• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) (STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) (STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA)."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK

DENGAN METODE

FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

(STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA)

SKRIPSI

Oleh :

WISNU WARDHANA

NPM : 0932010036

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK

DENGAN METODE

FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

(STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA)

TUGAS AKHIR

Oleh :

WISNU WARDHANA 0932010036

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

IMPLEMENTASI METODE NAÏVE BAYES UNTUK

MEMPREDIKSI PENGGUNAAN J ASA TAKSI

(Studi Kasus : PT. Par a Bathar a Sur ya “Taksi Silver ”)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

J urusan Teknik Industri

Oleh :

WISNU WARDHANA 0932010036

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(4)

TUGAS AKHIR

ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK

DENGAN METODE

FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

(STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA)

Disusun oleh : WISNU WARDHANA

NPM. 0932010036

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 8 Mei 2013

Pembimbing : Penguji

1. 1.

Ir. Rr. Rochmoeljati. MMT Ir. Rusindiyanto, MT

NIP. 19611029 199103 2 001 NIP. 19650225 199203 1 001

2. 2.

Dr s. Sartin. M.Pd Ir. Nisa Masruroh, MT

NIP. 19580427 199003 1 001 NIP. 19630125 198803 2 001

3.

Ir. Rr. Rochmoeljati. MMT NIP. 19611029 199103 2 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur

(5)

LEMBAR PENGESAHAAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK

DENGAN METODE

FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

(STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA)

Disusun Oleh : WISNU WARDHANA

NPM. 0932010036

Telah disetujui mengikuti Ujian Negara Lisan Gelombang IV Tahun Akademik 2012/2013

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Rr. Rochmoeljati. MMT Dr s. Sartin. M.Pd

NIP. 19611029 199103 2 001 NIP. 19580427 199003 1 001

Mengetahui,

Ketua J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(6)

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UPN “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

J alan Rungkut Madya Gunung Anyar Sur abaya 60294. Telp.(031) 8706369, 8783189. Fax (031) 8706372

KETERANGAN REVISI Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Wisnu Wardhana

NPM : 0932010036

Program Studi : Teknik Industri Jurusan : Teknik Industri

Telah mengerjakan revisi Tugas Akhir dengan judul :

ANALISIS KUALITAS PRODUK PADA PROSES CETAK

DENGAN METODE

FAULT TREE ANALYSIS

(“Studi Kasus : CV. X SURABAYA”)

Oleh karenanya Mahasiswa di atas dinyatakan bebas revisi Tugas Akhir dan diijinkan untuk membukukan Tugas Akhir dengan judul tersebut.

Surabaya, 23 J uni 2013 Dosen Penguji yang memerintahkan r evisi :

1. Ir. Rusindiyanto, MT (____________________)

NIP. 19650225 199203 1 001

2. Ir. Nisa Masruroh, MT (____________________)

NIP. 19630125 198803 2 001

3. Ir. Rr. Rochmoeljati. MMT (____________________)

NIP. 19611029 199103 2 001

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Rr. Rochmoeljati. MMT

Dr s. Sartin. M.Pd

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T, atas limpahan berkat rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul ANALISIS KUALITAS

PRODUK PADA PROSES CETAK DENGAN METODE FAULT TREE

ANALYSIS (FTA) STUDY KASUS DI CV. X SURABAYA” guna memenuhi syarat

tugas akhir yang telah ditetapkan oleh jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

Adapun tujuan diadakannya penelitian tugas akhir ini untuk membandingkan apa yang saya dapatkan di bangku kuliah dengan dunia kerja yang sebenarnya, sehingga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi saya sebagai bekal jika kelak terjun ke masyarakat. Dalam penyusunan laporan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

(8)

ii

4. Ibu Ir. Rr. Rochmoeljati. MM Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi petunjuk sehingga terselesainya penyusunan laporan ini.

5. Bapak Drs. Sartin, MPd. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi petunjuk sehingga terselesainya penyusunan laporan ini.

6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu senantiasa menasehati, membimbing, dan memberikan arahan yang baik serta selalu mendoakan saya 7. Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staf di CV X Surabaya yang telah memberikan

keterangan dan informasi di lapangan.

8. Teman–teman saya yang berada di UPN “Veteran” Jawa Timur maupun di luar kampus UPN, terima kasih atas semangat, doa dan bantuannya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi kita semua. Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini ada kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penulis saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Surabaya, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

ABTRAKSI ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Asumsi - Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. TINJ AUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep dan Definisi Kualitas... 7

2.1.1 Pengendalian Kualitas ... 8

2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 10

2.1.3 Manfaat Pengendalian Kualitas ... 11

2.1.4 Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas ... 11

(10)

2.2 Fault Tree Analysis (FTA) ... 18

2.2.1 Konsep Dasar Fault Tree Analysis ... 20

2.2.2 Prinsip Fault Tree ... 23

2.2.3 Konstruksi Pohon Kesalahan ... 24

2.2.4 Tahapan Fault Tree Analysis... 25

2.2.5 Cut Set Method ... 27

2.2.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set ... 29

2.2.6 Cut Set Quantitative ... 30

2.3 Proses Cetak ... 33

2.3.1 Bahan Baku ... 33

2.3.2 Jenis Mesin yang digunakan ... 34

2.3.3 Proses Produksi Pada Proses Cetak ... 34

2.4 Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

3.2 Identifikasi Variabel ... 45

3.3 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Pengumpulan Data ... 54

4.1.1 Data Spesifikasi Produk ... 54

4.1.2 Data Kecacatan Produk ... 55

(11)

4.2 Pengolahan Data ... 59

4.2.1 Identifikasi Kecacatan produk ... 59

4.2.1.1 Identifikasi Penyebab Top Event ... 59

4.2.1.2 Identifikasi Akar Penyebab Basic Event Cover Buku 63 4.2.2 Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis ... 67

4.2.2.1 Penentuan Kecacatan Cetakan Meleset... 67

4.2.2.2 Penentuan Kecacatan Cetakan Tidak Penuh ... 68

4.2.2.3 Penentuan Kecacatan Cetakan Meluber ... 69

4.2.2.4 Penentuan Kecacatan Cetakan Terjadi Flek ... 70

4.2.2.4 Penentuan Kecacatan Cetakan Lengket ... 71

4.2.3 Penentuan Struktur Kecacatan (Cut Set Method) ... 72

4.2.3.1 Struktur Kecacatan Pemotongan Cetakan Meleset . 72 4.2.3.2 Struktur Kecacatan Cetakan Tidak Penuh... 75

4.2.3.3 Struktur Kecacatan Cetakan Meluber ... 78

4.2.3.4 Struktur Kecacatan Cetakan Terjadi Flek ... 81

4.2.3.5 Struktur Kecacatan Cetakan Lengket ... 84

4.2.4 Perhitungan Probabilitas Tingkat Kecacatan ... 87

4.2.4.1 Perhitungan Probabilitas Cetakan Meleset Sebelum dan Setelah Dilakukan Evaluasi ... 87

4.2.4.2 Perhitungan Probabilitas Cetakan Tidak Penuh Sebelum dan Setelah Dilakukan Evaluasi ... 89

(12)

4.2.4.4 Perhitungan Probabilitas Cetakan Terjadi Flek

Sebelum dan Setelah Dilakukan Evaluasi ... 94

4.2.4.5 Perhitungan Probabilitas Cetakan Lengket Sebelum dan Setelah Dilakukan Evaluasi ... 96

4.3 Pembahasan ... 103

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(13)

ABSTRAKSI

Beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh sebagian besar industri manufaktur di Indonesia adalah perusahaan yang mampu bertahan hidup dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat antara lain produk yang mereka produksi selalu tidak sempurna serta perusahaan harus mampu memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang berkualitas. Sehingga mempunyai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dilemparkan ke pasaran memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya meningkatkan kualitas.

CV. X merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang percetakan yang berusaha meningkatkan kualitas hasil cetakan serta menekan cacat yang ada. Namun pada kenyataannya sekarang ini, dalam proses produksi cover buku sering terjadi kecacatan yang cukup banyak sehingga sering terjadi komplain dari sejumlah penerbit. Untuk menghasilkan produk hasil cetak yang berkualitas tinggi CV. X melakukan pengendalian kualitas dengan langkah awal berupa pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat mengurangi kesalahan pada proses cetak seminimal mungkin. Kecacatan yang sering terjadi pada proses cetak CV. X adalah cetakan meleset, cetakan tidak penuh, cetakan meluber, cetakan terjadi flek, dan cetakan lengket.

Tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan yang telah disampaikan di atas, yaitu mengetahui cacat produk pada proses cetak CV. X dan memberikan correction action untuk melakukan pencegahan dan mengurangi potensi

penyebab kecacatan produk.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa jenis cacat yang berpotensi untuk diadakan analisa yaitu, jenis kecacatan Cetakan Lengket probabilitasnya 0,0161 (1,61%). Cetakan Meleset probabilitasnya 0,093 (9,3%). Cetakan tidak Penuh probabilitasnya 0,061 (6,1%). Cetakan Terjadi Flek probabilitasnya 0,004 (0,4%), dan untuk Cetakan Meluber

probabilitasnya 0,0022 (0,22%). Usulan perbaikan untuk perusahaan berdasarkan Correction Action dilakukan pada jenis cacat yang memiliki probabilitas lebih dari 1% yaitu pada jenis kecacatan Cetakan Lengket, Cetakan Meleset, dan Cetakan tidak Penuh.

(14)

ABSTRACT

Some of the common problems faced by most of the manufacturing industry in Indonesia is able to survive in the business competition intensifies among other products they produce are not always perfect, and the company must be able to provide assurance to consumers that the product is a quality product. So have a guarantee to consumers that the product was thrown into the market has a good quality or qualities that the management of quality-oriented company to continuously work to improve quality.

CV. X is a company engaged in the printing which strives to improve the quality of the mold and push the existing defects. But in fact today, in the production process book cover disability often enough to frequent complaints from a number of publishers. To produce high-quality prints CV. X conduct quality control with an initial step identifies product defects in order to reduce errors in the printing process to a minimum. Disability that often occur in the printing process CV. X is missed mold, the mold is not full, overflow mold, mold spots occur and mold sticky.

The purpose of the of the study is to answer the fundamental issues that have been presented above, which determine a product defect in the printing process CV. X and provide correction action to prevent and reduce the potential causes of product defects.

Based on research results that the type of defect with the potential for the analysis conducted, the type of disability Prints Sticky probability 0,0161 (1,61%). Missed Prints probability 0,093 (9,3%). Prints are not sold out the probability is

0,061 (6,1%). There was mold spots probability 0,004 (0,4%), and to mold overflow probability 0,0022 (0,22%). Proposed improvements to the company based Correction Action performed on the type of defect that has more than a 1% probability that the type of disability Sticky Prints, Missed Moulds, Moulds is not full.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh sebagian besar industri manufaktur di Indonesia adalah perusahaan yang mampu bertahan hidup dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat antara lain produk yang mereka produksi selalu tidak sempurna serta perusahaan harus mampu memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang berkualitas. Sehingga mempunyai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dilemparkan ke pasaran memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya meningkatkan kualitas.

Semua itu biasanya kurang mendapat perhatian serta pengendalian, sehingga menurunkan kualitas produk dan tentu saja merugikan perusahaan. Banyak industri yang melalaikan jumlah kecacatan produk terutama perusahaan yang memproduksi barang dalam jumlah besar dan continue (mass production).

(16)

2

pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat mengurangi kesalahan pada proses cetak seminimal mungkin.

Kecacatan yang sering terjadi pada proses cetak CV. X adalah Cetakan Meleset, Cetakan tidak Penuh, Cetakan Meluber, Cetakan terjadi Flek, dan Cetakan Lengket. Untuk itu penelitian Tugas Akhir ini akan menggunakan sebuah metode perbaikan dan peningkatan kualitas yaitu Fault Tree Analysis (FTA).

Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa berbagai penyebab kesalahan yang akan dipresentasikan oleh sebuah pohon kecacatan (Fault Tree) serta menghitung probabilitas terjadinya top event yang diperoleh dari prediksi

keandalan peristiwa serta metode cut set untuk mengevaluasi probabilitas kesalahan dalam sistem produksi.

Fault Tree Analysis adalah suatu teknik analisa desain keandalan

(reliability) suatu desain sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan system, yang disebut juga “Top Event”. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana

Fault Tree Analysis (FTA) lebih menekankan pada “top–down approach” yaitu

karena analisa ini berawal dari sistem top level dan meneruskannya ke bawah.

Penggunaan metode Fault Tree Analysis akan dapat menganalisa kualitas pada proses cetak yang ada di perusahaan CV. X, dengan menentukan faktor penyebab kecacatan berdasarkan data kecacatan produk yang dicatat oleh bagian

Quality Control sehingga kualitas produk yang baik akan di dapatkan dan tujuan

(17)

3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu :

“Bagaimana kualitas cover buku dan usulan perbaikan untuk meningkatkan

kualitas cover buku tersebut di CV. X”

1.3 Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian maka perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah yang dihadapi :

1. Penelitian hanya dilakukan pada masalah pengendalian untuk mengurangi kecacatan produksi.

2. Penelitian dilakukan pada stasiun kerja yang memiliki cacat yang dominan.

3. Penelitian hanya dilakukan pada proses produksi terutama pada proses cetak cover buku.

1.4 Asumsi - Asumsi

Mengingat permasalahan yang terkait dalam kualitas produk ini cukup kompleks, maka untuk menyederhanakan diperlukan asumsi–asumsi sebagai berikut :

1. Dalam proses produksi produk yang diamati berada pada kondisi normal dan berjalan dengan baik pada saat pengambilan data untuk penelitian ini.

(18)

4

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Penyebab-penyebab cacat produk pada proses cetak CV. X. 2. Tingkat probabilitas kecacatan dan respon teknis yang diperlukan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan:

Dengan adanya penerapan metode Fault Tree Analysis (FTA), diharapkan

pihak perusahaan dapat mengurangi jumlah defect (cacat) produk yang dialami selama ini, serta dapat menggunakan metode ini sebagai alat bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap produk yang dihasilkan sebagai bukti konsistensi perusahaan dalam penerapan standard mutu produk untuk memuaskan konsumen.

2. Bagi Peneliti:

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dengan menerapkan penggunaan metode Fault Tree Analysis (FTA) dalam permasalahan defect

(cacat) yang ada di dalam proses produksi suatu perusahaan. 3. Bagi Universitas:

(19)

5

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika laporan penelitian ialah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah sehingga dapat diketahui mengapa penulis mengambil judul tersebut, batasan masalah untuk membatasi masalah agar terfokus pada masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi–asumsi yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian, manfaat dari penelitian baik untuk penulis, perusahaan maupun universitas, dan sistematika penulisannya.

BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori produk sesuai dengan obyek yang diteliti juga teori tentang pengendalian kualitas dan teori tentang metode yang digunakan yaitu Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam perusahaan serta referensi dari penelitian terdahulu yang menggunakan metode FTA.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah–langkah yang diperlukan untuk pengambilan data, pengolahan data, waktu dan lokasi, variabel–variabel, metode serta penyelesaian masalah yang ada.

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

(20)

6

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas kesimpulan dari penelitian dan saran terhadap permasalahan yang ada.

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dan Definisi Kualitas

Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi yang diinginkan, diperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan menterjemahkannya ke dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, dimensi, toleransi, material, proses, perkakas dan alat bantu. Operator menggunakan informasi dari desainer untuk membuat produk atau mengerjakannya pada proses permesinan. Dalam usaha memuaskan konsumen, produk yang dipesan harus tiba dalam jumlah, waktu, tempat dan memberikan fungsi yang tepat untuk satu periode waktu dan harga yang sesuai.

Definisi kualitas menurut Ross adalah kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan. Dengan demikian produk–produk desain, diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar. (Ariani W. Dorothea, 2003, hal 8-9)

(22)

fungsi-fungsi usaha. Dimana kualitas harus memiliki kesesuaian dengan konsumen atau bisa disebut juga Kualitas Kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu.

(Douglas C. Montgomery, 2002, hal 2)

Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus (continous improvement process) yang dapat diukur, baik secara

individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan suatu tanggung jawab pribadi setiap perusahaan. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan dan didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat. Kualitas harus dibangun sejak awal, dari penerimaan input hingga

perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya. Setiap tahapan dalam proses produksi maupun proses penyediaan jasa atau pelayanan juga harus berorientasi pada kualitas tersebut. (Ariani W. Dorothea, 2003, hal 9)

2.1.1 Pengendalian Kualitas

Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya. Parameter – parameter ini biasanya dinamakan ciri–ciri kualitas. Ciri–ciri kualitas menurut Douglas C. Montgomery, 2002 : 3, ada beberapa jenis:

(23)

3. Orientasi : waktu, keandalan (dapatnya dipercaya), dapatnya dipelihara, dapat dirawat.

Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri–ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standart.

Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan– kumpulan aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan konsumen yang dilaksanakan mulai saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain akan meliputi hal–hal berikut :

1. Perencanaan kualitas pada saat merancang produk dan proses pembuatannya. 2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang dipakai dalam

proses produksi.

3. Pengamatan terhadap performans produk.

4. Membandingkan performans yang dihasilkan dengan standart yang berlaku. 5. Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat – cacat yang dijumpai

(24)

2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memberikan jaminan kualitas yang sebaik–baiknya kepada konsumen sehingga didapatkan kepercayaan dari konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah (Sofjan Assauri : 2003) :

1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standart mutu yang telah ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminimum mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Tujuan pokok pengendalian mutu statistik adalah menyelidiki dengan cepat terjadinya sebab–sebab terduga sedemikian sehingga tindakan pembetulan dapat dilakukan secara dini. (Montgomery : 2002).

Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan mempunyai kemampuan dalam hal :

1. Meningkatkan produktivitas

Dengan adanya pengendalian kualitas maka mengurangi buangan sehingga produktivitas bertambah.

2. Pencegahan cacat lebih besar

(25)

3. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu pengendalian kualitas, dapat membedakan antara gangguan dasar dan variasi terduga.

4. Memberikan Informasi Tentang Proses

Dengan adanya pengendalian kualitas maka informasi tentang perubahan proses dan parameter yang penting dapat diketahui.

2.1.3 Manfaat Pengendalian Kualitas

Pengatuaran pengendalian kualitas dalam suatu perusahaan merupakan bagian yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan suatu perusahaan. Manfaat yang dapat diperoleh dalam manajemen pengendalian kualitas adalah (Sritomo, 2003 : 244 – 245).

1. Menambah tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.

2. Mengurangi kehilangan–kehilangan dalam proses kerja yang dilakukan seperti mengurangi atau menghilangkan waktu yang tidak reprodukitif.

3. Menekan biaya dan save money

4. menjaga agar penjualan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh. 5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan.

6. Meperbaiki moral pekerja tetap tinggi. 7. Mengurangi klaim pelanggan.

8. Berorientasi pada kebutuhan konsumen.

2.1.4 Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas

(26)

1. Kualitas design

Adalah derajat dimana kategori suatu produk akan mampu memberikan kepada konsumen dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang sama bisa memberikan darajat kepuasan yang berbeda karena adanya perbedaan kualitas dalam rancangan

2. Kualitas kesesuaian

Berhubungan dengan spesifikasi dan standarisasi produk dan kriteria standar kerja yang telah disepakati. Secara umum kualitas kesesuaian mencakup 3 macam bentuk pengendalian, yaitu:

a. Pencegahan cacat

Mencegah kerusakan atau cacat sebelum benar-benar terjadi. b. Pencegahan

Melibatkan pemakaian dan penetapan metode pemeriksaan, pengujian dan analisa statistik dengan menerapkan teknik pengawasan kualitas untuk mendeteksi cacat yang timbul.

c. Analisa dan tindakan korektif

Menganalisa kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi terhadap penyimpangan tersebut, kegiatan ini merupakan tanggung jawab bagian pengawas produksi.

3. Kualitas penampilan

(27)

kekurangan penyesuaian dalam spesifikasi, maka akan mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.

2.1.5 Alat Pengendalian Kualitas

Menurut Vincent Gaspersz, 2001 ada beberapa perangkat yang digunakan dalam pengendalian kualitas, yaitu:

1. Lembar periksa

Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk:

a. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan lembar periksa adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu.

b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sering terjadi.Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data kedalam kategori yang berbeda seperi penyebab-penyebab, masalah-masalah dan lain-lain. c. Menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat dipergunakan

dengan mudah.

(28)

Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam langkah utama, sebagai berikut:

a. Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. Adakah baik untuk memulai mengumpulkan data (apakah dengan menggunakan lembar periksa atau bukan) dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal berikut:

• Apa yang menjadi masalah utama?

• Mengapa data harus dikumpulkan?

• Siapa yang akan menggunakan informasi yang sedang dikumpulkan dan

informasi apa yang benar-benar dibutuhkan. Apakah informasi itu perlu diperinci berdasarkan departemen, hari, bulan, shift, mesin, dan lain-lain?

• Siapa yang akan mengumpulkan data?

b. Identifikasi apa variabel atau atribut karakteristik kualitas yang sedang diukur? Berkaitan dengan hal ini kita dapat mengikuti langkah-langkah spesifik, sebagai berikut:

• Memulai memberikan judul dari lembar periksa itu. Pemberian judul harus tegas dan memberitahukan kepada orang tentang apa yang sedang dikaji.

• Menuliskan hal-hal spesifik yang akan diukur pada lembar periksa itu.

(29)

c. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini kita perlu memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan waktu (per menit, per jam, per hari, per minggu, per bulan dan lain-lain), berdasarkan tempat atau berdasarkan tempat dan waktu (banyaknya kejadian per departemen per hari, banyaknya produk cacat per shift per minggu, dan lain-lain).

d. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam kaitan ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lenbar periksa. Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap kegiatan pengumpulan data. e. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini harus

menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedang diukur.

Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan peningkatan harus diambil bedasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini. Apabila ada hal-hal yang masih meragukan berkaitan dengan fakta yang ditemukan dalam pengumpulan data maka perlu dilakukan verifikasi atas data yang telah dikumpulkan.

2. Histogram

(30)

0

Gumpil Pecah Retak Kait Rusak

Jeni s Cacat

apapun. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Histogram 3. Diagram pareto

Diagram pareto dalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendan serta ditempatkan pada sisi paling kanan.

Pada dasarnya diagram pareto dapat dipergunakan sebagai alat interpretasi untuk :

a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah–masalah atau penyebab dari masalah yang ada.

b. Memfokuskan perhatian pada isu–isu kritis dan penting melalui membuat rangking terhadap masalah–masalah atau penyebab–penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.

(31)

membuat diagram pareto perlu diketahui terlebih dahulu tentang penggunaan lembar periksa.

Gambar 2.2 berikut merupakan contoh penggunaan diagram pareto.

Gambar 2.2 Pareto Diagram

Adapun rumus yang digunakan dalam diagram pareto ini adalah :

Presentasi Cacat (%) = x100%

4. Diagram sebab akibat / diagram tulang ikan (fishbone)

Diagram sebab akibat adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor–faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor–faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini juga sering disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbonediagram) karena bentuknya seperti kerangka tulang ikan. Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk

kebutuhan–kebutuhan sebagai berikut :

(32)

a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. b. Membantu membangkitkan ide–ide untuk solusi suatu masalah. c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

Untuk mengetahui faktor–faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan–pertanyaan berikut:

• Apa penyebab itu ?

• Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi ?

• Bertanya “mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan

penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab–penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram

• sebab-akibat seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang Ikan (sebab – akibat)

Sumber: Goetsch dan Davis (2005)

2.2 Fault Tree Analysis (FTA)

Analysis, fault tree : analisis pohon kegagalan : merupakan teknik

analisis deduktif yang diawali dengan hipotesis adanya peristiwa kegagalan yang

jenis

cacat Manu

sia

Lingkungan kerja Mate

rial

(33)

selanjutnya secara sistematik menimbulkan peristiwa atau kombinasi peristiwa yang bisa menyebabkan terjadinya kegagalan. (A-Z Indexs, www.batan.go.id)

Fault Tree Analysis adalah suatu teknik analisa desain keandalan (reliability) suatu desain sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek

kegagalan sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan system, yang disebut juga ‘Top Event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana Fault Tree Analysis (FTA) lebih menekankan pada “top–down approach” yaitu

karena analisa ini barawal dari sistem top level dan meneruskannya ke bawah. Titik awal analisa ini adalah pengidentifikasian mode kegagalan pada top level

suatu sistem (Connor, 2003).

Selain menunjukkan hubungan logika antar peristiwa sehingga menyebabkan top event terjadi, FTA ini juga digunakan untuk mengkuantifikasi

probabilitas top event. Probabilitas gagal diperoleh dari prediksi nilai reliability

terhadap peristiwa kegagalan. Perlu diperhatikan disini bahwa FTA yang berbeda harus dibangun untuk setiap Top Event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau hubungan logika antar peristiwa kegagalan yang berbeda.

(34)

Dengan sifatnya yang demikian, maka fault tree dimaksud sekaligus

memperlihatkan pola anlisis sebab-akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan (fishbone diagram). Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan produk, maka fault tree disebut sebagai Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). Berhubung karena analisis menyajikan pula dampak dari cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi cacat yang bersangkutan, maka fault tree analysis dapat pula dipakai sebagai alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk (product failure).

Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai sebagai alat pengendali proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang diharapkan oleh konsumen pada umumnya.

Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua hal, yaitu :

1. Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen.

2. Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan.

Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang akan dievaluasi dan dikendalikan.

2.2.1 Konsep Dasar Fault Tree Analysis

Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan (Fault Tree Analysis),

(35)

1. Peristiwa utama yang tidak diinginkan (Top Event)

Pusat Fault Tree Analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan. Peristiwa ini

mendatangakan peristiwa puncak dari pohon dan analisa ditunjukkan pada pendapatan semua penyebab–penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan pabrik (aspek ekonomi).

Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak diinginkaan harus didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu umum maka analisa akan berhenti untuk dijalankan, sebaliknya jika kejadian terlalu spesifik analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar sistem, oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan kejadian yang tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah dikarakteristikkan sesuai macam misi–misi sistem.

2. Presentasi gerbang logika

Peristiwa–peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Contoh AND Gate

(36)

3. Pengkelasan kegagalan (penyebab kegagalan)

Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya (P.L.Clemens ; 2002) yaitu :

a. Kegagalan atau penyebab primer

Kegagalan elemen penyebab terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan atau Top Event.

b. Kegagalan atau penyebab sekunder

Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak diinginkan.

(P.L.Clemens ; 2002) 4. Peristiwa dasar

Analisa penyebab kejadian atau peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar ditemukan. Oleh karena itu, kejadian–kejadian harus hati–hati ditemukan sejak mencapai batas analisis.

Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut :

a. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan. Kejadian ini cukup baik untuk menggambarkan dan mengetahui sejauh mana ketidakgunaan batas asal kejadian.

(37)

c. Kejadian tidak dapat digambarkan atau dipandang sebagai dasar dan penyebab kejadian itu belum dikembangkan tetapi akan segera dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian ia secara temporer menjangkau batas dalam mempelajari dan bahwa sebagaimana data kurang memadai untuk contoh penyebab kejadian ini akan diketahui kemudian.

2.2.2 Prinsip Fault Tree

Prinsip Fault Tree dapat menuntun dalam melakukan analisa, yaitu:

1. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kejadian kombinasi mengarahkan pada kegiatan yang tidak diinginkan.

2. Menghadirkan grafik kombinasi seperti struktur.

Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis.

Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi berbagai penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal diapliksi deduktif berdasarkan urutan prinsip dan aturan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh sebuah pohon.

(38)

Proses deduktif dilanjutkan peristiwa sampai dasar diidentifikasi. Peristiwa itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya diketahui.

Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model dari semua kegagalan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataan, itu adalah suatu model logika interaksi antara peristiwa–peristiwa penuntun menuju pada kejadian yang tidak diinginkan.

(Alain Villemeur,2002 : 149 – 196)

2.2.3 Kontruksi Pohon Kesalahan

Analisa fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem. Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya digambar untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun comedian untuk memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting. Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis, yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus tersedia untuk tiap komponen system yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu

dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau dari spesifikasi teknik komponen.

(39)

Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada. Banyak kemungkinan bagi kejadian puncak tetap ada sehingga pilihan tepat dari kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang sulit. Pada umumnya, kejadian puncak harus dipilih berdasarkan criteria sebagai berikut:

1. Sebagai suatu kejadian yang terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari keterjadiannya dapat dikuantitaskan dan 2. Sebagai suatu kejadian yang dapat lebih jauh dipilah untuk menemukan

penyebabnya. (Connor, 2003)

2.2.4 Tahapan Fault Tree Analysis

Menurut Thomas Pyzdex (2002), Fault Tree mempunyai beberapa tahap

umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke akar-akar penyebabnya, yaitu :

1. Tentukan kejadian paling atas, kadang–kadang disebut kejadian utama. Ini adalah kondisi kegagalan dibawah studi.

2. Tetapkan batasan Fault Tree Analysis.

3. Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubung pada satu dengan lainnya dan untuk kejadian paling atas.

4. Buat pohon kesalahan, mulai pada kejadian paling atas dan bekerja ke arah bawah.

(40)

6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan rencana kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat mereka terjadi.

Fault tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada kegagalan. Beberapa simbol digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan ditunjukkan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam FTA

Simbol Gerbang Nama Gerbang Hubungan Kasual

Gerbang AND Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian masukan terjadi serentak

Gerbang menghalangi Masukan menghasilkan keluaran saat kejadian

bersyarat terjadi.

Gerbang AND

prioritas

Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian

masukan terjadi dengan urutan dari kiri kekanan.

Gerbang OR ekslusif Kejadian keluaran terjadi jika satu, tetapi

tidak keduanya, dari kejadian masukan terjadi.

Gerbang m-diluar-n

(gerbang voting atau sampel)

Kejadian keluaran terjadi jika m-diluar-n

kejadian masukan terjadi.

Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 513

Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam Fault Tree. Selain itu juga

terdapat simbol kejadian seperti Tabel 2.2 m

(41)

Tabel 2.2 Simbol–Simbol Logika (Kejadian) Dalam FTA

Simbol Kejadian Arti

Persegi Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang

Lingkaran Kejadian dasar dengan data yang cukup

Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang

Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi

Oval Kejadian bersyarat yang digunakan dengan gerbang menghalangi

Segitiga Simbol perpindahan

Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 514

2.2.5 Cut Set Method

Cut Set menurut P.L. Clemens, 2002 adalah kombinasi pembentuk pohon

kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan

(42)

Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set (P.L. Clemens : 2002)

Peristiwa A, B, dan C membentuk menjadi peristiwa T. peristiwa A,B dan C disebut sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang menyebabkan peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set

(Alain Villemeur : 2002). Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang

paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari peristiwa–peristiwa daalam minimal cut set tidak terjaadi, maka peristiwa puncak

atau peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal

cut set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial

menyebabkan kecacatan (peristiwa puncak).

Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cutset, yaitu :

1. Pertama, minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi

peristiwa yang tidak diinginkan (top event).

2. Kedua, minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika

kejadian terjadi secara simultan atau bersamaan dan menyebabkan peristiwa tidak diinginkan.

T

C E

(43)

2.2.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set

Beberapa langkah membentuk cutset menurut P.L. Clemens, 2002, yaitu :

1. Mengabaikan semua unsur–unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar.

2. Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan masing– masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.

3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal. Sebagai kontruksi maju :

a. Menggantikan nomor untuk masing–masing gerbang AND dengan nomor untuk semua gerbang yang disebut masukan. Secara horizontal dalam matrik baris.

b. Memindahkan nomor–nomor untuk masing–masing gerbang OR dengan semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam matrik kolom. Masing–masing gerbang OR dibentuk baris bergantian harus pada berisi semua masukan lain dibaris induk asli.

4. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka–angka mewakili pembentuk. Masing–masing bariss dari matrik ini adalah cut set Boolean. Dengan pemeriksaan, menghaapuskan baris manapun yang berisi semua unsur–unsur yang ditemukan dalam baris lebih sedikit. Juga menghapuskan unsur–unsur berlebihaan didalam baris dan baris yang menyalin baris lain. Baris yang sisa adalah minimal cut set.

(44)

Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set

2.2.6 Cut Set Quantitative

Perhitungan dalam Fault Tree Analysis digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut ini (P.L Clemens : 2002) :

Keterangan :

S = Sukses (produk/proses) PA= Probabilitas A

F = Kegagalan (failure) P

B= Probabilitas B

PF = Probabilitas Kegagalan

TOP

1

2 3

2 4

B

A

D

(45)

Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing–masing gerbang, yaitu :

1. Untuk gerbang OR, probabilitas masing–masing peristiwa atau masukannya mengalami penjumlahan dan pengurangan.

a. Untuk 2 masukan

PF = 1 – [(1 – PA)(1 – PB)]

PF = PA + PB - PAPB

b. Untuk lebih dari 2 masukan PF = PA + PB + PC

2. Untuk gerbang AND probabilitas masing–masing masukannya dikalikan. Dalam gerbang AND ini, untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara

perhitungannya sama yaitu dikalikan.

(46)

Gambar 2.7 Contoh Perhitungan Fault Tree Analysis

Keterangan :

A : Kemampuan mesin PE Seal inserting kurang optimal. Ao : Proses produksi baru berjalan.

A1 : Mesin trouble.

1 : Operator kurang teliti

2 : Operator kurang tanggap pada pelumasan oli 3 : Pusher pendorong PE Seal kurang maju.

4 : Peer stopper penahan PE Seal kurang menekan.

1 2

3 4

(47)

Matrik cut set tersebut selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

2 1

1 P xP

PK =

5 4

2 P x P

PK =

PF =PK1+PK2

2.3 Proses Cetak

Proses cetak berarti suatu pekerjaan untuk memproduksi atau menyalin suatu original dengan menggunakan alat atau mesin yang secara umum disebut pekerjaan “mencetak” yang disebut mencetak disini adalah mencetak teks atau gambar.

2.3.1 Bahan Baku

Adapun bahan–bahan yang dibutuhkan untuk Proses cetak : 1. Kertas HVS, BC, Kingdrik, Ivory, Matte Paper, Duplex, dll 2. Plat cetak

3. Tinta proses

4. Blanket

5. Chemical (Fountain, Bucherin)

6. Powder

(48)

2.3.2 J enis Mesin Yang Digunakan

Adapun jenis mesin yang dibutuhkan untuk proses cetak sebagai berikut : 1. Mesin Offset

Adalah mesin cetak yang dimana dalam prosesnya sangat bergantung pada presisi atau ketepatan antara 4 warna yang paling dasar, yaitu CMYK. Dalam proses mencari mencari presisi ini yang sangat berperan penting adalah Operator yang menjalankan mesin tersebut.

2. Mesin Copier

Adalah mesin untuk membuat salinan dari print film ke atas plat cetak. 3. Mesin Potong

Adalah mesin yang digunakan untuk tujuan membagi beberapa kertas hasil cetak menjadi beberapa bagian, atau bisa juga hanya sekedar untuk merapihkan kertas dan memotong kertas sesuai ukuran pesanan.

2.3.3 Proses Pr oduksi Pada Proses Cetak

Adapun langkah-langkah dalam proses produksi pada Proses Cetak pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Proses Pra-cetak:

Adapun hal–hal yang dipersiapkan dalam proses pra-cetak sebagai berikut : 1. Persiapan bahan kertas: seperti kertas HVS, BC, kingdrik, matte paper, NCR,

duplex, ivory, dsb disesuaikan dengan keperluan. Bisa juga blanko cetak, yaitu

(49)

2. Setting komputer: format yang akan dibuat pada barang cetakkan.. ukuran, naskah, serta desain grafisnya ditentukan di sini, dan biasanya diakhiri dengan diprint di kertas HVS, kertas kalkir, atau film repro.

3. Rekam plat: hasil settingan yang telah diprint tadi direkam (semacam dicopy) ke pelat kertas atau pelat aluminium (paper plate/aluminium plate) dengan menggunakan mesin copier sehingga naskah cetakkan pun terdapat di atasnya, dan plat cetak inilah yang akan dipasang pada mesin cetak. Bikin matres untuk foil atau emboss (bila diperlukan).

Proses Cetak:

Adapun hal–hal yang dipersiapkan dalam proses pra-cetak sebagai berikut :

1. Plat cetak beserta bahan kertas yang telah siap pada proses pracetak tadi lalu dipasang di mesin cetak, dan ditempatkan di posisinya masing-masing berdasarkan fungsinya. Plat cetak dipasang di atas roll yang terdapat di atas mesin, sedangkan bahan kertas dipasang pada tempat mendatar di bawah roll tersebut. Dan tinta pun dipersiapkan pula pada tempatnya (warna sesuai yang diinginkan)

(50)

2.4 Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

1. Nour Ika Okvania, 2007, (“Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT.

Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S-1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur , Surabaya)

Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang di produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas kecacatan produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile Indosteel dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis.

Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada

produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming pada

pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.

2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang terjadi dalam proses produksi.

(51)

Menentukan kecacatan hingga ke akar–akar penyebabnya dengan menggambarkan ke dalam fault tree diagram beserta simbol–simbol

logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.

b. Struktur kecacatan

Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan

menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih

spesifik.

c. Perhitungan probabilitas

Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya terhadap perusahaan ke depan.

Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses produksi adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik, monitoring operator kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses produksi baru berjalan, terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin kurang presisi, mesin trobel, pemakaian kaliber roll sudah maksimal, pemasangan roll kurang tepat, desain kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll kotor, mutu roll kurang baik, air pendingin kurang baik, operator kurang teliti, operator kurang terampil, operator terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top event yaitu besi beton bersirip

(52)

Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat kecacatan

sebagai berikut:

a. Besi beton bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180 menit awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi 0.1714. b. Besi beton permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180 menit awal

proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi 0.1178. c. Besi beton ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal

proses produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773. Dari data diatas maka peristiwa (top event) yang mempunyai tingkat kecacatan

tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat terjadinya kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan correction action terhadap

peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang presisi, operator terburu–buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan kaliber mesin aus atau rusak. (Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya)

2. Deddy Chrismianto (“Aplikasi Fault Tree Analysis (FTA) Dalam Analisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program

Studi S – 1 Teknik Perkapalan FT – UNDIP Semarang, www.google.com)

(53)

pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebagai penggerak utama kapal.

Pada umumnya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen-komponen yang terdapat pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka perlu dilakukan analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana sistem mengalami kegagalan.

Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi mode kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi operasional sistem pelumas, komponen-komponen yang dapat menyebabkan kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap-tiap komponen terhadap sistem pelumas dan keandalan dari komponen-komponen sistem pelumas. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen sistem

(basic event) dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang dipakai untuk menyatakan hubugan tersebut disebut gerbang logika. Dari diagram fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu

serangkaian komponen system, apabila terjadi kegagalan dapat berakibat kegagalan pada sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang

dapat menyebabkan kegagalan pada sistem. Untuk mencari minimal cut set

digunakan Method for obtaining cut sets (Mocus) yaitu sebuah algoritma yang

(54)

Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis

(FTA) menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem

pelumas tidak berfungsi atau gagal dengan sub sistem yang mengalami kegagalan adalah sebagai berikut:

1. Sistem pemompaan - HandPump 1

- Pompa Pelinciran : - LO Priming Pump - Hand Pump II - LO Pump 2. Sistem pertukaran kalor

- Komponen Cooler

3. Sistem suplai minyak pelumas dan - LO Service Tank

4. Sistem penyaringan minyak pelumas - Komponen Filter

Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal cut set

yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan mengalami kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan atau second order yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen yang termasuk

first order yaitu LO Pump, Hand pump 1, Cooler, LO Service tank dan Filter. Sedangkan komponen yang yang termasuk second order yaitu Pompa

(55)

Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan sistem. Jika diperhatikan, maka komponen-komponen yang termasuk dalam first order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen yang mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar sistem tersebut mengalami kegagalan.

Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu komponen yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang mempunyai susunan

stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar sistem tersebut mengalami kegagalan. Untuk itu harus dilakukan perawatan dengan baik pada komponen yang termasuk dalam first order. Karena jika komponen itu gagal maka keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam menjalankan fungsinya.

(Deddy Chrismianto, “Aplikasi Fault Tree Analysis (FTA) Dalam Aanalisa Keandalan Sistem

Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S-1Teknik Perkapalan FT-UNDIP

Semarang, www.google.com)

3. Maria Rita J oan Hosana (2005) (“Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving Stone Dilihat Dari Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis

(56)

Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk dengan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi akar penyebab terjadinya Top Event yang terjadi pada

produk melalui penyebab primer dan penyebab sekunder secara

Brainstorming pada pihak karyawan operasi pada masing–masing stasiun

kerja dalam proses produksi.

2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab terjadinya dalam proses produksi.

3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebutdan melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi. A. Penentuan kecacatan

Menentukan kecacatan hingga ke akar-akar penyebab dengan menggambarkan ke dalam Fault Tree Diagram beserta simbol–simbol

logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau kecacatan yang tidak di inginkan dan harus di hindari.

B. Struktur kecacatan

Fault Tree Diagram tersebut selanjunya dievaluasi dengan

menggunakan Cut Set Method sehingga di dapatkan cacat yang lebih

(57)

C. Perhitungan probabilitas

Setelah dievaluasi, kemudian di hitung nilai probabilitasnya sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan pengaruhnya terhadap perusahaan ke depan.

Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses produksi adalah pengayakan kurang, komposisi semen terlalu sedikit dibanding komponen lain, pekerja tidak terampil, penataan salah (tidak rapi), frekuensi air (pengairan) kurang. Dari penyebab di atas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa di sebut dengan Top Event yaitu paving retak, paving pecah, warna

paving pudar.

Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set di dapatkan tingkat

kecacatan sebagai berikut:

A. Paving retak, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum evaluasi 0,69028 dan sudah di evaluasi 0,68725.

B. Paving pecah, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum di evaluasi 0,2885 dan sudah di evaluasi 0,3143.

C. Warna paving pudar, probabilitas kecacatan per 10 menit sebelum di evaluasi 0,432 dan sudah evaluasi 0,4503.

Dari data di atas maka peristiwa (Top Event) yang mempunyai tingkat

kecacatan tinggi adalah peristiwa paving retak dengan probabilitas 0,68725 per 10 menit yang membuat pelanggan sering mengeluh . sehingga perlu diadakan

Correction Action terhadap peristiwa tersebut yaitu lahan pengeringan

(58)

penyiraman agar di sesuaikan dengan volume paving yang di siram, komposisi

semen dengan komposisi lain adalah 1 : 3 detik, mengendalikan penggetaran saat pecetakan dengan batas getar 15- 30 detik.

(Maria Rita Joan Hosana, 2005, (“Identifikasi Tingkat Kecacatan Paving Stone Dilihat Dari

Segi Kepuasan Pelanggan Dengan Fault Tree Analysis (FTA) di CV. Sinar Terang Beton,

Surabaya”, Tugas Akhir S – 1 (Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan guna memperoleh data–data yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas yaitu kecacatan pada Proses Cetak. Lokasi penelitian dilakukan di CV. X Surabaya. CV X adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, Cover Buku dengan objek penelitian mengenai kesalahan–kesalahan proses cetak yang sering terjadi dan mengakibatkan kecacatan (defect) pada produk cover buku.

Penelitian ini dilakukan di CV. X, adapun waktu penelitian dimulai tanggal 25 September hingga data yang dibutuhkan mencukupi.

3.2 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel didapat dengan melakukan identifikasi proses produksi dengan menggunakan sampling kerja dengan menggunakan variabel bebas dan variabel terikat :

a. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang nilainya

(60)

b. Variabel bebas

Variabel bebas (independent variable) adalah faktor yang menjadikan pokok

permasalahan yang ingin diteliti yaitu peristiwa puncak (top event) dalam bentuk probabilitas kecacatan produk. Variabel bebas meliputi :

- Data spesifikasi produk adalah data pengamatan yang dilakukan pada bagian produksi

- Data kecacatan produk : 1. Cetakan meleset

2. Cetakan tidak penuh

3. Cetakan meluber

4. Cetakan terjadi flek

5. Cetakan lengket

(61)

Mulai

3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Adapun langkah-langkah pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

StudiLiteratur StudiLapangan

PerumusanMasalah

IdentifikasiVariabel

TujuanPenelitian

PengumpulanData : - DataSpesifikasiProduk

- Data Kecacatan Produk - Data Sampling Produk Cacat

Identifikasi Kecacatan Produk

(Top Event)

Identifikasi Penyebab Top Event : - Penyebab Primer

- Penyebab Sekunder

A

Diagram Sebab-Akibat

(62)

Selesai

Gambar 3.1 Langkah – langkah Pemecahan Masalah

Adapun penjelasan dari langkah–langkah pemecahan masalah dari gambar diatas adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur dan Studi Lapangan

Dalam melakukan penelitian, penulis sebelumnya harus melakukan survey atau studi lapangan untuk mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya dan mencari literatur yang akan digunakan sebagai acuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada perusahaan.

A

Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis (FTA)

Perhitungan Tingkat Kecacatan (Quantitative Cut Set)

Usulan Perbaikan (Correction Action)

Kesimpulan dan Saran Penentuan Struktur Kecacatan

(Cut Set Method)

(63)

2. Perumusan Masalah

Selanjutnya melakukan suatu perumusan masalah sesuai dengan keadaan atau permasalahan yang ada pada perusahaan.

3. Identifikasi Variabel

Selanjutnya adalah menentukan identifikasi variabel yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Identifikasi variabel yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas: akar-akar penyebab kecacatan yang meliputi bahan baku, manusia, lingkungan dan sistem.

b. Variabel terikat: peristiwa puncak (top event) dalam bentuk probabilitas. 4. Tujuan Penelitian

Selanjutnya menentukan tujuan dari penelitian ini tentunya akan memberikan arah dalam pelaksanaannya. Adapun tujuannya adalah mengetahui cacat yang terjadi, menentukan faktor-faktor penyebabnya agar dapat dilakukan evaluasi dalam pengendalian kualitas produk.

5. Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data dari perusahaan yang terdiri dari data kecacatan produk, data kegagalan proses, dan data sampling produk cacat.

a. Data kecacatan produk yang didapat dari data pengamatan yang dilakukan oleh bagian Quality Control.

(64)

c. Data sampling produk cacat yang didapat dari pengamatan secara langsung mengenai tentang jenis dan jumlah akar penyebab kecacatan yang muncul pada 180 menit awal produksi berlangsung selama 6 hari.

Dalam pengumpulan data selama penelitian, data yang dikumpulkan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer

Yaitu data yang di dapat dari penelitian langsung dengan cara mangambil langsung dari sumber yang memberikan informasi, antara lain: jumlah kejadian kecacatan proses produksi, dll. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Interview

Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung

sehingga didapatkan informasi yang valid. b. Observasi

Pengamatan langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat diketahui jalannya proses dengan jelas.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang didapatkan dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari dokumen perusahaan.

Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menganalisa penyebab terjadinya peristiwa (top event)

Gambar

Tabel 2.2 Simbol–Simbol Logika (Kejadian) Dalam FTA
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set
Gambar 2.8 Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set
Gambar 3.1 Langkah – langkah Pemecahan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB II Tinjauan Pustaka Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan MySQL adalah suatu program yang digunakan untuk mengatur sebuah sistem basis

Lokasi penelitian tentang Pengaruh Angin Terhadap Tirrgg, Gelombang Pada Struktur Bangunan Brealcwater di Tapak Paderi kota Rengkulu berlokasi dalam lingkurigan objek

Untuk membandingkan karakteristik (vswr, return loss dan pola radiasi) antara pengukuran dan hasil simulasi, dimensi antena ditingkatkan dan frekuensi resonansi

Penanganan wanita hamil dengan epilepsi perlu mendapat perhatian khusus mengingat kemungkinan terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun bayi.Memang sebagian besar wanita

Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Ucha, ketua Indonesian Subculture Club, dan Ignacio Yoedhi, ketua alumni SMSR Jabodetabek, perlu dilakukan upaya untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ulos tidak bisa lepas dari kehidupann orang Batak Toba karena merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala, ulos juga sebagai simbol

Today’s Internet has a multi-tiered open network architecture featuring multiple national backbones, regional hubs, campus area networks, and local client computers.... that

Tingginya angka pencapaian ini disebabkan oleh faktor-faktor: (i) Terkait upaya peningkatan penyerapan anggaran non PNBP, Fakultas Dirasat Islamiyah telah