• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENYEBAB CACAT PADA PRODUK PEMBALUT WANITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT SOFTNESS INDONESIA INDAH – SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI PENYEBAB CACAT PADA PRODUK PEMBALUT WANITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DI PT SOFTNESS INDONESIA INDAH – SURABAYA."

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENYEBAB CACAT PADA PRODUK

PEMBALUT WANITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

FAULT TREE ANALYSIS

(FTA)

DI PT SOFTNESS INDONESIA

INDAH – SURABAYA

SKRIPSI

O Olleehh::

D

DI

ID

DI

IT

T

P

PR

RA

AS

SE

ET

TY

YO

O

W

WI

IB

BO

O

WO

W

O

0

03

3

3

3

20

2

0

1

1

0

0

11

1

1

9

9

J

J

UR

U

RU

US

SA

AN

N

T

TE

EK

K

NI

N

IK

K

IN

I

ND

DU

US

ST

TR

RI

I

F

FA

AK

KU

UL

LT

TA

AS

S

T

TE

EK

KN

NO

OL

LO

OG

GI

I

I

IN

ND

DU

US

ST

TR

RI

I

U

UN

NI

IV

VE

ER

RS

SI

IT

TA

AS

S

P

PE

EM

MB

BA

AN

NG

G

UN

U

NA

AN

N

NA

N

AS

SI

IO

ON

NA

AL

L

“V

VE

ET

TE

ER

RA

AN

N”

J

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkann puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana telah

memberikan rahmat-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan laporan

penelitian dengan judul Identifikasi Penyebab Cacat Pada Produk Pembalut Wanita Dengan Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) Di PT SOFTNESS INDONESIA INDAH - Surabaya guna memenuhi syarat tugas akhir yang telah ditetapkan oleh jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

Adapun tujuan diadakannya penelitian tugas akhir ini untuk membandingkan

apa yang saya dapatkan di bangku kuliah dengan dunia kerja yang sebenarnya,

sehingga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi saya sebagai

bekal jika kelak terjun ke masyarakat. Dalam penyusunan laporan ini saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

(3)

4. Ibu Ir. Yustina Ngatilah, MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberi

petunjuk sehingga terselesainya penyusunan laporan ini.

5. Bapak Drs. Sartin, MPd. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi

petunjuk sehingga terselesainya penyusunan laporan ini.

6. Bapak Ir. Suprapto, selaku Pembimbing Lapangan yang dengan senang hati

membimbing, membantu, dan meluangkan waktu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Bapak Suriyanto Sudarmo B.COMM, selaku Manager Head PT Softness

Indonesia Indah, yang dengan senang hati menerima saya dan yang telah

memberikan kesempatan pada saya untuk melaksanakan penelitian.

8. Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staf di PT Softness Indonesia Indah yang telah

memberikan keterangan dan informasi di lapangan.

9. Dan semuanya yang telah membantu, yang tidak bisa saya sebut satu – persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi kita

semua. Saya menyadari dalam penyusunan laporan ini ada kesalahan dan kekurangan

yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penulis saya mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Surabaya, September 2010

(4)

vi DAFTAR ISI

Hal

Halaman Cover ... i

Lembar Pengesahan ... iii

Keterangan Revisi ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xiii

Kata Pengantar ... xiv

Abstraksi ... xix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Asumsi ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II :

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Kualitas ... 6

2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 9

2.3 Alat Dan Teknik Pengujian Kualitas ... 11

2.4 Perangkat Pengendalian Kualitas ... 12

2.4.1 Lembar Periksa ... 12

2.4.2 Data Numerik Atau Kuantitatif ... 14

2.4.3 Diagram Sebab Akibat ... 17

2.5 Fault Tree Analysis (FTA) ... 18

2.5.1 Prinsip Fault Tree ... 20

2.5.2 Konsep Dasar Fault Tree Analysis ... 21

(5)

viii

2.5.4 Cut Set Method ... 25

2.5.5 Langkah-Langkah Pembentukan Cut Set ... 27

2.5.6 Cut Set Quantitative ... 28

2.6 Analisa Hasil ... 31

2.7 Correction Action (Usulan Perbaikan) ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 33

3.2 Identifikasi Dan Operasional Variabel ... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4 Pengolahan Data ... 36

3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 38

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 43

4.1.1 Deskripsi Spesifikasi Produk ... 43

4.1.2 Identifikasi Kecacatan Produk ... 44

4.1.3 Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event) Kecacatan ... 46

4.1.3.1 Identifikasi Penyebab Top Event Pada Berat Pulp Tidak Sesuai Takaran ... 50

4.1.3.2 Identifikasi Penyebab Top Event Pada Lem Yang Keluar Jalur …. 52 4.1.3.3 Identifikasi Penyebab Top Event Pada Pelipatan Kurang Normal …. 53 4.1.3.4 Identifikasi Penyebab Top Event Pada Pres Kurang Tebal .… 55 4.1.4 Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event) Kecacatan Pembalut Wanita Per Proses Produksi ... 56

4.2 Pengolahan Data ... 58

4.2.1 PenentuanKecacatanFault Tree Analysis(FTA) Pulp Tidak Sesuai Takaran ... 64

4.2.2 PenentuanStrukturKecacatan(CutSetMethod) PulpTidakSesuaiTakaran ... 65

(6)

viii

4.2.4 Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis (FTA)

Lem Yang Keluar Jalur ... 72

4.2.5 PenentuanStruktur Kecacatan(Cut Set Method)

LemYangKeluarJalur ... 73

4.2.6 PerhitunganTingkatKecacatan(Quantitative Cut Set)

LemYangKeluarJalur ... 78

4.2.7 Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis (FTA)

Pelipatan Kurang Normal ... 80

4.2.8 PenentuanStruktur Kecacatan(Cut Set Method)

PelipatanKurangNormal ... 81

4.2.9 PerhitunganTingkatKecacatan(Quantitative Cut Set)

PelipatanKurangNormal ... 86

4..2.10 Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis (FTA)

Pres Kurang Tebal ... 88

4.2.11Penentuan Struktur Kecacatan (Cut Set Method)

Pres Kurang Tebal ... 89

4.2.12 Perhitungan Tingkat Kecacatan (Quantitative Cut Set)

Pres Kurang Tebal ... 94

4.3 Analisa Hasil ... 96

4.4 Usulan Perbaikan (Correction Action) ... 99

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 104

(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pareto Diagram ……… 16

Gambar 2.2 Histogram ……… 16

Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang ikan (Sebab Akibat) ……… 17

Gambar 2.4 Contoh AND Gate ……….………… 22

Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set ……… 26

Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set ……… 28

Gambar 2.7 Contoh Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Lem Tidak Rekat ….... 30

Gambar 2.8 Contoh Matrik Cut Set ……… 31

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ……….... 31

Gambar 4.1 Histogram Produk Cacat ……… 47

Gambar 4.2 Diagram Pareto Produk Cacat ……… 50

Gambar 4.3 Fishbone Diagram Berat Pulp Tidak Sesuai Takaran ……… 51

Gambar 4.4 Fishbone Diagram Lem Yang Keluar Jalur ……… 53

Gambar 4.5 Fishbone Diagram Pelipatan Kurang Normal ……… 54

Gambar 4.6 Fishbone Diagram Pres Kurang Tebal ……… 56

Gambar 4.7 Diagram Pohon Kesalahan Berat Pulp Tidak Sesuai Takaran …… 64

Gambar 4.8 Struktur Kecacatan Timbangan Yang Kurang ……… 66

Gambar 4.9 Matrik Cut Set Dan Minimal Cut Set Untuk Timbangan Yang Kurang ……… 68

(8)

x

Gambar 4.11 Probabilitas Kecacatan Timbangan Yang Kurang ……… 72

Gambar 4.12 Diagram Pohon Kesalahan Lem Yang Keluar Jalur ……… 72

Gambar 4.13 Struktur Kecacatan Lem Yang Keluar Jalur ……… 74

Gambar 4.14 Matrik Cut Set Dan Minimal Cut Set Untuk Lem Yang Keluar Jalur ……… 76

Gambar 4.15 Equivalent Fault Tree Lem Yang Keluar Jalur ……… 77

Gambar 4.16 Probabilitas Lem Yang Keluar Jalur ……… 79

Gambar 4.17 Diagram Pohon Kesalahan Pelipatan Kurang Normal ……… 80

Gambar 4.18 Struktur Kecacatan Pelipatan Kurang Normal ……… 82

Gambar 4.19 Matrik Cut Set Dan Minimal Cut Set Untuk Pelipatan Kurang Normal ……… 84

Gambar 4.20 Equivalent Fault Tree Pelipatan Kurang Normal ……… 85

Gambar 4.21 Probabilitas Pelipatan Kurang Normal ……… 88

Gambar 4.22 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Pres Kurang Tebal …… 88

Gambar 4.23 Struktur Kecacatan Pres Kurang Tebal ……… 90

Gambar 4.24 Matrik Cut Set Dan Minimal Cut Set Untuk Pres Kurang Tebal ……… 92

Gambar 4.25 Equivalent Fault Tree Pres Kurang Tebal ……… 93

(9)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tally Sheet ……… 15

Tabel 2.2 Check Sheet ……… 15

Tabel 2.3 Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam Fault Tree Analysis ……….24

Tabel 2.4 Simbol-Simbol Kejadian (Logika) Dalam Fault Tree Analysis ……… 25

Tabel 3.1 Lembar Identifikasi Penyebab Kecacatan ……… 35

Tabel 3.2 Lembar Sampling Proses Produksi ……… 35

Tabel 4.1 Data Produksi PT Softness Indonesia Indah Selama Masa Produksi Bulan Maret – Mei 2010 ……… 44

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Untuk Tiap Jenis Cacat ……… 46

Tabel 4.3 Persentase Cacat Produk Selama Masa Produksi Bulan Maret – Mei 2010 ……… 49

Tabel 4.4 Penyebab Berat Pulp Tidak Sesuai Takaran ……… 51

Tabel 4.5 Penyebab Lem Yang Keluar Jalur ……… 52

Tabel 4.6 Penyebab Pelipatan Kurang Normal ……… 54

Tabel 4.7 Penyebab Pres Kurang Tebal ……… 55

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Akar-Akar Penyebab (Basic Event) Kecacatan .... 63

Tabel 4.9 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan Berat Pulp Tidak Sesuai Takaran ……… 67

(10)

xii

Tabel 4.11 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan

Pelipatan Kurang Normal ……… 83

Tabel 4.12 Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur Kecacatan

Pres Kurang Tebal ……….………... 91

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Perhitungan Probabilitas Untuk Tiap Jenis Cacat .... 96

Tabel 4.14 Correction Action Terhadap Penyebab Kejadian

Pres Kurang Tebal ..……… 100

Tabel 4.15 Correction Action Terhadap Penyebab Kejadian

Lem Yang Keluar Jalur ……… 101

Tabel 4.16 Correction Action Terhadap Penyebab Kejadian

Berat Pulp Tidak Sesuai Takaran ………..… 102

Tabel 4.17 Correction Action Terhadap Penyebab Kejadian

(11)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran 2 Data Hasil Produksi Dan Kecacatan

Lampiran 3 Jenis-Jenis Kecacatan

Lampiran 4 Lembar Sampling Akar Penyebab Kecacatan

Lampiran 5 Rata-Rata Perhitungan Tiap Akar Penyebab Selama 3 Bulan

Lampiran 6 Probabilitas Akar-Akar Penyebab Kecacatan

(12)

ABSTRAKSI

Dalam era globalisasi serta kemudahan akses terhadap informasi, perkembangan produk dan jasa yang pesat telah mengubah bagaimana pelanggan bertransaksi dengan sebuah perusahaan. Situasi kompetisi dewasa ini tidak memberikan sedikitpun peluang bagi perusahaan untuk berbuat salah. Perusahaan harus benar-benar memuaskan pelanggannya dan selalu berupaya mencari cara baru untuk memenuhi permintaan pelanggan melebihi harapan-harapan pelanggan.

PT. Softness Indonesia Indah merupakan suatu perusahaan yang memproduksi pembalut wanita dan belum pernah mengadakan pengendalian kualitas terhadap produk tersebut. Terutama produk pembalut wanita yang menjadi produk utama PT. Softness Indonesia Indah yang sering menerima keluhan dari pelanggannya akibat banyak terjadi kecacatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kecacatan produk dan akar-akar penyebabnya serta menganalisa dengan menggunakan probabilitas sehingga dapat dilakukan pengendalian produksi. Dengan menggunakan metode Fault Tree Analiysis yang mampu menganalisa kecacatan yang terjadi hingga ke akar-akar penyebabnya. Kemudian dilakukan evaluasi dengan menggunakan cut set agar lebih sederhana mengetahui peristiwa pembentukan kecacatan.

Hasil dari penelitian ini adalah kecacatan terbesar berupa pres kurang tebal yang menjadi sebab utama. Dalam pengambilan sampling produk dengan waktu 8 jam/hari selama 3 bulan awal produksi, probabilitas terjadinya kecacatan tersebut sebesar 0,15 %. Kedua adalah lem yang keluar jalur, dengan probabilitas 0,12 %. Ketiga adalah berat pulp tidak sesuai takaran, dengan probabilitas 0,09 %. Dan keempat adalah pelipatan kurang normal, dengan probabilitas 0,09 %.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi serta kemudahan akses terhadap informasi,

perkembangan produk dan jasa yang pesat telah mengubah bagaimana pelanggan

bertransaksi dengan sebuah perusahaan. Situasi kompetisi dewasa ini tidak

memberikan sedikitpun peluang bagi perusahaan untuk berbuat salah. Perusahaan

harus benar-benar memuaskan pelanggannya dan selalu berupaya mencari cara

baru untuk memenuhi permintaan pelanggan melebihi harapan-harapan

pelanggan.

PT. Softness Indonesia Indah merupakan suatu perusahaan yang

bergerak di bidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan berupa

pembalut wanita. Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi PT. Softness

Indonesia Indah perlu melakukan pengendalian kualitas dengan langkah awal

berupa pengidentifikasian kecacatan agar dapat mengurangi kesalahan proses

seminimal mungkin, namun tanpa disadari sedikitnya cacat yang terjadi akan

mengurangi kualitas dari produk yang dihasilkan.

Kecacatan yang sering terjadi pada pembuatan pembalut wanita di PT.

Softness Indonesia Indah harus segera diatasi untuk bisa memperoleh hasil yang

maksimal. Karena pemanfaatan bahan baku dengan maksimal akan berdampak

(14)

PT. Softness Indonesia Indah berupaya untuk mengurangi kesalahan -

kesalahan seminimal mungkin dalam proses produksi, dengan cara melakukan

analisa tentang kecacatan produk secara berkala. Karena dalam proses produksi

tersebut, pihak produksi adalah pihak yang sering mengalami kesalahan sehingga

menimbulkan cacat.

Penggunaan metode Fault tree Analysis dapat digunakan sebagai

pengidentifikasi cacat produk berdasarkan gerbang logika yang ada di PT.

Softness Indonesia Indah dalam menentukan faktor penyebab kecacatan, seperti

cacat pada Pulp, Silikon Paper, Non Wofen Oter dan Polymer Elementer

Laminated Tissue.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang ada di

perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana mengidentifikasi penyebab-penyebab kecacatan pada produk pembalut wanita di PT. Softness Indonesia Indah?”.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian maka perlu

dilakukan pembatasan masalah yang dihadapi, yaitu:

1. Tidak dilakukan analisis biaya.

2. Data kecacatan produk menggunakan data proses produksi selama 3 bulan

(15)

1.4. Asumsi

Dalam menyelesaikan penelitian ini agar mencapai hasil yang diinginkan

digunakan asumsi - asumsi sebagai berikut :

1. Proses produksi tidak mengalami perubahan pada saat penelitian

dilakukan, sehingga masalah kecacatan yang ditemui tidak berubah.

2. Kebijakan perusahan yang berkaitan dengan pengendalian kualitas, seperti

pengidentifikasian jenis - jenis kecacatan tidak mengalami perubahan.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan di PT. Softness Indonesia Indah adalah:

1. Untuk menentukan penyebab terjadinya kecacatan terbesar pada proses

pembuatan pembalut wanita.

2. Memberikan usulan perbaikan berdasarkan nilai probabilitas kecacatan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penulisan tugas akhir ini antara lain:

1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan produk

pembalut wanita di PT. Softness Indonesia Indah.

2. Dapat mencoba mengaplikasikan metode Fault Tree Analysis pada PT.

Softness Indonesia Indah.

3. Dapat mengetahui secara jelas tentang kondisi perusahaan dan mencoba

memberi masukan tentang pemecahan masalah di PT. Softness Indonesia

(16)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan: laporan penelitian sesuai dengan sistematika

penulisan yang ditetapkan oleh pihak fakultas untuk memudahkan dalam

pengamatan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah sehingga dapat diketahui

mengapa penulis mengambil judul tersebut, perumusan masalah,

pembatasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan dalam menyusun

penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai acuan teori dan

dasar dan pemecahan masalah yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk

penelitian yang dimiliki dari perumusan masalah sampai dengan

memperoleh kesimpulan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam menganalisa

permasalahan berupa data primer dan data sekunder yaitu data yang

menunjang tercapainya tujuan dari penelitian. Kemudian data tersebut

(17)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dan saran sebagai bahan

pertimbangan bagi perusahaan untuk memperbaiki keadaan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengendalian Kualitas

Konsep yang dapat digunakan perusahaan untuk penekanan prinsip

manajemen kualitas salah satunya adalah melalui pendekatan proses produksi atau

operasional. Jasa akan tercapai dengan lebih efisisen bila nilai-nilai yang masuk

hubungan antara kegiatan dan prosesnya dikelola dengan baik sebagai suatu

sistem yang terpadu, proses tersebut merubah nilai-nilai yang masuk pada

organisasi atau perusahaan. Sistem kualitas dirancang untuk pengendalian dan

perbaikan nilai yang secara sederhana meliputi semua pekerjaan atau kegiatan

pada semua organisasi atau perusahaan yang terdiri dari berbagai proses kegiatan

dalam organisasi tersebut. (Wahyu, 2002)

Definisi kualitas menurut Feigenbaun (1991) adalah merupakan

keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,

manufaktur, dan maintenence dimana produk dan jasa tersebut dalam

pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Berdasarkan pengertian tentang kualitas tersebut nampak bahwa kualitas

selalu berfokus pada pelanggan dan pemakai jasa atau konsumen.. Dengan

demikian produk desain, diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan dapat

dimanfaatkan dengan baik serta diproduksi dengan baik dan benar guna

(19)

Pengendalian kualitas tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang

bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunannya. Parameter-parameter

ini biasanya dinamakan ciri-ciri kualitas menurut Montgomery (1998) ada

beberapa jenis:

1. Fisik; panjang, berat, voltage, kekentalan.

2. Indera; rasa, penampilan, warna.

3. Orientasi; waktu, keandalan (dapat dipercaya), dapatnya dipelihara,

dapatnya dirawat.

Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang

dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya

dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang

sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang

standart.

Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan

aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan konsumen yang

mulai pada saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke

konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain akan meliputi hal-hal

berikut:

1. Perancangan kualitas pada saat merancang produk dan proses pembuatannya.

2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang dipakai

dalam proses produksi.

3. Pengamatan terhadap performansi produk.

(20)

5. Analisa tindakan korelasi dalam kaitannya dengan cacat-cacat yang dijumpai

pada produk yang dihasilkan.

Pengendalian kualitas dalam suatu perusahaan merupakan bagian yang

sangat penting dalam menunjang kelangsungan suatu perusahan. Manfaat yang

dapat diperoleh dalam menejemen pengendalian kualitas adalah:

1. Tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.

2. Mengurangi kehilangan-kehilangan dalam proses kerja yang dilakukan

seperti mengurangi atau menghilangkan waktu yang tidak reproduktif.

3. Menekan biaya dan save money.

4. Menjaga penjualan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh.

5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan menjaga moral pekerja

tetap tinggi.

6. Mengurangi klaim pelanggan.

7. Berorientasi pada kebutuhan konsumen.

Dalam pengendalian kualitas terdapat 3 jenis kualitas dalam operasi bisnis

manufaktur, yaitu:

1. Kualitas Desain

Adalah derajat dimana kategori suatu produk akan mamapu memberikan

kepada konsumen dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang sama

bisa memberikan derajat kepuasan yang berbeda karena adanya perbedaan

(21)

2. Kualitas Kesesuaian

Berhubungan dengan spesifikasi dan standardisasi produk dan

kriteria standar kerja yang telah disepakati. Secara umum kualitas

kesesuaian mencakup 3 macam bentuk pengendalian, yaitu:

a. Pencegahan Cacat

Mencegah kerusakan atau cacat benar-benar terjadi.

b. Pencegahan

Melibatkan pemakaian dan penetapan metode pemeriksaan, pengujian dan

anailisa statistik dengan menerapkan teknik pengawasan kualitas untuk

mendeteksi cacat yang timbul.

c. Analisa dan Tindakan Korektif

Menganalisa kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi terhadap

penyimpangan tersebut, kegiatan im merupakan tanggung jawab bagian

quality control.

3. Kualitas Penampilan

Perbaikan dari kualitas design dan kualitas kesesuaian akan dapat

meningkatkan penampilan produk. Jika kualitas design rendah terhadap

kekurangan penyesuasian dalam spesifikasi, maka akan mempengaruhi

penampilan secara keseluruhan

2.2. Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memberikan jaminan kualitas

(22)

konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian

kualitas adalah:

1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standard mutu yang

ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan

mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil nungkin.

3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminimal mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.

Tujuan pokok pengendalian mutu statistik adalah untuk menyelidiki

dengan cepat terjadinya sebab-sebab terduga sehingga tindakan pembenahan dapat

dilakukan sedini mungkin.

Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan

mempunyai kemampuan dalam hal:

a. Meningkatkan produktivitas

Dengan adanya pengendalian kualitas maka akan mengurangi waktu yang

terbuang sehingga produktivitas akan bertambah.

b. Pencegahan cacat lebih besar

Dengan adanya pengendalian kualitas maka pegendalian proses akan terpelihara

dengan konsisten.

c. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu

Pengendalian kualitas dapat mcmbedakan antara gangguan dasar dan variasi

(23)

d. Memberikan informasi tentang proses.

Informasi tentang perubahan proses dan parameternya yang penting dapat diketahui

dengan adanya pengendalian kualitas.

2.3. Alat dan Teknik Pengujian Kualitas

Teknik dan alat pengawasan kualitas dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara,

yaitu:

1. Inspeksi.

Dengan inspeksi akan diketahui sejauh mana suatu produk memiliki

kualitas seperti yang dikehendaki. Keterangan yang di dapat secara inspeksi

akan diteruskan ke bagian lain dan bagian tersebut akan memberikan kepastian

bahwa kegiatan pada bagian proses telah dilakukan dengan baik. Tetapi apabila

terjadi penyimpangan maka akan diberi peringatan, agar dilakukan perbaikan

dan kegiatan produksi selanjutnya dihentikan. Selanjutnya diberikan cara-cara

agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.

2. Pemberian Keterangan.

Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan,

penyingkatan, mempertunjukkan dan memberi komentar dan apabila perlu

diambil keputusan tentang tindakan yang dibutuhkan dan memberitahukan

jaminan peringatan, atau tindakan yang diperlukan.

3. Penyelidikan.

Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisaan catatan tentang

pengawasan apabila diperlukan dilaksanakan suatu percobaan pada proses atau

(24)

2.4. Perangkat Pengendalian Kualitas

Beberapa perangkat atau yang biasa digunakan dalam pengendalian

kualitas, yaitu:

1. Lembar Periksa.

2. Data Numerik atau Kuantitatif.

3. Diagram Sebab Akibat.

2.4.1. Lembar Periksa

Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan

diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data-data dapat

dikumpulkan dengan mudah dan cepat. Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk:

1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui

bagaimana masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan lembar periksa

adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian suatu masalah

tertentu atau penyebab tertentu.

2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam

kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam

kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah dan

lain-lain.

3. Menyusun data secara otomatis, sehingga data tersebut dapat dipergunakan

dengan mudah.

4. Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berfikir bahwa kita

(25)

merupakan hal yang paling penting. Dalam kaitan ini lembar periksa akan

rnembantu membuktikan opini kita itu apakah benar atau salah.

Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam

langkah utama, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. Dalam hal ini sangat baik

untuk memulai pengumpulan data (apakah dengan menggunakan lembar

periksa atau bukan) dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan

dengan hal-hal bcrikut:

a. Apa yang menjadi masalah utama

b. Mengapa data harus dikumpulkan

c. Siapa yang akan menggunakan informasi yang sedang dikumpulkan dan

informasi apa yang benar-benar dibutuhkan. Apakah informasi itu perlu

diperinci berdasarkan departemen, hari, bulan, shift, mesin, dan lain-lain.

d. Siapa yang mengumpulkan data

2. Identifikasi apa atau atribut karakteristik kualitas yang sedang diukur?

Berkaitan dengan hal ini kita dapat mengikuti langkah-langkah spesifik, sebagai

berikut:

a. Memulai memberikan judul dari lembar periksa itu. Pemberian judul

harus tegas dan memberitahukan kepada orang tentang apa yang sedang

dikaji.

b. Menuliskan hal-hal spesifik yang akan diukur pada lembar periksa itu.

Sebagai misal, apabila kita sedang mengukur keluhan pelanggan, maka

(26)

karyawan tidak sopan, tagihan tidak benar, penyerahan tidak sesuai

pesanan, dan lain-lain.

3. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini perlu

memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi berdasarkan waktu (per

menit, per jam, per hari, dan lain-lain).

4. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam kaitan

ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lembar periksa. Akurasi

data harus diperhatikan dalam setiap kegiatan pengumpulan data.

5. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini kita harus

menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang sedang diukur.

6. Memfokuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah

yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan peningkatan harus

diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini.

2.4.2 Data Numerik atau Kuatitatif

Alat-alat yang menggunakan data numerik untuk mengadakan perbaikan

kualitas pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Check Sheet

Check sheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa

sering sesuatu hal terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan

pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam grafik, seperti pareto chart ataupun histogram untuk kemudian dilakukan

analisis terhadapnya. Check sheet ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam

(27)

atau jasa, check sheet ini dilakukan dengan mengumpulkan pendapat pelanggan

mengenai proses jasa pelayanan. Check sheet ini sering juga kita ganti dengan

tally sheet. Pada tabel 2.1 dapat dilihat contoh penggunaan tally sheet, dan tabel

2.2 adalah contoh penggunaan check sheet.

Tabel 2.1 Tally Sheet

Kesalahan Jumlah kesalahan dalam 1 bulan Kualitas perbaikan mobil

Pelayanan administrasi

Pelayanan mekanik

Peralatan kuno

///// ////

///

///// //

///// ///// ///// // Sumber: Goetsch dan Davis (1995)

Tabel 2.2 Check Sheet Frekuensi

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Kesalahan pengecekan vv V - v

Kesalahan perbaikan v - - vvv

Kesalahan pemakaian vvv vv vv vv

Kesalahan perawatan v V v v

Sumber: Goetsch dan Davis (1995)

b. Diagram Pareto

Diagram pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah

berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi

ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi

(28)

oleh grafik batang yang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi yang

paling kanan.

Gambar 2.1 Diagram Pareto

Sumber: Mitra (2006)

c. Histogram

Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data

pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart yang

penyusunanya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga

proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan urutan

apapun.

Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Histogram

Sumber: Schonberger dan Knood (1997)

ju m la h c a c a t P e r c e n t

j enis cacat Count

5.8

Cum % 39.1 69.6 94.2 100.0

27 21 17 4

Per cent 39.1 30.4 24.6

Kait Rusak Pecah Retak Gum pil 70 60 50 40 30 20 10 0 100 80 60 40 20 0 0 5 10 15 20 25 30

Gumpil Pecah Retak Kait Rusak

(29)

2.4.3 Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan

antara sebab akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses stastistical, diagram

sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan

karakteristik kualitas (akibat) yang sering disebut juga sebagai diagram tulang ikan

(fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan.

Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk

kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:

a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.

b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

d. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab suatu masalah yang sedang dikaji

kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa penyebabnya?

2. Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi?

3. Bertanya “mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan

penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan.

Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam

diagram sebab akibat seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang ikan (Sebab Akibat)

(30)

2.5. Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis adalah suatu teknik design keandalan (reliability)

suatu design sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan

sistem, yang disebut juga ‘top event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana

Fault Tree Analisys lebih menekankan pada ”Top-down approch” yaitu karena

analisis ini berawal dari sistem top level dan meneruskannya kebawah. Titikawal

analisa ini adalah pengidenfikasian mode kegagalan pada top level suatu sistem

Russell dan Taylor (Jurnal:2000), menyebutkun bahwa Fault Tree Analysis

merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat produk yang saling

memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau kesalahan (Fault Tree) karena

peralatan analisis disusun menjadi sebuah diagram yang memperlihatkan cacat

produk itu secara praktis. Pohon cacat atau kegagalan mutu lebih lanjut akan

merekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau mengatasi

cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk. Dengan sifatnya yang demikian,

maka fault tree dimaksud sekaligus memperlihatkan pola analisis sebab-akibat

ketunamutuan seperti yang dijumpai pada diagram tulang ikan (fishbone

diagram). Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan

produk, maka _fault tree disebut juga sebagai Failure Mode and Effects

Analysis (FMEA). Berhubung karena menyajikan pula dampak dari cacat yang

terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi

cacat yang besangkutan, maka Fault Tree Analysis dapat pula dipakai sebagai

(31)

Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai

sebagai alat pengendalian proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang

diharapkan oleh konsumen pada umumnya.

Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua

hal, yaitu:

1. Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen.

2. Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan.

Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk

yang akan dievaluasi dan dikendalikan.

Analisa fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem.

Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya digambar

untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap

komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun kemudian untuk

memfokuskan perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting.

Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis,

yang menimbulkan penyimpangan analisa. Informasi harus cukup tersedia untuk

tiap komponen sistem yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu

dari kerusakan komponen. Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau

dari spesifikasi teknik komponen.

Pada beberapa batasan sistem menjadi sangat berarti, dimana kondisi batas

dari sistem harus ditentukan. Kondisi-kondisi batasan sistem

(32)

Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang

didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada,

banyak kemungkinan bagi kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang

sulit. Pada umumnya, kejadian puncak harus dipilih sebagai suatu kejadian yang

terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu atau kemungkinan dari

keterjadiannya harus dapat dikuantitaskan dan yang dapat lebih jauh dipilih untuk

menemukan penyebabnya.

2.5.1 Prinsip Fault Tree

Prinsip fault tree menurut (Villemeur, 1992) dapat menuntun dalam

melakukan analisa, yaitu:

a. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kombinasi mengarahkan pada kejadian

yang tidak diinginkan.

b. Menghadirkan grafik kombinasi seperti terstruktur.

Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon kesalahan

yang mana antar hubungan tertutup praktis.

Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi

penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal diaplikasi deduktif

berdasarkan urutan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan

objek kedua, penyebab kesalahan dipesentasikan oleh sebuah pohon.

Pohon kesalahan berisi urutan tingkatan tingkat kejadian yang dihubungkan

dalam beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian

(33)

kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk

menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan

lain-lain seperti kejadian yang tidak diinginkan.

Proses deduktif dilanjutkan sampai peristiwa dasar diidentifikasi. Peristiwa

itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya diketahui.Telah

disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model dari semua

kesalahan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataannya itu adalah suatu

model logika interaksi antara peristiwa-peristiwa penuntun pada kejadian yang tidak

diinginkan.

2.5.2 Konsep Dasar Fault Tree Analysis

Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat

menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan (fault tree analysis),

konsep tersebut menurut (Viilemeur,1992).

1. Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan (Top Event)

Pusat fault tree analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan.

Peristiwa ini mendatangkan peristiwa puncak dan analisa ditunjukkan pada

pendapatan semua penyebab-penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu

bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan

pabrik (aspek ekonomi).

Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak dinginkan harus

didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu

(34)

oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan kejadian yang

tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah dikarakteristikkan sesuai misi-misi

sistem.

2. Presentasi Gerbang Logika

Peristiwa-peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi

penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Contoh AND Gate Sumber: P. L. Clemens, (2002) 3. Penjelasan kegagalan (penyebab kegagalan)

Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya

(Clemen, 2002) yaitu:

1. Kegagalan atau penyebab primer

Kegagalan penyebab peristiwa yang tidak diinginkan atau top event.

2. Kegagalan atau penyebab sekunder

Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa

lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang

tidak diinginkan.

4. Peristiwa dasar

Analisa peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar ditemukan. Oleh

karena itu, kejadian-kejadian harus hati-hati ditemukan sejak mencapai batas

(35)

Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut:

1. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan dan sejauh

mana ketidakgunaan batas asal kejadian.

2. Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal

tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari

mencakup ketika teridentifikasi.

3. Kejadian tidak dapat digambarkan atau sebagai dasar dan penyebab

kejadian itu belum dikembangkan, tetapi akan segera dikembangkan.

Analisa mempertimbangkan, kemudian secara atemporer menjangkau

batas dalam mempelajari dan bagaimana data kurang memadai untuk

contoh penyebab kejadian ini akan diketahui kemudian.

2.5.3 Tahapan Fault Tree Analysis

Menurut Pyzdex, (2002) fault tree mempunyai beberapa tahapan

umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke akar-akar

penyebabnya, yaitu:

1. Tentukan kejadian paling atas, kadang-kadang disebut kejadian utama.

Ini adalah kondisi kegagalan di awal studi

2. Tetapkan batasan fault tree analysis.

3. Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubungan

pada satu dengan lainnya untuk kejadian paling atas.

4. Buat pohon kesalahan, mulai kejadian paling atas dan berkerja ke arah

(36)

5. Analisa pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam menghilangkan

kejadian yang mengarah kepada kegagalan.

6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan rencana

kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat terjadi.

Fault tree analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang

menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada kegagalan.

Beberapa simbol yang digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan ditunjukkan

[image:36.595.121.496.354.734.2]

dalam tabel 2.3

Tabel 2.3 Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam Fault Tree Analysis

Simbol gerbang Nama Gerbang Hubungan Kasual

Gerbang AND

Gerbang keluaran terjadi jika semua

kejadian masukkan terjadi secara

serentak

Gerbang OR Kejadian keluaran terjadi jika satu dari kejadian masukkan terjadi

Gerbang Menghalangi Kejadian keluaran terjadi jika satu dari kejadian masukkan terjadi

Gerbang AND

prioritas

Kejadian keluaran terjadi jika semua

kejadian masukkan terjadi dengan

urutan dari kiri ke kanan

Gerbang OR Ekslusif

Gerbang keluaran terjadi jika satu,

tetapi tidak keduanya, dari kejadian

masukan terjadi

Gerbang m- diluar -n

(gerbang votting atau

sampel)

Kejadian keluaran terjadi jika m- diluar

-n kejadian masukan terjadi

(37)

Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam fault tree, selain itu juga terdapat

[image:37.595.130.498.200.542.2]

simbol kejadian seperti pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Simbol-simbol Kejadian (Logika) dalam FTA

Persegi

Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang

Lingkaran

Kejadian dasar dengan data yang cukup

Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang

Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi

Oval

Kejadian bersyarat yang digunakan dengan

gerbang menghalangi

Segitiga Simbol perpindahan

Sumber : Pyzdex, (2002)

2.5.4 Cut Set Method

Cut set menurut Clemens, (2002) adalah kombinasi pembentuk pohon

kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak

terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan

diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk

menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem gagal.

(38)
[image:38.595.231.404.112.283.2]

Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set Sumber: Clemens, 2002

Peristiwa A, B, dan C membentuk peristiwa T. peristiwa A, B, dan C disebut

sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang menyebabkan

peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set (Villimeur,

1992). Minimal cut sit ini adalah kombinasi peristiwa yang paling kecil yang

membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari peristiwa-peristiwa

dalam minimal cut set tidak terjadi. maka peristiwa puncak atau peristiwa yang tidak

diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal cut set merupakan akar

penyebab yang paling terkecil yang berpotensial menyebabkan kecacatan

(peristiwa puncak).

Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu:

a. Minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi peristiwa

yang tidak diinginkan (top event).

b. Minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika kejadian

secara simultan atau bebarengan dan menyebabkan peristiwa tidak

diinginkan.

TOP

C

(39)

2.5.5 Langkah-Langkah Pembentukan Cut Set

Beberapa langkah membentuk cut set menurut (Clemens, 2002: 56)

yaitu:

1. Mengabaikan semua unsur-unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar.

2. Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan

masing-masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.

3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah

membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili

gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal. Sebagai

kontruksi maju:

a. Menggantikan nomor untuk masing-masing gerbang OR dengan

semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam

matrik kolom. Masing-masing gerbang OR dibentuk baris bergantian

harus pula berisi masukkan lain di baris induk asli.

b. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka-angka mewakili

pembentuk. Masing-masing baris dari matrik ini adalah cut set

boolean. Dengan pemeriksaan, menghapuskan baris manapun yang berisi

semua unsur-unsur berlebihan dalam baris dan baris yang menyalin

baris lain. Baris yang sisa adalah minimal cut set. Pembentukan cut set

(40)
[image:40.595.216.440.130.406.2]

Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set 2.5.6 Cut Set Quantitative

Perhitungan dalam Fault Tree Analysis digunakan untuk mengetahui nilai

probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas

hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini

ditunjukkan dalam rumus berikut ini (Clemens. 2002)

) (S F

F PF

 

Keterangan

S = Jumlah produksi sukses

F = Jumlah produksi gagal atau cacat

PF = Probabilitas kegagalan

TOP

1 2

3 2

(41)

Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing gerbang,

yaitu:

1. Untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa atau masukannya

mengalami penjumlahan dan pengurangan.

a. Untuk 2 masukkan :

PF = [ 1 – (1 - PA) (1 – PB) ]

PF = (PA + PB) – (PA x PB)

b. Untuk lebih dari 2 masukkan :

PF = PA + PB + Pc

2. Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan.

Dalam gerbang AND ini untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara

perhitungannya sama yaitu dikalikan.

Berikut ini merupakan contoh diagram pohon kesalahan beserta matrik dari salah

satu top event yang terjadi dalam proses produksi sepatu, yaitu bentuk lem tidak

(42)
[image:42.595.125.497.111.369.2]

Gambar 2.7 Contoh Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Lem Tidak Rekat

Keterangan :

A : Mesin pemanas lem mengalami kerusakan.

A0 : Komposisi bahan baku tidak sesuai.

A1 : Mesin trouble.

1 : Operator kurang berpengalaman.

2 : Operator terburu-buru.

3 : Operator kurang disiplin.

4 : Settingan mesin tidak sesuai.

5 : Meningkatnya jumlah produksi

Penyebab utama terjadinya lem tidak rekat disebabkan oleh mesin

pemanas lem yang mengalami kerusakan (A). Hal ini disebabkan karena

komposisi bahan baku tidak sesuai (A0) dan mesin trouble (A1). Akar penyebab

dari komposisi bahan baku tidak sesuai (A0) adalah operator kurang

A

A1

Ao

5 2

1 3

Lem Tidak Rekat

(43)

berpengalaman (1), operator terburu-buru (2) dan operator kurang disiplin (3).

Sedangkan akar penyebab mesin trouble (A1) adalah meningkatnya jumlah

produksi (4) dan settingan mesin tidak sesuai (5).

Dari hasil evaluasi melalui kecacatan yang terbentuk didapatkan bentuk

matrik penyebab dasar terjadinya lem tidak rekat seperti pada gambar 2.8 :

Gambar 2.8 Contoh Matrik Cut Set

Gambar 2.8 menerangkan penyebab-penyebab dari lem tidak rekat, yaitu:

1. : Operator kurang berpengalaman

2. : Operator terburu-buru

3. : Operator kurang disiplin

4. : Meningkatnya jumlah produksi

5. : Settingan mesin kurang sesuai

Yang selanjutnya penyebab-penyebab tersebut dihitung untuk

mengetahui probabilitas bentuk lem tidak rekat berdasarkan cut set.

2.6 Analisa Hasil.

Analisa hasil merupakan tahap dimana hasil perhitungan probabilitas

diambil dari yang terbesar hingga yang terkecil. Sehingga bisa diketahui penyebab

mana yang memiliki nilai probabilitas yang paling besar untuk kemudian menjadi

prioritas utama dalam melakukan perbaikan.

 1             

 2             

 3             

 4  5           

(44)

2.7 Correction Action (Usulan Perbaikan).

Correction action (usulan perbaikan) digunakan untuk memberikan

masukan atau saran tentang permasalahan yang terjadi. Biasanya rekomendasi

tersebut berdasarkan besarnya nilai probabilitas yang ditemukan setelah

melakukan perhitungan untuk masing-masing kecacatan. Semakin besar nilai

probabilitasnya, maka semakin penting kecacatan tersebut mendapat perhatian

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Softness Indonesia Indah yang terletak di

Surabaya pada bulan Maret - Mei 2010. Penelitian ini dilakukan pada proses

pembuatan pembalut wanita.

3.2 Identifikasi dan Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai variasi nilai yang terukur.

Identifikasi variabel dari suatu penelitian diperlukan agar mendapatkan ketepatan

penelitian, memperkecil kesalahan yang mungkin dapat terjadi dan untuk

melakukan penelitian agar lebih terarah dan sistematis. Langkah ini merupakan

bagian dari identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan pembalut,

dengan menentukan variabelnya antara lain variabel bebas dan variabel terikat.

wanita. Macam-macam variabel dalam kecacatan produk pada saat proses

produksi yang dapat dikumpulkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

- Variabel bebas

1. Berat pulp tidak sesuai takaran.

2. Lem yang keluar jalur.

3. Pelipatan kurang normal.

(46)

- Variabel terikat:

Akar-akar penyebab kecacatan (Penyebab primer dan penyebab sekunder)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data selama penelitian, data yang dikumpulkan

terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer

Yaitu data yang di dapat dari penelitian langsung dengan cara mengambil

langsung dari sumber yang memberikan informasi, antara lain: jumlah

kejadian kecacatan proses produksi, dan lainnya. Adapun metode yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a.Interview

Dengan cara melakukan interview kepada sumber secara langsung,

sehingga di dapatkan informasi yang valid.

b.Observasi

Pengamatan secara langsung ke obyek yang diteliti sehingga dapat

diketahui jalannya proses dengan jelas yang bertujuan untuk memecahkan

masalah dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang didapatkan dengan jalan mengumpulkan dan mempelajari

(47)

Teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selama penelitian,

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menganalisa penyebab terjadinya peristiwa (top event).

Dari data kecacatan produk yang dicatat oleh bagian quality control yang

terkumpul akan dapat diketahui peristiwa utama (top event).

Tabel 3.1 Lembar Identifikasi Penyebab Kecacatan

Top Event Penyebab Primer Penyebab Sekunder

b. Melakukan sampling kerja dengan waktu 8 jam/hari selama 3 bulan proses

produksi

Tabel 3.2 Lembar sampling Proses Produksi

Akar

Penyebab

8 jam

( 1 )

8 jam

( 2 )

8 jam

( 3 )

8 jam

( 4 )

8 jam

( 5 )

8 jam

( 6 ) F S

1

-

-

N

Total

Keterangan : S : Jumlah produksi sukses

F : Jumlah produksi gagal atau cacat

Adapun populasi produk (jumlah produk) dalam penelitian ini adalah

(48)

proses produksi. Dimana jumlah produk yang dihasilkan bersifat fluktuatif.

Sedangkan banyak sample produk yang diambil secara acak berdasarkan total

produk yang dihasilkan selama 8 jam awal proses produksi, agar data kecacatan

yang dibutuhkan dapat dinyatakan cukup.

3.4 Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode Fault Tree

Analysis (FTA), yang menganalisa elemen - elemen penyebab kegagalan suatu

sistem dengan menggunakan berbagai perangkat pembantu meliputi simbol

logika.

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data pada studi kasus di PT.

Softness Indonesia Indah dengan menggunakan metode FTA adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisa kejadian yang tidak diinginkan sampai pada akar-akar

penyebabnya yang meliputi penyebab primer yang mengakibatkan terjadinya

top event (kejadian utama) dan penyebab sekunder yang mengakibatkan

terjadinya penyebab primer.

2. Menggambarkan akar-akar penyebab tersebut kedalam Fault Tree Diagram

(pohon kesalahan) yang berisi simbol-simbol logika (gerbang) kejadian

sehigga membentuk suatu keterkaitan satu sama lain.

3. Fault Tree Diagram, akan membentuk kombinasi pohon kesalahan, sehingga

diperlukan cut set yang digunakan untuk mengevaluasi diagram tersebut. Hal

(49)

menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem

gagal.

4. Untuk mengetahui kombinasi peristiwa terkecil diperlukan minimal cut set.

Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang paling kecil yang

membawah pada peristiwa yang paling tidak diinginkan atau akar penyebab

yang paling terkecil yang berpotensial menyebabkan kecacatan (peristiwa

puncak atau top event).

5. Untuk menghitung probabilitas hanya diperlukan jumlah seluruh proses

yang sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut

ini:

) F S (

F PF

 

Keterangan

S = Jumlah produksi sukses

F = Jumlah produksi gagal atau cacat

PF = Probabilitas kegagalan

Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing-masing

gerbang, yaitu: untuk gerbang OR, probabilitas masing-masing peristiwa

atau masukannya mengalami penjumlahan dan pengurangan.

a.Untuk 2 masukkan

PF = [ 1 – (1 - PA) (1 – PB) ]

(50)

b.Untuk lebih dari 2 masukkan

PF = PA + PB + Pc

Untuk gerbang AND probabilitas masing-masing masukannya dikalikan.

6. Setelah semua diketahui maka akan didapatkan probabilitas peristiwa puncak

dan untuk langkah selanjutnya masing-masing probabilitas dievaluasi melalui

matrik dalam minimal cut set. Matrik cut set tersebut selanjutnya akan

dihitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus berikut:

PT∑ PK = (P1 + P2) + (P1 + P3) + (P1 + P3) + (P3 x P4 x P5 x P6)

PT merupakan probabilitas top event dan PK merupakan probabilitas cut set.

3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

[image:50.595.155.455.474.760.2]

Adapun langkah-langkah untuk pemecahan masalah dapat dilihat pada

gambar 3.1

Studi Literatur

Mulai

Studi Lapangan

Perumusan Masalah

Identifikasi Variabel

Tujuan Penelitian

(51)
[image:51.595.111.534.140.623.2]

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Penjelasan dari langkah-langkah pemecahan masalah dari gambar diatas

adalah sebagai berikut :

Pengumpulan Data : - Deskripsi Spesifikasi Produk

- Identifikasi Kecacatan Produk

- Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event) Kecacatan

- Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event) Kecacatan Pembalut Wanita Per Proses Produksi

Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis

(FTA)

Penentuan Struktur Kecacatan (Cut Set Method)

Perhitungan Tingkat Kecacatan ( Quantitative Cut Set )

Analisa Hasil

Usulan Perbaikan

( Correction Action )

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pengolahan Data

(52)

1. Studi Literatur dan Studi Lapangan

Dalam melakukan penelitian, penulis sebelumnya harus melakukan survey

atau studi lapangan untuk mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya

dan mencari literatur yang akan digunakan sebagai acuan untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi pada perusahaan.

2. Perumusan Masalah

Selanjutnya melakukan suatu perumusan masalah sesuai dengan keadaan

atau permasalahan yang ada pada perusahaan.

3. Identifikasi Variabel

Selanjutnya adalah menentukan identifikasi variabel yang terdiri dari

variabel bebas dan variabel terikat. Identifikasi variabel yang mempengaruhi

adalah sebagai berikut :

a.Variabel bebas: akar-akar penyebab kecacatan yang meliputi bahan baku,

manusia, lingkungan dan sistem.

b. Variabel terikat: peristiwa puncak (top event) dalam bentuk probabilitas.

4. Tujuan Penelitian

Selanjutnya menentukan tujuan dari penelitian ini tentunya akan

memberikan arah dalam pelaksanaannya. Adapun tujuannya adalah

mengetahui cacat yang terjadi, menentukan faktor-faktor penyebabnya agar

dapat dilakukan evaluasi dalam pengendalian kualitas produk.

5. Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data dari perusahaan yang

(53)

- Deskripsi Spesifikasi Produk

Data yang dikumpulkan adalah spesifikasi produk yang diteliti

- Identifikasi Kecacatan Produk

Data kecacatan produk yang didapat dari data pengamatan yang

dilakukan oleh bagian quality control.

- Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event) Kecacatan

Data kegagalan proses didapat dari data pengamatan yang dilakukan pada

bagian produksi.

- Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event) Kecacatan Pembalut Wanita

Per Proses Produksi

Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan tentang akar penyebab

kecacatan.

6. Penentuan Kecacatan Fault Tree Analysis (FTA)

Selanjutnya menentukan kecacatan hingga ke akar-akar penyebabnya

dengan menggambarkannya kedalam fault tree diagram beserta simbol-simbol

logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau

kegagalan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.

7. Penentuan Struktur Kecacatan (Cut Set Method)

Selanjutnya fault tree diagram tersebut dievaluasi dengan menggunakan

(54)

8. Perhitungan Tingkat Kecacatan (Quantitative Cut Set)

Setelah dievaluasi, kemudian penyebab kegagalan dihitung nilai

probabilitasnya sehingga diketahui seberapa besar tingkat kecacatan yang

terjadi dan pengaruhnya terhadap perusahaan untuk masa yang akan datang.

9. Analisa Hasil

Langkah selanjutnya adalah menganalisa semua data agar lebih sesuai

dengan yang telah ditetapkan dan setelah data tersebut valid langkah

selanjutnya akan dilakukan pembahasan.

10.Usulan Perbaikan (Correction Action)

Langkah yang terakhir adalah memberikan usulan perbaikan pada pihak

perusahaan dengan menggunakan correction action terhadap

peristiwa-peristiwa top event agar dapat mengendalikan kecacatan produk selama proses

produksi.

11.Kesimpulan dan Saran

Dari semua yang telah didapat langkah selanjutnya yaitu memberikan

saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data

PT Softness Indonesia Indah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan ádalah pembalut wanita.

Pengumpulan data penelitian dilakukan di PT Softness Indonesia Indah dengan

jenis produk cacat yang diteliti adalah pembalut wanita. Pengumpulan data tersebut

dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Mei 2010.

PT Softness Indonesia Indah dalam berproduksi sejauh ini telah berupaya

mengadakan perbaikan untuk mengurangi hasil produk yang cacat dalam proses

produksi, namun belum pernah mengidentifikasi lebih jauh tentang penyebab

terjadinya kecacatan dalam proses produksi. Sehingga output yang dihasilkan

memiliki banyak ketidaksesuaian produk seperti yang diharapkan oleh konsumen.

4.1.1. Deskripsi Spesifikasi Produk

PT Softness Indonesia Indah memproduksi pembalut wanita dengan berbagai

jenis dan kegunaan, namaun yang dilakukan penelitian adalah pembalut wanita dengan

(56)

4.1.2 Identifikasi Kecacatan Produk

Pada proses produksi pembuatan pembalut wanita di PT Softness Indonesia

Indah ditemukan beberapa ketidaksesuaian spesifikasi produk sehingga produk yang

dihasilkan dalam proses produksi dikatakan barang cacat. Terjadinya kecacatan pada

produk diperiksa oleh bagian quality control PT Softness Indonesia Indah selama

bulan Maret – Mei 2010, dimana peristiwa-peristiwa kecacatan yang sering ditemui

adalah : berat pulp tidak sesuai takaran, lem yang keluar jalur, pelipatan kurang normal

dan pres yang kurang tebal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Produksi Dan Kecacatan PT Softness Indonesia Indah

Selama Masa Produksi Bulan Maret - Mei 2010

No Bulan Jumlah Produksi Sukses (Biji)

Jumlah Produksi

Cacat (Biji) Keterangan

1.472 biji berat pulp tidak sesuai takaran

2.156 biji lem yang keluar jalur

5.580 biji pelipatan kurang normal

1. Maret 4.304.754 15.241

6.033 biji pres kurang tebal

1.698 biji berat pulp tidak sesuai takaran

2.431 biji lem yang keluar jalur

4.161 biji pelipatan kurang normal

2. April 4.468.456 12.544

4.254 biji pres kurang tebal

1.852 biji berat pulp tidak sesuai takaran

2.976 biji lem yang keluar jalur

4.588 biji pelipatan kurang normal

3. Mei 4.653.368 14.092

4.676 biji pres kurang tebal

(57)

Dari tabel 4.1 dapat diketahui jumlah produksi sukses selama bulan Maret

adalah 4.304.754 biji. Dengan jumlah produksi cacat adalah 15.241 biji. Sedangkan

apabila diklasifikasikan menurut jenisnya adalah 1.472 biji berat pulp tidak sesuai

takaran, 2.156 biji lem yang keluar jalur, 5.580 biji pelipatan kurang normal dan 6.033

biji pres kurang tebal. Bulan April adalah 4.468.456 biji, dengan jumlah produksi cacat

adalah 12.544 biji. Sedangkan apabila diklasifikasikan menurut jenisnya adalah 1.698

biji berat pulp tidak sesuai takaran, 2.431 biji lem yang keluar jalur, 4.161 biji pelipatan

kurang normal dan 4.254 biji pres kurang tebal. Bulan Mei adalah 4.653.368 biji,

dengan jumlah produksi cacat adalah 14.092 biji. Sedangkan apabila diklasifikasikan

menurut jenisnya adalah 1.852 biji berat pulp tidak sesuai takaran, 2.976 biji lem yang

keluar jalur, 4.588 biji pelipatan kurang normal dan 4.676 biji pres kurang tebal. Untuk

data perhitungan lengkap tentang jumlah produksi dan jenis cacat ada pada lampiran 2.

Dari data kecacatan pada tabel 4.1 maka dapat diketahui jumlah kecacatan

berdasarkan peristiwa-peristiwa kecacatan, yaitu:

1. Berat pulp tidak sesuai takaran :

= Kecacatan Bulan Maret + Kecacatan Bulan April + Kecacatan Bulan Mei

= 1.472 + 1.698 + 1.852

= 5.022 biji

2. Lem yang keluar jalur :

= Kecacatan Bulan Maret + Kecacatan Bulan April + Kecacatan Bulan Mei

= 2.156 + 2.431 + 2.976

(58)

3. Pelipatan kurang normal :

= Kecacatan Bulan Maret + Kecacatan Bulan April + Kecacatan Bulan Mei

= 5.580 + 4.161 + 4.588

= 14.329 biji

4. Pres kurang tebal :

= Kecacatan Bulan Maret + Kecacatan Bulan April + Kecacatan Bulan Mei

= 6.033 + 4.254 + 4.676

= 14.963 biji

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Untuk Tiap Jenis Cacat.

No Jenis Cacat Jumlah

(Biji)

1 Berat pulp tidak sesuai takaran 5.022

2 Lem yang keluar jalur 7.563

3 Pelipatan kurang normal 14.329

4 Pres kurang tebal 14.963

(Sumber : Data Produksi PT Softness Indonesia Indah)

4.1.3 Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event) Kecacatan.

Berdasarkan data kecacatan produk oleh bagian quality control dapat

ditemukan peristiwa–peristiwa puncak kecacatan atau yang biasa disebut dengan top

event. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berat pulp tidak sesuai takaran

(59)

5022

7563

14329 14963

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Jumlah Cacat

1 2 3 4

Jenis Cacat

3. Pelipatan kurang normal

4. Pres kurang tebal

Berdasarkan data kecacatan pada tabel 4.2, maka dapat digambarkan grafik

cacat produk yang terjadi pada perusahaan dengan melihat grafik histogram dan

diagram pareto berikut ini.

Gambar 4.1 Histogram Produk Cacat

Berdasarkan histogram diatas maka dapat diketahui jumlah cacat berurutan

mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu: pelipatan kurang normal, pres

lurang tebal, lem yang keluar jalur dan berat pulp tidak sesuai takaran. Kemudian

dicari persentase cacat produk yang terjadi selama masa proses produksi bulan Maret –

Mei 2010 ada dalam tabel 4.3 berikut:

- Jenis cacat berat pulp tidak sesuai takaran

a. Persentase cacat :

877 . 41

022 . 5

(60)

b. Jumlah cacat komulatif :

0 + 5.022 = 5.022 biji

c. Persentase cacat komulatif

0 % + 11,99 % = 11,99 %

- Jenis cacat lem yang keluar jalur

a. Persentase cacat :

877 . 41

563 . 7

x 100 % = 18,06 %

b. Jumlah cacat komulatif :

5.022 + 7.563 = 12.585 biji

c. Persentase cacat komulatif

11,99 % + 18,06 %

- Jenis cacat pelipatan kurang normal

a. Persentase cacat :

877 . 41

022 . 5

x 100 % = 34,22 %

b. Jumlah cacat komulatif :

12.585 + 14.329 = 26.914 biji

c. Persentase cacat komulatif

(61)

- Jenis cacat pres kurang tebal

a. Persentase cacat :

877 . 41

022 . 5

x 100 % = 11,99 %

b. Jumlah cacat komulatif :

26.914 + 14.963 = 41.877 biji

c. Pe

Gambar

Tabel 2.3 Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam Fault Tree Analysis
Tabel 2.4 Simbol-simbol Kejadian (Logika) dalam FTA
Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode Fault Tree Analysis (FTA) digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas sebagai tindakan perbaikan dan memberikan usulan

Dengan metode Fault Tree Analysis dapat terlihat beberapa penyebab yang menyebabkan terjadi produk cacat.. Yang mana sebagian adalah dikarenakan oleh kesalahan

Fault Tree Analysis (FTA) digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah yang ditimbulkan dari komponen mesin electric motor di fiberline area cooking yaitu

Penelitian ini dilakukan dengan metode FTA (Fault Tree Analysis) untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas produk selanjutnya diteruskan dengan

Risiko pada setiap proses IPAL dianalisis menggunakan metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) kemudian dicari akar penyebab masalahnya menggunakan metode Fault Tree Analysis

Metode pengendalian kualitas yang digunakan untuk mengetahui penyebab kecacatan adalah Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).. Hasil

Fault Tree Analysis (FTA) yaitu analisis pohon kesalahan digunakan untuk mengetahui akar penyebab suatu masalah. Setelah dilakukan observasi pada objek penelitian,

Analisis Penyebab Kecacatan Produk Bordir Komputer Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di CV.BATARI