BAGI WANITA PENGGUNA TATTOO DISURABAYA
( Studi deskr iptif dengan pendekatan kualita tif tentang inter a ksi simbolik da la m tattoo
bagi wanita pengguna Tattoo di Kota Sur abaya) “
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :.
1. Allah SWT. yang selalu memberikan kesehatan, rezeki, kemudahan, dan kasih sayang.Terima kasih Ya Allah.
2. Ibu Dra. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Surabaya.
3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si , selaku Kepala Program Komunikasi FISIP UPN "Veteran" Surabaya.
4. Ibu Dra. Diana Amelia, M.Si selaku pembimbing yang banyak memberi masukan dan arahan. Terima kasih banyak ibu.
Guys, your the best.
7. Teman – Teman yang di Bali yang sudah membantu Yermias A. Oktario, avissa, devita, irfan, ray dan janto Terima kasih atas semua bantuannya, termasuk support, masukan dan ide dalam penyelesaian proposal ini.
8. Teman-teman seperjuangan ikom 2009 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Selamat berjuang ya kawan.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembacanya dan bagi akivitas akademi FISIP UPN "Veteran" Surabaya.
Surabaya , 1 Desember 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
ABSTRAK ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 10
1.3Tujuan Penelitian ... 11
1.4Manfaat Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI 2.1Penelitian Terdahulu ... 13
2.2Tinjauan Komunikasi 2.2.1 Pengertian Komunikasi ... 15
2.2.2 Tujuan Komunikasi ... 21
2.2.3 Unsur – Unsur Komunikasi ... 22
2.2.4 Fungsi Komunikasi ... 23
2.3Tinjauan Makna
2.3.1 Pengertian Makna... 27
2.3.2 Makna Dalam Komunikasi ... 27
2.4Tinjauan Tentang Tattoo (Tato) 2.4.1 Pengertian Tattoo ... 28
2.4.2 Jenis tattoo ... 32
2.4.3 Makna Tattoo ... 44
2.5Interaksi Simbolik Dalam Tattoo ... 45
2.6Tinjauan Wanita Pengguna Tattoo ... 51
2.7Kerangka Berfikir ... 53
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Definisi Konseptual ... 55
3.2Interaksi simbolik Tattoo ... 58
3.3Lokasi Penelitian ... 60
3.4Informan Dan Teknik Pemilihan Informan ... 60
3.5Teknik Pengumpulan Data ... 61
3.6Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV PENYAJ IAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1Gambaran umum objek penelitian 4.1.1 Sejarah Dan Perkembangan Tattoo ... 67
4.1.3 Efek Negatif Tattoo ... 77
4.1.4 Jenis – Jenis Gambar Tattoo... 79
4.1.5 Surabaya Tattoo Artist Community ... 80
4.2Penyajian Data ... 83
4.2.1 Informan 1 Putri Amelia ... 84
4.2.2 Informan 2 Cahaya ... 85
4.2.3 Informan 3 Eifrilia Putri ... 85
4.2.4 Informan 4 Endah Yulianti ... 86
4.2.5 Informan 5 Avissa Kuswantoro ... 87
4.3Analisis Data ... 88
4.3.1 Informan 1 Putri Amelia ... 90
4.3.2 Informan 2 Cahaya ... 100
4.3.3 Informan 3 Eifrilia Putri ... 107
4.3.4 Informan 4 Endah Yulianti ... 119
4.3.5 Informan 5 Avissa Kuswantoro ... 127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141
DAFTAR LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA ... 159
1. Informan 1 Putri Amelia ... 159
2. Informan 2 Cahaya ... 163
3. Informan 3 Eifrilia Putri ... 167
4. Informan 4 Endah Yulianti ... 171
5. Informan 5 Avissa Kuswantoro ... 175
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Tato yang dimiliki Putri Amelia ... 110
Gambar 2 : Tato yang dimiliki Cahaya ... 117
Gambar 3 : Tato yang dimiliki Eifrilia Putri ... 130
Gambar 4 : Tato yang dimiliki Endah Yulianti ... 138
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna pesan tattoo pada wanita pengguna Tattoo di Kota Surabaya. Untuk menjawab masalah diatas, maka peneliti menyusun bentuk, posisi dan makna pesan tato pada wanita pengguna tato di Kota Surabaya . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi pustaka, observasi, studi dokumentasi, dan internet searching. Subjek penelitian ini adalah wanita pengguna tato di Kota Surabaya . Informan dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan berjumlah lima informan. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, pengumpulan data,penyajian data dan evaluasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor - faktor internal pengguna tato untuk menato tubuhnya adalah kerena emosi, pengekspresian, kecintaan terhadap seni, mengabadikan momen khusus dalam kehidupannya, mencari perhatian dan sebagai accesoris. Sedangkan faktor-faktor eksternal pengguna tato menato tubuhnya adalah diajak teman serta karena trend atau mode. Hasil penelitian tentang pemakanaan tato pada wanita pengguna tato menunjukkakan bahwa tato yang ada di tubuh pengguna tato tersebut adalah sebagai ungkapan perasaan, ekspresi seni dan keindahan, sebagai identitas, sebagai pelampiasan permasalahan yang sedang dihadapi serta tato sebagai spiritualitas (kepercayaan).
Kata kunci : tato, wanita bertato, makna tato, religi, trend tato, model tato,
ABSTRACT
MEANING A MESSAGE TATTOO IN WOMEN USERS TATTOO IN SURABAYA
(A descriptive study with a qualitative approach of symbolic interaction in the tattoo on a woman user Tattoo in the city of Surabaya)
This research aims to find out how the meaning of the message on the woman's tattoo Tattoo users in the city of Surabaya. To address the above problems, the researchers devised a shape, the position and meaning of a message tattooed on a woman's tattoo users in the city of Surabaya. This study used a qualitative approach with descriptive methods. Data were collected through interviews, literature study, observation, study documentation, and Internet searching. The subject of this research is a female user tattoo in the city of Surabaya. Informants in the study are determined by using purposive sampling technique and number five informants Technique of data analysis performed with the reduction of data, data presentation, data collection and evaluation
The conclusions from the results of this research show that there are internal factors to create tattoos tattoo users her body is because emotion, expression, a love of art, capture the special moments in their lives, looking for attention and as accesoris. While external factors users invited friends and tattoo is because the trend or fashion. The results of research on the meaning of a tattoo on a woman tattoo users pointed out that existing tattoos on body tattoo is the user as an expression of feeling, the expression of art and beauty, as identity, as the impingement problems at hand and tattoos as spirituality (faith)
PENDAHULUAN
BAB I
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan
dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia,
semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle).
Sebagai dampaknya, hal ini menuntut setiap orang untuk selalu up to date.
Pada tahun 70 sampai 80-an saat mendengar kata tattoo yang
terlintas dalam pikiran adalah gambaran seseorang yang garang, seram
dan identik dengan preman, namun saat ini tato sudah menjadi gaya hidup
bagi sebagian orang terlebih di kota kota besar salah satunya kota
Surabaya. Di dunia barat, tattoo biasanya dianggap sebagai bentuk
ekspresi dan kreativitas seesorang. Selain menunjukkan individualitas,
secara bersamaan tato juga menunjukan bahwa pemiliknya adalah anggota
sebah kelompok komunitas yang menyukai seni melukis ditubuh.
Dalam bahasa Indonesia kata tattoo metupakan pengindonesiaan
dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambing yang
membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Konon kata “ tato ” berasal
dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa
tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk
bahasa jawa mempunyai makna yang nyaris sama meskipun berbeda,
yakni dari kata “ tatu “ yang juga memiliki kesejajaran makna “ luka ”
atau “ bekas luka “, yang menjadi sebuah tanda tertentu dengan kulit
lainnya baik di tubuhnya sendiri maupun perbedaan tanda dengan tubuh
milik orang lain.
Di Indonesia sendiri Orang Mentawai sudah mentato badan sejak
kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini
datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM - 500
SM. Itu artinya, tato mentawailah yang tertua di dunia. Bukan tato Mesir,
sebagaimana disebut-sebut berbagai buku. Sebutan tato konon diambil dari
kata tatau dalam bahasa Tahiti.
Fenomena tatto bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang
bernama modern dan perkotaan. Secara historis, tatto lahir dan berasal dari
budaya pedalaman, tradisional, bahkan dapat dikatakan kuno (Olong,
2006: 8). Keberadaan Tatto pada masyarakat modern perkotaan
mengalami perubahan makna, Tatto berkembang menjadi budaya populer
atau budaya tandingan yang oleh audiens muda dianggap simbol
kebebasan dan keragaman. Akan tetapi kalangan tua melihat sebagai suatu
keliaran dan berbau negatif.
Tatto atau dalam kebudayaan Indonesia dikenal sebagai salah satu
bentuk praktek merajah tubuh memberikan fenomena tersendiri dalam
masyarakat, terkait pemakaiannya dan persepsi setuju atau
menilai tatto memberikan ilustrasi yang tidak hanya sebagai bentuk
pilihan antara memakai atau tidak, suka atau tidak suka, setuju atau
tidak setuju, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai lain diluar dua pilihan
hitam - putih. Lebih dari sekedar bentuk persetujuan, peneliti melihat
tatto bukan hanya sebagai wacana dalam bentuk ilustrasi gambar saja.
Perkembangan pemaknaan tatto yang individualistik tentunya
memberikan warna tersendiri untuk dapat dilihat dari berbagai aspek
khususnya pada kaum wanita metropolitan di kota Surabaya yang
menggunakan tatto pada tubuh mereka.
Tato memang sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat
kita khususnya di kota Surabaya. Surabaya terkenal dengan kota
metropolitan, dimana tidak sedikit kaum muda yang mengekspresikan seni
dengan cara mentato tubuhnya. Tetapi ada sebagian masyarakat yang
menganggap orang yang mentato tubuhnya itu memiliki sifat yang
negatif, sehingga para kaum muda sedikit terbatas untuk melakukan
pengekspresian pada seni yang mereka inginkan. Padahal sejak
jaman nenek moyang, tato sudah mulai hadir dan menghiasi sejarah
dari peradaban masa lalu. Dahulu tato mempunyai makna sakral , suci
dan mempunyai kedudukan serta arti yang cukup penting, hal tersebut
menandakan bahwa tidak sembarang orang bisa menggunakan tato.
Seiring dengan berjalannya waktu makna tato mulai bergeser menjadi
Tatto dalam pandangan modern telah banyak melibatkan
unsur-unsur yang secara sinergis dapat disatukan dalam suatu ringkasan gambar.
Seni design dalam tatto memiliki hubungan kuat dengan adanya sisi
artistik dari gambar tatto, dengan kata lain tatto ini pun menjadi satu
komoditas lain untuk dapat mengapresiasi seni. Bahkan hal ini justru
dijadikan “alasan” umum untuk kaum urban dalam mengklaim
penggunaan tatto.
Eksplorasi pop art menjadi salah satu cara untuk menempatkan
tatto sebagai bentuk-bentuk di luar pemahaman kuno, kecenderungan
memberikan wacana baru sebagai bentuk gaya hidup. Pemilihan kata gaya
hidup pun akan semakin menjelaskan tatto sebagai salah satu cara lain
dalam mengungkapkan kebutuhan seseorang. Kebutuhan - kebutuhan
yang dituju oleh para pengguna tatto ini juga menarik perhatian peneliti
untuk dapat meneliti maksud dari adanya penggunaan tatto di era ini.
Tidak heran jika tatto kemudian melebarkan pemahamannya
dengan menyangkut pada adanya kelas gender penggunanya.
Kecenderungan tatto sampai saat ini sepertinya masih di pegang pada tabu
laki-laki sebagai gender yang dirasa “cocok” untuk memiliki tatto. Kesan
maskulinitas seharusnya menjadi acuan jika nilai gender ini memang
dihadirkan untuk menempatkan tatto sebagai “milik” pria . Kenyataannya
sekarang ini tatto bukan hanya di dominasi oleh pria. Wanita pun berhak
menentukan pilihannya dalam menghias tubuhnya dengan beragam
peneliti sebagai karya dalam memposisikan gender mereka dengan
lawannya.
Kemudian munculnya sikap feminisme dalam perlawannya
menempatkan emansipasi melalui gambar tatto. Beberapa contoh aspek
yang di jangkau pada gambar tatto seharusnya dapat membuka
pemahaman-pemahaman masyarakat mengenai posisi krusial tatto dalam
masyarakat. Jika melihat hubungan tatto dengan objek gambar tatto,
bahkan aspek lainnya juga memiliki kecenderungan tersendiri.
Keberagaman objek yang tidak terbatas dapat diterapkan pada gambar
tattoo.
Beberapa pola menunjukan tatto pada wanita dapat menunjukan
sisi seksualitasnya, apalagi dengan letak gambar tatto yang dapat berada
dalam jangkauan intim. Jika hal ini merupakan sebagian kecil asumsi tatto
yang memiliki daya tarik seksual untuk dapat membentuk image tersendiri
bagi penggunanya. Memang tidak selalu dihubungkan dengan seks, tetapi
ini merupakan trend lain yang ditunjukan dari fenomena tatto.
Kemajuan teknologi, pertukaran informasi, akulturasi budaya, dan
menjamurnya studio tatto seharusnya menjadi suatu alasan tatto untuk
dapat dilihat sebagai hasil dari perkembangan zaman. Tatto yang tidak
hanya dipandang sebagai kajian usang mengenai kebudayaan primitif
sekarang ini sepertinya tidak cukup kuat untuk dapat menghalalkan tatto
sebagai perilaku yang dianggap umum dan biasa. Terlebih para orang tua
sikap-sikap perlawanan atau pun pembangkangan pada perilaku norma-norma
yang seharusnya.
Sikap relijiusitas masyarakat Indonesia yang menghubungkan
agama sebagai alasan kuat untuk tidak mentatto diri, menjadi suatu batasan
ketat dan utama. Hal ini terlebih pernah dirasakan oleh beberapa orang
yang juga sempat menanyakan keinginan untuk dapat mentatto pada orang
tua. Indonesia sebagai Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia,
mungkin dapat menjadi alasan kuat mengapa sikap-sikap religi menjadi
alasan kuat masyarakat untuk sedikitnya mengharamkan tatto. Islam
sendiri melihat tatto sebagai suatu perilaku yang tidak seharusnya
dilakukan. Haram, Itu hukumnya. Tidak heran jika masyarakat Indonesia
yang masih melihat tatto dari kacamata agama, menghubungkannya
sebagai bentuk perbuatan dosa untuk pemiliknya.
Terlebih tatto sering dan bahkan sangat sering sehingga terkadang
menjadi asumsi tersendiri bagi masyarakat dengan mengaitkan,
menghubungkan, dan menjustifikasi tatto dengan bentuk-bentuk
kriminilitas. Tidak salah memang, karena peneliti sendiri melihat banyak
sekali preman menggunakan tatto, pencuri bertatto, gangster bertatto,
berandalan bertatto, bahkan hal ini kadang stereotype dibenarkan pada saat
melihat tayangan program kriminalitas di televisi yang sering
memperlihatkan polisi menunjukan tatto pelaku. Tidak salah, tetapi tidak
sepenuhnya benar. Bentuk mungkin menjadikan alasan kriminalitas
Terlalu sempit jika melihat tatto dari satu sisi kriminalitas dengan
mengeneralisasi tatto sangat dekat dengan kejahatan, padahal tidak sedikit
orang jahat juga yang tidak bertatto. Itu keadaan masyarakat kita yang
sering memandang tatto sebagai bentuk kemunduran budaya, jika memang
dikaitkan pada posisinya sebagai bentuk gaya hidup modern. Lain halnya
dengan melihat suku-suku yang menggunakan tatto sebagai suatu
keharusan dan penghormatan. Tatto sekarang ini juga banyak di alihkan
pada perannya sebagai karya. Karya seni, katanya. Karya yang memiliki
nilai seni sehingga alasan mencintai seni memang sering terdengar sebagai
alasan kuat untuk meng-halal-kan tatto.
Tato pada dasarnya diaplikasikan pada bagian-bagian tubuh yang
sesuai dengan kehendak penggunanya. Tangan, kaki, pergelangan tangan,
jari, kuku, daun telinga, kulit kepala, wajah, leher, pinggul, betis dan
bagian tubuh lainnya. Bahkan bagian-bagian tubuh yang terdengar tidak
lazim juga menjadi media aplikasi gambar tato, seperti bola mata (melalui
jalan operasi), gigi, lidah, dan bagian-bagian intim. Untuk kelompok,
komunitas, atau sekte dalam kaitannya sebagai suatu keanggotaan,
terkadang tato di buat pada bagian tubuh yang sama pada setiap
anggotanya menurut kesepakan atau ketentuan yang telah ada. Hal ini
sebagai suatu penunjuk keanggotaan, solidaritas, syarat, atau sebagai
Selain bagian tubuh, pemilihan gambar tato memiliki bagian
penting dalam penelitian ini, karena mentato dengan sendirinya
menempatkan gambar tertentu pada bagian tubuh. Mengenai gambar yang
digunakan, itu akan menyangkut pada masalah kecenderungan individual
untuk menentukan pilihannya. Di luar dari gambar tato kelompok atau
komunitas tertentu yang sebagian bersifat seragam karena diperuntukan
sebagai identitas bersama atau memiliki arti yang dipahami bersama, maka
gambar tato individual akan memiliki banyak ragam. Tidak ada batasan
tertentu dalam mengaplikasikan gambar tato, tidak ada ketentuan baku.
Keberagaman pada gambar tato setiap pengguna tato, diyakini
peneliti memiliki pesan tersendiri. Pesan yang dibuat untuk dapat menjadi
bahan pengingat dirinya atau pun orang lain. Pesan yang dengan sengaja
di buat melalui ukiran gambar tato pada tubuh penggunanya, sangat
memiliki esensi dalam menyampaikan sesuatu. Sesuatu yang secara
penuh seharusnya di mengerti oleh si pemilik tato sebelum menya pada
bagian tubuh. Terkadang orang lain juga dapat mengerti pesan yang
dimaksud dengan sekilas melihat gambar tato, tetapiterkadang juga si
pemilik tato bahkan tidak mengetahui apa pesan yang ingin di sampaikan
dalam gambar tatonya.
Apa pun tujuan tatto, seharusnya alasan kesehatan sekarang ini
menjadi point penting untuk pengguna tatto atau yang akan di tatto untuk
dapat mempertimbangkannya. Kemungkinan penularan penyakit
tidak steril berpeluang menimbulkan penyakit seperti HIV/AIDS dan
hepatitis B. Jika membahas masalah penyakit sebetulnya masa setelah tatto
pun seharunya menjadi perhatian, karena sebagian orang dapat
menimbulkan iritasi, infeksi, dan bahkan kanker kulit. Perilaku
seperti ini sering terjadi karena kurangnya kesadaran dan pemahaman
mengenai pentingnya memahami tatto sebelum dan setelah
menggunakannya.
Mempelajari tatto bukan hanya menuntun peneliti pada satu aspek
permasalahan, tetapi merujuk pada adanya banyak sudut pandangan
keilmuan yang menjelaskan bahwa penelitian mengenai tatto ini akan
melibatkan euphoria tersendiri secara multiaspek. Mengupas masalah tatto
berarti juga mendeskripsikan tentang nilai-nilai kebudayaan, historis,
sosiologi, komunikasi, seni, design, nilai gender, gaya hidup, seksualitas,
relijiusitas dan bahkan secara matematis pun penilaian tatto dapat
diterapkan. Setidaknya itu merupakan sebagian lain aspek yang dapat
penulis tangkap dalam melihat wacana tatto yang berkembang melalui
caranya sendiri dengan memperlihatkan adanya kompleksitas akulkturasi
wacana lainnya.
Tujuan dalam penelitian ini tidak untuk dapat memberikan solusi
terkait masalah tato, hanya penggambaran wacana dirasa peneliti jauh
lebih penting untuk dapat dilihat masyarakat luas dalam memahami tato.
Pemahaman yang baik mengenai tato, sedikitnya akan memberikan
lingkungannya memiliki kandungan tersendiri untuk di mengerti. Baik
buruknya pengguna tato, sebenarnya bukan tolok ukur apa pun..
Pemahaman mengenai tatto akan membantu masyarakat dan para
pengguna tatto khususnya di kota Surabaya untuk lebih memahami tatto.
Untuk itu tatto akan menceritakan mengenai apa, mengapa, dan bagaimana
makna gambar tatto tersebut melekat.
Berdasarkan alasan yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “MAKNA KOMUNIKASI
SIMBOLIK PADA TATTOO BAGI WANITA PENGGUNA TATTOO DI
SURABAYA ( Studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif tentang
interaksi simbolik dalam tattoo bagi wanita pengguna Tattoo di Kota
Surabaya)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana Makna komunikasi
simbolik pada tattoo sebagai interaksi simbolik bagi kalangan wanita
pengguna tato di kota Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna
komunikasi simbolik pada tattoo sebagai bentuk interaksi simbolik bagi
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang akan dilakukan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat mendatangkan
berbagai faedah, antara lain :
a. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan ilmu komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional ” Veteran” Jawa Timur.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
tambahan kepada teman-teman yang ingin menganalisa
sebuah fenomena dan interaksi simbolik yang memiliki
kemiripan dengan kasus yang di angkat oleh peneliti pada
tulisan ini.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat
antara lain :
a. Menjadi landasan dalam menganalisis masalah serta
memahami tentang interaksi simbolik dalam tattoo pada
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi
pihak terkait untuk melakukan pengkajian implikatif bagi
kebutuhan pembangunan kualitas sumber daya manusia pada
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
“Makna Komunikasi Simbolik di Kalangan Pengguna Tato Kota
Bandung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna
pesan tato sebagai bentuk komunikasi non verbal di kalangan pengguna
tato di Kota Bandung.dalam penelitian ini peneliti menyusun identifikasi
penelitian sebagai berikut: isyarat, bentuk struktural, pengaruh sosial,
penafsiran, refleksi diri, kebersamaan (commonality), dan makna pesan
tato dikalangan pengguna tato di Kota Bandung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi pustaka, observasi,
studi dokumentasi, dan internet searching. Subjek penelitian ini adalah
pengguna tato di Kota Bandung. Informan dalam penelitian ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling dan berjumlah tiga
informan. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data,
kategorisasi, dan sintesisasi.
Penelitian ini difokuskan pada pengguna tato permanen dengan
sebanyak 24 informan. Penentuan iinfornamn dilakukan secara purposive.
Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu pertama,
Kedua, adalah 11 informan yang merupakan seniman tato yaitu orang yg
bekerja membuat tato.
Seni tato bergerak dan berubah dalam berbagai bentuk dan pemaknaan.
Mulai dari fungsi-fungsi tradisional yang religius sebagai simbol status,
kemudian ada masa ketika orang bertato harus ditembak mati pada saat
operasi penembak misterius (petrus), sampai pada saat ini tato sebagai
trend fashion. Pemaknaan sosial menentukan nilai bagi subjek-subjek
material seperti tato yang akan memberi pengaruh secara langsung kepada
penggunanya. Perubahan sosial masyarakat dalam memaknai tato ini
berkaitan dengan kepentingan yang ada dan pergeseran pemahaman
mengenai fungsi dari tato itu sendiri. Hal tersebut tidak menjadikan tato
suatu tindakan diluar norma layaknya pada jaman dulu pada saat Tato
menjadi pengikat spirit suku-suku jaman dahulu.
Dalam perkembangannya tato tidak hanya dimaknai sebagai
simbolisasi yang bisa menghantarkan kepada penggunanya untuk memiliki
kekuatan-kekuatan yang kasat mata bagi segolongan orang, dalam
perkembangannya tindakan menato semakin banyak yang mengikutinya
karena kultur budaya yang semakin mempopulerkan tato. Bagi sebagian
masyarakat terutama anak muda, tato adalah seni. Dengan tato, mereka
bisa mengekspresikan diri, mengaktualisasikan keberadaan mereka di
tengah masyarakat. Meski demikian, masih banyak dari sebagian orang
menganggap bahwa orang bertato identik dengan premanisme, mungkin
atau karena memang banyak juga kenyataan bahwa premanisme bercirikan
tato walaupun hal ini tidak dapat mengeneralisasikan pengguna tato
sebagai kriminal.
Pengguna tato di Bandung juga pasti akan mengalami hal yang sama,
tetapi apapun pemahaman orang dalam memahami dan menilai tato, tidak
menuntup banyaknya pengguna tato untuk tetap bereksperimen
menggunakan tubuhnya untuk dapat dijadikan sebagai media efektif dalam
menyampaikan pesan-pesannya melalui gambar tato.
2.2 Tinjauan Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communications dalam bahasa
Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama ,
communico, communication, atau communicare yang berarti
membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis)
paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang
merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2001:41).
Pengertian mengenai komunikasi banyak diungkapkan oleh
para ahli komunikasi dengan menilainya dari sudut kepentingan
dan keteraturannya sendiri mengenai makna inti dari komunikasi.
etimologi, bahwa “Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata Latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).
Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi
kenamaan dalam karyanya Communication Research In The
United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka
acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan
pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah
diperoleh komunikan. Proses komunikasi pada dasarnya adalah
proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang
komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan,
informasi, opini dan lain – lain.
Dari beragam definisi dan pengertian komunikasi yang
telah dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, dapat
dilihat bahwa nilai penting yang digaris bawahi di dalamnya adalah
adanya proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang
lain melalui media. Ada beberapa pandangan tentang banyaknya
unsur komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya
komunikasi yang efektif. secara garis besar komunikasi telah
penerima, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan
lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.
Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam
rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk
beragam kepentingan. Komunikasi bersifat fundamental karena
berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan
adanya suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka
dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan
untuk menyampaikan tujuannya. Komunikasi sangat mendasari
berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat
setelahnya.
Menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
1. Komunikasi verbal Simbol
Komunikasi verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua
jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari
termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu
usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat
2. Komunikasi non verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat
yang bukan kata – kata. Menurut Larry A. Samovar dan
Richard E Porter komunikasi non verbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu
setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima
(Mulyana, 2000 : 237)
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana
Effendy, Komunikasi dapat berlangsung apabila terjadi kesamaan
makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan
perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat pesan setala
(tuned) bagi komunikator dan komunikan. “Pertama komunikator
menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan. ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan
untuk mengawa-sandi (decode) pesan komunikator itu. ini berarti
ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau
perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan
komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder).” (Effendi,
Mulyana (2000: 61-69) mengungkapkan pengertian
komunikasi dalam pandangan:
1. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah
Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dari
seseorang misalnya instruktur kepada pihak lain (peserta
pelatihan), baik langsung melalui suatu tatap muka ataupun
tidak langsung melalui suatu media. Gambaran peristiwanya,
seseorang atau organisasi mempunyai suatu informasi
kemudian disampaikan kepada orang lain, dan orang lain itu
menerima informasi tersebut baik dengan cara mendengarkan
atau dengan cara membaca (suatu quiz). Komunikasi yang
terjadi berorientasi pada pesan a message-centered philosophy
of communication. Keberhasilan komunikasi seperti ini terletak
pada penguasaan fakta atau informasi dan pengaturan mengenai
cara-cara penyampaian fakta atau informasi tersebut.
2. Komunikasi Sebagai Interaksi
Komunikasi di sini diartikan sebagai suatu proses
sebab-akibat atau aksi-reaksi secara bergantian baik verbal ataupun
non-verbal. Gambaran peristiwanya, seseorang menyampaikan
suatu informasi kemudian pihak penerima informasi itu
memberikan respon atas informasi yang diterimanya itu untuk
kemudian pihak pertama bereaksi lagi setelah menerima respon
Komunikasi demikian berorientasi pada pembicara a
speaker-centered philosophy of communication dan mengabaikan
kemungkinan seseorang bisa mengirim dan atau menerima
informasi pada saat yang sama. Di sini unsur umpak balik
(feed-back) menjadi cukup penting. Bagaimana pihak pengirim
dan penerima suatu informasi bisa silih berganti peran karena
persoalan umpan balik.
3. Komunikasi Sebagai Transaksi
Komunikasi sebagai transaksi merupakan suatu proses yang
bersifat personal karena makna atau arti yang diperoleh pada
dasarnya bersifat pribadi. Penafsiran atas suatu informasi
melalui proses penyandian (encoding process) dan melalui
penyandian kembali (decoding process) dalam peristiwa
komunikasi baik atas perilaku verbal ataupun atas perilaku
non-verbal bisa amat bervariasi.
Peristiwanya melibatkan penafsiran yang bervariasi dan
pembentukan makna yang lebih kompleks. Komunikasi tidak
membatasi pada kesengajaan atau respons yang teramati
melainkan pula mencakup spontanitas, bersifat simultan dan
kontekstual. Komunikasi ini berorientasi pada arti baru yang
terbentuk, biasa disebut a meaning-centered philosophy of
2.2.2 Tujuan komunikasi
Terdapat banyak tujuan atau motif utama mengapa manusia
melakukan suatu komunikasi dengan orang lain menurut Arnold
dan Bowers 1984, Naisbit 1984 (Devito 1997:32). Diantara sekian
banyak tujuan dalam berkomunikasi, terdapat empat tujuan utama.
Salah satu tujuan yang pertama yaitu komunikasi mengangkut
penemuan diri (personal discovery). Tujuan berkomunikasi yang
kedua kenapa orang berkomunikasi adalah untuk berhubungan
dengan orang lain. Dengan membina dan memelihara hubungan,
individu berharap untuk dicintai dan disukai sekaligus individu
ingin mencintai dan menyukai orang lain. unsur – unsur
komunikasi.
Berikutnya adalah tujuan berkomunikasi yang ketiga yaitu
untuk menyakinkan. Individu melakukan suatu persuasi antar
pribadi, baik menjadi penyampai atau penerima pesan. Misalnya
individu berusaha mengajak temannya untuk mengambil mata
kuliah tetentu. Tujuan terakhir manusia melakukan komunikasi
yaitu untuk bermain. Perilaku berkomunikasi digunakan untuk
2.2.3 Unsur – unsur komunikasi
Menurut Harold Laswell cara yang baik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut: who says what in which channel to whom with
what effect?, atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada
siapa dengan pengaruh bagaimana. Berdasarkan definisi Laswell
ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi, yaitu:
1. Komunikator atau sumber (source)
Komunikator atau sumber adalah pihak yang berinisiatif atau
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.Sumber boleh jadi
seorang, sekelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan
Negara, yang mempunyai kebutuhan bervariasi, dari mulai
sekedar menyapa, menghibur, menyampaikan informasi, dan
lain sebagainya. Komunikator harus bisa menyampaikan
perasaan dan pikirannya ke dalam seperangkat simbol verbal
dan atau non verbal yang idealnya dapat dipahami oleh
penerima pesan.
2. Pesan
Yaitu apa yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada
komunikan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan
atau non verbal yang dapat mewakili perasaan, pikiran, nilai,
atau maksud komunikator. Pesan mempunyai tiga komponen,
3. Media atau saluran
Yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Saluran juga
merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung (tatap
muka) ataukah bermedia.
4. Komunikan atau penerima
Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari
komunikator. Komunikan menerjemahkan atau menafsirkan
seperangkat simbol verbal dan atau non verbal yang
diterimanya menjadi suatu gagasan yang dapat dipahami.
Proses ini dibsebut penyandian balik (decoding).
5. Efek
Yaitu apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima
pesan dari komunikator . Misalnya penambahan pengetahuan,
perubahan sikap, perubahan perilaku, dan sebagainya.
2.2.4 Fungsi komunikasi
Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy,
mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :
1. Menginformasikan (to inform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat,
terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta
segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educated)
adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan
komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya
kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi
dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain)
adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan
komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi
untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (to influence)
adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang
berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan
pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap
dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.
(Effendy, 2003: 36)
2.2.5 Proses Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses
yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara
efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi
proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam
prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan komunikasi tersebut.
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses
komunikasi secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi
secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar,
warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
“menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.” (Effendy, 2003: 11)
Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan
dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat
mengutarakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui
kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan
adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang
digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima.
Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar, dan
lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna
Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi
kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Proses
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama.” (Effendy, 2003: 16).
Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari
komuniksi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam
menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan
komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat media
yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan
sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari
atas pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.
Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman
akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau
film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya
efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu
pesan tertentu
Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan
lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive)
atau massal (massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang
relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa
seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan
lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif
2.3 Tinjauan tentang Makna
2.3.1 Pengertian makna
Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan
acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus
yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan
asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki
(http://id.wikipedia.org/wiki/Makna). Makna merupakan konsep
yang abstrak, yang telah menarik perhatian pada ahli filsafat dan
para teoretisiilmu sosial semenjak 2000 tahun yang silam.
Dengan menyampingkan semua kekacauan filosofis
mengenai makna, sebenarnya kita semua memiliki intuitif tentang
apa itu makna. Dengan kata lain, kita mungkin tidak dapat
menerangkan penjelasan teoritis yang tepat tentang makna, namun
kita dapat mengatasi konsep makna dalam percakapan. Pengertian
makna itu sendiri bergantung pada perspektif yang kita pergunakan
untuk mengkaji proses komunikatif, oleh karena itu penggunaan
konsep maknasecara konsisten dipergunakan seakan-akan kita tahu
sepenuhnya tentang makna dari makna itu.
2.3.2 Makna dalam komunikasi
Secara etimologi penjelasan mengenai definisi komunikasi
telah banyak diarahkan pada suatu sumber yang sama mengenai
asal mulanya yang berasal dari kata Latin communicatio, dan
menunjukan satu karakteristik yang jelas dari makna yang relevan
dengan komunikasi manusia adalah “kebersamaan”: makna yang
berkaitan dengan komunikasi pada hakikatnya merupakan
fenomena sosial.
Aspek makna yang fundamental sebagaimana terdapat
dalam komunikasi manusia adalah alat sosialnya―keumumannya
atau konsnensus atau kebersamaannya dari makna-makna
individual. Faham tentang makna bersama sebagaian besar
memasuki setiap perfektif komunikasi manusia, tetapi hal ini tidak
berarti bahwa tinjauan komunikasi manusia tentang “makna
bersama” itu sama. Dalam kenyataannya, konsepsi tentang
kebersamaan tersebut berbeda-beda diantara berbagai sudut
penciptaan dan pemaknaannya.
2.4Merajah Tubuh (Tattoo)
2.4.1 Tattoo (tato)
Dalam bukunya yang berjudul “ Tato “ Olong menjelaskan
Secara kebahasan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama
digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa diantaranya adalah
tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar, tatuajr, tatoos,
tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattoos dan tatu. Tato yang
kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat
sejenis jarum atau benda dipertajam yang terbuat dari flora.
Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan
pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar atau
lambang yang membentuk sebuah design pada kulit tubuh. Di
dalam “Ensiklopedia Indonesia” dijelaskan bahwa tato merupakan
lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh. Menurut Ki Hajar
Dewantara tato itu adalah seni. Seni merupakan hasil keindahan
sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang
melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat
mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
Sedangkan dalam “Ensiklopedia Amerika” disebutkan
bahwa tattoo, tattooing is the production of pattern on the face and
body by serting dye under the skin some anthropologist think the
practice developed for the painting indications of status, or as
mean of obtaining magical protection (Menato adalah kegiatan
dalangkhasilkan suatu pola pada wajah dan tubuh dengan
memasukan atau membentuknya di bawah kulit yang bagi sebagian
antropolog diindikasikan sebagai nilai status atau juga memiliki
nilai magis tersendiri (Olong, 2006:83).
Konon kata “ tato ” berasal dari bahasa Tahiti, yakni
“tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai
memasukkan zat pewarna dibawah permukaan kulit
(Olong,2006:83-84). Dalam hal penandaan, Victor Turner
membagi dua macam teknik penandaan, seperti yang dikutip oleh
Olong berikut ini:
1. Scarification, yaitu teknik penandaan pada tubuh
dengan cara penggoresan sehingga membuat luka
yang membuat panjang dan lurus di permukaan
kulit tubuh.
2. Cicatrization, yaitu penandaan tubuh dengan cara
menyobek kulit dan menyumpalkan sesuatu barang
kedalam kulit tersebut. Dalam menghasilkan
penandaan pada tubuh tersebut, bahan pewarnanya
dapat berupa arang, cat, tinta, pasta, hingga bubuk.
Penggunaan tato berdasar dua hal diatas dapat kita
jumpai pada masyarakat Kepulauan Pasifik, Afrika
dan Amerika. (Olong, 2006: 87).
Tato dikalangan kaum muda saat ini mengalami
perkembagan, tato memang banyak didominasi oleh kaum laki –
laki meskipun kaum perempuan pun menggemarinya. Kebanyakan
motif yang digunakan kaum wanita selalu beralasan sebagai
penunjang gaya dalam fesyen,agar tampak lebih modis. Motif yang
banyak digunakan berkiblat ke barat, yakni one point tattoo, seperti
bersilang dan tokoh kartun. Istilah yang terkenal pada tato berkiblat
ke barat tersebut adalah youbori. Youbori ini kebanyakan
dikerjakan dengan mesin. Sementara, tato yang tradisional
beristilah wabori.
Ada banyak jenis tato yang dikenal masyarakat. Secara
garis besar tato terbagi dua. Pertama, jenis tato yang dihasilkan
dengan memasukkan tinta melalui proses perlukaan kulit atau
permanent tato. Kedua, gambar pada tubuh yang dibuat tanpa
proses perlukaan kulit atau yang dikenal sebagai temporary tato.
Karakteristik temporary tato adalah bahan pembuatannya tidak
melalui kulit dan bisa hilang dalam jangka waktu pendek seperti
hitungan minggu atau bulan.
Teknik pengerjaannya ialah dengan menggambari bagian
tubuh secara langsung dengan tinta warna khusus yang diolah dari
bahan semir rambut. Namun sekarang ini dipasaran telah beredar
tinta khusus tato temporer yang dikeluarkan oleh beberapa
kosmetik. Jenis gambar tato ada dua macam yaitu flash adalah tato
yang banyak dipilih dan disukai, gambarnya pun sudah kita kenal
seperti gambar naga, hati, atau jangkar. Sedangkan custom adalah
tato yang dibuat berdasarkan keinginan atau ide dari orang yang
Custom ini dapat dibuat sendiri atau minta bantuan dari tato
artis. Ada istilah-istilah tertentu dalam gaya tato antara lain tribal
yang mempunyai ciri khas bentuk meruncing, fineline yang
mengandalkan kedinamisan garis dan komposisi warna, realis yang
membuat gambar semirip mungkin dengan obyek aslinya, oriental
atau bentuk etnis timur model Cina dan Jepang, Celtic yang
mempunyai tingkat kesulitan khusus karena sebagian besar bergaya
anyaman.
2.4.2 Jenis - jenis tato
Mernurut kent – kent, seni tato dapat di kasifikasikan
menjadi 5 bagian, yaitu :
1. Natural, berbagai macam gambar tato berupa
pemandangan alam atau bentuk muka.
2. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang
dibuat menggunakan blok warna. Tato ini banyak
dipakai oleh suku Mauri.
3. Out school, tato yang dibuat berupa gambar-gambar
zaman dulu, seperti perahu,tengkorak, jangkar, atau
symbol love yang tertusuk pisau.
4. New school, gambarnya cenderung mengarah ke
5. Biomekanik, berupa gambar aneh yang merupakan
imajinasi dari teknologi seperti gambar robot dan
mesin.
Dengan bermacam bentuk dan desain, ini menunjukkan
sebuah perkembangan tato ke tahap inovasi, sehingga pada
kelanjutannya mampu menggeser imej tabu dan jahat menuju ke
ekspresi diri yang kreatif dan inovatif (Olong, 2006:86). Ragam
desain tato bersifat multiinterpretasi karena ia adalah sesuatu yang
sangat simbolik, apalagi jika suatu desain tercipta dengan latar
inspirasi maknawi dari tradisional hingga sekular. Seperti misalnya
penafsiran berbagai objek gambar yang biasa ditemui di tubuh
pemilik tato.
a. Bunga
Bunga adalah bahasa yang maknawi dan kompleks.
Bila warna dan tangkainya berbeda maka berbeda pula kesan
dan pesan yang dibawanya. Sebagai hadiah, bunga
mempunyai makna spesifik. Bunga juga melambangkan
dinamika kehidupan. Bunga merupakan klaim yang dimiliki
kaum feminim. Bunga mawar secara alami dari bentuknya
sering di asosiasikan sebagai simbol vagina. Pada masyarakat
Romawi, bunga menyimbolkan dewi romantis dan seksi yakni
Venus. Seperti halnya bunga yang memiliki arti yang
mawar juga memiliki arti Kesuburan yang digunakan oleh
kaum pagan sebagai symbol yang mengambarkan wanita.
(Olong, 2006: 287).
b. Hewan
Tato hewan Ini adalah sebagian dari macam tato dapat
dipilih untuk berbagai alasan, untuk seperti halnya hewan
yang disukai seperti kucing, kupu kupu, kelinci, anjing,
burung, ikan dan lainnya. Namun, pada dasarnya
menunjukkan kedekatan dan penghormatan terhadap hewan.
Tak sedikit orang yang memilih gambar hewan sebagai
tatto karena gambar binatang memiliki makna dan arti, hal ini
bisa dengan menghubungkannya dari sifat binatang itu
sendiri. Hewan kupu – kupu. Sebagian besar mengartikan
kupu-kupu adalah sebagai simbol keindahan, namun arti
sebenarnya adalah sebagai Tanda Syukur akan Keindahan
Warna warni Kehidupan didunia walaupun sementara , ini
dikarenakan umur kupu kupu yang singkat namun memiliki
keindahan warna-warni pada sayapnya. Pada masyarakat
cina, kupu – kupu adalah perlambang kebahagiaan kedua,
khususnya setelah menikah. Sementara, pada masyarakat
yunani, kupu – kupu merupakan lambang kemampuan jiwa
untuk terbang meninggalkan rag. Hal ini tergambar pada
disana tampak kupu – kupu begitu dekat dengan nyala api
yang membara. Kelahiran kupu – kupu dari kepompong
merupakan symbol kelahiran kembali seseorang menjadi
manusia yang sempurna. Hewan ini dianggap sebagai
representasi informasi dan metamorphosis yang lengkap.
(Olong, 2006: 300-301).
Selain hewan kupu – kupu, Kucing juga menjadi
favorit para wanita yang ingin membuat tato. Kucing
melambangkan sisi wanita yang feminim dan lembut , hal ini
dikarenakan kucing merupakan hewan yang haus kasih
sayang. Sementara pada masyarakat Mesir kucing selalu
identik dengan bulan, karean ia mempunyai kebiasaan
tampak pada malam hari. Dewa bats merupakan kepala
hewan yang dianggap sebagai lambang kesuburan, panen
yang berlimpah, dan perkawinan. Pada masyarakat india
kucing diasosiasikan sebagai hewan kesuburan dan kelahiran,
yakni shatsi. Dalam mitologi masyarakat skandinavia, dewa
dilambangkan dengan dua kepala kucing.
Akan tetapi, dilain kebudayaan kucing diasosiasikan
sebagai hewan kesayangan penyihir perempuan jahat. Latar
belakang dari asosiasi tersebut adalah ketika berbagai agen
penyebar agama Kristen inkuisisi dari spanyol pada abad 15
disana kucing identik dengan setan, karena ia dianggap
bagian dari keluarga penyihir perempuan. (Olong, 2006:
301).
c. Mahkota
Simbol mahkota, secara umum, adalah sebuah gambar
simbolis yang dapat menanggung banyak arti yang berbeda
untuk berbagai orang. Yang paling umum arti simbol adalah
royalti. Biasanya dipakai oleh keluarga kerajaan, jelaslah
bahwa itu mewakili kekuatan, kekayaan dan supremasi.
Mengingat semua faktor banyak orang memilih desain ini
dengan harapan yang memiliki satu akan membantu mereka
mencapai kedudukan mereka ingin mencapai.
(http://www.tattooeasily.com/)
d. Daun
Daun memiliki arti kebahagiaan atau baru terlahir kembali.
e. Typography ( Hur uf atau nama )
Secara umum tato huruf adalah tato yang sepenuhnya
dikreasikan oleh pemilik tato sendiri, bisa berbentuk nama,
kata – kata atau bisa juga kalimat. Ada pula bentuk tulisan
tulisan atau huruf yang dapat disesuaikan dengan tema yang
ingin digunakan.(http://www.tattooeasily.com/)
Menurut Frank Jefkins (Perdana, 2007 : 16) tipografi
rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia,
menggabungkannya dengan atau jenis huruf yang berbeda,
meggabungkan sejumlah kata sesuai dengan ruang yang
tersedia dan menandai naskah untuk proses type setting,
menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda.
Sedangkan Rustan menjelaskan “tipografi yaitu segala
disiplin yang berkenaan dengan huruf”. ( Rustan, 2011 :16)
Pudjiastuti berpendapat bahwa beberapa tipe huruf
memiliki karakter atau kepribadian tertentu, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Jenis huruf sans serif atau slab serif seperti Helvetica
atau Lubalin, untuk menampilkan suasana tegas tetapi
artistik.
2. Tipe huruf Century Schoolbook, yang ramah serta mudah
dibaca, mengingatkan kita pada suasana di sekolah
dasar.
3. Jenis tulisan tangan yang melingkar-lingkar seperti tipe
Snell Roundhand, apabila dikehendaki untuk
mengungkapkan suasana kenangan lama. Memberikan
kesan keanggunan, sophistication, dan sentuhan pribadi.
Pemakaiannya jangan sampai terlalu banyak
4. Tipe klasik seperti Bouer Bodoni, apabila ingin
5. Tipe huruf komputer modern seperti tipe huruf Émigré,
nama perusahaan yang mendesain huruf, yang
menawarkan beberapa jenis huruf Macintosh, dan tepat
untuk menciptakan kesan modern dan gaya remaja.
6. Huruf mesin ketik, yaitu jenis Courier, bila diinginkan
kesan seperti koran yang baru terbit.
7. Tipe Copperlate yang menyerupai tulisan tangan,
mampu menciptakan kesan terampil dan berkualitas.
8. Jenis Classic serif, seperti Bodoni, Caslon, Century atau
Garamond, untuk menciptakan kesan suasana bergengsi
dan abadi, karena tidak akan bisa dikatakan salah bila
memilih sesuatu yang klasik.
9. Tipe huruf Cheltenham Old Style, juga bisa memberi
kesan terbuka serta mengingatkan kita pada kitab (buku)
ejaan kuno.
10.Tipe huruf tebal seperti Futura Extra Bold, untuk
menciptakan kesan tegar, bersih dan modern.
(Pudjiastuti, 1999 : 16)
f. Symbol kepercayaan
Tato salib dan mempunyai arti yang beberapa. Jelas
yang paling jelas adalah simbolisme agama ada alasan lain
untuk menentukan pada desain ini. Sebagian besar dari kita
sering terjadi desain ini panas juga dapat memiliki makna
lain. Berikut ini adalah ringkasan dari beberapa alasan yang
paling saling mengapa orang mendapatkan tato silang.
Simbol dari agama Kritiani yang mengambarkan
Pengorbanan dan Cinta Kasih.
(http://carapesanbatikwarna.wordpress.com/2012/07/26/lintas
-tattoo-designs-makna-berbagai-jenis/)
g. Tengkorak
Tato tengkorak atau skull menggambarkan sesuatu
yang kelam atau kematian. Secara tradisional, tengkorak yang
digunakan sebagai simbol kematian dan kerusakan, dan ini
biasanya pikiran-pikiran yang membangkitkan ketika kita
melihat tato tengkorak di tubuh seseorang. Namun, ini bukan
satu-satunya arti dari tato tengkorak.
Skull tato adalah desain tato sangat menarik karena
mereka kadang-kadang berarti sesuatu yang sangat berbeda
dari apa yang pertama yang kita asumsikan. Sementara
banyak tengkorak tato lakukan, pada kenyataannya,
merupakan kematian dan kegelapan seperti kita
mengharapkan mereka, kurang jelas dan kurang makna
morbid lainnya tengkorak tato termasuk perlindungan,
Dalam pengertian tersebut, tengkorak makna tato
dapat mewakili pengingat untuk menjalani hidup
sepenuh-penuhnya, karena kematian akhirnya akan datang kepada kita
semua. Untuk alasan ini, banyak orang memilih untuk
mendapatkan tato tengkorak untuk menandakan perubahan
yang dibuat dalam hidup mereka menjadi lebih baik. Karena
ada begitu banyak arti yang berbeda tengkorak tato luar sana,
serta berbagai warna dan desain untuk tato tengkorak, pria
dan wanita yang memilih untuk tato tengkorak dapat
mempersonalisasi tato untuk membuatnya unik untuk
mereka.(http://www.tattoou.net/meaning/skull)
h. Bintang
Motif ini sering sekali dipakai sebagai motif Tattoo,
baik dari jaman dulu sampai sekarang. Bintang yang
memiliki Strip warna Hitam dan Merah, namun tidak
menutup penggunaan warna lain, ini mem visualisasikan
sebagai ‘Sinar Kehidupan yang Tak Pernah Padam’ atau
dengan kata lain melambangangkan ‘Kekuatan yang dimiliki
oleh semua orang (
www.maulanusantara.wordpress.com/tato-bintang)
i. Kunci
Kunci dalam kehidupan sehari - hari memiliki banyak
membuka hal. Sebuah tato kunci dapat lebih baik
menggambarkan penguncian dua hati cinta, untuk penguncian
hati seseorang dengan satu kunci. Tato kunci dan kunci juga
digunakan pada badan tunggal untuk menunjukkan makna
tertentu. Beberapa orang memiliki tato lengan terkunci dan
mereka juga memiliki kunci untuk membukanya.
(
http://www.fairylandtattoos.com/2013/03/key-tattoos-and-their-meanings.html)
Selain berbicara masalah bentuk tato, warna tato juga
memiliki arti tersendiri, baik bagi pengguna atau secara umum.
Berikut ini beberapa warna yang memiliki arti sebenarnya :
a. Merah
melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme,
keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah,
resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang,
bahaya, kecepatan, panas, kekerasan. Warna ini dapat
menyampaikan kecenderungan untuk menampilkan
gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. warna
merah dapat mengganggu apabila digunakan pada
ukuran yang besar. Merah cocok untuk tema yang
menunjukkan keberanian seseorang. energi misal mobil,
b. Biru
Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang
baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual,
tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta,
kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian,
panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan,
kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi,
idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang.
Warna ini memberi kesan tenang dan menekankan
keinginan. Biru tidak meminta mata untuk
memperhatikan. Obyek dan gambar biru pada dasarnya
dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang.
Warna Biru juga dapat menampilkan kekuatan
teknologi, kebersihan, udara, air dan kedalaman laut.
Selain itu, jika digabungkan dengan warna merah dan
kuning dapat memberikan kesan kepercayaan dan
kesehatan
c. Hijau
Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik,
kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan,
pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan,
daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan
menetralisir mata, memenangkan pikiran, merangsang
kreatifitas.
d. Kuning
Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi
sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan,
kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi,
pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan,
kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi,
idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas,
filosofi, ketidak pastian, resah dan curiga.
Warna Kuning merangsang aktivitas mental dan
menarik perhatian, Sangat efektif digunakan pada
blogsite yang menekankan pada perasaan bahagia dan
kekanakan.
e. Orange
Menunjukkan kehangatan, antusiasme, persahabatan,
pencapaian bisnis, karier, kesuksesan, kesehatan
pikiran, keadilan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat,
sesuatu yang tumbuh, ketertarikan, independensi. Pada
Blog dapat meningkatkan aktifitas mental. Disamping
itu warna Orange memberi kesan yang kuat pada
f. Hitam
Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang
negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri,
kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan,
perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu
yang melanggar (underground), modern music, harga
diri, anti kemapanan. Sangat tepat untuk menambahkan
kesan misteri. latar belakang warna hitam dapat
menampilkan perspektif dan kedalaman. Sangat bagus
untuk menampilkan karya seni atau fotografi karena
membantu penekanan pada warna-warna lain.
(http://maulanusantara.wordpress.com/tato-warna)
2.4.3 Makna Tattoo (Tato)
Tattoo menjadi simbolisme gerakan counter cultural
dengan membuka banyak jalan inovatif bagi ekspresi personal.
Tato bisa dipakai untuk memperingati kemenangan atau kesedihan,
atau seseorang di tato untuk membayar nadarnya, atau
menyimbolisasikan satu visi pada tubuhnya.
Konsep dasar historis tubuh dimulai ketika menghadapi
ujian dalam hubungan antara tubuh dan hal yang lain, tubuh
dilawankan atau dibedakan dengan sesuatu yang lain. Hal ini
obyek (intervensi) kekuasaan atau ketika tubuh dilawankan dengan
penyakit. Dengan demikian, ada status tubuh orang sakit dan sehat,
tubuh ningrat dan tubuh budak, tubuh pahlawan dan tubuh
kriminal.
Etnik atau enthos dalam bahasa Yunani pada suatu
pengertian dan identik dengan dasar geografis dalam suatu
batas-batas wilayah dengan politik tertentu. Kata etnis menjadi predikat
terhadap identitas seseorang atau kelompok atau individu-individu
yang menyatukan diri dalam kolektivitas. Saat ini tubuh telah
memantapkan posisinya sebagai titik pusat diri.
2.5 Teori Interaksi simbolik ( Mead and Blumer )
Kajian mengenai tato ini akan menyangkut tentang
interaksionisme simbolik yang terjadi karena adanya pertukaran
simbolisasi gambar di dalamnya sebagai seperangkat simbol komunikasi.
Ide bahwa kenyataan sosial muncul melalui proses interaksi sangat penting
dalam interaksionisme simbolik. Seperti namanya sendiri menunjukkan
teori interaksionisme itu berhubungan dengan teori simbol dimana
interaksi terjadi.
Interaksionisme simbolik merupakan aliran dalam sosiologi yang
menentang sosiologi tradisional. Aliran ini juga menunjang dan mewarnai
kegiatan penelitian kualitatif. Dasar pandangan interaksionisme simbolik
obyek, situasi, orang, dan peristiwa tidak memiliki maknanya sendiri.
Adanya dan terjadinya makna dari berbagai hal tersebut karena diberi
berdasarkan interpretasi dari orang yang terlibat. Interpretasi bukanlah
kerja otonom dan juga tidak ditentukan oleh suatu kekuatan khusus
manusia ataupun yang lain.
Bagi Blumer, keistimewaan pendekatan kaum interaksionisme
simbolik ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi
masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi pada setiap
tindakan itu menurut mode stimulus-respon. Seseorang tidak langsung
memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian
yang diberikan kepada tindakan itu. Blumer menjelaskan yang kemudian
dikutip oleh Poloma, bahwa “Dengan demikian interaksi manusia
dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, oleh
kepastian makna, dari tindakan-tindakan orang lain.” (Poloma, 2000: 263).
Dalam setiap kasus, suatu situasi memiliki makna hanya lewat
interpretasi orang-orang dan juga definisinya mengenai situasi tersebut.
Situasi atau aspek-aspeknya didefinisikan secara berbeda oleh pelaku yang
berbeda berdasarkan atas sejumlah alasan tertentu. Salah satu alasan
adalah bahwa setiap pelaku membawa serta masa lampaunya yang unik
dan suatu cara tertentu dalam menginterpretasikan apa yang dilihat dan
dialaminya. Karena para pelaku di dalam suatu posisi yang sama
maka mereka mungkin mengembangkan definisi yang sama mengenai
s